Artikel Penelitian
Endemisitas Filariasis dengan Lama Pengobatan Massal Berbeda
Sahat
M. Ompusunggu, Sekar Tuti, Armedy Ronny I'Iasugian Pusat Peftelitian dan Pengembarcgan Biamedis dsn Fcrmasi,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan
k! Jakcrta
Abstruk: Di Indonesia telah dkanangksn prograln efiminasi fi{ariasis sejak tahztn 20A2. Sejak sust itu dilakukan pengobataru masal setiap taltun dengan dietilksrbamazin-mebendazal di kabupaten-kabupsten. Ti$uan penelitian ini odalah untuk rnengetahui erzdemisitas filariesii cli daeralt yang betum dan sedcng dilakukan pengob*tan mas{i. Penelitian ini merupakan evaluari progrctm dan dilakakan dengan survei potong lintarzg. Survei dilakui,an di Ogan Komering Ulu Timur Surnatero Selatarc ftelum dilakukan MDA\, lndragiri Hilir Riau (satzt kali MDA], ThnjungJ*bung Bqrst, Jqmbi (dua kali MDA), Kata Dumai, Riau {tiga kali MDA) dan Banyuasin Surnatera Selatan (empat kali MDA). Pemerikssan darah dilqkukan terltadap penduduk dan hewan reservoir yaitu kucing dsn atau vnonyet daan. Pengambilsn darah dilakukan pada malam hari dengan menggtnakan pipet kapiler volurne 20 mL. dibuo-t sediaan darah tebal, diwernai dengan giemsa latu diperiksa di bswah mikroskop. &{ikrofilaria yang ditemukan dihitttng kepadatannya dan diidentifikasi spesiesnya. Data cakupan pengobatan dan endemisitas sebebtm MDA atftu hasil beberapa survei evaluasi diperoleh sebagai data sekunder dari dinqs kesehatan kabupaten setempaL lTasilnya menunjukkan balwa besarnya mierctilaremis rste {mf-rate) pada penrluduk di desa sentinel di empat kabupaten ad{rlah }ok, kecuali di kahupaten Banlwasin (ernpat kali fuIDA) A, j 2% Q1835),1,ang berarti mf rate di seluruh kabupaten, rnenurun dibandingkan sebelum MDA" Di desa spot check di k*bttpaten tertentu, tnf-rate masih > I /o. Pada hetvan reservoir kucing, besarnya infeetion rate berkisar 0To hingga 26,6V% (8138). Disimpulkan bahwa di desa sentinel mf-rate menur?in menjadi <195 tanpa clipeng.aruhi pengulangan hfDA, namun cli desn spot c!rcck di kabupaten tertentu mqsih > lo/o, Diperlukan kerjasama lintas sektar untuk rnena,ngani hewan resert'oiti khususrrya kucing. Kuta kumci: filariasis, endemisita,s. nzass drug adrninistratio4 wicrofilaremis rate.
Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor:
11, Napember 2008
4t3
Endernisiias Filariasis dengan Larna Pengrsbe$an Massal Berbeda
Filariasis Endemicitv in Several Areas with Various Frequeneies of "lrqur* Drug Administration Sahat M. Ompusunggu, Sekar Tuti, Armedy Ronny Hasugian Bionedical and Pltarnacy Resecrch and Development Cente4 Naticruzl lnstitu;e af Heahlt Reseach and Develapment, l{lnistry aJ Healtlr
N,
Jakarta
Altstract: [n Indonesiafilcrissis elimination progranz has started since 2A82 ustng dietltylcarbawazine citrate - mebendazole combirntiorz {}nce ayezx Tlze aim aJ'the studj,was to evaluate tlte implementationa-{filario,sis etimitntionpropyarnindistt'icts andta identify the endemicity af areac which is not yet as well as clreadl, conducled various frequencies of ma.ss drug administrctian |MDA). A wass bloori sun ey hcve been carried aut in Agan Krsmering Uu Timur, South Sumatrs natyet treated, Indragiri Hilir Riau was one time MDA; Tiznjung Jabung Barat, Jcmbiv'as two times *{DA; Kota Dum*i, Rirsu was 3 times MDA; and Banytasirc, South Sumatrawe-s 1 iimes A.'lllA). Peripheral blarsd excrnination was done in a certain number af ifihabift]nts in thase distriets and a number of anirnal resemoirs such as domesiic cats and silver leaf monktl:s. Twet*y nicroliter of peripheral blooduas taken;far hlood smear preparation, stainedwith giemsa rsnd examtned wrder the microscope. Species identification and par{rsite count were done if the slide was positive. D{tta an treatment cavercge and erzdefiicity before and *fter L{DA were obkdned fram the local heaith ser;ices. It was fauntl tlmt micro/ilaremia fttle (mf-rate) in. all sentinel villages in 4 districts *-ere A%o, except in Banytasin district a/ier 4 times &,IDA the },ff-rate wss 0,12 % (ii835). Even tlzaugh in certain spot clrcckvillages tlte mf-rate v,as still > I%. The infection rates in c{tts w*ere ranged from 0% to 26,67% (8/38). k wcs cancluded that without eonsidering thefrequency oflulDA in sentinel vilksges, the n{-rate in cl! districts were deereesed to
Pendahuluan Filariasis limfatik tersebar luas di Indonesia dan endemis di beberapa propinsi. Data tahun 2000 menunjukkan bahwa penderita lcronis filariasis tersebar di 23 I kabupaten" 6]4 wilayah puskesmas dan 1553 desa/kelurahan. Diperkirakan 3, I 7o pendudul,i Indonesiaterinfeksi filariasis limfatik dengan kis aran
m i cr
afiI ar e m i a r at e (wf-r at e) A, 5 - 1 7,9Yi.1
Meskipun filariasis limfatik tidak menyebabkan kematian, kerugian akibat penyakit ini, cukup besar berupa kehilangan jam kerja penderita yang berakibat pada penunman pendapatan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian Gad et al,2kerugiatekonomi akibat filariasis limfatili, baik karena kehilanganjam kerja maupun biaya yang ditanggung sela&a pengobatan, adaiah Rp. 735.380,- per kasus per tahun atau setara dengan 17,ta/o dari seluruh pengeiuaran keluarga atau
32,30 dari biaya makan. Untuk seluruh lndonesia diperkirakan kerugian sebesar Rp. 4,6 triliun per tahun. Pengendalian fi lariasis limfatik dilakukan dengan pengobatan dan satu-satunya obat yang anryuh adalah diethylcarbawazine citrate (DEC). Pada tahun 2000. World Health Oryanization (WHO) telah menetapkan komitmen glo-
414
bal untuk mengeliminasi fiiariasis pada tahuo 2020.3 Untuk menghentikan penularan, WHO meuyarankan agar melakukan pengobatan massai (a?ars drug adminislrationlMDA) dalam suatu populasi yang terpapar dalam jangka lama. Regimen yang dian-iurkan adalah kombinasi DEC {6 mg,/trrg BB) dan albendazol {a00 mg) sekali setahun selama 5 tahun. Sejak 2002 MDA dengan obatkombinasi tersebuttelah dilakukan di beberapa daerah di Indosesia dengan luas wilayah MDA
satu kabupaten.a MDA awalnya dilak$kan di beberapa wilayah kecamafan lalu secara bertahap diperiuas hingga katrupaten, namun acia jugayang dilakukan serentak di suatu wilayah kabupaten. Dengan berjaiann-ya otonomi daerah dan desentralisasi sektor kesehatan di indonesia, pelaksanaan MDA filariasis diserahkan sepenuhnya ke dinas kesehatan daerah. namun obat tetap disediakan pusat. Temyata daiam pelaksana annya, banyak kendala yang dlhadapi daerah, antara lain: sumber daya manusia ya&g masih terbatas, komitrnen pemerintah
daerah yang masih diragukan, terbatasnya biaya, begitu luasnya wilayah dan terlalu besarnya papulasi yang harus
Maj Kedokt frdon, Vclum: 58, Nomor:
11, Nopember 2008
Endemisitas Filariasis dengan Lama Pengobatan Msssal Berbeda
diliput. Dengan demikian timbul pertanyaan: apakah perlu pengulangan MDA hingga lima tahun? Bila dapat dibuktikan bahwa pennlaran sudah sangat rend ah (1nf-rate menjadi
mikrofilaria
30- I 00% sesudah dua tahun dan dapat bertahan
selama dua tahun.6 Di pulau Alog Nusa Tenggara Timur, pemberian DEC saja dengan dosis terbagi (6 mg,lkg berat badan) selama dua hari atau dosis tunggal konrbinasi DEC (6 mg/kC BB) dan albendazol (400 mg), sama-sama dapat menurunkan kepadatan mikrofilarn B. timari dmrW bmcrofri, namun lebih cepat pada B. timori. Khusus pada penderita brugiasis tirnori, satu hari setelah menedma pengobatan, 43Yo (23 di anara 54) penderita menjadi negatifmikrofilariaT Hasil lain penelitian tersebut menunjukkan bahwa hanya dengan dua kali pengobatan massal den-{an DEC-albendazol telah menurunkan mJ:rate brugiasis timori dari 26,80/o sebelum pengobatan menjadi 3,87o sesudah pengobatan disertai penunman kepadatan mikrcfilaria pada semua penderita yang positif mikrofilaria8 Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diketahui seberapa besar penurunan mf-rate setelah dilakukan MDA di wilayah dengan pengulangan pengobafan yang berbeda di Indonesia. Penelitian ini bertujuan unftrk mengetahui besamya mf-rale pada penduduk di kabupaten dengan lama pengobatan yang berbeda serta besamya infection rateparJa
Populasi penelitian adalah sernua individu yang berumur
mininrum 2 tahun yang tinggal di lokasi penelitian secara terus menerus minimum enam bulan sesudah menerima MDA dengan DEC-Albendazol (untuk daerah yang penduduknya
sudah memperoleh MDA) atau yang belunl namun akan memperolehMDA. Lokasir'desa penelitian di tiap kabupaten adalah desa
sentinel. yang sebelumnya atav sebelum MDA telah ditetapkan sebagai desa endemis fi lariasis. Subjekpenelitian adalah penduduk dan hewan reservcir yaitu kucing dan monyet daun. Unttik penentuan besamya mJ:r611s pada penduduk besar sampel yang diperlukan dihitung dengan rumus:tn
(2,.,;.P(l-P)
: jumlahsarnpel. Zt-*, - Zo,:1,96
n
P d
:
d?
4%(perkiraan mf-ratehasilsurveisebelurnnya).
:0,02
Dengan rumus tersebut, besar sampel untuk rnasingmasing daerah adalah: 1,96 x 1,96 x0,04 (1-0,04)
0,02 x 0,02
n:
0.1475 0,0004
368,75 atau369.
hewan reservoir.
Dengan perkiraan drcp out atau kesalahan teknik Mcfode Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi program dengan desain survei potong lintang {crass sectional) pada tahun 2006. Kriteria inklusi rmtuk penentuant€mpat penelitian
adalah: {a) kabupaten/kecrunatan yang endemis filariasis menurut data dari SubditFilariasis dan Schistoscmiasis Ditjen P2PL, {b} belum (namun akan} dilah*anpengobatanmassal atau sudah dilakukanpengobatanrnassal 1 kali, 2 kali, 3 kali dan 4 kali; dan (c) mobilitas penduduk di seluruh daerah penelitian relatif stabil. Berdasarkan kriteria tersebut, dipilih 5 lokasi penelitian sebagai berikut: 1. Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKLI Timur), Sumatera Selatan, untuk daerah yang belum dilakukan MDA, namun akan segera dilakukan. 2. Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, untuk daerah dengan
MDAsatukali-
3.
Kabupaten Tenjung Jabung Barat, Jambi, untuk daerah
4. 5.
Kota Dumai, Riau, untuk daerah dengan MDA figa kali.
denganMDA dua kali. Kabupaten Banlruasin, Sumatera Selatan, untuk daerah dengan MDA empat kali.
Maj Kedokt lndon, Volum:
580
Nomor: I1, Nopember 2008
pemeriksaalr sebesar 207o, maka j urnlah sampel minimal unhrk masing-masing lokasipenelitiao adalah 3 69 + Q0%x369): 443 dibulafkarlmenjadi450 orang. Pemilihan sanrpel dilakrkan secara purposifdi tiap lokasi {sama dengan desa sentinel)
dengan memperfimbangkan terwakilinya semua kelompok umur (kecuali umur <2 tahun). Untuk sampel hewan reservoir, kriteria inklusi adalah bahwa hewan tersebut telah dipelihara di lokasi penelitian
minimum selama enam bulan berturut*turut sesudah dirnulainya pelaksanaan MDA (untuk kabupaten yang sudah melakukan MDA), atau minimum enam bulan sebelum pelaksanaan survei pemeriksaan darah. Jumlah hewan reservoir di tiap lokasi penelfuian rninimum 10 ekor dengan harapan akan ditemukan hewan reservoir yang positif milcrofi laria minimum satu ekor dengan perkim anbesarnya infectian rate lUVa. Pemilihan sampel hewan reservoir juga dilalarkan secara purposif, namun sebelum diperiksa ditanyakan lebih dahulu kepada pemilik apakah hewan tersebut memenuhi kriteria
inklusi.
Untuk memperoleh besamya mf-rate pada penduduk, daJa dikumpulkan dengan memeriksa darah jari pada penduduk yang berumur:dua tahun. Survei dilakukan pada 415
Endemisitas Filarissis dengan Lama Pengob*tan Mqssal Berbeda
malam hari antara pukul 2$.00 hingga menjelang tengah malam. Penduduk dikumpulkan di tempat fertentu dan setiap penduduk yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi, diambil darah jarinya. Untuk memastikan ierpenuhinya kriteria inklusi dan eksklusi, terlebih dahulu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bila memenuhi syarat, dimintakan perse.tujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Darah diambii dari salah satu di antara tiga jari tengah lalu dibuat sediaan. Keesokan harinya sediaar darah diwarnai dengan giemsa ialu diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran rendah (10x10) untuk menghitung
pada tahun 20$5. Sebenarnya di Kabupaten Indragiri Hilir telah dilakukan MDA lebih dari satu kali di kecamatan lain yang endemis, namrm yang baru dilakukan satu kali adalah Kecamata;r Mandah. Desa yang merupakan desa sentinel dalam program pemberantasan filariasis di kecamatan itu adalah Desa Bente, sehingga dipilih sebagai lokasi pemeriksaan darahjari. Hasil pe,meriksaan darah jari penduduk di desa Bente tersebut memrnjukkan bahwa dari 506 orang penduduk umur > 2 tahun yang diperiksa tidak ada satu orangpun yang posifi f
mil
kepadatan mikrofilaria atau dengan pernbesaran menengah
diperiksa darahnya, ditemukan 2 ekor yang positif
(10x40i atau tinggi {l0xl00} untuk mengidentifikasi spesiesnya.
mikrofi laria. yang berarti besamya infectirsn ratepada kucing rumah adalah 9,5296. Spesies mikrofilaria yang ditemukan
Untuk menghitung infection rate pad* hewan reservoir, dilakukan pemeriksaan darah dengan te.knik dan
pada kucing adalah Brugia malayi. Di dssa tersebut tidak ditemukan monyet daun yang dipelihara penduduk.
perneriksaan yang sama dengan pemeriksaan darah pada penduduk. Darah diambil dari pembuluh darah di telinga"
Data cakupan pengobatan diperoleh sebagai data sekunder dari dinas kesehatan kabupaten atau Puskesmas setempat. Data diolah dan dianalisis dengan program Epi-
Info.
Hasil
l.
Kabupaten yang Belum Dilalarkan MDA
Lokasi penelitian di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur), Sumatera Selatan, sebagai daerah yang belum dilakukan MDA, narnrn akan segera dilakukan, adalah Kecarnatan Cempaka. Di Kecamatan Cernpaliahanyaada satu puskesmas, yaitu puskesmas Cernpaka. Kecamatan Cempaka terdiri atas 18 desa dansalah satunyaadalah DesaKanglcmg, yang melupakan desa sentinel dalamprogram pemberantasan filariasis di Kabupaten OKU Timw dan desa ini dipilih sebagai lokasi pameriksaan darah. Hasil pemeriksaan darahjari penduduk di desa Cempaka tersebutmenunjukkan bahwa dari 554 orangpenduduk umur
>2 tahun yang diperiksa, tidak ada safu olangplur yang positif mikrofilaria {mf-rate 07o). Demikian juga di antara hewan reservoiq 11 ekor kncing rumah dan 4 ekor monyet dauq tidak satupun yang positifmikrofilaria dalam darahnya. Dari 554 orang yang diperiksa tersebut, terdapat sembilan orang penderitaklinis kaki gajah berumur 6-70 tahun, terdiri atas 6 laki-laki dan 3 perempuan; 6 orang berasal dari satu keluarga dan 3 orang dari satu ikatan keluarga lain. Pergumpulan data cakupan pengobatan tidak dilakukan karena di kabupaten itubelum pemah dilakukan MDA. MDA akan dilakukan pada tahun 200? oleh dinas kesehatan setempat.
2. Kabupaten yang
Sudah Dilakukan
MDA
Satu kali
Lokasi penelitian di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, sebagai daerah yang sudah dilakukan MDA satu kali adalah Kecarnafan Mandah. MDA di kecarnatan tersebut dilakukan
416
Hasil waw'ancara dengan pengelola filariasis di Puskesmas Mandah menunjukkan bahwa penyuluhan sebelum MDA hanya dilalaftan di lingkrmgan sekolah saja, belum men3rentuh masyarakat luas. Di samping itu tidak ada pengangkatan kader atau TPE sehingga pembagian obat ke penduduk dilakukan langsung oleh tenagapuskesmas. Pada saat pembagian obat, masyarakat dikumpuikan di rumah kepala desa dan obat hanya dibagikan ke penduduk yang datang saja, sehingga penduduk yang tidak datang pada rvaktu itu, tidak mendapat obat. Dengan demikian, cakupan pengobatan massal filariasis diperkirakan sangat rerdah. Data
cakupan pengobatan massal di wilayah puskesmas tidak dapat diperoleh, baik di Dinas Kesehatan Kabupaten indragiri
Hilir, maupun di Puskesmas Mandah. 3. Kabupaten yang Sudah Dilakukan
MDA Dua kali
Lokasi penelitian di Kabupaten Tanjrmg Jabrmg Barat, Jambi, sebagai daerah yang sudah dilakukan MDA dua kali adalah Kecamatan Kuala Tungkal. MDA di kecamatan itu
telah dilakukan pada tahun 2005 dan 2006. Desa yang merupakan desa sentinel dalam program pemberanlasan filariasis adalah Desa Tungkal 2, Tungkal 3 dan Tungkal 4,
sehingga ketiga desa tersebut
dipilih sebagai lokasi
pemeriksaan darah. Ketiga desa tersebut berbatasan langsung dan berada dalam satu ekosistem. Hasil pemeriksaan darah jari penduduk di desa Desa Tungkal 2, Tungkal 3 dan Tungkal 4 tersebutmenunjukkan bahwa di antara 623 orang penduduk umur >2 tahun yang diperiksa, tidak ada satr orangpun yang positif mikrofilaria di dalarn darah jarinya {mf-rate 0Y$. Demikianjuga di antara 27 ekor kucing rumah yang diperiksa, tidak ada satu ekorpun yang positif milaofilaia {infectian rate |Tfi. Di desa tersebut tidak ditemukan monyet daun. Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, pemberantasan filariasis diintensifl
survei cepat dilanjutkan dengan pemeriksaan darah jari kemudian dilakukan MDA yang perra(fia pada tahun 2005 dan MDA kedua pada tahun 2006. Hasil survei cepat pada Maj Keilokt Indon, Yolum: 58, Ncmor:
11, Nopcmber 2008
Endemisitss Filariasis dengun i,a.ma ?engob*tan b4.*ssal Berbeds tahun 2004 nrcnernukan 2fl orangpenderital':ronis kaki gajaJr ,wangtersebardi ernpat kecamatan {.Tungkai Ilir. Tungkal Ula Penga'nuan tlan Merlung). I{asil pemeriksaan darahjari pada
iahun 2004 di Kecamatan Turrgkal ilir rnenLrnjukkan bahwa di antara 590 sediaan darah yang diperiksa, 9 sediaan positif
mikrofilaria {.mf-rate
-
1,5%}, Berdasarkan hasil sur"rei tersebut da* hasil survei di kecarnatau lain, rnaka MDA mulai dilak-ukan padatahun 20S-5 di selur-uh wilayah kabupaten itu. termasuk di Kecamatan Tungkal
ilir.ii
Dalam MDA tahap pertars?i tahun 2005, sebelum pembagian cbat ke penduduk, teiair dilahukan persiapan yaag meiiputi pendataan sasaran, penyiapan logistik, sosialisasi {tingkat kabupaien, kecamatan dan desa) baik melaluiperterriuan maupun melalui media eetak dafl elektronil; pelatihan kader daa sebagainy'a. Pelaksanaan MDA dimuiai tanggal 29 November 2005 secara sei-entak di selun:h wilayah kabupaten. Cakupan pengobatan masal tahap pertama ini adalah 9?"87% di seluruh kabupaten densan kisaran di wiiayahpuskesmas antara 87,68?ir hingga 100"6?% (Tabei
i).
dalam pr*giain pemberantasan filadasis di kecarlratan tersei:ut adalah Desa Purnama, sehingga desa tersebut dipilih sebagai
ickasi perueriksaan darah.
Karena peneriksaaan darah jari penduduk telah di-o-u1an iakukan Dinas Kesehatan Kota Dumai tiga sebelum dilakulcan penelitian, maka dalam dalam penelitian ini pemerikaan darah di kecamatan ini tidak dilakukan lagi. ramun pemecksaan hewan reseftair tetap dilakukan. Di antara 30 ekorkucingrumah yang diperik.s4 8 ekerpositif ruikrofilaria Qnf-rate 26,67%) dan spesies mikrsfi larianl''a adalah Brugi a rnczluT-i. Dikecamatan ini iidak ditemukan monyet daun. PelaLsanaan MDA di Kota Dumai dirnuiai di Kecamatan
Sungai Serubilar di seluruh kelurahan (5 kelurah*n) pada tahun 2003. lalu dilanjutkan padatahun 20C4.2U05 dan 2006. Besarc-va cakupan pengobatan pada tahun perlama {2003)
tidak diketahui pasti kare*a tidak ada dokumen data, naffiun besarnya cakupan dalarn sstiap periode pengobatan selalu > 9S% iTabel 2). L4DA di Kecamatan Dsmai Barat bam dilakukiur padatahun 2004, namunhanyadi duakeluralutn saja di antara
l0 Tabel
l. Cakupan Pengobataa $tassal Fil*riasis &{enurut Kelurahan di Keramatan Tungkal llir, Kabupaten T*njung .Iabung Barat
Kelurahan
.lurnl*h Jumlah Jumlah KK pendu- sasaran
dilk
Pusk+smas
I
Tungkal
Tungkalt T'ungkal n Tungkal IIi
Fendnduk yang
dicbati
{unrur 3 2 tahun)
Juniah
Cakupan (%)
3 4$3
q{
01 ?7
3403 18 326 14 432
17 ,58? 14 531
3 253 16 399 13 098
977
977
R07
91,81
1 187
1 075
927
86"23
5&73
5 673 &16
5 5r5
97.7t
817
93,26
59
90,i4
Seidulalg
TungkalV 2096 Wiiayah 211
Luar
{Tungkal
pelaksanaan pengobatan ke*3 baru selesai pada waktu dilakukan penelitran dan datanya belum dikompilasi. Tatrel
llir
612 4 586 3 784 Tungkal 1\r Desa 269 Tanju*g 33'7
906
11 895
II Turgkal ilir Tungkal lV Kota 2 903 Tungkal l-iarapan 1 970
44
9$4
't4
l0
92t
t{J 921
117
i,
7 528
Pcmbengis 671 i 899 Branitam Kiri 750 3 867 Bramitam Kanan t 903 6 947 8
Jumlal-r
Kecamatan Tungkal
7 qt!
l 899 1 357
6 943
488 9 tOi 2 432 t 425 6 1?8
1?a,92 107.00
826
100.62
t97 3i 162
28 548
2&
{}66
72 765
69 732
2B Q92 76
S6.r)4
2.
Maj Kedokt Indon, Vclum: 58, Nomor:
2806
128 96,61 94.47 10 2
_vang
diobati
jiwa yaug seharusl3'a diotrati Jumlal jrua yang diubati Besarnya cakupan (7o) .iurnlah
95.83
11, Nopember 2S08
2$fi5
Kecamatan S*ngai Sembilan Fericde pe:rgotralan Pertama Kedsa Ketiga Keempat .Iumlair kelurahan 5 Jumlah keiura,lan yailg 5 diobati Jumlah jiwa yang seharas 23 994 21 22 033 nya diobati Jumlah jirva -vang diobati ? 23 181 20 2t' 921 >90 Besarnya cakupan {%) 91,96 Kecamatan flumai Barat Pericde pengobalan Pefiama Kedua Ketiga
Junlah keiurahan
llir
Lokasi penelitian di Kota Dimai, Riau, sebagai daerah yang sudah dilaknkan MDA tiga kali adalah Kecamalan Dumai Barat. MDA di kecamataa itu telah dilakukan pada tahun 2004- 2005 dan 2006. Desa yang merupakan desa sentinel
?0$4
Jumla"h kelurahan
75,53 88,98
Katrupaten yang Sudah Dilakukan MDA Tiga kali
20$3
942
?
4.
Indikator
555 555
Puskesmas
10
Cakupasr Prngobatan &!asa! Filariasis pada Tiap Periorie I'e*gobatan di Kota Dumai, RiaG
Felaksanzan
91 'jj
40 906
2.
Keeamatan dslr
tr1r}
Jumlah
kelurahan" Fada pertode pengobatan berikulrya telah
dilaksanakan pada 10 keiurahan. Besamya eakupan MDA pada pengobatan ke-l itahun 2004) hany* 14,73Yo, namun pada pengobatan ke-2 {tahun 2005i >9$$A. Besar cakupan pengobatan tahap ke-3 (tahur: 2006) belum diketahui karena
:
tidak ada da*l
-:
76
293
r0 l0
74
120
ll 238 70 t03 14.13 94.58
l0 t0 ?
?
>90
fuelum dilaksanakan
Hasil survei darah jari yang dilakukan sebelum MDA. {tahun 2003} dar sesudah (sebeium MDA) rnenunjukkan bahwa besaraya ftlf:rate diKelurahan Purnama menurun dari i?i' sebelum MDA rnenjadi 0% sesudah duatahuc dan tetap S9lo tiga tahun sesudah MDA {Tabel 3).
End emi s it tts F i I * r i as i s den ga n i. aw a F engob
5.
{rt $ n !,fus s s a-! B er b
Kabupaten yang Sudah Dilakrftan MDA Ernpat kal!
Lckasi Feneiitian di Kabupaten Banyuasin. Sumatera Selatan, sebagai daerah yang sudah diiakukan h,fDA empat kali adalah Kecan:akn Sernbarva. MDA di kecamatan itu telah dilakukar: sejak tahun 2{:$2 dan dilaqiutkan seliap tahun hingga tahue 2005. Hasil survei darah jari di Ilesa Sembawa tahun ?0{i6 (Oktober.} menuniukkan di antara 835 penduduk
umrir )_2 tahun yang diperihsa, hanya safu orang )iafig menga.ndung mikrofilaria di dalam dalah tepinya {ntf-raie 0,12W. Spesies nilirofiiaria yang diteml,*€n adaiah B. malq,,i dengan kepadatan 1 6 mikroiilariar2O uL damh tepi. Penderita a
sebelumnya tinggal di kecarnatan lain. Seiain itu telah diperiksajuga 26 ekor k-ucing iumah dan ciitenrckan i ekor mengandung mikraf,ilaria i*tf-rate 3,85?i]). Spesies miirro{ilaria paCa kucing tersebut -iuga B. mcttq}:i dengaq kepa{iatan48 mikro{tlariu2* uL darah. Monyet daun yang diperiksa hanya i eki.-r dan ternyata tidak mengandung
mikofilmia-
di Kabupaten Ba*yuasin dimulai
Pelaksanaan h'fDA
pada lahun 2002 di dua rruiiayah Puskesmas 5rang meliputi 20 desa, namun pada tahun-tahun berikr:tnya jurnlah puskesmas
dan jruniah penduduk ,vang diobati terus bertambalr.
etl u sedangkan di empai kabupater! ia;nnya sudah. Di kabupaten itu ada ternuaR yang iii luar dugaan, yait$ tidak diternukan
penduduk, kucing rumah dan monyet daun yang positif mikrofilaria padahal ditemulian sembilan crang penderita L'ronis filariasis yang seluruhnJa dengan pembesaraii tungkai bav'ah.
Dilihat dari lohasi pembesaran tersebut, diduga spesies filaria yang nenyerangnya adalah 8. malayi. Tempat tinggai seiunrh penduriuk yang diperiks* darahnya berada di sekitar penderita kronis filariasis denganjarak beberaBa meter saja danyang palingjauh adatah 5S0 meter. Denran tidak-adanya penduduk yan_e positif mikrofilaria hai iru menunjukkan bahrvapenuiaran di desa tersebut tidak ada lagi. Penularan filaria dapat iorjadi bila ada vekfor dao dalanr w-aktu yang bersarnaan ada suplai mikt"otiiaria da:'r penderita. Vektor B
malayi subperiodik da'r non pericdik {i,{ansotzia sp dan Coquilertidic sp.) di desa itu tidak ada iagi akibat tidak lersedian3;a genangan air yang ditumbuhi tanarnan air. Kemungkinan lain penderita *ro*is filariasis di desa tersebut tidak memproduks i mikrofi laria iagi.
Hasii evaluasi rnelalui peneriksaa:i darah
jari
di
kabupaten yang bani satu i
di
Persentase cakupan pengobatan sejak pengcbatan pertaara
wawarrcara dengan pengeicla filariasis
itahiur 2002) hingga keempat (tahun 2005) adalah 19,43ye {2002 ), 7 7,1 5% {2*t}3), 82,5 1 94 {2004i ian 73,3 5% i200-{}. Khusus di iokasi penelitian (Desa Sembawa, salah sat$ desa
Mandah rnenunjukkan bahlya prnyriluhan sebelunr
di Kecamatan Sembawa). cakirpan pengcbatan sejak nengc'batan pertarna i2002) hingga keenpat {2805) berturutfurui adalah 9,769/0{399/4.A88), 93,08% {3.8059.*88), 87 ,25% i4.867 I 5 .57 E't dan 85" 1 09/o (4.759,15. 592).
Llutuk menentukan e*demisitas sebelum pelaksanaan MDA dan evaiuasi hasii MDA, Dinas Kesehatan Kabupaten BanS'uasin telah melakukan survei darah ,iari. Hasil menurlirrkkan bahwa sebeium I\{DA {tahun 2 *{}3}, tnf-rate di lima rlesa berkisar antara 0-0l,r t.ill225j di Desa Duian Daun hingga 2.57% {5i187} di Desa Rimba Terap. Pada survei e.,'aluasi di dua desa sentinel di antara desa tersebut ditmiulrkan bahwa di Desa Lixrav, mJ:ratemerurun clari 1,17o (2/182) sebelum MDA menjadi *%{A249}aga&hu* sesu
MDA, tetapi di Dssa Sedang, besarnya mfrate adalah fluktuatif setelah h'lDA, yaitu 1,49Y* {8i53S) sesudah safu tahun,2,Q7tk (4/i93) sesuclah dua tahun dnn l,t)9% tsl4s9) sesuciah tiga tahun. Spesies
mikrofilaria di Desa Limau adalah
8. m.alq;i dan di Desa Seda*g, selain B. malayi. juga
w*.
bancro.fti" Khusus di Desa Sembawa (lokasi penelitian), nf rnle ruennrun dari 1,13% {5i442} sebehun MDA menjadi 1 , I 29ro
(i1835) empat tahun sesudah MDA cian mikrof,larianS,a adalah B.
m
spesies
al ayi.
Diskusi Dari hina kabupaten yang ditetiti, iranya di kabupaten
OKU Timur sEayang belum pemah diiakukan h4DA, 4t8
Fuskesmas
il{DA'hanya dilakukan di lingkungan sekolah saja dan saat pernbagian obat. masyarakat dikumprilkan di rurnah Kepala l)esa dan obat hanya dibagikan ke penduduk yang datang saja, sehingga p*nduduk yaxg tidak datang pada waktu itu, tidak rnendapat obat.r fiengar de.mikian, cakupan pengobatarr rnassal filariasis di kecamatan ini rendah. Say-angnya data cakupan pengcbatan massal di wiiayair puskesmas tidak dapat dipe.r'oleh, baik di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir, maupun di Puskesmas lr4andah. Kenyataan tersebut menunjiikkan bahwa kemringkinan besar tiriak ditemukannya peirduduk 3.zng positif mikrofilaria di desa bukan karena pengaruh penguuh MDA, tetapi karena tingkat peuularan sangat rendah atau tidak ada. Frosedur Mf)A fi iariasis d i tingkat kabupaten, sebaga irnana telah ditenhlkan SubCit Filariasis {ian Schistosomiasis, Dit P282, Ditien PPI\{ & FL, seharusnya melalui berbagai tahapaa mulai dari tahap awalpersiapan maupun pelaksanaan dan evaluasi.a Tahapan tersebut antara lain adaiaii pengadaan bal-ran adrninjstrasi dan kartu pengabaiarr, distribusi buku pedoman ke puskesruas, penyuh*ran, pengangkaftm tenaga pembantu eiiminasi
{I'FEi atau kader" pelatihan TPE,
pendataan penduduk, pemberian obat oleh TPE dan obat harus diminum penduduk di l.radapan TPE, survei efek sarapi*g dan sebagainya. Karena baru pertarna kal i melakukan
MDA, nraka pengalamar pengarganisasian juga masih terbatas. Diharapkan pada pelaksanaan MDA selanjulnya akan lebih seffipulna di kabupaten it*. Di ti-ea kab'upaten iain yang suclah meiakukan h,{DA htaj Kedskt ltdcno Yelum: 5S. Notror: 11. Nopemtrer
208S
Enderaisitas Filariasis dengan Lama Pengabatan Massal Berberia
lebih dari satu kali. hasil evaluasi terhadap MDA menunjukkan bahwa hanya di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan saja (kabupaten dengan ernpat kali MDA) yang masih
Untuk mengatasi itu diperlukan kerjasama dengan sektor
ditenrukan penduduk yang positifmilcrofilaria. Di Kabupaten
Ucapan Terima Kasih
Tanjung Jabung Barat" Jambi. yang merupakan kabupaten dengan dua kali MDA, mf-rote evaluasi sesudah dua tahun
MDA di lokasi penelitian (Desa'Tungkal, Kecamatan Tungkal
Ilir)
adalah 0%, yang berarti telah rnengalami penurunan dari 1,59/a (.9 / 59 A) sebelum il,{DA. Demikian juga di Kota Dumai,
petem akari,&ehewanan.
Pada kesempatan ini ucapan terima kasih disampaikan kepada:
l.
mafltan Kepaia Pusat Peneiiiian dan Pengembangan
Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan
Itiau, (kabupaten dengan tiga kali MDA), besarnya rnf-rote evaluasi dua tahun sesudah MDA di lokasi penelitian (Desa'Pumam4 Kecamatan Dumai Barat) a,Jalah 0% (01509),
yang berarti telah mengalami penurunan dari i?6 (5/500) sebeium h{DA. Di Kabupate.n Banyrasin Sumatera Selatan (kabnpaten dengan empat kali MD,4,), ineskipun mfrote evaluasi empattahun sesrdah MDA di lokasi peneiitian {Desa Sembawa, Kecarnatan Sembawa) tidak 0%. tetapi 0.12%, telah
Pengembangan Kesehatan atas dukungan dan izin yang diberikan.
2. Dr. Solah Imari" MSc selaku mantar
yang berani penularan belum berhenti seperti yang ditunjukkan di lndia tersebut" Perbedaan tersebut diduga berkaitan dengan spesies filaria. Spesies filaria yang ditemukan di Dsse Sembawa {lcrkasi survei di kabupaten Banyrrasin) adaiah ts. malayi. sedangkan di india adaiah il,l bsncro{ti. B. malayi, tenrtama yang periociisitasnya subpericdik dan nonperiodik, bersifat zocnatik sehingga penularan dari her+an resen'oir rnasih ada dan itri mempersulit
3.
rnasukan dan banfuan sarana transpafiasi sehingga penelitian di wilayahnya masing-masing dapat terlaksana dengan baik.
Daftar Pusfskfi
1.
2, 3. 4. 5.
Meskipun hasil dalam penelitian ini menunjukan peruRrnan mf-rate rJi lokasi s$rvei, namulr masih ada beberapa hasil vang perlu diperhaiikan. Di beberapa desa spat clieck iii Kabirpaten Banyuasin, besamya mf-rate masih >
Hal lain yang nasih memeriukan perhaiian adalah kehadiian hewan reservoir yang posirif mikrofilaria di pemuki-mair pendudi.rk. Di antara iima desa yang disurvei, tiga desa rnemperlihatkan hewan reservcir ikucing rumah) -vang positif mikrof;laria B- mulayi dengan infbction rate hingga 26"67% (Kota Dumai, Riau). B.en3'ataan itu menunjukkan bahrva masih ada ancanran penuiaran dari krrcing. &{aj Hedokt Indono Volum: 580 Nomor:
ll,
Nopember 2{}08
berikan. ParaKepala Dinas Kesehata* Provinsi Sumatera Selatan.
Riau dan Jamtri, para Kepala Dinas KeseFiatan Kabupaten/Kota di lima kabupatenikota serla para Kasubdin, atas dnkungan dan izin yang diberikan,
penghentian peaulartur.
17o pada evaiuasi tiga tahun. Tidak tertr.rt'.rp kemungkinan akan ditemukar keadaan yang sama di kabupaten lain biia jumlah desa sl:ot chet:k di suahr kabupaten diperbanl.ak. Untuk rnenentuka^n apakah di suatu wilayah kabupaten sudah ierjadi Femrninan endemisitas atau tidak, periu dilait:rkan surv-ei evaluasi di beberapa desa.
Kepaia Sub
Direktorat Filariasis dan Sch isf osomiasis atas dukungan terhadap penelitian ini dan tambahan data yang di-
nengalami peilurunan dari 1,13% {51442} sebeium MDA. Dengan demikian, bila hanya melihat besarnya mf-r.ate di desa sentinel, inaka di seluruh kabupaten dengan penguiangan MDA yang berbeda, mfrqte
Dr. Errra Tresnaningsih. MOli, Ph.D" Sp.OK selaku
8.
Ileparteme.n Kesc.llatan R.l. Pedomiur penatalaksanaen kasus klinis
penyakil kaki gajah (liiariasis). Buku \'. Jakarta: Direktorat ienderal Pernbsrantasan Penyakii fuienular dan Pelyehatan Lingkungan, Ilep Kes RI; 2fi04. Cani A. Kerugian ekonomis akitlat Slariasis. Dipresentasikan dal:un pertr:muan Rapid llapping Filariasis. .lakart4 200S!\,'orld liealth Organization. Tht globatr of elirnination cf '!ym-
phatic filaliasis as a putrlic health probiem b,v the _vear 2020. Ceneva: World ilealth Organizaticn. 2S0L Departenlefi Kesehatiil RI. Pedesan pengobatan massal penyakit kal,i gadjah ifilariasis), .lakqrta: Direkforat Jenderal PPhl & PL -
Direktarat P2i32 Subdit Filarii:sis & Schisrasomiasis, 200?. Sabesan S, Ravi S, Das PK. Eiirtrinacion of lynphatic filariasis in lndia. Lancet iniectio$s llisrases 20'r]5 : 5 :4-5, Gyap*ng J0. T'reatment strategies underpinning the global prograarxe to eiiminate lympfuatic filariasis. Expert Opinion. Pharmaor:therapy 2005;6(2i: I 79-200. Supali ! lsr:iid lS. Pumcmo, Riickeri F. tsradley M. Fischer P. Trsatm€lrt of Br"tgia timori :rnl, Ltruchereria hancraJti infecticns in lndolesia asing DEC or a combinarion oIDEC and alhendizole: adverse reactions afid shorf-ierm efects on microfiladae. Trr,'p
Med irriernational Hlth 2002; 7i10;:894-90t. Oqueka T. Supali I lsmid IS, R.ficlert P Fischer P. Impact +f two rounds of mass rlrug administration using diethylcartramazine cornbined rvitlr atrbendazole on tlie prevalencc cf Brugia tiinori anrt of intestinal helminths on Alcr islaird. lndoncsia. Filarial J. 2005:4:5. Stolk 'irA. Fruspecls lor eliminaticn of'trancrcfiian filaririsis by mass d,*xg treatrlent in Pcndiohery, {rdia: a simulatiau stud-v. J
lnfect Dis 20$3;l $8(S): 137t -81 krnesbcw S, i{osmer Jr, DW. Klar J, Lwanga SK.i1990}.,,tdequasy +f s:unpie size irr healih studies. IlitedeinalrLa* oleh D. Pramono dan 1'{. Kusnantc! (Ed}. Besaf sampel dalam penelitian kesehatr*r.
iy Press.p. 5 1 -2. Kesehatan Katrupaten l'.rnj*ng .labung Barat- Pioiil Dinas i(esehalan Kahupaten 'fa{ulg Jabug Barat. Kuala'Iungkal: Dinas Yogyakarta: Gadjah lviada tJnir,ersi
Disix
,fin
Endemisrtas Filariqsis dengan Lama Pengobalan Mass{}l l}erbeda
i2.
Barat,2006-
Kesehatan Kabupatcn Tanjung Jabung Dinas Kesehatail Kabupden Tanjung Jabung Barat- l,aporan
Kcgialan
Hasil Fsngobatm Massal Eliminasi Penyakit Kaki Cajah (Fi-
lariasis) Kabupaten Talj*ng Jabung Barat Tahun 2005. Kuala Tungkal: i)inas Kesehatan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 24fi6.
42&
13- Departemen Kesshiltan RI- Pcdoman prograrn eiiminasi filariasis di Indcnesia. Jakarta: Direktorai Jenderal PP & PL, DepKes Rl, 2006.
@"'
Maj Ke:lokt Indon, Volum: 58, Nomor: 11, Nopemtrer 2008