Laksanakan Sekarang atau Nanti: Pengaruh Keterhubungan Psikologis terhadap Temporal Discounting pada Pelaksanaan Tugas Puji Astuti Erita Narhetali Dalam keseharian, pembuatan rencana untuk mengerjakan tugas merupakan hal yang lumrah dilakukan. Namun, ketika waktu pelaksanaan rencana tersebut sudah tiba, apakah pembuat rencana benar-benar melaksanakan tugas tersebut sesuai rencana atau menundanya? Penelitian field eksperiment dilakukan untuk melihat pengaruh dari keterhubungan psikologis terhadap temporal discounting pada pelaksanaan tugas. Sebelum penelitian dilakukan, partisipan diminta menentukan kapan dirinya bersedia mengikuti penelitian. Sebanyak 66 partisipan dibagi secara random menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok eksperimen. Pada waktu yang telah partisipan tentukan sendiri sebelumnya, partisipan menerima manipulasi keterhubungan psikologis dari Bartel dan Rips (2010) yang telah dimodifikasi sebelum memutuskan apakah akan mengikuti penelitian pertama yang akan dilaksanakan saat itu juga sesuai dengan rencana, atau mengikuti penelitian yang akan dilaksanakan pada minggu selanjutnya. Kelompok kedua merupakan kelompok kontrol, kelompok ini tidak menerima manipulasi apapun sebelum menentukan pilihannya. Hasil analisis chisquare test for independence menunjukkan tidak adanya pengaruh keterhubungan psikologis terhadap temporal discounting pada pelaksanaan tugas χ 2 (1, N=66) = 1.29, p<.256. Pada bagian akhir, dibahas mengenai metode penelitian temporal discounting pada pelaksanaan tugas yang pertama kali dilakukan pada penelitian ini serta aspek-aspek pengambilan keputusan dengan konsekuensi yang akan segara dirasakan oleh pengambil keputusan. Kata kunci: intertemporal choice, psychological connectedness, temporal discounting pada pelaksanaan tugas
Pendahuluan Pada artikel yang dipublikasikan pada tahun 1991, Akerlof, seorang pemenang Penghargaan Nobel bidang Ekonomi, menceritakan pengalaman pribadinya berkaitan dengan penundaan pelaksanaan tugas. Beliau diminta sahabatnya untuk mengirimkan sebuah paket, namun karena merasa proses yang harus dilakukan sulit dan memakan waktu, beliau setiap hari melakukan penundaan untuk melaksanakan tugas tersebut. Hingga akhirnya, delapan bulan kemudian, paket tersebut belum juga beliau kirimkan. Akerlof kemudian melakukan perhitungan matematis berkaitan dengan penundaan
tersebut
dan
menemukan
bahwa
penundaan
tersebut
telah
menimbulkan kerugian yang besar. Dengan kata lain, selama delapan bulan tersebut
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
Akerlof telah menghindari untuk melaksanakan suatu tugas karena menganggap tugas tersebut sulit, namun pada akhirnya, kerugian yang terjadi akibat penghindaran tersebut malah lebih besar dibanding jumlah usaha yang harus beliau keluarkan untuk melakukan tugas tersebut. Ketika menjelaskan perilakunya tersebut, Akerlof menyatakan bahwa ketika merencanakan untuk mengirim paket pada hari berikutnya, beliau merasa dapat melaksanakan rencana tersebut. Masalahya, ketika hari berikutnya tiba, beliau menilai usaha yang harus dikeluarkan untuk mengirim paket tersebut menjadi sangat besar, dan kemudian memutuskan menundanya. Penundaan ini beliau lakukan karena ketika beliau membayangkan mengirim paket tersebut pada hari berikutnya, tugas tersebut menjadi terasa relatif lebih mudah. Dengan kata lain, beban tugas yang akan dilaksanakan pada hari berikutnya dipersepsi akan lebih ringan dibanding beban tugas yang dilaksanakan pada hari tersebut. Gejala ini merupakan bentuk temporal discounting pada tugas (Soman, 1998) Temporal discounting akan membuat individu menjadi tidak sabar dan cenderung hanya memikirkan dirinya pada „saat ini‟ dan mengabaikan apa yang akan terjadi pada dirinya di masa depan (Bartels & Urminksy, 2010). Kerugian yang banyak ditimbulkan oleh temporal discounting ini mendorong dilakukannya banyak penelitian yang bertujuan untuk menemukan bentuk koreksi untuk gejala ini (mis. Bartels & Rips, 2010; Bartels & Urminsky, 2011; Bryan & Ersner-Hershfield, 2012). Salah satu strategi yang banyak diteliti adalah dengan keterhubungan psikologis (mis. Bartels & Rips, 2010; Bartels & Urminsky, 2011), namun sejauh ini penelitian yang sudah dilakukan terbatas pada pengaruh keterhubungan psikologis terhadap temporal discounting pada uang. Padahal, Soman (1998) menemukan adanya indikasi bahwa dalam rentang waktu yang sama, nilai pelaksanaan tugas dikurangi dengan besaran (parameter discounting) yang lebih besar jika dibandingkan dengan uang. Karena adanya urgensi untuk menemukan koreksi pada temporal discounting pada pelaksanaan tugas, penelitian ini akan meneliti mengenai pengaruh keterhubungan psikologis terhadap temporal discounting pada pelaksanaan tugas, yang tercermin dari penundaan tugas.
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
Temporal Discounting Penelitian ini meneliti mengenai pengambilan keputusan yang melibatkan konsekuensi yang terjadi pada kerangka waktu yang berbeda atau intertemporal choice. Penelitian mengenai intertemporal choice (misalnya, Ainslie, 1992; Thaler, 1981) menunjukkan adanya fenomena “pervasive devaluation of the future”, yaitu pengurangan nilai konsekuensi yang akan diterima di masa depan, sehingga nilai baik kerugian maupun keuntungan yang akan diterima jauh di masa depan menjadi lebih kecil dibanding jika keuntungan dan kerugian tersebut diterima segera. Hal tersebut menyebabkan individu bersedia menerima sejumlah kecil uang dibanding menunggu untuk menerima sejumlah uang yang jumlahnya lebih besar suatu saat di masa depan (Thaler, 1981), atau memilih alat elektronik yang harganya lebih murah dengan kemungkinan harus mengeluarkan biaya operasional dan perbaikan yang lebih mahal dibanding alat elektronik yang lebih mahal dengan biaya operasionalnya akan jauh lebih murah (Hausman, 1979). Menurut Samuelson (1937), ketika seorang individu menunda untuk mengalami suatu bentuk kerugian (l) dan memilih kemungkinan untuk mengalami kerugian yang lebih besar (l+x) di masa yang akan datang atau memilih menerima keuntungan
(g)
segera,
dan
kehilangan
kesempatan
untuk
mendapatkan
keuntungan yang lebih besar (g+x) di masa depan, maka individu tersebut menunjukkan gejala temporal discounting. Temporal Discounting pada Pelaksanaan tugas Mayoritas penelitian mengenai temporal discounting menjelaskan mengenai fenomena ini di ranah ekonomi. Padahal, fenomena ini juga terjadi di ranah lain, seperti kesehatan (Chapman, 1996), lingkungan (Hardisty, 2009), dan juga pelaksanaan tugas (Soman, 1998, 2004). Indikasi mengenai terjadinya temporal discounting pada pelaksanaan tugas, sebenarnya sudah dicetuskan Akerlof (1991). Beliau menemukan bahwa individu cenderung menganggap kecil pelaksanaan tugas yang harus dikeluarkan untuk melakukan hal-hal kecil seperti mengirimkan paket kepada teman. Indikasi serupa juga ditemukan pada penelitian Soman (1998). Schouwenburg dan Groenewoud (2001) juga telah berhasil melakukan penelitian dengan mengambil paradigma temporal discounting pada uang dan menerapkannya pada perilaku belajar
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
mahasiswa. Namun begitu, dibanding penelitian temporal discounting pada ranah lain, penelitian temporal discounting pada pelaksanaan tugas masih sangat kurang. Soman mulai mendalami fenomena temporal discounting pada pelaksanaan tugas ketika melalui penelitiannya pada tahun 1998, beliau menemukan adanya indikasi bahwa dalam rentang waktu yang sama, nilai pelaksanaan tugas dikurangi dengan besaran (parameter discounting) yang lebih besar jika dibandingkan dengan uang. Menurut Soman (2004), perbedaan parameter discounting antara uang dan pelaksanaan tugas ini bisa terjadi karena perbedaan evaluabilitas antara keduanya. Hsee (1996) menyatakan bahwa evaluabilitas uang jauh lebih besar dibanding dengan pelaksanaan tugas. Uang lebih mudah dikuantifikasi jika dibandingkan dengan pelaksanaan tugas. Selain itu, evaluasi terhadap uang tidak terlalu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepercayaan diri, ketidaksadaran mengenai apa yang akan terjadi di masa depan, dll. Sebagai ilustrasi, seringkali individu merasa kesulitan membayangkan akan seperti apa sulitnya memberi nilai pada 10 esai mahasiswa, tapi membayangkan bagaimana senangnya jika mendapat uang senilai satu juta rupiah bukanlah hal yang sulit (Soman, 2004). Teori Jenjang Pemaknaan Menurut Trope dan Liberman (2010), bentuk konstruksi mental dapat digunakan untuk melampaui apa yang menjadi pengalaman langsung dan merepresentasikan objek yang jaraknya jauh secara psikologis. Construal Level Theory atau Teori Jenjang Pemaknaan (TJP) merupakan teori yang menjelaskan kemampuan manusia untuk mengkonseptualisasikan hal di luar realitasnya melalui hubungan antara jarak psikologis dari objek dan representasi mental objek tersebut. Menurut
Liberman
dan
Trope
(2003),
setiap
kejadian
atau
objek
dapat
dipresentasikan pada dua jenjang pemaknaan yang berbeda, yaitu: (a) Pemaknaan pada jenjang yang rendah. Pemaknaan pada jenjang yang rendah bersifat konkret, cenderung tidak terstruktur, dan sangat dipengaruhi konteks; (b) Pemaknaan pada jenjang yang lebih tinggi. Pemaknaan pada jenjang yang lebih tinggi bersifat abstrak, skematis, dan tidak terlalu dipengaruhi konteks. Pemaknaan tipe ini menekankan pada fitur inti dari objek dan menghilangkan fitur-fitur yang kurang penting. Gejala temporal discounting pada pelaksanaan tugas dapat dijelaskan dengan TJP. TJP menjelaskan bagaimana jarak psikologis mempengaruhi proses evaluasi. Jarak psikologis ini terjadi misalnya, ketika individu memikirkan hal yang terjadi di
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
masa depan. Semakin lama rentang waktu hingga masa depan yang dimaksud, maka akan semakin besar pula jarak psikologis yang terjadi (Trope & Liberman, 2003).
Ketika suatu kegiatan direncanakan untuk dilaksanakan di masa depan,
proses evaluasi yang dilakukan individu akan lebih dipengaruhi oleh fitur yang abstrak, seperti manfaat dari kegiatan tersebut, daripada fitur yang konkret, seperti langkah-langkah pengerjaan, fasilitas yang dibutuhkan, dll. Akan tetapi, hal sebaliknya terjadi ketika waktu pelaksanaan kegiatan sudah tiba dan jarak psikologis individu terhadap pelaksanan kegiatan semakin berkurang. Proses yang dilakukan individu akan lebih dipengaruhi oleh fitur-fitur konkret dari kegiatan tersebut sehingga beban relatif dari pelaksanaan kegiatan akan terasa bertambah. Dari penjelasan TJP tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi ketidakakuratan persepsi terhadap hal-hal yang akan terjadi atau dilakukan pada masa yang akan datang. Ketidakakuratan ini terjadi karena hal-hal yang akan terjadi atau dilakukan pada masa yang akan datang tidak dapat secara langsung dialami oleh diri pada saat ini karena adanya jarak psikologis antara diri di saat ini dan diri di masa yang akan datang. Keterhubungan Psikologis Jika berbicara mengenai adanya jarak, maka akan akan ada yang dekat dan yang jauh. Begitu pula dengan jarak psikologis. Jarak psikologis secara otomatis terjadi jika objek yang individu pikirkan tidak berada di „sini‟ dan „saat ini‟. Namun, bukan berarti individu tidak bisa mendekatkan objek yang jauh secara psikologis tersebut. Kedekatan dengan objek yan secara psikologis jauh tersebut bisa terjadi dengan adanya psychological connectedness atau keterhubungan psikologis. Parfit (1984) mendefinisikan keterhubungan psikologis sebagai keterkaitan psikologis yang terjadi karena adanya kesamaan ingatan, pengalaman, tujuan, nilai, dan fitur psikologis lain. Pada penelitian ini, keterhubungan psikologis yang dimaksud adalah spesifik mengenai persepsi seseorang mengenai keberlanjutan antara diri individu saat ini dan dirinya pada suatu waktu di masa depan karena adanya kesamaan ingatan, pengalaman, tujuan, nilai, dan fitur psikologis lain antara kedua diri tersebut. Penelitian Bartels dan Rips (2010) menunjukkan bahwa individu yang merasakan keterhubungan psikologis dengan dirinya di masa depan dengan tingkat
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
lebih tinggi melakukan temporal discounting dengan tingkat yang lebih rendah. Oleh karena itu, berkaitan dengan temporal discounting terhadap pelaksanaan tugas, keterhubungan yang individu rasakan dengan dirinya di masa depan seharusnya mendorong individu untuk memahami bahwa beban pelaksanaan suatu tugas akan hampir sama beratnya jika dikerjakan saat ini atau di masa depan. Selain itu, keterhubungan ini juga mendorong individu untuk peduli kepada dirinya di masa depan dengan tidak melimpahkan hal-hal yang dianggap sebagai beban pada saat ini ke diri di masa depan (Bartels & Rips , 2010). Gejala keterhubungan psikologis ini banyak diteliti pada ranah ekonomi dan sudah dibuktikan dapat digunakan untuk mengurangi perilaku temporal discounting pada imbalan uang, yaitu dengan mendorong konsumen untuk memilih imbalan yang lebih besar di masa yang akan datang, dibanding imbalan yang lebih kecil dan dapat didapatkan segera(Bartels & Rips, 2010; Bartels & Urminsky, 2011). Selain itu, keterhubungan psikologis juga telah dibuktikan dapat digunakan sebagai intervensi untuk meningkatkan perilaku menabung untuk masa pensiun (Hardisty, dkk., 2009). Namun begitu, konstruk ini belum banyak diteliti di ranah psikologi, sejauh ini, penelitian yang berkaitan dengan keterhubungan psikologis di ranah psikologi hanyalah penelitian Ersner-Hershfield, dkk (2011). Pada penelitian tersebut dibuktikan bahwa keterhubungan psikologis dapat mengurangi kecenderungan melakukan perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan etika, seperti berbohong dan memberi suap.
Metode Penelitian Partisipan Penelitian Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa S1 Reguler UI, khususnya yang tinggal secara mandiri. Kriteria ini untuk mengontrol variabel kebebasan dalam mengatur waktu dan kegiatan harian. Secara usia, partisipan berada pada usia kebanyakan mahasiswa S1 Reguler, yaitu berkisar antara 17-24 tahun. Pembatasan usia ini dilakukan karena penelitian sebelumnya dari Eppinger, dkk. (2012) menunjukkan partisipan pada kelompok usia yang berbeda, misalnya kelompok usia awal 20-an dengan kelompok usia 40-an menunjukkan perilaku temporal discounting yang berbeda.
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
Variabel Penelitian Variabel bebas pada penelitian ini adalah keterhubungan psikologis. Keterhubungan psikologis adalah persepsi seseorang mengenai keberlanjutan antara diri individu saat ini dan dirinya pada suatu waktu di masa depan. Variasi dari variabel ini adalah satu kelompok penelitian akan menerima manipulasi untuk meningkatkan keterhubungan psikologis, sedangkan satu kelompok lain tidak. Manipulasi yang digunakan pada penelitian ini, adalah manipulasi keterhubungan psikologis yang digunakan Bartels dan Rips (2010) yang peneliti modifikasi dan sesuaikan dengan konteks penelitian ini Variabel terikat pada penelitian ini adalah temporal discounting pada pelaksanaan tugas. Berdasarkan sifat penelitian ini yang berupa field experiment, satu-satunya
metode
yang
dapat
digunakan
dalam
situasi
nyata
tanpa
menimbulkan kecurigaan adalah metode pilihan sederhana. Pada metode ini, partisipan diberi dua pilihan, satu pilihan yang berupa kerugian yaitu tugas dalam jumlah tertentu yang harus dikerjakan segera dan pilihan lain berupa berupa tugas dalam jumlah yang lebih banyak namun dapat dikerjakan di waktu yang akan datang setelah suatu jangka waktu tertentu. Temporal discounting terhadap pelaksanaan tugas terjadi jika partisipan memilih untuk mengerjakan tugas dalam jumlah yang lebih banyak yang tidak perlu dikerjakan segera. Prosedur Penelitian Penelitian ini diawali dengan rekrutmen partisipan. Pada tahap ini, partisipan menentukan kapan dirinya bersedia mengisi kuesioner dari peneliti. Penetapan ini menjadi penting untuk mengontrol variabel-variabel yang kemungkinan mengganggu penelitian jika hal ini tidak dilakukan, seperti kesibukan, tugas kuliah, kegiatan organisasi, janji pribadi, dll. Selanjutnya, sesuai dengan kerangka waktu yang disetujui dengan partisipan, partisipan akan menerima SMS berisi penjelasan mengenai kuesioner yang harus mereka isi, yaitu 35 isian singkat (dengan jawaban berkisar 1-2 kata) dan harus diselesaikan dalam waktu 2 jam sejak e-mail dikirim. Selain informasi tersebut, peneliti juga menginformasikan bahwa partisipan juga bisa memilih untuk mengikuti
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
penelitian tahap kedua dengan kuesioner sebanyak 42 isian singkat dan akan dikirim kepada partisipan pada minggu selanjutnya. Terakhir, partisipan ditanya mengenai pilihannya, apakah akan mengikuti penelitian yang akan dilaksanakan saat itu juga atau penelitian yang akan dilakukan minggu depan. Pada kelompok eksperimen, pertanyaan mengenai penelitian mana yang akan diikuti
didahului
dengan
manipulasi
keterhubungan
psikologis.
Manipulasi
keterhubungan psikologis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari manipulasi keterhubungan psikologis yang digunakan Bartels dan Rips (2010). Berkaitan dengan manipulasi keterhubungan psikologis yang dikirim melalui SMS, telah terbukti pada penelitian Fjeldsoe (2009) bahwa intervensi untuk mengubah perilaku
dapat
dilakukan
melalui
layanan
SMS.
Selanjutnya,
pertanyaan
manipulation check diberikan kepada partisipan pada kelompok eskperimen saja, karena hanya partisipan pada kelompok inilah yang mendapat intruksi yang merupakan bentuk manipulasi keterhubungan psikologis. Manipulaton dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
check
partisipan mengikuti instruksi yang
merupakan bentuk manipulasi yang disampaikan melalui SMS. Semua partisipan menerima debriefing melalui e-mail. Hasil penelitian Penelitian ini melibatkan 66 partisipan, 38 partisipan pada kelompok kontrol dan 28 partisipan pada kelompok eksperimen. Range usia partisipan adalah 17-22 tahun (M = 18.78, SD = 1.24) Hasil dari penelitian ini mengelompokkan partisipan ke dalam dua kategori. partisipan yang memilih untuk mengikuti penelitian pada minggu selanjutnya masuk ke dalam kategori telah melakukan temporal discounting pada pelaksanaan tugas, sedangkan partisipan yang memilih untuk mengikuti penelitian pada saat itu juga masuk ke dalam kategori tidak melakukan temporal discounting pada pelaksanaan tugas. Untuk menganalisis data berbentuk distribusi seperti di atas, maka analisis data yang dilakukan adalah analisis data nonparametrik. Berikut ini merupakan hasil pengolahan data di atas dengan menggunakan teknik analisis statistik chi-square test for independence.
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
Tabel I Hasil Uji Chi-Square test for independence K. Kontrol n 23
Temporal Discounting
% 34.8
K. Eksperimen p n % χ2 13 19.6 1.29 .256
Hasil analisis statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada distribusi partisipan yang memilih mengikuti penelitian segera dan partisipan yang memilih untuk mengikuti penelitian pada minggu selanjutnya antara kelompok yang diberi manipulasi keterhubungan psikologis dengan kelompok yang tidak menerima manipulasi keterhubungan psikologis χ2 (1, N=66) = 1.29, p<.05. Dengan kata lain, hasil penelitian ini tidak menunjukkan adanya pengaruh keterhubungan
psikologis
terhadap
perilaku
temporal
discounting
dari pada
pelaksanaan tugas. Diskusi Dari
hasil
penelitian
ini,
tidak
ditemukan
adanya
pengaruh
dari
keterhubungan psikologis terhadap temporal discounting pada pelaksanaan tugas. Meski belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti hal yang sama, namun hasil ini sejalan dengan temuan Frederick (2003) yang juga tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan dari keterhubungan psikologis terhadap temporal discounting pada uang. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengaruh keterhubungan psikologis terhadap temporal discounting (Bartels & Urminsky, 2011; Bartels & Rips, 2010; Ersner-Hershfield, 2009) kemungkinan terjadi karena penelitian ini meneliti temporal discounting pada intertemporal choice yang melibatkan konsekuensi yang nyata, pasti terjadi, dan akan dirasakan segera. Sedangkan penelitian-penelitian tersebut menggunakan skenario hipotetikal atau konsekuensi yang belum tentu terjadi. Intertemporal choice dengan konsekuensi segera ini memiliki karakteristik yang menarik. Menurut Kirby dan Hernstein (1995) pengambil keputusan menempatkan berat yang tidak proporsional terhadap hasil keputusan yang akan segera dirasakan konsekuensinya atau yang disebut sebagai immediacy effect. Selain itu, menurut Kirby dan Hernstein (1995) grafik temporal discounting seiring bertambahnya waktu akan membentuk grafik hiperbola. Pada grafik
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
hiperbola, pengurangan nilai paling tinggi terhadap konsekuensi yang terjadi di masa depan terjadi pada saat mendekati waktu „sekarang‟, dengan kata lain, bias dalam pengambilan keputusan paling besar terjadi ketika melibatkan hasil keputusan yang segera dirasakan seperti pada penelitian ini. Berdasarkan penelitian ini, terlihat adanya indikasi bahwa koreksi dengan manipulasi keterhubungan psikologis masih kurang cukup kuat untuk mengoreksi bias yang kuat ini. Selain itu, ada beberapa hal lain yang juga diasumsikan mempengaruhi hasil penelitian ini sehingga tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, yaitu: A. Penggunaan Layanan SMS Penelitian Fjeldsoe (2009) membuktikan bahwa intervensi perubahan tingkah laku melalui layanan SMS efektif untuk mengubah perilaku. Namun, hal tersebut masih menjadi sesuatu yang tidak bisa dipastikan dalam penelitian ini. Penggunaan media SMS membatasi keleluasaan peneliti dalam melakukan manipulasi maupun melihat keefektifannya. Meski pilot study pada manipulasi sebelum penelitian utama telah menunjukkan bahwa manipulasi yang digunakan efektif untuk memanipulasi keterhubungan psikologis, namun peneliti tidak dapat memastikan hal tersebut akan sama keefektifannya ketika disampaikan melalui SMS. B. Luputnya Opportunity Cost Opportunity Cost adalah kerugian yang terjadi karena tidak diambilnya suatu alternatif. Meski pada setiap pilihan terdapat opportunity cost, namun seringkali opportunity cost ini luput dari perhatian individu (Frederick dkk., 2009; Spiller, 2010). Opportunity cost
pada pilihan yang melibatkan keuntungan dan kerugian yang
besar saja masih sering luput dari perhatian dari individu, bisa dibayangkan hal yang sama akan lebih banyak terjadi lagi pada pilihan yang melibatkan keuntungan dan kerugian yang relatif kecil seperti pada penelitian ini. David Bach, seorang self-help guru, dalam Bartels, Urminsky, dan Frederick (2011), memberi contoh di bawah ini: “If you're wasting $5 a day on little things like a latte at Starbucks or a muffin, you can become very rich if you can cut back on that, and actually took that money and put it in a savings account at work, … [I ]n your 20s, you can actually be a multimillionaire by the time you reach retirement by simply finding your latte factor and paying yourself back.” ( hal.3) Bartels dan Urminky (2011) menyatakan bahwa ilustrasi di atas, pada intinya
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
adalah menonjolkan opportunity cost yang banyak luput dari perhatian individu jika transaksi tidak diakumulasikan. Berkaitan dengan penelitian ini, luputnya opportunity cost dari perhatian partisipan sangat mungkin terjadi ketika memutuskan antara mengikuti penelitian saat itu juga dan mengikuti penelitian satu minggu yang akan datang karena selisih pelaksanaan tugas yang relatif sedikit, yaitu sebanyak 7 isian singkat, sehingga partisipan tidak melihat adanya perbedaan yang signifikan antara pelaksanaan tugas yang harus dikeluarkan pada penelitian saat itu juga dan penelitian pada minggu selanjutnya. Selisih pelaksanaan tugas yang relatif sedikit ini, paling tidak harus mengalami peangukumulasian seperti ilustrasi di atas agar menjadi bahan pertimbangan partisipan. Bartels dan Urminsky (2011) melakukan penelitian mengenai interaksi keterhubungan psikologis dengan opportunity cost yang dibuat menonjol.
Penelitian
tersebut
menunjukkan
bahwa
interaksi
keduanya
menghasilkan efek yang lebih kuat dalam mempengaruhi temporal discounting. Kesimpulan Hasil analisis statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada distribusi partisipan yang memilih mengikuti penelitian segera dan partisipan yang memilih untuk mengikuti penelitian pada minggu selanjutnya antara kelompok yang diberi manipulasi keterhubungan psikologis dengan kelompok yang tidak menerima manipulasi keterhubungan psikologis χ2 (1, N=66) = 1.29, p<.05. Dengan kata lain, tidak ditemukan pengaruh dari keterhubungan psikologis terhadap temporal discounting pada pelaksanaan tugas. Saran Saran Metodologis Penggunaan layanan SMS untuk mempengaruhi perilaku serta pengambilan data dapat dilakukan dalam penelitian ini. Namun begitu, data yang bisa dikumpulkan melalui metode ini sangat terbatas dan keefektifan manipulasi melalu SMS masih harus diuji. Salah satu cara pengembangan metode ini adalah menggabungkan metode ini dengan pengambilan data melalui media lain. Misalnya, setelah pengambilan data utama melalui SMS selesai, pertanyaan tambahan dan lain
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
sebagainya dapat ditanyakan melalui e-mail, wawancara langsung, atau kuesioner konvensional. Saran Praktis Penelitian
ini mengindikasikan bahwa
koreksi dengan menggunakan
manipulasi keterhubungan psikologis tidak efektif untuk mempengaruhi temporal discounting pada pelaksanaan tugas yang dilaksanakan segera. Pada bagianbagian sebelumnya, telah peneliti diskusikan mengenai hal-hal yang kemungkinan berkontribusi pada hasil ini. Salah satunya, berkaitan dengan immediacy effect. Suatu proses pengambilan keputusan yang hasil dari keputusan tersebut akan segera dialami sangat rawan untuk mengalami immediacy effect. Fujita dan Roberts (2010) juga menyatakan self kontrol pada saat pengambilan keputusan sangat rawan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti muatan kognitif, penipisan energi, dan emosi. Bahkan untuk sesuatu yang sudah dibuat perencanaannya pun, pada akhirnya pelaksanaan tugas tetap saja ditunda. Untuk mengatasi hal ini, individu dapat menggunakan strategi prospektif self kontrol untuk mengurangi bahkan menghilangkan kebutuhan terhadap self kontrol ketika waktu eksekusi rencana sudah tiba (Fujita & Roberts, 2010). Strategi koreksi lain yang juga bisa dilakukan adalah dengan fokus pada opportunity cost ketika dihadapkan pada pilihan. Penelitian Bartels, Urminsky, dan Frederick (2011) menunjukkan interaksi antara keterhubungan psikologis dengan opportunity cost menghasilkan efek yang lebih kuat dalam mempengaruhi temporal discounting.
Kepustakaan Akerlof, G. A. (1991). Procrastination and obedience. The American economic review, 81(2), 1-19. Bartels, D. M., & Rips, L. J. (2010). Psychological connectedness and intertemporal choice. Journal of Experimental Psychology-General, 139, 49-69. Bartels, D.M., & Urminsky, O. (2010) “Impatience as Intertemporal Egoism,” Proceedingsof the 32d Annual Meeting of the Cognitive Science Society Bartels, D.M., &Urminsky (2011). On Intertemporal Selfishness: How the Perceived Instability of Identity Underlies Impatient Consumption. Journal of Consumer Research, 8, 182-198. DOI: 10.1086/658339
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
Bartels, D. M., Urminsky, O., & Frederick, S. (2011). The role of tradeoff saliance and connectedness to the future self in consumer saving. Bryan, C. J., & Ersner-Hershfield, H. (2012). You owe it to yourself: Boosting retirement saving with a responsibility-based appeal. Journal of Experimental Psychology: General, 141(3), 429. Chapman, G. B. (1996). Expectations and preferences for sequences of health and money. Organizational Behavior and Human Decision Pro-cesses, 67, 59 –75 Eppinger, B., Nystrom, L. E., & Cohen, J. D. (2012). Reduced Sensitivity to Immediate Reward during Decision-Making in Older than Younger Adults. PloS one, 7(5), e36953. Ersner-Hershfield, H., Cohen, M. T., Thompson. (Forthcoming). Short horizons and tempting situations: Lack of continuity to our future selves leads to unethical. Elsevier Editorial System(tm) for Organizational Behavior and Human DecisionProcesses Ersners-Hersfield, H., Goldstein, D. G., Sharpe, W. F., Fox, J., Yeykelis, L., Carstensen, L. L., & Beilenson, J. N. (2011). Increasing Saving Behavior trough age-progressed rendering of the future. Journal of Marketing Research, Journal of Marketing Research Article Postprint. American Marketing Association. Ersner-Hershfield, H., Garton, M. T., Ballard, K., Garkin, G. R., & Knutson, B. (2009). Don‟t stop thinking about tomorrow: Individual differences in future selfcontinuity account for saving. Judgement and Pengambilan keputusan, 4(4), 280–286. Ferrari, J. R., Barnes, K. L., & Steel, P. (2009). Life regrets by avoidant and arousal procrastinators: Why put off today what you will regret tomorrow?.Journal of Individual Differences; Journal of Individual Differences, 30(3), 163. Fjeldsoe, B. S., Marshall, A. L., & Miller, Y. D. (2009). Behavior change interventions delivered by mobile telephone short-message service. American journal of preventive medicine, 36(2), 165. Frederick, S., Novemsky, N., Wang, J., Dhar, R., & Nowlis, S. (2009). Opportunity cost neglect. Journal of Consumer Research, 36(4), 553-561. DOI: 10.1086/599764 Fujita, K., & Roberts, J. C. (2010). Promoting Prospective Self-Control Through Abstraction. Journal of Experimental Social Psychology. Fujita, K., Trope, Y., Liberman, N., & Levin-Sagi, M. (2006). Construal levels and self-control. Journal of personality and social psychology, 90(3), 351. Hardisty, D. J. Appelt, K. C., & Weber, E. U. (2012). Good or bad, we want it now: Fixed cost present bias for gains and losses explain magnitude asymmetries in intertemporal choice. Journal of Behavioral Decision Making. DOI:10.1002/bdm.17 71 Hardisty, D. J. Temporal Discounting of Losses. (2011). Disertasi. Graduate School of Arts and Science, Columbia University Kirby, K. N., & Herrnstein, R. J. (1995). Preference reversals due to myopic discounting of delayed reward. Psychological Science, 6(2), 83-89. Liberman, N., Trope, Y., McCrea, S. M., & Sherman, S. J. (2007). The effect of jenjang of construal on the temporal distance of activity enact-ment.Journal of Experimental Social Psychology, 43, 143–149 Liberman, N., & Trope, Y. (1998). The role of feasibility and desirability considerations in near and distant future decisions: A test of temporal construal theory. Journal of Personality and Social Psychology, 75, 5–18. doi:10.1037/0022-3514.75.1.5
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013
Liberman, N., & Trope, Y. (2003). Construal level theory of intertemporal judgment and decision. Dalam Loewenstein, G., Read, D., & Baumeister, R. Time and decision: Economic and psychological perspectives on intertemporal choice. (hal. 245-276). New York: Russell Sage Foundation Liberman, N., & Trope, Y. (2008). The psychology of transcending the here and now. Science, 322, 1201–1205. doi:10.1126/science.1161958 Liberman, N., & Trope, T. (2008, November 21). The psychology of transcending the here and now. Science, 322, 1201–1205. Parfit, D. (1984). Reasons and persons. Oxford University Press, UK. Diunduh dari: www. utoronto.ca Read, D., Frederick, S., & Airoldi, M. (2012). Four days later in Cincinnati: Longitudinal tests of hyperbolic discounting. Acta Psychologica, 140, 177 –185. DOI: 10.1016/j.actpsy.2012.02.010 Schouwenburg, H. C., & Groenewoud, J. (2001). Study motivation under social temptation; effects of trait procrastination. Personality and Individual Differences, 30(2), 229-240. Soman, D. (1998). The illusion of delayed incentives: Evaluating future effort-money transaction. Journal of Marketing Research, 35 (4), 427-437. Diunduh dari: Jstor.com Soman, D. (2004). The effect of time delay on multi-attribute choice. Journal of Economic Psychology, 25, 153-175. DOI: 10.1016/j.joep.2003.09.002 Soman, D., Ainslie, G., Frederick, S., Xiuping, L., Moreau, P., . . . Zauberman, G. (2005). The psychology of intertemporal discounting: Why are distant events valued more than proximal events?. Marketing Letters, 347–360. Springer: Netherland Soman, D., & Liu, M. W. (2011). Debiasing or rebiasing? Moderating the illusion of delayed incentives. Journal of Economic Psychology, 32(3), 307-316. DOI: 10.1016/j.joep.2010.12.005 Spiller, S. A. (2011). Opportunity cost consideration. Journal of Consumer Research, 38(4), 595-610. Thaler, R. H. (1981). “Some Empirical Evidence on Dynamic Inconsistency,” Economic Letters8, 201–207. Trope, Y., & Liberman, N. (2003). Temporal construal. Psychological Review; Psychological Review, 110(3), 403.
Laksanakan sekarang..., Puji Asturi, FSi UI, 2013