KUASA PATRIARKI DALAM DRAMA MANGIR KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER
ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Oleh: IBNUL FADLI 11210144019
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
i
ii
THE POWER OF PATRIARCHY IN THE DRAMA MANGIR BY PRAMOEDYA ANANTA TOER By: Ibnul Fadli 11210144019
[email protected] ABSTRACT This research aimed at describing the form and supporting factors the power of patriarchy in the drama Mangir by Pramoedya Ananta Toer. In addition, this research also exposed the existence of women's resistance against the power of the patriarchal system. The data source of this research is the drama Mangir by Pramoedya Ananta Toer. This research focused on the gender injustice about a woman is examined using a study of feminist literary criticism. The data collection was done by using read and note, while data analysis done with qualitative descriptive technique with the steps in the form of categorized, tabulate and the interpretation of the script. The validity of the data gained by semantic validity and interpreter reliability. The results of the research were. First, a form of patriarchal power in the drama Mangir be women subordination, women marginalization, women stereotypes, the burden more experienced by the women and violence against women. Second, factors that support the power of patriarchy in the drama Mangir by Pramoedya Ananta Toer is composed of gender factor and class factors. Third, form women resistance in drama Mangir consists of expressing their opinion that contained the resistance, take refuge under male’s name, challenging men and express their feelings. Keywords: power, patriarchy, feminist, Mangir.
iii
KUASA PATRIARKI DALAM DRAMA MANGIR KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER Oleh: Ibnul Fadli 11210144019
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan wujud dan faktor pendukung kuasa patriarki dalam drama Mangir karya Pramoedya Ananta Toer. Selain itu, penelitian ini juga memaparkan wujud perlawanan perempuan terhadap kuasa sistem patriarki. Sumber data penelitian ini adalah drama Mangir karya Pramoedya Ananta Toer. Penelitian ini difokuskan pada ketidakadilan gender yang menimpa tokoh perempuan yang dikaji menggunakan kajian kritik sastra feminis. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat, sedang analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah berupa kategorisasi, tabulasi, dan interpretasi naskah. Keabsahan data diperoleh lewat validitas semantis serta reliabilitas intrarater. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Pertama, wujud kuasa patriarki dalam drama Mangir berupa subordinasi terhadap perempuan, marginalisasi kaum perempuan, stereotipe pada perempuan, beban lebih yang dialami oleh perempuan, serta kekerasan terhadap perempuan. Kedua, faktor yang mendukung kuasa patriarki dalam drama Mangir karya Pramoedya Ananta Toer ini terdiri atas faktor gender dan faktor kelas. Ketiga, wujud perlawanan perempuan dalam drama Mangir terdiri atas mengungkapkan pendapat yang berisikan perlawanan, berlindung di bawah nama laki-laki, menantang laki-laki, serta mengungkapkan perasaan. Kata kunci: kuasa, patriarki, feminis, mangir.
iv
untuk perempuan secara biologis
A. PENDAHULUAN Kehidupan sosial masyarakat patriarki
melahirkan.
Ungkapan
ini
laki-laki
menggambarkan tidak hanya secara
sebagai pemegang kekuasaan dalam
biologis perempuan bisa melahirkan
setiap aspek kehidupan. Adapun
anak, tetapi juga dituntut untuk dapat
perempuan berada pada posisi kedua.
mengurus anak-anaknya.
Sebagai
menempatkan
yaitu
jenis
kelamin
kedua,
Masyarakat
patriarki
perempuan sangat bergantung pada
beranggapan bahwa keluarga yang
laki-laki baik secara sosial, ekonomi,
lengkap adalah keluarga yang telah
politik, maupun psikologi.
memiliki seorang anak laki-laki,
Muncul dalam
sebuah
masyarakat
berkembang generasi
Jawa
secara ke
ungkapan
lisan
generasi
bahkan seorang ibu akan merasa
yang
bangga jika melahirkan anak laki-
dari
laki.
Kedepannya
anak
laki-laki
yang
diharapkan mampu menjadi seorang
mengatakan bahwa perempuan itu
pemimpin yang mempunyai jiwa
masak, macak, dan manak dalam
kesatria
bahasa Indonesia berarti memasak,
perempuan.
berhias, dan melahirkan. Masak yang
dan
Norma
bisa
melindungi
yang
mengatur
berarti memasak mewakili pekerjaan
tentang kehidupan sosial masyarakat
perempuan untuk mengurusi rumah
patriarki bisa ditemukan dimana saja
yaitu membuat makanan, mencuci
dalam kehidupan sehari-hari, mulai
pakaian,
yang
dari lingkungan keluarga, lingkungan
berurusan dengan rumah. Macak
sosial masyarakat, buku-buku teks,
berarti
bahkan
dan
berhias
segala
yang
hal
merupakan
sampai
pada
media.
sebuah gambaran bahwa perempuan
Konstruksi gender yang berkembang
harus tampil cantik, menarik di
dalam masyarakat patriarki tidak
depan
ini
hanya membuat perempuan yang
perempuan
merasa dirugikan, tetapi juga laki-
dituntut untuk selalu bisa mengurus
laki. Laki-laki dituntut untuk menjadi
dan
“selayaknya laki-laki” yang harus
suaminya.
menunjukkan
melayani
bahwa
suami.
Hal
Kemudian
manak, merupakan sebuah ungkapan
menjalani pendidikan keras.
1
Kuasa berkembang
patriarki dalam
yang
terhadap posisi perempuan yang
masyarakat
menjadi korban adanya kekuasaan
tercermin dalam karya sastra. Karya
budaya patriarki.
sastra sebagai gambaran kebudayaan
Drama
Mangir
karya
masyarakat memberikan informasi
Pramoedya ini mengangkat kembali
melalui
cerita rakyat Ki Ageng Mangir
tulisan kepada pembaca
terkait
gejala-gejala
sosial
Wanabaya
masyarakat. Sastra gambaran
dengan
perubahan merupakan kehidupan
sebuah
terhadap
berkembang
yang
beberapa cerita
dalam
Perbedaannya
yang
masyarakat.
sangat
terlihat
dituangkan melalui media tulisan.
terutama pada posisi dan peranan
Terdapat hubungan yang erat antara
tokoh perempuan di dalamnya.
sastra dan kehidupan, karena fungsi
Adapun perubahan tersebut
sosial sastra adalah bagaimana ia
dipengaruhi
melibatkan dirinya ditengah-tengah
pengarangnya.
Arivia
(2006:123)
kehidupan
menyebutkan
bahwa
Pramoedya
masyarakat
(Semi,
1989:56).
sastra
seseorang
sejati. Hal itu menjelaskan bahwa
dapat
bukan lagi menjadi hal yang aneh
mengetahui kondisi sosial budaya
jika
suatu masyarakat.
terkandung
dengan
ideologi
adalah seorang pengarang feminis
Secara tidak langsung melalui karya
oleh
drama
Begitu pula Mangir
karya
karya-karya
Pramoedya
unsur-unsur
feminis.
Sudah menjadi hal yang wajar jika
Pramoedya Ananta Toer. Melalui
persoalan
karyanya tersebut Pram memberikan
salah satu aspek yang ditonjolkan.
gambaran kepada pembaca tentang
Begitu pula dengan drama Mangir
kokohnya budaya patriarki dalam
yang menjadi objek kajian dalam
masyarakat Jawa khususnya Keraton
penelitian ini.
Mataram. Karya yang merupakan sebuah
transformasi
dari
perempuan
Sebagian
menjadikan
besar
orang
cerita
beranggapan bahwa drama Mangir
rakyat KI Ageng Mangir Wanabaya
merupakan sebuah drama politik
ini memberikan pandangan baru
yang terjadi antara Keraton Mataram
2
dengan Perdikan Mangir. Adapun
drama Mangir ini sebagian besar
jika dilihat lebih dalam lagi drama
diwakili oleh Pambayun. Melalui
Mangir ini terindikasi adanya kuasa
tokoh Pambayun peneliti mencoba
sistem patriarki, serta perlawanan
mengungkap
tokoh perempuan terhadap sistem
dalam drama tersebut.
tersebut.
B. METODE PENELITIAN
Posisi dan peranan tokoh Pambayun
Penelitian
patriarki
dengan
di
objek
warna
drama Mangir karya Pramoedya
tersebut.
Ananta Toer ini meneliti tentang
Pambayun merupakan seorang putri
kuasa patriarki dalam drama tersebut.
permaisuri Raja Mataram. Dalam
Data dalam penelitian ini diambil
kisahnya,
dijadikan
dari unsur-unsur intrinsik drama
“senjata” oleh Panembahan Senopati
Mangir. Dari data tersebut kemudian
(Raja Mataram) untuk memperluas
dilakukan
kekuasaannya sampai pada daerah
terindikasi adanya kuasa patriarki
Perdikan
dalam drama tersebut. Data yang
berbeda
memberikan
kuasa
dalam
drama
Pambayun
Mangir
dengan
cara
mengalahkan Ki Ageng Wanabaya.
telah
Nafsu kekuasaan membuat Panembahan
Senopati
segala
untuk
cara
Mangir. mengorbankan
yang
kemudian
ke
dalam
tiga
kategori. Kategori tersebut adalah
mengalahkan
anaknya
data
dipilih
diklasifikasikan
melakukan
Meskipun
pemilihan
wujud
kuasa
patriarki,
faktor
harus
pendukung kuasa patriarki, serta
sendiri.
wujud perlawanan terhadap kuasa
Panembahan Senopati merupakan
patriarki dalam drama Mangir.
seorang ayah dari Pambayun yang
Teknik
analisis
yang
berkuasa terhadap Keraton Mataram.
digunakan
Kekuasaannya di Mataram berujung
adalah teknik diskriptif kualitatif
pada diutusnya Pambayun untuk
interpretatif. Hal tersebut dilakukan
menaklukan Ki Ageng Wanabaya
karena
dengan
imajinatif yang bersifat kualitatif,
menyamar
sebagai
dalam
sastra
penelitian
merupakan
ini
karya
waranggana untuk memikat hati Ki
sehingga
Ageng Wanabaya. Perempuan dalam
untuk dilakukannya teknik tersebut. 3
sangat
memungkinkan
Validitas
yang
digunakan
karya Pramoedya Ananta Toer, (2)
dalam penelitian ini adalah validitas
Mendiskripsikan
semantik,
ditafsirkan
mempengaruhi kuasa patriarki dalam
secara verbal dan dimaknai sesuai
drama Mangir karya Pramoedya
dengan
Ananta
yaitu
data
konteksnya.
reliabilitas
dalam
dilakukan
Adapun
penelitian
dengan
ini
faktor
Toer,
yang
serta
(3)
Mendiskripsikan wujud perlawanan
melakukan
terhadap
kuasa
patriarki
dalam
pengamatan dan pembacaan secara
drama Mangir karya Pramoedya
berulang-ulang agar diperoleh hasil
Ananta Toer.
yang konstan yang sering disebut
2. Pembahasan
dengan reabilitas intrarater. C. HASIL
a. Wujud Kuasa Patriarki dalam
PENELITIAN
DAN
Drama
PEMBAHASAN
terhadap drama Mangir
Kuasa Patriarki dalam drama
karya
Mangir karya Pramoedya Ananta
Pramoedya Ananta Toer dari segi feminis
dengan
melihat
patriarki
dalam
karya
data-data
Toer
kuasa tersebut,
yang
akan
Adapun
ketidakadilan
gender
menurut
subordinasi
sebagai
stereotipe
berikut.
bentuk
gender.
Fakih lima
(2008:12-13) bentuk,
marginalisasi
pembahasan dari pengkajian drama adalah
sebagai
ketidakadilan
terdapat
pembahasan. Hasil penelitian dan
tersebut
muncul
Mansour
dibahas dalam hasil penelitian dan
Mangir
Karya
Pramoedya Ananta Tour
Setelah dilakukan pengkajian
didapatkan
Mangir
yakni
perempuan, terhadap pada
perempuan, perempuan,
kekerasan, serta beban lebih yang
1. Hasil Penelitian
dialami perempuan.
Hasil yang diperoleh dalam
Adapun dalam drama Mangir
penelitian ini dikelompokkan sesuai
karya Pramoedya ini subordinasi
dengan tujuan dari penelitian ini
terhadap perempuan mendominasi
yaitu untuk mendiskripsikan hal-hal
ketidakadilan gender sebagai wujud
berikut. (1) Mendiskripsikan wujud
kuasa patriarki. Dengan pemunculan
kuasa patriarki dalam drama Mangir
sebesar 35,30% membuktikan bahwa 4
dalam drama Mangir ini perempuan sering
diperlakukan
Perempuan
selain
harus
tidak
adil.
menerima beban berat juga harus
ditindas
dan
menerima kekerasan. Beban berat
dianggap tidak penting dibanding
dialami oleh tokoh Putri Pambayun
dengan urusan yang lain terutama
yang harus menyelesaikan konflik
dibandingkan dengan urusan politik.
antara Mataram dengan Mangir.
Perempuan
selalu
Ketidakadilan gender dalam
Adapun dalam penyelesaian masalah
kategori marginalisasi perempuan
tersebut,
muncul
menerima
sebanyak
33,33%.
Hal
tersebut terjadi karena perempuan
Putri
Pambayun
ketidakadilan
juga gender
dalam hal kekerasan.
dalam drama Mangir ini posisi perempuan adanya
termarginalkan
kontrol
b. Faktor
oleh
laki-laki
Pendukung
Kuasa
Patriarki dalam Drama Mangir
atas
perempuan. Selain itu pelabelan
Karya Pamoedya Ananta Toer
negatif terhadap perempuan dalam Adanya wujud kuasa patriarki
drama Mangir ini muncul sebesar
dalam drama Mangir tidak pernah
17,65%. Hal tersebut terjadi karena
lepas dari faktor pendukungnya.
dalam drama Mangir ini perempuan
Faktor pendukung kuasa patriarki
dianggap rendah, sehingga pelabelan
terkategorisasikan
negatif terhadap perempuan juga
kelas.
Ketidakadilan gender sebagai
Dalam drama Mangir, faktor
wujud kuasa patriarki dalam drama ini
perempuan. subordinasi, pelabelan
empat
faktor, yaitu gender, agama, ras, dan
sering muncul.
Mangir
dalam
selalu Selain
adalah faktor gender dan kelas.
adanya
marginalisasi, pada
yang mendukung kuasa patriarki
merugikan
Faktor gender merupakan faktor
dan
yang paling mendominasi. Faktor
perempuan,
gender muncul sebesar 60,78%. Hal
ketidakadilan gender juga muncul
tersebut dikarenakan adanya ideologi
dalam bentuk beban kerja lebih dan
phallosentris yang tumbuh dalam
kekerasan terhadap perempuan.
masyarakat.
5
Phallus selain sebagai sebuah
Pambayun. Sebagai perempuan yang
penanda alat kelamin laki-laki, juga
berjuang sendiri dalam menghadapi
sebagai
ketidakadilan
simbol
kekuasaan.
Hal
gender
tersebut berdampak pada terjadinya
mengemukakan
penindasan terhadap perempuan.
salah
satu
ia
pendapat
bentuk
berani sebagai
perlawanan.
Adapun faktor kelas muncul
Dengan pemunculan sebesar 65%
sebesar 39,22%. Hal ini terjadi
menunjukkan bahwa, hal tersebut
karena latar belakang drama Mangir
merupakan hal yang paling bisa
ini terjadi di wilayah Jawa yang
dilakukan karena posisinya yang
kental dengan feodalisme. Lebih
berada
tepatnya
Adapun
tingkatan
kelas
dalam
pada
posisi
selain
subordinat.
mengemukakan
drama Mangir ini terjadi dalam
pendapat Putri Pambayun berlindung
lingkup
yang
di bawah nama laki-laki dengan
menjunjung tinggi norma dan etika
maksud untuk melindungi diri dari
kehidupan kelas sosial.
perlakuan
c. Wujud Perlawanan Terhadap Kuasa Patriarki dalam Drama Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer Sebagai seorang perempuan
bentuk perlawanan terhadap kuasa
seharusnya memiliki hak yang sama
terdapat unsur perlawanan sebagai
dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan
upaya menuntut keadilan gender.
perempuan dan laki-laki adalah sama
Berlindung di bawah nama laki-laki
sebagai manusia. Keduanya sama-
muncul sebesar 15%.
keraton
Mataram
laki-laki
juga
sebagai
patriarki. Hal tersebut dikarenakan di balik
berlindungnya
tokoh
perempuan di bawah nama laki-laki
sama diciptakan Tuhan dengan tugas
Wujud perlawanan terhadap
yang sama. Hal ini mendasari tokoh
kuasa patriarki dalam drama Mangir
perempuan dalam drama Mangir ini
selanjutnya adalah menantang laki-
berani melawan ketidakadilan gender
laki yang muncul sebesar 12,50%.
yang dialaminya.
Perempuan
pada
posisi
tertentu
perempuan
ketika sudah tidak bisa lagi untuk
dalam drama Mangir ini hanya
melawan dengan cara lain adalah
dilakukan
dengan menantangnya. Menantang
Perlawanan
oleh
tokoh
Putri
6
dalam hal ini adalah menyuruh untuk
dalam drama Mangir ini berupa
melakukan sesuatu terhadapnya. Hal
subordinasi
tersebut dilakukan sebagai bentuk
marginalisasi
perlawanan atas perlakuan laki-laki.
stereotipe pada perempuan, beban
perlawanan
dengan
lebih yang dialami oleh perempuan,
menantang, sehingga membuat tokoh
serta kekerasan terhadap perempuan.
laki-laki
Hal tersebut terjadi akibat adanya
dilakukan
berfikir
dan
mempertimbangkan
segala
perbedaan
sesuatunya.
terhadap
perempuan,
kaum
perempuan,
jenis
kelamin
yang
mengakibatkan ketidakadilan gender.
Wujud terakhir
perlawanan adalah
yang
Perempuan
dengan
Mangir
ini
dalam
berada
pada
drama posisi
mengungkapkan perasaan. Melalui
subordinat. Perempuan ditindas dan
monolog Putri Pambayun tampak
dianggap tidak penting. Perempuan
bahwa ia melakukan perlawanan
berada dibawah kontrol laki-laki.
dengan
Kontrol
mengungkapkan
perasaan
atas
gerak
perempuan
atas perlakuan yang diterimanya. Hal
merupakan hal yang paling sering
tersebut muncul sebesar 7,50%.
muncul
Adapun
dalam
marginalisasi
mengungkapkan
perempuan, selain itu juga terdapat
perasaan terjadi karena beban kerja
kontrol atas seksualitas, serta kontrol
lebih yang harus ditanggung Putri
atas daya reproduksi dan tenaga
Pambayun. Putri Pambayun hanya
perempuan.
sendirian
menerima
berbagai
Kedua, sebuah budaya tidak
perlakuan yang merugikannya.
akan terjadi tanpa ada faktor-faktor
D. PENUTUP
pendungnya.
dilakukan
terhadap
dalam
drama
dapat
disimpulkan
beberapa
hal
Pertama,
wujud
berikut.
kuasa
patriarki
Mangir
karya
dua faktor. Faktor tersebut adalah
dalam
sebagai
drama
Pramoedya Ananta Toer ini terdapat
Mangir karya Pramoedya Ananta Toer
yang
mendukung adanya kuasa patriarki
Berdasarkan penelitian yang telah
Faktor
faktor jenis kelamin serta faktor kelas. Faktor jenis kelamin terjadi karena adanya ideologi phallosentris
7
yang mengatakan bahwa phallus merupakan kekuasaan.
sebuah
Melalui
symbol
drama
Mangir
Pramoedya memberikan pandangan
Adapun faktor kelas
baru
terkait
dengan
posisi
muncul karena drama Mangir terjadi
perempuan. Perempuan dalam drama
pada masyarakat feodal yang kental
Mangir
dengan
melakukan
tingkatan
kelas
sosial
masyarakat. Ketiga,
wujud
perlawanan
karya
Pramoedya
berbagai
ini
perlawanan
terhadap
perlakuan
yang
diterimanya.
Perlawanan
tersebut
perempuan dalam drama Mangir ini
terjadi sebagai bentuk perjuangan
terjadi akibat adanya perjuangan
untuk memperoleh haknya. Dengan
perempuan
memperoleh
kata lain melalui drama Mangir ini
dari perlawanan
dapat disimpulkan bahwa Pramoerya
haknya.
untuk
Wujud
tersebut
adalah
mengungkapkan
dengan
pendapat
Ananta
yang
nama
laki-laki,
adalah
seorang
pengarang feminis.
berisikan perlawanan, berlindung di bawah
Toer
Saran dari penulis untuk lebih
hingga
jeli
menantang laki-laki.
lagi
menggali
karya-karya
Pramoedya Ananta Toer dengan
Drama Mangir merupakan
sudut pandang feminis. Temuan yang
sebuah karya transformasi dari cerita
telah dibahas dalam penelitian ini
rakyat
membuka
Ki Ageng Mangir
yang
kemungkinan
bahwa
berkembang dalam masyarakat Jawa
karya-karya Pramoedya yang lain
khususnya
juga terkandung ideologi feminisme.
Yogyakarta.
Adapun
Pramoedya memberikan beberapa
E. DAFTAR PUSTAKA
perbedaan dalam karyanya tersebut
Afandi, Abdullah Khosin. 2011. Konsep Kekuasaan Michel Faucalt. Teosofi. Vol 01: hal 131-149.
dengan cerita yang telah berkembang dalam
masyarakat.
Perbedaan
tersebut terletak pada peranan tokoh perempuan
yang
melakukan
perlawanan
terhadap
perlakuan
Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman, Team. 2010. Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir.
sistem patriarki.
8
Arivia, Gadis. 2006. Feminisme: Sebuah Kata Hati. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
dipublikasikan. UNESA.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Bhasin, Kamla. 1996. Menggugat patriarki. Yogyakarta: Bentang. Darwin,
Fakih,
Mosse, Julia Cleves. 1996. Gender & Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhadjir dan Tukiran. 2001. Menggugat Budaya Patriarki. Yogyakarta:PPK UGM
Mudoffir, Abdil Mughis. 2013. Teori Kekuasaan Michel Foucalt: Tantangan bagi Sosiologi Politik. Masyarakat. Vol 18: hal 75-100.
Mansour. 2008. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar gender. Magelang : Indonesia Tera.
Foucault, Michel. 1997. Sejarah Seksualitas: Seks dan Kekuasaan. Jakarta: Gramedia.
Prasetyo, Lyntar Ramadhan Budi. 2013. “Konflik Sosial dalam Naskah Drama Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer“. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Purwokerto: UNSOED.
Gempar, Febriesha. 2006. “Dinamika Kepribadian Tokoh Drama Mangir karya Pramoedya Ananta Toer: Tinjauan Psikoanalisis”. Skripsi . Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: UGM.
Prihatinawati, Iir. 2004. “Drama Mangir karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Hubungan Intertekstual”. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: UGM.
Hamzah, A. Adjib. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: Rosda. Hardiningtyas, Puji Retno. 2007. Gambaran Politik, Ideologi, dan Kekerasan dalam Drama Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer. Aksara. Vol 17: hal 97-112 Istiana,
Surabaya:
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Diyas. 2006. “Potret Masyarakat Jawa Dalam Naskah Drama Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer“. Skripsi. Tidak
Sarup,
9
Madan. 2003. PostStructuralism and PostModernism: Sebuah Pengantar Kritis (Terjemahan Medhy Aginta
Hidayat). Jendela.
Yogyakarta:
Satoto, H. Soediro. 2012. Analisis Drama & Teater. Yogyakarta: Ombak. Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa. Toer, Pramoedya Ananta. 2011. Mangir. Jakarta: Gramedia. Walby,
Sylvia. 2014. Teorisasi Patriarki. Yogyakarta: Jalasutra.
Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
10