KORELASI PENGUASAAN KALIMAT DENGAN KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI MAHASISWA PGSD, FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN, UNIVERSITAS PALANGKA RAYA Oleh: Drs. Darsan Bagus, M.Pd Dosen FKIP Universitas Palangka Raya Abstrak Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa yang aktif kuliah di PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya dengan tujuan untuk mengetahui korelasi antara penguasaan kalimat dengan kemampuan menulis argumentasi mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya. Penelitian ini tergolong penelitian metode kuantitatif, populasi penelitian ini adalah semua mahasiswa yang aktif kuliah di PGSD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya, yang keseluruhannya berjumlah 304 orang, sedangkan sampelnya sampel penelitian ini bisa diambil 15% adalah sebanyak 46 orang mahasiswa, yang dipilih secara acak sederhana dari seluruh mahasiswa program studi PGSD, Jurusan Ilmu, Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan angket/tes, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan adanya bahwa penguasaan kalimat sangat besar sekali yaitu 93,5% yang menunjukkan bahwa variable penguasaan kalimat memberikan korelasi terhadap variable kemampuan menulis argumentasi, dan sisanya sebesar 6,5% merupakan kontribusi dari variable lain yang tidak diteliti atau dapat disebut variable intervining. Hasil penelitian ini mengindikasi bahwa penguasaan kalimat merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang mahasiswa dalam rangka membantu kemampuan menulis argumentasi dalam pelaksanaan tugas dan pekerjannya, baik di kampus maupun di luar kampus sehingga dapat meningkatkan kemampuan menguasai Bahasa Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara penguasaan kalimat terhadap kemampuan menulis argumentasi mahasiswa PGSD di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya sebesar 93,5%. Kata kunci: Korelasi, Penguasaan Kalimat, Menulis Argumentasi
271
PENDAHULUAN
Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman dan berkembangnya ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini, maka ilmu Bahasa Indonesia menjadi salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan sehari-hari, maka oleh karena itu Bahasa Indonesia merupakan salah satu bagian ilmu pengetahuan yang dipandang urgen sekali dengan perkembangan zaman. Sesuai dengan fungsinya, Bahasa Indonesia merupakan salah satu ilmu yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari, maka oleh karena itu Bahasa Indonesia ini perlu untuk di dalami secara mendalam. Pendalaman Bahasa Indonesia
berbeda
dengan
bahasa
lain,
namun
kajiannya
perlu
membutuhkan ketelitian dan kecermatan. Banyak orang yang belum mahir menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, penggunaan Bahasa Indonesia asal-asalan saja tidak berdasarkan kaidah dan hakekat Bahasa Indonesia yang sesuai dengan konteksnya, akibatnya sering terjadi banyak penafsiran
lain
tentang
pemahaman
Bahasa
Indonesia
tersebut.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat akan mempengaruhi pula perkembangan pada Bahasa Indonesia, hal ini ditandai dengan banyaknya penggunaan bahasa asing yang bercampur baur dengan Bahasa Indonesia itu sendiri. Kondisi inilah yang membuat penggunaan Bahasa Indonesia menjadi rancu dan kurang sempurna. Penguasaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan suatu hal yang diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Namun masih sebagian besar masyarakat tidak disiplin dalam penerapannya, lebih-lebih lagi di kalangan para mahasiswa, sering penggunaan Bahasa Indonesia dicampur adukkan dengan bahasa lain yang kadang-kadang bisa mengaburkan arti dan maknanya. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu memang memerlukan ketelitian dan kecermatan, maka oleh karena itu dibutuhkan usaha dan kemauan yang kuat untuk mendalaminya. Banyak hal yang harus di perhatikan dalam menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia
272
memiliki berbagai karakteristik yang harus diketahui, seperti keterampilan membaca,
keterampilan
menulis,
keterampilan
menyimak,
serta
keterampilan dalam mendengarkan. Keempat keterampilan berbahasa dimaksud sebagai mana yang diuraikan Syafi‟i, yakni: “...keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan itu saling berhubungan”. (Syafi‟e: 1993: 2). Pada hakikatnya keempat keterampilan berbahasa dimaksud merupakan sumber otentik pengetahuan tentang kebahasaan. Kemampuan tersebut merupakan inti pokok dari pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan dan karya seni lainnya. Salah satu keterampilan berbahasa yang paling urgen adalah kemampuan menulis. Kemampuan menulis ini merupakan suatu aktivitas yang yang sangat penting di dalam dunia pendidikan, dimana kegiatan pembelajaran selalu berhubungan dengan kegiatan menulis. Mahasiswa belajar di kampus perlu dilatih untuk bisa menulis dengan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga para dosen dapat dengan mudah mengerti dan memahami makna dari tulisan tersebut. Membuat tulisan bukan suatu hal yang sulit, akan tetapi menulis yang baik dan benar berdasarkan kaidah dan hakekat Bahasa Indonesia yang baik dan benar tersebutkan yang dipandang sulit. Banyak orang menulis asal-asalan saja, dan akibatnya sering membuat orang yang membacanya menjadi sulit mengerti. Menulis adalah kegiatan seseorang untuk menyampaikan buah pikiran atau perasaan kepada orang lain, namun sering kali hasil tulisan itu banyak membuat orang salah arti sehingga akibatnya menghasilkan makna yang berbeda dari maksud yang disampaikan. Hal inilah yang sering kali terjadi dalam penulisan kalimat pada saat mengungkapkan argumentasi di kalangan para mahasiswa PGSD Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya.
273
Tarigan
(1986:26)
mengatakan
bahwa:
“...menulis
adalah
melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambanglambang grafis tersebut”. Dalam bagian lain Tompkins (1991:227) mengemukakan bahwa: “...pembelajaran menulis hendaknya ditekankan pada proses menulis. Pada model pembelajaran ini, pendidik bergeser dari pemberi tugas, menjadi teman kerja mahasiswa”. Kegiatan menulis tidak lepas dari penguasaan kosa kata dan kalimat, karena seseorang yang mahir dalam keterampilan menulis tentunya memiliki kemampuan dalam pemilihan kalimat. Menulis kalimat tentunya didukung oleh penguasaan kosakata, karena kalimat terdiri dari beberapa kata, sedangkan orang yang menguasai kosakata belum tentu bisa menyusun kalimat. Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan di berbagai bahasa. Kata dapat juga sebagai unsur atau bentuk bahasa yang paling kecil dan bermakna. Peranan kata dalam berbahasa sangatlah besar karena kemampuan berbahasa tertuang dalam rangkaian kalimat, paragraf, dan wacana. Dengan kata lain, berbahasa berarti menyusun kalimat dengan merangkai kata-kata sesuai dengan fungsinya dalam satu kesatuan makna untuk membangun paragraf dan diperluas lagi menjadi sebuah wacana. Demikian pula dalam menulis argumentasi, perlu didukung dengan kemampuan menguasai kosa kata dan merangkaikan kalimat. Dalam penerapan perkuliahan sehari-hari, sering kali dijumpai bahwa para mahasiswa sulit untuk menyampaikan agumentasinya dalam bentuk tulisan, namun dalam mengungkapkan secara lisan cukup baik, ini bukti kendala penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan para mahasiswa masih belum sempurna. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama ini di PGSD terekam bahwa penguasaan kosa kata dan kalimat Bahasa Indonesia yang baik dan benar terutama dalam menulis argumentasi pada mahasiswa PGSD Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangkaraya adalah terindikasi relatif rendah, hal ini ditandai
274
dengan kemampuan mahasiswa dalam menulis argumentasi pada saat menjawab soal ujian semesteran, masih diatas 50% mahasiswa yang belum bisa mengutarakan argumentasinya secara sempurna, terutama dalam hal mengungkapkan pikiran dan argumen-argumen dalam tulisannya secara baik dan benar masih belum tepat, apalagi dalam meyakinkan para dosennya dan sering tulisan mereka tersebut menciptakan keragu-raguan bagi dosen. Faktor yang mempengaruhinya adalah kurangnya penguasaan mahasiswa terhadap kosakata. Misalkan ketika mereka menjawab pertanyaan dalam ujian yang soalnya memerlukan penalaran, jawaban mahasiswa cenderung susah untuk dipahami. Ketika ditugaskan membuat laporan atau makalah, hasil yang didapat adalah ketidak jelasan makna kata yang digunakan dan kurang terfokus pada materi kajian yang ditugaskan, serta kurang meyakinkan para dosennya. Selain itu kurangnya kemampuan mahasiswa dalam menulis argumentasi terlihat dari terbatasnya kemampuan mahasiswa dalam menyusun kalimat yang baik dan benar untuk menulis argumentasi, ini terlihat dari hasil kerja mahasiswa dalam menyusun tugas makalah, hasilnya adalah banyak kalimat-kalimat yang digunakan berbelitbelit membuat kebingungan sehingga cenderung menjiplak kalimat dengan yang ada dalam buku teks lain. Berdasarkan argumentasi dan penomenapenomena yang telah diuraikan diatas itulah yang mendorong peneliti tertarik sekali untuk mengkaji lebih jauh tentang penguasaan kalimat dan kemampuan
menulis
argumentasi
mahasiswa
sebagai
mana
yang
tertuangkan dalam judul penelitian sebagai berikut: “Korelasi penguasaan kalimat dengan kemampuan menulis argumentasi mahasiswa PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangkaraya”.
275
LANDASAN TEORI Menulis Ada banyak istilah yang berkaitan dengan kepenulisan (aktivitas yang berkaitan dengan proses menulis). Beberapa istilah tersebut antara lain menulis, tulisan, penulis, dan tulis menulis. Pengertian dasar itu sangat penting diketahui bagi mereka yang akan dan sedang mengalami proses kreatif penulisan. Menulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Orang yang melakukan kegiatan coret mencoret di tembok itu juga bisa dikatakan dia sedang menulis, dengan atau tanpa maksud dan perangkat tertentu. Namun demikian, yang dimaksud menulis dalam penelitian ini adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Definisi di atas mengungkapkan bahwa menulis yang baik adalah menulis yang bisa dipahami oleh orang lain. Menulis berarti melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan (KBBI, 1990:596). Menurut
Darmiyati,
dkk
(2001:72)
“Kemampuan
menulis
merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang produktif”. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang kompleks, antara lain : kemampuan berfikir secara teratur dan logis, kemampuan membahasakan gagasan atau ide-ide secara jelas dengan menggunakan bahasa yang efektif serta kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis dengan baik. Menulis memerlukan kemampuan yang kompleks, antara lain: kemampuan berfikir secara teratur dan logis, kemampuan membahasakan gagasan atau ide-ide secara jelas dengan menggunakan bahasa yang efektif serta kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis dengan baik. Secara tersirat mengemukakan bahwa dalam menulis memerlukan ketekunan latihan, gemar membaca untuk menambah referensi kosakata, hingga pada implementasi ungkapan yang berbentuk sebuah tulisan. Bentuk kemampuan berbahasa paling tinggi adalah menulis. 276
Menurut Nursito (2005), kemampuan komunikasi langsung dalam bentuk bahasa lisan, menyimak dan berbicara merupakan tingkatan dasar atau paling sederhana. Tingkatan lebih tinggi adalah membaca, dan tingkat teratas adalah menulis atau mengarang dalam bentuk bahasa tulis. Menurut Akmal (2007), mengarang adalah rangkaian kegiatan manusia yang menghubungkan pengetahuan, pengalaman, tenaga, waktu, akal (kecerdasan berpikir), kekayaan batin atau imajinatif. Bila dituangkan dalam bentuk tulisan, dapat memberi manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Menurut Finoza (Muliadi, 2007:11), karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu. Lebih spesifik karangan pada hakikatnya adalah akumulasi dari berbagai paragraf yang tersusun dengan sistematis, koheren, memiliki kesatuan, ada bagian utama pengantar, isi dan penutup (Djago Tarigan, 2009:40). Kegunaan Menulis Ada beberapa yang didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis. menurut Sabarti, dkk (Agus Suriamiharja, 1997:4) ada delapan kegunaan menulis yaitu sebagai berikut: a. Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis, penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik. b. Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis,
penulis
harus
bernalar,
menghubung-hubungkan,
serta
membandingkan dalam mengembangkan gagasannya. c. Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan. d. Penulis dapat terlatih dalam pengorganisasian gagasan secara sistematis serta pengungkapan secara tersurat. e. Penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif.
277
f. Dengan menulis maka penulis akan lebih mudah memecahkan masalah, yaitu dengan menganalisanya dalam konteks yang lebih kongkret. g. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. h. Dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berfikir serta berbahasa. Ciri-ciri Kemampuan Menulis Kemampuan merupakan suatu kecakapan atau potensi yang ada pada setiap individu, kecakapan maupun potensi yang ada dalam setiap individu tentu berbeda antara individu satu dengan yang lainnya. Termasuk disini kemampuan menulis yang dimiliki setiap peserta didik tentu saja juga berbeda-beda. Untuk memberi satu kejelasan dari berbagai keragaman kemampuan menulis, peneliti menentukan beberapa ciri-ciri kemampuan menulis yang didasarkan pada kajian teori yang telah dipaparkan, oleh karena itu ciri-ciri kemampuan menulis sebagai berikut: a) Kemampuan dalam mengenal huruf dan tanda baca. b) Kemampuan merangkai huruf menjadi sebuah kata dan menyusun katakat tersebut menjadi kalimat. c) Kemampuan menyusun kalimat ke dalam sebuah paragraf yang lebih bermakna. d) Kemampuan dalam mengungkapkan ide serta gagasan secara tertulis.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika dia dapat mengungkapkan maksudnya dengan jelas sehingga orang lain dapat memahami apa yang diungkapkannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Morsey dalam kutipan Agus Suriamiharja (1996: 3), bahwa: Tulisan dikemukakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang (atau para penulis) yang menyusun pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas dan mudah dipahami. Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang penulis yang baik
278
sekurang-kurangnya harus memiliki kepekaan terhadap keadaan sekitarnya agar tujuan penulisannya dapat dipahami oleh pembaca. Argumentasi Argumentasi adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis. Bila eksposisi bertujuan menjelaskan sesuatu kepada orang lain, maka argumentasi bertujuan meyakinkan orang lain. Meyakinkan orang lain ialah dengan jalan memberikan pembuktian, alasan, serta ulasan cara objektif dan meyakinkan. Penulis dalam hal ini dapat mengatakan atau mengajukan argumentasinya dengan (1) contoh-contoh, (2) analogi, (3) sebab akibat, atau dengan pola-pola deduktif atau induktif. Argumen adalah suatu proses penalaran. Ada dua cara bernalar atau argumen yaitu secara deduktif dan induktif. Deduktif adalah metode bernalar yang bergerak dari hal atau pernyataan yang bersifat umum ke hal atau pernyataan yang bersifat khusus. Dengan kata lain, dimulai dari kesimpulan kemudian diiringi dengan uraian, penjelasan, atau contoh-contoh. Induktif adalah metode bernalar yang dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang bersifat khusus kemudian diiringi dengan kesimpulan umum. Keraf (2007:3) mengemukakan bahwa argumentasi adalah suatu retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis atau pembicara. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. argumentasi adalah karangan yang yang membuktikan kebenaran atau ketidak- benaran dari sebuah pernyataan (statement). Menurutnya, argumen tidak berarti pertengkaran. Dalam teks argumen, penulis menggunakan berbagai strategi atau piranti retorika untuk meyakinkan pembaca ihwal kebenaran atau ketidakbenaran itu. Menurut Keraf (2007:4), dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis. Untuk itu ia harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Dalam argumentasi terdapat motivasi yang
279
lebih kuat,
di
samping memerlukan kejelasan, argumentasi
juga
memerlukan keyakinan dengan perantaraan fakta-fakta itu. Dengan fakta yang benar, ia dapat merangkaikan suatu penuturan yang logis menuju kepada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang kurang hati-hati dan tidak cermat menganalisa data-data tersebut, dapat mengagalkan seluruh usaha pembuktiannya. Derewianka dalam bukunya Exploring How Texts Works (2004:75) mengemukakan bahwa tujuan dari menulis argumentatif adalah “to take a position on some issue and justify it”. Jadi, menurutnya tujuan dari menulis argumentatif ini adalah untuk menentukan sikap terhadap sebuah isu dengan memberikan alasanalasan yang kuat. Dia juga menambahkan bahwa pada tulisan argumen, penekanannya adalah untuk membujuk seseorang agar setuju terhadap pandangan penulis serta meyakinkan bahwa sesuatu adalah sesuatu atau membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu. Suparno (2006:5.36) menyimpulkan bahwa karangan argumentasi merupakan karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Sementara itu, Arifin (2009:132) mengemukakan bahwa karangan argumentasi bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Menurut Ahmadi (1990:35) penulisan karangan argumentasi merupakan suatu kombinasi beberapa strategi antara mendeskripsikan, membandingkan, dan mendefinisikan dengan maksud dan tujuan yang jelas. Di samping itu, Suparno dan Yunus (2006:5.36) menerangkan bahwa karangan argumentasi merupakan karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Menurut mereka karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Berdasarkan pemaparan semua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan argumentasi merupakan suatu bentuk komunikasi tidak langsung melalui media tulisan yang bersifat memberikan pandangan dan memposisikan diri untuk meyakinkan orang lain. Proses meyakinkan pandangan yang dituangkan dalam argumentasi
280
adalah dengan cara menghadirkan evidensi atau pembuktian yang relevan. Dengan kata lain, dimulai dari uraian, penjelasan atau contoh-contoh kemudian baru disampaikan kesimpulan. Argumentasi ini pada dasarnya merupakan eksposisi juga, tetapi karena ia terjurus kepada sesuatu gaya dan cara tertentu, serta dengan tujuan tertentu pula, maka ia menjadi atau memiliki bentuk sendiri. Ciri penanda argumentasi (sekaligus juga merupakan ciri pembeda dengan eksposisi) adalah sebagai berikut: 1. Bertujuan meyakinkan orang lain (eksposisi memberi informasi). 2. Berusaha membuktikan kebenaran suatu pernyatan atau pokok persoalan 3. Mengubah
pendapat
pembaca
(menyerahkan
keputusan
kepada
pembaca). 4. Fakta yang ditampilkan merupakan bahan pembuktian (eksposisi menggunakan fakta sebagai alat yang mengongkretkan (Atar Semi, 1990:48) Karakteristik Karangan Argumentasi Tulisan argumentatif memiliki beberapa karakteristik. Di bawah ini dijabarkan karakteristik-karakteristik tersebut: 1) Berisi argumen sebagai upaya pembuktian suatu pendapat atau sikap; 2) Bertujuan meyakinkan pembaca agar mengikuti apa yang dikemukakan peneliti; 3) Menggunakan logika atau penalaran sebagai landasan berpikir; 4) Bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi. Evidensi ini adalah unsur yang terpenting dalam karangan argumentasi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi atau semua otoritas dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan evidensi ini tidak boleh dicampuradukkan dengan yang kita kenal pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah, evidensi ini berbentuk data atau informasi yang didapat dari suatu sumber tertentu (Keraf, 2004:9); 5) Bersifat mendesakkan pendapat atau sikap kepada pembaca; 6) Merupakan bentuk retorika yang sering digunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah; 7) Menggunakan bahasa yang bersifat rasional dan objektif dengan kata-kata bermakna lugas atau denotatif.
281
Pengertian Kemampuan Menulis Kemampuan menulis merupakan sebuah frasa yang berasal dari dua kata yakni kemampuan dan menulis. Kedua kata tersebut jelas memiliki makna tersendiri tanpa ada kaitan sama sekali. Akan tetapi, ketika kedua kata tersebut menjadi satu kesatuan maka menimbulkan arti yang sedikit banyaknya menjadi saling berhubungan dan berkaitan. Kata yang pertama yakni kemampuan. Dalam KBBI (2005:707), kemampuan diartikan sebagai kesanggupan; kecakapan. Hal ini berarti bahwa kemampuan seseorang dalam mengerjakan sesuatu merupakan kecakapan orang tersebut dalam mengerjakan hal tersebut. Kata yang kedua yakni menulis. Tarigan (2008:3) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Selain itu, ia juga mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Sementara itu, Lado dalam Ahmadi (1990:28) mengemukakan bahwa menulis adalah meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca simbol-simbol grafis itu sebagai bagian penyajian satuan-satuan ekspresi
bahasa.
Tarigan
(2008:3)
menyimpulkan
bahwa
menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Tujuan Menulis Segala hal atau kegiatan yang dilakukan pasti mempunyai tujuan yang diharapkan akan dicapai. Tujuan itu sendiri ada untuk memotivasi agar hal atau kegiatan itu dikerjakan. Suparno dan Yunus (2006:3-7) mengemukakan beberapa tujuan menulis, yakni: 1) menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar; 2) membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan; 3) menjadikan pembaca beropini; 4) menjadikan pembaca mengerti dan membuat pembaca terpersuasi oleh isi karangan; 5) membuat pembaca senang dengan menghayati nilai-nilai yang dikemukakan dalam karangan, 282
seperti nilai-nilai kebenaran, nilai keagamaan, nilai pendidikan, nilai social, nilai moral, nilai kemanusiaan, serta nilai etika, dan nilai estetika. Disamping tujuan menulis, menurut Suparno dan Yunus di atas, Hugo Hartig dalam Tarigan (2008:25) menyebutkan beberapa tujuan menulis, yaitu: a) assignment purpose (tujuan penugasan) Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya; para siswa yang diberi tugas merangkum buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat). b) altruistic purpose (tujuan altruistic) Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindari kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Langkah-langkah Menulis Menurut Hendry Guntur Tarigan (2004:22), langkah-langkah menulis harusdiperhatikan maksud dan manfaatnya yaitu: a. Maksud dan tujuan penulis (perubahan yang diharapkan akan terjadi pada diri pembaca); b. Pembaca atau pemirsa (apakah pembaca itu orang tua, kenalan, atau teman sang penulis);
c. Waktu atau kesempatan (keadaan-keadaan yang
melibatkan berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu, tempat, dan situasi yang menuntut perhatian langsung, masalah yang memerlukan pemecahan, pertanyaan yang menuntut jawaban dan sebagainya). Dari pendapat diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa langkah-langkah dalam menulis adalah mempunyai maksud dan tujuan yang diharapkan olehpara pembaca akan terjadi perubahan. Oleh karena itu, sang penulis harus melihat bahwa pembaca itu orang tua atau kenalan sang penulis itu sendiri. Dengan demikian, sang penulis harus melibatkan berlangsungnya suatu kejadian, tempat, situasi, dan kondisi yang merupakan pokok permasalan yang memerlukan jawaban.
283
Macam-macam Menulis Menurut Salisbury (1955) membagi tulisan berdasarkan bentuknya: a) Bentuk-bentuk objektif Penjelasan yang terperinci mengenai proses.Batasan.- Dokumen. b) Bentuk-bentuk subjektif mencakup Otobiografi.- Surat-surat.- Penilaian pribadi.- Esai informasi.- Potret atau gambaran.- Satire. Manfaat Menulis Manfaat kegiatan menulis itu adalah: a. Peningkatan kecerdasan. Menurut para ahli psikolinguistik, menulis adalah suatu kreativitas yang komplek. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmoniskan berbagai aspek. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan, pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serta menata dan mengembangankan daya nalarnya dalam berbagai
level
berpikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi. b. Pengembangan daya inisiatif kreativitas. Di dalam kegiatan membaca, segala hal telah tersedia dalam bacaan itu untuk dimanfaatkan. Sebaliknya dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya. c. Penumbuhan keberanian, Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya,termasuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik, Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Kerangka Berfikir Hasil analisis teori yang telah tertulis di atas secara umum mengemukakan penguasaan kaidah-kaidah tata bahasa hanya melalui polapola kalimat orang dewasa. Pola-pola ini terbatas, sedangkan kosa kata tidak dapat dibatasi. Kosa kata harus terus menerus diperbanyak dan diperluas, pertama-tama sesuai dengan tuntutan usia yang semakin dewasa yang ingin
284
mengetahui semua hal, kedua, sesuai dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat yang selalu menciptakan kata-kata baru. Memudahkan berkomunikasi dengan anggota masyarakat yang lain, setiap orang perlu memperluas
kosa
katanya,
perlu
mengetahui
sebanyak-banyaknya
perbendaharaan kata dalam bahasanya. Kalimat dapat diartikan sebagai rangkaian dari kata-kata yang berfungsi sebagai subjek dan predikat. Maksudnya, sekurang-kurangnya kalimat itu memiliki subjek atau pokok kalimat dan predikat atau sebutan dan dapat ditambah dengan objek dan atau keterangan. Jika
tidak memiliki unsur-unsur subjek dan predikat,
pernyataan itu bukanlah sebuah kalimat melainkan frasa. Keterampilan berbahasa tingkat atas yaitu menulis memerlukan usaha dari mahasiswa untuk memperbanyak bahan bacaan serta pemahaman. Semakin banyak membaca akan mengetahui kaidah-kaidah penulisan sebuah karangan, serta mengembangkan daya imajinasi mahasiswa. Keterampilan
berbahasa
peserta didik dalam menulis memberikan ruang tersendiri untuk terus meningkatkan keterampilan membaca. Perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar, sarana pendidikan atau fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa. Keterampilan menulis akan muncul ketika keterampilan dasar berbahasa seperti berbicara, menyimak, membaca telah terpenuhi karena secara tidak langsung mempengaruhi keterampilan dalam menulis atau mengarang. Tulisan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh seseorang akibat kegiatan proses kreatif penulisannya. Dengan kata lain pula hasil dari perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca. Novel, karya ilmiah, cerpen beberapa contoh yang disebut dengan tulisan yang ditulis oleh seorang penulis. Tujuan yang dimaksud di sini adalah tulisan sengaja dibuat oleh seseorang dengan maksud tertentu. Penulis adalah seorang yang karena kegemarannya atau bidang kerjaannya melakukan kegiatan menulis. Dengan kata lain penulis adalah orang yang melakukan kegiatan menuangkan gagasan atau ide ke dalam tulisan atau orang yang menulis. Menulis argumentasi adalah tulisan yang bertujuan
285
meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis. Bila eksposisi bertujuan menjelaskan sesuatu kepada orang lain, maka argumentasi bertujuan meyakinkan orang lain. Meyakinkan orang lain ialah dengan jalan memberikan pembuktian, alasan, serta ulasan cara objektif dan meyakinkan. Penulis dalam hal ini dapat mengatakan atau mengajukan argumentasinya dengan (1) contoh-contoh, (2) analogi, (3) sebab akibat, atau dengan pola-pola deduktif atau induktif.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Hasil Penelitian Pengambilan data dilakukan dengan cara dibantu oleh mahasiswa PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya yang berjumlah 46 orang. Pengambilan data dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama pemberian test tentang penguasaan kalimat, sedangkan pada tahap kedua pemberian test kemampuan menulis argumentasi terhadap 46 orang mahasiswa yang dijadikan sebagai sampel penelitian ini.
Pemberian Test Tentang Penguasaan Kalimat Untuk mengumpulkan data tentang penguasaan kalimat digunakan test obyektif berbentuk pilihan ganda, instrumen dibagikan kepada semua responden yang berjumlah 46 orang, hasil jawaban dikumpulkan setelah batas waktu (120 menit) yang telah ditentukan sudah berakhir.
Pemberian Test Kemampuan Menulis Argumentasi Untuk mengumpulkan data tentang kemampuan menulis argumentasi digunakan test subyektif, yaitu bentuk test menulis sebuah karangan berdasarkan tema tertentu yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Instrumen dibagikan kepada semua responden yang berjumlah 46 orang mahasiswa PGSD FKIP UNPAR, hasil jawaban dikumpulkan setelah batas waktu (120 menit) yang sudah ditentukan berakhir. Setelah semua data terkumpul, 286
kemudian diadakan pengolahan dan pendeskripsian hasil pengolahan sebagai mana yang telah dikemukakan dalam bagian terdahulu (BAB III) pada laporan penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat diluhat dalam uraian berikut ini.
Hasil Analisis Berdasarkan hasil penelitian terhadap 46 orang mahasiswa PGSD FKIP UNPAR dapat pula dideskripsikan hasil penelitian tersebut adalah sebagai mana yang diuraikan berikut ini: Hasil Penelitian Tentang Variabel Penguasaan Kalimat a. Kesepadanan Hasil penilaian terhadap 46 orang mahasiswa PGSD FKIP UNPAR mengenai penguasaan kalimat dengan indikator kesepadanan dan kesatuan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel – 4.1 Penguasaan Kalimat Dengan Indikator Kesepadanan Dan Kesatuan NO.
NILAI
JUMLAH MHS
TOTAL
1.
25
3
75
2.
20
20
400
3.
15
19
285
4.
10
4
40
JUMLAH
46
800
RATA-RATA
69,56
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa total nilai mahasiswa untuk penguasaan kalimat dengan indikator kesepadanan atau kesatuan adalah sebanyak 3 orang mahasiswa sebesar 6,52 % yang memiliki nilai 25, sebanyak 20 orang mahasiswa sebesar 43,48 % yang memiliki nilai 20, sebanyak 19 orang mahasiswa sebesar 41,30 % yang memiliki nilai 15, sebanyak 4 orang sebesar 8,69 % yang memiliki nilai 10.
287
Jadi, nilai rata-rata yang didapatkan oleh mahasiswa PGSD FKIP UNPAR adalah sebesar 69,56; sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penguasaan kalimat untuk indikator kesepadanan atau kesatuan memiliki kategori tinggi, mahasiswa memiliki pemahaman tentang subyek dan predikat kalimat, penggabungan yang menyatakan sebab atau waktu, penggabungan menyatakan akibat dan tujuan serta penggunaan kata penghubungan, sedangkan kelemahannya adalah rata-rata mahasiswa belum menguasai ide-ide pokok kalimat.
b. Kesejajaran Hasil penilaian terhadap 46 orang mahasiswa PGSD FKIP UNPAR mengenai penguasaan kalimat dengan indikator kesejajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel – 4.2 Penguasaan Kalimat Dengan Indikator Kesejajaran NO
NILAI
JUMLAH MHS
TOTAL
1
25
1
25
2
20
22
440
3
15
23
345
JUMLAH
46
810
RATA-RATA
70,43
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa total nilai mahasiswa untuk penguasaan kalimat dengan indikator kesejajaran adalah sebanyak 1 orang mahasiswa sebesar 2,17% yang memiliki nilai 25 sebanyak 22 orang mahasiswa sebesar 47,83 % yang memiliki nilai 20, sebanyak 23 orang mahasiswa sebesar 50 % yang memiliki nilai 15. Jadi, nilai rata-rata yang didapatkan oleh mahasiswa PGSD FKIP UNPAR adalah sebesar 70,43; sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penguasaan kalimat untuk indikator kesejajaran memiliki kategori tinggi,
288
mahasiswa memiliki pemahaman tentang bentuk kata yang mewakili predikat dalam kalimat, pola susunan kata yang sejajar, dan frase yang dipakai.
c. Penekanan Hasil penilaian terhadap 46 orang mahasiswa PGSD FKIP UNPAR mengenai penguasaan kalimat dengan indikator penekanan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel – 4.3 Penguasaan Kalimat Dengan Indikator Penekanan NO
NILAI
JUMLAH MHS
TOTAL
1
20
21
420
2
15
19
285
3
10
6
60
JUMLAH
46
765
RATA-RATA
66,52
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa total nilai mahasiswa untuk penguasaan kalimat dengan indikator penekanan adalah sebanyak 21 orang mahasiswa sebesar 45,65 % yang memiliki nilai 20 sebanyak 19 orang mahasiswa sebesar 41,30 % yang memiliki nilai 15, sebanyak 6 orang mahasiswa sebesar 13,04 % yang memiliki nilai 10. Jadi, nilai rata-rata yang didapatkan oleh mahasiswa PGSD FKIP UNPAR adalah sebesar 66,52 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penguasaan kalimat untuk indikator penekanan memiliki kategori tinggi, mahasiswa memiliki pemahaman tentang peletakan kata yang ditonjolkan di awal kalimat, membuat urutan kata yang logis, melakukan pengulangan kata (repetisi), melakukan pertentangan terhadap ide-ide yang ditonjolkan. Sedangkan
kelemahannya
rata-rata
penggunaan partikel penekanan.
289
mahasiswa
belum
memahami
d. Kehematan Hasil penilaian terhadap 46 orang mahasiswa PGSD FKIP UNPAR mengenai penguasaan kalimat dengan indikator kehematan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel – 4.4 Penguasaan Kalimat Dengan Indikator Kehematan NO
NILAI
JUMLAH MHS
TOTAL
1
20
18
360
2
15
21
315
3
10
7
70
JUMLAH
46
745
RATA-RATA
64,78
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa total nilai mahasiswa untuk penguasaan kalimat dengan indikator kehematan adalah sebanyak 18 orang mahasiswa sebesar 39,13 % yang memiliki nilai 20 sebanyak 21 orang mahasiswa sebesar 45,65 % yang memiliki nilai 15, sebanyak 7 orang mahasiswa sebesar 15,22 % yang memiliki nilai 10. Jadi, nilai rata-rata yang didapatkan oleh mahasiswa PGSD FKIP UNPAR adalah sebesar 64,78 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penguasaan kalimat untuk indikator kehematan memiliki kategori tinggi, mahasiswa memiliki pemahaman dalam menghindari pengulangan subyek, menghindari kesinoninan dalam kalimat dan tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak Sedangkan kelemahannya adalah rata-rata mahasiswa masih memakai superordinat pada hiponimi kata.
e. Kevariasian Hasil penilaian terhadap 46 orang mahasiswa PGSD FKIP UNPAR mengenai penguasaan kalimat dengan indikator kevariasian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
290
Tabel – 4.4 Penguasaan Kalimat Dengan Indikator Kevariasian NO
NILAI
JUMLAH MHS
TOTAL
1
5
31
155
15
0
46
155
2 JUMLAH RATA-RATA
13,48
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa total nilai mahasiswa untuk penguasaan kalimat dengan indikator kevariasian adalah sebanyak 31 orang mahasiswa sebesar 67,39 % yang memiliki nilai 5 sebanyak 15 orang mahasiswa sebesar 32,61 % memiliki nilai 0. Jadi, nilai rata-rata yang didapatkan oleh mahasiswa PGSD FKIP UNPAR adalah sebesar 13,48 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penguasaan kalimat untuk indikator kevariasian memiliki kategori rendah, sebahagian besar mahasiswa belum menguasai variasi pembukaan kalimat dan variasi dalam pola kalimat. 4.2.1. Hasil
Penelitian
tentang
Variabel
Kemampuan
Menulis
Argumentasi Kemampuan menulis argumentasi merupakan variabel terikat dalam penelitian ini, dimana nilai yang di dapat dari masing mahasiswa adalah berdasarkan hasil nilai atas karangan yang dibuat oleh masingmasing mahasiswa, untuk lebih jelasnya mengenai skor dari tiap-tiap indikator pada variabel kemampuan menulis argumentasi ini adalah sebagai berikut: a. Keakuratan Hasil penilaian terhadap 46 orang mahasiswa PGSD FKIP UNPAR mengenai kemampuan menulis argumentasi dengan indikator keakuratan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
291
Tabel – 4.6 Kemampuan Menulis Argumentasi Dengan Indikator Keakuratan NO
NILAI
JUMLAH MHS
TOTAL
1
30
2
60
2
22,5
42
945
3
15
2
30
JUMLAH
46
1.035
RATA-RATA
75
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa total nilai mahasiswa untuk kemampuan menulis argumentasi dengan indikator keakuratan adalah sebanyak 2 orang mahasiswa sebesar 4,35 % yang memiliki nilai 30, sebanyak 42 orang mahasiswa sebesar 91,30 % memiliki nilai 22,5, sebanyak 2 orang 4,35 %. Jadi, nilai rata-rata yang didapatkan oleh mahasiswa PGSD FKIP UNPAR adalah sebesar 75 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan menulis argumentasi untuk indikator keakuratan memiliki kategori tinggi, sebahagian besar mahasiswa dapat menyampaikan gagasan, ide-ide, pendapat atau pesan secara tidak berlebihan, gagasan yang disampikan itu telah dipikirkan secara matang dan obyektif sehingga mampu meyakinkan pembaca dengan memberikan contoh-contoh, analogi-analogi
bahkan
sebab
akibat
yang
rasional.
Sedangkan
kelemahannya, tulisan tidak mengandung kesalahan-kesalahan salah cetak, kehilangan kata keracuan kalimat, ambiguitas makna, atau kesalahankesalahan lain b. Kejelasan Hasil penilaian terhadap 46 orang mahasiswa PGSD FKIP UNPAR mengenai kemampuan menulis argumentasi dengan indikator kejelasan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
292
Tabel – 4.7 Kemampuan Menulis Argumentasi Dengan Indikator Kejelasan NO.
NILAI
JUMLAH MHS
TOTAL
1.
18,75
42
787,5
2.
12,50
4
50
46
837,5
JUMLAH RATA-RATA
72,83
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa total nilai mahasiswa untuk kemampuan menulis argumentasi dengan indikator kejelasan adalah sebanyak 42 orang mahasiswa sebesar 91,30 % yang memiliki nilai 18,75, sebanyak 4 orang mahasiswa sebesar 8,70 % memiliki nilai 12,50. Jadi, nilai rata-rata yang didapatkan oleh mahasiswa PGSD FKIP UNPAR adalah sebesar 72,83 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan menulis argumentasi untuk indikator kejelasan memiliki kategori tinggi, sebahagian besar mahasiswa dapat menulis suatu tulisan/karangan dengan jelas, yang di dukung oleh penggunaan kata-kata yang tepat. c. Kesingkatan Hasil penilaian terhadap 46 orang mahasiswa PGSD FKIP UNPAR mengenai
kemampuan
menulis
argumentasi
dengan
indikator
kesingkatan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel – 4.8 Kemampuan Menulis Argumentasi Dengan Indikator Kesingkatan NO
NILAI
JUMLAH MHS
TOTAL
1
20
4
80
2
13,34
40
533,6
3
6,67
2
13,34
JUMLAH
46
626,94
RATA-RATA
54,52
293
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa total nilai mahasiswa untuk kemampuan menulis argumentasi dengan indikator kesingkatan adalah sebanyak 4 orang mahasiswa sebesar 8,70 % yang memiliki nilai 20, sebanyak 40 orang mahasiswa sebesar 46,40 % memiliki nilai 13,34 sebanyak 2 orang mahasiswa sebesar 0,17 % yang memiliki nilai 6,67. Jadi, nilai rata-rata yang didapatkan oleh mahasiswa PGSD FKIP UNPAR adalah sebesar 54,52 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan menulis argumentasi untuk indikator kesingkatan memiliki kategori
rendah,
sebahagian
besar
mahasiswa
menulis
suatu
tulisan/karangan disampaikan masih belum secara utuh serta masing berulang-ulang. d. Organisasi Gagasan Hasil penilaian terhadap 46 orang mahasiswa PGSD FKIP UNPAR mengenai kemampuan menulis argumentasi dengan indikator organisasi gagasan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel – 4.9 Kemampuan Menulis Argumentasi Dengan Indikator Organisasi Gagasan
NO.
NILAI
JUMLAH MHS
TOTAL
1.
20
3
60
2.
13,34
38
506,92
3.
6,67
5
33,35
JUMLAH
46
600,27
RATA-RATA
52,20
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa total nilai mahasiswa untuk kemampuan menulis argumentasi dengan indikator organisasi gagasan adalah sebanyak 3 orang mahasiswa sebesar 6,52 % yang memiliki nilai 20, sebanyak 38 orang mahasiswa sebesar 82,61 % memiliki nilai 13,34, sebanyak 5 orang mahasiswa sebesar 10,87 % yang memiliki nilai 6,67.
294
Jadi, nilai rata-rata yang didapatkan oleh mahasiswa PGSD FKIP UNPAR adalah sebesar 52,20 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan menulis argumentasi untuk indikator organisasi gagasan memiliki kategori rendah, sebahagian besar mahasiswa menulis suatu tulisan/karangan masih belum rapi, pengungkapan gagasan masih belum terstruktur dengan sistematis, dan masih belum mengandung syarat kesatuan, keterpaduan, kelogisan berfikir rasional b. Nada Karangan Hasil penilaian terhadap 46 orang mahasiswa PGSD FKIP UNPAR mengenai kemampuan menulis argumentasi dengan indikator nada karangan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel – 4.10 Kemampuan Menulis Argumentasi Indikator Nada Karangan NO.
NILAI
JUMLAH MHS
TOTAL
1.
5
22
110
2.
0
24
0
46
110
JUMLAH RATA-RATA
9,56
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa total nilai mahasiswa untuk kemampuan menulis argumentasi dengan indikator nada karangan adalah sebanyak 22 orang mahasiswa sebesar 47,83 % yang memiliki nilai 5, sebanyak 24 orang mahasiswa sebesar 52,17 % memiliki nilai 0. Jadi, nilai rata-rata yang didapatkan oleh mahasiswa PGSD FKIP UNPAR adalah sebesar 9,56 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan menulis argumentasi untuk indikator nada karangan memiliki kategori
rendah,
sebahagian
besar
mahasiswa
menulis
suatu
tulisan/karangan ada yang bersifat tidak memaksakan kehendak, jadi pokok tulisan tersebut adalah hanya semata-mata ingin memberikan alasan dalam mempertahankan pendapatat, mempertahankan ide, mempertahankan gagasan.
295
Pengujian Persyaratan Analisis Penelitian Adapun untuk kegiatan pengujian persyaratan analisis hasil penelitian adalah dilakukan dengan melalui 3 (tiga) tahap, yakni: uji normalitas, uji homogenitas dan uji linieritas. Dan untuk masing-masing kegiatan dimaksud akan diuraikan secara satu per satu berikut ini:
Uji Normalitas Uji normalitas adalah suatu kegiatan pengujian yang bertujuan ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data untuk mengikuti atau mendekati distribusi normal atau beraturan, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal. Normal artinya tidak terlalu banyak menyimpang atau melenceng jauh dari angka secara normal. Dalam perhitung uji normalitas disini dilakukan berdasarkan tiga variabel yakni variabel penguasaan kalimat dan variabel kemampuan menulis argumentasi mahasiswa PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya. Tabel – 4.11. Ringkasan Out Put Pengujian Mean & SD Variabel Bebas X–Y
Mean
SD
140.9720
13.83349
Keterangan Normal
Ho diterima apabila SD > 0,05 (Taraf Significance) Normal Ho di tolak apabila SD < 0,05 (Taraf Significance) Tidak Normal Karena angka Mean X – Y adalah sebesar = 140,9720 dan SD = 13.83349 > 0,05 maka Ho diterima berarti standar deviasi dari data penguasaan kalimat adalah normal dengan kemampuan menulis argumentasi. Hal ini berarti persyaratan analisis normalitas telah terpenuhi.
296
Grafik 4.1 Grafik Normalitas X - Y VAR00001
20
Frequency
15
10
5
Mean = 71.1957 Std. Dev. = 7.39255 N = 46
0 40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
VAR00001
Dari grafik di atas terlihat bahwa kecendrungan jawaban responden tentang penguasaan kalimat adalah menunjukkan distribusi normal, dengan mean 140.9720 dan standar deviasi sebesar
13.83349 sehingga bentuk
grafiknya adalah miring ke kanan, hal ini berarti bahwa penguasaan kalimat oleh mahasiswa selalu berada pada tingkat yang lebih tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang menjadi kesimpulan penelitian, dan juga saran-saran yang perlu untuk disampaikan kepada berbagai pihak yang terkait. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diperoleh beberapa kesimpulan penelitian sebagai mana yang diuraikan berikut ini: Terdapat korelasi antara penguasaan kalimat terhadap kemampuan menulis argumentasi mahasiswa PGSD di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya, korelasinya adalah sebesar ( 93,5 %).
297
Saran-Saran Dalam bagian ini akan disampaikan beberapa saran yang berkenaan dengan hasil penelitian ini. Adapun saran-saran yang dimaksud ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait, baik yang bersifat langsung mapun yang tidak langsung, terutama ditujukan kepada: 1. Kepada mahasiswa PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya, untuk selalu ingin terus meningkatkan kemampuan dalam menguasai Bahasa Indonesia, terutama dalam penguasaan kalimat yang dinilai sangat penting dalam meningkatkan kemampuan menulis argumentasi. 2. Bagi tenaga pengajar, disarankan untuk mengadakan penataran atau pendalaman tentang penguasaan kalimat kepada mahasiswa agar mereka lebih terampil dalam menulis argumentasi. 3. Bagi peneliti lanjutan yang berminat pada kajian permasalahan ini, maka disarankan untuk lebih memperdalam lagi materi kajian dan pembahasan khususnya tentang penguasaan kalimat dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis argumentasi. 4. Karena hasil penelitian ini menemukan bahwa, korelasi penguasaan kalimat memiliki korelasi besar terhadap peningkatan kemampuan menulis argumentasi mahasiswa PGSD, maka disarankan disini bahwa untuk masa-masa yang akan datang para mahasiswa tersebut perlu untuk ditingkatkan pendalaman kalimat, apakah melalui kegiatan ilmiah, kegiatan PBM dan lain-lain serta kegiatan lainnya yang relevan untuk itu. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Angkasa. Atmazaki. 2007. Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: UNP Press.
298
Ahmadi, Mukhsin. 1988. Materi Dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: DepdikbudAkhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Akhadiah, Sabarti. 1997 Materi Pokok 5: Pengembangan Paragraf. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta : PT. Rineka Cipta ___________. 2007. Kajian Bahasa; Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Bassenang. 1990. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Inonesia Intermasa BSNP. 2006. Standar isi (Keputusan Menteri No. 22, 23, 24 Tahun 2006) Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: BSNP Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta Darmawan, Suryamita Harindrari. 2004. Beta versus VHS and The Acceptance of Electronic Brainstorming Technology. MIS Quarterly Vol.28 No. 1, 2004 Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga Gunawan, dkk. 1997. Belajar Mengarang: Dari Narasi hingga Argumentasi untuk SMU dan Umum. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. 2006. Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTS Sederajat. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Dhieni, Nurbiana. 2009. Metode Pengembangan Bahasa. Universitas Terbuka
Jakarta :
Semi, M. Atar. 2007.Dasar-dasar Keterampilan Menulis . Bandung: Angkasa.
299
Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sudjana. 2010. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif . Bandung: Falah Production. Keraf, Gorys. 1997. Komposisi . Ende - Flores: Nusa Indah. --------- 1987. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia. Suparno dan Muhammad Yunus. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Syafi„ie, Imam. 1988. Retorika dalam Menulis . Jakarta : P2LPTK, Dirjen Dikti, Depdikbud. Syafi „e, Imam dan Imam Subana. 1996. Terampil Berbahasa Indonesia 1 untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 1 . Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
300