KORELASI PENGARUH TAYANGAN TELEVISI TERHAPAD PERKEMBANGAN PERILAKU NEGATIF ANAK USIA DINI (Studi Pada Kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus Tahun 2011 / 2012 )
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh Malikhah 1601908022
JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
i
ABSTRAK Malikhah, 2012. Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak Usia Dini (Studi Pada Kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus Tahun 2011 /2012). Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Drs. Sawa Suryana, M.Pd dan Amirul Mukminin, S.Pd, M.Kes. Kata Kunci : Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi, Perkembangan Perilaku Negatif Masa kanak-kanak atau sering disebut usia dini adalah sebuah fase yang harus dilalui oleh manusia. Pada masa ini anak belum dapat berpikir mana yang baik dan mana yang buruk. Perkembangan perilaku anak dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adalah tayangan televisi. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah, apakah ada hubungan pengaruh tayangan televisi dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus dan seberapa besar hubungan tersebut? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tayangan televisi dengan perkembangan perilaku negatif anak dan di Taman Kanak-kanak tersebut, dan seberapa besar hubungan tersebut. Populasi penelitian ini adalah murid kelompok B Taman Kanak kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus. Adapun jumlah populasi adalah sebanyak 76 anak usia dini terdiri atas 33 peserta didik laki-laki dan 43 peserta didik perempuan, setelah dihitung menggunakan validitas dan realibilitas maka sampel yang digunakan sebanyak 50 anak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional random sampling. Responden yang terpilih diberi angket yang berisi tentang pengaruh tayangan televisi dan perkembangan perilaku negatif anak usia dini. Data yang diperoleh diolah dengan bantuan SPSS versi 11.00 dengan statistik model linier, sebelum analisis dilakukan uji t, uji F dan uji asumsi klasik yakni; uji Multikolinearitas, uji normalitas dan uji heterokedastitas. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengaruh tayangan televisi (X) dengan perkembangan perilaku negatif anak (Y) di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus dengan hasil yang menunjukkan bahwa korelasi antara variable x dan y tergolong cukup. Nilai signifikan F hitung (38,019) > dari nilai F table (2,31) atau signifikan (0.00) < alpha (0.05), menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara variabel x dan y. Melihat hasil penelitian tersebut maka dampingan orang tua sewaktu anak sedang menonton televisi sangat diperlukan .Orang tua dapat mengatur jadwal menonton televisi anak-anaknya. Orang tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak. Orang tua harus mengetahui acara favorit anak. Orangtua sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak .Ajak anak untuk melakukan banyak aktivitas lain selain hanya menonton televisi. Ajari anak untuk memperbanyak membaca buku yang bermanfaat. Orangtua harus membiasakan anak tidak menonton televisi di harihari sekolah. Orangtua harus membekali anak dengan pendidikan yang mengandung nilai-nilai agama.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada: Hari
: Senin
Tanggal
: 04 Maret 2013
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs SawaSuryana, M. Si
Amirul Mukminin, M. Kes
NIP. 19590421 198403 1
NIP.19780330 200501 1 001
002
Mengetahui Ketua Jurusan PG PAUD FIP UNNES
Edi Waluyo, M. Pd NIP. 19790425 200501 1 001
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Semarang pada: Hari/tanggal: Rabu, 15 Mei 2013
Panitia Ujian Skripsi Ketua
Sekretaris
Drs Budiyono, M.S. NIP. 19631209 198703 1 002
Amirul Mukminin, M. Kes NIP.19780330 200501 1 001
Peguji Utama
Edi Waluyo, M. Pd NIP. 19790425 200501 1 001
Peguji I
Penguji II
Drs Sawa Suryana, M. Si NIP. 19590421 198403 1 002
Amirul Mukminin, M. Kes NIP.19780330 200501 1 001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang
Malikhah NIM 1601908022
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Kreativitas lebih penting dari pada ilmu pengetahuan, karena pengetahuan (informasi) tanpa kreativitas hanya ibarat kedaraan tanpa bahan bakar, dan sebaliknya dengan memiliki kreativitas orang bisa menemukan pengetahuan yang diperlukan (Albert Einstein).
Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain (Michael De Montaigne).
Ilmu diperoleh bukan dari pendidikan tapi dari proses belajar.
PERSEMBAHAN : Kupersembahkan skripsi ini bagi segenap kekuatan hidupku : 1. Kepada Ayah dan Ibu yang tak henti-hentinya memanjatkan do’a buat ku 3
Teman-teman di saat resah dan gelisah yang selalu ada untuk bersama
4
Keluarga besar PG PAUD UNNES, Semarang
5
Suamiku tercinta yang membantu moril dan materil
6
Pelita kecil hidup ku, yang selalu mengisi hari-hari ku baik suka atau pun duka….... I love you (Azza)
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ Korelasi Pengaruh Tayangan Telelevisi Terhadap Perkembangan Perilaku
Negatif
Anak Usia Dini (Studi Pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus Tahun 2011/2012)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (satu) pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada : (1)Drs. Hardjono, M. Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. (2)Edi Waluyo, M. Pd selaku Ketua Jurusan PG PAUD FIP UNNES yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini. (3)Dra. Lita Latiana, S.H. M.H, selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi ke pada peneliti. (4)Drs. Sawa Suryana, M. Si, selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan bimbingan, pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. (5)Amirul Mukminin, S.Pd, M. Kes, selaku Pemimbing II yang telah bersedia
vii
meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan bimbingan, pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. (6)Kepala TK dan Dewan Guru Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian ini. (7)Kedua orangtua dan suami serta buah hatiku yang selalu ada untukku, berkat perjuangan, kesabaran, kasih sayang, dan do’anya yang selalu menyertaiku. (8)Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu. SemogaAllah SWT senantiasa melipat gandakan balasan atas amal baik mereka dengan rahmat dan nikmatNya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan dan semoga tulisan ini bisa memberi manfaat bagi semua. Amien.
Semarang Penulis
viii
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..
i
ABSTRAK …………………………………………………………………...
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………...
iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….
iv
PERNYATAAN ……………………………………………………………..
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………
viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………
ix
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………...
1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………..............
6
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………...
7
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………….
8
1.4.1
Manfaat Teoritis ………………………………………………………
9
1.4.2
Manfaat Praktis ……………………………………………………….
9
1.5 Penegasan Istilah ………………………………………………………
10
1.5.1 Korelasi …………………………………………………………………
10
1.5.2 Pengaruh Televisi………………………………………………………
10
1.5.3 Perkembangan Perilaku Anak…………………………………………..
11
ix
1.5.3.1 Pengertian Perkembangan………………………………………………….
11
1.5.3.2 Pengertian Perilaku…………………………………………………………
11
1.5.3.3Pengertian Anak………………………………………………………………
11
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ……………………………………………
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA PengaruhTelevisi sebagai Media Massa ………………………………...
14
2.1.1 Pengertian Media Massa …………………………………………….....
14
Tayangan Televisi ……………………………………………………..
16
2.1.3 Perbedaan Kepentingan ……………………………………………….
18
2.1.4 Peran Keluarga ………………………………………………………..
26
2.2 Perkembangan ……………………………………………………………
30
1) Pengertian Perkembangan …………………………………………….
30
2) Prinsip-prinsip Perkembangan ………………………………………..
31
3) Teori-Teori Perkembangan …………………………………………...
35
2. Perilaku………………………………………………………………..
36
1) Pengertian Perilaku …………………………………………………...
36
2) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku ………...
38
3) Peran Orangtua dan Lingkungan dalam Pekembangan Perilaku ……
40
3. Belajar ………………………………………………………………...
41
1) Pengertian Belajar …………………………………………………….
41
2) Faktor yang Mempengaruhi Belajar ………………………………….
43
4. Anak Usia Dini ……………………………………………………….
44
a.
i.
x
1) Pengertian Anak Usia Dini …………………………………………...
44
2) Teori Perkembangan Anak …………………………………………...
45
2.5.2.1 Teori Piaget (Perkembangan Kognitif)…………………………………...
45
2.5.2.2 Teori Kholberg dan Thomas Likona (Teori Perkembangan Moral)…..
45
Teori Brofen Brenner (Teori Ekologi dan Kontekstual)………………...
45
2.5.2.4 Teori Friderich Wilhem Froebel (Teori Perkembangan Otoaktivitas).
46
ii. Tahap-tahap Perkembangan Anak Usia Dini………………………….
46
2.5.3.1 Perkembangan Berdasarkan Analisis Biologis…………………………..
46
2.5.3.2 Teori Perkembangan Kognitif Piaget……………………………………..
47
2.5.3.3 Teori Perkembangan Moral (Kolberg dan Likona)……………………..
48
2.5.3.4 Teori Perkembangan Psikoseksual (Sigmund Freud)…………………..
48
2.5.3.5 Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)………………………………
49
2.5.4 Tahap-tahap Perkembangan Perilaku Anak…………………………….
49
iii. Pentingnya Memahami Anak Usia Dini………………………………
55
1.
2.6 Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi dengan Perkembangan Perilaku Anak………………………………………………………………………..
56
2.7 Hipotesis…………………………………………………………………..
62
2.8 Kerangka Berpikir…………………………………………………………
63
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian………………………………………………
70
3.2 Variabel Penelitian……………………………………………………….
70
3.3 Populasi dan Sampel……………………………………………………..
72
xi
i. Populasi ………………………………………………………………
72
3.3.2
Sampel………………………………………………………………..
72
3.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………
74
3.4.1 Dokumentasi ……………………………………………………………
74
3.4.2 Angket ………………………………………………………………….
75
3.4.2.1 Pengertian angket …………………………………………………………...
75
1. Macam-macam angket ……………………………………………………...
76
3.5 Penyusunan Instrumen Penelitian……………………………………….
77
3.6 Validitas dan Reliabilitas …………………………………………………
78
3.6.1 Validitas………………………………………………………………....
78
3.6.2 Reliabilitas ……………………………………………………………...
79
3.7 Teknik Analisis Data ……………………………………………………..
80
3.7.1 Model yang digunakan …………………………………………………
80
3.7.2 Pengujian Model ......................................................................................
80
3.7.3 Uji Asumsi Klasik ……………………………………………………....
83
3.7.3.1 Uji Normalitas ……………………………………………………………….
83
3.7.3.2 Uji Multikolinearitas ………………………………………………………
85
3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas ……………………………………………………..
85
3.6.3.4 Uji Linieritas ………………………………………………………………...
86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Penelitian ………………………………………………………
xii
87
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ……………………………………………
87
4.2 Hasil Uji Validitas dan realibilitas………………………………………...
90
4.2.1 Hasil Uji Validitas……………………………………………………....
90
4.2.2 Hasil Uji Realibilitas…………………………………………………….
91
4.3 Hasil Penelitian……………………………………………………………
92
4.3.1 Hasil Uji Asumsi………………………………………………………...
92
4.3.1.1 Uji Normalitas………………………………………………………………..
92
4.3.1.2 Uji Multikolonieritas………………………………………………………...
93
4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas……………………………………………………...
94
4.4 Uji Hipotesis………………………………………………………………
95
4.4.1 Uji F……………………………………………………………………..
95
4.4.2 Uji t ……………………………………………………………………..
96
4.5 Pembahasan……………………………………………………………….
99
4.5.1 Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Sinetron………………………..
99
4.5.2 Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Filim Kartun…………………..
100
4.5.3 Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan Musik………………....
101
4.5.4 Besarnya Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Sinetron…….....................................................................................
103
4.5.5 Besarnya Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Film Kartun………………………………………………………………
104
4.5.6 Besarnya Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan Musik…………………………………………………………………..
xiii
105
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 2.1 Simpulan ………………………………………………………………….
107
5.2 Saran ……………………………………………………………………..
108
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Data Peserta Didik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus……………………………………………………………………….
72
3.2 Kriteria Nilai Alternatif Jawaban…………………………………………….
76
4.1 Data Peserta Didik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus
89
4.2 Data Pekerjaan Wali Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus…………………………………………………………………………
90
4.3 Data Pendidika nOrangtua Murid Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus……………………………………………………………….
90
4.4 Data Tenaga Pendidik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus…………………………………………………………………………
91
4.5 Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov Test…………………………….
94
4.6 Hasi lUji Multikolonieritas…………………………………………………... 95 4.7 PengujianMultikolonieritas…………………………………………………..
95
4.8 Uji Heteroskedastitas……………………………………………………….
96
4.9 Ringkasan Hasil Uji Statistik Intervensi Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak……………………………………..
97
4.10 Ringkasan Hasil Uji Parsial…………………………………………………. 98
xv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Grafik Normal Plot……………………………………………………………
93
Grafik Scatterplot…………………………………………………………….
95
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi informasi sekarang ini, Indonesia diramaikan oleh hadirnya beberapa televisi swasta seperti AN-TV, INDOSIAR, TRANSTV, MNC TV, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), TVGlobal, TV ONE, TRANS7, Metro-TV, Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang sudah lebih lama beroperasi, sedangkan untuk Semarang (Jawa Tengah) masih ada TV swasta yaitu Borobudur-TV dan Pro-TV. Apabila sampai akhir dekade 80-an masyarakat dihadapkan pada suatu pilihan mau tidak mau, suka tidak suka hanya TVRI, saat ini masyarakat lebih leluasa memindah saluran yang satu ke saluran yang lain sesuai dengan acara yang dinikmati. Semua televisi swasta tersebut berusaha menarik perhatian pemirsa sebanyak-banyaknya dan dapat menempati porsi tertinggi. Hal ini berarti masuknya dana meliputi iklan yang menopang dari televisi tersebut. Dalam situasi demikian sudah tentu televisi harus menyiarkan halhal atau film-film import, meskipun porsinya mulai dikurangi, tetapi tidak mungkin atau belum berhasil seluruhnya. Kekhawatiran muncul karena diduga akan menjadi muntahan acara dari luar negeri tersebut, sebab isinya tidak sesuai dengan budaya, kepribadian bahkan falsafat bangsa Indonesia. Hal itu tidak sepenuhnya benar dan tidak semua keliru, karena pada kenyataannya masyarakat tidak bisa menolak masuknya segala hal 1
2
yang "berbau" asing. Bahkan tidak hanya dalam bidang komunikasi, tetapi dalam hal mode busana, rambut dan makanan alternatif sama dengan yang ada di luar negeri. Dengan banyaknya stasiun televisi yang ada di Indonesia (bandingkan dengan jaman dahulu) dengan berbagai macam acara yang lebih mengutamakan hiburan (kecuali TVRI), tentu membawa konsekuensi semakin berat bagi pemirsa, khususnya orang yang sudah tua harus mulai mengarahkan anak-anaknya dalam memanfaatkan hasil teknologi tersebut. Kondisi ini menantang para orang tua untuk lebih selektif dan berkompromi dengan anak-anaknya untuk menyaksikan tayangan yang patut dinikmati dan acara yang seharusnya tidak dilihat oleh anak. Apalagi usia anak-anak merupakan usia yang strategis dan lebih mudah terkena pengaruh, baik dari lingkungan dengan kontak langsung maupun media elektronik. Penelitian pada film untuk anak-anak yang dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) bekerjasama dengan Balitbang Deppen tahun 1993 menunjukkan bahwa adegan antisosial (52%) lebih banyak dari pada adegan prososial (48%). Adegan prososial menurut Wispe adalah beberapa perilaku yang memiliki konsekuensi sosial positif sedangkan menurut Mussen dan Einsenberg perilaku prososial sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberi bantuan atau kebaikan pada orang lain atau kelompok orang tanpa mengharapkan balasan, dengan cara-cara yang cenderung mentaati norma sosial, Contoh adegan prososial adalah mementingkan orang lain, mengalah dengan alasan yang masuk akal dan tanpa paksanaan, aktivitas menolong, pemakaian bersama (share), kehangatan yang menggambarkan keakraban hubungan persahabatan atau
3
persaudaraan termasuk romantisme dalam bekerjasama, simpati yang merupakan ungkapan perasaan dan perbuatan tertentu dari seorang kepada orang lain seperti yang dialami oleh orang tersebut, misalnya; turut sedih, turut bergembira, dan lainlain. Sedangkan kategori adegan antisosial meliputi; berkata dan bertindak kasar, membunuh, berkelahi, pemaksaan, mencuri, berperang, memukul, melukai, mengganggu, menyerang, dan sejenisnya, seperti ungkapan kebencian atau mengejek (B. Gunarto, 1995: 24). Tayangan televisi berpengaruh negatif terhadap perkembangan perilaku anak tergantung dari penyesuaian anak, (Hurlock, 1978: 344), “Anak yang penyesuaiannya baik kurang kemungkinannya terpengaruh secara negatif, apakah permanen atau temporer dibandingkan dengan anak yang buruk penyesuaiannya, dan anak yang sehat dibanding anak yang tidak sehat.” Kuatnya pengaruh tontonan televisi terhadap prilaku seseorang telah dibuktikan dengan penelitian ilmiah. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA) pada 1995, yang mengatakan bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku baik. Sedangkan tayangan kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku buruk, bahkan penelitian ini juga menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan orang adalah hasil dari pelajaran yang mereka dapat dari media semenjak usia anak-anak. Pengaruh sinetron dapat kita saksikan setiap hari, diantaranya banyak anak-anak yang menirukan ucapa-ucapan nakal dari tokoh film animasi ’Shinchan’ yang kasar dan jorok. Belum lagi beberapa contoh prilaku negatif lain seperti pergaulan bebas, merampok, memperkosa, bertengkar, dan lain-
4
lain yang dilakukan remaja karena pengaruh tayangan televisi. Dalam sebuah buku yang berjudul Sex Violence and The Media diungkapkan bahwa membaca dan melihat tayangan televisi yang berbau seks dan kekerasan dapat berpengaruh kepada perilaku seseorang. Media, televisi, majalah porno, dan juga iklan yang makin hari makin bebas menonjolkan seks dan kekerasan, sangat berpengaruh terhadap penyimpangan seks dan kekerasan di masyarakat, meningkatnya kejahatan, pemerkosaan dan lainnya. Yang paling menarik, dalam buku itu, juga memberikan kesimpulan bahwa mass media sebenarnya berpengaruh terhadap perilaku, penampilan, dan situasi mental para pemirsa dan pembacanya. Pengaruh yang diingat seseorang melalui membaca tenyata hanya sekitar 15% saja, namun pengaruh terlihat semakin meningkat kalau disertai suara bahkan adegan visual yang ternyata berpengaruh 50% bagi yang menontonnya. Karena itulah
televisi
sangat
besar
pengaruhnya
dalam
mengubah
perilaku
penontonnya.Imitasi adalah tingkat pertama pengaruh yang kelihatan jelas, dimana pemirsa melihat secara berulang-ulang perilaku tokoh idolanya dan cenderung meniru perilaku tersebut. Ini bisa dimaklumi karena salah satu perkembangan perilaku seseorang dihasilkan dari contoh mereka yang lebih dewasa, orang tua, keluarga, guru, bahkan orang lain yang menjadi idola. Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa peran serta tayangan televisi sangat besar dalam perkembangan anak, terkhusus lagi terhadap pola pikir, sikap dan perilaku anak di sekolah. Dikhususkan pada anak usia 2-7 tahun (menurut konsep kognisi Piaget) dimana
5
anak
mengalami
perkembangan
pesat
dalam
bahasa,
dan
hanya
bisa
menyimpulkan sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat. Apabila anak pada usia ini selalu mendapatkan teman yang berupa tayangan televisi, maka hal tersebut akan sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku anak tersebut. Mereka sedikit banyak akan meniru apa yang mereka lihat dari tanyangan televisi tersebut. Menurut APA, berdasarkan peneletian yang telah dilakukan, banyak bukti menunjukan bahwa tayangan televisi khususnya tayangan kekerasan dapat menyebabkan perilaku agresif, desensitisasi terhadap kekerasan, mimpi buruk, dan takut dirugikan. Menonton tayangan kekerasan juga dapat menyebabkan penontonya kurang memiliki empati terhadap orang lain. Maka dari itu, apabila anak- anak terlalu sering didampingi oleh tayangan televisi, akan ada kemungkinan nantinya anak tersebut tidak sengaja menonton tayangan kekerasan tersebut. Disinilah diperlukan peran serta orang tua dan guru, yang mana sebelumnya sudah dikatakan bahwa guru dan orang tua merupakan pembimbing si anak dalam memanfaatkan tayangan yang ada di televisi tersebut. Dikutip dari artikel Ningsih (2009), dibawah ini dicantumkan data mengenai fakta tentang pertelevisian Indonesia: 1. Tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 – 1.820jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000jam/tahun. 2. 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung adegan kekerasan, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka. 3. saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama 170jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam X 7 hari = 168 jam. 4. 40 % waktu tayang diisi iklan yang jumlahnya 1.200 iklan/minggu, jauh diatas rata-rata dunia 561 iklan/minggu. Anak- anak dan televisi merupakan dua hal yang agak sulit untuk pisahkan,
6
menurut Cooney (dikutip dalam Yonatahan, 2010), anak-anak dan televisi adalah suatu perpaduan yang sangat kuat yang diketahui orangtua, pendidik, dan pemasang iklan. Televisi juga merupakan suatu alat yang melebihi budaya dalam mempengaruhi cara berpikir dan perilaku anak. Televisi dapat membantu anak mengetahui hak-hak dan kewajiban anak sebagai warga negara yang baik dan bisa membangkitkan semangat anak untuk melibatkan diri dalam perbaikan lingkunagn masyarakat, yang disertai oleh panduan orang tua (Chen, 1996). Singkat kata, sedikit banyak tayangan televisi dapat mempengaruhi cara pikir serta sikap dan perilaku anak. Berdasakan konsep di atas dapat disimpulkan bahwa tayangan televisi dapat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku anak. Untuk itu peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “ Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak Usia Dini pada Kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus.”
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan alasan pemilihan judul di atas dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi pokok dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel sinetron dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus? 2) Apakah ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel film kartun
7
dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus? 3) Apakah ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel hiburan musik dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus? 4) Seberapa besar hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel sinetron dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus? 5) Seberapa besar hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel film kartun dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus? 6) Seberapa besar hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel hiburan musik dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanakkanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus?
1.3 Tujuan Penelitian Setiap kita melakukan kegiatan baik secara perorangan maupun secara kelompok, hal yang bisa dipastikan adalah pencapaian tujuan dari kegiatan itu, demikian pula dengan penelitian ini.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
8
(1) Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh tayangan televisi variable sinetron dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus. (2) Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel film kartun dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus. (3) Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel hiburan musik dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus. (4) Untuk mengetahui berapa besar hubungan antara tayangan televisi variabel sinetron dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus. (5) Untuk mengetahui berapa besar hubungan antara tayangan televisi variabel film kartun dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus. (6) Untuk mengetahui berapa besar hubungan antara tayangan televisi variabel hiburan musik dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus.
(7) Manfaat Penelitian Selain tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1.3.1 Manfaat Teoritis
9
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi khasanah ilmu, terutama bagi jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dalam memberikan gambaran jelas tentang pengaruh atau intervensi tayangan televisi terhadap perkembangan perilaku anak. Serta dapat memberikan informasi dan masukan pada teori yang telah ada, terutama berkaitan dengan pengaruh tayangan televisi dengan perkembangan perilaku negatif anak.
1.3.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini dibagi menjadi 4, yakni untuk : (1) Guru Guru sebagai seorang pendidik seyogyanya mampu memberikan arahan agar siswanya lebih banyak belajar dari pada nonton TV, dengan lebih banyak memberi berbagai tugas belajar di rumah. (2) Orang tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada orang tua berkaitan dengan tayangan televisi, dan bila memungkinkan agar orang tua berkenan untuk selalu mendampingi anaknya dalam menyaksikan acara atau tayangan televisi. (3) Peneliti Sebagai aplikasi antara teori yang diperoleh dari bangku kuliah dengan pengalaman kongkrit di lapangan, dengan demikian penelitian akan memperoleh fakta kesesuaian atau ketidaksesuaian antara teori dan praktek.
1.4 Penegasan Istilah
10
Sering ditemui di lapangan satu kata atau satu istilah memiliki beberapa arti, sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda antara pembaca satu dengan pembaca lain. Untuk menghindari hal tersebut, berikut diberi penjelasan istilah yang ada pada judul skripsi yang dipandang perlu.
1.4.1 Korelasi Korelasi berasal dari bahasa Inggris "corelation" yang dalam bahasa Indonesia disamakan dengan kata hubungan mempunyai arti sesuatu yang dihubungkan
atau
hubungan
antara
dua
benda/peristiwa
atau
lebih
(Poerwadarminta, 1988:219). Berdasarkan pengertian tersebut korelasi yang dimaksud adalah hubungan antara dua variabel atau peristiwa yaitu pengaruh tayangan televisi dengan perkembangan perilaku negatif anak.
1.4.2
Pengaruh Televisi Pengaruh adalah sesuatu yang memiliki pengaruh terhadap benda atau orang
lain baik disengaja maupun tidak disengaja. Sedangkan televisi adalah tayangan gambar yang dipertontonkan melalui layar kaca yang berasal dari pusat atau stasiun tertentu untuk dinikmati masyarakat luas (Bagong Suyanto, 1995:27).
1.4.3 Perkembangan Perilaku Anak
11
1.4.3.1 Pengertian Perkembangan Hurlock (1978) menyatakan bahwa perkembangan dapat didefinisikan sebagai deretan kemajuan dari perubahan yang teratur dan koheren. Kemajuan itu ditunjukkan adanya perubahan yang terarah, membimbing ke arah kemajuan, dan bukan mundur. Teratur dan koheren menunjukkan hubungan yang nyata antara perubahan yang terjadi dan yang telah mendahului atau mengikutinya.
1.4.3.2 Pengertian Perilaku Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.
1.4.3.3 Pengertian Anak Anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0 – 8 tahun yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak dalam keluarga (family child care home), pendidikan Pra-Sekolah, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Sedangkan menurut Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003, anak usia enam tahun (0 – 6 tahun). UNESCO menetapkan bahwa anak usia dini adalah anak dengan usia tiga sampai lima tahun. Jadi perkembangan perilaku anak adalah deretan kemajuan perbuatan dan perkataan anak yang dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi
12
Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini akan disusun sistematika penulisan skripsi sebagao berikut : (1) Bagian Muka Pada bagian muka memuat halaman judul, abstrak, persetujuan pembimbing, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, dan daftar isi. (2) Bagian Isi Bagian isi memuat 5 bab, setiap bab terdiri dari beberapa sub bab dengan sistematika sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan. Bab ini berisi tentang: Latar Belakang, Hipotesa, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan. Bab II : Kajian Pustaka. Bab ini berisi tentang: Pengaruh Tayangan Televisi sebagai Media Massa yang mengupas tentang; Pengertian Media Massa, Tayangan Televisi, Perbedaan Kepentingan, dan Peran Keluarga. Kemudian dilanjutkan dengan Pengertian Perilaku, Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Perilaku, Teori Perkembangan Perilaku, Peran Orangtua dan Lingkungan dalam Perkembangan Perilaku, Pengertian Belajar, Faktor yang mempengaruhi Belajar, Teori Perkembangan Anak, Tahap-tahap Perkembangan Anak Usia Dini, Tahap-tahap Perkembangan Perilaku Anak, Pentingnya Memahami Anak Usia Dini, dan Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi dengan Perkembangan Perilaku Anak, Hipotesa dan Kerangka Berpikir.
Bab III :Jenis dan Desain Penelitian,Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel,
13
Teknik Pengumpulan Data, Penyusunan Instrumen Penelitian, Validitas dan Realibilitas, dan Teknik Analisis Data. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, menguraikan tentang uraian Persiapan Penelitian, Hasil Uji Validitas dan Realibilitas, Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian. Bab V : Simpulan dan Saran. Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang Kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian dan Saran-saran yang diharapkan dapat dijadikan bahan implikasi, serta Penutup. (3) Bagian Akhir Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.2
Pengaruh Televisi sebagai Media Massa
2.1.1 Pengertian Media Massa Media massa adalah sarana teknis penyampaian pesan untuk kepentingan umum yang dapat dijawab atau tidak dapat dijawab oleh penerima (Tono Wijoyo, 1985:13). Media massa dalam dunia informasi adalah sarana yang paling efektif untuk berkomunikasi dengan khalayak. Hal ini disebabkan tugas media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang yang dapat membentuk sikap seseorang secara kuat. Jenis media massa yang dapat dijadikan alat komunikasi adalah; (1) media fisual dalam bentuk surat kabar, majaiah, tabloit dan lain-lain, (2) media audio dalam bentuk radio, telepon dan sebagainya, (3) media audio visual dalam bentuk televisi, video, dan film (Anindya, 1997:21). Media massa menurut teori merupakan alat pembentukan sikap, walaupun tidak sekuat interaksi secara langsung antar individu namun memiliki peranan yang cukup besar. Ada tiga teori yang menjelaskan media massa memiliki pengaruh terhadap pembentukan sikap; (1) teori perbedaan individual, (2) teori hubungan sosial, (3) teori penggolongan sosial, (4) teori norma-norma budaya (Melvin De Fieur dalam Tono Wijoyo, 1985:75).
14
15
Teori perbedaan individual didasarkan pada pernikiran psikologi umum yang memandang bahwa motivasi dapat ditumbuhkan melalui proses belajar, namun setiap indivudu akan memperoleh motivasi yang berbeda walaupun mendapatkan rangsangan yang sama. Berdasarkan pandangan ini sentuhan media massa terhadap sekelompok manusia akan memiliki pengaruh dan tanggapan yang tidak selalu sama walaupun pesan yang disampaikan sama. Teori penggolongan sosial memandang bahwa manusia dapat terkelompok dalam pergolongan sosial yang memiliki perilaku yang hampir sama. Sehubungan dengan pesan media massa persepsi dan sikap yang sama akan mempengaruhi tanggapan mereka terhadap pesan yang disampaikan dalam media massa. Teori hubungan sosial memandang individu dalam menerima pesan media massa lebih banyak melalui hubungan dengan orang lain dari pada menerima langsung dari media massa. Intensitas hubungan pribadi antar manusia akan menentukan dari pengaruh media massa. Teori norma budaya memandang bahwa media massa melalui pesan-pesan yang disampaikan dapat menumbuhkan kesan pada pemirsa disesuaikan dengan norma yang belaku. Media massa mungkin dapat memperkokoh tatanan budaya yang sudah ada, atau media massa menimbulkan tatanan baru tanpa merusak tatanan yang sudah ada atau media massa akan mengubah semua tatanan yang sudah ada. Film adalah merupakan salah satu bentuk media massa yang sekarang sudah sangat populer baik itu melalui tanyangan layar lebar maupun layar kaca. Unsur yang ada dalam film berisi dimensi gambar, isi atau pesan, alur cerita, dan suara
16
yang semuanya memiliki peranan dalam mempengaruhi emosi dan daya pikir pemirsa. Tanyangan gambar yang telah diatur oleh ahli penata gambar dapat membawa perasaan dan pikiran penonton terikat oleh adegan gambar yang disajikan.Isi film yang ditanyangkan biasanya tersirat dalam judul film yang dipublikasikan yang membuat para pemirsa merasa penasaran. Isi yang sebenarnya sering membawa suatu muatan nilai yang banyak membawa pengaruh pada pemirsa terutama anak-anak. Pengaturan suara dalam penanyangan film akan mempengaruhi intensitas, perhatian dan emosi seseorang semakin baik dan serasi. Pengaturan suara membuat lebih terfokus memperhatikan film tersebut, sehingga pemirsa lebih detail untuk memahami isi dan makna film.
2.1.2 Tayangan Televisi Kehadiran televisi sebagai hasil kemajuan teknologi tidak bisa dihindari. Melalui berbagai macam acara, baik dan film anak-anak sampai film bagi orang dewasa yang bersifat eksen, termasuk juga sinetron, drama, maupun komedi, berusaha memberikan kepuasan kepada pemirsa atau penonton. Namun tidak jarang acara tersebut membawa dampak yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu keluarga sebagai lembaga inti masyarakat harus dapat bersikap, agar acara-acara yang ditayangkan televisi yang memang menarik itu dapat dimanfaatkan secara positif.
17
Pembahasan pada sub bab ini berusaha membuka front perlawanan keluarga terhadap televisi yang berpengaruh negatif terhadap anak, kemudian orang tua untuk mengambil langkah atau sikap. Hal ini tetap menjadi perioritas utama, sebab antara keduanya (televisi dan keluarga) pada hakikatnya saling membutuhkan. Bahkan di jaman sekarang tidak dapat meninggalkan televisi dengan berbagai informasi dan dengan berbagai bentuk pada era globalisasi informasi ini. Sementara televisi sebagai siaran audio visual tidak dapat melepaskan diri dari masyarakat, sehingga kesan "apalah artinya tanyangan bagus bila tidak disaksikan oleh masyarakat" tidak akan terjadi. Persaingan televisi swasta dalam menyajikan acara semakin ketat. Apabila semula hanya RCTI yang menyajikan film kartun anak-anak (Sincan), kini semuanya menanyangkan jenis film tersebut, baik itu film lepas maupun film seri bahkan ditanyangkan dalam waktu yang sama. Apabila dulu hanya TPI sekarang bernama MNC TV menanyangkan film India, kini diikuti stasiun televisi yang lain. Demikian pula, dulu sinetron yang hanya di tanyangkan SCTV kini hampir menyeluruh televisi swasta ikut menanyangkan, termasuk di INDOSIAR yang terkenal dengan; sinetron yang mirip film India dan sebagainya. Begitu antusias masyarakat terhadap sinetron ini, sehingga baju dan tempat tidur juga diberi nama "Tersanjung"(Muhammad Surya, 1993:83). Tidak hanya tanyangan berupa film-film atau sinetron saja, televisi swasta juga meramu acara informasi seperti "Buletin Siang", "Liputan Enam", "Seputar Indonesia". Sedangkan seri komedi atau lawak seperti "Extravaganza", "Spontan", dan sebagainya juga ditanyangkan untuk merebut pemirsa agar tertarik. Acara-
18
acara tersebut tidak khusus disajikan untuk orang tua atau dewasa saja, tetapi juga dipersiapkan juga untuk anak-anak misalnya : Mojacko, Spiderman, Shinchan dan sebagainya. Sedangkan untuk remaja biasanya disajikan tanyangan berseri, baik sinetron asli maupun saduran yang dapat ditemukan setiap hari. Dampak globalisasi dalam bidang komunikasi, menjadi siaran televisi menjadikan siaran televisi sampai ke pelosok-pelosok tanah air. Setiap stasiun televisi menyuguhkan acara yang menarik untuk "merebut" hati pemirsa terutama anak-anak. Salah satu contoh tanyangan film Power Rangers yang sering ditanyangkan pada waktu-waktu anak sedang libur. Film Power Ranger adalah film anak – anak yang ditayangkan oleh stasiun televisi Indosiar pada setiap hari minggu pagi. Isi dari film Power Rangers menggambarkan tentang kepahlawanan sekelompok muda – mudi dalam memberantas kejahatan. Disana diperlihatkan bagaimana sekelompok pemuda tersebut bisa berubah menjadi manusia perkasa yang siap membela kebenaran dengan mengandalkan jurus – jurus mautnya. Memperhatikan isi cerita film Power Rangers selain menggambarkan tentang kepahlawanan juga menggambarkan tentang pemecahan masalah yang selalu dilakukan dengan kekerasan, ini akan mempengaruhi perilaku anak yang menonton film tersebut.
2.1.3 Perbedaan Kepentingan Pembahasan ini tidak berusaha membuka front perlawanan keluarga terhadap televisi, namun penulis ingin menempatkan kedudukan keduanya pada
19
posisi dan bagaimana kemudian masing-masing harus bersikap. Sebab antara yang satu dengan yang lain pada hakikatnya saling membutuhkan. Keluarga sekarang yang dikatakan hidup dalam masa modern tidak dapat meninggalkan televisi dengan berbagai informasi dalam berbagai bentuk pada era globalisasi informasi. Sementara televisi sebagai lembaga siaran audio visual tak dapat melepaskan diri dari masyarakatnya. Dengan kian beragamnya acara tentu makin sulit bagi pemirsa menentukan acara yang bakal dipilih. Apalagi kalau setiap penghuni rumah memiliki selera yang berbeda. Bila kondisi demikian terus tumbuh bahkan tidak mungkin setiap anggota keluarga kelak akan memiliki pesawat TV-nya sendiri seperti yang sekarang telah terjadi di Jerman. Situasi demikian diramalkan dapat melemahkan komunikasi dalam keluarga. Walaupun harus kita akui, bahwa televisi memberi keuntungan bagi anak seperti yang dikatakan oleh Himmerweit dalam bukunya "Television And the Child", bahwa televisi mengajarkan anak untuk mengenal kehidupan masyarakatnya dan masyarakat lain. Siaran televisi berfungsi sebagai wahana proses sosialisasi. Anak-anak diajak mengenal nilai-nilai luhur masyarakatnya, tetapi mereka juga disuguhi hal-hal lain yang menuntut mereka memberikan makna sendiri (Dedi Supriadi, 1993:23). Permasalahan yang dihadapi oleh orang tua jaman sekarang memang sangat-sangat jauh berbeda dengan di masa lalu. Hal ini terjadi karena dulu lembaga keluarga memungkinkan orang tua (terutama ibu dengan sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga) untuk dekat dengan anak. Tetapi sejalan dengan tuntutan keadaan yang mengkondisikan wanita berpeluang meniti karir, peran
20
ganda wanita tentu tidak mudah dilakukan secara sempurna. Peran bapak kemudian dituntut untuk lebih dini, artinya tanggungjawab pendidikan anak bukan melulu di pundak ibu, yang pada masa lalu sangat dominan. Keluarga sebagai bagian masyarakat yang terkecil merupakan inti terciptanya masyarakat yang lebih luas, sehingga kedudukan keluarga menentukan bentuk dan corak masyarakat di masa mendatang. Dalam keluarga selayaknya tercipta harmoni yang menenangkan semua penghuninya serta dapat memberi bekal psikis yang akan terbawa oleh anggota-anggotanya. Di depan telah disinggung bahwa tanggungjawab keluarga semakin berat, karena perkembangan seseorang bukan hanya ditentukan oleh keluarga, tetapi juga oleh msyarakat dan pemerintah. Termasuk media massa sebagai bagian dari masyarakat mempunyai andil yang tidak kecil dan bisa dianggap ringan. Dengan cerita (film, telenovela, sinetron, dan lain-lain) yang biasanya "happy ending" telah membuat suatu kebahagiaan semu, yang barang kali tidak ditemukan dalam hidup dan kehidupan sehari-hari. Ingat; telenovela : "Maria Mercedes" – kisah seorang gadis pencuci mobil dan penjual karcis yang berhasil menikah dengan pemuda dari keluarga kaya. Penontonnya yang mayoritas wanita kemudian tanpa terasa terbawa dalam alur cerita, menghayati peran serta ikut merasakan penderitaan pelaku utamanya. Begitupun terhadap telenovela Marisol, Isabel atau sinetron Putri yang ditukar, Anugrah, dan lain-lain. Mereka seakan lupa bahwa itu hanya cerita yang dibuat justru untuk "mengelabuhi" penonton, sehingga mereka rela meninggalkan pekerjaan apapun agar tidak ketinggalan dan alur cerita film yang dikaguminya itu. Bahkan kini waktu belajar anak-anak diusik oleh hadirnya; "Upin & Ipin” karena
21
ditayangkan pada prime time. Bila dicermati kondisi di atas, di mana mayoritas penonton telenovela adalah wanita dewasa dapat terhanyut pada alur cerita, bagaimana anak-anak tidak akan mengalami hal serupa? Tentu tidak menutup mata bahwa berbagai film, apakah yang khusus untuk anak-anak maupun film konsumsi orang dewasa yang ikut ditonton anak-anak pada "prime time” banyak adegan yang kadang-kadang kurang layak disaksikan oleh anak-anak. Keberadaan televisi selain sebagai media informasi (fungsi utama), mendidik, juga sebagai media memperoleh hiburan, sebab manusia secara naluriah akan selalu berusaha menciptakan keseimbangan dalam hidupnya dengan rutinitas yang dialami. Acara siaran tdevisi, khususnya acara hiburan sedikit banyak mempunyai keterkaitan dengan pendidikan anak terutama melalui pendidikan dalam keluarga. Bukan hanya isinya, tetapi kehadiran televisi dengan perangkat siarannya sebenarnya sudah memberikan peluang-peluang bagai terselenggaranya pendidikan (Muhammad Surya, 1993:24). Namun ternyata peluang tersebut tidak selalu dapat dimanfaatkan secara maksimal. Sebab di samping peluang pendidikan, ada sisi lain yang tidak kalah menggodanya, yaitu hiburan itu sendiri, konsumen (audiens) di Indonesia pada umumnya belum dapat berperan aktif dalam penentuan acara yang di tayangkan di Stasiun TV. Berbeda dengan di negara maju seperti Amerika Serikal misalnya. Sebagaimana hasil penelitian yang dipublikasikan Time Mirror 23 Maret 1993 (Bagong Suyanto, 1995: 27) yang menunjukkan bahwa 75% responden menilai hiburan televisi terlalu banyak menampilkan adegan kekerasan dan merangsang
22
timbulnya tindak kekerasan di kalangan remaja dan anak-anak. Mereka kemudian mengusulkan agar pemerintah mencabut ijin televisi yang menampilkan adegan kekerasan. Para pemasang iklan didesak untuk tidak menyeponsori tayangan yang penuh kekerasan. Meskipun hasil penelitian itu belum diketahui tindak lanjutnya, namun paling tidak hal itu sudah menunjukkan adanya kepedulian dan komitmen masyarakat terhadap perkembangan bangsanya. Apa yang terjadi di Amerika tentu tidak dapat begitu saja diberlakukan di Indonesia, sebab dalam suatu kesempatan ketika ditanyakan kepada Public Relation Manager salah satu TV swasta di Indonesia; "Mengapa film yang ditayangkan pada Prime Time banyak yang mengandung unsur kekerasan?" Jawabnya singkat; "Karena film jenis itu yang banyak menyedot iklan yang mutlak untuk TV Swasta". Ketika dilanjutkan; "Apa tanggung jawabnya untuk perkembangan masyarakat, karena film itu tidak hanya ditonton orang dewasa, tetapi kemungkinan besar juga ditonton oleh anak-anak?" Jawabanya; "Yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak bukan televisi, tetapi orang tua, sebab semua tergantung pada norma yang ada dalam keluarga''. Secara sederhana jawaban itu dapat diterima, namun agaknya para pengelola TV juga perlu menyadari kedudukan mereka dalam masyarakat yang juga ikut bertanggungjawab terhadap perkembangan masyarakat. Pengelola TV swasta selayaknya bercemin dan melakukan Self Control, film dan acara lain tidak hanya asal lolos sensor dari Lembaga Sensor Film (LSF), juga lolos dari kontrol mereka sendiri sebagai wujud tanggungjawab, seperti yang selama ini sudah dilakukan media cetak,
23
Menghadapi dilema ini patut disadari bahwa beratnya tantangan yang harus dihadapi para keluarga terhadap intervensi televisi, Sebab tidak banyak orang tua yang tahu dan mau mendampingi anak-anak untuk nonton TV atau paling tidak memberi gambaran pada anak (yang pada dasarnya mereka bagai kertas pulih) dengan kesibukan yang menumpuk, atau ada orang tua yang masih mementingkan diri sendiri bila ia harus memilih, sebab tidak jarang orang tua menonton acara kesukaannya sementara anak dipersilahkan sibuk dengan acara sendiri (kalau tidak ikut nonton) atau menonton acara yang disukainya di kamarnya sendiri atau di rumah tetangga. Budaya memberi fasilitas pada anak nampaknya juga mulai merambat ke Indonesia seiring dengan naiknya status ekonomi sekaligus upaya semu "menebus"" rasa bersalah orang tua yang kian terbatas waktunya untuk anak. Diharapkan bila anak mendapat televisi sendiri, paling tidak ia akan banyak diam di rumah dan pengasuhnya tidak akan terlalu disibukkan oleh anak asuhannya. Di sini orang mulai lupa bahwa anak tidak sekedar butuh hiburan, tetapi juga sosialisasi untuk mengembangkan pribadi dan kemampuannya. Tidak hanya diberi fasilitas (fisik) tetapi juga ingin diajak bicara dengan bahasa yang sebenarbenarnya mereka pahami dan perlukan. Di sisi lain televisi (swasta) sebagai "lembaga yang tidak bisa melepaskan diri dan unsur bisnis dan profit tidak mudah untuk menerima kritik masyarakat mengenai apa yang mereka tayangkan, sejauh itu mereka pandang "tidak benarbenar" mengkhawatirkan.
24
Tidak dapat disangkal bahwa tujuan utama manajemen televisi (kecuali TVRI) adalah bagaimana mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya, sehingga tidak aneh bila stasiun TV bergabung mempertanyakan penelitian yang dilakukan YKAI dan Balitbang Deppen tersebut. Mereka berusaha keras membantah dengan mengatakan bahwa apa yang ditayangkan oleh televisi tidak berpengaruh langsung terhadap perilaku pemirsa. Sebab di kalangan pakar sendiri sampai sekarang masih terdapat pro dan kontra pandangannya mengenai masalah ini. Pendapat yang menolak anggapan bahwa televisi berpengaruh terhadap perilaku pemirsa agaknya diperkuat oleh Laporan Studi yang dilakukan di Amerika Serikat dengan tajuk; ''Televison and Growing Up : The Impact of Television Violence (1972)" yang menemukan korelasi dalam taraf signifikansi hanya 0,20 sampai 0,30 antara ekspose tindakan kekerasan di televisi dengan perilaku agrasif pemirsa yang pada umumnya adalah anak-anak muda (Budi Astuti, 2000:26). Atau penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Martini dan MG. Adiyanti dari Universitas Gajah Mada yang membuktikan film-film kartun televisi yang mengandung unsur kekerasan tinggi ternyata tidak menyebabkan agresivitas pada sejumlah anak Taman Kanakkanak (Dedi Supriadi, 1993:98). Sedangkan pendapat yang menerima anggapan bahwa siaran televisi berpengaruh terhadap perilaku pemirsa diperkuat oleh hasil penelitian di Erasmus Rotterdam pada tahun 1998 yang menemukan bahwa pelajar setingkat lanjutan pertama dan atas yang menonton televisi sampai 4-5 jam sehari ternyata mempunyai minat baca rendah. Mereka cenderung hanya membaca bukubuku wajib karena sebagian waktunya tersita untuk acara-acara televisi (Bagong Suyanto, 1995:26).
25
Dari beberapa uraian di atas, sudah sepantasnya keluarga yang dalam hal ini dimotori oleh orang tua mulai mempersiapkan diri untuk mengantisipasi situasi yang terus berkembang dan dihadapi oleh anak-anak. Sebab memang tidak selamanya acara hiburan dapat memberikan rasa senang dan kebahagiaan, tetapi ada kalanya dapat menimbulkan hal-hal sebaliknya, yaitu perilaku-perilaku yang tidak terkendali, kecuali acara tertentu yang menghambat kegiatan-kegiatan lain yang lebih penting, pengikisan nilai-nilai, perilaku yang menyimpang, mengurangi motivasi belajar, sikap acuh tak acuh terhadap hal-hal yang baik dan normatif, individualitas berlebihan dan sebagainya (Muhammad Surya, 1993:78). Sikap hati-hati orang tua perlu dipertajam tanpa mengurangi upaya mengembangkan imajinasi anak, karena tidak bisa memaksa televisi untuk selalu menayangkan acara yang kita suka dan yang kita butuhkan, sebab tidak mungkin memuaskan semua pihak dalam waktu yang sama. Mengingat keadaan masyarakat Indonesia yang benar-benar beragam suku, agama, bahasa, budaya dan lain sebagainya. Televisi adalah benda mati, maka pemirsalah yang seharusnya menempatkan diri sebagai pihak yang aktif agar tidak mudah dipengaruhi dan dibentuk oleh media. Pemirsa yang harus menentukan mana acara yang layak ditonton dan mana yang tidak. Karena memang pengaruh tayangan televisi tidak berdiri sendiri, tetapi ia merupakan suatu "penyulut" yang penting terhadap potensi (positif atau negatif) yang telah ada pada seseorang. Isi pesan televisi dengan sendirinya tidak terlepas dari masalah-masalah yang ada dalam masyarakat, yaitu masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya (Astrid Susanto, 1993:22).
26
2.1.4 Peran Keluarga Menghadapi "serangan" yang bertubi-tubi itu tentu memerlukan kiat tersendiri yang seharusnya mulai dilakukan oleh para orang tua selaku manajer rumah tangga agar anak yang kelak diharapkan menjadi baik tidak direngut oleh media dan anak dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin. Ibarat air hujan yang mengikis batu, seperti juga semua yang over akibat tidak baik, demikian juga akibat yang mungkin ditimbulkan oleh acara-acara yang ditayangkan televisi. Sedikit-sedikit lama kelamaan menjadi bukit. Bisa jadi yang timbul tidak seekstrim yang dibayangkan, dalam arti anak berbuat tindak kejahatan atau kekerasan, tetapi dalam kondisi yang lebih ringan mereka akan menjadi apatis dan tidak peduli kepada lingkungan nyata yang ada di sekelilingnya. Misalnya anak diam saja ketika melihat seorang temannya memukul teman yang lain. Studi yang dilakukan Robert Coles dari Universitas Havard (Dedi Supriadi, 1993:76) yang dimuat dalam TV Guide, Juni 1986 menemukan bahwa: "Situasi keluargalah yang menjadi variabel moderator hubungan antara tayangan tindak kekerasan di televisi dengan perilaku tertentu pada anak-anak". "What makes some foods more vulnerable to the worst of TV?” Dengan demikian maka keluarga hendaknya mengajarkan pada anak bahwa kitalah yang harus mengeksploitasi televisi, bukan sebaliknya kita dieksploitasi media. Kita yang harus mengatur media, bukan media yang mengatur semua roda kehidupan kita. Berdasar penjelasan di atas, maka perlu beberapa kiat yang ditawarkan kepada orang tua untuk menghadapi televisi dewasa ini, yakni:
27
(1) Pendidikan mental Pendidikan mental memang perlu ditanamkan sejak dini agar anak tidak mudah terpengaruh oleh apa yang mereka lihat di kotak ajaib yaitu "televisi". Bentengi dengan pendidikan agama yang ditanamkan sejak awal, hal itu diharapkan mampu menjadi pegangan hidupnya di masa mendatang. Anak sudah dikenalkan pada baik buruk, boleh tidak boleh, layak tidak layak, dan lain-lain sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. (2) Komunikasi Komunikasi dengan orang tua yang diperlukan agar anak biasa berbagi (share) rasa dengan orang tua dan terkondisi untuk mengeluarkan pendapat di hadapan orang tua. Dengan demikian akan tercipta komunikasi timbal balik antara orang tua dan anak. Bila kondisi ini terbentuk sejak dini, maka hingga anak dewasa mudah-mudahan ia akan selalu percaya kepada orang tua dan tidak mencari sumber informasi dari luar yang barangkali sulit dipertanggungjawabkan. (3) Mendidik dengan kasih sayang Bagi sebagian orang menunjukkan kasih sayang diwujudkan dengan memanjakan anak, baik secara fisik maupun psikis. Memanjakan anak dalam bentuk fisik adalah menuruti semua pennintaan anak yang berwujud benda nyata. Dalam bentuk psikis adalah munculnya sikap terlalu melindungi. Kasih sayang dapat ditunjukkan dengan perhatian yang cukup, dimana anak dapat merasakan kasih sayang orang tua. Situasi seperti ini akan membuat anak belajar menyayangi orang lain dan lingkungannya, yang kemudian dapat menjadi benteng pribadinya dari penyimpangan-penyimpangan.
28
(4) Memberi/memilih lingkungan yang baik Pendidikan yang baik dalam keluarga harus mendapat dukungan lingkungan yang baik pula, sebab dengan memberi lingkungan yang baik akan tercipta kondisi yang subur untuk mengembangkan diri anak secara maksimal. Di sini bukan berarti anak "disucikan", namun harus memberi landasan yang baik sehingga ia mampu memahami kondisi lain yang beragam. (5) Membentuk sikap selektif Norma keluarga yang ditanamkan sejak masa kanak-kanak biasanya akan terbawa hingga anak menjadi dewasa. Dalam menonton televisipun anak sudah dapat mulai diajari sikap selektif, Artinya anak diarahkan agar mampu memilih acara yang benar-benar diperlukan untuk mengembangkan dirinya ke arah yang positif. Tentu tidak bijaksana bila orang tua selalu mengeluarkan jurus "harus" dan "tidak". Anak tidak boleh nonton itu, tetapi harus yang ini misalnya. Sebab anak juga perlu dihadapkan pada kenyataan, sehingga anak tidak "steril" dan "kuper" yang sewaktu temannya bercerita tentang "Tendangan Si Madun" atau "Mojacko" dia hanya bengong terpaku. Rasa percaya diri anak tetap perlu ditumbuhkan antara lain ditampakkan pada keleluasaan wawasannya. Jadi anak bukan hanya menonton film anak-anak, tetapi juga ada kalanya mereka juga perlu menyimak kuis, seni, berita dan lain-lain. (6) Kompromi Anak seperti orang dewasa, ada kalanya mereka ingin menonton acara yang menarik bagi mereka, namun pada waktu yang saam mereka juga harus mengerjakan tugas (membantu orang tua, belajar, mengerjakan pekerjaan rumah,
29
dan sebagainya). Menghadapi masalah seperti ini orang tua dapat membantu kesepakatan dengan apa atau mana yang akan dilakukan terlebih dahulu. Nonton TV atau mengerjakan tugasnya. Dengan demikian anak dibiasakan untuk memilih dan memutuskan masalahnya sendiri. Ini menurut para ahli perkembangan anak membantu terbentuknya sikap mandiri, yang tentu saja harus disertai dengan penanaman kedisiplinan terhadap apa yang mudah disepakati. (7) Contoh dari orang tua Semua kiat di atas tidak dapat sepenuhnya berhasil bila tanpa contoh (teladan) dari orang tua, sebab pada dasamya anak lebih cenderung meniru yang dilakukan oleh orang tuanya. Inilah konsekuensinya yang harus dibayar oleh para orang tua dalam menanamkan norma-norma dalam keluarga (Budi Astuti, 2000: 28-29) Berdasarkan beberapa uraian di atas dari kutipan di atas dapat dikemukakan keluarga hendaknya mengajarkan pada anak bahwa kitalah (orang tua) yang harus memanfaatkan televisi, bukan televisi yang memanfaatkan kita. Perlu ditekankan bahwa waktu luang kita tidak hanya untuk menonton TV, tetapi perlu bergaul, mengembangkan pribadi melalui kegiatan lain. Kita yang harus menempatkan diri sebagai pribadi yang aktif agar tidak mudah dipengaruhi dan dibentuk oleh TV. Kita yang menentukan mana cara yang layak ditonton dan mana yang tidak. Orang tua selaku manajer dalam keluarga perlu melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap kemungkinan yang ditimbulkan oleh berbagai acara di televisi.
30
2.2 Perkembangan 2.2.1 Pengertian perkembangan Para pakar psiklogi perkembangan pada umumnya membatasi pandangan perkembangan hanya pada perubahan yang mengarah pada reorganisasi kualitatif struktur perilaku, ketrampilan, atau kemampuan. Para pakar psikologi perkembangan menyakini bahwa perkembangan terdiri atas dua proses, yaitu integrasi dan diferensiasi. Integrasi mengacu pada gagasan bahwa perkembangan terdiri atas integrasi dari struktur dari yang paling dasar, yakni perilaku yang dimiliki sebelumnya dengan perilaku baru, kepada struktur pada tingkat yang lebih tinggi. Misalnya, bayi belajar untuk memperolah objek yang telah dipelajari seperti mengkoordinasikan berbagai ketrampilan seperti, menggerakkan tangan, dan menggenggam objek. Diferensiasi mengacu pada gagasan bahwa perkembangan menunjukkan kemajuan kemampuan yang ditunjukkan secara berbeda ketika menghadapi objek yang berbeda. Misalnya, ketika anak menggenggam benda kecil akan berbeda caranya ketika harus menggenggam benda yang besar. Dengan demikian perkembangan merupakan proses kombinasi antar integrasi dan diferensiasi. Hurlock (1978) menyatakan bahwa perkembangan dapat didefinisikan sebagai deretan kemajuan dari perubahan yang teratur dan koheren. Kemajuan itu ditunjukkan adanya perubahan yang terarah, membimbing kearah kemajuan, dan bukan mundur. Teratur dan koheren menunujukkan hubungan yang nyata antara perubahan yang terjadi dan yang telah mendahului atau mengikutinya.
31
Monk et. al (1991) menyatakan bahwa perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu proses menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Selanjutnya Werner (1969) (dalam Monk dkk, 1991) menegaskan bahwa perkembangan menunujuk pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap. Perkembangan berhubungan dengan proses belajar, terutama mengenai isinya, yaitu tentang apa yang akan berkembang berkaitan dengan perbuatan belajar. Di samping itu juga bagaimana sesuatu hal itu dipelajari, apakah melalui menghafal atau melalui peniruan atau dengan menangkap hubungan-hubungan, ini semua ikut menentukan proses perkembangan. Dapat pula dikatakan bahwa perkembangan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi tingkat integrasi yang lebih tinggi terjadi berdasarkan pertumbuhan, kematangan, dan belajar. Perkembangan psikologi merupakan suatu proses yang dinamik. Dalam proses tersebut, sifat individu dan sifat lingkungan pada akhirnya menentukan tingkah laku apa yang akan diaktualisasikan dan dimanifestasikan.
2.2.2 Prinsip-prinsip perkembangan Baltes (1987) mengartikulasikan enam prinsip yang dapat digunakan untuk mengkaji perkembangan manusia. Dinyatakan bahwa prinsip-prinsip yang dikembangkan ini membentuk keyakinan yang menspesifikasikan pandangan perkembangan secara koheren.
32
Beberapa prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Perkembangan berlangsung sepanjang hayat. Prinsip ini memiliki dua aspek, yaitu: a. Potensi perkembangan akan terjadi sepanjang hidup manusia, dan tidak ada asumsi bahwa kehidupan seseorang akan mencapai puncak perkembangan kemudian menurun kembali pada waktu orang itu dewasa atau berusia tua. b. Perkembangan tidak akan terjadi pada saat seseorang belum lahir, dan perkembangan itu akan berlangsung sepanjang hayat. (2) Perkembangan
bersifat
multidimensional
dan
multidireksional.
Multidimensional mengacu pada kenyataan bahwa perkembangan tidak dapat digambarkan melalui criteria tunggal, seperti perilaku yang bersifat meningkat ketika masih berusia anak-anak atau menurun ketika seseorang itu telah dewasa atau sudah tua. Multidireksional mengacu pada hasil perkembangan dicapai melalui berbagai cara, dan perkembangan itu terdiri dari berbagai kemampuan yang dimiliki oleh individu yang ditunjukkan melalui berbagai perubahan. (3) Perubahan mengacu pada perolehan dan kehilangan. Perkembangan itu mencakup aspek-aspek pertumbuhan dan penurunan. Misalnya, sekolah mampu meningkatkatkan pengetahuan anak dan mengembangkan kemampuan kognitifnya, namun mereka juga kehilangan kreativitas karena harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh sekolah. Kedua aspek perkembangan itu, yakni pertumbuhan dan penurunan, tidak perlu terjadi sama kuatnya, dan keseimbangan antara perolehan dan kehilangan itu setiapkali dapat berubah.
33
(4) Perkembangan itu bersifat lentur, yakni adanya variabelitas diri seseorang sehinggga memungkinkan adanya perkembangan atau perilaku tertentu. (5) Perkembangan berada dalam latar tertentu dan historic. Bersifat kontekstual karena seseorang berada di suatu lingkungan akan berbeda perkembangannya dengan seseorang yang berada di lingkungan lain. Bersifat historis karena periode waktu tertentu dimana seseorang itu tumbuh akan mempengaruhi perkembangannya. Ruffin (2001) menyatakan bahwa walaupun terdapat perbedaan secara individual pada kepribadian anak, prinsip-prinsip dan karakteristik perkembangan itu menunjukkan pola-pola yang bersifat universal. (1) Perkembangan itu berproses dari bagian kepala menuju ke kaki. Prinsip ini dinamakan prinsip kepala ke kai (cephalocaudle principle). Pada mulanya anak mengendalikan kepalanya, kemudian tangannya dan selanjutnya kaki. Bayi mengendalikan kepala dan gerakan raut muka dalam waktu dua bulan setelah kelahiran. Dalam beberapabulan berikutnya, bayi mampu mengangkat dirinya denagn menggunakan bantuan tangan. Pada usia 6-12 bualan, bayi mulai mengendalikan kakinya dan mampu merangkak berdiri, dan berjalan. Koordinasi tangan bayi itu biasanya mendahului koordinasi kakinya. (2) Perkembangan berproses dari tubuh bagian dalam menuju tubuh bagian luar. Prinsip ini disebut prinsip perkembangan proksimodistal (proximodistal development). Ini berarti tulang belakang perkembangan terlebih dahulu sebelum tubuh bagian luar. Lengan anak berkembang terlebih dahulu sebelum keseluruhan fungsi tangan, dan kaki berkembang terlebih dahulu sebelum jari-
34
jari kaki itu berfungsi. (3) Perkembangan tergantung pada kematangan dan belajar. Kematangan mengacu pada karakteristik pertumbuhan dan perkembangan biologios. Perubahan biologis terjadi pada urutan tertentu dan dapat memberikan kemampuan tertentu pada anak. Perubahan otak dan system syaraf akan menentukan kematangan anak. (4)
Perkembangan berproses dari sederhana (konkrit) menuju kepada yang lebih kompleks.
(5)
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan. Anak akan selalu berkembang dan dalam perkembangan itu anak menambahkan ketrampilan yang telah diperolah sebelumnya, kemudian ketrampilan baru yang diperoleh itu menjadi dasar untuk memperolah atau menguasai kecakapan yang lebih kompleks.
(6)
Pertumbuhan dan perkembangan berproses dari kecakapan umum ke kecakapan
spesifik.
Dalam
perkembangan
motorik,
bayi
mampu
menggenggam objek dengan kedua tangannya sebelum mampu memegang dengan satu tangan. Pada mulanya, gerakan motorik bayi itu bersifat umum, tidak terarah, dan reflektif, mengayun-ayunkan tangannya atau bahkan menendang-nendang sebelum mampu menjangkau objek tertentu. Ini karena pertumbuhan itu terjadi dari gerakan otot besar menuju gerakan otot kecil atau otot halus. (7) Tingkat pertumbuhan dan perkembangan bersifat individual. Setiap anak berbeda sehingga tingkat pertumbuhannya juga berbeda. Walaupun pola-pola
35
dan urutan pertumbuhan
dan perkembangan anak itu biasanya sama pada
semua anak, tingkat pencapaian tahap perkembangannya akan berbeda.
2.2.3 Teori-Teori Perkembangan Banyak teori yang muncul dalam pengkajian perkembangan, dan berbagai teori yang muncul itu selalu mengusung perdebatan diantara para pakar psikologi perkembangan. Beberapa teori yang hingga kini masih terjadi perdebatan yaitu teori: (1) Continuity dan Discontinuity Ada dua proposisi yang berlawanan tentang perubahan perkembangan. Sebagian pakar menyatakan bahwa perkembangan itu sebaiknya dipandang sebagai proses yang berkesinambungan (continous process). Dalam arti perkembangan dipandang sebagai proses akumulasi perilaku yang selalu meningkat. Dalam teori ini proses perkembangan bersifat lembut dan teratur, dan setiap perubahan selalu berkaitan dengan kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya. Berbeda dengan pandangan tersebut adalah teori tentang discontinuity, dimana perubahan itu tidak bersifat kesinambungan. Teori ini menyatakan bahwa kadang-kadang perilaku berubah secara kualitatif, dan organisasi perilaku baru dapat muncul dalam bentuk yang bersifat beragam. Teori kedua ini kemudian memunculkan pandangan tentang tahap-tahap perkembangan manusia, yakni organisasi perilaku manusia yang menandai adanya perkembangan dalam waktu tertentu. (2) Teori Kematangan dan Perubahan. Penelitian tentang anak kadang-kadang menunjukkan adanya stabilitas aspek-
36
aspek perkembangan, seperti kelekatan kepada orangtua, namun dalam penelitian lain menunjukkan bahwa emosi anak dapat diubah oleh lingkungannya, terutama oleh pengasuhnya. Aspek penting dari adanya perbedaan pendang tersebut perlu dikaitkan dengan pengalaman masa kanak-kanak yang memainkan peranan pembentukan pada perkembangan masa berikutnya. Freud merupakan salah seorang pakar pakar psikologi pertama yang menekankan pada pentingnya pengalaman masa kanakkanak karena mempengaruhi perkembangan pada masa berikutnya. Secara sama, Erik erikson percaya bahwa cara-cara seseorang menyelesaikan masalah perkembangan kehangatan, kepedulian dengan orangtua atau kemampuan berpikir dan bertindak secara otonomi merupakan faktor penting bagi perkembangan berikutnya.
2.3 Perilaku 2.3.1 Pengertian Perilaku Definisi perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud digerakan (sikap); tidak saja badan atau ucapan. Simpang, sebagai kata dasar menyimpang memiliki pengertian sebagai (1) sesuatu yang memisah (membelok, bercabang, melencong, dan sebagainya) dari yang lurus (induknya). Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.
37
Perilaku mempunyai beberapa dimensi: (1) Fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya. (2) Ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi. (3) Waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang. Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa didalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut Perilaku dapat bersifat covert ataupun overt (1) Overt artinya nampak (dapat diamati dan dicatat) (2) Covert artinya tersembunyi (hanya dapat diamati oleh orang
yang
melakukannya). Fokus pengubahan perilaku kepada perilaku yang dapat diamati (perilaku overt). Pengubahan perilaku adalah suatu bidang psikologi yang berkaitan dengan analisa dan pengubahan perilaku manusia (Miltenberger, Tahun 2001) (1) Analisa artinya mengidentifikasi hubungan fungsional antara lingkungan dengan perilaku tertentu untuk memahami alasan suatu perilaku terjadi. (2) Pengubahan berarti mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur pengubahan perilaku untuk membantu orang mengubah perilakunya (mengubah peristiwa-peristiwa lingkungan yang mempengaruhi perilaku).
38
Pengubahan perilaku adalah penerapan yang terencana dan sistematis dari prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah perilaku mal adaptif (Fisher & Gochros, 1975). Perilaku maladaptif adalah perilaku yang mempunyai ciri sebagai berikut: menimbulkan akibat yang tidak maupun
menyenangkan bagi pelaku
lingkungannya, tidak sesuai dengan peranan dan fungsi individu
pelakunya, tidak sesuai dengan stimulus yang dimunculkan oleh lingkungannya. Pengubahan perilaku adalah penerapan yang terencana dan sistematis dari prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah perilaku mal adaptif (Fisher & Gochros, 1975)
2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku Beberapa kondisi baik kondisi yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, dapat menyebabkan dominannya perilaku seseorang. Kondisi-kondisi tersebut adalah: (1)
Kondisi kesehatan.
Kesehatan
yang
baik
mendorong
emosi
yang
menyenangkan menjadi dominan dan sebaliknya. Hal ini berpengaruh pada perilaku anak, keadaan emosi anak baik perilaku anak baik pula begitu juga sebaliknya jika emosi nak kurang baik maka perilau anak juga menjadi tidak baik atau kurang baik. (2)
Suasana rumah, jika anak tumbuh dalam lingkungan rumah yang lebih banyak berisi kebahagiaan dan apabila pertengkaran, kecemburuan, dendam, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan diusahakan sesedikit mungkin, maka anak akan lebih banyak mempunyai kesempatan menjadi anak yang
39
bahagia. (3)
Cara mendidik anak. Mendidik anak secara otoriter, yang menggunakan metode hukuman untuk memperkuat kepatuhan secara ketat, akan mendorong anak berprilaku menentang. Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif, aka menimbulkan suasana rumah yang lebih santai yang akan menunjang anak berperilaku menyenangkan.
(4)
Hubungan dengan anggota keluarga. Hubungan yang tidak rukun dengan orangtua atau saudara akan menimbulkan perilaku yang tidak baik lebih dominan muncul.
(5)
Hubungan dengan teman sebaya. Jika anak diterima dengan baik oleh kelompok teman sebaya maka perilaku yang menyenangkan (baik) akan muncul, sedangkan apabila anak diabaikan oleh kelompok maka perilaku yang tidak menenangkan akan dominan muncul.
(6)
Perlindungan yang berlebihan. Orangtua yang melindungi anak secara berlebihan (overprotective), yang hidup dalam prasangka bahaya tehadap segala sesuatu, akan menimbulkan rasa takut anak menjadi dominan. Denagn kata lain anak tersebut tumbuh menjadi seorang yang penakut.
(7)
Aspirasi orangtua. Jika orangtua mempunyai aspirasi tinggi yang tidak realistis bagi anak-anaknya, anak aka menjadi canggung, malu dan merasa bersalah apabila menyadari kritik orangtua bahwa mereka tidak dapat memenuhi harapan-harapan tersebut.
(8)
Bimbingan. Yaitu bimbingan orangtua untuk berperilaku baik diperlukan oleh anak agar anak mengetahui hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal
40
yang tiodak boleh dilakukan. (9)
Kondisi psikologis.
(10) Kondisi lingkungan.
2.3.3 Peran Orangtua Dan Lingkungan Dalam Pekembangan Perilaku Peran artinya: “Suatu bagian memegang pimpinan yang terutama (terjadi suatu hal atau peristiwa)” misalnya tenaga ahli dan buruh yang memegang peran penting dalam pembangunan Negara” (Poerwadarminta, 1996:735). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa peran merupakan “seperangkat tingkat yang diharapkan untuk dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan dalam masyarakat atau yang merupakan bagian utama yang harus dilakukan” (Depdikbud, 1998:667). Adapun peran yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah keikutsertaan orangtua dan lingkungan (guru, sekolah dan masyarakat) dalam mempengaruhi perkembangan perilaku anak. Ngalim Purwanto (2006:169) menegaskan peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan ssiwa yang menjadi tujuannya. Guru di sekolah selain mengajar, memberikan macam-macam ilmu pengetahuan dan ketrampilan
kepada anak-anak juga
mendidik. Menurut Cleife (dalam Soemiarti, 2000:85) guru adalah pemegang otoritas atas cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan,
41
walaupun begitu tugas guru tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak para siswa tetapi melatih ketrampilan (karsa) dan menanamkan sikap serta nilai (rasa) kepada mereka.
2.4 Belajar 2.4.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatau yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, perilaku, keyakinan, tujuan, kepribaadian, dan bahkan persepsi seseorang. Beberapa pengertian tentang belajar: (1) Gege dan Berliner (1983:252) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisasi mengubah perilakunya karena dari hasil pengalaman. (2) Morgan et.al. (1986:140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relative permanen yang terjadi karena hasl dari praktik atau pengalaman. (3) Slavin (1994;152) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. (4) Gagne (1997:3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Dari keempat pengertian di atas tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama yaitu: (1) Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku
42
Perilaku mengacu pada suatu tindakan. Perilaku yang tampak (overt behavior) seperti berbicara, menulis, mengerjak sesuatu dapat memberi pemahaman tentang perubahan perilaku sesesorang. Dalam belajar di sekolah, perubahn perlaku itu menagcu pada kemampuan mengingat atau menguasai berbagai bahan ajar dan kecenderungan peserta didik memiliki sikap dan nilai-nilai yang diajarkan oleh peserta didik, sebagaimana telah dirumuskan di dalam tujuan peserta didikan. (2) Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman Pengalaman dapat membatasi jenis jenis perubahan perilaku yang dipandang mencerminkan belajar. Pengalamna dalam pengertian belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis dan social. Oleh karena itu perubahan perilaku yang disebabkan oleh faktor obat-obatan, adaptasi penginderaan, dan kekuatan mekanik, misalnya, tidak dipandang sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman. (3) Perubahan perilaku karena belajar besifat relatif permanen Lamanya perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri seseorang adalah sukar untuk diukur. Perubahan perilaku itu dapat berlangsung selama satu hari, satu minggu, satu bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Pengertian belajar adalah berbeda dengan pengertian pertumbuhan dan perkembangan (Shephert dan Ragan, 1982:35-36). Pertumbuhan merupakan karakteristik individu yang diperoleh dari kehidupan. Biasanya istilah pertumbuhan (growth) digunakan untuk menunjukkan pertambahan jumlah seperti berat, tinggi, dan sejenisnya. Belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi
43
sebagai akibat dari interaksi antara individu denagn lingkungannya. Apa yang dipelajari seseorang dapat diuraikan dan disimpulkan dari pola-pola perubahan perilakunya. Perkembangan (development) mengacu pada perubahan yang dihasilkan dari kombinasi pengaruh pertumbuhan dan belajar.
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Belajar Peristiwa belajar yang terjadi pada diri peserta didik dapat diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan setelah berada dalam peristiwa belajar. Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan tubuh; kondisis psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi social, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Kondisi eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar.
2.5 Anak Usia Dini 2.5.1 Pengertian Anak Usia Dini Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan canda tawa dan kegembiraan sehingga orang dewasa akan ikut terhibur dengan hanya melihat tingkah polah mereka, demikianlah gambaran karakter seorang anak (Siti Aisyah, 2008:1.3).
44
Ada beberapa definisi tentang anak usia dini baik ditinjau dari sisi umur, psikologi, maupun secara fisik. Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian tentang pengertian anak usia dini. (1) Anak usia dini adalah anak yang berada dalam dalam rentang usia 0 – 8 tahun yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak dalam keluarga (family child care home), pendidikan Pra-Sekolah, Taman Kanakkanak dan Sekolah Dasar. (2)
Sedangkan menurut Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (0 – 6 tahun) yang dilakukan melalui
pemberian
rangsangan
pendidikan
anak
untuk
membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2003). (3)
UNESCO menetapkan bahwa anak usia dini adalah anak dengan usia tiga sampai lima tahun (3 – 5 tahun).
2.5.2 Teori Perkembangan Anak 2.5.2.1 Teori Piaget (Teori Perkembangan Kognitif) Pandangan dasar dari teori ini adalah Pertama, yaitu keterlibatan anak secara aktif dengan lingkungan fisik melalui pengalaman langsung. Kedua, bahwa anak sudah memiliki motivasi dalam diri untuk mengembangkan intelektual berkembang terus menerus dan ketiga, bahwa anak sudah memiliki motivasi dalam
45
diri untuk mengembangkan intelektual (Wijana, 2006:22). 2.5.2.2 Teori Kholberg dan Thomas likona (Teori Perkembangan Moral) Teori ini menekankan kepada tahapan perkembangan moral anak berdasarkan usia yang dibagi menjadi 4 fase, yaitu : (1) Fase berfikir egosentris, usia 1 sampi 4-5 tshun (2) Fase patuh tanpa syarat, usia 4-5 sampa 6 tahun (3) Fase balas membalas, usia 6,5 tahun sampai 8 tahun. (4) Fase memenuhi harapan lingkungan, usia 8 tahun sampai 13 tahun atau 14 tahun. (Siti Aisyah, 2008:3.6). 2.5.2.3 Teori Brofenbrenner (Teori Ekologi dan Kontekstual) Teori ini mengemukakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh 4 (empat) hal, yaitu : (1) Konteks Mikrosistem, yang terdiri atas keluarga, sekolah, dan temantemannya. (2) Konteks Mesosistem, yaitu hubungan antara keluarga dwngan sekolah, sekolah dengan kelompok anak sebaya atau keluarga dengan sekelompok anak sebaya. (3) Konteks Ekosistem, yaitu hal-hal yang ada di sekitar anak yang mempengaruhi anak tersebut. Misal kebijakan pemerintah, pekerjaan orangtua, dan lain sebagainya. (4) Konteks Makrosistem, yaitu kondisi global di mana anak tersebut hidup, lingkungan social, budaya, dan agama (Siti Aisyah, 2008:3.7).
46
2.5.2.4 Teori Friderich Wilhem Froebel (Teori Perkembangan Otoaktivitas) Teori ini mengatakan bahwa perkembangan otoaktivitas merupakan prinsip utama pendidikan anak. Anak didik harus didorong untuk aktif sehingga dapat melakukan berbagai kegiatan yang produktif. Prinsip kedua adalah kebebasan atau suasana merdeka. Otoaktivitas anak tumbuh dan berkembang jika pada anak diberikan kesempatan dalam suasana bebas sehingga anak mampu berkembang sesuai potensinya masing-masing. Prinsip ketiga adalah pengamatandan peragaan. Kegiatan ini dimaksudkan terutama dalam mengembangkan seluruh indra anak (Wijana, 2006:2,18).
2.5.3 Tahap-tahap Perkembangan Anak Usia Dini Setiap tahap perkembangan anak usia dini memiliki cara atau tugas perkembangan tertentu, yang dapat dijadikan standar atau perkiraan kasar tentang hal-hal yang harus dikuasai anak pada tahap usia tertentu. Tugas perkembangan tersebut mencakup berbagai dimensi perkembangan anak yaitu; aspek motorik, social emosi, disiplin, intelektual dan bahasa (Siti Aisyah, dkk, 2008:1.24). Hurlock (1978) menerangkan tugas perkembangan anak usia dini antara lain yaitu: 1)
Perkembangan fisik, secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung, perkembangan fisik seorang anak akan menentukan ketrampiln anak dalam bergerak. Secara tidak langsung,
47
pertumbuhan dan perkembangn fisik akan mempengaruhi bagaimana anak ini memandang dirinya sendiri dan bagaimana memandang orang lain. 2) Perkembangan
motorik,
berarti
perkembangan
pengendalian
gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. 3)
Perkembangan bicara, kemampuan berbicara memenuhi kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial.
4) Perkembangan emosi, gejala petama perilaku emosional ialah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat. Emosi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan. 5) Perkembangan sosial, makna perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. 6)
Perkembangan bermain, bermain merupakan pengalaman yang berharga bagi anak, bermain adalah alat yang penting bagi anak untuk bersosialisasi.
7)
Perkembangan kreativitas, kreativitas adalah kemampuan sesorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya.
8)
Perkembangan pengertian, pengertian lahir dari kematangan kemampuan intelektual anak dan dari pengetahuan yang diperoleh dari belajar selama periode waktu yang panjang.
9)
Perkembangan moral, tidak ada anak yang memiliki hati nurani atu skala nilai, dan tidak seorang anakpun dapat diharapakan mengembangkan kode moral sendiri, sebaliknya tiap anak harus diajarkan standar kelompok tentang
48
yang benar dan salah. Belajar berperilaku dengan cara yang disetujui masyarakat merupakan proses yang panjang dan lama yang terus berlanjut hingga masa remaja. 10) Perkembangan seks, peran seks berarti pola perilaku bagi anggota kedua jenis kelamin yang disetujui dan diterima kelompok sosial tempat individu itu mengidentifikasikan diri. 11) Perkembangan kepribadian, kepribadian adalah susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam diri suatu individu yang menentukan penyesuaian individu yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik adalah kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum. Sistem-sistem ini berkembangmelalui proses belajar sebagai hasil dari berbagai pengalaman anak.
2.5.4 Tahap-tahap Perkembangan Perilaku Anak Terdapat beberapa teori tentang tahap-tahap perkembangan perilaku anak antara lain: 2.5.4.1
Perkembangan berdasarkan Analisis Biologis
Sekelompok ahli menentukan pembabakanitu berdasarkan keadaan/proses pertumbuhan tertentu, yaitu : Aristoteles menggambarkan perkembangan individu, sejak anak sampai dewasa itu kedalam 3 tahapan. Setiap tahapan lamanya 7 tahun, yaitu : (1) Tahap I : dari 0-7 tahun (masa anak kecil, masa bermain)
49
(2) Tahap II : dari 7-14 tahun (masa anak, masa sekolah dasar) (3) Tahap III : dari 14-21 tahun (masa remaja/pubertas, masa peralihan dari usia anak menjadi orang dewasa) Penahapan ini didasarkan pada gejala dalam perkembangan fisik. Hal ini dijelaskan bahwa antara tahap I dan tahap II dibatasi oleh pergantian gigi, antara tahap II dan tahap III ditandai dengan mulai berfungsinya organ-organ reproduksi. Kretscmer, mengemukakan bahwa dari lahir hingga dewasa, individu melewati 4 tahapan : (1)
Tahap I: dari 0-3 tahun, fullungs (pengisian) dimana anak tampak pendek gemuk.
(2)
Tahap II: dari 3-7 tahun, streckungs dimana anak tampak langsing meninggi
(3) Tahap III: dari 7-13 tahun, anak tampak pendek gemuk kembali (4) Tahap IV dari 13-20 tahun, anak nampak kembali langsing Elizabeth Hurlock mengemukakan penahapan perkembangan individu, yaitu: (1) Tahap I, fase prenatal, sebelum lahir yaitu 9 bulan/280 hari (2) Tahap II, infancy/orok yaitu sejak lahir-usia 10/14 hari (3) Tahap III, babyhood (bayi) dari 2 minggu - 2 tahun (4) Tahap IV, childhood (kanak-kanak) mulai dari 2 tahun-masa remaja (5) Tahap V, adolesence/puberty mulai usia 11/13 tahun - 21 tahun. (6) Tahap IV: dari 13-20 tahun, anak nampak kembali langsing
50
2.5.4.2
Teori Perkembangan Kognitif Piaget Piaget membagi tahapan perkembangan koginif menjadi empat tahapan:
(2) Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun) Perkembangan dari refleks oromotor pada bayi baru lahir ke interaksi yang erat dengan lingkungan dan mulai menggunakan simbol-simbol. (2) Tahap Praoperasional (usia 2-7 tahun) Proses berpikir menjadi interalisasi; tidak sistematis dan mengandalkan intuisi. Penggunaan simbol meningkat. Pengertian berdasarkan penampilan dan kejadian yang dilihatnya. (3) Tahap Operasional Kongkrit (usia7- 11 tahun) Anak dapat memusatkan berbagai aspek dari situasi secara simultan.
Sudah
mengerti sebab akibat secara rasional dan sistematis. Mampu melakukan pengelompokan dan generalisasi, berkurangnya rasa ego memungkinkan anak bersosialisasi dengan anak lain. (4) Tahap Opersianal Formal (usia 12 tahun ke atas) Berkembangnya kemampuan berpikir abstrak dan imajinasi. Pengertian terhadap ilmu pengetahuan dan teori lebih mendalam 2.5.4.3 Teori Perkembangan Moral ( Teori Kolberg dan Likona) Teori ini menekankan kepada tahapan perkembangan moral anak berdasarkan umur yang dibagi menjadi 4 fase, antara lain: (1) Tahap Premoral (lahir – 9 tahun) Anak menyerah kepada kekuatan dan kepemilikan. Hidup dinilai untuk jumlah dan kekuatan dari kepemilikan.
51
Orientasi hukuman dan kepatuhan (lahir sampai – 6 tahun) Anak menggabungkan label dari baik dan buruk dan benar dan salah dalam perilaku dalam bentuk konsekuensi dari tindakan-tindakan. Elemen dari tawar menawar, pembagian yang seimbang, dan kejujuran menjadi muncul. Hidup dinilai dengan bagaimana anak dapat memuaskan kebutuhan dari orang lain.
Orientasi egoistik secara sederhana (6 – 9 tahun) Anak menyesuaikan minat diri sendiri dengan aturan: anak berasumsi bahwa penghargaan atau bantuan akan diterima.
(2) Tahap Moralitas konvensional (9-13 tahun) -
Anak laki-laki yang baik dan anak perempuan yang manis ( 9 – 10 tahun)
-
Hidup
dinilai
dari
seberapa
bagus
hubungan
interpersonal
(mengidentifikasi kepentingan individu secara emosional) (3) Tahap Autoritas mempertahankan moralitas Identifikasian bergeser pada agama atau insittusi sosial seperti sekolah. (4) Tahap Moralitas Pasca Konvensional ( 13 tahun – meninggal) Pencapaian nilai moral yang benar terjadi setelah dicapai formal operasional. Tidak semua orang mencapai tingkat ini.
Orientasi kontraktual dan legalitas Individu berhati-hati untuk tidak melanggar hak-hak dan kehendak orang lain. Terjadi konflik pandangan moral dan legal. Orang akan bekerja untuk mengubah aturan.
52
Orientasi prinsip etis yang universal Tahapan ini jarang dicapai. Jika rangcangan pemikiran dari dalam diganggu maka akan muncul rasa bersalah. 2.5.4.4 Teori Perkembangan Psikoseksual (Sigmund Freud) (1) Oral-sensori ( lahir-18 bulan) Anak yang terhalang kegiatan mengisap mungkin berusaha untuk memusakan kebutuhan ini di kemudian hari melalui aktivitas seperti mengunyah permen karet, merokok, dan makan yang berlebihan. (2) Anal-muskular (18 bulan-3 tahun) Konfliks eksternal mungkin ditemui pada saat latihan ke toilet diusahakan dan kemudian terlihat dalam perilaku seperti konstipasi, keterlambatan, dan kesakitan. (3) Falik-lokomasi (3-6 tahun) Sesuatu yang timbul dari konfles Oedipus dan elektra untuk laki-laki dan perempuan secara berturut-turut terjadi, lancang, malu, dan takut mungkin merupakan ekspresi dari fiksasi pada tahap ini. (4) Latensi (6 tahun – pubertas) Penggunaan kuping anak dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini ketertarikan seksual mungkin disublimasi melalui permainan yang giat dan beroleh keterampilan. (5) Genital (pubertas-masa dewasa) Ini adalah waktu peningkatan biologis pada saat interaksi emosi yang belum matur sering terjadi pada awal fase. Pada saatnya, berkembang kemampuan
53
untuk memberi dan menerima cinta yang matang. 2.5.4.5 Teori Perkembangan Psikososial (Erikson) (1) Percaya Vs Tidak Percaya (lahir – 1 tahun) Pada saat kebutuhan dasar bayi tidak terpenuhi secara adekuat, bayi menjadi curiga, penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku makan, pola tidur dan ereliminasi yang buruk. (2) Autonomi Vs Ragu-Ragu dan Pemalu (1 – 3 tahun) Jika perkembangan kemandirian tidak didukung oleh orang tua, anak mungkin memiliki kepribadian yang ragu-ragu; jika anak dibuat merasa buruk pada saat melakukan kegagalan, anak akan menjadi pemalu. (3) Inisiatif Vs Rasa Bersalah (3 – 6 tahun) Pembatasan dari orang tua bisa mencegah anak dari perkembangan inisiatif. Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan orang tua. Anak mesti belajar untuk memulai kativitas tanpa merusak hak-hak orang lain. (4) Industri Vs Inferior (6 – 12 tahun) Perasaan inferior bisa terjadi pada saat dewasa memandang usaha anak belajar untuk belajar bagaimana sesuatu bekerja melalui manipulasi adalah sesuatu yang
bodoh
atau
merupakan
masalah.
Ketidaksuksesan
di
sekolah,
perkembangan keterampilan fisik, dan mencari teman juga mengkontribusi terjadinya inferior. (5) Identitas Vs Bingung Peran atau Difusi (18 – 21 tahun) Kegagalan untuk mengembangkan identitas pribadi bisa mengarah ke
54
kebingungan peran, yang sering mncul dari perasaan adekuat, isolasi dan keragu-raguan. Penangguhan psikososial memberikan waktu yamg lebih untuk membuat keputusan yang vokasional. (6) Intimasi vs Isolasi (18 – 41 tahun) Ketidakpastian individu mengenai diri sendiri akan mempunyai kesulitan mengembangkan keintiman. Seseorang tidak bersedia atau tidak mampu untuk berbagi untuk mengenal diri sendiri akan merasa sendiri. (7) Generativitas Vs Ahsorbsi Diri atau Stagnasi (40-65 tahun) Asorbsi diri orang dewasa akan direnungkan dengan kesejahteraan pribadi dan peningkatan. Perenungan dengan diri sendiri mengarah pada stagnasi kehidupan. (8) Integritas Ego Vs Putus Asa (65 tahun- mati) Resolusi yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari ketidakberuntungan, kekecewaan, dan kegagalan.
2.5.5 Pentingnya Memahami Anak Usia Dini Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, moral, social, dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya.
55
Menurut Siti Aisyah (2008:1.4) ada beberapa hal yang menjadi alasan pentingnya memahami karakteristik anak usia dini, yaitu: 1. Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang besar. 2. Merupakan pribadi yang unik. 3. Suka berfantasi dan berimajinasi 4. Masa paling potensisal untuk belajar. 5. Menujukkan sikap egosentris. 6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek. 7. Sebagai bagian dari makhluk social. Menurut Kartadinata dalam Siti Aisyah (2008:1.9) selain karakteristik anak usia dini di atas, ada beberapa titik kritis yang perlu diperhatikan pada anak usia dini yang berbeda dengan anak sesudahnya. Titik kritis tersebut adalah: (1) Membutuhkan rasa aman, istirahat, dan makanan yang baik. (2) Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru. (3) Membutuhkan latihan dan rutinitas. (4) Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh banyak jawaban. (5) Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. (6) Membutuhkan pengalaman langsung. (7) Trial and error menjadi hal pokok dalam bejar. (8) Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak.
56
2.6 Hubungan Pengaruh Televisi dengan Perkembangan Perilaku Negatif Anak Telah disinggung di depan bahwa tayangan televisi sedikit banyak, mau tidak mau harus kita nikmati, Oleh sebab itu orang tua harus berhati-hati terhadap tayangan-tayangan
yang
dirasa
negatif
dan
tidak
menguntungkan
bagi
berkembangan anak. Maksudnya, jangan sampai anak yang bagai "kertas putih" itu kotor karena tercoret oleh tayangan televisi. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan mendampingi anak sewaktu anak menyaksikan acara televisi, memberi jatah waktu kepada anak untuk menyaksikan acara televisi, dan tindakan lain yang sifatnya sebagai kontrol dan penyaring dari tayangan televisi. Di sisi lain, orang tua disibukkan oleh pekerjaan masing – masing, sehingga secara praktis untuk selalu menemani anak dalam menyaksikan acara atau tayangan televisi rasanya sulit untuk diwujudkan. Sebagai benteng untuk menangkal hal ini adalah melalui pendidikan, baik itu pendidikan secara formal yang dilaksanakan di sekolah maupun pendidikan non formal seperti pendidikan dalam keluarga. Memang bila dilihat waktunya, pendidikan non formal dalam keluarga memiliki peluang dan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak, sebab dilihat dari waktunya, di rumah lebih banyak bila dibandingkan waktu yang dimiliki di sekolah. Oleh sebab itu, orang tua harus bertindak ganda, yakni sebagai guru, pemberi jalan, pemberi nasehat, pemberi arah, pemberi penerang, dan bahkan mengalihkan jalan bila anak tersebut mengalami "sesat" di tengah perjalanan. Dengan demikian, pendidikan baik formal yang dilaksanakan di sekolah maupun
57
pendidikan non formal yang dilaksanakan dalam keluarga memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan dan pola perilaku anak. Dalam penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh tayangan televisi menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap perkembangan perilaku anak atara lain: Pertama, penelitian yang pada film untuk anak-anak yang dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) bekerjasama dengan Balitbang Deppen tahun 1993 menunjukkan bahwa adegan antisosial (52%) lebih banyak dari pada adegan prososial (48%). Adegan prososial menurut Wispe adalah beberapa perilaku yang memiliki konsekuensi sosial positif sedangkan menurut Mussen dan Einsenberg perilaku prososial sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberi bantuan atau kebaikan pada orang lain atau kelompok orang tanpa mengharapkan balasan, dengan cara-cara yang cenderung mentaati norma sosial, Contoh adegan prososial adalah mementingkan orang lain, mengalah dengan alasan yang masuk akal dan tanpa paksanaan, aktivitas menolong, pemakaian bersama (share), kehangatan yang menggambarkan keakraban hubungan persahabatan atau persaudaraan termasuk romantisme dalam bekerjasama, simpati yang merupakan ungkapan perasaan dan perbuatan tertentu dari seorang kepada orang lain seperti yang dialami oleh orang tersebut, misalnya; turut sedih,
turut
bergembira, dan lain-lain. Sedangkan kategori adegan antisosial meliputi; berkata dan bertindak kasar, membunuh, berkelahi, pemaksaan, mencuri, berperang, memukul, melukai, mengganggu, menyerang, dan sejenisnya, seperti ungkapan kebencian atau mengejek (B. Gunarto, 1995 : 24).
58
Kedua, penelitian yang dilakukan ahli Pendidikan Media Massa Prof. Glogaeur (Astrid Susanto, 1993: 9) dari Jerman yang menunjukkan : (1) 34% anak-anak berumur 9-10 tahun memiliki televisi tersendiri. (2) 20% anak-anak dalam kelompok umur 6-8 tahun kini setiap
Minggu
menonton TV sekurang-kurangnya 40jam/minggu. (3) Anak-anak dengan bebas menonton tayangan televisi smack down, yang berdampak negative pada anak, diberitakan bahwa di beberapa daerah ada anak yang tewas gara-gara meniru adegan smack down tersebut. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth L. Wahyudi dari Australia Children Television Action Committe (website Google; http://www.Pengaruh tayangan Televisi.go.id) menjelaskan bahwa: (1) Selama masa sekolah anak-anak diperkirakan menyaksikan 87.000 tindakan kekerasan di televisi. (2) Film-film kartun juga sering memperagakan kekerasan, beberapa diantaranya menggambarkan 84 adegan kekerasan perjam. (3)
Anak-anak tanpa kontrol orangtua dapat dikaitkan dengan meningkatknya kekerasan, perilaku agresif dan hasil akademik yang jelek.
(4) Anak-anak di bawah umur 4 tahun kesulitan membedakan antara fantasi dan kenyataan. Keempat, “Komisi Nasional Perlindungan Anak pernah memantau 13 stasiun televisi swasta Indonesia. Hasilnya 62% diantaranya menayangkan perilaku kekerasan, ini dijumpai di sinetron dan tayangan-tayanagn film lainnya”, jelas Ariot Merdeka Sirait, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak.
59
(www.sehatraga.wordpress.com). Kelima, hasil penelitian yang berjudul “Pola Menonton Televisi pada Anak dan Pengaruhnya terhadap Pendidikan serta Pola Makan” yang dilakukan oleh Terapul Tarigan, Nancy Ervani, dan Syamsidar Lubis, Subbagian Tumbuh Kembang Pediatri Sosial, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ Universitas dr, Pirngadi Medan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 100 responden yang berusia 3-5 tahun, menonton telavisi 1-2 jam/hari (56%), acara paling disenangi film kartun (77%). Dari hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara acara yang disenangi dengan reaksi anak setelah menonton televisi (p<0,05), menonton televisi mempunyai pengaruh 32% dengan pengaruh pada belajar 17% dan pola makan 15%. Penelitian tersebut membuktikn bahwa menonton televisi mempunyai pengaruh terhadap belajar anak tetapi tidak bermakna secara statistik. Keenam, Andayani (1997) melakukan penelitian terhadap beberapa film kartun Jepang, seperti Sailor Moon, Dragon Ball, dan Magic Knight Ray Earth. Ia menemukan bahwa film tersebut banyak mengandung adegan antisosial (58,4%) daripada adegan prososial 41,6%). Studi ini menemukan bahwa kategori perlakuan antisosial yang paling sering muncul berturut-turut adalah berkata kasar (38,56%), mencelakakan 28,46%), dan pengejekan (11,44%). Sementara itu, katagori prososial, perilaku yang kerapkali muncul adalah kehangatan (17,16%), kesopanan (16,05%), empati (13,43%), dan nasihat 13,06%). Ketujuh, Laporan studi yang dilakukan di Amerika Serikat dengan tajuk; “Telvision and Growing Up:
The Impact of
Television Violence (1972)”
60
menemukan korelasi dalam taraf signifikan hanya 0,20 sampai 0,30 antara ekspose tindakan kekerasan di televisi dengan perilaku agresif pemirsa yang apda umumnya adalah anak-anak muda (Budi Astuti, 2000: 26). Kedelapan, Dokter spesialis kejiwaan RS Theresia, Asianto mengatakan, tontonan seperti film kekerasan dan film porno sangat mempengaruhi perkembangan psikologi anak. “Apa yang mereka lihat dari tontonan itu terekam dan sewaktu-waktu mereka praktikkan seperti yang mereka lihat dalam adegan film itu. Dan ini sangat berbahaya bagi si anak itu sendiri karena bisa terjerumus dalam pergaulan yang salah,” terangnya kepada Jambi Independent (20/11/2008). Kesembilan,
menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang (anak)
cenderung meniru perilaku yang diamatinya, stimuli menjadi teladan untuk perilakunya (Rakhmat, 2005). Stimuli dalam hal ini dapat termasuk tayangan televisi yang sedang ditonton. Kesepuluh, penelitian yang dilakukan selama 20 tahun terhadap sekelompok anak-anak, psikolog Leonard Eron dan L. Rowell Huesmann dari Universitas Illinois menyimpulkan bahwa anak-anak yang pernah menonton film kekerasan dalam jumlah cukup, cenderung akan melakukan tindakan kekerasan maupun kriminal pada usia muda. Bukan itu saja, di saat mereka dewasa pun mereka cenderung melakukan tindakan penganiayaan terhadap anak atau pasangan hidup mereka.
Suguhan kekerasan pada perilaku agresif, tindak kejahatan dan
kriminalitas dalam masyarakat. Semua anak dalam periode usia yang peka akan terkena dampaknya tanpa memandang jenis kelamin, tingkat intelegensi, maupun kelas sosial.(www.bppndik.tripod.com).
61
Kesebelas, penelitian yang berjudul Pengaruh Sinetron di Televisi terhadap Anak oleh R. Koesmaryanto Oetomo, S. Km, M. Si (website Google; http://www.Pengaruh Tayangan Televisi.go.id) menyebutkan: (1) Judul-judul sinetron anak atau remaja sering kali bertema vulgarisma, menantang, mengandung unsur pornografi. (2) Pemain sinetron dipilih dari remaja bahkan sebagian masih berusia anakanak (6-13 tahun). (3)
Peran yang dimainkan remaja dan anak-anak seringkali bertabrakan dengan norma pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat perkembangan psikologinya.
(4) Banyak alur cerita sinetron yang bersetting sekolah tetapi tidak sesuai dengan norma agama dan adat ketimuran yang berlaku.
Keduabelas, Dyer menyimpulkan (Pengaruh Televisi Terhadap Tumbuh Kembang Anak oleh Ahmad Raihan,
[email protected] Dipublikasikan dan didedikasikan untuk perkembangan pendidikan di Indonesia melalui MateriKuliah.Com, sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran masuknya pesan – pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian. Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka
62
lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tesebut akan mengikuti acara televisi yang ia tonton. Apabila yang ia tonton merupakan acara yang lebih kepada edukatif, maka akan bisa memberikan dampak positif tetapi jika yang ia tonton lebih kepada hal yang tidak memiliki arti bahkan yang mengandung unsurunsur negatif atau penyimpangan bahkan sampai kepada kekerasan, maka hal ini akan memberikan dampak yang negatif pula terhadap perilaku anak yang menonton acara televisi tersebut.
2.7 Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul, (Arikunto, 2010: 110). Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian : 1) Hipotesis kerja atau disebut juga hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antar variabel x dan y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. 2) Hipotesis nol (H0) sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalampenelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Dari pengertian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha: Ada hubungan yang signifikan antara pengaruh tayangan televisi dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak
63
Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus, diterima. H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengaruh tayangan televisi dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus, ditolak.
2.8 Kerangka Berpikir Suatu penelitian tanpa memiliki kerangka berpikir yang kuat akan sulit bagi peneliti dalam menentukan kemana penelitian akan diarahkan. Menurut Rohmat (1990: 67) teori mempunyai fungsi sebagai berikut: 2. Merupakan alat untuk mencapai tujuan dan sistematis 3. Teori membimbing penelitian Berdasarkan fungsi-fungsi teori tersebut maka peneliti akan mencari dan menggunakan teori yang relevan sebagai pokok pikiran untuk memecahkan masalah. Untuk menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh tayangan televisi terhadap perkembangan perilaku anak digunakan “teori efek komunikasi”. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media, tetapi pada apa yang dilakukan media terhadap diri orang. Dalam asumsi ini tersirat bahwa komunikasi masa menimbulkan efek pada diri khalayaknya. Robert (dalam Rahmat, 1990: 247) beranggapan bahwa”efek” adalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Menurut Chaffe (dalam Rahmat, 1990: 248) efek media massa adalah pendekatan pertama dan kedua dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada
64
diri khalayak komunikasi massa yang meliputi penerimaan informasi, perubahan perasaan/sikap, dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain perubahan kognitif, afektik, dan konatif. Sedang pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa-individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa. Sikap dan perilaku tidak terjadi dengan sendirinya (otomatis), tetapi perlu dibentuk dan dikembangkan. Pembentukan dan pengembangan sikap dapat terjadi melalui proses pendidikan baik formal maupun non formal, dapat juga melalui pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang alin yang diperoleh lewat informasi dalam proses komunikasi. Informasi yang menyebabkan terbentuknya sikap adalah yang berhubungan dengan sikap-sikap lain yang telah ada terlebih dahulu. Informasi yang sesuai dengan sikap yang telah ada dapat membentuk/merubah sikap yang telah ada. Informasi yang diterima individu lewat kegiatan komunikasi, dapat melalui komunikasi dengan antar personal, kelompok, dan dengan media massa, maka media dan pesan-pesannya merupakan stimuli yang datang dan menyentuh indera dan organisme individu selanjutnya akan berpengaruh memberi akibat terjadinya respon individu terhadap ide/gagasan yang terkandung dalam media massa. Baik buruknya/positif negatifnya pengaruh tayangan televisi anatara lain disebabkan karena dukungan dari keluarga, budaya, tingkat sosial ekonomi serta pendidikan orangtua. Menurut Effendy (1993: 254) perubahan sikap itu meliputi oomponenkomponen sikap yaitu kognitif, afektif, dan konasi. Jadi media massa dapat memberi pengaruh/efek kognitif, afektif, dan konasi.
65
Skema 1: Tayangan televisi
Anak menonton
Menerima pesan
Perubahan Perilaku
Skema 1 menunjukkan tentang bagaimana tayangan televisi dapat mempengaruhi perkembangan perilaku, yaitu anak menonton tayangan televisi kemudian menerima informasi, informasi tersebut menyebabkan perubahan pada perilaku.
66
Gambaran hubungan tersebut dapat lihat dalam kerangka berpikir sebagai berikut: Tabel 2.1 Kerangka Berpikir Tayangan
Sinetron
Telavisi
Film Kartun Musik
Perubahan Perilaku
1. Aspek Kognitif Perubahan Pengetahuan Perubahan Sikap 2. Aspek Afektif Terpaan Perhatian Pemahan 3. Aspek Konatif Menerima Langsung Memilih Langsung Menolak Langsung.
67
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket Intervensi Tayangan Televisi terhadap perkembangan Perilaku Anak Variabel Sub Variabel Indikator No. Item Sinetron Sosialisasi 1.1 Sinetron mengenalkan cara 1-10 kehidupan bermasyarakat 1.2 Perbedaan perlakuan menurut status sosial Konsumtif
1.3 Kekerasan dalam penyelesaian masalah 1.4 Anak membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan
Berbahasa
1.5 Cara berpakaian/gaya busana 1.6 Gaya hidup anak gedongan 1.7 Pemakaian bahasa gaul
Menunda dan Malas
1.8 Cara anak mengemukakan pendapat dengan umpatan dan bentakan 1.9 Anak menunda kegiatan lain 1.10 Anak meninggalkan kegiatan lain
68
Variabel Film Kartun
Sub Variabel
Indikator 3.1 Film Kartun mengenalkan gaya hidup berpetualang 3.2 Adanya superhero sang penyelamat 3.3 Adanya kelompok/geng yang saling bermusuhan 3.4 Persoalan
yang
kecil
memicu
permusuhan 3.5 Film Kartun menempilkan adegan permusuhan yang berkepanjangan 3.6 Menampilkan
model
ciri
kepribadian suatu bangsa 3.7 Menampilkan berbagai peran dalam kehidupan 3.8 Menampilkan
bagaimana
cara
menanggapi mereka yang gagal dalam menjalankan peran tersebut
No.Item 11-20
69
Variabel Hiburan
Sub Variabel
Musik
Indikator 3.1 Memenuhi kebutuhan
No. Item dan 20-30
keinginan anak untuk berekpresi 3.2 Menimbulkan kegembiraan pada anak 3.3 Tayangan
musik
lebih
banyak
menampilkan lagu-lagu remaja dan dewasa 3.4 Beberapa syairnya kurang mendidik yang berdampak kurang baik bagi perkembangan bahasa anak 3.5 Gaya penyanyi cilik meniru gaya penyanyi remaja 3.6 Jarang ada tayangan khusus lagulagu anak/porsinya sangat sedikit Perilaku
Aspek
4.1 Menunda kegiatan lain
anak
Kognitif,
4.3 Perubahan pola makan
afekti, konatif
dan 4.4 Perubahan pola tidur 4.5 Perubahan pola bermain 4.6 Perubahan pola bergaul 4.7 Perubahan gaya bahasa 4.8 Perubahan gaya berpakaian
31-60
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan teknik analisi data menggunakan statistika. Menurut Azwar (2005:5) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada data-data numerical (angka) yang diolah secara statistika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intervensi tayangan televisi dengan perkembangan perilaku anak kelompok B Taman Kanakkanak Aisyiyah Bustanul Athfal V. Pennelitian ini termasuk dalam deskriptif kuantitatif korelasional karena bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel penelitian. Dengan penelitian korelasional, pengukuran terhadap beberapa variabel serta saling hubungan diantara variabel-variabel tersebut dapat dilakukan secara serentak dalam kondisi yang realistik (Azwar 2005:8). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1992:213) penelitian korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih, dan bila ada hubungan, seberapa besar pengaruh tersebut.
6.2 Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang bervariasi dan yang menjadi obyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1992: 89). 70
71
Menurut Azwar (2005: 59) variabel adalah konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif atau kualitatif. Variabel adalah gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenis maupun dalam tingkatannya (Sutrisno Hadi, 1992: 22). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel adalah gejala yang bervariasi dalam suatu obyek penelitian, baik dipandang dari segi jenis maupun bentuk. Dalam penelitian ada dua variabel, yaitu : a.Variabel bebas (X) Variabel bebas adalah unsur yang mempengaruhi munculnya unsur lain (Hadari Nawawi, 1987:56). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah intervensi tayangan televisi, yang terdiri dari: 2) Variabel X1 adalah sinetron. 3) Variabel X2 adalah film kartun. 4) Variabel X3 adalah hiburan musik. b.Variabel Terikat (Y) Variabel terikat adalah unsur yang munculnya dipengaruhi oleh adanya variabel lain (Hadari Nawawi, 1987:57). Adapun yang menjadi variabel terikat adalah perkembangan perilaku anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus.
72
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau yang dimaksud untuk diselidiki dalam penelitian (Sutrisno Hadi, 1989:47). Populasi menurut Azwar (2005:77) adalah kelompok subjek yang hendak dikenai genelisasi penelitian. Sedangkan pendapat lain, populasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang sedikitnya mempunyai satu sifat yang sama (Suharsimi Arikunto, 1992:102). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan, populasi adalah keseluruhan penduduk yang merupakan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus, yang berjumlah 76 anak terdiri 33 anak laki-laki dan 43 anak perempuan. TABEL 3.1 Data Peserta Didik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus Berdasarkan Kelompok No Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah 1 B1 11 15 26 2 B2 12 13 25 3 B3 10 15 25 Jumlah 33 43 76 Sumber: Data Peserta didik Taman Kanak-kanak Aisyiyah bustanul Athfal V Kudus tahun 2011-2012.
3.3.2 Sampel Sampel penelitian adalah sampel adalah sebagian dari populasi yang dikenai langsung oleh suatu penelitian (Sutrisno Hadi (2001:221). Menurut Sugiono (2008: 109)” Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi
73
yang dianggap mewakili populasi karena memilki ciri atau karakteristik yang sama. Pada penelitian ini karena populasi yang digunakan tergolong sedikit yaitu murid Taman Kanak-kanak kelompok B yang berjumlah 76 anak, supaya menghasilkan data yang valid maka seluruh populasi digunakan sampel, Arikunto (2006: 112). Dengan demikian seluruh populasi yang ada diambil sebagai obyek kajian yang diteliti dan diperlakuakan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional random sampling. Responden yang terpilih diberi angket yang berisi tentang intervensi tayangan televisi dan perkembangan perilaku anak usia dini. Adapun rumus yang digunakan dalam penentuan sampel adalah dengan menggunakan rumus Slovin dan Umar (Arikuno, 2002: 136) yaitu: N n═ 1+ N (e)² Dimana: N
= Ukuran populasi
n
= Ukuran sampel
E
= Nilai kritis yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kasalahan pengambilan sampel)
Dengan menggunakan rumus tersebut dengan mengambil nilai kritis sebesar 10% maka dapat dihitung jumlah sampel sebagai berikut: 76 N
=
= 43,181 dibulatkan menjadi 50 1 + 76(0,1)²
74
3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan datamerupakan langkah yang penelitian ini. Agar
cukup
penting dalam
penelitian ini tidak biasa, harus digunakan teknik
pengumpulan data yang tepat. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data tentang pengaruh tayangan televisi terhadap perkembangan perilaku negatif anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus. Menurut Arikunto (1998: 224-237) terdapat beberapa teknik pengumpulan data yaitu angket, tes interview, observasi, dan dokumentasi skala psikologis. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan angket. Pengumpulan data yang utama menggunakan angket dan data pendukung menggunakan dokumentasi.
3.4.1 Dokumentasi Dokumentasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, daftar nilai, buku, surat kabar, notulen rapat, logger, agenda dan sebagainya (Kartini Kartono, 1990:88). Dokumentasi berarti suatu bukti kejadian yang telah lalu atau baru, sehingga dapat memberikan keterangan bila diperlukan. Metode dokumentasi memiliki beberapa kelebihan antara lain: (1) Menghemat waktu sebab dapat dilihat langsung sekaligus mencatatnya (2) Tidak perlu pengantar orang lain (3) Tidak menimbulkan kecurigaan (4) Dapat mengetahui data yang telah lalu
75
Kelemahan metode dokumentasi adalah kurang dapat dipercaya atau dipertahankan, karena dokumentasi yang ada tergantung dari yang membuatnya. Untuk mengatasi kelemahan itu peneliti harus berusaha dengan cara menanyakan hal-hal yang dianggap janggal atau meragukan kepada nara sumber misalnya guru/tenaga pendidik. Metode dokumentasi peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang; jumlah peserta didik, jumlah guru, pekerjaan orangtua peserta didik, dan pendidikan orangtua peserta didik.
3.4.2 Angket 3.4.2.1 Pengertian angket Menurut pendapat Kartini Kartono (1990:20), "Angket adalah suatu penyelidikan tentang masalah yang umumnya menyangkut kepentingan umum (orang banyak) dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu daftar pertanyaan beberapa formulir diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban atas tanggapan (respon) tertulis seperlunya". Jadi angket adalah daftar pertanyaan untuk diisi atau dijawab oleh sejumlah orang sebagai responden guna mendapatkan tanggapan tertulis yang diperlukan dalam penelitian. 3.4.2.2 Macam-macam angket Menurut pendapat Kartini Kartono (1990: 89), angket dibedakan menjadi dua yaitu: 1)
Angket langsung Angket langsung adalah daftar pertanyaan (formulir) diberikan langsung
76
kepada responden yang menjadi sasaran. 2) Angket tak langsung Angket tak langsung yaitu angket yang tidak langsung diberikan kepada responden tetapi lewat seseorang yang dekat dengan responden angket yang sekaligus berperan mengawasi dan mengontrol dalam pelaksanaan angket. Berdasarkan penjelasan tersebut, angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk angket langsung dan tertutup. Disebut langsung sebab disebarkan langsung kepada responden dan dikumpulkan pada waktu itu juga, sedang disebut tertutup karena responden terikat pada jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Cara penyekoran untuk masing-masing kategori jawaban dalah sebagai berikut:
No 1 2 3 4
Tabel 3.2 Kriteria Nilai Alternatif Jawaban Kriteria Skor SS (Sangat Setuju) 4 S (Setuju) 3 KS (Kurang setuju) 2 TS (Tidak Setuju) 1
3.5 Penyususn Instrumen Penelitian Instrumen merupakan alat yang dipergunakan pada waktu melakukan suatau penelitian dengan menggunakan metode tertentu. Dalam penelitian ini terdapat 2 instrumen penelitian yaitu: 1. Instrumen yang mengungkap tentang tayangan televisi.
77
2. Instrumen yang mengungkap tentang perkembangan perilaku negatif anak. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrument seperti yang dikemukakan Arikunto (2006: 166) adalah sebagai berikut: (2) Perencanaan; meliputi perumusan tujuan, menentukan, variabel, dan kategori variabel. (3) Penulisan butir soal dan item kuesioner, penyusunan skala. (4) Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan. (5) Uji coba instrumen. (6) Penganalisasian hasil analissi item dengan validitas dan realibilitas. (7) Pengadaan revisi perbaikan-perbaikan yang dirasa kurang baik dengan mendasarkan pada data yang diperoleh sewaktu uji coba. Sejalan dengan pendapat di atas, maka langkah-langkah penyusunan instrumen pada penelitian ini adalah: (9) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dengan instrumen tersebut. (10) Membuat devinisi operasional variabel yang akan diteliti. (11) Membuat devinisi operasional variabel yang menjadi indikator-indikator tertentu. (12) Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel yang telah tersusun. (13) Memilih butir-butir pertanyaan atau pertanyaan masing-masing pada angket pengaruh tayangan televisi dan perkembangan perilaku negatif anak. (14) Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan. (15) Uji ccoba instrumen (16) Penganalisasian hasil analisa item dengan validitas dan realibilitas. (17) Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik berdasarkan pada data yang diperoleh sewaktu uji coba.
78
Aspek yang diungkap dalam angket meliputi: (1) Pengaruh tayangan televisi berupa tayangan sinetron, film kartun dan hiburan musik (2) Perkembangan perilaku negatif anak
3.6 Validitas dan Reliabilitas 3.6.1 Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditan suatu instrumen atau tes dikatakan valid bila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 1989: 63). Dalam penelitian ini untuk mengukur validitas digunakan validitas item dengan rumus korelasi product moment angka kasar yang dikemukakan oleh Karl Pearson (Arikunto, 2010: 213) seperti berikut ini:
r xy 2 2 2 2
Keterangan : rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y XY : Jumlah perkalian item nomor 1 dengan jumlah skor total X
: Jumlah skor item nomor 1
Y
: Skor total
N
: Jumlah
79
3.6.2 Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, atau menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam megukur gejala yang sama (Djamaludin Ancok dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989:140). Sedang menurut Azwar (2006:4) realibilitas adalah sejauh mana hasil suatu penelitian dapat dipercaya. Realibilitas dalam penelitian ini menggunakan formula Alpha Cronbach (Arikunto, 2010: 239) dengan rumus sebagai berikut: 2 k b r 1 11 2 k 1 t
Keterangan : K
= jumlah item
∑σb2
= total varian butir
σ12
= varian totaL
3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Model yang digunakan Teknik analisis data merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memberikan keterangan terhadap suatu data yang diperoleh agar dapat dipakai. Model analisis yang digunakan untuk menduga-duga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan perilaku pada penelitian ini adalah model regresi umum yang menggunakan lebih dari dua variabel independen dengan
80
model persamaan linier (Gujarati, 2003) sebagai berikut: Y = b0X1.b1.X2b2.X3b3.eu Model di atas diestimasi menggunakan metode OLS (Ordinary Least Squares atau pangkat kuadrat terkecil biasa) dengan beberapa asumsi sebagai berikut: a. Nilai rata-rata bersyarat dari unsur gangguan populasi μ tergantung kepada nilai tertentu variabel yang menjelaskan adalah nol. b. Varian bersyarat dari μ adalah konstan atau homokedastik. c. Variabel yang menjelaskan adalah non stokastik, artinya nilai X dianggap tetap dalam sampel yang berulang. d. Adanya variabelitas dalam nilai X, artinya nilai X harus berbeda. e. Tidak ada multikolinearitas yag sempurna antar variabel bebas.
3.7.2 Pengujian Model Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh kepastian tentang konsistensi model estimasi yang dibentuk berdasarkan teori ekonomi yang mendasarinya. Pengujian terdiri dari : 1) Kriteria Statistik tahap 1 Dalam tahap ini akan diuji Nilai R2, F dan t hasil perhitungan dengan melihat taraf signifikansi pada α = 5%.
b. Uji R2 (Koefisien determinasi ) Koefisien
determinasi
yang
dilambangkan
diformulasikan dari persamaan berikut ini :
dengan
R2,
nilainya
81
R2 = 1- Σ bi Σ Qi2 (Gujarati, 2003) Uji ini menggambarkan seberapa variansi dari variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh variansi dari variabel bebas. Nilai R2 mempunyai jarak antara 0-1. Makin besar R2
(mendekati 1) maka hasil estimasi akan semakin
mendekati sebenarnya. c. Hipotesis yang digunakan diuji dengan Uji F. Pengujian terhadap pengaruh
variabel independen terhadap variabel
dependen dilakukan dengan menggunakan uji distribusi F. Caranya adalah dengan membandingkan antara nilai kritis F (Ftabel ) dengan nilai F
hiting (
F
Ratio ) yang terdapat pada tabel Analysis of Variance dari hasil perhitungan SPSS. Dirumuskan sebagai berikut : Ho : b1 = b2 = ....... = bn = 0 Ha : b1 = b2 =.........= bn ≠ 0 Bila nilai F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan bila nilai F hitung > F tabel , maka H0 ditolak yang berarti bahwa input-input yang digunakan berpengaruh secara bersama-sama. Nilai F dapat diformulasikan sebagai berikut : F =
R2 / (k-1) (1-R2 ) / ( n – k )
(Gujarati, 2003)
82
Dimana : k = Jumlah variabel independen termasuk konstanta. n = Jumlah sampel.
c. Pengujian Hipotesis dengan Uji t Dirumuskan sebagai berikut : Ho ; b1 = b2 = ....... = bn = 0 Ha ; b1 = b2 =.........= bn ≠ 0 Bila nilai t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan bila nilai t hitung > t tabel, maka
H0 ditolak yang berarti bahwa
variabel yang bersangkutan
berpengaruh secara signifikan. Nilai t diperoleh dengan rumus : t=
( bi- bi* ) Sbi
(Gujarati, 2003) Dimana : bi = koefisien dari variabel ke i bi* = nilai hipotesis dari bi Sbi = simpangan baku dari variabel bebas ke i Nilai t tabel = α /2 , n-k-1. Dimana ; n = jumlah sampel. k = jumlah variabel independen termasuk konstanta.
83
3.7.3 Uji Asumsi Klasik Pengujian ini bertujuan agar model yang diestimasi terhindar dari gangguan multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Pengujian terhadap gangguan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: 3.7.3.1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid atau jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara analisis grafik dan uji statistik. 1) Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengukuti garis diagonalnya. 2) Analisis Statistik Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtoris dan
84
skewness dari residual. Nilai z statistik untuk skewness (Gujarati, 2003) dapat dihitung dengan rumus: Skewness Zskewness = √ 6/N Dimana N adalah jumlah sampel, jika Z hitung > Z tabel, maka distribusi tidak normal. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: H0 : Data residual berdiatribusi normal. HA : Data residual tidak berdistribusi normal Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik non-parametik Kolmogrov-Smirnov (K-S)
3.7.3.2. Uji Multikolinearitas Masalah multikolinearitas timbul karena salah satu atau lebih variabel (Xi) merupakan kombinasi yang linier yang pasti atau mendekati pasti dari variabel penjelas X lainnya. Oleh karena itu, Farrar dan Glauer menyarankan supaya dilakukan regresi bantuan antar variabel penjelas. Setelah dilakukan estimasi, nilai R2 yang ditemukan,kemudian menghitung Nilai F (Gujarati, 2003). dengan rumus :
F-hitung
2 R ( n k ) xl x 2 ( k 1 ) 1 R xl
85
Dimana 2 Rxl
= nilai R2 dari hasil estimasi regresi parsial variabel penjelas
n
= jumlah data (observasi)
k
= jumlah variabel penjelas (tidak termasuk konstanta)
Rule of thumb yang digunakan adalah bila nilai Fhitung > Ftabel, berarti bahwa Xi berkolerasi dengan variabel penjelas X lainnya. Selain mengunakan F-hitung juga bisa digunakan pengukuran terhadap varian inflation faktor (VIF), dalam uji multikolinieritas dalam penelitian ini digunakan model yang kedua ini (Gujarati, 2003).
3.7.3.3. Uji Heteroskedastisitas Dalam regresi linier berganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan Estimator) adalah var (ui) = σ2 sesatan mempunyai variansi yang sama. Pada kasus lain dimana variansi ui tidak konstan, melainkan variabel berubah-ubah. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan pengujian antara lain dengan metode grafik dan Uji Park. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Park (Gujarati, 2003). Bentuk fungsi yang digunakan adalah ei2 sebagai pendekatan dan melakukan regresi berikut: Ln ei2
= ln σ2 + β In Xi + V =α + β ln Xi + Vi
Jika β teryata signifikan secara statistik, maka terdapat heteroskedastisitas, apabila ternyata tidak signifikan, bisa menerima asumsi homoskedasitas.
86
3.7.3.4 Uji Linieritas Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Dengan uji linieritas akan diperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya linier, kuadrat atau kubik. Ada beberapa uji yang dapat dilakukan: a. Uji Durbin Waston Uji ini biasanya dilakukan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi. b. Ramsey Test Uji ini dikembangkan oleh Ramsay tahun 1969. Ramsay menyarankan suatu uji yang disebut general test of spesificaton atau RESET. Untuk melakukan uji ini harus membuat suatu asumsi atau keyakinan bahwa fungsi yang benar adalah fungsi linier. Uji ini bertujuan untuk menghasilkan F-hitung. c. Uj Lagrange Multiplier Uji ini merupakan uji alternatif dari Ramsay test dan dikembangkan oleh Engel tahun 1982. Estimasi dengan uji ini bertujuan untuk mendapatkan nilai c2 hitung atau(n x R2). Dalam penelitian ini uji linier yang peneliti gunakan adalah uji Ramsay Test.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Penelitian 4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus adalah suatu lembaga formal tingkat Taman Kanak-kanak yang berdiri pada tahun 1966 yang dipelopori oleh Pengurus Ranting Aisyiyah dan Pengurus Ranting Muhammadiyah Desa Gondangmanis Kecamatan Bae Kabupaten Kudus, yang pada saat itu sebagai guru adalah ibu Mafthonah. Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus berada satu komplek dengan masjid Darussalam dengan luas tanah 900 m² menempati tempat yang tenang di daerah pedesaan 2 KM dari pusat pemerintahan kecamatan Bae yang terletak di bawah gunung Muria. Adapun yang melatar belakangi berdirinya Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus adalah : a. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menangani masalah pendidikan. b. Karena menyadari masih kurangnya lembaga pendidika tingkat Taman Kanakkanak, sehingga 75% anak banyak yang langsung masuk sekolah dasar. c. Membantu program pemerintah yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Visi Taman Kanak-kanak Aisyiayah Bustanul Athfal V Kudus adalah meningkatkan mutu pendidikan, mencetak generasi yang Islami, tangguh, dan berbudi luhur. 87
88
Sedangkan misinya adalah : a. Meningkatkan disiplin dan menumbuh kembangkan agama, budi pekerti, bahasa, kognitif, seni, fisik, dan motorik. b. Memajukan generasi muda yang berkepribadian Islam. Karena Taman Kanak-kanak Aisyiyah berdiri sudah cukup lama yaitu ± 46 tahun, maka kemajuan pendidikan terlihat dari bangunan gedung yang berdiri megah yang terdiri dari: satu ruang kepala, satu ruang guru, 4 ruang kelas dengan ukuran 8m x 8m, sebuah gudang dan dapur, dan satu aula yang berfungsi sebagai tempat pertemuan, dan tempat untuk kegiatan ekstra kurikuler, serta halaman yang luas dengan alat-alat permainan yang banyak yang memungkinkan anak-anak untuk bermain dengan leluasa. Jumlah peserta didik kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus tahun 2011-2012 adalah 76 anak terdiri 33 anak laki-laki dan 43 anak perempuan. TABEL 4.1 Data Peserta Didik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus Berdasarkan Kelompok No Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah 1 B1 11 15 26 2 B2 12 13 25 3 B3 10 15 25 Jumlah 33 43 76 Sumber: Data Peserta didik Taman Kanak-kanak Aisyiyah bustanul Athfal V Kudus tahun 2011-2012. Dari jumlah siswa 76 anak tersebut berasal dari keluarga dengan status sosial menengah ke bawah, hal ini dapat dilihat dari pekerjaan orangtua mereka yang rata-rata adalah buruh pabrik rokok dan buruh bangunan.
89
Seperti terlihat dalam tabel berikut: Tabel 4.2 Data Pekerjaan Wali Murid Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus Tahun 2011-2012 Orangtua Murid No Pekerjaan Ayah Ibu 1 Buruh Pabrik 3 56 2 Buruh Bangunan 57 3 Pedagang 9 4 Pegawai Negeri 4 7 5 Petani 3 2 6 Tidak Bekerja 12 Jumlah 76 76 Sumber: Data Pekerjaan Wali MuridTaman Kanak-kanak Aisyiyah bustanul Athfal V Kudus tahun 2011-2012. Sedangkan pendidikan orangtua peserta didik sebagian besar berpendidikan tingkat menengah pertama dan tingkat menengah atas, seperti terbaca dalam tabel berikut: Tabel 4.3 Pendidikan Orangtua Murid Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus Tahun 2011-2012 No Pendidikan Orangtua Murid Ayah Ibu 1 SD 5 12 2 SMP 13 27 3 SMA 55 35 4 S1 3 2 Jumlah 76 76 Sumber: Data Pendidikan Orangtua Peserta didik Taman Kanak-kanak Aisyiyah bustanul Athfal V Kudus tahun 2011-2012. Adapun jumlah tenaga pendidik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus pada tahun 2011-2012 adalah 7 (tujuh) orang seperti terlihat dalam tabel berikut:
90
Tabel 4.4 Data Tenaga Pendidik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus Nama/NIP
No
1 2
Siti Faizah, A.Ma NIP 19700821200512006 Fitrija ummaja, A.Ma Pd TK
L/P P P
Ijazah Terakhir/Th D2 PGTK/1998 D2 PGTK/2008
Jabat an
Go l
Mengajar di kelas
Kepala
IIC
A2
Guru
-
B1
3
Chusnul Chotimah
P
SMU
Guru
-
B2
4
Endah Setyorini, A.Ma Pd. TK
P
D2 PGTK/2008
Guru
-
A2
5
Ulin Ni,mah
P
SMU
Guru
-
B2
6
Vivi Milasari
P
SMU
Guru
-
A1
7
Zahrina Dalilati, S.Pd
P
S1/2010
Guru
-
A1
Mulai Tugas 01-032005 01-071985 22-1097 01-072001 01-102006 01-072009 01-112010
Sumber Data: Data Tenaga Pendidik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus Tahun 2011-2012.
4.2 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas 4.2.1 Hasil Uji Validitas Tipe validitas dalam penelitian ini adalah validitas konstrak. Validitas konstrak yaitu tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait/konstrak teoritik yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstrak diperlukan analisis statistika (Azwar, 2004:175). Sedang teknik yang digunakan yaitu teknik korelasi product moment dari Carl Pearson. Hasil perhitungan validitas dengan taraf signifikan 5% dengan bantuan SPSS versi 11.00 diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Skala Pengaruh Tayangan Televisi Berdasarkan uji validitas, diperoleh hasil bahwa pengaruh tayangan televisi yang terdiri dari 30 item semuanya valid berkisar antara 0,471-0,751. Item dikatakan tidak valid jika r hitung > r table. Pada skala intervensi tayangan televisi ini r
91
hitung > r table, maka item dikatakan valid. 2) Skala Perkembangan Perilaku Anak Berdasarkan uji validitas, diperoleh hasil bahwa perkembangan perilaku anak yang terdiri dari 30 item semuanya valid berkisar antara 0,463 - 0,795, maka skala perkembangan perilaku negatif anak r hitung > r tabel , maka item dikatakan valid.
4.2.2 Hasil Uji Realibilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, atau menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam megukur gejala yang sama (Djamaludin Ancok dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989:140). Sedang menurut Azwar (2006:4) realibilitas adalah sejauh mana hasil suatu penelitian dapat dipercaya. Menurut Azwar (2006:96) realibilitas telah dianggap memuaskan jika koefisiennya mencapai minimal r = 0,900. Pada skala pengaruh tayangan televisi diperoleh koefisien realibilitas sebesar 0,751. Artinya perbedaan (variasi) yang tampak pada skor skala pengaruh tayangan televisi mampu mencerminkan 75% dari variasi yang terjadi pada skor murni kelompok subjek dan 25% dari perbedaan yang tampak disebabkan oleh variasi error/kesalahan pengukuran tersebut (Azwar, 2006:96). Berdasarkan koefisien realibilitas sebesar 0,751 dapat dikatakan bahwa skala pengaruh tayangan televisi memiliki realibilitas yang tergolong cukup. Pada skala perkembangan perilaku diperoleh koefisien realibilitas sebesar 0,795. Artinya perbedaan (variasi) yang tampak pada skor skala pengaruh tayangan
92
televisi mampu mencerminkan 79% dari variasi yang terjadi pada skor murni kelompok subjek dan 21% dari perbedaan yang tampak disebabkan oleh variasi error/kesalahan pengukuran tersebut (Azwar, 2006:96). Berdasarkan koefisien realibilitas sebesar 0,795 dapat dikatakan bahwa skala perkembangan perilaku memiliki realibilitas yang tergolong cukup juga.
4.3 Hasil Penelitian 4.3.1 Hasil Uji Asumsi Pengujian terhadap asumsi klasik dengan bantuan SPSS versi 11.00 yang dilakukan pada penelitian ini meliputi:
4.3.1.1 Uji Normalitas Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang tidak menceng (skewness) dan normal. Sedang pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, ini berarti model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Setelah dilakukan uji normalitas menggunakan uji statistik non-parametik Kolmogrov-Smirnov (K-S) diperoleh hasil, besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov adalah 0.750 dan signifikan pada 0.628 ini berarti data residual terdistribusi normal.
93
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: y
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual 76 .0000000 3.70401616 .086 .075 -.086 .750 .628
a. Test distribution is Normal. b. Calc ulated from data.
4.3.1.2 Multikolonieritas Hasil perhitungan nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
94
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa
Model 1
Collinearity Statistics Tolerance VIF .394 2.538 .315 3.173 .354 2.827
x1 x2 x3
a. Dependent Variable: y
Hasil
pengukuran
terhadap
varian
inflation
factor
(VIF)
hasilnya
menunjukkan bahwa semua variabel pada model yang diajukan bebas dari multikolinieritas. Hal ini ditunjukkan pada nilai VIF yang berada di bawah 9, sehingga dapat dikatakan bahwa persamaan tidak mengandung multikolinieritas (Gujarati, 2003), sebagaimnana dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Pengujian Multikolinieritas Variabel VIF Keputusan X1 2,538 Bebas Multikolinieritas X2 3,173 Bebas Multikolinieritas X3 2,827 Bebas Multikolinieritas Sumber: Data Primer diolah Juli 2012.
4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas Dari grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi intervensi tayangan televisi terhadap perkembangan perilaku anak.
95
Scatterplot
Dependent Variable: y
Regression Studentized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Berdasarkan analisis regresi tabel 4.8 tampilan menunjukkan output SPSS memberikan koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat Heteroskedastisitas karena t hitung < t tabel atau sig-t > α.
Tabel 4.8 Uji heteroskedastisitas Coefficientsa
Model 1
(Constant) x1 x2 x3
Unstandardized Coefficients B Std. Error 28.699 3.134 .416 .169 .396 .163 .368 .179
Standardized Coefficients Beta .288 .316 .253
t 9.157 2.467 2.423 2.052
Sig. .000 .016 .018 .044
a. Dependent Variable: y
4.4 Uji Hipotesis 4.4.1 Uji F Diduga bahwa faktor pengaruh tayangan televisi berupa sinetron, film kartun dan hiburan musik berhubungan terhadap perkambangan perilaku anak di Taman Kanak-kanak Asyiyah Bustanul Athfal V Kudus.
96
Berdasarkan analisis regresi tabel 4.9 nampak bahwa nilai F hitung (38,019) > dari nilai F table (2,31) atau signifikan (0.00) < alpha (0.05). Dengan demikian H0 yang menyatakan tidak ada hubungan faktor tayangan televisi sinetron, film kartun dan hiburan musik terhadap perkembangan perilaku negatif anak, ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa: ada hubungan factor tayangan
televisi
suinetron,
film
kartun,
dan
hiburan
musik
terhadap
perkembangan perilaku negatif anak, diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan secara statistik dapat dibuktikan bahwa semua variabel independen sinetron (X1), variabel film kartun (X2), dan variabel hiburan musik (X3) berhubungan terhadap perkembangan perilaku negatif anak. Tabel 4.9 Ringkasan Hasil uji Statistik Intervnsi Tayangan Televisi terhadap Perkambangan Perilaku Anak ANOVAb Sum of Model Squares 1 Regression 1630.020 Residual 1028.980 Total 2659.000 b.Predictors: (Constant), x3, x1, x2
Df 3 72 75
Mean Square 543.340 14.291
F 38.019
Sig. .000a
c. Dependent Variabel: y
4.4.2 Uji t Untuk melihat apakah variabel independen memang benar dapat mempengaruhi variabel depanden secara parsial, untuk itu digunakan uji t. Dalam uji t dikemukakan hipotesis sebagai berikut: Ha: Ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi sinetron, film kartun, dan hiburan musik terhadap perkembangan perilaku negatif anak.
97
Ho: Tidak ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel sinetron, film kartun, dan hiburan musik terhadap perkembangan perilaku negatif anak. Untuk menguji hipotesis tersebut, apakah H0 diterima atau ditolak, maka dilakukan uji t, dengan derajat bebas (n-k) dimana n adalah jumlah sampel, k adalah jumlah variabel. Tolok ukur penerimaan atau penolakan H0 adalah sebagai berikut: 1)
H0 diterima jika t hitung lebih besar t tabel
2)
H0 ditolak jika t hitung lebih kecil t tabel, yang berarti menerima Ha.
Tabel 4.10 Ringkasa Hasil Uji Parsial Coefficientsa
D
Model 1
(Constant) x1 x2 x3
Unstandardized Coefficients B Std. Error 28.699 3.134 .416 .169 .396 .163 .368 .179
Standardized Coefficients Beta .288 .316 .253
t 9.157 2.467 2.423 2.052
Sig. .000 .016 .018 .044
a. Dependent Variable: y
Dari hasil pengolahan data tabel: 4.10 yang merupakan output dari pengolahan model regresi dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Sinetron terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak (y) Berdasarkan analisis data uji parsial, diketahui t hitung sinetron (2,467) > dari t tabel (1,66) atau sig.(0,016) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi 5%, dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima.
98
Berdasarkan hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa faktor sinetron secara parsial berhubungan secara signifikan terhadap perkembangan perilaku negatif anak. 2. Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Film Kartun (X2) terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak (y) Berdasarkan analisis data, diketahui t hitung film kartun (2,423) > dari t tabel (1,66) atau sig.(0,018) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi 5%, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa faktor film kartun secara parsial berhubungan secara signifikan terhadap perkembangan perilaku negatif anak. 3. Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan Musik (X3) terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak (y) Berdasarkan analisis data, diketahui t hitung hiburan musik (2,052) > dari t tabel (1,66) atau sig.(0,044) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi 5%, dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa faktor hiburan musik secara parsial berhubungan secara signifikan terhadap perkembangan perilaku negatif anak. Berdasarkan analisis statistik pada tabel tersebut di atas maka, uji parsial pada fungsi regresi estimasi Y = f (X1, X2,…Xn) bertujuan untuk membuat kesimpulan mengenai pengaruh masing-masing menggunakan nilai probabilitas (pvalue) lebih kecil dengan tingkan signifikansi (alpha) yang digunakan. Jika nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dengan tingkat signifikansi (alpha) yang digunakan, keputusannya adalah menolak hipotesis nol (H0) dan menerima
99
hipotesis alternatif (Ha). Artinya variabel independen yang diuji berpengaruh secara signifikan (bermakna) terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika probabilitas menerima hipotesis non (p-value) lebih besar dari tingkat signifikasi (alpha) yang digunakan.
4.5 Pembahasan 4.5.1 Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Sinetron terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa faktor sinetron secara signifikan mempunyai hubungan terhadap perkembangan perilaku negatif anak, diketahui t hitung sinetron (2,467) > dari t table (1,66) atau sig.(0,016) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi 5%, artinya , secara statistik dapat dibuktikan bahwa variabel sinetron (X1) mempunyai hubungan secara signifikan terhadap variabel perkembangan perilaku negatif anak (Y). Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya adalah penelitian yang berjudul Pengaruh Sinetron di Televisi terhadap Anak oleh R. Koesmaryanto Oetomo, S. Km, M. Si (website Google; http://www.Pengaruh Tayangan Televisi.go.id) menyebutkan: (1) Judul-judul sinetron anak atau remaja sering kali bertema vulgarisma, menantang, mengandung unsur porno grafi. (2) Pemain sinetron dipilih dari remaja bahkan sebagian masih berusia anak-anak (6-13 tahun).
100
(3) Peran yang dimainkan remaja dan anak-anak seringkali bertabrakan dengan norma pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat perkembangan psikologinya. (4) Banyak alur cerita sinetron yang bersetting sekolah tetapi tidak sesuai dengan norma agama dan adat ketimuran yang berlaku.
4.5.2 Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Film Kartun terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak Dari hasil olah data pada penelitian pengaruh tayangan film kartun terhadap perkembangan perilaku negatif anak pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athafl V Kudus diperoleh hasil bahwa, diketahui t hitung film kartun (2,423) > dari t table (1,66) atau sig.(0,018) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi 5%, artinya, secara statistik dapat dibuktikan bahwa variabel film kartun (X2) secara signifikan mempunyai hubungan terhadap variabel perkembangan perilaku negatif anak (Y). Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya adalah Penelitian yang dilakukan oleh Andayani (1997) yang melakukan penelitian terhadap beberapa film kartun Jepang, seperti Sailor Moon, Dragon Ball, dan Magic Knight Ray Earth. Ia menemukan bahwa film tersebut banyak mengandung adegan antisosial (58,4%) daripada adegan prososial 41,6%). Studi ini menemukan bahwa kategori perlakuan antisosial yang paling sering muncul berturut-turut adalah berkata kasar (38,56%), mencelakakan 28,46%), dan pengejekan (11,44%). Sementara itu, katagori prososial, perilaku yang kerapkali
101
muncul adalah kehangatan (17,16%), kesopanan (16,05%), empati (13,43%), dan nasihat 13,06%).
4.5.3 Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan Musik terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa faktor hiburan musik secara signifikan mempengaruhi perkembangan perilaku negatif anak, diketahui t hitung hiburan musik (2,052) > dari t table (1,66) atau sig.(0,044) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi 5%, artinya , secara statistik dapat dibuktikan bahwa variabel hiburan musik (X3) mempunyai hubungan secara signifikan terhadap variabel perkembangan perilaku negatif anak (Y). Benhard mengatakan bahwa (2007:12) musik merupakan salah satu sumber yang paling penting dan berharga dalam proses mendidik dan membesarkan anak, melalui acara-acara musik yang ditayangkan di televisi, radio maupun menyaksikan secara langsung acara lomba, festival serta pertunjukan musik. Secara tidak disadari perilaku seorang anak akan berubah dari yang semula pendiam menjadi periang, dari yang semula sedih menjadi gembira, dari yang semula rendah diri menjadi percaya diri dan masih banyak lagi. Dengan mendengarkan
musik
merupakan
sumber
yang
berharga
untuk
proses
perkembangan kognisi, mental, sosial dan mosi, dan dapat menstimulus pikiran. Seperti yang dilaporkan Campbell (Sandra, 2001:2). Dalam bukunya Sandra, menyatakan bahwa pembelajaran musik penuh tantangan dan sangat sistematis. Dengan belajar teori musik, anak memperoleh pemahaman baru dalam konsep,
102
angka dan kemampuan emosional. Memang tidak secara otomatis dikatakan bahwa anak yang belajar musik akan jenius dalam kemampuan matematika, tetapi paling tidak, anak yang belajar musik memperoleh kesempatan. Kesempatan yang memungkinkan anak untuk mendapatkan pengaruh positif dari pengalaman musik adalah melalui sekolah. Menurut Sloboda (Djohan, 2005), musik dapat meningkatkan intensitas emosi dan akan lebih akurat bila emosi musik itu dijelaskan sebagai suasana hati (mood), pengalaman, dan perasaan yang dipengaruhi akibat mendengarkan musik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa musik akan berpengaruh positif jika anak mendengarkan musik yang diperoleh dari pelajaran di sekolah, sedangkan jika yang didengarkan adalah hiburan musik yang tidak layak dikonsumsi oleh anak maka hal ini tentu saja dapat berdampak kurang baik bagi perkembangan perilaku anak. Karena pada umumnya anak-anak selalu meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tesebut akan mengikuti lagu dan gaya bernyanyi dari penyanyi yang ia tonton. Apabila yang ia tonton merupakan acara yang lebih kepada edukatif, maka akan bisa memberikan dampak positif tetapi jika yang ia tonton lebih kepada hal yang tidak memiliki arti bahkan yang mengandung unsur-unsur negatif atau penyimpangan, maka hal ini akan memberikan dampak yang negatif pula terhadap perilaku anak yang menonton acara televisi tersebut.
103
4.5.4
Besarnya Hubungan Pengaruh Televisi Variabel Sinetron terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak Dari hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara
pengaruh tayangan televisi variabel sinetron dengan perkembangan perilaku negatiuf anak (p < 0, 05) mempunyai hubungan sebesar 24, 67% (dari 50 anak). Penelitian ini membuktikan ada hubungan antara pengaruh televisi terhadap perkembangan perilaku negatif anak bermakana secara statistik. Diantara 50 anak yang mempunyai hubungan terhadap perkembangan perilaku negatifnya adalah sebanyak 13 anak. Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya adalah penelitian yang berjudul Pengaruh Sinetron di Televisi terhadap Anak oleh R. Koesmaryanto Oetomo, S. Km, M. Si (website Google; http://www.Pengaruh Tayangan Televisi.go.id) menyebutkan: (1)
Judul-judul sinetron anak atau remaja sering kali bertema vulgarisma, menantang, mengandung unsur porno grafi.
(2) Pemain sinetron dipilih dari remaja bahkan sebagian masih berusia anakanak (6-13 tahun). (3)
Peran yang dimainkan remaja dan anak-anak seringkali bertabrakan dengan norma pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat perkembangan psikologinya.
(4)
Banyak alur cerita sinetron yang bersetting sekolah tetapi tidak sesuai dengan norma agama dan adat ketimuran yang berlaku.
104
4.5.5 Besarnya Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Film Kartun terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak Dari hasil olah data pada penelitian hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel film kartun terhadap perkembangan perilaku negatif anak kelompok B pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus menunjukkan hubungan yang signifikan (p< 0,05) mempunyai hubungan sebesar 24,23% (dari 50 anak). Penelitian ini membuktikan ada hubungan antara intervensi tayangan televisi variabel film kartun terhadap perkembangan perilaku anak bermakna secara statistik . Diantara 50 anak yang mempunyai hubungan terhadap perkembangan perilakunya adalah sebanyak 12 anak. Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya adalah Penelitian yang dilakukan oleh Andayani (1997) yang melakukan penelitian terhadap beberapa film kartun Jepang, seperti Sailor Moon, Dragon Ball, dan Magic Knight Ray Earth. Ia menemukan bahwa film tersebut banyak mengandung adegan antisosial (58,4%) daripada adegan prososial 41,6%). Studi ini menemukan bahwa kategori perlakuan antisosial yang paling sering muncul berturut-turut adalah berkata kasar (38,56%), mencelakakan 28,46%), dan pengejekan (11,44%). Sementara itu, katagori prososial, perilaku yang kerapkali muncul adalah kehangatan (17,16%), kesopanan (16,05%), empati (13,43%), dan nasihat 13,06%).tat bahwa film kartun bertemakan kepahlawanan lebih banyak menampilkan adegan anti social (63,51)% daripada adengan prososial (36,49)%. Penelitian lain yang tidak jauh berbeda adalah penelitian yang dilakukan oleh YLKI yang juga mencatat bahwa film kartun bertemakan kepahlawanan lebih
105
banyak menampilkan adegan anti social (63.51)% daripada adegan prososial (36,49)%. Begitu pula film kartun lainnya khususnya film kartun import membawa muatan negatif, misalnya film kartun Batman dan Superman, menurut hasil penelitian Stein dan Frederich di AS menunjukkan bahwa anak-anak menjadi lebih agresif yang dapat dikategorikan anti social setelah mereka menonton film kartun seperti Batman dan Superman.
4.5.6
Besarnya Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan music terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak Dari hasil penelitian besarnya hubungan antara pengaruh tayangan televisi
variabel hiburan musik dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus menunjukkan hubungan yang signifikan (p< 0,05) mempunyai hubungan sebesar 20,52% (dari 50 anak). Penelitian ini membuktikan ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel film kartun terhadap perkembangan perilaku negatif anak bermakna secara statistik. Diantara 50 anak yang mempunyai hubungan terhadap perkembangan perilaku negatifnya adalah sebanyak 10 anak. Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya adalah penelitian yang dilakukan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YLKI) (Mulkan Sasmita, 1997), presentase acara televisi yang secara khusus ditujukan bagi anak-anak relatif kecil, hanya sekitar 2,7% sampai dengan 4,5 % dari total tayangan yang ada. Yang lebih mengkhawatirkan lagi ternyata presentase kecil inipun materinya sangat mengkhawatirkan bagi perkembangan anak-anak.
106
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada acara khusus yang ditujukan kepada anak, termasuk acara hiburan musik. Dengan demikian anak-anak setiap hari melihat tayangan televisi termasuk hiburan musik yang sebenarnya kurang layak dikonsumsi oleh mereka.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang korelasi pengaruh tayangan televisi terhadap perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus dap0at disimpulkan sebagai berikut: 1. Ada
hubungan
antara
tayangan
televisi
variabel
sinetron
terhadap
perkembangan perilaku negatif anak. Dengan kata lain sinetron televisi berpengaruh terhadap perkembangan perilaku negatif anak. 2. Ada hubungan antara tayangan televisi variabel film kartun terhadap perkembangan perilaku negatif anak. Dengan kata lain film kartun mempunyai pengaruh terhadap perkembangan perilaku negatif anak. 3. Ada hubungan antara tayangan televisi variabel hiburan musik terhadap perkembangan perilaku negatif anak. Dengan kata lain hiburan musik televisi berpengaruh terhadap perkembangan perilaku negatif anak. 4. Dari 50 siswa yang perkembangan perilaku negatifnya terpengaruh oleh sinetron televisi sebanyak 13 anak 5. Sedangkan anak yang perkembangan perilaku negatifnya terpengaruh oleh film kartun sebanyak 12 anak. 6. Sepuluh anak perkembangan perilaku negatifnya terpengaruh oleh tayangan hiburan musik. 107
108
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa tayangan televisi secara keseluruhan variabel yang diamati memiliki pengaruh terhadap perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus, bahwa variabel sinetron (X1), film kartun (X2) dan hiburan musik (X3), memberikan hasil positif berpengaruh terhadap perkembangan perilaku negatif anak. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lani; (1) Status sosiaoekonomi orangtua peserta didik berada pada tingkat menengah ke bawah, (2) Tingkat pendidikan orangtua peserta didik adalah rata-rata tingkat menengah pertama dan menengah atas, (3) Waktu untuk mendampingi anak dalam menonton tayangan televisi sangat kurang bahkan bisa dibilang tidak ada karena sibuk mencari nafkah. Berdasakan analisis nampak bahwa F hitung sebesar 38,019 adalah signifikan, karena p > 0, 5. Dengan demikian H0 yang menyatakan bahwa: "Tidak ada hubungan pengaruh sinetron, film kartun, dan hiburan musik terhadap perkembangan perilaku negatif anak, ditolak, dan Hipotesis Alternatif (HA) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi sinetron, film kartun, dan hiburan musik, diretima.
5.2 Saran Berdasarkan simpulan yang diperoleh, ada beberapa saran yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi pengaruh buruk media televisi terhadap perkembangan anak, khususnya yang harus diperhatikan oleh orang tua, antara lain : 1. Orang tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak.
109
Jangan biarkan anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya. Walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak. Maksudnya tidak ada unsur kekerasan atau hal lain yang tidak sesuai dengan usia mereka. 2.
Orang tua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi. Tujuannya adalah agar acara televisi yang ditonton oleh anak dapat terkontrol dan orangtua dapat memperhatikan apakah acara tersebut layak ditonton atau tidak. Orangtua juga dapat mengajak anak membahas apa yang ada di televisi dan membuatnya mengerti bahwa apa yang ada di televisi tidak tentu sama dengan kehidupan yang sebenarnya.
3. Orang tua harus mengetahui acara favorit anak dan bantu anak memahami pantas tidaknya acara tersebut mereka tonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan positif. 4. Orangtua sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk mempermudah orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat aktivitas yang seharusnya dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar menjadi terganggu dan beralih ke televisi. 5. Ajak anak untuk melakukan banyak aktivitas lain selain hanya menonton televisi. Orangtua dapat mengajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain. Orang tua juga dapat memperkenalkan dan mengajarkannya suatu hobi baru. 6. Ajari anak untuk memperbanyak membaca buku yang bermanfaat. Letakkan buku di tempat yang mudah dijangkau anak, ajak anak ke toko buku atau
110
perpustakaan. 7. Periksalah jadwal acara televisi, sehingga orangtua dapat mengatur acara apa yang akan ditonton bersama anak. Dengan mencari dan melihat resensi atau ulasan mengenai film atau acara tersebut orangtua akan tahu garis besar isi acara tersebut sehingga dapat menentukan pantas tidak acara tersebut disaksikan. 8. Orangtua harus membiasakan anak tidak menonton televisi di hari-hari sekolah. Ini dimaksudkan untuk menghindari kurangnya waktu belajar anak karena terlalu banyak menonton acara televisi. Di sini orangtua harus memberi contoh dengan tidak banyak menonton televisi. Jika anak melihat orangtuanya sering menonton televisi sedangkan ia tidak diperkenankan tentu anak akan menganggap itu tidak adil. 9. Orangtua harus membekali anak dengan pendidikan yang mengandung nilai-nilai agama yang harus selalu diterapkan dan ditumbuhkan di rumah dengan cara mengikut sertakan anak ke suatu pendidikan keagamaan di luar jam sekolah, agar anak-anak mampu berpikir jernih, punya rencana dan masa depan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Ali, M. 1987, Penelitian Kependidikan Prosedur dun Strategi, Angkasa : Bandung. Arief, A. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Edisi Revisi. Jakarta: Deppen. Ariestya. 2009. Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Psikologis Anak. Diakses pada hari Minggu, 08 April 2012 dari http://situliatsitucoment.blogspot.com/2009/02/pengaruh-tayangan-televisiterhadap.html Arikunto,S. 2010 Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Astrid Susanto, S., 1993, Beberapa Pengaruh Acara Televisi terhadap Anak dan Saran Acara, Jakarta : Deppen. Azrul Azwar, 1983, Pengantar Ilmu Kesehatan, Jakarta : Mutiara. Azwar, S 1998, Sikap Manusia teori dan Pengukurannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Budi, A. Liliek 2000, Peran Keluarga di Tengah Intervensi Televisi, Majalah Ilmiah Volume X Nomor 16. Dedi, S. 1993, Kontroversi tentang Dampak Siaran Televisi terhadap Perilaku Pemirsa, Audientia, Volume 1 Nomor 4. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hadi, S. 1988, Statistik, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Hadi, S. 2001. Metodologi Resech Jilid 2. Yogyakarta: ANDI Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1. Alih Bahasa oleh Metasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga. Kusrin dan Agustin, S. 1990, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan National, berisi PP No. 27, 28, 29 tahun 1999, Semarang: Aneka Ilmu.
111
112
Kartono, K. 1990, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung : Mandar Maju. Poerwadarminta, 1988, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Purwanto, N. 1989, Psikologi Pendidikan, Bandung : Rosdakarya. Singarimbun, M. dan Effendi,S. 1989, Metode Penelitian Survai, LP3ES : Jakarta. Sugiyono, 2001, Statistik Nonparametris untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta. Surya, M. 1993, Pola Pendidikan Anak di Tengah Derasnya Arus Hiburan TV, Audientia, Volume 1 Nomor 4. Suyanto, B. 1995, Televisi : Media Sosialisasi yang Anti Sosial bagi Anak, Republika, 12 Mei 1995.
113
LAMPIRAN 1
114
ANGKET PENELITIAN Pengantar Bapak/ibu/saudara yang saya hormati, dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat melaksanakan penelitian dengan judul: “Korelasi Intervensi Tayangan Televisi terhadap Perkembangan Perilaku Anak Pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus”. Penelitian ini adalah semata-mata untuk kepentingan penulisan skripsi, saya mohon bapak/ibu/saudara bisa membantu dengan memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya. Akhirnya terima kasih atas bantuan bapak/ibu/saudara yang telah bersedia menjawab pertanyaan dalm angket ini. Semoga amal baik bapak/ibu/saudara mendapat balasan dari-Nya. Amien. Semarang, Peneliti Petunjuk Pilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang (X) A. Identitas Responden Nama Umur Jenis Kelamin Alamat
: : : :
B. PERTANYAAN-PERTANYAAN Pertanyaan –pertanyaan tentang tayangan televisi 1. Tayangan sinetron di televisi mengajarkan anak untuk mengenal kehidupan masyarakat, sehingga sebagian proses sosialisasi anak bisa dilalui lewat tayangan televisi itu. Setujukah anda dengan pendapat ini? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
2. Dalam tayangan sinetron serngkali menampilkan perbedaan status social yang menimbulkan perlakuan sangat berbeda, apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut?
115
a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
3. Sinetron televisi terlalu banyak menampilkan adegan-adegan kekerasan dan merangsang timbulnya tindak kekerasan di kalangan remaja dan anak. Apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
4. Disela-sela tayangan sinetron biasanya ditampilkan iklan produk-produk yang dapat menimbulkan pola kunsumtif bagi yang melihatnya, apakah pernyataan anda setuju dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kadang-kadang
b. Setuju
d. Tidak setuju
5. Sinetron televisi kebanyakan menayangkan gaya hidup anak gedongan, apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kadang-kadang
b. Setuju
d. Tidak setuju
6. Terkait dengan pertanyaan nomor 5, cara berpakaian/gaya busana yang ditampilkan dalam sinetron juga menampilkan keglamoran, Apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kadang-kadang
b. Setuju
d. Tidak setuju
7. Bahasa gaul selalu dimunculkan pada setiap adegan tayangan sinetron. Apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
8. Umpatan dan bentakan selalu mewarnai adegan perbedaan pendapat dalam tayangan sinetron. Apakah anda setuju pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
116
9. Sinetron yang ditayangkan di stasiun-stasiun televisi bahkan pada pagi dan siang hari kebanyakan bertemakan remaja, apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
10. Hanya ada beberapa tayangan sinetron anak-anak yang ditayangkan oleh stasiun televisi, dengan kata lain porsinya sangat sedikit sekali. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kadang-kadang
b. Setuju
d. Tidak setuju
11. Beberapa tayangan film kartun menampilkan gaya hidup berpetualang, apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut.? a.
Sangat setuju
c. Kadang-kadang
b.
Setuju
d.Tidak setuju
12. Film kartun juga menampilkan tokoh superhero sang penyelamat, apakah benar pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
13. Kebanyakan tayangan film kartun menampilkan adegan permusuhan yang berkepanjangan seperti film Tom and Jerry, Doraemon dimana tokoh Jayen selalu iri pada Nobita. Apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kadang-kadang
b. Setuju
d. Tidak setuju
14. Dalam tayangan film kartun juga menampilkan adanya kelompok/geng yang saling bermusuhan. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. kadang-kadang
b. Setuju
d. Tidak setuju
15. Masih terkait dengan film kartun, dalam adegannya menampilkan persoalan yang kecil memicu permusuhan. Apakah andasetuju dengan pernyataan ini? a. Sangat benar
c. Kadang
b. Benar
d. Tidak benar
117
16. Film kartun juga menampilkan adegan penyelesaian masalah dilakukan dengan kekerasan, apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. kadang-kadang
b. Setuju
d. Tidak setuju
17. Kebanyakan film kartun bukan asli buatan bangsa Indonesia, melainkan dari bangsa-bangsa lain seprti Malaysia, Jepang, Amerika Serikat dan lain-lain yang disulih suarakan menjadi berbahasa Indonesia. Tentu saja film-film kartun tersebut dibuat sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa pembuatnya. Apakah anda setuju dengan pernyataan ini? a. Sangat setuju
c. Kadang-kadang
b. Setuju
d. Tidak setuju
18. Bahkan ada film kartun yang tidak disulih suarakan, seperti film “Upin dan Ipin” yang masih menggunakan bahasa melayu, gaya dan tata bahasa ini mudah ditiru oleh anak, secara tidak langsung budaya Negara lain masuk ke Negara kita. Apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kadang-kadang
b. Setuju
d. Tidak setuju
19. Film kartun juga menampilkan berbagai reaksi yang ditimbulkan bagi mereka yang gagal dalam menjalankan peran, seperti dengan ucapan yang seharusnya kurang pantas yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi sesuatu yang kelihatannya biasa saja. Apakah anda setuju dengan pernyaataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kadang-kadang
b. Setuju
d. Tidak Setuju
20. Terkait dengan pernyataan sebelumnya bahwa dalam film kartun bahkan menampilkan adegan tindakan yang semestinya kurang pantas atau terlalu dibuat-buat demi menarik perhatian pemirsa. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. kadang-kadang
b. Setuju
d. tidak setuju
118
21. Di samping pandangan miring terhadap tayangan media televisi, keberadaan televisi juga sebagai media informasi(fungsi utama), media pendidikan dan sebagai media hiburan. Setujukah anda dengan pendapat tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak Setuju
22. Acara hiburan musik menimbulkan kegembiraan bagi anak yang menonton, membuat anak yang menonton menirukan lagu/nyanyian yang sedang dilihat dan didengarnya. Setujukah anda dengan penyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak Setuju
23. Tayangan hiburan musik di televisi lebih banyak menampilkan lagu-lagu remaja dibandingkan lagu anak-anak. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak Setuju
24. Lagu-lagu bertema dewasa dan remaja yang ditayangkan syairnya kurang mendidik bahkan kurang sesuai untuk anak. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak Setuju
25. Dalam tayangan televisi gaya penyanyi cilik seringkali meniru gaya penyanyi remaja. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak Setuju
26. Bahkan cara berpakain juga meniru gaya berpakain penyanyi remaja. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak Setuju
27. Pada saat ini jarang sekali ada tayangan hiburan musik khusus anak, kalaupun ada porsinya sangat sedikit. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
119
b. Setuju
d. Tidak Setuju
28. Lagu-lagu anak-anak sekarang ini kurang berkembang, tidak seperti dekade tahun 90an yang banyak bermunculan pencipta lagu anak. Setujukan anda dengan pertanyaan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak Setuju
29. Dengan minimnya pencipta lagu anak-anak tentu saja menimbulkan minimnya lagu anak-anak yang ada di tayangan televisi. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak Setuju
30. Minimnya lagu anak-anak juga menimbulkan penyanyi cilik menyanyikan lagu-lagu remaja atau lagu-lagu dewasa. Setujukah anda dengan penyataan tersebut? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak Setuju
Pernyataan –pernyataan yang berhubungan dengan perkembangan perilaku anak 31. Apakah anak menunda pekerjaan lain karena sedang menonton sinetron di televisi? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 32. Apakah karena menonton sinetron televisi membuat pekerjaan yang seharusnya dilakukan anak menjadi terbengkelai ? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 33. Apakah menonoton sinetron televisi juga menyebabkan anak anda tidak belajar? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 34. Apakah karena menonton sinetron televisi kegiatan anak anda menjadi terganggu? a.Selalu
c. Kadang-kadang
120
b. Sering
d. Tidak pernah
35. Apakah karena menonton sinetron televisi, pola makan anak anda menjadi berubah? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 36. Apakah anak anda makan sambil menonton sinetron televisi? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 37. Apakah anak anda mengembalikan peralatan makan setelah selesai makan atau menunggu sampai sinetron yang disukainya selasai ditayangkan? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah a.Selalu 38. Apakah anak anda minta dibelikan makanan yang ditayangkan disela-sela acara sinetron televisi? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 39. Apakah karena menonton sinetron televisi anak anda tidur larut malam? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 40. Apakah karena anak anda menonton sinetron televisi hingga larut malam menyebabkan anak anda susah dibangunkan pagi harinya? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 41. Jika anak anda minta sesuatu dan tidak anda turuti, apakah anak anda berteriak seperti yang selalu ia tonton di sinetron televisi? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 42. Apakah anak anda melakukan suatu tindakan (misalnya ngambek/mogok makan/ mengunci diri di kamar) agar kemauannya dituruti, seperti adeganadegan yang sering ditayangankan pada sinetron yang ia lihat? a.Selalu b. Sering 43. Apakah anak
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah anda sepulang sekolah langsung menyalakan televisi dan
meletakkan sepatu dan tasnya sembarangan? a.Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
121
44. Apakah anak anda setelah sampai di rumah langsung menonton film kartun dan masih memakai seragam sekolah? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 45. Apakah anak anda mengganti baju dulu baru menyalakan televisi dan melihat film kartun kesayangannya? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 46. Apakah anak anda selalu menyempatkan waktu untuk menonton film kartun di televisi? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 47. Apakah karena menonton film kartun di televisi pola tidur anak anda juga berubah? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 48. Apakah anak anda kecewa ketika ketinggalan menyaksikan tayangan film kartun kesukaannya? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 49. Anak anda sedang menonton film kartun kemudian anda meminta tolong untuk melakukan sesuatu, apakah anak anda mau melakukan permintaan anda? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 50. Apakah anak anda sangat menyukai film kartun sehingga tidak bermain dengan teman sebayanya? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 51. Jika anak anda sedang bermain dengan teman-temannya, apakah anak anda menirukan tokoh film kartun yang selalu ditonton? a.Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
52. Setiap kali anak anda bermain apakah selalu menirukan peran dan cerita film kartun kesukaannya?
122
a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 53. Apakah anak anda pilih-pilih dalam bergaul/membuat gang seperti beberapa cerita dalam film kartun ? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 54. Apakah karena menonton tayangan film kartun kesayangannya anak anda terlambat berangkat ke sekolah? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 55. Apakah anak anda menirukan gaya berpakaian musisi idolanya? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 56. Apakah anak anda lebih banyak menyanyikan lagu-lagu yang ditayangkan di televisi/dibandingkan lagu-lagu yang diajarkan di sekolah? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 57. Apakah cara bernyanyi anak anda juga meniru gaya bernyanyi penyanyi idolanya? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 58. Apakah anak anda minta dibelikan barang-barang yang dipakai oleh penyanyi idolanya? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 59. Apakah anak anda dalam berbicara mengikuti gaya bicara penyanyi idolanya( misalnya sambil ngerep)? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 60 Apakah anak anda bangga jika dikatakan mirip seperti penyanyi idolanya? a.Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
123
REKAPITULASI SKOR ANGKET PENELITIAN
124
Item Variabel Pengaruh Tayangan Tayangan Televisi (X)
JML
No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2
2 4 1 2 3 3 2 3 4 2 3 4 3 2 2 2 3
79
2
2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 2 3 3 2 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3
80
3
3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4
81
4
2 4 2 2 2 3 3 2 3 4 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3
80
5
2 2 3 2 3 4 4 2 3 1 3 1 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2
83
6
3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 4 3 2 4 3 2 3 3 3 2 2 4
84
7
2 3 2 3 4 2 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3
80
8
3 3 2 2 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 2 4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 4 2 1 4 3
80
9
2 2 2 3 2 4 4 4 2 3 2 2 4 2 3 1 3 3 4 1 3 2 3 3 3 2 3 2 1 3
78
10 2 3 2 3 2 2 2 4 3 3 4 2 2 2 3 2 4 4 2 2 2 2 3 3 2 3 2 4 3 2
79
11 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3 2 1 3 2 2 3 3 4 2 2 4 2 3 2
80
12 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 4 3 2 3 4 2 2 3 3 2 4 2 3 4 2
82
13 2 2 3 2 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3
81
14 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 1 3 4 3 4 3 4 1 3 3
80
125
15 3 1 2 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 4 3 2 3 3 2 2 3
82
16 2 3 2 3 3 2 2 3 2 4 3 2 2 2 2 2 4 2 3 2 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2
80
17 2 2 3 4 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 4 1 4 1 3 3 4 4 3 3 3 4 3
81
18 3 3 2 1 3 1 1 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2
83
19 3 3 2 2 4 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3
78
20 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 4 3 4
84
21 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3
81
22 2 1 3 2 4 2 2 4 4 1 2 2 4 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 2 2
83
23 3 3 2 3 3 4 4 2 3 3 2 4 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2
84
24 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 2 3
80
25 4 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 4 1 2 3 2 2 3 2 2 3 4 1 2 4 3 3 2
80
Jumlah
1942
126
Item Variabel Pengaruh Tayangan Tayangan Televisi (X)
No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jml 22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah Pindahan
1942
26
3 4 3
3 2
3
4
3
3
2
3
3
3
4
3
2
4
2
3
4
3
2
3
2
3
4
3
2
3
2
88
27
3 4 2
3 2 2
3
3
3
2
2
3
2
2
3
2
4
3
3
3
3
2
3
4
3
2
3
2
3
3
82
28
3 3 2
3 3 3
2
3
3
3
3
3
3
1
3
2
2
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
81
29
2 3 2
3 2
2
3
3
3
3
2
2
2
3
3
2
3
4
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
80
30
4 2 3
2 3
3
3
2
2
2
4
2
3
2
2
3
2
3
4
2
3
3
3
1
3
3
3
4
4
4
84
31
4 3 3
2 3
2
3
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
3
2
3
2
3
3
2
84
32
2 2 3
3 2
2
2
4
2
2
2
4
3
3
2
3
2
4
3
2
2
3
3
2
2
3
4
2
2
3
78
33
3 2 2
3 2
4
3
4
4
4
4
2
3
3
1
3
2
2
3
2
3
2
2
3
2
2
3
3
3
2
81
34
2 3 2
3 2
2
3
2
2
2
3
3
4
3
2
3
3
3
2
1
2
4
2
2
4
4
2
3
4
4
80
35
2 2 2
4 3
3
2
4
2
3
2
2
3
4
2
4
2
2
2
3
2
2
2
4
3
3
2
3
2
3
79
36
3 2 3
2 3
3
3
2
2
2
2
1
3
3
3
2
3
4
3
2
2
3
4
3
3
2
2
3
2
3
78
37
3 3 4
3 3
3
2
3
3
2
4
2
3
2
2
3
3
3
2
4
3
1
2
2
2
3
1
3
3
2
80
38
3 3 2
2 3
2
3
2
2
3
2
3
2
4
2
2
3
3
4
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
2
79
39
3 3 3
2 4
2
4
2
3
3
3
2
2
2
2
3
4
3
3
3
2
3
2
4
3
3
3
4
2
3
85
127
40
2 3 2
3 2
4
3
3
2
2
2
4
2
1
3
3
2
3
2
3
2
4
2
3
2
2
2
3
4
2
89
41
3 4 2
4 3
2
3
2
2
4
3
2
3
2
3
3
2
3
2
2
4
2
2
2
3
2
3
2
2
3
79
42
2 3 2
3 2
3
3
3
3
2
2
2
4
2
3
4
2
2
3
2
2
3
3
4
3
2
2
3
3
3
80
43
3 1 3
3 1
2
2
3
2
2
1
3
2
3
4
3
3
2
2
2
3
2
3
3
3
4
3
2
2
3
78
44
3 2 2
3 4
3
2
3
2
3
4
3
3
2
3
2
2
3
3
3
2
3
4
2
2
3
3
3
2
3
80
45
4 1 4
3 2
2
2
2
3
3
2
3
1
1
4
3
3
3
3
2
4
3
3
3
3
2
3
3
3
2
81
46
3 3 2
2 3
3
2
3
3
2
3
2
3
2
2
3
4
2
3
3
2
2
2
3
2
3
3
2
3
4
79
47
2 3 3
4 2
2
3
4
2
3
3
4
2
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
82
48
3 2 2
3 4
2
2
4
3
2
2
2
4
4
3
3
2
1
3
3
2
2
4
2
3
1
1
3
4
3
81
49
3 1 4
2 3
4
3
3
2
3
2
3
2
2
3
2
3
2
4
3
3
3
3
2
3
2
2
3
3
2
81
50
3 2 3
3 2
2
3
2
3
3
4
2
3
2
4
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
4
2
3
3
82
Jumlah
3973
128
Item Variabel Pengaruh Tayangan Tayangan Televisi (X)
No
Jml 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah Pindahan
3973
51
3 3 2 3 2 3 2 3 2
4
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
81
52
3 3 2 3 3 3 2 3 3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
2
4
3
4
3
2
3
2
3
84
53
2 3 2 2 2 3 3 3 3
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
2
79
54
2 2 3 2 2 3 3 3 3
2
2
2
3
2
3
3
2
4
2
3
3
4
2
3
3
2
3
4
2
3
80
55
2 2 3 2 3 2 3 2 4
2
3
3
2
4
2
2
4
2
3
3
2
3
4
2
3
2
2
3
3
2
79
56
3 4 4 2 2 3 2 2 3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
79
57
3 2 2 3 3 2 2 3 2
3
4
3
2
3
2
4
3
2
2
4
2
3
3
3
2
3
2
3
3
2
80
58
3 3 3 3 2 3 2 2 3
2
3
2
2
2
3
3
2
4
3
3
3
2
2
4
3
2
4
2
3
3
81
59
2 3 2 4 3 3 4 2 2
3
2
3
3
2
2
2
3
2
3
2
2
2
3
3
4
2
2
3
2
3
79
60
2 2 3 2 2 2 3 2 3
4
1
2
2
2
4
3
2
3
4
2
3
2
3
2
4
3
3
2
3
3
80
61
2 3 3 3 4 3 2 3 2
3
2
2
3
2
3
2
4
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
3
2
3
81
62
3 2 2 2 3 2 2 3 2
3
4
2
2
3
4
3
3
4
3
2
3
3
2
3
2
2
3
2
3
2
79
63
3 3 3 3 2 3 2 2 3
2
3
3
3
2
2
2
3
3
2
3
2
2
4
3
3
3
2
3
2
3
79
64
3 2 2 3 3 4 3 2 2
2
2
2
3
3
2
3
3
2
3
3
3
4
2
3
2
2
3
2
3
4
80
129
65
2 3 3 3 2 3 2 2 3
2
1
3
4
3
3
2
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
2
2
3
83
66
2 3 2 3 3 2 3 3 4
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
4
2
3
2
2
3
3
2
3
2
3
80
67
3 2 3 2 2 3 2 3 3
4
3
2
3
2
3
2
3
4
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
4
2
81
68
4 3 3 3 3 2 3 3 2
3
2
2
2
3
2
4
2
3
3
3
4
2
2
2
2
2
2
3
3
2
79
69
3 2 3 2 3 3 3 3 2
3
4
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
1
3
3
3
3
3
2
2
2
80
70
2 3 3 4 3 2 2 3 3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
3
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
79
71
3 3 4 3 2 2 4 3 2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
2
4
3
3
3
2
3
3
3
3
2
4
80
72
3 2 3 2 2 3 3 2 4
3
2
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
4
2
3
4
2
3
3
80
73
2 2 3 2 3 3 3 3 2
3
3
2
3
3
3
4
3
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
82
74
2 3 2 3 3 2 3 2 3
2
2
4
3
3
2
2
2
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
79
75
3 2 2 3 4 3 3 3 2
3
2
2
3
2
3
3
3
4
2
3
2
3
4
3
2
3
2
3
3
2
80
76
3 3 3 2 3 2 3 2 3
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
4
2
2
3
2
3
3
2
3
3
81
Jumlah
6058
130
No
Item Variabel Perkembangan Perilaku Negatif Anak (Y) 1
2
3
4
Jml
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
1 2 1
2 2
3
1
2
2
3
3
2
1
2
3
1
2
2
3
2
2
3
3
2
1
1
2
3
1
1
63
2
1 2 1
1 2
2
3
2
2
3
2
3
2
2
3
1
3
2
2
1
1
2
3
1
2
2
2
3
2
1
59
3
1 1 2
3 3
2
3
3
2
2
2
2
2
1
2
3
1
1
2
2
2
1
2
2
3
2
2
2
2
2
60
4
1 2 2
2 1
2
2
2
3
3
3
2
2
3
2
2
2
1
1
3
1
2
1
2
2
2
3
2
2
1
63
5
1 3 2
2 1
2
2
1
1
2
2
3
1
1
1
3
2
1
2
2
2
3
2
2
2
2
1
1
2
2
54
6
1 2 2
3 2
1
2
2
3
2
2
3
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
2
3
3
1
1
2
2
1
56
7
2 2 3
2 2
1
2
3
2
1
1
1
2
2
2
3
3
2
1
1
2
2
2
3
2
3
3
2
2
2
62
8
1 2 2
3 2
3
2
2
3
4
4
1
1
2
1
2
2
2
3
3
1
1
1
2
2
2
1
2
1
1
58
9
1 3 2
1 2
2
2
3
2
1
1
3
1
3
2
2
3
3
4
2
1
2
2
1
3
2
2
1
3
2
62
10
1 2 2
3 3
2
2
2
1
2
2
3
1
2
2
3
1
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
64
11
1 3 2
3 4
2
3
2
3
3
3
4
1
4
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
3
3
75
12
1 2 3
2 3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
69
13
1 2 2
3 3
2
2
3
3
2
2
2
1
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
63
14
1 3 2
3 3
2
3
2
2
2
2
2
1
2
3
2
1
1
1
1
1
2
2
2
3
2
2
3
3
3
61
15
1 3 3
3 3
2
2
2
3
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
3
3
2
2
2
1
1
62
131
16
1 3 2
3 2
3
3
3
2
3
3
2
2
3
3
2
2
3
2
3
1
3
2
1
1
1
2
2
2
2
67
17
2 2 2
3 3
3
2
2
3
3
3
1
1
1
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2
62
18
1 2 3
3 2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
1
1
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
1
1
59
19
2 3 3
2 2
3
3
3
2
3
3
3
1
2
2
3
2
2
1
2
2
1
2
2
1
1
2
2
2
2
63
20
1 2 2
3 3
3
2
2
2
3
3
2
2
2
3
3
2
2
2
2
1
1
2
2
3
2
2
1
1
1
62
21
1 3 2
3 3
2
2
3
2
2
2
2
1
2
3
1
1
1
2
2
2
2
2
1
3
2
3
2
2
2
61
22
1 3 3
2 2
2
2
3
3
2
2
1
2
1
1
4
2
2
1
2
2
1
1
2
2
3
2
1
1
1
55
23
1 3 2
3 3
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
56
24
2 3 3
3 2
2
3
2
2
1
1
1
2
2
2
3
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
2
2
1
1
56
25
1 2 2
3 3
2
3
2
2
1
2
2
1
2
2
3
3
2
2
1
2
2
2
1
3
2
3
1
1
2
60
Jumlah
1532
132
No
Item Variabel Perkembangan Perilaku Negatif Anak (Y) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Jml 23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah Pindahan
1532
26
1 2
3 2
3
3 2
3
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
3
1
1
2
3
2
1
1
2
2
1
2
55
27
1 3
3 2
2
3 2
1
2
2
2
1
1
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
54
28
1 3
2 3
3
4 3
2
2
2
1
2
2
3
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
60
29
1 2
3 3
2
3 2
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
2
49
30
1 3
3 3
2
3 3
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
1
2
2
3
2
1
2
2
2
3
2
2
62
31
1 3
2 3
2
2 3
3
2
2
3
3
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
3
2
1
1
1
3
2
2
61
32
1 3
3 3
2
3 3
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
59
33
1 3
4 3
2
3 2
2
3
2
2
1
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
1
1
2
1
57
34
1 4
3 3
3
3 2
2
2
2
1
2
2
1
3
2
2
1
2
3
1
3
2
2
2
2
1
2
2
2
64
35
1 3
3 4
3
3 2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
1
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
1
2
2
56
36
1 3
3 3
3
4 2
1
2
3
2
1
1
3
2
4
2
2
2
3
2
2
3
4
2
3
3
2
2
1
72
37
2 3
2 3
2
3 3
2
3
2
3
2
1
2
3
2
3
1
2
3
1
3
4
2
3
2
1
2
3
2
70
38
1 3
2 2
2
3 3
3
2
1
2
2
1
2
2
2
2
3
2
2
1
2
3
3
3
3
4
3
3
3
70
39
1 2
3 2
3
2 2
3
2
3
1
3
2
3
3
3
3
2
2
2
1
2
3
3
2
3
3
3
3
2
72
133
40
1 3
3 3
3
2 2
3
1
2
3
2
1
2
2
3
3
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
61
41
1 3
2 2
3
1 3
3
2
2
3
2
1
3
2
4
2
3
3
3
1
2
2
2
3
2
2
3
3
2
70
42
1 3
2 2
3
2 2
2
3
3
2
2
1
4
3
2
2
3
3
3
1
1
3
2
1
3
2
3
2
3
69
43
1 2
2 3
2
3 1
2
2
1
2
3
2
3
3
2
3
2
2
2
1
2
4
3
4
3
3
4
1
3
71
44
1 2
2 3
2
2 2
2
3
1
3
2
2
3
2
3
3
2
3
3
1
3
1
3
3
2
4
3
3
2
70
45
1 2
2 2
3
1 2
1
2
2
3
2
1
2
2
2
2
2
2
4
1
2
2
2
2
2
3
2
3
3
62
46
1 3
2 2
3
1 3
2
1
3
1
3
1
3
3
2
1
1
2
2
2
4
3
2
3
1
2
2
2
1
67
47
1 2
2 1
2
2 2
3
1
3
2
2
1
2
1
1
2
2
3
1
1
3
3
2
3
2
2
3
2
3
60
48
1 2
3 2
2
2 3
2
2
2
2
2
1
3
2
2
1
1
2
2
1
2
2
2
4
3
3
3
2
2
63
49
1 2
2 1
2
1 2
3
1
3
1
2
1
2
2
2
3
1
2
2
1
2
2
2
2
2
1
3
2
1
54
50
1 2 2
2
2 2
3
2
2
1
1
1
2
3
1
1
1
2
1
1
1
3
3
1
3
1
2
2
2
51
1
Jumlah
3091
134
No
Item Variabel Perkembangan Perilaku Negatif Anak (Y) 1
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
51
1 2 2 3 2 4 3 2 1
2
2
2
1
2
3
2
3
4
1
2
1
3
4
2
3
3
3
2
2
2
69
52
1 3 1 2 2 3 2 2 1
2
3
2
1
3
2
2
2
2
2
1
1
2
3
2
2
3
3
2
2
3
62
53
1 2 2 2 2 2 2 3 1
1
3
3
1
3
2
2
3
2
2
3
1
1
3
2
1
2
1
1
1
1
56
54
1 2 3 3 3 2 3 3 2
2
2
2
1
2
3
1
3
1
1
2
1
3
1
1
3
3
2
1
1
2
60
55
2 2 2 3 3 3 2 2 1
2
1
2
2
3
2
3
1
2
2
2
2
3
1
2
2
2
2
3
2
1
62
56
1 2 2 2 3 2 2 3 3
1
2
2
1
3
2
3
2
2
2
2
1
3
2
2
2
2
2
2
2
2
61
57
1 3 2 2 3 2 3 3 1
1
2
2
1
2
2
2
3
1
1
3
1
1
3
3
1
1
1
1
2
2
56
58
1 3 2 3 3 2 2 2 2
2
3
2
1
2
3
3
2
2
2
2
1
2
2
2
2
3
1
3
1
1
62
59
1 2 1 2 2 3 2 2 2
3
3
3
1
1
2
2
1
1
2
2
1
2
2
2
1
1
1
1
3
3
54
60
1 2 3 2 2 2 3 2 2
2
2
3
1
2
1
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
2
2
2
3
55
61
1 3 2 3 2 2 3 2 1
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
2
1
3
2
2
2
3
2
3
2
2
59
62
2 2 2 3 4 3 3 2 1
1
1
2
2
3
2
3
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
1
57
63
1 1
2 2 3 3 2 2 2 2
2
2
3
1
1
3
2
2
2
2
1
1
2
2
3
2
2
2
2
2
2
58
2 1 2 2 2 2 3 2
2
3
4
1
2
2
3
2
2
3
2
1
2
2
2
2
2
2
3
2
1
62
64
2
3
4
5
6
7
8
Jml
135
65
1
3 3 2 2 2 2 2 2
3
2
3
1
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
63
66
1
3 2 2 4 2 3 2 2
1
2
3
1
2
2
3
1
3
2
2
1
3
2
3
2
3
1
3
2
1
65
67
1
4 2 2 2 2 2 3 1
2
2
2
1
2
2
2
1
3
2
2
1
2
1
2
2
2
1
2
2
1
54
68
1
3 2 3 2 1 2 2 1
2
1
2
1
2
3
1
2
2
3
3
1
2
1
2
3
2
2
2
3
2
55
69
1
2 3 2 2 2 2 1 1
2
2
4
1
2
2
3
3
2
2
3
1
2
1
1
2
2
1
3
1
1
57
70
1
2 3 2 3 3 1 1 2
3
3
3
1
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
1
1
3
1
2
1
1
59
71
1
2 3 2 2 2 3 1 2
3
1
2
1
1
1
2
2
2
1
2
1
1
2
1
2
1
2
2
2
1
52
72
1
3 2 1 2 2 3 2 1
2
3
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
1
2
3
2
2
57
73
2
2 2 2 2 2 2 2 2
2
2
2
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
46
74
1
2 2 2 1 3 2 1 1
1
1
3
1
3
2
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
3
1
2
2
2
50
75
1
3 3 3 1 1 2 3 1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
2
1
2
2
2
52
76
1
2 2 2 2 1 1 2 1
2
2
2
1
1
2
2
3
1
2
1
1
1
1
2
2
1
1
3
1
1
46
Jumlah
4520
136 TABEL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS UJI COBA INSTRUMEN PENGARUH TAYANGAN TELEVISI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kode Siswa UC - 1 UC - 2 UC - 3 UC - 4 UC - 5 UC - 6 UC - 7 UC - 8 UC - 9 UC - 10 UC - 11 UC - 12 UC - 13 UC - 14 UC - 15 UC - 16 UC - 17 UC - 18 UC - 19 UC - 20 ΣX
1 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 4 3 2 3 4 2 2 3 3 3 53
2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 4 3 2 2 4 3 2 3 3 3 56
3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 4 3 3 3 4 2 3 2 2 2 51
4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 58
5 3 3 3 2 3 3 4 3 2 2 3 2 2 2 4 3 2 3 4 2 55
6 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 59
7 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 59
NOMOR SOAL BUTIR SOAL 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 3 2 2 2 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3 2 3 3 2 2 2 3 4 2 3 3 2 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 1 3 1 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 4 3 2 4 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 2 3 2 4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 1 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 4 4 2 2 2 2 3 3 2 3 2 4 3 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 2 3 3 2 3 2 4 3 2 3 4 2 2 3 3 2 4 2 3 4 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 1 3 1 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 4 57 59 54 55 54 50 51 56 57 58 58 54 53 54 58 51 58 55 58 53 55 54 62
8
ΣX2 ΣXY
149 164 139 174 161 181 181 189 183 158 163 156 132 139 166 177 180 178 160 155 160 178 139 174 161 176 151 165 158 204 4535 4751 4363 4897 4661 5003 5003 4817 4995 4586 4697 4599 4269 4334 4767 4854 4944 4931 4835 4559 4601 4936 4354 4921 4661 4692 4924 4544 4706 4601
rxy
0,75 0,59
Y2
Y
93 8649 81 6561 80 6400 72 5184 82 6724 84 7056 80 6400 77 5929 74 5476 77 5929 115 13225 84 7056 85 7225 78 6084 120 14400 73 5329 71 5041 79 6241 83 6889 77 5929 1665 141727
0,5 0,62 0,65 0,69 0,65 0,61 0,73 0,61 0,54 0,51
k=
0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44
Σσb2 =
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid σb2 0,45 0,38 0,47 0,31 0,51 0,37 0,37 0,34 0,47 0,64 0,62 0,54 0,37 0,47 0,48 0,77 0,62 0,52 0,75 0,77 0,75 0,52 0,47 0,31 0,51 0,41 0,56 0,72 0,64 0,62
σ12 =
rtabel
0,7 0,51 0,47 0,620 0,620
0,5
0,5 0,46 0,62 0,580 0,680 0,53 0,620 0,510
0,6 0,59 0,66 0,69
r11
30 12,76 164,3 0,954
137 TABEL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS UJI COBA INSTRUMEN PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kode Siswa UC - 1 UC - 2 UC - 3 UC - 4 UC - 5 UC - 6 UC - 7 UC - 8 UC - 9 UC - 10 UC - 11 UC - 12 UC - 13 UC - 14 UC - 15 UC - 16 UC - 17 UC - 18 UC - 19 UC - 20 ΣX
1 3 1 1 3 1 1 2 1 3 1 3 1 1 1 2 1 2 3 2 1 34
2 2 1 1 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 44
3 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 46
4 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 56
5 3 2 3 3 1 2 2 2 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 2 3 51
6 3 2 2 3 2 1 1 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 48
7 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 4 2 2 3 2 4 4 2 3 2 52
NOMOR SOAL BUTIR SOAL 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 1 3 2 2 1 1 2 3 1 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 1 2 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 1 2 2 3 1 1 1 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 3 3 1 1 2 2 1 3 2 1 1 1 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 4 4 1 1 2 1 2 2 2 3 3 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 2 2 3 1 2 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 1 1 1 48 48 51 51 49 36 44 49 51 45 43 44 43 41 44 47 44 47 43 44 46 43 42
8
Y2
Y 87 58 59 90 53 56 62 59 84 64 98 68 62 62 57 68 88 73 64 62 1374
7569 3364 3481 8100 2809 3136 3844 3481 7056 4096 9604 4624 3844 3844 3249 4624 7744 5329 4096 3844 97738
30 13,19
ΣX2 ΣXY
72 104 112 164 159 124 148 122 124 141 143 131 76 106 133 139 111 101 110 103 99 108 117 106 121 103 106 116 103 100 2509 3097 3226 3919 3617 3398 3673 3369 3396 3593 3631 3467 2606 3161 3508 3599 3192 3064 3132 3068 2991 3125 3335 3125 3125 3321 3056 3157 3275 3090
rxy
0,795 0,478 0,457 0,463 0,655 0,585 0,529 0,473 0,574 0,467 0,612 0,526 0,686 0,788 0,681 0,551 0,557 0,650 0,520 0,606 0,780 0,528 0,717 0,583 0,490 0,543 0,765 0,622 0,724 0,768
k=
rtabel
0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
Σσb2 =
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid σb2 0,75 0,38 0,33 0,38 0,47 0,46 0,57 0,36 0,46 0,58 0,68 0,58 0,59 0,48 0,68 0,47 0,51 0,45 0,69 0,56 0,79 0,59 0,34 0,48 0,56 0,56 0,48 0,54 0,56 0,62
σ12 = 176,01 r₁₁ = 0,957
138
LAMPIRAN 4 Hasil Uji Validitas Instrumen Tayangan Televisi Hasil Uji Validitas Instrumen Perkembangan Perilaku Hasil Uji Realibilitas Instrumen Tayangan Televisi Hasil Uji Realibilitas Instrumen Perkembangan Perilaku
139
PERHITUNGAN VALIDASI INSTRUMEN PENGARUH TAYANGAN-TAYANGAN TELEVISI
r xy 2 2 2 2
Kriteria Butur angket Valid jika rxy ˃ rtabel Perhitungan: Berikut ini perhitungan validitas angket pada butir nomor 1
140
No
X
Y
X2
Y2
XY
1
3
93
9
6849
279
2
2
81
4
6561
162
3
3
80
9
6400
240
4
2
72
4
5184
144
5
2
82
4
6724
164
6
3
84
9
7056
252
7
2
80
4
6400
160
8
3
77
9
5929
231
9
2
74
4
5476
148
10
2
77
4
5929
154
11
4
115
16
13225
460
12
3
84
9
7056
252
13
2
85
4
7225
170
14
3
78
9
6084
234
15
4
120
16
14400
480
16
2
74
4
5476
148
17
2
70
4
4900
140
18
3
79
9
6241
237
19
3
83
9
6889
249
20
3
77
9
5929
231
141
Σ
53
1665
149
141733
4535
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh: rxy
=
(20 x 4535) – (53 x 1665) √(20 x 149) – (53)2 ((20 x 141733) – (1665)2)
rxy = 0.751 Pada α = 5% dengan N = 20 diperoleh rtabel = 0,444 Karena rxy ˃ r table maka angket No. 1 tersebut Valid
142
PERHITUNGAN VALIDASI INSTRUMEN PERKEMBANGAN PERILAKU NEGATIF ANAK
r xy 2 2 2 2
Kriteria Butur angket Valid jika rxy ˃ rtabel Perhitungan: Berikut ini perhitungan validitas angket pada butir nomo 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Σ
X 3 1 1 3 1 1 2 1 3 1 3 1 1 1 2 1 2 3 1 2 34
Y 87 58 59 90 53 56 62 59 84 64 98 68 62 62 57 68 88 73 64 62 1374
X2 9 1 1 9 1 1 4 1 9 1 9 1 1 1 4 1 4 9 1 4 72
Y2 7569 3364 3481 8100 2809 3136 3488 3481 7056 4096 9604 4624 3844 3844 3249 4624 7744 5329 4096 3844 97738
XY 261 58 59 270 53 56 124 59 252 64 294 68 62 62 114 68 176 219 128 62 2509
143
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh: rxy
=
(20 x 2509) – (34 x 1374) √(20 x 72) – (34)2 ((20 x 97738) – (1374)2)
rxy = 0.795 Pada α = 5% dengan N = 20 diperoleh rtabel = 0,444 Karena rxy ˃ r table maka angket No. 1 tersebut Valid
144
PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENGARUH TAYANGAN-TAYANGAN TELEVISI Rumus : 2 k b r 1 11 2 k 1 t
Kriteria Apabila r 11 ˃ r tabel maka angket tersebut reliable Perhitungan: (ΣY)2 ΣY − N σ12 = N
(1665)2 141733 − 20 σ12 =
= 164.303 20
2. Varian Butir (53)2 149 − 20 σb12 =
= 0.45 20 (56)2 164 − 20
σb22 =
= 0.38 20 (62)2 204 − 20
σb32 =
= 0.51 20
145
Σσb2 = 12.76 3. Koefisien realibilitas 30 r11 =
12.76 x
30 – 1
1
− 164.303
r11 = 0.954 Pada α = 5% dengan N = 20 diperoleh r tabel = 0.444. Karena r 11 ˃ t tabel maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliable
146
PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN PERKEMBANGAN PERILAKU NEGATIF ANAK Rumus : 2 k b r 1 11 2 k 1 t
Kriteria Apabila r 11 ˃ r tabel maka angket tersebut reliable Perhitungan: (ΣY)2 ΣY − N σ12 = N
(1374)2 97738 − 20 σ12 =
= 176.011 20
2. Varian Butir (34)2 20
72 − σb12 =
= 0.75 20
164 −
(44)2 20
σb22 =
= 0.38 20
3. Koefisien realibilitas 30 r11 =
13.19 x
30 – 1
1
−
= 0.957 176.011
147
Pada α = 5% dengan N = 20 diperoleh r tabel = 0.444. Karena r 11 ˃ t tabel maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliable
148
LAMPIRAN 5
Uji Normalitas
Uji Multikolonieritas
Uji Heteroskedastisitas
149
UJI ASUMSI KLASIK 1.
Uji
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Normalitas
N Normal Parameters a,b
Unstandardiz ed Residual 76 .0000000 3.70401616 .086 .075 -.086 .750 .628
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal. b. Calc ulated from data.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: y
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
Observed Cum Prob
1.0
150
2. Uji Multikolonieritas Coefficientsa
Model 1
Collinearity Statistics Tolerance VIF .394 2.538 .315 3.173 .354 2.827
x1 x2 x3
a. Dependent Variable: y
3. Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: y
Regression Studentized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Coefficientsa
Model 1
(Constant) x1 x2 x3
Unstandardized Coefficients B Std. Error 28.699 3.134 .416 .169 .396 .163 .368 .179
a. Dependent Variable: y
Standardized Coefficients Beta .288 .316 .253
t 9.157 2.467 2.423 2.052
Sig. .000 .016 .018 .044
151
LAMPIRAN 6 HASIL UJI HIPOTESIS 1. Uji F 2. Uji t
152
UJI HIPOTESIS 1. Uji F ANOVAB
Sum Of Squares
Model 1
Mean Square
Df
Regression
1630.020
3
543.340
Residual
1028.980
72
14.291
Total
2659.000
75
3.
Predictors: (Constant), x3, x1, x2
4.
Dependent Variabel: y
F
Sig
38.019
.000a
Model Summaryb Change Statistics
Model
R -783a
1 4.1 4.2
R square
Adjusted
.613
Predictors: (constant), x3, x1, x2 Dependent Variable : y
.597
Std. Error of the estimate 3.78040
Sig. F. Change .000
153
2. Uji t Coefficientsa
Model 1
(Constant) x1 x2 x3
Unstandardized Coefficients B Std. Error 28.699 3.134 .416 .169 .396 .163 .368 .179
a. Dependent Variable: y
Standardized Coefficients Beta .288 .316 .253
t 9.157 2.467 2.423 2.052
Sig. .000 .016 .018 .044
154
LAMPIRAN 7 Regresi Berganda X1, X2, dan X3 terhadap Y
155
Hasil Analisis Berganda X1, X2, dan X3 terhadap Y Descriptive Statistics
Std. Mean
Deviation
N
Y
60.5000
5.95427
76
x1
26.6316
4.12421
76
x2
26.9342
4.75909
76
x3
27.3421
4.09407
76
Correlations
Pearson Corelation
y x1 x2 x3
Sig . (1-tailed)
y x1 x2 x3
N
y x1 x2 x3
y x1 x2 x3 1.000 .706 .730 .706 .706 1.000 .751 .714 .730 .751 1.000 .780 .706 .714 .780 1.000 . .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 . . .000 .000 .000 . .000 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76
156
Variabbles Entered/Removedb Variables DEntered
Model 1
Variables Removed
X3, x1, x2
Method Enter
4.2.1.1.1 entered 4.2.1.1.2
All requested variables Dependent Varable: y
Model Summaryb Change Statistics
Model
R
R square
-783a
1
Std. Error of the estimate
Adjusted
.613
.597
Sig. F. Change
3.78040
.000
a. Predictors: (constant), x3, x1, x2 b. Dependent Variable : y ANOVAb Sum Of Squares
Model 2
Mean Square
Df
Regression
1630.020
3
543.340
Residual
1028.980
72
14.291
Total
2659.000
75
5.
Predictors: (Constant), x3, x1, x2
6.
Dependent Variabel: y
F
Sig
38.019
.000a
157
Coefficientsa
Model 1
(Constant) x1 x2 x3
Unstandardized Coefficients B Std. Error 28.699 3.134 .416 .169 .396 .163 .368 .179
Standardized Coefficients Beta .288 .316 .253
t 9.157 2.467 2.423 2.052
Sig. .000 .016 .018 .044
a. Dependent Variable: y
Coefficientsa Correlations Model 1
Zero-oeder x1 x2 x3
6.1
Partial
Collinearity Statistics Part
Tolerance
VIF
.706
.279
.181
.394
2.538
.730
.275
.178
.315
3.173
.706
.235
.150
.354
3.827
Dependent Variable: y
Collinearity Diagnosticb Condition Model Dimension 1
1
Eigenvalue
Index
Variance Proportons (Constant)
x1
x2
x3
3.972
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.016
15.598
.82
.02
.14
.01
3
.007
24.392
.02
.96
.15
.20
4
.005
27.287
.15
02
.71
.78
6.1.1.1.1 Dependent Variable: y
158
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
N
49.8872 Predicted Value
73.4831 60.5000
4.66193
76
-2.276 Std. Predicted Value
2.785
.000
1.000
76
1.587
.816
-296
76
Standart Error of .445 Predicted Value Adjusted Predicted Value
50.3690
Residual
73.4896 60.5224
4.64587
76
10.56111
8.05006
.00000
3.70402
76
-2.794
2.129
.000
.980
76
-2.841
2.156
-003
1,008
76
10.92232
8.83184
-.02241
3.92292
76
2.214
-.005
1.024
76
12.233
2.961
2.862
76
.241
.015
.033
76
.163
.039
.038
76
Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Tud. Deleted Residual Mahal. Distance
-2.994
Cook’s Distance
.053
Centered Leverege Value
.000 .001
6.1.1.1.1.1.1.1
Dependent Variable: y
159
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: y
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Scatterplot
Dependent Variable: y
Regression Studentized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
3