KORELASI ANTARA KONFORMITAS KELOMPOK SEBAYA DENGAN HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM KELUARGA PADA REMAJA
Oleh: SITI ROFl'AH NIM. 102070026064
'
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
'
FAKULTAS PSIKOLOGI UN!VERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1427 H / 2006 M
KORELASI ANTARA KONFORMITAS KELOMPOK SEBAYA DENGAN HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM KELUARGA PADA REMAJA SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.) Oleh: SITI ROFl'AH NIM. 102070026064
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I,
\hJ;t Liany Luzvinda, M. Si.
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1427 H / 2006 M
I
HALAMANPENGESAHAN Skripsi yang berjudul "KORELASI ANTARA KONFORMITAS KELOMPOK SEBAYA DENGAN HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM KELUARGA PADA REMAJA" telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakulfas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
22 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperolel1 gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.). Jakarta, 22 November 2006 Sidang Munaqasyah
M. Si.
50215938 Anggota Penguii 11,
-/~>-
Ora. H'. Nett
NIP. 150
rtati. M. Si.
5938
Pembimbing I,
\ ' t't.llt£.J-t
Bamb~ng krl;cii, Ph.D NIP. 150326891
MOTTO:
''Jrai orang-orang yang 6eriman, pefifiara(afi dirimu cfan k,§(uargamu dari api nerak,a yang 6afian 6akg,rnya acfa(afi manusia cfan 6atu" ---- QS. At-Tahriim (66) : 6 ----
"Tiacfa suatu pem6erian pun yang (e6ifi utama dari orang tua k.§pacfa anak,nya, se(ain penclicfik,an yang 6aik," ----- Hadist Riwayat Hakim ---
, L
7(}l<J(
'!
ABSTRAK (A) (B) (C) (0)
(E) (F)
Fakultas Psikologi November 2006 SITI ROFl'AH KORELASI ANTARA KONFORMITAS KELOMPOK SEBA YA DENGAN HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM KELUARGA PADA REMAJA xviii + 97 halaman Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara konformitas kefompok sebaya dengan hubungan interpersonal dalam keluarga pada remaja. Konformitas adalah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan sebagai hasil nyata dari tekanan yang diberikan oleh kelompok dan juga bertingkah laku dalam hal berusaha memenuhi harapan dari kelompok dengan sedikit ataupun tanpa tekanan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya, dengan menggunakan berbagai jenis pola interaksi. lnstrumen pengumpul data yang digunakan adalah skala konformitas kelompok sebaya disusun berdasarkan aspek-aspek konformitas yang dikemukakan oleh Sears, dkk (1991) yaitu rasa takut terhadap penyimpangan, kekompakkan, kesetiakawanan, kepercayaan, penilaian diri. Skala hubungan interpersonal disusun berdasarkan aspek-aspek hubungan interpersonal yang dikemukakan oleh Heidt~r (dalam Sarwono, 2002) dan Gunarsa (1980) yaitu kesamaan, kedekatan, keterbukaan, sikap mendukung, sikap menghargai. Validitas skala konformitas kelompok sebaya berkisar antara 0.2042 0.4390 dan koefisien reliabilitas alpha = 0.791. Validitas skala hubungan interpersonal berkisar antara 0.2037 - 0.5640 dan koefisien reliabilitas alpha = 0.8490. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta yang berjumlah 1027 orang, dan sampel penelitian ini berjumlah 120 subyek yang diambil secara stratified proportional random sampling.
Analisis data dengan kerelasi product-moment menunjukl
p 0.01 ). (G)
Daftar bacaan: 35 buku (1980 - 2006), 4 Website, 1 Jurnal
IUTA PENGANTAR (":!-'>..)\~)I.&\~\
Alhamdulillahirobbil 'aa/amiin, itulah kata-kata yang pertama kali terucap tatkala skripsi ini telah terselesaikan.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga skripsi yang berjudul "Korelasi Antara Konformitas Kelompok Sebaya. Dengan Hubungan Interpersonal Dalam Keluarga Pada Remaja", merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) dapat tersusun tepat pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. karena Beliaulah kita bisa terangkat pada derajat yang lebih tinggi. Skripsi ini dilatarbelakangi adanya kecenderungan remaja rnelakukan konformitas dengan teman-teman sebaya sehingga remaja lebih sering bersarna teman-temannya dari pada dengan keluarganya clan remaja yang lebih konfrom dengan teman-teman sebayanya akan menyebabkan hubungan interpersonal dalam keluarga menjadi renggang. Hubungan konformitas kelompok sebaya dengan hubungan interpersonal dalam keluarga dari hasil penelitian ini rnenunjukkan hubungan yang negatif. Dengan terselesaikannya skripsi ini merupakan langkah awal menuju langkah-langkah selanjutnya untuk kehidupan yang sesungguhnya, dimana pada dunia ini mernpakan tempat untuk mengaktualisasikan diri. Diuji dan menguji, menuntut dan dituntut kesabaran dalarn menjalankan kehidupan ini. Kepasrahan dalam menerima semua kehendak dan ketentuan Allah. Penulis ucapkan terirna kasih atas do'a dan dukungannya, semoga rahmat dan karunia Allah senantiasa melimpahi kita. Kelancaran pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari arahan, bimbingan, dorongan, dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus penulis rnengucapkan terima kasih yang setinggitingginya khususnya kepada : 1. Kedua orang tuaku tercinta H. Abdul Rosyid dan Hj. Siti Aminah yang telah mendidik dan membimbing kami dengan kasih sayang, perhatian yang tak terhingga.
2. Suamiku tercinta H. Achmad Sofyan yang telah memberikan semangat, dukungan dan perhatiannya. Semoga keluarga kita mencapai sukses dunia akhirat. 3. Oekan Fakultas Psikologi lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si, beserta dewan dekanat dan civitas akademika Psikologi yang tidak penulis sebutkan satu persatu. 4. Bapak Ors. Sulistiyono, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, ilmu, pengalaman dan semangat dalam memotivasi'penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 5. lbu liany Luzvinda, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, ilmu, dan semangat dalam memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini, semoga apa yang bapak dan ibu lakukan menjadi ·amal ibadah dihadapan Allah Swt. 6. Kepada teman-temanku yang berada di sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4 Model Jakarta terima kasih atas kesediaannya untuk menjadi subyek dalam penelitian ini, dan sahabat-sahabatku yang terbaik dikelas 0. Penulis menyadari masih terdapat kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini untuk itu mohon dimaklumi karena tak ada gading yang tak retak. Semoga hasil penelitian ini memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya kepada para pembaca.
Jaka1ia, November 2006 Penulis
Siti Rofi'ah
DAFTAR ISi HALAMAN JUDUL ............................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................
iii
MOTTO ...............................................................................................................
iv
DEDIKASI ............................................................................................................
v
ABSTRAK ..........................................................................................................
vi
KAT A PENGANTAR............................................................................................ viii DAFTAR ISi .........................................................................................................
x
DAFTAR TAB EL .. ~............................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xviii
BAB 1
PENDAHULUAN .................................................................................. 1 - 10
1.1. Latar Belakang Masalah .. ... .. .... .. ... .. .. .. ... ... .. ... ... .. ..... ... .. ... ... .. ... ... .
1
1.2. ldentifikasi Masalah .......................................................................
6
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..........................................
7
1.3.1. Pembatasan masalah .........................................................
7
1.3.2. Perumusan masalah ...........................................................
8
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................
8
1.4.1. Tujuan penelitian ................................................................
8
BAB 2
1.4.2. Manfaat penelitian ... ... ......... .................. ..... ............ ..... ... ... .
8
1.5. Sistematika Penulisan....................................................................
9
KAJIAN PUSTAKA................................................................................. 11 - 48
2.1. Remaja... .. ...... .. ... .................... ... ... .. ....... ........ ................ ..... ...... ... ..
11
2.1.1. · Pengertian dan batasan usia remaja.... .. ...... .. ........ .. ...... ... .
11
2.1.2. Perkembangan masa remaja..............................................
13
2.1.3. Kebutuhan Remaja .............................................................
18
2.2. Kelompok Sebaya.. .. ... ............ .. .... .. ....... ..... ... ........ .. ... ... ..... ...........
20
2.2.1. Pengertian kelompok sebaya.. .. ............ ... .. ... .. .. .. .. .. ... ...... ...
20
2.2.2. Fungsi kelompok sebaya ....................................................
21
2.2.3. Struktur dalam kelompok sebaya........................................
23
2.2.4. Faktor-faktor yang menyebabkan remaja diterima dan ditolak dalam kelompok sebaya..........................................
25
2.3. Konformitas....................................................................................
27
2.3.1. Pengertian konformitas .......................................................
27
2.3.2. Jenis konformitas................................................................
30
2.3.3. Keadaan yang mendorong terjadinya konformitas .............
32
2.4. Hubungan Interpersonal .................................................. ..............
36
2.4.1. Pengertian hubungan interpersonal....................................
36
2.4.2. Keefektifan hubungan interpersonal...................................
37
2.4.3. Teori-teori hubungan interpersonal.....................................
38
2.4.4. Tahapan-tahapan hubungan interpersonal......................... 41 2.4.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan ·interpersonal ...... ... ... ... ............... .. ... ... ... .. .. ...... ..... ... .. ... ... ... . 43 2.5. Kerangka Berpikir .......................................................................... 46 2.6. Hipotesis Penelitian .. .. .............................................. .................... 48
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................. 49- 67 3.1. Jen is Penelitian ......... ...... ...............................................................
49
3.1.1. Pendekatan penelitian .................. ......................................
49
3.1.2. Metode penelitian ...............................................................
50
3.2. Variabel Penelitian .................................. .......................................
50
3.2.1. Definisi konseptual.. .... .. ...... ... ... ...... .. ....... ......... .. ... .. ... .... .. ..
51
3.2.2. Definisi operasional variabel ...............................................
51
3.2.2.1. lndikator perilaku konformitas ... ............................
52
3.2.2.2. lndikator hubungan interpersonal .........................
53
3.3. Pengambilan Sampel.....................................................................
54
3.3.1. Populasi dan sampel ..........................................................
54
3.3.2. Teknik pengambilan sampel ...............................................
55
3.4. Teknik Pengumpulan Data.............................................................
56
3.5. lnstrumen Penelitian ......................................................................
57
3.5.1. Skala konformitas kelompok sebaya ............................... ...
57
3.5.2. Skala hubungan interpersonal............................................
60
BAB 4
BAB 5
3.6. Teknik Uji lnstrumen ..... ........................................................ .........
62
3.6.1. Uji validitas skala ................................................................
62
3.6.2. Uji reliabilitas ska la ............................. .......... ......... .. .. ... .. .. .
63
3.7. Teknik Analisis Data......................................................................
64
3.8. Prosedur Penelitian.......................................... .............................
65
PRESENTASI DAN ANALISIS DATA .................................................... 68- 89 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian.............................................
68
4.2. Presentasi dan Analisis Data.........................................................
83
4.2.1. Uji instrumen penelitian ......................................................
83
4.2.2. Uji persyaratan .. ..................................................................
84
4.2.3. Uji hipotesis ····················································'···················
88
4.2.4. Uji signifikansi ...... ... ...................................... ... ...................
89
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ................................................. 90 - 94 5.1. Kesimpulan .................................................... ..... ...........................
90
5.2. Diskusi .................................. ...................................... ...................
91
5.3. Saran ........ ................ .................................................. .. .................
93
DAFTAR PUSTAKA-............................................................................................ 95 - 97 LAMPIRAN .......................................................................................................... 98 - 122
DAFTAR TABEL Tabel 3.1.
Pengambilan sampel ........................................................................
55
Tabel 3.2.
Bobot nilai.........................................................................................
57
Tabel 3.3.
Blue print skala konformitas kelompok sebaya.................................
58
Tabel 3.4.
Blue print penelitian ska la konformitas kelompok sebaya ............ ....
59
Tabel 3.5.
Blue print skala hubungan interpersonal.........................................
60
Tabel 3.6.
Blue print penelitian skala hubungan interpersonal..........................
61
Tabel 4.1.
Gambaran subyek berdasarkan usia dan jenis kelamin ................
68
Tabel 4.2.
Gambaran subyek berdasarkan tingkatan kelas...............................
69
Tabel 4.3.
Gambaran subyek berdasarkan urutan anak ...................................
69
Tabel 4.4.
Gambaran subyek berdasarkan pekerjaan orang tua.......................
70
Tabel 4.5.
Gambaran subyek berdasarkan jumlah teman kelompok.................
70
Tabel 4.6.
Gambaran subyek berdasarkan aktivitas bersama teman kelompok ..........................................................................................
71
Tabel 4.7.
Statistik skor konformitas kelompok sebaya laki-laki ........................
72
Tabel 4.8.
lnterperetasi skor konformitas kelompok sebaya laki-laki.................
72
Tabel 4.9.
Kategorisasi konformitas kelompok sebaya laki-laki.........................
73
Tabel 4.10. Statistik skor konformitas kelompok sebaya perempuan..................
73
Tabel 4.11. lnterpretasi skor konformitas kelompok sebaya perempuan ............
73
Tabel 4.12. Kategorisasi konformitas kelompok sebaya perempuan ..................
74
Tabel 4.13. Kategorisasi tingkat konformitas kelompok sebaya berdasarkan usia ...................................................................................................
74
Tabel 4.14. Kategorisasi tingkat konformitas kelompok sebaya berdasarkan jenis kelamin .....................................................................................
75
Tabel 4.15. Kategorisasi tingkat konformitas kelompok sebaya berdasarkan tingkatan kelas..................................................................................
75
Tabel 4.16. Kategorisasi tingkat konformitas kelompok sebaya berdasarkan urutan anak.......................... ................................................... ... ... ... .
76
Tabel 4.17. Kategorisasi tingkat konformitas kelompok sebaya berdasarkan pekerjaan orang tua.. .. .............. ... ........ ......... ... ........ ..... ....... ... ... .......
76
Tabel 4.18. Kategorisasi tingkat konformitas kelompok sebaya berdasarkan jumlah teman dalam kelompok... ... ... ... ... ... .. ...... ....... ... ..... .. ... .. .........
77
Tabel 4.19. Statistik skor hubungan interpersonal laki-laki...... ............... ... ..... ... ..
77
Tabel 4.20. lnterpretasi skor hubungan interpersonal laki-laki ................ ............
78
Tabel 4.21. Kategorisasi hubungan interpersonal laki-laki ..................................
78
Tabel 4.22. Statistik skor hubungan interpersonal perempuan............................
79
Tabel 4.23. lnterpretasi skor hubungan interpersonal perempuan ......................
79
Tabel 4.24. Kategorisasi hubungan interpersonal perempuan ............................ · 80 Tabel 4.25. Kategorisasi tingkat hubungan interpersonal dengan keluarga berdasarkan usia ......... .................................................................. ...
80
Tabel 4.26. Kategorisasi tingkat hubungan interpersonal dengan keluarga berdasarkan jenis kelamin ................................................................
81
Tabel 4.27. Kategorisasi tingkat hubungan interpersonal dengan keluarga berdasarkan tingkatan kelas.............................................................
81
Tabel 4.28. Kategorisasi tingkat hubungan interpersonal dengan keluarga berdasarkan urutan anak...................... ... ..... ... ... ... .... ... .. ... ... .. ... ...... .
82
Tabel 4.29. Kategorisasi tingkat hubungan interpersonal dengan keluarga berdasarkan pekerjaan orang tua .....................................................
82
Tabel 4.30. Kategorisasi tingkat hubungan interpersonal dengan keluarga berdasarkan jumlah teman dalam kelompok ....................................
83
Tabel 4.31. Hasil uji normalitas skala konformitas kelompok sebaya .......... ,.......
84
Tabel 4.32. Hasil uji normalitas skala hubungan interpersonal............................
85
Tabel 4.33. Hasil uji homogenitas........................................................................
87
Tabel 4.34. Hasil uji hipotesis..............................................................................
88
DAFTAR GAMBAR Garn bar 4.1. Scatterplot ska la konformitas kelompok sebaya ........... ....... ..........
84
Gambar 4.2. Scatterplot ska la hubungan interpersonal......................................
85
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Inform consent...............................................................................
98
Lampiran 2.
Petunjuk pengisian......................... .... .. .. .. .. ....... .... .. .. .. ... ...... .. .... .. ..
99
Lampiran 3.
Skala konformitas kelompok sebaya ............................................. 100
Lampiran 4.
Skala hubungan interpersonal....................................................... 102
Lampiran 5
Hasil uji coba (try out) ska!a konformitas kelompok sebaya .......... 104
Lampiran 6.
Hasil uji coba (try out) skala hubungan interpersonal.................... 106
Lampiran 7.
Data hasil try out skala konformitas kelompok sebaya .................. 108
Lampiran 8.
Data hasil try out skala hubungan interpersonal............................ 109
Lampiran 9.
Validitas skala konformitas kelompok sebaya................................ 110
Lampiran 10. Validitas skala hubungan interpersonal......................................... 112 Lampiran 11. Reliabilitas skala konformitas kelompok sebaya............................ 114 Lampiran 12. Reliabilitas skala hubungan interpersonal...................................... 115 Lampiran 13. Kategorisasi skala konformitas kelompok sebaya ......................... 116 Lampiran 14. Kategorisasi skala hubungan interpersonal ................................... 118 Lampiran 15. Uji normalitas .... ... .. .. .. .. ... .. .. .. .. .. ... ... .... .. .... .. ...... . .. ...... .... . .. .. ...... .. .. . 120 Lampiran 16. Uji homogenitas dan uji korelasi .................................................... 121 Lampiran 17. Surat keterangan penelitian ........................................................... 122
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja ini merupakan masa peralihan dari masa yang sangat tergantung pada orang tua ke masa yang penuh tanggung jawab serta keharusan untuk sanggup berdiri sendiri. Dalam memasuki masa ini seorang remaja mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikis yang mendekati keadaan fisik dan psikis orang dewasa. Semua perubahan ini mempengaruhi penampilan, sikap serta tingkah laku mereka.
Karakteristik perkembangan remaja menurut Turner dan Helms (1995) dapat dilihat melalui tiga aspek perkembangan yaitu perkembangan fisik, mental serta perkembangan sosial dan kepribadian. Pada masa remaja perkembangan sosial dan kepribadian sangat berarti, karena pada masa ini ada kebutuhan pada remaja untuk berbagi perasaan dan pengalaman, terutama dengan teman sebaya. Pada masa ini, remaja berusaha untuk menunjukkan ketidaktergantungan mereka pada keluarga, digantikan teman sebaya yang memberikan dukungan dan perasaan aman serta model bagi remaja yang sedang dalam tahap pencarian identitas.
2
Remaja menurut Debesse (dalam Monks, 2002) sebetulnya menonjolkan apa yang membedakan dirinya dari orang dewasa, yaitu originalitasnya. Originalitas merupakan sifat khas pengelompokkan anak-anak muda. Meskipun usaha ke arah originalitas pada remaja tersebut satu pihak dapat dipandang sebagai suatu pernyataan emansipasi sosial, yaitu pada waktu remaja membentuk suatu kelompok dan melepaskan dirinya dari pengaruh orang dewasa, pada lain pihak hal ini tidak lepas dari adanya bahaya terutama bila mereka lalu bersatu membentuk kelompok. Dalam kelompok dengan keterikatan (kohesi) yang kuat berkembanglah suatu iklim kelornpok dan norma-norma kelompok tertentu. Para remaja biasanya membentuk suatu kelompok atau istilah populernya "geng". Kelompok sebaya (peer group) adalah sekelompok rernaja yang memiliki kesamaan karakteristik yaitu usia, latar belakang, status sosial dalam masyarakat dan mengikuti kegiatankegiatan yang dilakukan oleh remaja.
Hubungan dengan teman sebaya pada rnasa remaja rnerupakan awal dari hubungan pada masa dewasa dalam hal hubungan sosial, pekerjaan dan interaksi dengan jenis kelarnin yang berbeda. Remaja juga lebih tergantung kepada teman sebayanya dibandingkan dengan kelompok usia sebelurnnya !<arena keterikatan dengan orang tua juga berkurang seiring dengan tingkat kemandirian remaja itu sendiri. Menurut Conger (1991) remaja percaya bahwa teman dekat lebih memahami diri mereka dibandingkan orang tua
3
mereka sendiri. Mereka lebih merasa menjadi diri mereka sendiri ketika berada bersama dengan teman. Karena teman sebaya memegang peranan penting selama masa remaja, dorongan untuk memiliki kesamaan dalam nilai, kebiasaan, dan trend seperti, mode pakaian, gaya rambut, musik dan cara bertingkah laku menjadi begitu kuat sehingga remaja melakukan konformitas terhadap kelompok sebayanya. Dimana tingkah laku konformitas itu sendiri meningkat pada masa remaja awal. Begitu juga menurut Mappiare (1982) pada masa remaja awal kebutuhan akan konformitas dengan teman-teman sebaya sangat besar, sehingga remaja berusaha bersikap sesuai dengan norma-norma kelompoknya.
Konformitas adalah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan sebagai hasil nyata dari
teka~an
yang diberikan oleh kelompok dan juga bertingkah
laku dalam hal berusaha memenuhi harapan dari kelompok dengan sedikit ataupun tanpa tekanan untuk melakukan tingkah laku tertentu.
Remaja yang berada dalam sebuah kelompok sebaya tidak jarang akan mengalami tekanan-tekanan untuk melakukan konformitas terhadap normanorma yang terdapat dalam kelompok tersebut. Biasanya tekanan tersebut berupa percobaan terhadap bentuk tingkah laku dan peran baru dalam kelompok. Pada masa remaja, konformitas dengan tekanan-tekanan kelornpok sebaya dapat bersifat positif dan negatif.
4
Fakta yang ada dalam surat kabar harian kompas (dalam www.kompas.com) efek dari konformitas bergantung pada kelompok teman yang menjadi anggota dalam kelompok tersebut. Kalau teman yang berada dalam kelompok memiliki sikap, pendapat, dan perilaku positif, maka anggota kelompok cenderung akan berperilaku dan berpandangan positif. Efek positif akan membuat kita punya kemampuan dan keterampilan yang positif juga. Sebaliknya, kalau teman yang berada dalam kelompok rnamiliki sikap, pendapat, dan perilaku negatif, maka anggota kelornpok cenderung berperilaku dan berpandangan negatif. Efek negatif konforrnitas adalah kenakalan remaja seperti penyalahgunaan narkoba, perkelahian remaja, membolos, berjudi, kebut-kebutan, mencoret-coret, merusak benda milik umum, dan perilaku seksual yang tidak sehat. Remaja cenderung untuk mengikuti norma-norma atau budaya-budaya kelompok agar remaja dapat diterima di dalam kelompoknya.
Fenomena lainnya yang tak jarang dihadapi remaja dalam suatu kelompok yaitu, dimana kelompok menginginkan rernaja untuk merokok. Padahal sebelumnya rernaja tersebut tidak pernah merokok karena keluarganya tidak mengizinkannya untuk melakukan hal tersebut. Tetapi agar dapat lebih diterirna dan tidak terlihat berbeda dari anggota kelompok yang lain akhirnya remaja tersebut ikut merokok. Yang mendasari konformitas seperti itu adalah keinginan untuk disukai.
5
Remaja yang cenderung konform terhadap kelompoknya menurut Hummel (dalam http:l/www.valdosta.edu/, 2006) akan menyebabkan hubungan interpersonal dengan keluarganya menjadi renggang, dikarenakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompoknya daripada dengan keluarganya. Salah satu karakteristik dari hubungan interpersonal adalah kemampuan menerima dan memberi dukungan. Jika seorang remaja yang merasa tidal< diterima dalam keluarganya cenderung akan memisahkan diri dari keluarga dan lebih konform terhadap kelompoknya karena ia mendapatkan penerimaan dari kelompoknya. Hal tersebut dapat memberikan dampak dalam hubungan interpersonal khususnya dengan keluarga. Karena hubungan interpersonal menurut Chaplin (2001) adalah sesuatu yang berlangsung antara dua pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul sebagai satu hasil dari interaksi individu dengan individu lain. Dalam hal seperti ini, maka diperlukan perhatian dan pengertian orang tua.
Gunarsa (1991) mengemukakan ketika suatu hubungan antara anak dan orang tua mengalami ketidaksamaan dalam hal keinginan, pandangan, atau dari ketidakmengertian orang tua akan keinginan anak remajanya, sehingga anak lebih banyak ke luar rumah menghabiskan waktu dengan teman sebayanya dari pada tinggal di rumah. Misalnya, pada anak yang merasa sering dimarahi, merasa kurang dimengerti, atau bahkan merasa kurang
6
diperhatikan, dihargai dan dicintai. Maka, dalam hal seperti ini dapat mengakibatkan hubungan antara anak dengan orang tua menjadi tidak baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin dikaji di dalam penelitian ini adalah apakah ada korelasi antara konformitas kelompok sebaya dengan hubungan interpersonal dalam keluarga pada remaja ?
1.2. ldentifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka penulis telah mengidentifikasikan permasalahan yang ada menjadi :
i. Apakah ada korelasi antara konformitas kelompok sebaya dengan hubungan interpersonal dalam keluarga pada remaja? 2. Apakah konformitas yang dilakukan remaja dapat menyebabkan hubungan interpersonal dalam keluarga menjadi renggang? 3. Apakah terdapat perbedaan tingkat konformitas berdasarkan jenis kelamin? 4. Apakah terdapat perbedaan tingkat hubungan interpersonal berdasarkan jenis kelamin?
7
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1. Pembatasan masalah
Masalah yang akan diteliti pada penelitian ini dibatasi pada : 1. Remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak·-kanak menuju masa dewasa. dimana individu mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang dan meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Dalam penelitian lni, penulis membatasi dari usia 15-1·1 tahun yang termasuk dalam usia remaja awal (Hurlock, 1980), karena pada masa remaja awal penyesuaian diri dengan kelompok sebaya tetap merupakan hal yang penting bagi anak laki-laki dan anak perempuan. 2. kelompok sebaya adalah sekelompok remaja yang memiliki kesamaan karakteristik yaitu usia, latar belakang, status sosial dalam masyarakat dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh remaja. 3. Konformitas adalah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan sebagai hasil nyata dari tekanan yang diberikan oleh kelompok dan juga bertingkah laku dalam ha! berusaha memenuhi harapan dari kelompok dengan sedikit ataupun tanpa tekanan untuk melakukan tingkah laku tersebut.
8
4. Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya, dengan menggunakan berbagai jenis pola interaksi.
1.3.2. Perumusan masalah Berdasarkan pada pengidentifikasian permasalahan di alas, maka penulis merumuskan permasalahan tersebut sebagai berikut : "Apakah ada korelasi antara konformitas kelompok sebaya dengan hubungan interpersonal dalam keluarga pada remaja?"
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara konformitas kelompok sebaya dengan hubungan interpersonal dalam keluarga pada remaja.
1.4.2. Manfaat penelitian 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi sosial dan dapat dipakai sebagai pedoman di dalam penelitian lebih lanjut terutama
9
. untuk mengkaji variabel-variabel lain yang berkaitan dengan konformitas dan hubungan interpersonal. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi remaja yang berada dalam suatu kelompok sebaya, dapat memberikan masukan bagi para remaja yang berada dalam suatu kelompok, dapat memberikan masukan bagi para orang tua yang memiliki anak remaja serta dapat memberikan masukan pula bagi para pengajar atau pendidik.
1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan standar APA (American Psychology Association) -Style dan pedoman penyusunan dan penulisan skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan penelitian ini dibagi menjadi beberapa bahasan seperti yang akan dijabarkan berikut ini : Bab 1 Pendahuluan Pada bab pertama ini diulaskan secara jelas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 Kajian pustaka Pada bab dua ini dijabarkan secara rinci mengenai pengertian dan batasan usia remaja, perkembangan masa remaja dan kebutuhan
JO
remaja. Pengertian kelompok sebaya, fungsi kelornpok. sebaya, struktur dalam kelompok sebaya, dan faktor-faktor yang menyebabkan remaja diterima dan ditolak dalam kelompok sebaya. Pengertian konformitas, jenis konformitas dan keadaan yang mendorong terjadinya konformitas. Pengertian hubungan interpersonal, keefektifan hubungan interpersonal, teori-teori hubungan interpersonal, tahaptahap hubungan interpersonal, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Bab 3 Metodologi penelitian Pada bab tiga ini diulaskan secara jelas tentang jenis penelitian yang meliputi pendekatan dan metode penelitian, definisi konseptual dan operasional variabel. Pengambilan sampel yang meliputi populasi dan sampel pene1itian, tekhnik pengambilan sampel. Pengumpulan data yang meliputi metode dan instrumen penelitian, tekhnik uji instrumen penelitian. Tekhnik analisa data. Bab 4 Presentasi dan analisis data Pada bab empat ini diulaskan secara jelas mengenai gambaran umum
subyek
penelitian,
presentasi
dan
analisa
data,
dan
pembahasan hasil pengujian hipotesis. Bab 5 Kesimpulan, diskusi, saran Pada bab lima dijelaskan mengenai kesimpulan, diskusi dan saran.
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Remaja 2.1.1. Pengertian dan batasan usia remaja
Masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan manusia karena merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Hurlock (1980 : 206) mengatakan istilah remaja atau adolescence berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia artinya remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Saat ini istilah remaja mempunyai arti yang cukup luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Jadi secara teoritis, pada masa remaja terjadi perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Organ tubuh remaja mulai berkembang menuju kematangan dan dapat berfungsi sebagaimana orang dewasa.
Ada beberapa pengertian dan batasan usia remaja yang dikemukakan oleh para tokoh. Menurut Santrock (2002 : 23) masa remaja (adolescence) ialah periode perkembangan transisi dari masa kanak-kanak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia
12
18 hingga 22 tahun. Begitu juga pendapat yang dikernukakan oleh Papalia & Olds (1995 : 308) rnasa rernaja adalah rnasa perkernbangan transisi antara rnasa kanak-kanak dan rnasa dewasa, rnasa rernaja biasanya ditandai dengan usia yang dirnulai antara 12 atau 13 tahun dan diakhiri pada usia belasan tahun atau sebelurn 20 tahun. Berbeda dengan pendapat rnenurut Piaget (dalarn Hurlock, 1980: 206) bahwa: " ... masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama".
Begitu pula pendapat dari WHO 1974 (dalarn Sarwono, 2004: 9) rernaja adalah suatu rnasa di rnana individu berkernbang dari saat pertarna kali ia rnenunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sarnpai saatia rnencapai kernatangan seksual, individu rnengalarni perkernbangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak rnenjadi dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonorni yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih rnandiri. Batasan usia rernaja rnenurut Hurlock (1980 : 206) awal rnasa rernaja berlangsung kira-kira dari 13-16 atau 17 tahun, dan akhir rnasa rernaja berrnula dari usia 16 atau 17 tahun sarnpai 18 tahun, yaitu usia rnatang secara hukurn, sedangkan rnenurut Monks (2002 : 262) batasan usia rernaja adalah diantara 12-20 tahun. Narnun, rnasa rernaja rnerniliki ternpat
13
yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Remaja tidak termasuk golongan anak-anak, dan remaja tidak pula termasuk golongan orang dewasa.
Jadi remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimana individu mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang dan meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
2.1.2. Perkembangan masa remaja
Santrock (2002) mer.iyatakan bahwa ada enam perkembangan pada masa remaja, yaitu : 1. Perkembangan Fisik Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja merupakan karakteristik utama yang terlihat pada perkembangan remaja. Pada periode ini ditandai dengan perubahan yang sangat besar. Dimana, remaja mengalami tanda tanda seks primer dan sekunder. Menurut Monks (2002 : 269) tandatanda seks atau kelamin primer menunjukkan pada organ yang langsung berhubungan dengan persetubuhan (organ reproduksi) dan proses reproduksi. Tanda-tanda seks atau kelamin sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan persetubuhan dan
14
proses reproduksi (perkembangan secara non-genital), namun merupakan tanda-tanda yang khas perempuan dan khas laki-laki. Jika tanda-tanda seks primer dan sekunder seseorang suclah matang berarti ia memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
2. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget (dalam Sarwono, 2004 : 81) perkembangan kognitif remaja beracla pada tahap operasional formal (formal operasional stage) yang merupakan'integrasi clari seluruh tahap sebelumnya. Pada tahap ini, remaja melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Remaja
meng~'mbangkan
gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir tentang seperti apakah orang tua yang ideal clan membandingkan orang tua mereka dengan standard ideal ini.
Menurut dinas pendidikan menengah dan tinggi DK! Jakarta (dalam modul pelayanan bimbingan dan konseling, 2003) Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12-20 tahun. Secara fungsional perkembangan kognitif atau kemampuan berfikir remaja clapat digambarkan sebagai berikut: a. Pada tahap ini secara intelektual remaja mulai clapat berfikir rasional dan akan terus berkembang saat dewasa sejalan dengan banyaknya kondisi-kondisi yang menuntut kemampuan problem solving. b. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis.
15
c. Memikirkan masa depan, perencanaannya, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya.
Setiap individu mempunyai sistem pengaturan dari dalam pada sistem kognisinya. Sistem pengaturan ini terdapat sepanjang hidup seseorang dan berkembang sesuai tlengan perkembangan aspek-aspek kognitif yaitu : d. kematangan, yang merupakan perkembangan susunan syaraf sehingga misalnya fungsi-fungsi indera menjadi lebih sempurna e. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya f. Transmisi sosial, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial antara lain melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain. g. Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
3. Perkembangan Emosi Menurut Santrock (2002 : 7) perkembangan emosi remaja ditandai dengan ketidakstabilan emosi atau mengalami puncak emosionalitas rnerupakan karakteristik remaja sebagai akibat perkernbangan fisik dan sosial selama masa pubertas. Remaja sering mengalami perasaanperasaan yang sifatnya kontradiktif.
Menurut dinas pendidikan menengah dan tinggi OKI Jakarta (dalam modul pelayanan bimbingan dan konseling, 2003) remaja yang berkembang dilingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalnya terhambat. Sehingga mengalami akses negatif berupa tingkah laku seperti agresif (keras kepala, berkelahi), regresif atau lari dari kenyataan (suka
16
melamun,
meng~onsumsi
obat penenang, minuman keras atau obat
terlarang). Remaja yang berkembang dilingkungan yang harmonis dan kondusif dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi seperti : adekuasi atau ketepatan emosi (kasih sayang, cinta, simpati, ramah, sikap hormat dan menghargai orang lain), mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, menghadapi frustasi secara sehat dan bijak).
4. Perkembangan Moral Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tataran psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain). Menurut sarwono (2004: 91) untuk remaja, moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri oleh karena mereka sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri. Pedoman atau petunjuk ini dibutuhkan juga untuk menumbuhkan identitas dirinya.
5. Perkembangan Sosial Monks (2002 : 276) menyatakan bahwa dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak, yaitu memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama
17
dengan dirinya, misalnya kesamaan pada hobi, minat, sikap, dan nilainilai.
Percepatan perkembangan dalam masa remaja yang berhubungan dengan pemasakan seksualitas, juga mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial remaja. Dengan menjadi lebih matang dan memasuki masa remaja maka individu mulai membebaskan diri dari banyak ikatan dalam rumah dan menjadi lebih terikat dengan bermacammacam kelompok sosial dan teman-teman di luar rumah.
Dalam masa ini individu menghadapi dunia yang lebih luas dan oleh karena itu pada masa ini individu juga harus memperluas kemampuan dan pandangan sosialnya. Salah satu wadah yang dapat menolong remaja untuk mendapatkan pengalaman yang berguna dalam mencapai tugas-tugas perkembangan pada masa ini adalah melalui kelompok sebaya atau teman sebaya. Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Panuju (1999: 130) kelompok sebaya mempunyai peranan penting dalam penyesuaian remaja, dan persiapan bagi kehidupannya di masa yang akan datang dan juga berpengaruh terhadap perilaku dan pandangannya.
Masa remaja merupakan masa yang penting untuk mengembangkan persahabatan dan menjadi anggota dari suatu kelompok sebaya. Pada
18
masa ini, ketergantungan anak pada keluarganya menjadi berkurang dan kebutuhan akan rasa aman, dan diterima diperoleh dari teman-teman kelompok sebaya dengan kesamaan-kesamaannya.
6. Perkembangan Kepribadian Erikson (dalam Gunarsa, 1997: 112) menyatakan bahwa remaja berada pada tahap
ident~tas
dan kekaburan peran. Pada masa ini, remaja sedang
dalam proses pembentukan identitas diri, dimana seorang individu berharap dapat mengetahui siapa dirinya, mengetahui kapan dan bagaimana harus melakukan perannya dalam masyarakat, dan apa yang dikehendakinya di masa mendatang. Tugas remaja pada masa ini adalah mengintegrasikan semua pengetahuan yang ia peroleh tentang dirinya ke dalam identitas diri.
2.1.3. Kebutuhan
r~maja
Menurut Rice (1990 : 346) ada enam kebutuhan penting pada remaja yang harus diperhatikan untuk memenuhi tugas perkembangan dan hubungan sosial, yaitu : 1. Adanya kebutuhan untuk membangun hubungan yang penuh kasih sayang penuh arti dan memuaskan.
19
2. Kebutuhan untuk diterima, rasa memiliki, dikenali dan status dalam kelompok sosial merupakan hal yang dianggap pentin~1 pada masa remaJa. 3. Kebutuhan remaja untuk memperluas hubungan pada masa kanak-kanak melalui perkenalan dengan orang-orang baru yang berbeda latar belakang, pengalaman dan idenya, di mana hal ini berguna untuk memperluas wawasan dan pengalaman mereka. 4. Kebutuhan untuk menjalin pertemanan dan perhatian sosial yang lebih heterogen sifatnya. 5. Remaja merasa perlu mengupayakan perkembangan pribadi dan sosial, memilih teman dan perkawinan yang sukses kelak. 6. kebutuhan untuk·menemukan peran jenis kelamin maskulin atau feminim yang dapat diterima oleh masyarakat di mana mereka berada dan mempelajari perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
20
2.2. Kelompok Sebaya 2.2.1. Pengertian kelompok sebaya
Beberapa pengertian kelompok sebaya menurut para tokoh, diantaranya : Menurut Conger (1991 : 592) kelompok sebaya (peer groups) merupakan individu-individu yang memiliki kesamaan dalam usia, tingkatan atau status dalam kelompok masyarakat. Begitu juga pendapat yang dikemukakan oleh Coleman, Newman, dkk (dalam Papalia & Olds, 1995: 395) bahwa kelompok sebaya (peer group) adalah bersumber dari kasih sayang, simpati, dan saling pengertian, sebuah wadah untuk melakukan sesuatu atau bereksperimen dan mendorong keadaan untuk memperoleh kemandirian dan kebebasan dari orangtua. Kelompok sebaya juga merupakan wadah untuk membangun hubungan yang lebih akrab dengan orang lain.
Berbeda lagi menurut Encyclopedia (dalam www.wikipedia.org) kelompok sebaya adalah kelompok dari individu-individu yang kurang lebih sama dalam usia, status sosial dan kepentingan. Muss (dalam Utami, 1990) memberi pengertian kelompok sebaya adalah kelompok individu-·individu dengan usia, latar belakang, dan sikap yang sama dalam memilih jenis kegiatan sekolah atau aktivitas waktu luang yang sejenis.
21
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok sebaya pada masa remaja adalah sekelompok remaja yang memiliki kesamaan karakteristik yaitu usia, latar belakang, status sosial dalam masyarakat dan mengikuti kegiatankegiatan yang dilakukan oleh remaja.
2.2.2. Fungsi kelompok sebaya
Menurut Horrocks dan Benimoff (dalam Hurlock, 1980 : 2·14) fungsi kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda yang menyiapkan panggung di mana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya, di sinilah ia dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindari. Santrock (2002 : 268) menyatakan bahwa salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting ialah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga.
Di samping itu menl'.rut Panuju (1999 : 130) kelompok sebaya (peer groups) mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyesuaian diri remaja, dan persiapan bagi kehidupannya dimasa yang akan datang dan juga berpengaruh terhadap perilaku dan pandangannya. Sebabnya, adalah karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga
22
dan tidak tergantung pada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperoleh pada rnasa kanakkanaknya. Ahmadi (2004: 193) menyatakan di dalam kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan dirinya. kelompok sebaya menyediakan suatu lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dengan nilai yang berlaku, bukan dengan nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman seusianya. Kelompok sebaya juga memberikan keuntungan psikologis bagi remaja, karena di dalamnya remaja belajar untuk memahami individu lainnya.
Remaja pada umumnya menjalin suatu hubungan persahabatan, yaitu hubungan yang lebih intim yang melibatkan keikhlasan untuk berbagi rasa tentang diri sendiri, untuk berbagi masalah, dan mendapatkan saran dari sahabatnya. Biasanya, persahabatan pada remaja terjadi di dalam struktur sosial yang lebih besar yaitu kelompok sebaya. Pada kelompok sebaya ini setiap remaja mempunyai peran yang harus dimainkan dan biasanya mereka sadar akan statusnya dalam kelompok. Dalam persahabatan pribadi, remaja mencari dorongan dan rasa aman, membincangkan perasaan mereka secara bebas, bertukar informasi, membentuk suatu keyakinan dan perasaan melalui pengungkapan kalimat dan mengembangkan pandangan yang baru dan berbeda tentang diri mereka sendiri.
23
Menurut Heaven, 1994 (dalam www.sturf.flinders.edu.su) hubungan melalui kelompok sebaya dapat membentuk suatu kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sosial, emosional, identitas diri, dan kemandirian.
2.2.3. Struktur dalam kelompok sebaya
Merujuk pada fungsinya bahwa kelompok sebaya merupakan wadah untuk melakukan proses sosialisasi, maka tidak jarang remaja juga membangun suatu hubungan yang lebih akrab seperti, persahabatan. Turner & Helms (1995) menjelaskan bahwa dalam kegiatan-kegiatan remaja dapat diamati pula adanya proses sosialisasi seperti :
persahabatan yang merupakan tipe terkecil dari suatu kelompok sebaya dan membatasi hubungannya hanya pada dua individu yang sama watak dan tempramennya. Biasanya persahabatan awal pada remaja didasarkan pada minat dan aktivitas yang sama. Persahabatan pada remaja akhir akan disertai dengan adanya suatu ikatan emosional dan komitmen psikologis yang kuat dan bersifat timbal balik. Begitu juga menurut Santrock (2002 : 349) persahabatan memiliki enam fungsi yaitu kawan, pendorong, dukungan fisik, dukungan ego, perbandingan sosial, dan keakraban atau afeksi.
24
Kemudian Kelompok (crowd), Santrock (2002 : 46) menjelaskan bahwa kelompok ialah kelompok-kelompok remaja yang terbesar dan kurang bersifat pribadi. Menurut Dusek (1996: 316) crowd memberi kesempatan pada remaja untuk belajar berinteraksi, belajar memahami dan beradaptasi dengan orang lain yang memiliki nilai serta latar belakang yang berbeda. Adapun menurut Turner dan Helms (1995) karakteristik dari kelompok adalah interaksi heteroseksual yang tidak personal sifatnya, tanpa ikatan yang kuat diantaranya, penekanan interaksi crowd adalah pada peristiwa-peristiwa sosial seperti kontes atletik, konser, dan tari. Crowd tidak mempunyai aktifitas yang direncanakan dan dapat ditemui di tempat-tempat umum. menurut Dusek (1996: 312) Biasanya jumlah dalam kelompok terdiri atas 15-30 anggota, dengan rata-rata sekitar 20 orang.
Selain persahabatan, kelompok ada juga yang disebut dengan Klik (cligues). Santrock (2002 : 46) menjelaskan bahwa klik ialah kelompok-kelompok yang lebih kecil, memiliki l<edekatan yang lebih besar di antara anggota-anggota dan lebih kohesif daripada kelompok. Klik sama seperti persahabatan, tetapi jumlahnya lebih besar. Menurut B.B. Brown. Dunphy (dalam Dusek, 1996: 312) Klik biasanya terdiri dari tiga sampai sembilan anggota, dengan rata jumlah anggota enam orang. Klik mempunyai dampak yang kuat pada perkembangan' psikososial remaja, karena di dalam klik remaja belajar untuk mengikuti aturan-aturan baru yang mereka dapatkan di dalam kelompok.
25
Mereka mempunyai keinginan umum dan kekuatan emosi yang kuat di antaranya, klik biasanya sangat ekslusif terdiri dari remaja yang latar belakang sosial ekonomi sama, di mana ada kesamaan minat, sikap dan kepercayaan.
Menurut Turner dan Helms (1995) umumnya anggota dari klik itu ada dalam kontak sehari-hari, misalnya di sekolah atau lingkungan yang dekat. Fungsi klik adalah membicarakan dan merencanakan aktifitas yang terjadi dalam kelompok, informasi tentang kegiatan didalam kelompok serta membicarakan kegiatan yang telah mereka lakukan.
2.2.4. Faktor-faktor yang rnenyebabkan remaja diterima dan ditolak dalarn kelornpok sebaya
Hummel (dalam www.valdosta.edu, 2006) menyatakan bahwaremaja biasanya lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompok sebaya mereka dibandingkan dengan anggota keluarganya. Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh-pengaruh temanteman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada· pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan
i
•
26
pakaian anggota kel?mpok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar.
Kelompok sebaya biasanya memiliki ciri-ciri yang tegas pada tingkah laku yang ditampilkan oleh anggotanya, diantaranya mode pakaian, cara bertingkah laku, gaya rambut, minat terhadap musik, sikap terhadap sekolah, orangtua dan juga terhadap kelompok lainnya. Menurut Mappiare (1982 : 170) bahwa hal-hal pribadi yang membuat individu diterima dalam kelompok sebaya menyarigkut.: a. Penampilan (performance) dan perbuatan meliputi antara Jain ; tampang yang baik, atau paling tidak rapih serta aktif dalam urusan-urusan kelompok b. Kemampuan pikir antara lain meliputi ; mempunyai inisiatif, banyak memikirkan kelompok dan mengemukakan buah pikirnya. c. Sikap, sifat, perasaan antara lain meliputi ; bersikap sopan, memperhatikan orang lain, penyabar atau dapat menahan marah jika berada pada keadaan yang tidak menyenangkan dirinya, suka menyumbangkan pengetahuannnya pada orang lain terutarna anggota kelompok yang bersangkutan. d. Pribadi meliputi ; jujur dan dapat dipercaya, bertanggung jawab dan suka menjalankan pekerjaannya, mentaati peraturan-peraturan kelompok, mampu menyesuaikan diri secara tepat dalam berbagai situasi dan pergaulan sosial. e. Aspek meliputi ; pemurah atau tidak pelit, suka bekerja sama dan membantu anggota kelompok.
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja ditolak, karena kurangnya dimiliki ciri-ciri tersebut oleh seorang remaja. Hal-hal yang membuat seorang remaja ditolak oleh kelompok teman sebaya, menyangkut :
27
a. Penampilan dan perbuatan antara lain; sering menantang, malu-malu dan senang menyendiri b. Kemampuan pikir meliputi ; bodoh sekali. c. Sikap, sifat meliputi ; suka melanggar norma dan nilai-nilai kelompok, suka menguasai anak lain, suka curiga dan melaksanakan kemauan sendiri.
2.3. Konformitas 2.3.1. Pengertian konformitas
Pengertian konformitas yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, diantaranya : Menurut Wills (dalar:i sarwono,2002: 211) konformitas adalah keselarasan dan gerak yang berkaitan dengan standar sosial yang objektif. Menurutnya konformitas mengandung dua unsur yaitu, selaras dan gerak. Maksud "selaras" ialah persetujuan atau kesamaan antara respon oleh individu dengan respon yang secara sosia.1 dianggap "benar". Jadi, keselarasan kurang lebih sama artinya dengan apa yang oleh pendapat umum disebut konformitas. Satu unsur lagi yaitu "gerak". Gerak adalah perbuatan respon dalam kaitannya dengan standar sosial. Jadi, konformitas harus tidak hanya mengandung unsur keselarasan, tetapi juga harus mengandung unsur gerak, yaitu perubahan respon. Tanpa perubahan respon maka keselarasan tidak dapat dikatakan sebagai konformitas sedangkan, Chaplin (2001 : 105) menyatakan bahwa konformitas adalah kecenderungan untuk
28
memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku, ciri pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya. Begitu pula menurut sarwono (1999: 285) istilah konformitas yaitu perubahan perilaku seseorang dengan mengikuti tekanan-tekanan dari kelompok untuk dapat menerima norma-norma kelompok.
Berbeda pendapat yang dikemukakan oleh Kiesler & Kiesler (dalam Myers, 1996 : 233) bahwa konformitas adalah suatu perubahan tingkah Jaku atau kepercayaan akibat adanya tekanan dari suatu kelompok baik secara nyata atau tidak. Begitu juga menurut Santrock (2001 : 186) konformitas terjadi ketika individu-individu merubah sikap atau tingkah laku dari yang lain, karena merasakan tekanan nyata atau dalam imajinasinya sedangkan menurut Soloman Asch (dalam Sears, dkk, 1985 : 380) konformitas hanya terjadi dalam situasi·yang ambigu, yaitu bila orang merasa amat tidak pasti mengenai apa standar perilaku yang benar. Bila seseorang mampu melihat suatu realitas dengan gamblang, dia akan mempercayai persepsinya sendiri dan tetap teguh pada pendiriannya meskipun anggota kelompok yang lain menentangnya.
konformitas adalah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan sebagai
29
hasil nyata dari tekanan yang diberikan oleh kelompok dan juga bertingkah laku. dalam hal berusaha memenuhi harapan dari kelompok dengan sedil
Mappiare (1982: 166) menyatakan bahwa pada masa remaja awal l<.ebutuhan akan konformitas dengan teman-teman sebaya sangat besar, sehingga remaja berusaha bersikap sesuai dengan norma-norma kelompoknya. lndividu dalam pertumbuhan dan perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungannya. Pengaruh-pengaruh tersebut tidak hanya berasal dari lingkungan keluarga melainkan dapat berasal dari kelompoknya atau lingkungan sosial, dan pada umumnya remaja mudah terpengaruh oleh kelompoknya. lndividu yang berada dalam sebuah kelompok sebaya tidak jarang akan mengalami tekanan-tekanan untuk melakukan konformitas terhadap norma-norma yang terdapat dalam kelompok tersebut. Biasar.ya tekanan tersebut berL1pa percobaan terhadap bentuk tingkah laku dan peran baru clalam kelompok. Pacla masa remaja, konformitas dengan tekanantekanan kelompok sebaya clapat bersifat positif clan negatif.
30
Menurut Camarena, ddk (dalam Santrock, 2002: 44) umumnya remaja terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas yang negatif, seperti : menggunal
2.3.2. Jenis konformitas
Jenis Konformitas menurut Myers (1996 : 233) ada dua jenis, yaitu : 1. Konformitas Compliance, adalah bentuk konformitas dimana individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku tersebut. Contoh : sehabis usai pelajaran di sekolah diingatkan oleh orangtuanya agar bergegas pulang ke rumah karena akan ada acara keluarga, tetapi teman-teman kelompoknya akan pergi jalan-jalan dahulu dan ia pun
31
diajak untuk ikut oersama mereka. Kemudian remaja tersebut kebingungan mau mengikuti yang mana. Kalau menolak ajakan teman kelompoknya, ia merasa takut kalau seterusnya tidak boleh ikut lagi dan teman sekelompoknya akan berkata yang menyakitkan, selain itu ia juga merasa tidak enak terhadap mereka. Akhirnya ia memutuskan untuk ikut saja ajakan teman-temannya dan mengorbankan niatnya semula.
2. Konformitas acceptance, adalah suatu bentuk konformitas dimana tingkah laku maupun keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya. Contoh : Pada salah satu sekolah, ada siswa baru. Siswa baru ini tentu saja belum mengetahui kebiasaan apa saja yang dilakukan temantemannya di sekolah tersebut. Dalam hal menyapa atau rnemanggil teman-temannya. Maka, untuk beberapa waktu siswa baru tersebut, hanya memperhatikan dan mencoba mempelajari kebiasaan-kebiasaan tersebut. Setelah tahu maka selanjutnya siswa baru terseb.ut mengikuti perilaku kebiasaan tersebut.
Remaja melakukan konformitas sesuai dengan norma yang ada, di mana untuk menghindari penolakan dan diterima di dalarn kelompok. Sebisa mungkin remaja menyesuaikan diri dengan kelompok sebayanya. Pada dasarnya, individu menyesuaikan diri karena dua alasan. Pertama perilaku
32
orang lain memberikan informasi yang bermanfaat. Kedua ingin diterima secara sosial dan menghindari penolal
2.;3.3. Keadaan yang mendorong terjadinya konformitas
Menurut Sears, dkk (1991 : 82) keadaan yang mendorong terjadinya konformitas, diantaranya :
a. Keadaan yang mendorang terjadinya konformitas compliance 1. Rasa takut terhadap Penyimpangan. Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang merL1pakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial. lndiv1du ingin agar kelompok tempat individu berada menyukai, rnenerima, dan memperlakukan kita dengan baik. lndividu cenderung menyesuaikan diri dengan kelompoknya untul< menghindari perselisihan paham. Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang. lndividu yang tidal< mau mengikuti apa yang berlaku di dalam kelompok akan menanggung resiko mengalami akibat yang tidal< menyenangkan seperti ditolak oleh kelornpok atau dikucilkan. Efek yang saling berkaitan antara kurangnya kepercayaan
33
terhadap pendapat sendiri dan rasa takut menjadi orang yang menyimpang membuat orang menyesuaikan diri.
2. Kekompakan Kelompok. Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Yang dimaksud dengan kekompakkan itu sendiri adalah jumlah total kekuatan yang menyebabkan orang tertarik pada suatu kelompok dan yang membuat mereka ingin tetap menjadi anggotanya. Kekompakkan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi. Alasan utamanya bahwa bila seseorang merasa dekat dengan anggota kelompok yang lain, akan semakin menyenangkan bagi mereka untuk mengakuinya dan semakin menyakitkan bila kelompok mencelanya. Artinya, kemungkinan untuk menyesuail
f
3. Kesepakatan Kelompok. Seseorang yang dihadapkan pada keputusan
kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk
34
menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidal< bersatu, akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas. Penurunan konformitas yang drastis karena hancurnya kesepakatan disebabkan oleh beberapa faktor pertama, tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas. Kedua, bila anggota kelompok yang lain mempunyai pendapat yang sama, keyakinan individu terhadap pendapatnya sendiri akan semakin kuat. keyakinan yang kuat akan menurunkan konforrnitas. Pertimbangan yang ketiga, ri1enyangkut keengganan untuk menjadi orang yang menyimpang. 4. UkLm;in Kelompok. Beberapa eksperimen menunjukkan bahwa konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat. Di dalam eksperimen yang dilakukan oleh Asch, 1951 (Dalam Sears, dkk, 1985 : 88) disimpulkan bahwa untuk menghasilkan tingkat konformitas yang paling tinggi, ukuran kelc1mpok yang optimal adalah tiga atau em;iat orang. \Nilder, 1977 (dalam Sears, dkk, 1985: 90) menyimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas tidal< terlalu besar. Jumlah pendapat lepas (independent opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari inclividu, merupakan pengaruh utama.
b. Keadaan yang mendorong terjadinya konformitas acceptance 1. Kepercayaan terhadap kelompok. faktor utamanya adalah apakah individu mempercayai informasi yang dimiliki oleh kelompok atau tidak. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Bila individu berpendapat bahwa kelompol< selalu benar, individu akan mengikuti apapun yang dilakukan kelompok tanpa memperdulikan pendapatnya sendiri. Demikian pula, bila kelompok mempunyai informasi penting yang belum dimiliki, konformitas akan semakin meningkat. Salah satu faktor penentu kepercayaan terhadap kelompok adalah tingkat keahlian anggotanya.
2. Kepercayaan yang /emah terhadap penilaian sendiri. Sesuatu yang meningkatkan kepercayaan inclividu terhadap penilaiannya sendiri akan menurunkan konformitas. salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Konformitas dapat diturunkan dengan cara membuat seseorang merasa lebih menguasai suatu persoalan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keyakinan individu terhadap kecakapannya adalah tingkat kesulitan penilaian yang dibuat. Semakin
I
I '
36
sulit penilaian tersebut, semakin rendah rasa percaya
yan~
dimiliki
individu dan semakin besar kemungkinan bahwa dia akan mengikuti penilaian orang lain.
2.4.
Hubungan Interpersonal
2.4.1. Pengertian hubungan interpersonal
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Di mana individu saling berhubungan dengan individu lainnya, yang saling membutuhkan satu dengan lainnya. Menurut Chaplin (2001 : 257) serbicara rnengenai interpersonal berarti segala sesuatu yang berlangsung antara dua pribadi clan mencirikan proses-proses yang timbul sebagai satu hasil dari interaksi inclividu cjengan inclividu lain. Interpersonal yang berkaitan dengan diri sendiri, ticl<1k lepas dari adanya komponen potensial dalam cliri yang akan membangun hubungan melalui komunikasi, yaitu sumber, pesan, saluran penerima clan balikan.
Begitu pula Menurut Mudjiran (1981) hubungan interpersonal adalail adanya hubungan yang terjadi antara manusia dengan manusia. Berbeda lagi pendapat dari Encyclopedia (dalam www.wikipedia,com, 2006) menyatakan bahwa hubungan interpersonal adalah kesatuan sosial, hubungan atau gabungan antara dua orang atau lebih. Mereka berubah dari perbedaan
37
tingkatan dalam kerukukanan dan bagian, menyatakan secara tidak langsung pendapat atau membuktikan dari dasar kebersamaan, dan mungkin menjadi pusat lingkaran dari bagian dalam kebersamaan sedangkan menurut Sarwono (1999 : 193) hubungan interpersonal yaitu hubungan yang terjadi di dalam dua individu, melib<;itkan seluruh sikap dan perilaku masing-masing. Hubungan dengan orang lain dimulai dari komunikasi yang efektif. Adapun pt;lndapat dari Middlebrook (1980) di dalam hubungan interpersonal diperlukan kemampuan interpersonal, orang yang kompeten dalam hubungan interpersonal memungkinkan untuk menghadapi masalah-masalah hidup yang menekan. Kekurangmampuan hubungan interpersonal dapat mengganggu kehidupan sosial seseorang.
Jadi, hubungan interpersonal adalah hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya, dengan menggunakan berbagai jenis pola interaksi.
2.4.2. Keefektifan tiubungan interpersonal
Menurut Supratiknya (1995) keefektifan hubungan interpersonal yaitu seberapa jauh akibat-akibat dari tin9kah laku kita sesuai dengan yang kita harapkan. Bila kita berinteraksi dengan orang lain, biasanya kita ingin menciptakan dampak tertentu, merangsang munculnya gagasan-gagasan
38
tertentu, menciptakan kesan-kesan tertentu atau menimbulkan reaksi-reaksi perasaan tertentu dalam diri orang lain tersebut. Kadang-kadang kita berhasil mencapai semuanya itu, namun adakalanya kita gagal. Artinya, kadangkadang orang memberikan reaksi terhadap tingkah laku dengan cara yang sangat berbeda dari yang kita harapkan. Menurut Sarwono (1999 : 200) keefektifan kita dalam hubungan interpersonal ditentukan oleh kemampuar. kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan atau mempengaruhi orang lain sesuai kehendak kita. Begitu juga menurut Supratiknya (1995) untuk meningkatkan keefektifan dalam hubungan interpersonal yaitu dengan cara berlatih mengungkapkan maksud keinginan kita (membuka diri atau keterbukaan), menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan memodifikasikan tingkah laku kita sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana kita maksudkan. Artinya; sampai akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tingkah laku kita dalam diri orang lain itu seperti yang kita maksudkan.
2.4.3. Teori - teori hubungan interpersonal
Coleman dan Hammen (dalam Rakhmat, 1993: 120) menyatakan bahwa ada sejumlah model untuk menganalisa hubungan interpersonal yaitu, terdiri dari empat bl,lah model.
39
1. Model pertukaran sosial Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka utama dari model ini, menyimpulkan model pertukaran sosial sel:)agai berikut, "asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap in::lividu seca;a sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. "ganjaran, biaya, laba,
2. Model peranan . Model peranan memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Setiap 1ndividu harus memainkan perannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan dan tuntutan peranan, memiliki keterampilan peranan, dan terhindar dari konflik peranan dan kerancuan peranan.
3. Model permainan Dalam model ini, orang-orang berhubungan dengan bermacam-macam permainan. Yang mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia - orang tua, orang dewasa, dan anak. Orangtua adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari
'
I •
40
orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua kita. Orang dewasa adalah bagian kepribadian yang mengotah informasi secara rasional, sesuai dengan situasi, dan biasanya berkenaan dengan masalah-masalah penting yang memerlukan pengambilan keputusan secara sadar.
4. Model interaksional Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai satu kesatuan. Untuk memahami sistem rnaka harus melihat sistem. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila keseimbangan sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya.
Hubungan interpersonal oapat dipandang sebagai sistem dengan sifatsifatnya. Untuk melihatnya, maka harus melihat pada karakteristik individu-individu yang terlibat, sifat-sifat kelompok, dan sifat-sifat lingkungan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang dilakukan. Singkatnya, model interaksionat mencoba menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
41
2.4.4. Tahap-tahap hubungan interpersonal
Rakhmat (1993: 124) menyatakan bahwa ada tiga tahap dalam hubungan interpersonal, yaitu : 1. Tahap pembentukan hubungan interpersonal
Tahap ini disebut sebagai tahap perkenalan (acquaintance process). Pada tahapan ini akan diuraikan prosesnya secara rinci dan fokus kita ialah pada proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukan hubungan. Dalam karyanya Steve Duck 1976 (dalam Rakhmat, 1993 :.125) menulis:
" ... acquaintance is a communication process whereby an individual transsmits (consciously) or conveys (sometimes unitentionally) information about his personality structure and conten to potential friends, usiang subtly different means at different stages of the friendship's development." (" ... Perkenalan adalah proses komunikasi di mana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya kepada bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan.")
Beberapa peneliti menemukan hal-hal yang menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, "fase kontak yang permu/aan", ditandai dengan usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap, dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Bila mereka
42
merasa berbeda, mereka akan berusaha menyembunyikan dirinya. dan hubungan interpersonal mungkin diakhiri. Menurut William Brooks dan Philip Emmert (dalam Rakhmat, 1993: 126) kesan pertama sangat menentukan, karena itu hal-hal yang pertama kelihatan menjadi sangat penting. Para psikologi sosial menemukan bahwa penampilan fisik, apa yang diucapkan pertama, apa yang dilakukan pertama menjadi penentu yang penting terhadap pembentukan citra pertama tentang orang itu.
2. Tahap peneguhan hubungan interpersonal Hubungan interpersonal iidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal diperlukan tindakan-tindakan untuk mengembalikan keseimbangan (equilibriuJTl). Ada empat faktor yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan yaitu a. Keal
43
3. Pemutusan Hubungan Interpersonal Menurut R.D. Nye (dalam Rakhmat, 1993 : 129) ada lima ha/ yang menyebabkan hubungan interpersonal berakhir, yaitu dengan lima sumber konflik diantaranya : a. Kompetisi, di mana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain, misalnya menunjukkan kelebihan da/am bidang tertentu dengan merendahkan orang lain. b. Dominasi, di mana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak Jain sehingga orang itu merasakan hak-haknya dilanggar. c. l<1Jgagalan, di mana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apaoila tujuan bersama tidak tercapai. d. Perbedaan nilai, kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
2.4.5.
Faktor-fakto~
yang mempengaruhi hubungan interpersonal
Menurut Heider (dalam Sarwono, 2002: 241) faktor-faktor yang membentuk hubungan interpersonal diantaranya adalah : a. Kesamaan (similarity); pada umumnya, seseorang cenderung menyukai orang yang sama dengan orang Jain dalam sikap, minat, nilai, Jatar belakang, dan kepribadian. Rubin (dalam Sears, dkk, 1985: 222) menyatakan bahwa kesamaan biasanya mendatangkan ganjaran. Orang yang mempunyai kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan kita dan mendukung keyakinan kita tentang kebenaran pandangan kita. Sebaliknya, akan tidak menyenangkan ketika menjumpai orang yang tidak sependapat dengan kita, yang mencela keyakinan kita, dan yang menentang selera serta penilaian kita.
44
b. Kedekatan (proximity); ketika kedua pihak memiliki kesamaan, maka d(:!ngan berjalannya proses akan terjalin kedekatan dan keakraban yang akan menimbulkan rasa suka. Kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan. Dengan kedekatan biasanya meningkatkan keakraban, dan orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat dari pada orang yang jauh. Jadi, kita tidak dapat menyukai atau berteman dengan seseorang yang tidak kita kenal, kita memilih teman-teman kita dari orang yang kita kenal. c. Menghargai (complementary), sikap saling menghargai antara sesama manusia sangat diperlukan untuk kelancaran suatu hubungan. Dengan menghormati pendapat yang dikemukakan orang lain atau lawan bicara itu merupakan suatu sikap bahwa kita menghargainya, selain itu juga kita juga harus tetap konsisten dengan perilaku kita yaitu perilaku positif, dengan demikian kita menghargai diri sendiri dan juga orang lain.
Adapun faktor yang melandasi terwujudnya sebuah hubungan interpersonal menurut teori Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO) yang dikemukakan oleh Schutz (dalam Sarwono, 2002: 147) bahwa pada dasarnya setiap orang mengorientasikan dirinya kepada orang lain dengan cara. tertentu atau khas clan cara ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilakunya dalam hubungan antar pribadi. Sadangkan menurut Sears, dkk (1985: 216) hubungan interpersonal dapat terjalin
45
dengan baik ketika sebelumnya terdapat prinsip dasar dalam daya tari interpersonal, yaitu : a. Penguatan; artinya kita menyukai orang yang dengan satu atau lain cara memberi ganjaran sebagai penguatan dari tindakan atau sikap kita. b. Pertukaran sosial; artinya bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita. c. Asosiasi; artinya kita menjadi suka pada orang yang diasosiasikan atau dihubungkan dengan pengalaman yang baik dan bagus dan tidak suka pada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk dan jelek.
Adapun untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal menurL1t Gunarsa (1980 : 106) diperlukan peningkatan dalam kualitas komunikasi, dan faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal diantaranya :
1. Diperlukan sikap·percaya, bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya 2. Sikap mendukung, individu dapat rnemberikan dukungan emosional yang salah satu bentuknya adalah empati. Dengan memiliki empati, individu lebih mampu memahami orang lain dan lebih mudah melakukan penyesuaian diri ketika berinteraksi dengan orang lain. Selain empati, sikap hang at juga merupakan bentuk dukungan emosional. Sikap hangat dapat memberikan perasaan nyaman kepada orang lain dan akan sangat berarti ketika individu tersebut sedang dalam kondisi tertekan dan bermasalah.
46
3. Keterbukaan, individu dapat mengungkapkan informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya dan memberikan perhatian kepada orang lain. Dengan adanya keterbukaan, kebutuhan kedua belah pihak dapat terpenuhi, yaitLJ dari pihak pertama kebutuhan untuk bercerita dan berbagi rasa terpenuhi, dan di pihak kedua dapat muncul perasaan berharga dan istimewa karena dipercaya untuk mendengarkan cerita yang bersifat pribadi. Keterbukaan dalam suatu hubungan akan menguntungkan masing-masing pihak, tetapi keterbukaan itu harus proposional artinya disesuaikan dengan tingkat kedekatan dan tahap hubungan.
2.5.
Kerangka Berpikir
Menurut Berndt & Perry, dkk (dalam Turner & Helms, ·J 995) remaja umumnya tidal< ingin dianggap berbeda dengan orang lainnya. Akibatnya, mereka cenderung melakukan konformitas dengan kelompok sebaya dengan menciptakan aturan-aturan bagi kelompok mereka sendiri. Dengan keinginan yang sangat besar u'ntuk diterima secara sosial, remaja sangat memperhatikan hal-hal yang sedang rnenjadi mode saat itu, seperti gaya rambut, gaya pakaian, dan kegiatan-kegiatan yang populer. Remaja ingin diterima oleh kawan-kawannya dan merasa sedih jika dikucilkan dari kelompok temannya. Karena itu ia meniru tingkah laku, pakaian, sikap, dan tindakan teman-temannya dalam satu kelompok.
47
Kadang-kadang remaja dihadapkan pada pilihan yang sangat berat, apakah ia mematuhi orang tuanya dan meninggalkan pergaulannya dengan temanteman kelompoknya, ataukah hanyut dalam pergaulan yang menyenangkan dan meninggalkan orang tuanya. Tidak jarang pilihannya jatuh pad a temanteman kelompoknya·jika hubungan dengan orang tua kurang serasi. Remaja yang pilihannya jatuh pada teman-teman kelompoknya atau teman pergaulannya, ia akan berusaha menyesuaikan diri dengan teman-teman kelompoknya dan menyebabkan remaja mengikuti sikap, pendapat, dan perilaku yang berlaku dalam
kelompol~.
Penyesuaian diri dengan kelompok terjadi karena individu takut dan tidak ma1,1 sendirian. penyesuaian dengan hal lain di luar individu namanya konformitas. dan efek dari konformitas bergantung pada teman-teman yang ada dalam kelompok tersebut. Konforrnitas mempunyai efek dalam hal keyakinan, sikap dan tindakkan yang berakibat juga pada cara remaja tersebut berpakaian, bertingkah laku, dan kebiasaan dalam hal seperti alkohol serta obat-obatan.
Remaja dalam perkembangan sosialnya dapat dilihat dari dua macam gerak, yaitu satu memisahkan diri dari orangtua dan kedua menuju ke arah temanteman sebaya. Menurut Hummel (dalam www.valdosta.edu. 2006) remaja yang cenderung konform terhadap kelompoknya akan menyebabkan
48
hubungan interpersonal dengan keluarganya menjadi renggang, dikarenakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompoknya daripada dengan keluarganya. Salah satu karakteristik dari hubungan interpersonal adalah kemampuan menerima dan memberi dukungan. ,Jika seorang remaja yang merasa tidak diterima da:am keluarganya cenderung akan memisahkan diri dari keluarga dan lebih konform terhadap kelompoknya karena ia mendapatkan penerimaan dari kelompoknya. Hal tersebut dapat rnemberikan dampak dalam hubungan interpersonal khususnya dengan keluarga atau orang tua.
· 2.6.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori di atas, penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : H1
ada korelasi antara konformitas kelompok sebaya dengan hubungan interpersonal dalam keluarga.
Ho
tidak ada korelasi antara konformitas kelompok sebaya dengan hubungan interpersonal dalam keluarga.
BAB3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelifian 3.1.1. Pendekatan penelitian
Pada penelitian ini, pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan i
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menu rut Azwar (2004) menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angl
49
50
3.1.2. Metode penelitian
Metode penelitian yang digLmakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional. Menurut Sevilla et. al (1993 : 87), penelitian korelasional dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam· suatu populasi, memastikan berapa besar yang disebabkan oleh suatu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabel lain, dan untuk menentukkan besarnya arah hubtmgan.
3.2. Variabel Penelitian Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nitai atau sifat yang berdiri sendiri-sendiri. Menu rut Sukandarrumidi (2004 : 10) variabel terdiri dari dua, yaitu variabel bebas (independent variabel) adalah va1·iabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain, dan variabel terikat (deoendent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain.
1. Variabel bebas (Independent variable) : Konformitas 2. Variabel terikat (Dependent variable)
: Hubungan interpersonal
51
3.2.1. Definisi konseptual
1. Konformitas : dalam penelitian ini perilaku konformitas diartikan sebagai suatu perubahan tingkah Jaku atau keyakinan sebagai hasil nyata dari tekanan yang diberikan oleh kelompok dan juga bertingkah laku dalam hal berusaha memenuhi harapan dari kelompok dengan sedikit ataupun tanpa tekanan untuk melakukan tingkah laku tersebut. 2. Hubungan interpersonal : hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya, dengan menggunakan berbagai jenis pola interaksi.
3.2.2. Definisi operasional variabel
Skor yang diperoleh dari subyek penelitian tentang konformitas di ukur dengan aspek yang dikemukakan oleh Sears, et.al (1984 : 81 ). Dan skor yang diperoleh dari responden tentang hubungan interpersonal di ukur dengan aspek yang dikemukakan oleh Heider (dalam Sarwono, 2002 : 241) dan Gunarsa (1980 : 106). Adapun rincian aspek dan indikator yang digunakan dalam pe'ngukuran, sebagai berikut :
52
3.2.2.1. lndikator perilaku konformitas
a. Rasa takut terhadap penyimpangan norma kelompok Remaja dapat menyesuaikan diri dengan teman kelompok dalam bersikap, berpendapat, bertingkah laku/bertindak, dan berusaha agar dapat diterima, serta berusaha agar dapat disukai. b. Kekompakkan Rasa suka remaja terhadap teman kelompoknya, dan remaja menjalin hubungan baik dengan teman kelompok; artinya ingin tetap kompak dengan kelompok dan tetap ingin menjadi anggotanya. c. Kesetiakawanan Saling menjaga sesama anggota kelompok, dan berusaha menerima teman kelompok; artinya sepakat dalam berpendapat, bertingkah laku dan berpenampilan. d. Kepercayaan Remaja dapat membuka diri terhadap informasi dari teman kelompok, dan menerima kebenaran informasi yang datang. e. Penilaian diri Remaja dapat mengenali diri sendiri, artinya remaja mengetahui kemampuan diri dan potensi diri.
53
3.2.2.2. lndikator hubungan interpersonal
a. Kesamaan Remaja dapat menerima setiap gagasan, dan mendukung keyakinan tentang pandangan dari orang tua. b. Kedekatan Remaja dapat meningkatkan keakraban dengan orang tua, dan melakukan kegiatan dengan keluarga. c. Keterbukaan Remaja dapat mengungkapkan infonnasi tentang dirinya, dan memberikan perhatian kepada keluarga. d. Sikap mendukung Remaja ciapat bersikap empati kepada keluarga, dan berusaha bersikap hangat pada keluarga. e. Sikap menghargai Remaja dapat mer.ghormati pendapat orang tua, dan menjaga tingkah lakunya.
Karakteristik tingkah laku yang akan diteliti mengenai cara berpakaian, gaya rambut, cara berbicara, selera terhadap musik, dan aktivitas waktu luang. Dan tingkah laku ini akan dijadikan sebagai bahan materi angket.
I. .
54
3.3. Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi dan sampel
Populasi adalah Keiompok keseluruhan orang atau obyek yang akan diteliti (Sularso, 2003 : 67). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa dan siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Model Jakarta.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertenlu yang memiliki karakteristik yang dianggap bisa mewakili populasi. Menurut Slovin dalam Sevilla et.al (1993 : 161) untuk menentukan ukuran sampel dari populasi menggunakan rumus :
Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran Ketidaktelitian karena kesalahan pengambi/an sampel populasi)
Dalam penelitian ini populasi sebanyak 1027 dan batas kesalahan yang diinginkan adalah 10%. Jadi, Jumlah sampel yang direncanakan berjumlah 120 orang, yang terdiri dari 60 remaja putra dan 60 remaja putri. Sedangkan karakteristik subyek penelitian adalah :
55
1. Remaja yang berusia 15-17 tahun 2. Berpendidikan dan masih bersekolah di lembaga tersebut 3. Remaja yang memiliki teman kelompok dan biasa melakukan aktivitas tertentu bersama.
3.3.2. Tekhnik pengambilan sampel
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tekhnik sampling acak berlapis proportional (stratified proportional random sampling). Untuk mengambil sampel penelitian yaitu membagi populasi (elemen populasi) dalam kelompok-kelompok dengan proporsi sampel pada setiap kelompok sama Sukandarrumidi (2004 : 62). Berikut ini merupakan proses pengambilan sampel. Tabel 3.1. Pengambilan sampel Ke las
Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
21
21
42
2
20
19
39
3
19
20
39
Jumlah
60
60
120
--
56
3.4. Tekhnik Pen_gumpulan Data Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala bentuk pernyataan. Bentuk skala yang digunakan dalam membuat pernyataan dalam penelitian ini adalah model Liker!, yaitu dengan menetapkan pensekoran 1 - 4 dengan alasan agar tidal< menyulitkan subyek. Menurut Azwar (2004 : 33) tidak ada manfaatnya untuk memperbanyak pilihan karena akan mengaburkan perbedaan jawaban yang diinginkan, di samping itu subyek juga tidak cukup peka untuk jenjang yang lebih dari lima tingkat.
Menurut lrawan Soehartono (1995 : 65) untuk menjawab pernyataanpernyataan penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data skala sikap. Skala sikap adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan c)engan menyertakan atau mengirimkan daftar pernyataan untuk diisi sendiri oleh responden, yaitu orang yang memberikan tanggapan atau menjawab pernyataan-pernyataan yang diajukan. Tiap pernyataan mempunyai 4 alternatif jawaban. Pembuatan pernyataan mengaju kepada 2 aspek, yaitu: konformitas kelompok sebaya dan hubungan interpersonal da/am keluarga. Adapun pembobotan untuk pernyataan-pernyataan tersebut adalah sebagai berik,1t:
57
Tabel 3.2. Bobet Nilai Pilihan
Favourable
Unfavourable
Sangat tidak setuju (STS)
1
4
Tidak setuju (TS)
2
3
Setuju (S)
3
2
$angat setuju (SS)
4
1
3.5. lnstrumen Penelitian 3.5.1. Skala konformitas kelompok sebaya
Skala konformita5 kelompok sebaya ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana perilaku konformitas subyek yaitu dengan menggunakan penskalaan model Liker!. Pembuatan item-item pernyataan skala konformitas kelompok sebaya disusun berdasarkan aspek konformitas yang dikemukakan oleh Sears, dkk (1991 : 82) yaitu : Rasa takut terhadap penyimpangan, kekompakkan, kesetiakawanan, kepercayaan, penilaian diri. Berikut ini adalah blue print skala konformitas kelompok sebaya.
58
No
1
2
3
4
5
Aspek
Tabel 3.3. B ue orint s ka Ia kon f ormitas ke ornook se bava Unfavourable lndikator Perilaku Favourable
Rasa takut terhadap penyimpangan norma kelompok
Kekompakkan
Kesetiakawanan
Kepercayaan
Penilaian diri Jumlah
• Menyesuaikan diri dengan teman kelompok dalam bersikap, berpendapat dan bertingkah laku I bertindak • Berusaha agar dapat diterima • Berusaha agar dapat disukai • Rasa suka terhadap teman kelompok • Menjalin hubungan bail< dengan teman kelomeok • Saling menjaga sesama anggota • Berusaha menerima teman kelompok • Membuka diri terhadap informasi dari kelompok • Menerima kebenaran informasi • Mengenali diri sendiri
L;
4,14,20
11, 25, 41
6
1
16
2
2
45
2
10, 35, 39
7, 21
5
24, 47
12,26,34
5
9, 27
17, 37, 46
5
15, 36, 48
6, 22
5
5, 28, 32
13, 29
5
3,40
18, 38,49
5
19,23,31, 43, 44
8, 30, 33 42, 50
10
25
25
50
Berdasarkan hasil uji coba pada skala konformitas kelompok sebaya diberikan kepada 100 siswa dan siswi Madrasah Aliyah Negeri 4 Model Jakarta dengan jumlah item 50, maka terdapat 31 item valid pada taraf signifikansi 5%, dan 19 item lainnya tidak valid. Adapun nomor-nomor item valid yang digunakan yaitu: 1, 2, 3, 6, 9, 10, 13, 14, 15, 16. 18, 20, 21. 22, 23, 28, 30, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39,41,42,43,45,46,47,49. Berikutini adalah blue print penelitian skala konformitas kelompok sebaya.
-
59
Tabel 3.4.
. t pene rr Bl ue prm 1 1an s ka Ia Imn f·orm1"tas ke Iompo k. se bava No
1
2
3
4
5
Aspek Rasa takut terhadap penyimpangan norma kelompok
Kekompakkan
Kesetiakawanan
Kepercayaan
Penilaian diri
lndikator Perilaku
Favourable
Unfavourable
2:
• Menyesuaikan diri dengan teman kelompok dalam bersikap, berpendapat, bertingkah laku I bertindak • Berusaha agar dapat diterima • Berusaha agar dapat disukai • Rasa suka terhadap teman kelompok • Menjalin hubungan baik denqan temankelompok • Saling menjaga sesama anggota • Berusaha menerima teman kelompok • Membuka diri terhadap informasi dari kelompok • Menerima kebenaran informasi • Mengenali diri sendiri
14, 20
41
3
1
16
2
2
45
10, 35, 39
7. 21
5
47
34
2
37,46
3
15, 36,
6, 22
4
28, 32
13
3
3
18, 38 49
4
23,43
30,42
4
16
15
31
9
-
,_ Jumlah
Uji reliabilitas skala konformitas kelompok sebaya dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien sebesar O, 791. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa instrL1men penelitian ini reliabel untuk digunakan.
I
2
60
3.5.1.1.
Skala hubungan interpersonal
Skala hubungan interpersonal ini digunakan untuk mengetahui apakah hubungan subyek dengan keluarga menjadi renggang karena konforrnitas yang dilakukan yaitu dengan menggunakan penskalaan model Likert. Pembuatan item-item pernyataan skala hubungan interpersonal disusun berdaswkan aspek hubungan interpersonal yang dikemukakan oleh Heider (dalam Sarwono, 2002: 241) dan Gunarsa (1980: 106), yaitu: Kesamaan, kedekatan, keterbukaan, sikap mendukung, sikap menghargai. Berikut ini adalah blue print skala hubungan interpersonal.
No 1
2
3
Aspek Kesarnaan
Kedekatan
Keterbukaan
Tabel 3.5. Bl ue pnn t s k a Ia h u b un!lan .in t erpersona lndikator Favourable Unfavourabe • Menyetujui gagasan orang tua • Mendukung keyakinan atau pandangan orang tua • Meningkatkan keakraban dengan orang tua • Melakukan kegiatan dengan keluaroa • Dapat rnengungkapkan inforrnasi tentang dirinya • Mernberikan perhatian pada keluarga
2,
5, 25
12, 29, 36
5
22, 38
7, 17, 30
5
I 3, 11
5
44,48
5
1, 9, ·13
18, 24, 32
6
16, 34
43,47
4
10, 33, 46 2, 21,40
I
61
4
Sikap mendukung
• •
5
-·
Sikap menghargai Jumlah
• •
Dapat bersikap empati pada keluarga Berusaha bersikap hanoat oada keluaroa
26, 3/',46
19, 31
5
6, 14
23, 42, 49
5
Dapat menghormati pendapat orang tua Meniaqa tinokah laku
15, 21', 39
4, 20
5
28, 50
8, 35,41
5
25
25
50
Berdasarkan hasil uji coba pada skala hubungan interpersonal diberikan kepada 100 siswa dan siswi Madrasah Aliyah Negeri 4 Model Jakarta dengan jumlah item 50, maka terdapat 36 item valid pad a taraf signifikansi 5% dan14 item lainnya tidak valid. Adapun nomor-nomor item valid yang digunakan yaitu: 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 3:1, 32, 36, 39, 42, 43, 44, 4;5, 46, 47, 49, 50. Berikut ini adalah blue print penelitian skala hubungan interpersonal.
No
1
2
Tabel 3.6. . t 1 1an s k a 1a h LI b ungan .m terpersona Bl ue pnn pene rr Aspek lndikator Favourable Unfavourab e .
Kesamaan
Kedekatan
-
• Menyetujui gagasan orang tua • Mendukung keyakinan atau pandangan orang tua • Meningkatkan keakraban dengan orang tua • Melakukan kegiatan dengan keluarga
l:
25
12, 36
3
22
7, 30
3
10, 45
3, 11
3
2, 2·1
44
3
__,
62
3
4
Keterbukaan
Sikap mendukung
• Dapat mengungkapkan informasi tentang dirinya • Memberikan perhatian pada keluarqa
• •
5 f--·
Sikap menghargai
Dapat bersikap empati pada keluarga Berusaha bersikap hanqat pada kelwarga
• Dapat menghormati pendapat orang tua • M_enjasia tinokah laku
Jumlah
1, 9, 13
18, 24, 32
6
16
47
2
26,46
31
3
6, 14
23, 42, 49
5
15, 27, 39
4
4
28,50
8,35 17
4 36
I
I
19
Uji reliabilitas skala hubungan interpersonal dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien sebesar 0, 849. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini reliabel untuk digunakan.
3.6. Tekhnik Uji lnstrumen 3.6.1. Uji validitas skala
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui aspek suatu skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukuran. Validit13s skala sikap banyak disandarkan pada relevansi isi pernyataan yang disusun berdasarkan rancangan yang tepat karena skala yang disusun berdasarkan ukur ya·ng teridentifikasi dengan baik dan dibatasi dengan jelas
63
secara teoritik akan valid. Untuk menguji validitas dari setiap item pernyataan dilakukan analisis item, yaitu mengkorelasikan setiap item dengan skor total. Koefisien korelasinya diperhitungkan sebagai validitas. Item-item yang memiliki korelasi signifikan langsung dipilih sebagai skala final dan dihitung sedangkan item yang tidak memiliki korelasi signifikan diabaikan.
Untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi, penulis menggunakan rumus Product Moment Pearson (Syaifuddin Azwar, 2004 : 100) dengan rumL.1s :
Keterangan : Angka indeks korelasi "r" Product Moment L_xy Jumlah hasil perkalian antara skor item dan skor total L_x = Jumlah skor item l..Y = Jumlah skor total n = Jumlah subyek rxy
-
=
3.S.2. Uji reliabilitas skala
Setelah pengujian validitas, selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas. Tujuan utama pengujian reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil ukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut