DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
KONSEP PENGETAHUAN DALAM ISLAM Oleh: Nadhiroh Abstrak: Termenologi ilmu, berasal dari bahasa Arab yakni dari kata ‘ilm yang berarti pengetahuan, merupakan lawan kata jahl yang memiliki arti ketidaktahuan atau kebodohan, kata ilmu biasanya disepadankan dengan kata Arab lainnya , yaitu ma’rifah (pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan), dan syu’ur (perasaan). Kata ma’rifah adalah padanan kata ilm yang sering digunakan. dalam konsep Islam yang berlandaskan Al Qur’an, merupakan upaya menterjemahkan “ilmu” sebagai “pengetahuan” yang lebih luas, karena hal ini memiliki konsep yang luhur dan dan multidimensional. Ilmu memang mengandung unsur-unsur dari apa yang dipahami sekarang ini sebagai pengetahuan. Konsep ajaran Islam tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang demikian itu didasarkan kepada beberapa prinsip sebagai berikut adalah pertama ilmu pengetahuan dalam Islam dikembangkan dalam kerangka taukhid atau teologi, kedua ilmu pengetahuan dalam Islam hendaknya dikembangkan dalam rangka bertakwa dan lebih meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, ketiga orientasi pengembangan ilmu pengetahuan hendaknya juga harus dimulai dengan suatu pemahaman yang mendasar tentang konsepsi ilmu itu sendiri, keempat ilmu pengetahuan dalam Islam harus dikembangkan secara integral, Kata Kunci: Pengetahuan, Sains, dan Keislaman
Penulis adalah Dosen STIT Muhammadiyah Kendal dan Guru DPK Kemenag Kabupaten Kendal serta Kepala MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal.
Konsep Pengetahuan dalam Islam
140
DIDAKTIKA ISLAMIKA
Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
A. Pendahuluan Konsep pengetahuan yang menyeluruh bermula dari pengetahuan tentang segala sesuatu yang dapat dilihat dan apa yang dibalik kehidupan alam indrawi serta meliputi alam kejiwaan seseorang. Al Qur’an adalah firman-firman Allah SWT yang sarat dengan kandungan pengetahuan tentang hal-hal yang tampak dalam hal-hal yang tersembunyi, ia memberikan dasar-dasar yang rasional untuk mendapatkan kebenaran1. Agar pesan-pesan kebenaran itu dapat dipahami dengan benar oleh manusia maka diutuslah Rasullullah untuk membimbing, mengarahkan dan mengajarkan manusia kepada jalan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Dengan demikian seorang Muslim percaya bahwa konsep pengetahuan yang menyeluruh tentang ilmu pengetahuan bukanlah semata-mata dibuat oleh manusia melainkan dianugrakkan oleh Allah SWT dan harus diwujudkan oleh setiap individu Muslim melalui bimbingan wahyu yang ada dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Al-Qur’an adalah kitab suci yang selalu mengajak umatnya agar senantiasa membaca dan menulis serta menggunakan segenap potensi kekuatan intelektualnya untuk mencari kebenaran. Tujuan dari ajakan itu adalah untuk mensucikan hati orang-orang yang telah beriman kepada Allah SWT semata2, dan agar terbentuk manusia yang sempurna sesuai dengan kaidah-kaidah Islam sebagai wujud dari kehendak-Nya3. 1
Bahwa tujuan dari pencapaian pengetahuan adalah dicapainya kesempurnaan ahlaq bagi manusia . Baca Hery Noer Aly dan Munzier.S., Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), 112. Bandingkan juga Buku Qodri Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial, Mendidik Anak Sukses Masa Depan; Pandai dan Bermanfaat, (Semarang: Aneka Ilmu, 2002), 107, Bahwa pembekalan pengetahuan bagi setiap manusia adalah untuk membentuk sifat dan karakter yang baik. 2 H.H. Bilgrami and S.A. Ashraf, The Islamic Academy, Cambridge, 2. Bandingkan dengan pandangan Imam Al Ghazali bahwa tujuan orang mencari Ilmu tidak lain adalah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga hal ini menjadikan manusia yang sempurna . Baca Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 56. Juga bandingkan dalam buku Abdurrahman An
Nadhiroh
141
DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
Adapun perintah membaca dan menulis yang termaktub dalam AlQur’an diantaranya dalam surat Al Alaq ayat 3 sampai dengan ayat 5 yang artinya Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya4. Dari ayat tersebut diperoleh pengertian bahwa kita yang salah satu tugasnya adalah sebagai khalifah di bumi ini, diperintahkan untuk terus menggali potensi ilmu pengetahuan dengan jalan membaca ayat-ayat Allah, baik yang terucap (berupa Al Qur’an sebagai sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan) maupun membaca ayat-ayat Allah yang tercipta (berupa ciptaan alam semesta beserta dengan segala macam isinya). Oleh karena itu dalam makalah ini akan memaparkan “Konsep Pengetahuan dalam Islam”. B. Pengertian Pengetahuan dalam Islam Termenologi ilmu, berasal dari bahasa Arab yakni dari kata ‘ilm yang berarti pengetahuan, merupakan lawan kata jahl yang memiliki arti ketidaktahuan atau kebodohan, kata ilmu biasanya disepadankan dengan kata Arab lainnya , yaitu ma’rifah (pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan), dan syu’ur (perasaan). Kata ma’rifah adalah padanan kata ilm yang sering digunakan5.
Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Terj. Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), 116, dinyatakan bahwa pengetahuan yang didapatkan adalah semata-mata sebagai landasan dasar untuk memperkuat kenyakinan dan keimanan manusia atas keberadaan Allah SWT. 3 Baca Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 1993), 20. 4 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press, 1989). 5 Tim Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam Jilid 2, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993), 201
Konsep Pengetahuan dalam Islam
142
DIDAKTIKA ISLAMIKA
Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
Pandangan tersebut menurut Munawar Ahmad Anes bahwa dalam konsep Islam yang berlandaskan Al Qur’an, merupakan upaya menterjemahkan “ilmu” sebagai “pengetahuan” yang lebih luas, karena hal ini memiliki konsep yang luhur dan dan multidimensional. Ilmu memang mengandung unsur-unsur dari apa yang dipahami sekarang ini sebagai pengetahuan. Tetapi ia juga menghasilkan hikmah dari proses tersebut6. Sehingga dalam dunia Islam, ilmu bermula dari keinginan untuk memahami wahyu yang terkandung dalam Al Qur’an dan juga bimbingan Nabi Muhammad Saw lewat beberapa hadits yang diriwayatkan7. Selanjutnya dalam perkembangannya, Al Qur’an ditafsirkan di surat Al Alaq 1-5 yang merupakan pertama dari turunnya ayat-ayat Al Qur’an ini berarti merupakan bukti bahwa ajaran Islam sejak awal meletakkan semangat keilmuan sebagai posisi yang sangat penting. Konsep ajaran Islam tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang demikian itu didasarkan kepada beberapa prinsip sebagai berikut adalah pertama ilmu pengetahuan dalam Islam dikembangkan dalam kerangka taukhid atau teologi, kedua ilmu pengetahuan dalam Islam hendaknya dikembangkan dalam rangka bertakwa dan lebih meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, ketiga orientasi pengembangan ilmu pengetahuan hendaknya juga harus dimulai dengan suatu pemahaman yang mendasar tentang konsepsi ilmu itu sendiri, keempat ilmu pengetahuan dalam Islam harus dikembangkan secara integral, yakni tidak mendikotomikkan antara ilmu agama dengan ilmu
6
Munawar Ahmad Anes, Menghidupkan Kembali Ilmu dalam Hikmah, (Yogyakarta: SIPRESS, 1996), 72. 7 Tim Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam Jilid 2, Ibid, 201.
Nadhiroh
143
DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
umum, walaupun bentuk formalnya berbeda, tetapi hakekatnya sama yaitu sama-sama sebagai tanda kekuasaan Allah SWT8. C. Al-Qur’an dan Al-Hadits Sebagai Sumber Acuan Berfikir Sesungguhnya keseluruhan ayat-ayat Al Qur’an adalah berisikan tentang berbagai macam ilmu-ilmu pengetahuan. Apalagi jika ditambah dengan perintah Nabi Muhammad Saw tentang masalah Ilmu9. Dengan demikian kekuatan spiritual dari ajaran Islam yang termaktub dalam Al Qur’an dan Al Hadits telah mendorong setiap Muslim untuk selalu belajar membaca dan menulis10. Dari pandangan tersebut tidak mengherankan jika para sarjana Muslim telah banyak mengembangkan berbagai cabang ilmu pengetahuan dan Al Qur’an telah banyak menjadi sumber acuan dalam mengembangkan pemikiran manusia, diantaranya ada 3 aspek yakni, Pertama aspek etika yang meliputi aspek persepsi tentang ilmu pengetahuan, kedua aspek historis dan psikologis, ketiga aspek observatif dan eksperimental ilmu pengetahuan11. Etika yang berkenaan dengan prinsip-prinsip dasar tentang kebenaran, perbuatan dan moralitas baik untuk individu maupun masyarakat dengan jalan memberikan sebuah sistem cara hidup yang lengkap untuk kemaslakhatan di dunia dan akhirat. Aspek historis dan psikologis berkenaan dengan prilaku dan cara berfikir manusia yang ada kaitannya dengan negara berdasarkan dengan norma-norma yang telah digariskan oleh agama. 8
Baca Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2003), 103 – 107. 9 Seperti hadits Nabi yang menyatakan artinya; “Carilah ilmu mulai dari ayunan ibundamu sampai masuk ke Lianglahat (kubur)”, “Carilah ilmu sampai ke negeri Cina”, “Wajib menuntut ilmu bagi Muslim laki-laki dan Muslim perempuan” dan lain sebagainya. 10 H.H. Bilgrami and S.A. Ashraf, The Islamic Academy, Ibid, 2. 11 H.H. Bilgrami and S.A. Ashraf, The Islamic Academy, Ibid.
Konsep Pengetahuan dalam Islam
144
DIDAKTIKA ISLAMIKA
Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
Aspek observatif dan aspek eksperimental berhubungan dengan sumber acuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang syah sesuai yang ada kaitannya dengan komunikasi vertikal dengan Sang Pencipta maupun komunikasi horizontal dengan sesama makhluk. Ketiga aspek tersebut hanyalah sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menjadikan prinsip-prinsip tauhid yang selalu hidup dalam hati, jiwa dan intelektualitas manusia yang selanjutnya menjadi dasar terhadap pengembangan prinsip-prinsip pendidikan ilmu pengetahuan Islam. Ismail Raji al Faruqi dalam bukunya “Toward Islamic English” yang menggambarkan usaha keras dalam islamisasi ilmu pengetahuan baik dari segi bahasa maupun subtansinya. Disini juga, Raji al Faruqi memperkenalkan bahasa Al Qur’an/ bahasa Arab di artikan ke dalam bahasa Inggris, dengan tujuan agar istilah dalam agama Islam tidak akan dipahami dengan pemahaman yang menyimpang. Ia menghendaki agar semua kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia mampu mengaplikasikannya dengan baik, meskipun mereka orang Inggris12. Dari sini bertujuan untuk memudahkan bagi para ilmuwan dalam mempelajari Islam secara utuh. Pada masa kenabian dan kehidupan para sahabat, perkembangan ilmu-ilmu keislaman masih sekitar bagaimana Al Qur’an bisa dijaga kemurniannya dan mampu tersebarluaskan di segenap lapisan masyarakat secara luas, dengan cara mengajarkan cara membaca dan cara menghafal serta mengajarkan cara menulisnya. Disamping itu juga mempelajari bagaimana Hadits-hadits Nabi yang tercecer itu dapat dikumpulkan dan diabadikan dalam satu tulisan yang tertib. Namun karena dunia Islam semakin luas wilayahnya, maka sebagai konsekwensinya , ajaran-ajaran Islam di tantang untuk menyelesaikan 12
Ismail Raji al Faruqi, Toward Islamic English, (International Institute of Islamic Thoght Heradon Firginia, USA, 1986), 7.
Nadhiroh
145
DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
proses alam kehidupan masyarakat yang semakin majemuk dan kompleks. Oleh karena itu muncullah cabang ilmu Islam yang lain yakni fiqih yang bertujuan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang ada dalam masyarakat Islam, mulai dari persoalan ibadah sampai pada persoalan-persoalan muamalah yakni transaksi ekonomi, utang-piutang, hukum waris, pernikahan, perceraian dan lain sebagainya yang muncul dalam fenomena masyarakat Muslim. Dari paparan tersebut diatas jelaslah bahwa Al Qur’an dan Al Hadits merupakan sumber bagi ilmu-ilmu Islam dalam arti yang seluasluasnya. Kedua sumber pokok Islam ini memainkan peranan ganda dalam penciptaan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Prinsip-prinsip seluruh ilmu terdapat dalam Al Qur’an dimana pemahaman terhadap Al Qur’an terdapat pula penafsiran yang esoteris (maknawi) terhadap kitab suci ini yang tidak hanya mengungkap misteri-misteri yang dikandungnya, namun juga pencarian makna secara lebih mendalam yang berguna bagi pembangunan paradigma ilmu pengetahuan. Al Qr’an dan Al Hadits menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu dengan menekankan kebajikan dan keutamaan dalam menuntut ilmu. Pencarian ilmu dari segi apapun berujung pada penegasan tauhid, keunikan dan keesaan Tuhan. Karenanya seluruh metafisika dan kosmologi yang terbit dari kandungan Al Qur’an dan Al Hadits merupakan sumber dasar pembangunan dan pengembangan ilmu Islam. Kedua sumberpokok ini menciptakan atmosfir khas yang mendorong aktifitas intelektual dalam konformitas dengan semangat Islam13. Hal ini menunjukkan bahwa dalam aplikasi aktifitas intelektual ini harus selalu merujuk dan tunduk pada rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an. Pengertian pendidikan Agma Islam disini, berfungsi mengintegratifkan wawasan keilmuan dan 13
Ayumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Melinium Baru, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), 13.
Konsep Pengetahuan dalam Islam
146
DIDAKTIKA ISLAMIKA
Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
keagamaan dalam sistem pendidikan Islam adalah terletak pada perwujudan ketundukan manusia kepada Allah SWT baik secara pribadi, komunitas maupun seluruh umat manusia14. D. Kajian Bahasa Konsep pengetahuan tidak terbatas pada aspek teologis (aqidah) dan mistis semata, namun berbagai macam cabang ilmu juga di pelajari. Disamping bahasa Inggris yang telah dipaparkan dimuka yang telah dipelopori oleh Ismail Raji al Faruqi juga bahasa Arab banyak sekali dipelajari, karena memang Islam tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Arab. Kita juga mafhum bahwa syariat Islam dengan pemahaman yang benar sesuai dengan konteks masyarakat dimana wahyu itu diturunkan yang tentunya juga harus mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat Arab tersebut sehingga tidak mengherankan jika pada awal perkembangan agama Islam, struktur bahasa Arab mendapat perhatian yang serius untuk dipelajari. Salah seorang sahabat Nabi yang ahli dalam tata bahasa Arab adalahsahabat Ali bin Abi Tholib. Sepeninggal sahabat tersebut masih ada ahli bahasa diantaranya Kholil dan muridnya Sibuwaih serta Ibnu Sina. Para ilmuwan Muslim telah mencatat beberapa prestasi keilmuan, antara lain adalah: 1. Mereka banyak mencurahkan perhatian pada Al Qur’an dengan cara membaca, mengartikan, menghafal dan mengklasifikasikan ayatayat yang tergolong muhkammat dan ayat-ayat yang tergolong mutasyabihad serta qiyas.
14
Achmadi, Pendidikan Islam Antisipatoris, Dalam Jurnal Edukasi, Vol. II, No. 1, Januari 2004, 144. Bandingkan juga A. Qodri Azizy, Melawan Globalisasi; Reintrepretasi Ajaran Islam, Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 84.
Nadhiroh
147
DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
2. Ilmu Hadits, secara ilmiah diformulasi dan dikembangkan serta ditemukannya metode untuk menentukan keaslian hadits serta dikumpulkannya hadits-hadits yang shahih. 3. Ilmu fiqih termasuk ilmu ushul fiqh yang berhasil disusun dan dikembangkan. 4. Ilmu tasawuf kala itu, telah berkembang dengan pesatnya. 5. Cabang-cabang ilmu yang lain seperti pengobatan, astronomi dan keahlian dalam jihad juga tidak diabaikan begitu saja15. E. Kajian Filsafat, Sain dan Sejarah Pada masa dinasti Abbasiyah terjadi perubahan yang sangat signifikan dalam konsep ilmu pengetahuan Islam. Konsep ilmu pengetahuan berkembang lebih luas, bukan saja meliputi di bidang spiritual, namun telah merambah pada bidang filsafat dan sains16. faktor yang berpengaruh mengapa demikian adalah karena adanya pengaruh budaya persia. Bagdad sebagai ibu kota pemerintahan Islam memang menjadi pusat pertemuan antara budaya Arab Islam dengan budaya Persi. Pada masa ini, ilmu pengetahuan Islam berkembang dengan pesat dan mengalami puncak kejayaannya. Disamping perkembangan tersebut juga muncul pemikiran liberal, dimana pemikiran yang dikembangkan banyak menyimpang dari ajaran Islam, serti aliran Mu’tzilah yang mendapat pengaruh kuat dalam dinasti Abbasiyah sehingga pada saat itu sering terjadi perdebatan sengit antara aliran ini dengan golongan ahli sunnah wal jamma’ah. Berkembangnya filsafat dan rasionalitas dalam belajar ilmu pengetahuan sehingga muncul dan berkembang berbagai cabang-cabang ilmu pengetahuan seperti filsafat, matematika, astronomi, kimia, fisika dan geografi. Tokoh-tokoh ilmuwan Muslim yang muncul pada masa ini 15 16
H.H. Bilgrami and S.A. Ashraf, The Islamic Academy, Ibid. 7. Ibid, 8.
Konsep Pengetahuan dalam Islam
148
DIDAKTIKA ISLAMIKA
Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
diantaranya adalah Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Al Ghazali dan Ibnu Khaldun. Disamping pemikiran filsafat, eksperimen-eksperimen ilmiah juga banyak dilakukan. Para ilmuwan Muslim menyusun teori-teori tentang ilmu pengetahuan, baik ilmu sosial maupun ilmu eksakta. Bahkan juga untuk cabang geografi banyak ilmuwan bermunculan diantaranya adalah Muslim bin Humair, Ja’far bin Ahmad, Ibnu Hauqal, Al Biruni dan lain sebagainya. F. Tantangan dan Peluang Dewasa ini banyak masyarakat Muslim telah semakin menyadari tentang keterbatasan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang yang mereka miliki. Kesadaran itu diwujudkan dengan cara menyediakan sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi umat Islam. Namun untuk menyediakan sistem pendidikan yang yang islami tentu tidak mudah mengingat telah banyak dan mapannya pendidikan sekuler, yang terkadang banyak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam sangat menghargai adanya nilai-nilai spiritual sedangkan pendidikan sekuler lebih bersifat matrealistis. Dengan melihat konsep masing-masing sistem pendidikan tersebut, maka rasanya sulit untuk menyatukan baik dalam konsep, prilaku maupun dalam pendekatan-pendekatan yang digunakan. Di dunia Islam, sistem pendidikan Islam selama ini telah berkembang secara signifikan, dimana telah terjadi evolusi konsep ilmu pengetahuan kearah yang lebih baik, dimana universitas-universitas Islam dapat diharapkan memainkan perannya dimasa yang akan datang. G. Kesimpulan Uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Nadhiroh
149
DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
1. Al Qur’an dan Al Hadits merupakan sumber pokok ilmu pengetahuan, dimana setelah dikembangkan menjadi beberapa cabang ilmu yang sangat luas cakupannya. 2. Kajian pengetahuan dapat dikembangkan dengan berbagai macam bahasa dengan kata lain bahwa melalui bahasa, beberapa cabang pengetahuan terutama pengetahuan keislaman dapat digali dengan menggunakan kajian yang berbahasa Arab, lalu dikembangkan melalui bahasa-bahasa lain sehingga pengetahuan Islam dapat berkembang diseluruh penjuru dunia. 3. Sistem pendidikan yang sekarang mulai dikembangkan adalah sistem pendidikan non dikhotomik, sehingga cabang-cabang ilmu pengetahuan merupakan satu kesatuan. Ini merupakan peluang bagi pengembangan pengetahuan. 4. Sistem informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat dan masyarakat Muslim semakin menyadari tentang keterbatasan ilmu pengetahuan yang mereka miliki, sehingga ini merupakan tantangan bagi pakar-pakar ilmuwan Muslim untuk mengantisipasi keterbatasan tersebut dimasa yang akan datang, sehingga diharapkan kaum Muslimin selalu menjadi inovator dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Terj. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 1995. Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2003. Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 1993. Konsep Pengetahuan dalam Islam
150
DIDAKTIKA ISLAMIKA
Vol. 3 No. 1 - Maret 2014
Achmadi, Pendidikan Islam Antisipatoris, Dalam Jurnal Edukasi, Vol. II, No. 1, Januari 2004. A. Qodri Azizy, Melawan Globalisasi; Reintrepretasi Ajaran Islam, Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. A. Qodri Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial, Mendidik Anak Sukses Masa Depan; Pandai dan Bermanfaat, Semarang: Aneka Ilmu, 2002. Ayumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Melinium Baru, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999. Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Gema Risalah Press, 1989. Hery Noer Aly dan Munzier.S., Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2000. H.H. Bilgrami and S.A. Ashraf, The Islamic Academy, Cambridge. Ismail Raji al Faruqi, Toward Islamic English, International Institute of Islamic Thoght Heradon Firginia, USA, 1986. Munawar Ahmad Anes, Menghidupkan Kembali Ilmu dalam Hikmah, Yogyakarta: SIPRESS, 1996. Tim Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam Jilid 2, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993.
Nadhiroh
151