BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah otot saraf dari negara, oleh karena itu masalah pendidikan merupakan masalah yang paling signifikan. Ini disebabkan pendidikan baik formal maupun non formal pada dasarnya memiliki peran penting meligitimasi bahkan melanggengkan sistem dan struktur sosial yang ada, juga sebaliknya merupakan proses perubahan sosial yang adil. Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa (Andragogi). Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan formal maupun informal, misalnya pendidikan dalam bentuk ketrampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya.1 Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kita, dan strategi pembelajaran orang dewasa yang notabenenya tidak menduduki bangku sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri. Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang sangat dalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia akan merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan anak kecil, maka pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak sekolah. 1
Asmin, http/ www.pdk.go.id /jurnal /39/ konsep pembelajaran ht. ml. hlm. 1
1
2
Perlu dipahami apa pendorong bagi orang dewasa belajar, apa hambatan yang dialaminya, apa yang diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar paling baik dan sebagainya.Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa.2 Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.Salah satu masalah dalam pengertian andragogi adalah pandangannya yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan. Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti inovasi dalam teknologi, mobilisasi penduduk, perubahan sistem ekonomi, dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti ini, maka pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika ia berumur 21 tahun akan menjadi usang ketika ia berumur 40 tahun. Apabila demikian halnya, maka pendidikan sebagai suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern.3 Oleh karena itu, tujuan dari kajian tulisan ini adalah untuk mengkaji berbagai aspek yang mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan orang dewasa (andragogi) dalam pendidikan Islam sebagai salah satu alternatif pemecahan kependidikan, sebab pendidikan sekarang ini tidak lagi dirumuskan
hanya
sekedar
sebagai
upaya
untuk
mentransmisikan
pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses pendidikan sepanjang hayat (long life education).4
2 3
Ibid.
Zaenuddin Arif, Andragogi, (Bandung : Angkasa, 1986) cet 21, hlm. 1 Dave dalam Lifelong Education and School Curriculum (1973) menggambarkan kerangka kerja teoritis dan operasional pendidikan seumur hidup dalam empat tahap, yaitu (1) deskripsi komponen-komponen hidup, (2) deskripsi aspek-aspek dalam perjalanan sepanjang hidup, (3) deskripsi pendidikan, dan (4) deskripsi sebuah sistem operasional pendidikan seumur hidup. Perjalanan manusia seumur hidup (lifelong) mengandung perkembangan dan perubahan yang mencakup tiga komponen, yaitu: (1) tahap-tahap perkembangan individu (masa balita, masa kanak-kanak, masa sekolah, masa 4
3
Signifikansi pendekatan andragogi adalah memanusiakan manusia sebagai individu yang bebas berfikir, berkepribadian. Individu yang bebas berfikir dan berkehendak menentukan arah kehidupannya sendiri. Jadi Pendidikan untuk manusia dewasa bukan dibimbing dan di tuntun tapi pengembangan potensi yang ia miliki. “ Bagi Freire, Fitrah manusia sejati adalah menjadi pelaku atau subyek, bukan penderita atau obyek.”5 Manusia dewasa yang mempunyai kesadaran, kepribadian dan eksistensi, tentunya berbeda dengan manusia yang belum dewasa yang baru mengalami proses membentuk kepribadian sebagai manusia dewasa. Sehingga dalam pelaksanaan pendidikan untuk orang dewasa sangat berbeda sekali dengan pendidikan anak yang belum dewasa. Pada banyak praktek, mengajar orang dewasa dilakukan sama saja dengan mengajar anak. Prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan orang dewasa. Hampir semua yang diketahui mengenai belajar ditarik dari penelitian belajar yang terkait dengan anak. Begitu juga mengenai mengajar, ditarik dari pengalaman mengajar anak-anak misalnya dalam kondisi wajib hadir dan semua teori mengenai transaksi guru dan siswa didasarkan pada suatu definisi pendidikan sebagai proses pemindahan kebudayaan. Namun, orang dewasa sebagai pribadi yang sudah matang mempunyai kebutuhan dalam hal menetapkan daerah belajar di sekitar problem hidupnya.6 Pendidikan orang dewasa dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun non-formal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat orang dewasa mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalannya dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni di suatu sisi mampu remaja dan masa dewasa), (2) peranan-peranan sosial yang umumnya dan unik dalam kehidupan, yang berbeda-beda di setiap lingkungan hidup, dan (3) aspek-aspek perkembangan kepribadian (fisik, mental sosial, dan emosi). Lihat Drs Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung : Rosda Karya, 2001), cet I, hlm.79 5
Paulo Freire, Politik Pendidikan Kebudayaan dan Pembebasan (The Politic of Education : Culture, Power, and liberation), Terj. Agung Prihantoro dan Fuad Arif Fudiyartanto, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), cet IV, hlm. iii 6 Asmin, op.cit., hlm. 2 - 3
4
mengembangankan pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan sosial budaya, ekonomi, dan teknologi secara bebas, seimbang, dan berkesinambungan.7 Dalam hal ini, terlihat adanya tekanan rangkap bagi perwujudan yang ingin dikembangankan dalam aktivitas kegiatan di lapangan. Pertama untuk mewujudkan pencapaian perkembangan setiap individu, dan kedua untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dari setiap individu yang bersangkutan. Dengan demikian hal itu dapat berdampak positif terhadap keberhasilan pembelajaran orang dewasa yang tampak pada adanya perubahan perilaku ke arah pemenuhan pencapaian kemampuan/keterampilan yang memadai. Di sini, setiap individu yang berhadapan dengan individu lain akan dapat belajar bersama dengan penuh keyakinan. Perubahan perilaku dalam hal kerjasama dalam berbagai kegiatan, merupakan hasil dari adanya perubahan setelah adanya proses belajar, yakni proses perubahan sikap yang tadinya tidak percaya diri menjadi perubahan kepercayaan diri secara penuh dengan menambah pengetahuan atau keterampilannya. Perubahan perilaku terjadi karena adanya perubahan (penambahan) pengetahuan atau keterampilan serta adanya perubahan sikap mental yang sangat jelas, dalam hal pendidikan orang dewasa tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan, tetapi harus dibekali juga dengan rasa percaya yang kuat dalam pribadinya. “Pertambahan pengetahuan saja tanpa kepercayaan diri yang kuat, niscaya mampu melahirkan perubahan ke arah positif berupa adanya pembaharuan baik fisik maupun mental secara nyata, menyeluruh dan berkesinambungan”.8 Kemudian kalau rasa aman telah terpenuhi, maka setiap individu butuh penghargaan terhadap hak azasi dirinya yang diakui oleh setiap individu di luar dirinya. Jika kesemuanya itu terpenuhi barulah individu itu merasakan mempunyai harga diri. Dalam kaitan ini, tentunya pendidikan orang dewasa yang memiliki harga diri dan jati dirinya membutuhkan pengakuan, dan itu 7 8
Ibid. Ibid., hlm. 3- 4
5
akan sangat berpengaruh dalam proses belajarnya. Secara psikologis, dengan mengetahui kebutuhan orang dewasa sebagai peserta kegiatan pendidikan atau pelatihan, maka akan dapat dengan mudah dan dapat ditentukan kondisi belajar yang harus diciptakan, isi materi apa yang harus diberikan, strategi, teknik serta metode apa yang cocok digunakan. Menurut Lunandi (1987) yang terpenting dalam pendidikan orang dewasa adalah: “Apa yang dipelajari pelajar, bukan apa yang diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir yang dinilai adalah apa yang diperoleh orang dewasa dari suatu pertemuan pendidikan atau pelatihan, bukan apa yang dilakukan pengajar atau pelatih atau penceramah dalam pertemuan itu”.9 Persoalan yang akan di teliti dalam skripsi ini adalah bagaimana pendidikan untuk orang dewasa (andragogi) di implementasikan terhadap pendidikan Islam. Aktivitas pendidikan Islam di Indonesia pada dasarnya sudah berlangsung dan berkembang sejak sebelum Indonesia merdeka hingga sekarang. Hal ini dapat dilihat dari fenomena tumbuh kembang-nya program dan praktik pendidikan Islam yang dilaksanakan di Nusantara, baik berupa pendidikan pondok pesantren, pendidikan madrasah, pendidikan umum yang bernafaskan Islam. Pendekatan dan metode mengajar yang digunakan dalam pendidikan Islam masih klasik, dan dengan adanya pendekatan andragogi ini pendidikan Islam akan lebih bermanfaat (Lifelong) dan transformatif di zaman tehnologi tinggi. Dalam judul skripsi Pendekatan Andragogi Implementasinya dalam Pendidikan Islam, dengan pengertian : bahwa pendekatan andragogi diterapkan dalam pendidikan Islam.
9
hlm.20
Muhaimin, Wacana Pengembangan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 20002),
6
B. Rumusan Masalah Sesuai dengan gambaran latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam judul “ Pendekatan Andragogi Implementasinya dalam Pendidikan Islam ” adalah : 1. Bagaimana pendekatan Andragogi dalam Pendidikan ? 2. Bagaimana implementasi pendekatan andragogi dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan Penulisan Skripsi Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui bagaimana jika pendekatan andragogi di implementasikan dalam pendidikan
Islam.
Dan
sejauhmana
pendekatan
andragogi
untuk
pengembangan pendidikan Islam.
D. Penegasan Istilah Kunci Untuk memperjelas variabel yang diteliti, maka Istilah kunci diartikan sebagai berikut : 1. Pendekatan Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pendekatan ada dua makna, pertama, proses perbuatan, cara mendekati. Kedua, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti; metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelititan. Dalam bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan dengan “approach” dalam bahasa Arab disebut “madkhal”. Secara terminologi Mulyanto Sumardi menyatakan, bahwa “pendekatan” bersifat axiomatik. Ia terdiri dari serangkaian asumsi mengenai hakekat bahasa dan pengajaran bahasa serta belajar bahasa.10 Bila dikaitkan dengan andragogi maka, “pendekatan” berarti serangkaian asumsi mengenai hakekat andragogi. Yang berkait dengan teknik dan metode yang di gunakan dalam andragogi. 10
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm. 99
7
2. Andragogi Andragogi berasal dari bahasa Yunani yaitu andr yang berarti orang dewasa dan agagos yang berarti memimpin atau membimbing. Maka dengan demikian, andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.11 Jadi yang dimaksud andragogi adalah seni mendidik orang dewasa dan yang di maksud dalam penelitian ini yaitu andragogi sebuah metode pembelajaran orang dewasa. Jadi metode andragogi ini, mempunyai pendekatan yang digunakan dalam kerja praksisnya. 3. Implementasinya dalam Pendidikan Islam Implementasi dalam kamus besar bahasa Indensia artinya “penerapan.”12 Menurut Hasan Langgulung, Pendidikan Islam diartikan sebagai “ proses
penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,
memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.”13 Pengertian pendidikan Islam sudah dibahas di dalam latar belakang. Pengartian dalam istilah kunci tentunya tidak keluar dari latar belakang masalah dan penegasan variable yang diteliti. “Maksud Implementasinya dalam Pendidikan Islam” penerapan andragogi dalam pendidikan Islam. Pendidikan Islam dibatasi dalam pembahasan : tujuan pendidikan Islam, materi pendidikan Islam, evaluasi pendidikan Islam, metode pendidikan Islam.
E. Tinjauan Pustaka Pembahasan mengenai andragogi telah dilakukan oleh beberapa pengamat. Sejauh ini kemampuan penulis melakukan penelusuran
11
Zainudin Arif, op.cit, hlm. 2
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Dep.Diknas, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), edisi III, hlm. 421 13
Muhaimin. op.cit, hlm. 20
8
terhadap, kajian-kajian terdahulu terdapat berapa kajian yang secara serius mengkajinya. Penelitian ini mengacu dari beberapa penelitan yang sudah ada, berupa buku yang telah ada. Dalam buku Andragogi karya Zainuddin Arif, membahas masalah Andragogi. Pembahasan mencakup , pengertian dan asumsi dasar andragogi. Tujuan, evaluasi, rancangan kurikulum andragogi. Beberapa pendekatan dalam pendidikan orang dewasa. Dalam bukunya Mansur Fakih Pendidikan Popular Membangun Kesadaran
Kritis.
Diantaranya
membahas
Implikasi
Paradigma
Pendidikan pada pendekatan pedagogi dan andragogi. Dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dipaparkan di atas, tidak ada satupun yang membahas tentang andragogi dan pendidikan islam upaya aplikatif aspek metodologis. Dengan demikian, kajian dalam penelitian ini masih menemukan relevansi dan signifikansi untuk dilakukan.
F. Metodologi Penelitian Pada dasarnya, penelitian ini mendasarkan pada suatu penelitian literatur atau studi kepustakaan. Maka metode yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif, dengan metode sebagai berikut. 1. Metode Pengumpulan Data. a.Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan penulis menggunakan metode library research yang berarti suatu research kepustakaan atau penelitian
kepustakaan
murni.14
Penelitian
perpustakaan
(kepustakaan) disini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya berupa buku-buku, majalah, naskahnaskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen dan lain-lain.15
33
14
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), hlm. 9
15
Katini Kartono, Pengantar Metode Riset Sosial, (Bandung : Mandar Maju, 1990), hlm.
9
Yang berhubungan dengan permasalahan yang akan penulisan bahas dan teliti. b. Sumber data 1. Data primer Sumber data primer adalah otentik atau data langsung dari tangan pertama tentang masalah yang diungkapakan secara sederhana dan ini disebut juga data asli.16 Sumber data primer yang menjadi referansi pokok dari variabel Andragogi yaitu buku tentang andragogi. 2. Data Skunder Sumber data skunder adalah data yang mengutip dari sumber lain sehingga tidak bersifat otentik karena sudah diperoleh dari sumber yang ke dua atau yang ketiga.17 Data skunder untuk skripsi ini diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan dua variabel yang diteliti. 2. Metode Analisis Data a. Deskriptif Menurut
Sanapiah
Faisal,
metode
deskriptif
yaitu
usaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada, baik mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendekatan yang sedang tumbuh, proses yang ada sedang berlangsung yang telah berkembang.18 b. Sintesis Sintesis merupakan “ Suatu pandangan yang lebih menyeluruh, yang merupakan alternatif baru dan yang mensintesa kekuatan pandanganpandangan yang dibandingkan.“19
16
Suharsisi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1996), Hlm. 80 17 18
Ibid. Sampiah Faisal, Metodologi Penelian Pendidika, (Surabaya : Usaha Nasional,tt,) hlm
119 19
Anton Bakir A Charis, Metode Penelitian filsafat, (Yogyakarta : Kanisius,1994), hlm. 5
10
c. Pendekatan Phenomenologi Phenomenologi tidak hanya terbatas pada yang empirik sensual, melainkan mencakup phenomena yang tidak lain dari pada persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subyek tentang sesuatu di luar subyek.20 Metode ini digunakan untuk menangkap fenomena empirik, dan juga persepsi, pemikiran dan kemauan tentang andragogi dan pendidikan Islam. 3. Metode Berfikir. Dalam kajian ini di terapkan pola berfikir mondar-mandir karena kontekstual secara induksi dan deduksi.21 Yang dimaksud metode induksi ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan brtitik tolak pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan yang brsifat umum.22 Sedangkan metode deduksi ialah cara atau jalan yang diapakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.23
G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman dan pembahasan skripsi, maka diperlukan suatu uraian yang sistematis. Bab I
: Pendahuluan Pada bab ini berisi: Latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, definisi operasional istilah, metodologi penelitian dan sistematika skripsi.
20
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasih, 1989),
21
Ibid., hlm. 17
hlm.12 22
Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), hlm.
57 23
Ibid., hlm. 55
11
Bab II
: Gambaran Andragogi Dalam bab II menjelaskan pengertian andragogi, dan Macam-macam materi dalam pendekatan andragogi.
Bab III
: Pendidikan Islam dan Implikasinya terhadap Metode dan praktek pendidikan Bab ini membahas paradigma dan kajian filosofis pendidikan Islam.. Konsep dasar pendidikan Islam, antara lain: Tujuan, Materi, Pendekatan, Metode, Evaluasi.
Bab IV
: Aplikasi Pendekatan Andragogi Dalam Pendidikan Islam. Analisis ini sebagai sintesis dam deskriptif dari kedua variabel bab II dan bab II. Sehingga dapat di batasi dalam pembahasan.
Urgensi
Pendekatan
Andragogi
dalam
Pendidikan Islam, Aplikasi Pendekatan Andragogi dalam Pendidikan Islam.
Bab V
: Penutup Bab ini merupakan bab terakhir yang meliputi : kesimpulan, saran-saran dan penutup.
12