KOMPARASI KATA BILANGAN DALAM BAHASA MONGONDOW DAN BAHASA INDONESIA 1. Miranti Wakiran ( Ketua ) 2. Dr. H. Dakia N. Djou, M.Hum. (Anggota ) 3. Ulfa Zakaria S.Pd, M.Hum (Anggota )
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo, 2015
ABSTRAK Bahasa Mongondow merupakan salah satu bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Bolaang Mongondow untuk berkomunikasi. Dalam penggunaannya, bahasa Mongondow sudah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Indonesia dan bahasa Melayu. Hal tersebut menyebabkan sulitnya generasi muda dalam membedakan unsur-unsur tertentu dalam bahasa Mongondow. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian untuk menunjukkan perbedaan antara kata bilangan bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yakni, (1) bagaimana bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia? (2) bagaimana perbedaan dan persamaan kedua bentuk kata bilangan? Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif .Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini yakni, teknik simak libat cakap, teknik wawancara, teknik rekaman, dan teknik dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia dapat dibagi atas: kata bilangan utama, genap, ganjil, pecahan, tingkat, kumpulan, dan kata bantu bilangan. Perbedaan dan persamaan kedua bentuk kata bilangan yaitu penggunaan unsur pembantu, penggunaan bentuk, penulisan, urutan kata, jumlah kata, makna, perubahan bentuk, penampakan bentuk, penetapan, dan segi bentuk. Kata kunci : komparasi, kata bilangan, bahasa Mongondow, bahasa Indonesia
PENDAHULUAN Pada hakikatnya bahasa merupakan media yang dimiliki berkomunikasi dalam
manusia untuk
segala kegiatannya. Bahasa juga menjadi ciri keberadaan
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Bahasa digunakan untuk berinteraksi, baik secara lisan maupun tertulis. Menurut Alwasilah (1985:3) bahasa adalah satu sistem simbol vokal yang arbiter, memungkinkan semua orang dalam satu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang telah mempelajari sistem kebudayaan tersebut, untuk berkomunikasi atau berinteraksi. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi atau dipakai oleh rakyat Indonesia sebagai bahasa keseharian. Bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi lisan maupun tertulis, tetapi bahasa Indonesia sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam mempelajari ilmu pengetahuan, dan mengkaji kebudayaan
baik yang
terpendam maupun
berkembang di masyarakat. Hal tersebut berbeda dengan bahasa daerah. Bahasa daerah adalah bahasa yang
digunakan
oleh
kelompok
masyarakat
dalam
suatu
daerah
ketika
berkomunikasi. Salah satu bahasa daerah yang berkembang di Indonesia adalah bahasa Mongondow. Bahasa Mongondow adalah bahasa daerah yang ada di Provinsi Sulawesi Utara yang digunakan oleh masyarakat setempat sebagai alat komunikasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Pateda (2008:103), bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di daerah tertentu untuk berkomunikasi antara sesama mereka. Dulu bahasa Mongondow digunakan oleh seluruh masyarakat penuturnya dari anak-anak sampai manula. Masyarakat pengguna bahasa Mongondow ini, umumnya tinggal di wilayah pedalaman atau pedesaan. Sementara masyarakat Bolaang Mongondow yang sudah tinggal di perkotaan biasanya lebih suka menggunakan bahasa Mongondow dengan kombinasi bahasa Indonesia dan bahasa Melayu. Sehubungan dengan pelestarian bahasa Mongondow maka sangat diperlukan penggunaan bahasa ini secara intensif oleh penuturnya, terutama kalangan generasi
muda. Tetapi kenyataannya, penutur bahasa Mongondow khususnya generasi muda mulai kurang memahami bahasa daerahnya. Salah satu aspek kebahasaan yang mulai kurang dipahami oleh generasi muda yaitu yang tercakup dalam bidang morfologi bahasa Mongondow. Aspek tersebut yakni yang berhubungan dengan kata bilangan. Kata bilangan ialah kata yang menunjukkan urutan tempat suatu benda dalam deretan nama-nama benda yang lain (Yasin, 1988:196). Kata bilangan bahasa Mongondow cenderung dianggap sulit oleh generasi muda untuk memahaminya. Misalnya kalimat dalam bahasa Indonesia: Jemputlah baju ini dua, tiga hari lagi. Kalimat dalam bahasa Mongondow: dewa, tolu nosinggay pa’bo gamaan lambung. Ketika seseorang menuturkan dewa bo tolu dalam bahasa Mongondow maka maknanya akan merujuk pada kata bilangan pecahan. Dalam hal ini kata dewa bo tolu dapat menimbulkan makna dua dan tiga, dua atau tiga, maupun dua pertiga. Hal inilah yang selanjutnya menarik perhatian penulis untuk mengkajinya melalui sebuah penelitian, dengan fokus kajiannya adalah
kata bilangan dalam
bahasa Mongondow, yang dikomparasikan dengan kata bilangan dalam bahasa Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian menggunakan teori komparasi oleh Ibrahim (1985:11) yang mengemukakan bahwa mengenai istilah Lingustik Komparatif adalah ilmu bahasa yang membandingkan dua bahasa yang sezaman.. Lingustik Kontrastif membandingkan dua bahasa atau lebih pada periode tertentu atau sezaman (Pateda, 2009:65). Selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan teori bentuk kata bilangan. Menurut bentuk dan fungsinya biasanya dibicarakan adanya kata bilangan utama, bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan tingkat, dan kata bantu bilangan. Kata bilangan dapat ditulis dengan angka arab, angka romawi, maupun dengan huruf (Chaer, 2008: 93).
METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Dengan penelitian deskriptif ini, dideskripsikan komparasi kata bilangan bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan berdasarkan pendapat bahwa studi perbandingan merupakan penelitian yang membandingkan dua bahasa atau lebih dari suatu situasi, kejadian, kegiatan, program dan lain-lain (Sukmadinata, 2009: 79). Data dalam penelitian ini adalah semua tuturan masyarakat yang mengandung kata bilangan bahasa Mongondow. Selain itu data tertulis juga diharapkan dapat diperoleh dari berbagai sumber, data bahasa Mongondow dapat diperoleh dari bukubuku yang berbahasa Mongondow. Sumber data dalam penelitian ini bersumber dari bahasa Mongondow yang digunakan oleh masyarakat desa Pinolosian. Informan dalam penelitian ini adalah penutur bahasa Mongondow yang berada di desa Pinolosian, Kecamatan Pinolosian, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian yakni, 1) teknik simak libat cakap merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menyimak dalam percakapan dan menyimak percakapan. Dengan teknik ini, data diperoleh melalui tuturan bahasa lawan bicara. Selain itu, penulis melalukan pencatatan agar data yang diperoleh dapat diingat kembali. 2) Teknik wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara tak berstruktur. Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan. 3) teknik rekaman digunakan untuk merekam percakapan antara peneliti dan informan. 4) teknik dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah buku-buku yang tertulis dalam bahasa Mongondow. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1) mentraskripsi data, yakni sebelum mengidentifikasi data, penulis mentranskipsi data yang telah terkumpul, 2) mengidentifikasi kata-kata yang mengandung kata bilangan dalam bahasa Mongondow, 3) mengklasifikasi data yakni melakukan pengklasifikasikan terhadap kata-kata yang mengandung kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia berdasarkan bentuknya, 4) menganalisis data
yang mengandung kata bilangan dengan mengkomparasikan bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia, 5) menyimpulkan hasil analisis. HASIL PENELITIAN Bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia terdiri dari beberapa bagian, yakni kata bilangan utama, kata bilangan genap, kata bilangan ganjil, kata bilangan pecahan kata bilangan tingkat, kata bilangan kumpulan, dan kata bantu bilangan. Pada bagian ini telah diuraikan beberapa bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia. 1. Kata bilangan utama yang ditemukan dalam bahasa Mongondow dapat dibagi atas kata bilangan genap dan kata bilangan ganjil. Seperti halnya kata bilangan ganjil dan kata bilangan genap dalam bahasa Indonesia. 1) Kata bilangan genap Mopuluh no ribu adalah kata bilangan dalam bahasa Mongondow yang diikuti oleh bentuk no merujuk pada kata ribu. Sepuluh ribu adalah kata bilangan dalam bahasa Indonesia dapat merujuk pada sepuluh ribu rupiah. Kata bilangan ini berada pada angka ribuan yang dapat digunakan untuk menyatakan jumlah. 2)
Kata bilangan ganjil Pitu no ribu adalah kata bilangan dalam bahasa Mongondow yang diikuti
oleh bentuk no untuk merujuk pada kata ribu. Tujuh ribu adalah kata bilangan dalam bahasa Indonesia dapat merujuk pada tujuh ribu rupiah. Kata bilangan ini berada pada angka ribuan yang dapat digunakan untuk menyatakan jumlah. Beentuk kata bilangan genap dan ganjil dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia di atas, tampak bahwa memiliki perbedaan dan persamaan bentuk kata bilangan tersebut, perbedaan terletak pada penggunaan partikel no, membantu bentuk yang menghitungkan bilangan dengan satuan yang dituturkan. jumlah susan
kata,
cara penulisannya, penggunaan bentuk mo, dan se yang berbeda, dan
persamaanya terletak pada kata ribu. 2. Kata bilangan Pecahan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indoneia. 1)
Moidudui kontua da moigumpa kon tosingogon kon bobato sinindian doyowa ande tolu mai no tontaga merupakan kalimat dalam bahasa Mongondow. Data ini ditemukan pada tata cara pernikahan adat Bolaang Mongondow. Kemudian dari pada itu, meminta sepatah kata atau sambutan dari ketua adat, kalimat ini merupakan kalimat yang menggunakan kata bilangan pecahan dalam bahasa Indonesia. Kata bilangan pecahan dari kalimat tersebut yaitu pada kata doyowa ande
tolu yang dapat dimaknakan dua per tiga, tetapi jika digunakan pada suatu kalimat maka bentuk tersebut akan berbeda makna dan bentuk. Lebih jelasnya, kata doyowa ande tolu jika berdiri sendiri akan bermakna dua per tiga. Tetapi bila di masukan dalam kalimat, maka bentuk doyowa ande tolu tidak lagi dapat dimaknakan sebagai dua per tiga, melainkan sepatah kata, atau separuh. Berbeda dengan kata bilangan pecahan separuh dalam bahasa Indonesia bisa juga disebut dengan setengah. Perbedaan jumlah kata, penulisan kata, dan persamaan kata sebagai pembilang, pembagi dan penyebut. 3. Kata bilangan tingkat dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia Bilangan tingkat dalam bahasa Mongondow jika pada angka satuan, menggunakan bentuk ko, dan pada bilangan tingkat angka puluhan dan ratusan, tetap menggunakan angka tersebut. Sedangkan bilangan tingkat di dalam bahasa Indonesia pada angka satuan, puluhan, dan ratusan menggunakan bentuk yang sama yaitu ke. Bilangan tingkat pada angka puluhan dan ratusan contohnya: Tana’a adon pendaftaran kon togatut dalam bahasa Indonesia sekarang sudah pendaftaran keseratus, disebut dengan angka ratusan, Ki Andy noko uly’ kon juara dewa mopuluh bo tolu dalam bahasa Indonesia Andy mendapatkan rengking kedua puluh tiga), disebut angka puluhan.
4. Kata bilangan kumpulan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia 1) Kamunda (bahasa Mongondow) Kamu Berdua (Bahaa Indonesia) 2) Namutolu (bahasa Mongondow) Kamu bertika (bahasa Indonesia) Berdasarkan data dari bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia di atas, tampak bahwa kata bilangan dari kedua bahasa tersebut memiliki dua bentuk kata bilangan kumpulan, yaitu komunda dan namutolu yang di dalam bahasa Mongondow, dan berdua dan bertiga di dalam bahasa Indonesia. Begitu pun, tidak semua kata bilangan kumpulan dalam bahasa Mongondow
memiliki
bentuk yang sama dengan kata bilangan kumpulan dalam bahasa Indonesia. 5. Kata bantu bilangan dalam bahaa Mongondow dan bahasa Indonesia 1)
Kuyat tariyokang dewa no ribu to gakot adalah kata bilangan dalam bahasa Mongondow Sayur kangkung dua ribu satu ikat, kata bilangan ini merupakan kata bantu bilangan dalam bahasa Indonesia.
2)
Pitu no ribu no batuk kapaya adalah kata bantu bilangan dalam bahasa Mongondow. Tujuh ribu satu buah papaya adalah kata bantu bilangan ini dalam bahasa Indonesia
3)
Toya no budo aka niontok mopuluh no ribu to pon adalah kata bantu bilangan dalam bahasa Mongondow. Ikan putih yang kecil sepuluh ribu satu kaleng adalah kata bantu bilangan dalam bahasa Indonesia
4)
Ikan garam tolu mopuluh bo lima no ribu to botak, adalah kata bantu bilangan dalam bahasa Mongondow. Ikan garam tiga belas ribu lima ratus satu ekor, adalah kata bantu bilangan dalam bahasa Indonesia
5)
Susu Dangkoc mopuluh bo onom mo bakut, adalah kata bantu bilangan dalam bahasa Mongondow. Susu Dangkoc enam belas bungkus, kata bilangan ini merupakan kata bantu bilangan dalam bahasa Indonesia
6)
Natu mopuluh bo siyow no batuk, adalah kata bantu bilangan dalam bahasa Mongondow. Telur Sembilan belas butir, kata bilangan ini merupakan kata bantu bilangan dalam bahasa Indonesia.
7)
Potaluy don tosimpat dewa no tanga, adalah kata bantu bilangan dalam bahasa Mongondow. Belikan sapu dua tangkai, kata bilangan ini merupakan kata bantu bilangan dalam bahasa Indopnesia
8)
Potalui pa’ sapatu to par, adalah kata bantu bilangan dalam bahasa Mongondow. Belikan sepatu satu pasang, adalah kata bantu bilangan dalam bahasa Indonesia
9)
Kous in siol limo no par, adalah kata bantu bilanagan dalam bahasa Mongondow. Kaus kaki lima pasang, adalah kata bantu bilangan yang menyatakan kata bantu bilangan khusus, yang digunakan untuk benda berpasangan.
10)
Cuma ki mama ogoyan na’a, atau intau bi tertentu, adalah kata bantu bilangan dalam bahasa Mongondow. Hanya ibu yang diberikan, atau orang tertentu, kata bilangan ini merupakan kata bantu bilangan yang menunjukkan orang untuk manusia, yang digunakan di belakang kata benda tersebut. Berdasarkan kata bantu bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa
Indonesia di atas, tampak bahwa memiliki perbedaan penggunaan bentuk, penulisan, jumlah kata, penetapan bentuk kata, makna dan persamaan terletak pada penggunaan bentuk, penetapan kata serta penulisan huruf.
Perbedaan dan Persamaan Bentuk Kata Bilangan dalam Bahasa Mongondow dan Bahasa Indonesia. Berdasarkan data bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bentuk kata bilangan dalam bahasa Indonesia, maka perbedaan dan persamaan dari kedua bentuk kata bilangan itu dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Perbedaan 1) Bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow membutuhkan unsur pembantu yang menghubungkan bentuk atau kata tertentu dengan kata bilangan. Unsur tersebut meliputi: no, bo, to,mo, ko. Sedangkan bentuk kata bilangan dalam bahasa Indonesia tidak membutuhkan unsur pembantu, tetapi pada bentuk tertentu digunakan imbuhan, misalnya ke dan se. 2) Bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow menyebabkan urutan kata yang merujuk pada kata bilangan menjadi lebih panjang, Sedangkan di dalam bahasa Indonesia kata yang merujuk pada kata bilangan cenderung lebih pendek atau singkat, dari pada kata bilangan dalam bahasa Mongondow. 3) Bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia memiliki perbedaan penulisan kata bilangann. 4) Kedua kata bilangan tersebut memiliki perbedaan makna. Misalnya dalam bahasa Mongondow urutan kata dewa bo tolu dapat pula bermakna dua dan tiga, atau bermakna dua atau tiga. Sedangkan Kata bilangan pecahan dua per tiga dalam bahasa Indonesia tidak memiliki beberapa makna. 5) Pada beberapa bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow yang memiliki alternatif pilihan yang lain, seperti penggunaan bentuk tara yang termasuk kata bilangan kumpulan, yang hanya dapat digunakan pada kata bilangan tertentu atau kata bilangan yang cocok. Sedangkan kata bilangan dalam bahasa Indonesia tidak memiliki bentuk kumpulan lebih dari dua yang digunakan pada kalimat. 6)
Bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia memiliki perbedaan penetapan kata. Contonya: to gakot kuyat tariyokang
yang kata bantu bilangannya digunakan di depan kata benda. Sedangkan bentuk kata bilangan di dalam bahasa Indonesia kata bantunya digunakan di belakang kata benda, contohnya lima ikat sayur kangkung. 7)
Perbedaan bentuk kata bilangan dari kedua bahasa tersebut terletak pada penggunaan kata bantu bilangan yang merujuk pada angka satu dan angka kedua dan seterusnya. Sedangkan 1) kaus kaki lima pasang, 2) baju anakku satu pasang atau sepasang, tampak bahwa kedua contoh dalam bahasa Indonsia tersebut pada kata bantu bilangannya menggunakan kata pasang tampa unsur pembantu.
8)
Perbedaan bentuk kata bilangan dari kedua bahasa tersebut terletak pada penampakan kata bantu bilangan. Kata bantu bilangan dalam bahasa Mongondow tidak nampak kata bantu bilanganya, Sedangkan di dalam bahasa Indonesia kata bantunya tampak jelas. Contohnya: Akuoi oyuoi don tolu adi’k (Saya sudah mempunyai tiga orang anak). Dalam bahasa Mongondow kata adi’k artinya anak, sementara kata adi’k tersebut jika digunakan pada suatu kalimat maka dalam bahasa Indonesia akan berubah seorang anak, sementara di dalam bahasa Mongondow kata orang tidak lagi digunakan di dekat kata adi’k. Lebih jelasnyya, kata bantu bilangan yang berdiri sendiri yaitu kata intau sedangkan dalam bahasa Indonesia kata orang.
2. Persamaan 1) Persamaan dari segi bentuk misalnya penggunaan kata ribu baik dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia. 2) Persamaan kedua kata bilangan ini terletak pada segi bentuk yang lain. Misalnya dalam bahasa Mongondow pada bentuk mopuluh no ribu yang kata puluh melekat pada bentuk mo, dan dalam bahasa Indonesia pada bentuk sepuluh ribu yang kata puluh melekat pada bentuk se. 3) Dari persaman kedua kata bilangan ini sama-sama memiliki dua bentuk yang sama, yaitu dua bentuk nogatut
pada urutan kata bilangan bahasa
Mongondow dan dua bentuk seratus pada urutan kata bilangan dalam bahasa Indonesia. 4) Persamaan kedua bentuk kata bilangan tersebut dapat dilihat pada penggunaan kata bilangan yang berdiri sendiri. Misalnya kalimat dalam bahasa Mongondow Lana mbango tobotak no kilo, onom noribu bo limo nogatut dan kalimat dalam bahasa Indonesia minyak kelapa setengah kilo enam ribu lima ratus. Bentuk kata bilangan pecahan tobotak dalam bahasa Mongondow sama seperti bentuk kata bilangan pecahan setengah dalam bahasa Indonesia yang keduanya berdiri sendiri, tampa membutuhkan kata penghubung atau kata bantu. 5) Bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia terletak pada penggunaan kata bilangan pecahan yang
menujukkan kata
sebagai pembilang, kata sebagai pembagi, dan kata sebagai penyebut.
PEMBAHASAN Bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia memiliki beberapa bentuk, yaitu bentuk kata bilangan utama, ganjil, genap, pecahan, tingkat, kumpulan, dan kata bantu bilangan. Dari tujuh bentuk kata bilangan ini berbeda, tujuh bentuk kata bilangan tersebut dalam bahasa Mongondow memiliki perbedaan dengan bentuk kata bilangan dalam bahasa Indonesia., yang menyatakan atau menunjukkan jumlah sebuah objek. Bentuk kata bilangan dalam bahasa mongondow menggunakan unsur pembantu untuk menghubungkan dan memperjelas kalimat, unsur pembantu tersebut yaitu partikel no, mo, to,ko, selain itu, di dalam bahasa Mongondow jika bentuk partikel tersebut dihilangkan maka tidak termsuk dalam bahasa Mongondow, lebih jelasnya tidak ditemukan dalam bahasa Mongondow karena dapat dikatakan bentuk yang tidak lengkap atau tidak lazim digunakan oleh penutur bahasa Mongondow. Sementara bentuk kata bilangan dalam bahasa Indonesia tidak membutuhkan unsur pembantu manapun, melainkan hanya merujuk pada angka ribuan. Perbedaan dan persamaan bentuk kata bilangan tersebut
dapat dilihat pada unsur pembantu yang mebedakannya, yaitu partikel no, bo, to, mo dan ko, yang dalam bahasa Mongondow menggunakan unsur tersebut, bentuk kata bilangan menyebabkan urutan kata yang merujuk pada kata bilangan menjadi lebih panjang, jumlah angka bilangan yang lebih banyak, penulisan kata bilangan baik dalam bahasa Mongondow maupun dalam bahasa Indonesia, pebedaan pada penggunaan kata bilangan pecahan pada kata sebagai pembagi. Sedangkan Persamaan dari segi bentuk kedua bahasa tersebut misalnya penggunaan kata ribu baik dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia. Selanjutnya persamaan pada penggunaan kata bilangan yang berdiri sendiri. Persamaan penggunaan kata bilangan pecahan yang menujukkan kata sebagai pembilang, kata sebagai pembagi, dan kata sebagai penyebut.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian komparasi kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bentuk kata bilangan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas tujuh bentuk kata bilangan, 2) Perbedaan bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia dapat terlihat pada penggunaan unsur pembantu, urutan kata, jumlah angka bilangan, \penulisan, bentuk bo dan per, makna pada suatu kalimat, penampakan kata bilangan penetapan kata, dan persamaan bentuk kata bilangan dalam bahasa Mongondow dan bahasa Indonesia dapat terlihat pada: persamaan dari segi bentuk penggunaan kata ribu, penggunaan segi bentuk puluh, kata bilangan yang berdiri sendiri, (5) persamaan bentuk kilo pada kata bantuk bilangan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, peneliti menganggap perlu menyampaikan saran-saran kepada pihak-pihak berikut: 1) lembaga pendidikan, 2) guru, 3) peneliti lanjutan
DAFTAR PUSTAKA Alwasilah,Chaedar.1985. Beberapa Madhab dan Dikotomi: Teori Lingustik. Bandung: Angkasa. Chaer, Abdul. 2008.
Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta:
Rineka cipta. Ibrahim, Abd Syukur. 1985. Lingustik Komparatif : Sajian Bunga Rampai. Surabaya: Usaha Nasional. Pateda, Mansoer. 2009. Morfologi. Gorontalo: Viladan. Sukmadinata, Syaodih Nana. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Yasin, Sulchan. 1988. Tinjauan Deskriptif Seputar: Morfologi. Surabaya: Usaha Nasional.