KOMITMEN TEAM MANAJEMEN DALAM PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI DAOP 2 BANDUNG PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) TAHUN 2015 Skripsi
Oleh: Anisa Khoerunisa 1111101000107
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
i
LEMBAR PERNYATAAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, September 2015 Anisa Khoerunisa, NIM, 1111101000107 Komitmen Team Manajemen dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2015 xxi + 179 halaman, 11 tabel, 5 gambar, 1 bagan, 24 lampiran ABSTRAK PT KAI merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan transportasi darat perkeretaapian. Sejak tahun 2013 PT KAI mulai merintis SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012. Berdasarkan data kecelakaan PT KAI tahun 2014 di seluruh Dipo PT KAI diketahui terjadi kecelakaan kerja sebanyak 9 kasus. Berdasarkan kejadian kecelakaan kerja yang terjadi di DAOP 2 Bandung diketahui 5 tahun terakhir telah terjadi 6 kasus kecelakaan kerja di Dipo. Penelitian ini bersifat kualitatif untuk mengetahui komitmen team manajemen DAOP 2 Bandung dalam penerapan SMK3 tahun 2015. Jenis data yang digunakan adalah data primer dengan observasi dan wawancara mendalam, serta data sekunder dengan telaah dokumen. Penilaian dilakukan dengan menggunakan Organizational Commitmen Questionnaires (OCQ), Senior Manajemen Commitment Indeks (SMCI) dan elemen pertama PP No. 50 tahun 2012. Analisis yang dilakukan menggunakan analisis taksonomi, domain, konten, dan komparatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi yang ditunjukkan DAOP 2 Bandung baik. Komitmen senior manajemen dari hasil penelitian juga menunjukkan komitmen yang tinggi terbukti dari 8 kriteria SMCI yang telah terpenuhi. Namun pemenuhan elemen pertama termasuk kedalam tingkat pencapaian kurang dengan nilai sebesar 26,92 %, hanya 7 kriteria yang terpenuhi dari 26 kriteria. Komitmen DAOP 2 Bandung secara individu sudah cukup baik tetapi komitmen tersebut belum dilaksanakan secara sistem. Berdasarkan hasil penelitian, maka DAOP 2 Bandung disarankan membuat komitmen khusus keselamatan kerja, melakukan konsultasi dengan wakil tenaga kerja pada setiap unit, meninjau kebutuhan kebijakan khusus, melakukan peninjauan ulang terhadap kebijakan secara berkala, menunjuk penanggung jawab serta memberikannya pelatihan ahli K3 umum, melakukan sosialisasi mengenai fungsi dan wewenang penanggung jawab, membuat laporan tahunan mengenai kinerja K3, mendokumentasikan setiap kebijakan dan tindakan perbaikan yang dilakukan, manajemen melakukan evaluasi terhadap hasil tinjauan ulang, memperbaki susunan P2K3. Daftar bacaan : 64 (Tahun 1970-2015) Kata kunci : Komitmen, Team Manajemen, SMK3
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM PUBLIC HEALTH DEPARTMENT OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Undergraduate Thesis, September 2015 Anisa Khoerunisa, NIM 1111101000107 Management Team Commitment in Application of Occupational Safety and Health Management System (SMK3) at DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) in 2015 xxi + 179 pages, 11 tables, 5 pictures, 1 charts, 24 attachments ABSTRACT PT KAI is a corporate which focused in railway services. Since 2013, PT KAI started to evolve SMK3 based on PP No. 50 tahun 2012. There was 9 work related accident in 2014 base on PT KAI accident report in each Dipo. And there are 6 occupational accidents based on occupational accident events which occured in DAOP 2 bandung within 5 last years. This research is a qualitative research to find out management team commitment of DAOP 2 Bandung in applying SMK3 in 2015. The type of data used in this research is primary data which include observations and in-depthh interviews, and also secondary data which include document analysis. Assessment is carried out by using Organizational Commitment Questionnaires (OCQ), Senior Manajemen Commitment Indeks (SMCI) and first element of PP No. 50 tahun 2012. Analysis data was conducted by taxonomi, domain, content and comparative analysis. The result of this research showed that organization commitment of DAOP 2 Bandung is in good condition. Analysis of senior management commitment showed a high commitment with 8 SMCI criterias accomplished. But the compliance of the first element wasn’t good with 29,92% criteria fulfilled and just 7 criterias accomplished out of 26 criterias. Individually, commitment of DAOP 2 Bandung is adequate enough, though the implementation wasn’t done in its system. Base on result of the research, DAOP 2 Bandung should be better to make a particular policy about health safety and environment, to have a consultation with evwry unit’s representative, to review the need of particular policy, to review the policy regularly, to choose management representative of accupational health and safety, also ensure that management representative are trained as General OSH specialist, to do socialization about the function and the autorithy of representative, to make HSE annual report regularly to documented every policy and every corrective action was made, fot management who had to evaluate review and last but not least, re-arranging the position in P2K3
References Keywords
: 64 (Tahun 1970-2015) : Commitment, Team Management, SMK3
iii
PERNYATAANivPERSETUJUAN
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas Personal Nama Tempat dan Tanggal Lahir Alamat
: : :
No. Handphone Alamat Email
: :
Anisa Khoerunisa Bogor, 24 September 1993 Jln. H Satibi Kp. Tengah RT 03 RW 06 No.60, Cileungsi Bogor 16820 089613679736
[email protected]
Pendidikan Formal SD SMP SMA
: : :
SDN 1 Cileungsi, Bogor SMPN 1 Cileungsi, Bogor SMAN 1 Cileungsi, Bogor
Pengalaman Organisasi - Staff Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) BEM Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2011-2012 - Sekretaris BEM Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013-2014 - Menteri Kaderisasi dan Organisasi PAMI Jakarta Raya Tahun 2013-2014 - Staff Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Tobbaco Control Yout Camp Tahun 2013 - Manajer Human Resource Develophment (HRD) Forum Studi K3 UIN Jakarta 20122013 - Deputi Biro Kesekretariatan PAMI Nasional Tahun 2013-2014 - Menteri Kaderisasi dan Organisasi PAMI Nasional Tahun 2015 - Sekretaris Gerakan Pita Ungu PAMI tahun 2013 Pelatihan - Advokasi Bagi Mahasiswa “Membangun Kerangka Kerja dan Peran Strategis Mahasiswa dalam Upaya Advokasi Pengendalian Tembakau” tahun 2014 - Training Manajemen Event Tahun 2013 - Basic Fire Fighting Training Tahun 2013 - PAMI Leadhership Training Tahun 2014 - Training Sistem Menejemen K3 Base on OHSAS 18001 & PP No. 50 tahun 2012 - Training Pengendalian Tembakau Tahun 2013
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya. Tidak lupa pula shalawat serta salam tercurah bagi Nabi Muhammad SAW. Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komitmen Team Manajemen dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2015” dengan baik. Penulis ingin menyampaikan terimakasih atas dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada: 1. Ayahanda tercinta Suwandi dan ibunda tersayang Nuryanah yang senantiasa memberikan dukungan moril serta materil kepada penulis. 2. Iki, Ajis, Nyun yang senantiasa memberikan dukungan selama perkuliahan 3. Purwa Indra Santoso yang selalu memberikan semangat pada peneliti 4. Ibu Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D sebagai pembimbing yang senantiasa memberikan pemahaman dan wawasan dalam menyusun skripsi. 5. Ibu Catur Rosidati SKM MKM sebagai pembimbing kedua yang senantiasa memberikan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi. 6. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK sebagai Dosen Peminatan K3 yang telah memberikan pemahaman dan ilmu K3. 7. Ir. Rulyenzi Rasyid, M.KKK sebagai Dosen Peminatan K3 yang telah memberikan banyak ilmu K3
vii
8. Ibu Izzatu Millah SKM, MKKK sebagai dosen SMK3 yang senantiasa memberikan bimbingan pada peneliti dalam menyelesaikan penelitian. 9. Ibu Ida Hidayati sebagai pembimbing lapangan yang senantiasa mengarahkan proses pelaksanaan penelitian di PT Kereta Api Indonesia (Persero). 10. Bapak Darwin Napitupulu sebagai Manager Sarana DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang telah memberikan dukungan kepada penulis. 11. Seluruh Tim SHE PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang senantiasa membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. 12. Seluruh informan dari DAOP 2 Bandung yang telah memberikan banyak informasi terkait penelitian. 13. Ita, Uni, Nju dan Aping sebagai sahabat dari semester pertama yang telah memberikan semangat dalam menjalani masa akademik di FKIK. 14. Rekan-rekan Dipo Lokomotif Bandung yang telah memberikan banyak dukungan dan perhatian selama berjalannya penelitian ini. 15. Rekan-rekan K3 2011 yang telah menjadi teman selama masa peminatan sampai saat ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik secara kontekstual maupun konseptual. Sehingga dalam hal ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Mudah-mudahan, skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, rekanrekan mahasiswa lain, instansi pendidikan serta perusahaan terkait. Terima kasih atas perhatiannya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................... i ABSTRAK .................................................................................................................... ii ABSTRACT ................................................................................................................. iii PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................................. iv LEMBAR PENGESAHAN ........................................ Error! Bookmark not defined. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xv DAFTAR BAGAN..................................................................................................... xvi DAFTAR ISTILAH .................................................................................................. xvii DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xx BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1.
Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
1.3.
Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 7
1.4.
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
1.4.1.
Tujuan Umum ........................................................................................ 7
ix
1.4.2. 1.5.
Tujuan Khusus ....................................................................................... 7
Manfaat penelitian ......................................................................................... 8
1.5.1.
Bagi Perusahaan ..................................................................................... 8
1.5.2.
Bagi Institusi .......................................................................................... 8
1.5.3.
Bagi Peneliti ........................................................................................... 8
1.6.
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 9 2.1. Pengertian Komitmen ........................................................................................ 9 2.2. Komponen Komitmen ..................................................................................... 10 2.3. Pengertian Manajemen .................................................................................... 10 2.4. Unsur-Unsur Manajemen ................................................................................ 11 2.5. Fungsi Manajemen .......................................................................................... 12 2.6. Prinsip-prinsip Manajemen ............................................................................. 13 2.7. Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja .................... 14 2.8. Tujuan SMK3 .................................................................................................. 15 2.9. Manfaat SMK3 ................................................................................................ 16 2.10. Proses SMK3 ................................................................................................. 18 2.11. SMK3 Menurut OHSAS 18001..................................................................... 20 2.12. SMK3 Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 .......................... 23 2.13. Kriteria Pencapaian Audit SMK3 PP No. 50 Tahun 2012 ............................ 25 2.15. Alat Ukur Komitmen Top Manajemen.......................................................... 28
x
2.15.1 Senior Management Commitment Indeks (SMCI) ................................... 28 2.16. Alat Ukur Komitmen Jajaran Manajer .......................................................... 31 2.16.1 Organizational Commitment Questionnaire (OCQ)................................ 31 2.17 Kerangka Teori ............................................................................................... 35 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ................................. 36 3.1
Kerangka Berfikir ........................................................................................ 36
3.2
Definisi Istilah ............................................................................................. 37
BAB IV METODOLOGI ............................................................................................ 40 4.1.
Jenis Penelitian ............................................................................................ 40
4.2.
Lokasi dan Waktu ........................................................................................ 40
4.3.
Informan ...................................................................................................... 40
4.4.
Instrumen Penelitian .................................................................................... 41
4.5.
Sumber Data ................................................................................................ 41
4.6.
Pengumpulan Data....................................................................................... 42
4.7.
Keabsahan data ............................................................................................ 43
4.8.
Pengolahan Data .......................................................................................... 51
4.9.
Analisis Data ............................................................................................... 51
4.10.
Penyajian Data ......................................................................................... 57
BAB V HASIL PENELITIAN.................................................................................... 58 5.1.
Gambaran Umum Perusahaan PT KAI ....................................................... 58
5.1.1.
Profil Perusahaan ................................................................................. 58
xi
5.1.2.
Visi Misi Perusahaan............................................................................ 59
5.1.3.
Struktur organisasi PT Kereta Api Indoensia (Persero) ....................... 60
5.1.4.
Struktur organisasi Daop 2 ................................................................... 61
5.1.5.
Komitmen Keselamatan PT KAI ......................................................... 62
5.1.6.
Komitmen Keselamatan DAOP 2 Bandung ......................................... 62
5.2.
Hasil Penelitian............................................................................................ 63
5.2.1. Karakteristik Informan.............................................................................. 63 5.2.2. Komitmen Organisasi DAOP 2 Bandung ................................................. 64 5.2.2. Kesimpulan Komitmen Organisasi ........................................................... 88 5.2.3. Komitmen Senior Management DAOP 2 Bandung .................................. 89 5.2.4. Kesimpulan Komitmen Senior Manajemen ............................................ 103 5.2.5. Analisis Pelaksanaan Elemen Penetapan Kebijakan K3 Berdasarkan PP No. 50 tahun 2012............................................................................................. 105 5.2.6. Kesimpulan Pemenuhan Elemen Penetapan Kebijakan K3 Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012 ........................................................................................... 133 5.2.8. Analisis Taksonomi ................................................................................ 135 5.2.9. Analisis Domain ..................................................................................... 137 5.2.10. Komitmen Team Manajemen Terhadap Penerapan SMK3 .................. 140 BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................................... 142 6.1.
Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 142
6.2.
Komitmen Team Manajemen DAOP 2 Bandung dalam Penerapan SMK3 142 xii
6.3.
Pembahasan Analisis Pemenuhan Elemen Penerapan Kebijakan K3
Berdasarkan PP No. 50 tahun 2012. ..................................................................... 145 6.4.
Komitmen Organisasi ................................................................................ 154
6.5.
Komitmen Senior Manajemen................................................................... 158
6.6.
Pembahasan Analisis Taksonomi .............................................................. 163
6.7.
Pembahasan Analisis Domain ................................................................... 165
BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 169 8.1. Simpulan ........................................................................................................ 169 8.2. Saran .............................................................................................................. 169 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 172 LAMPIRAN .............................................................................................................. 180
xiii
DAFTAR TABEL
2.1
Klausul OHSAS 18001:2007…….……………………………….......
22
2.2
Tingkat Pencapaian Penerapan Audit………………………………....
26
2.3
Kategori Penilaian Komitmen Senior Management………………….
30
4.1
Matriks Triangulasi……………………………………………………
44
4.2
Kategori Penilaian Komitmen Senior Management………………….
54
4.3
Contoh Penjumlahan Kriteria Penilaian Komitmen Senior Manajemen…………………………………………………………….
54
4.4
Tingkat Pencapaian Elemen Pertama…………………………………
56
6.1
Karakteristik Informan………………………………………………...
63
6.2
Kategori Penilaian Komitmen Senior Management………………….
104
6.3
Tingkat Pencapaian Elemen Pertama…………………………………
134
6.4
Analisis Domain……………………………………………………….
138
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1
Siklus PDCA (Plant, Do, Check, Action)……………………………..
20
2.2
Kerangka Teori………………………………………………………..
35
3.1
Kerangka Berfikir……………………………………………………..
36
6.1
Struktur Organisasi PT KAI…………………………………………..
60
6.2
Struktur Organisasi DAOP 2 Bandung PT KAI………………………
61
xv
DAFTAR BAGAN
5.1
Analisis Taksonomi…………………………………………………….
xvi
136
DAFTAR ISTILAH
1. Dipo Lokomotif: Tempat perawatan ringan jarian dan bulanan lokomotif 2. Dipo Kereta: Tempat perawatan ringan harian dan bulanan kereta 3. Anjlokan: Posisi dimana roda kereta atau lokomotif keluar dari rel 4. Lokrit: Aktivitas pengawalan pegawai di lokomotif 5. Lori: Jenis kereta inspeksi bermotor atau tanpa motor 6. Audit: Proses evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk 7. Supervisor: Seseorang yang bertanggung jawab memastikan pekerjaan yang dilakukan dengan baik 8. Safety Sign: Media visual berupa gambar untuk ditempatkan di area kerja yang memuat pesan-pesan agar pekerja memperhatikan aspek keselamatan 9. Safety committe: Pengurus yang menangani masalah keselamatan yang di bentuk oleh kantor pusat di setiap daerah operasional 10. Coffe Morning: Pertemuan mingguan di pagi hari yang dilakukan oleh para manajer DAOP2 11. Tekhomepay: Jumlah nilai keseluruhan gaji dan dikurangi jika ada potongan kewajiban karyawan.
xvii
DAFTAR SINGKATAN
1. DAOP: Daerah Operasional 2. DIVRE: Divisi Regional 3. SMK3: Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4. SHE: Safety Health Environment 5. PERKA: Perjalanan Kereta Api 6. PDCA: Plan Do Check Action 7. SMCI: Senior Manajemen Commitmen Indeks 8. OCQ: Organizational Commitmen Questionnaires 9. APD: Alat Pelindung Diri 10. PIC: Person In Change 11. JMI: Junior Manajer Inspector 12. ASSMEN: Asisten Manajer 13. KDT: Kepala Dipo Traksi 14. KDK: Kepala Dipo Kereta 15. KRD: Kereta Rel Diesel 16. UUK: Unit Urusan Kesehatan 17. P3K: Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan 18. PPGD: Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat 19. BTLS: Basic Trauma Life Support 20. P2K3: Panitian Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja 21. ADM: Administrasi 22. UPT: Unit Pelaksana Teknis 23. APAR: Alat Pemadam Api Ringan xviii
24. KaDAOP: Kepala Daerah Operasional 25. KUPT: Kepala Unit Teknis 26. AK3U: Ahli K3 Umum 27. KR: Kepala Ruas 28. TUPOKSI: Tugas Pokok dan Fungsi 29. SMS: Short Message Service
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Daftar Pertanyaan Senior Manajemen Commitment Indeks ………….
2.
Pertanyaan Ogranizational Commitment Questionnaires…………………………………………………………
3.
181
182
Kriteria Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012…………………………………………………….
183
4.
Item Pertanyaan Wawancara…………………………………………...
185
5.
Item Telaah Dokumen………………………………………………….
190
6.
Item Observasi…………………………………………………………
192
7.
Hasil Observasi Pemenuhan Elemen Penerapan Kebijakan K3 di DAOP 2 Bandung………………………………………………………
8.
194
Hasil Telaah Dokumen Pemenuhan Elemen Penerapan Kebijakan K3 di DAOP 2 Bandung……………………………………………………
195
9.
Hasil Pemenuhan Senior Manajemen Commiment Indeks…………….
196
10.
Gap Analisis Pelaksanaan Elemen Pertama Penerapan Kebijakan K3 DAOP 2 Bandung Terhadap PP No. 50 Tahun 2012………………….
197
11.
Matriks Wawancara……………………………………………………
200
12.
Dokumen Kebijakan Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan PT KAI…………………………………………………………………….
226
13.
Dokumen Komitmen Keselamatan PT KAI……………………………
227
14.
Surat Keputusan Tentang Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Track/Jalan Rel………………………………………………………..
15.
Surat Keputusan VP DAOP 2 Bandung Tentang Pembentukan Tim
xx
228
P2K3……………………………………………………………………
230
16.
Daftar Nama Susunan P2K3……………………………………………
232
17.
Dokumen Bukti Pengadaan Pelatihan DAMKAR oleh DAOP 2 Bandung………………………………………………………………...
18.
Tugas dan Tanggung Jawab JM, Seksi Sarana, Manajemen Dipo Lokomotif dan Kereta………………………………………………….
19.
240
241
Surat Keputusan Direksi PT KAI Tentang Pembentukan Komite Keselamatan di Lingkungan PT KAI…………………………………..
248
20.
Lampiran Foto Informan Penelitian……………………………………
253
21
Lampiran Foto Pemenuhan Elemen Pertama PP. No. 50 Tahun 2012…………………………………………………………………….
254
22.
Lapiran Foto Fasilitas K3 Dipo Lokomotif Bandung …………………
256
23.
Lampiran Foto Fasilitas K3 Dipo Kereta Bandung……………………
260
24.
Surat Izin Penelitian di PT KAI………………………………………..
263
xxi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Angka kecelakaan kerja di dunia masih sangat tinggi. Menurut data
International Labour Organization (ILO) 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja ILO dalam Kemenkes (2014). Data sebelumnya tahun 2012 ILO mencatat angka kematian akibat kecelakaan kerja dian penyakit akibat kerja sebanyak 2 juta kasus setiap tahun ILO dalam Kemenkes (2014). Hal ini pun dialami oleh Indonesia, angka kecelakaan kerja menurut data Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dimana angka kecelakaan kerja cenderung naik, pada tahun 2011terjadi 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan per hari. Angka kecelakaan kerja sebanyak itu menunjukkan kenaikan dibandingkan pada tahun 2010 hanya 98.711 kasus kecelakaan kerja, tahun 2009 (96.314 kasus), tahun 2008 (94.736 kasus) dan tahun 2007 (83.714 kasus). Peningkatan kasus kecelakaan kerja di Indonesia mengharuskan Indonesia melakukan evaluasi pada tahap penerapan K3 Jamsostek dalam Dalimunthe, (2012). Kecelakaan kerja juga kerap di alami pada kegiatan usaha PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Kecelakaan kerja sering kali terjadi di Dipo, Dipo merupakan tempat penyimpanan, melakukan perawatan rutin dan perbaikan ringan terhadap kereta atau lokomotif. Berdasarkan data kecelakaan kerja di Dipo tahun 2014 terjadi sebanyak 9 kasus kecelakaan yaitu diantaranya 5 luka berat dan 4 luka ringan. Hal ini juga terjadi pada Dipo Lokomotif dan Dipo Kereta Bandung, berdasarkan data 5 tahun terakhir di Dipo Kereta Bandung tercatat sebanyak 3 kasus kecelakaan kerja, 1 1
2
anjolkan kereta dan 1 hampir tertimpa kereta. Dipo Lokomotif pun mangalami hal yang sama tercatat 3 kasus kecelakaan kerja satu diantanya merupakan kecelakaan berat. Masalah yang di alami oleh PT KAI bukan hanya seputar kecelakaan pada tenaga kerjanya namun berkaitan pula dengan kecelakaan kereta api secara umum. Data menunjukkan berfluktuasinya angka kecelakaan selama 5 tahun terakhir. Menurut data Kementerian Perhubungan tahun 2014 mengenai kasus kecelakaan kereta api dari 2010-2014. Pada tahun 2010 terjadi 42 kecelakaan kereta kecelakaan tersebut diantaranya 3 tabrakan kereta dengan kereta, 25 anjlokan, 4 terguling, 6 banjir/longsor, dan 4 kecelakaan lainnya. Pada tahun 2011 terjadi 33 kali kecelakaaan diantaranya 1 tabrakan kereta dengan kereta, 21 anjlokan, 2 terguling, 1 banjir/longsor dan 6 kecelakaan lainnya. Pada tahun 2012 terjadi 33 kali kecelakaan diantaranya 2 tabrakan kereta dengan kereta, 21 anjolkan, 2 terguling, 4 longsor/banjir, dan 2 kecelakaan lainnya. Pada tahun 2013 terjadi kenaikan kecelakaan terjadi 39 kali diantaranya 25 anjlokan, 1 terguling, 7 banjir/longsor, 6 kecelakaan lain. Pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 13 kecelakaan diantaranya 10 anjlokan, 2 longsor, 1 kecelakaan lainnya. Meski angka kecelakaan masih kerap kali terjadi tidak membuat masyarakat takut menggunakan jasa transportasi ini. Fakta lain menunjukkan bahwa kereta api masih dianggap sebagai transportasi yang cukup diminati oleh masyarakat, terbukti dengan adanya peningkatan setiap tahunnya jumlah pengguna jasa transportasi ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Budiawan (2014) mengenai jumlah penumpang tahun 2006-2012. Tercatat pada tahun 2006 jumlah penumpang sebanyak 159.419, tahun 2007 sebanyak 175.336 penumpang, tahun 2008 sebanyak
3
194.076, tahun 2009 sebanyak 203.070 penumpang, tahun 2010 menjadi 203.270 penumpang, tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 199.337 penumpang, dan tahun 2012 mengalami peningkatan kembali menjadi 202.179 penumpang. Peningkatan jumlah penumpang ini mengharuskan PT KAI meningkatkan aspek Keselamatan (Budiawan. dkk., 2014) Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 bahwa kecelakaan kerja merupakan suatu masalah yang harus segera ditangani bersama, pemerintah telah menjelaskan bahwa kecelakaan kerja wajib dicegah dan ditangani oleh pekerja, pengusaha dan pemerintah. Kasus kecelakaan dapat ditangani melalui pembangunan suatu sistem yang jelas, terukur dan terarah untuk mengatur setiap kegiatan menjadi aman, maka perlu adanya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Penerapan SMK3 memberikan banyak hal positif pada perusahaan. SMK3 dapat mengurangi risiko bahaya di tempat kerja dan dapat menciptakan kondisi kerja yang produktif (Silaban dkk., 2009). Berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2003 menjelaskan tentang pelaksanaan SMK3 yang berupa kewajiban diatur dalam pasal 87 ayat (1) yang berbunyi “Setiap Perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”. SMK3 bukan hanya suatu kewajiban perusahaan untuk memenuhi tuntutan dari negara, tetapi merupakan upaya untuk melindungi pekerja.
Seperti yang
terdefinisi di dalam SMK3 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012. SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
4
Sebagai salah satu usaha milik negara tentu PT. KAI memiliki kewajiban mentaati peraturan pemerintah dalam melindungi pekerjanya dari ancaman kecelakaan. PT. KAI sendiri memiliki visi yaitu “Terwujudnya Kereta Api sebagai Pilihan Utama Jasa Transportasi dengan Fokus Keselamatan dan Pelayanan”. Visi ini memperjelas bahwa PT KAI memang mengutamakan aspek keselamatan. PT KAI tidak hanya bertanggung jawab pada keselamatan dan kenyamanan tenaga kerjanya sediri, tetapi memiliki tanggug jawab lebih besar untuk menjaga keselamatan pengguna jasa kereta api yakni masyarakat diseluruh Indonesia (Pranajaya. dkk., 2013). Dalam mengangkat aspek keselamatan PT. KAI membentukkan Direktorat Keselamatan dan Keamanan atau yang sering disebut SHE (Safety Health Environment). Direktorat ini terbagi menjadi dua unit besar yaitu keamanan dan keselamatan
memiliki tanggung jawab menyusun kebijakan Keselamatan,
Keamanan, Kesehatan dan Lingkungan. Langkah pertama dalam membangun aspek keselamatan PT KAI membuat komitmen tertulis pada surat keputusan direksi nomor KP.501/I/4/KA-2011. Selanjutnya PT KAI berusaha untuk merintis SMK3 pada tahun 2013 dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 berdasarkan 12 elemen dengan 166 kriteria. Agar komitmen tersebut juga dimiliki oleh 9 Daerah Operasional (DAOP) yang tersebar di Jawa dan 3 Divisi Regional (DIVRE) di Sumatera,
maka
dikeluarkannya
surat
keputusan
direksi
nomor
KEP.U/LL.507/111/2/KA-2014. Isinya berupa himbauan pada setiap daerah operasional untuk bersama-sama memiliki komitmen untuk menerapkan aspek keselamatan pada setiap kegiatan pekerjaan di lingkungan. Pada saat ini SMK3 yang dilaksanakan sampai pada tahap pelaksanaan rencana K3 yaitu identifikasi bahaya
5
hal
ini
dengan
dikeluarkannya
keputusan
direksi
PT
KAI
No.
Kep.U/LL.507/IX/1/KA-2013. Adanya surat keputusan direksi tersebut maka DAOP 2 Bandung membuat suatu komitmen keselamatan tertulis yang di tanda tangani oleh kepala DAOP dan jajaran manager. DAOP 2 Bandung memiliki satu Dipo Lokomif, satu Dipo Kereta, dan 53 Stasiun. DAOP 2 Bandung salah satu daerah operasional yang memiliki kegiatan cukup sibuk dalam menangani kegiatan pengangkutan penumpang kereta api keluar kota. Saat ini DAOP 2 Bandung baru menerapkan SMK3 pada departemen sarana yang membawahi satu Dipo Lokomotif dan satu Dipo Kereta. Komitmen keselamatan tertulis yang dilakukan DAOP 2 Bandung menunjukkan bahwa pentingnya komitmen itu dibuat. Komitmen menjadi langkah awal perusahaan memiliki tekad dalam menerapkan K3 pada setiap kegiatan perusahaan. Komitmen yang tinggi menjadi salah satu faktor keberhasilan SMK3. Komitmen perlu disosialisasikan pada seluruh pihak ditempat kerja untuk mewajibkan keterlibatan semua pihak dalam perusahaan. Komitmen yang kuat dari berbagai pihak mulai manajemen sampai pada level pekerja untuk menerapkan SMK3 dapat memudahkan tahap SMK3 selanjutnya. Selain dari itu dapat terciptanya perusahaan yang selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja sehingga dapat terciptanya budaya K3 (Luckyta. danPartiwi., 2012). Dampak positif lain dari terbangunnya komitmen adalah dapat meningkatkan efektivitas kerja karyawan (Rahayu, 2010). Penelitian yang dilakukan Akson dan Hadikusumo tahun 2008 menunjukkan bahwa kunci utama yang mendorong keberhasilan sistem K3 ialah keterlibatan karyawan, sistem pengawasan dan pencegahan keselamatan, pengaturan keselamatan dan komitmen manajemen
6
(Margaretha danUtari, 2011). Selain itu dibandingkan dengan loyalitas komitmen memiliki kontribusi lebih aktif, seorang karyawan yang berkomitmen akan menunjukkan kerja yang lebih dari seorang yang loyalitasnya tinggi (Luckyta. danPartiwi., 2012) Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menggali komitmen team manajemen DAOP 2 Bandung PT KAI dalam penerapan SMK3 tahun 2015. Penelitian ini untuk menggali tingkat komitmen Daerah Operasional 2 Bandung terhadap penerapan SMK3 sehingga dapat menjadi bahan masukkan dalam memperbaiki pelaksanaan SMK3 PT KAI. 1.2.
Rumusan Masalah PT KAI mengangkat aspek keselamatan dalam visi perusahaan untuk
terwujudnya penerapan SMK3 pada tahun 2013. Mengacu pada PP No. 50 tahun 2012. PT KAI telah mengeluarkan komitmen tertulis dalam Surat Keputusan Direksi nomor KP.501/I/4/KA-2011 tentang komitmen keselamatan PT KAI. Himbauan pada seluruh daerah operasional agar bersama-sama untuk berkomitmen juga telah ditulis melalui SK direksi. DAOP 2 Bandung telah memiliki komitmen tertulis yang disepakati untuk diterapkan sebagai bukti keseriusan DAOP 2 Bandung untuk mendorong keberhasilan SMK3. Namun kenyataan dilapangan kasus kecelakaan kerja di Dipo Kereta dan Dipo Lokomotif tercatat sebanyak 6 kasus. Adanya ketidak sesuaian dengan komitmen yang dituliskan bahwa DAOP 2 Bandung bertekad menciptakan zero accident. Atas dasar ini, maka peneliti bermaksud meneliti 1 dari 12 komponen SMK3. Melihat sejauhmana komitmen team manajemen DAOP 2 terhadap penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah dilaksanakan.
7
1.3. 1.
Pertanyaan Penelitian Bagaimana komitmen team manajemen terhadap penerapan SMK3 di DAOP 2 Bandung PT KAI tahun 2015?
2.
Bagaimana komitmen senior manajemen terhadap penerapan SMK3 DAOP 2 Bandung di PT KAI tahun 2015?
3.
Bagaimana komitmen organisasi di DAOP 2 Bandung PT KAI tahun 2015?
4.
Bagaimana kriteria pembangunan dan pemeliharaan komitmen di DAOP 2 Bandung PT KAI tahun 2015 terhadap penerapan SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012?
1.4.
Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum Mengetahui Komitmen Team Manajemen dalam Penerapan
Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di DAOP 2 Bandung PT KAI 1.4.2. Tujuan Khusus 1.
Mengetahui komitmen senior manajemen Daerah Operasional 2 Bandung dalam penerapan SMK3 di PT KAI
2.
Mengetahui komitmen organisasi di Daerah Operasional 2 Bandung PT KAI
3.
Mengetahui kesesuaian kriteria pembangunan dan pemeliharaan komitmen di Daerah Operasional 2 Bandung PT KAI terhadap penerapan SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012.
8
1.5.
Manfaat penelitian
1.5.1. Bagi Perusahaan 1. Membantu memperbaiki komitmen DAOP 2 Bandung dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Mengetahui kekurangan dan kelemahan dari komitmen yang telah ditetapkan sehingga dapat melakukan evaluasi. 3. Terciptanya hubungan baik antara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan perusahaan 1.5.2. Bagi Institusi Sebagai bahan pustaka untuk Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah dalam pengembangan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya kajian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). 1.5.3. Bagi Peneliti 1. Diperoleh ilmu, pengalaman serta penerapan materi terkait tema penelitia yang diangkat 2. Penerapan pengetahuan tentang Keselamatan dan kesehatan Kerja yang telah diperoleh pada masa akademik terhadap kenyataan di lapangan 3. Upaya pengembangan berfikir logis, terstruktur dan sistematis 1.6.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berjudul “Komitmen Team Manajemen dalam Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero)”. Penelitian ini dilakukan di DAOP 2 Bandung PT KAI pada bulan Februari- September 2015. Penelitian ini merupakan penelitian
9
kualitatif, cara pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Analisis yang digunakan adalah analisis taksonomi, analisis domain, analisis konnten dan analisis komparatif.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komitmen Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komitmen didefinisikan sebagai suatu perjanjian untuk melakukan sesuatu. Komitmen juga diartikan sebagai kesanggupan melakukan apa pun yang harus dilakukan demi tercapainya impian dan tujuan. (Molloy, 2010). Sehingga komitmen merupakan suatu tindakan seseorang untuk mencapai impian yang sudah menjadi tujuan. Hal ini juga sejalan dengan ungkapan yang disampaikan oleh Steers dan Porter mereka memandang bahwa komitmen organisasi merupakan sikap karyawan dalam mengidentifikasi dirinya terhadap organisasi dan tujuannya serta ingin mempertahankan keanggotaannya untuk mencapai tujuan (Suseno danSugiyanto, 2010) Menurut Miner dalam (Suseno dan Sugianto, 2010) komitmen merupakan kekuatan relatif proses untuk mengidentifikasi seseorang dengan melihat keterlibatan dalam organisasi, serta dapat melihat kekuatan keinginan seorang karyawan untuk tetap menjadi anggota organisasi (Suseno danSugiyanto, 2010). Pengusaha atau pemilik perusahaan dapat melihat komitmen karyawannya melalui keterlibatan karyawan dalam membangun suatu organisasi, serta sebagai bahan pertimbangan dan penilaian terhadap kesungguhan karyawan dalam bekerja. Tingkat komitmen baik perusahaan terhadap karyawan, maupun antara karyawan sangat diperlukan karena melalui komitmen perubahan dapat menciptakan iklim kerja yang profesional. Menurut Aris dan Gozhali dalam (Murty
9
10
danHudiwinarsi, 2012) komitmen merupakan perspektif yang bersifat keperilakuan sehingga komitmen diartikan sebagai perilaku yang konsisten dengan aktivitas (consistent lines of activity). Komitmen yang tinggi dari karyawan terhadap organisasi dapat meningkatkan kinerja karyawan tersebut 2.2. Komponen Komitmen Menurut Allen dan Meyer dalam (Seniati, 2006) membagi komitmen menjadi tiga komponen, yaitu: komitmen afektif, komitmen rasional atau komitmen berkesinambungan, dan komitmen normatif: 1.
Komitmen afektif (affective commitment) berkaitan dengan adanya keterikatan emosional, identifikasi, dan keterlibatan karyawan pada organisasi
2.
Komitmen
rasional
atau
komitmen
berkesinambungan
(continuance
commitment) berkaitan dengan untung rugi jika karyawan meninggalkan organisasi 3.
Komitmen normatif (normative commitment) berkaitan dengan adanya perasaan wajib dalam diri karyawan untuk tetap bekerja dalam organisasi.
Ketiga komponen tersebut dapat muncul dengan tingkat yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh anteseden yang berbeda pula. 2.3. Pengertian Manajemen Manajemen adalah serangkaian aktivitas yang termasuk didalamnya adalah proses perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian yang diarahkan pada sumber daya yang dimiliki organisasi meliputi manusia, infomasi, finansial, fisik yang dikelola secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. (Griffin, 2003)
11
Tingkatan Manajemen terbagi menjadi 3 yaitu lini, tengah dan atas. Manajer lini garis-pertama (firt line) adalah tingkat manajemen paling rendah dalam organisasi. Manajer menengah (Middle Manager) adalah manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi biasanya mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer. Manajer puncak (Top Manager) terdiri dari kelompok relatif kecil yang bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan (Ismainar, 2015). Top Manajemen bertanggung jawab merencanakan organisasi dalam jangka waktu ke depan. (Prasetya, 2009). 2.4. Unsur-Unsur Manajemen Menurut Emerson manajemen memiliki lima unsur, yaitu man, money, material, machine, dan method. 1.
Man (manusia)
Berhubungan dengan sumber daya manusia yang dimiliki oleh orgnisasi dalam membentuk suatu perusahaan dalam menjalankan roda manajerial. 2.
Money (uang)
Berhubungan penyediaan uang untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi 3.
Material (bahan, perlengkapan)
Terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi, untuk mencapai hasil yang baik selain unsur manusia yang ahli dalam bidangnya yang perlu diperhatikan juga yaitu penggunaan material atau bahan sebagai salah satu saran karena tanpa bahan atau material tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
12
4.
Machine (alat-alat)
Machine atau mesin dapat digunakan untuk memudahkan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar karena dengan
menggunakan mesin dapat
mengefisinsikan waktu dan proses produksi dan kegiatan lainnya dapat terselesaikan dengan cepat. 5.
Method (cara kerja)
Method atau metode adalah suatu tata cara yang memperlancar jalannya pekerjaan, dapat dinyatakan pula bahwa metode adalah penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan pertimbangan kepada sasaran, fasilitas yang tersedia, waktu, dan uang dari kegiatan usaha (Saputro danNuryati, 2015) 2.5. Fungsi Manajemen Beberapa fungsi manajemen yang pokok sering digunakan dalam bidang kegiatan apa pun yaitu: 1.
Perencanaan (planning) merupakan fungsi manajemen yang berkaitan dengan penyusunan tujuan yang dijabarkan dalam bentuk perencanaan
2.
Pengorganisasian (organizing) merupakan fungsi manajemen yang berkaitan dengan pengelompokkan personel dan pembagian tugas.
3.
Pengaturan personel (staffing) merupakan fungsi manajemen yang berkaitan dengan bimbingan kerja dan pengaturan kerja personel pada setiap unit masingmasing manajemen.
4.
Pengarahan (directing) merupakan fungsi manajemen yang berkaitan dengan kegiatan pengarahan tugas dan instruksi kerja.
13
5.
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen berkaitan dengan pemeriksaan untuk menentukan kebenaran dari pekerjaan yang telah dilakukan, serta melakukan koreksi apakah sesuai dengan perencanaan dan mengatahui sejauh mana kemajuan yang telah tercapai.(Amsyah, 1977)
2.6. Prinsip-prinsip Manajemen Banyak prinsip manajemen yang dikemukakan oleh para ilmuwan salah satunya adalah 14 prinsip manajemen yang dikemukakan oleh Henry Fuyol. 14 prinsip tersebut yaitu: 1.
Pembagian kerja (division of work) yaitu membagi pekerjaan ke dalam tugastugas terspesialisasi dan membebankan tanggung jawab kepada individu tertentu.
2.
Otoritas (authority) mendelegasikan otoritas bersama-sama dengan tanggung jawab.
3.
Disiplin (discipline) membuat ekspektasi-ekspektasi menjadi jelas dan menghukum pelanggaran-pelanggaran
4.
Kesatuan perintah (unity of command) setiap pekerja harus berada dibawah satu pengawas.
5.
Kesatuan arah (unity of direction) upaya-upaya yang dilakukan pekerja harus difokuskan untuk mencapai tujuan organisasi
6.
Kepentingan pribadi mengalah terhadap kepentingan umum (Subordination of individual interests to the general interests) kepentingan umum lebih diutamakan.
7.
Penumerasi (penumeration) memberikan gaji pada pegawai sevara sistematis bagu upaya-upaya yang mendukung arah organisasi
14
8.
Pemusatan (centralization) menentukan kepentingan
relativ dari atasan dan
bawahan membagi wewenang agar tidak terjadi kesimpangsiuran pembagian tanggung jawab dan wewenang. 9.
Rantai Skalar menjaga komunikasi antar pekerja dan atasan dalam rantai perintah.
10. Urutan mengurutkan pekerjaan dan bahan-bahan sehingga mendukung arah organisasi 11. Pemerataan (Equity) kedisiplinan yang diterapkan secara adalah untuk meningkatkan komitmen pekerja 12. Stabilitas dan jabatan untuk meningkatkan loyalitas dan kelangsungan hidup pekerja 13. Inisiatif untuk mendorong pekerja bertindak atas inisiatif sendiri dalam rangka mendukung tujuan organisasi 14. Semangat kebersamaan (Esprit de corp) mendukung penyatuan kepentingan antar pekerja dan manajemen (Thomas S. Bateman danSnell, 2008). 2.7. Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu struktur, tanggung jawab, praktek dan suatu prosedur semberdaya perusahaan untuk menerapkan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (ILO, 1998). Menurut PP No. 50 tahun 2012 SMK3 adalah sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
15
2.8. Tujuan SMK3 Sistem Manajemen K3 merupakan sistem manajemen yang memiliki tujuan utama yaitu memberikan perlindungan pada pekerja, bagaimanapun pekerja adalah asset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya(Suardi, 2007). Tujuan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja menurut PP no 50 tahun 2012 (pasal 2) 1.
Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terstruktur, dan terintegrasi
2.
Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan /atau serikat pekerja/serikat buruh
3.
Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong produktifitas
Tujuan dari penerapan SMK3 dapat digolongkan sebagai bcrikut 1.
Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menjadi alat ukur pencapain kinerja K3 serta untuk mengetahui sejauh mana penerapan K3 diberlakukan di suatu organisasi. Cara yang digunakan yaitu dengan membandingkan pencapaian K3 dengan beberapa persyaratan yang telah ditetapkan. Pengukuran dapat diketahui oleh suatu orgaisasi jika organisasi telah melakukan audit internal maupun eksternal. Persyaratan SMK3 yang diberlakukan di Indonesia yaitu SMK3 berdasarkan PP Nomor 50 tahun 2012.
16
2.
Sebagai sertifikasi
SMK3 dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan manajemen K3. Sertifikat biasanya diberikan oleh lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi, organisasi yang sudah mendapatkan sertifikat dinyatakan sudah baik dalam menerapkan SMK3 di organisasinya. 3.
Sebagai dasar pemberian penghargaan (awards)
SMK3 seringkali dijadikan tolak ukur dalam memberikan penghargaan pada suatu organisasi, penghargaan biasanya diberikan oleh pemerintah atau lembaga lain sebagai suatu bentuk penghargaan terhadap pencapaian kinerja K3 yang baik. Organisasi yang mendapatkan penghargaan akan mendapatkan citra baik di mata masyarakat dianggap telah mengutamakan aspek keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya. 4.
Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi
SMK3 menjadi acuan dalam mengimplementasikan K3, dan dasar dalam megembangkan manajemen K3 diorganisasi karena sudah dianggap terstandar didunia. (Ramli, 2010) 2.9. Manfaat SMK3 1.
Perlindungan Karyawan
Karyawan atau pekerja merupakan asset yang sangat perlu dijaga sehingga sangat penting bagi perusahaan untuk dapat melindungi setiap pekerjanya. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sangat memberikan dampak positif terhadap angka kecelakaan kerja. Pekerja yang terjamin aspek keselamatan dan
17
kesehatannya akan memberikan kinerja yang optimal, memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas terhadap perusahaan. 2.
Memperlihatkan Kepatuhan pada Peraturan dan Undang-Undang
Akibat yang di timbulkan dari ketidak patuhan perusahaan terhadap perundangundangan yang berlaku dalam suatu negara seperti citra buruk, adanya tuntutan hukum dari badan pemerintahan dan permasalahan tenaga kerja. Penerapan SMK3 pada suatu perusahaan menunjukan adanya niat baik perusahaan untuk mencegah kecelakaan. 3.
Mengurangi Biaya
Keuntungan dari penerapan SMK3 adalah dapat mengurangi biaya akibat kecelakaan, meskipun dalam proses audit SMK3 akan mengeluarkan biaya besar tetapi akan lebih efisien dibandingkan dengan pengeluaran biaya akibat kecelakaan. SMK3 sebagai salah satu upaya dalam mencegah pengeluaran biaya yang tidak terduga akibat kecelakaan. Salah satu biaya yang dapat dikuragi oleh SMK3 adalah biaya premi asuransi banyak perusahaan yang biaya premi asuransinya lebih kecil setelah menerapkan SMK3. 4.
Membuat Sistem Manajemen yang Efektif
Banyak variabel yang membantu dalam kesuksesan sistem manajemen yang efektif, diataranya mutu, lingkungan, keuangan, tekologi informasi dan K3. Bentuk nyata penerapan SMK3 adalah dengan adanya prosedur yang terdokumentasi, dengan adanya prosedur segala aktifitasi yang terjadi dapat terorganisir dengan baik. Persyaratan perencanaan, evaluasi, dan tindak lanjut merupakan bentuk suatu manajemen yang baik dan bagian penting pengendalian dan pemantauan sehingga
18
dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi. Sistem dapat meningkatkan kemampuan personel dalam mengetahui potensi ketidaksesuaian. Sehingga organisasi dapat berkonsentrasi dalam melakukan peningkatan dibandingkan melakukan perbaikan atas permasalahan-permasalahan yang terjadi. 5. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan Pekerja
yang
merasakan
keamanan
dalam
menjalankan
perkerjaan
akan
menghasilkan kinerja yang optimal sehingga akan berdampak pada produk yang dihasilkan. Penerapan SMK3 dapat menimbulkan citra baik pada perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan pelangga (Suardi, 2007). 2.10. Proses SMK3 Terdapat dua unsur pokok dalam Sistem Manajemen K3 yaitu terletak pada proses manajemen dan elemen-elemen implementasi. Proses SMK3 menjelaskan bagaimana suatu manajemen itu dijalankan. Elemen SMK3 sebagai komponenkomponen yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan. Elemen-elemen SMK3 tersebut antara lain tanggung jawab, wewenang, hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan sumber daya. Seringkali dalam menentukan suatu kebijakan K3, perencanaan, objektif dan program biasanya dipertimbangkan melalui elemen-elemen SMK3 (Ramli, 2010). Pendekatan yang digunakan dalam proses manajemen K3 adalah pendekatan PDCA (plan-do-check-action) merupakan suatu pendekatan yang biasa digunakan dalam manajemen, diawali dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan dan tindakan perbaikan. Langkah awal dalam menetapkan Sistem manajemen K3 dari tahap perencanaan, suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien tanpa
19
perencanaan yang matang. Perencanaan diawali dengan suatu komitmen kuat dari pihak manajemen. Tahap selanjutnya dari Sistem Manjemen K3 adalah tahap operasional, dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa program-program untuk mencapai suatu keberhasilan melalui pengerahan sumber daya yang ada. Proses dari suatu sistem yang berjalan secara terus-menerus seperti Sistem Manajemen K3 harus selalu ditinjau ulang secara berkala untuk mengetahui relevansi dari suatu sistem (Ramli, 2010). Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 proses SMK3, terdapat beberapa langkah yang dilakukan dalam proses SMK3 dan sifatnya memiliki kesinambungan saling keterkaitan antar bagian. Berikut proses penerapan SMK3 dalam PP No. 50 tahun 2012: 1.
Penetapan kebijakan K3
2.
Perencanaan K3
3.
Pelaksanaan Rencana K3
4.
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan
5.
Peninjauan ulang dan peningkatan kinerja SMK3. (Indonesia, 2012)
20
Gambar 2.1 Siklus PDCA (Plant, Do, Check, Action) Sumber: (Ramli, 2010) Pendekatan yang digunakan untuk menerapkan SMK3 adalah menggunakan siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA). Plan yang dilakukan berupa penetapan sasaran dan proses yang diperlukan untuk menacapai hasil dengan kebijakan K3 organisasi. Do melaksanakan proses yang telah direncakana. Check berupa pemantauan dan pengukuran terhadap proses berdasarkan kebijakan, sasaran, peraturan perundangundangan dan persyaratan K3 lainnya serta melaporkan hasilnya. Act mengambil tindakan untuk perbaikan kinerja K3 secara berkelanjutan (Susihono dan Rini, 2013). 2.11. SMK3 Menurut OHSAS 18001 OHSAS 18001:2007 (Occupational Health and Safety Assessment Series) merupakan standar untuk sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku di dunia. SMK3 merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan yang digunakan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan K3 dan mengelola risiko. OHSAS secara resmi dipublikasikan tahun 2007 dnegan
21
menggunakan
pendekatan
kesisteman
mulai
dari
perencanaan,
penerapan,
pemantauan, dan tindakan perbaikan yang mengikuti siklus PDCA (P danAtuti, 2013). Standar ini dapat diterapkan pada setiap organisasi yang memiliki tekad untuk meminimalkan risiko yang mengancam pekerja. OHSAS dapat dipadukan dengan sistem yang sudah ada di organisasi untuk saling melengkapi. Organisasi yang mengimlementasikan OHSAS 18001 memiliki struktur manajemen yang terorganisir dengan wewenang dan tanggung jawab yangtegas, sasaran yang jelas, hasil pencapaian yang di ukur dan pendekatan yang terstruktur untuk menilai risiko (P danAtuti, 2013). OHSAS 18001 sesuai dengan organisasi yang berkeinginan untuk: 1. Membuat sebuah Sistem Manajemen K3 yang berguna untuk mengurangi atau menghilangkan tingkat risiko yang menimpa karyawan atau pihak terkait yang terkena dampak aktivitas organisasi 2. Menerapkan memelihara dan melakukan perbaikan berkelanjutan sebuah SMK3. 3. Melakukan sertifikasi atau melakukan penilaian sendiri (Suardi, 2007). Dalam menerapkan OHSAS 18001 terdapat beberapa klausul yang harus dipenuhi oleh organisasi yang ingin menerapkan SMK3. Berikut adalah klausulklausulnya:
22
Tabel 2.1 Kalausul OHSAS 18001:2007 Nomor
Kalausul
4.2
Kebijakan K3
4.3
Perencanaan
4.3.1
Identifikasi bahaya potensial, penilaian risiko, dan pengendalian risiko
4.3.2
Legal
4.3.3
Tujuan dan Sasaran
4.3.4
Program Manajemen K3
4.4
Operasional dan Penerapan
4.4.1
Struktur dan Organisasi
Nomor
Kalausul
4.4.2
Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi
4.4.3
Konsultasi dan Komunikasi
4.4.4
Sistem Dokumentasi SMK3
4.4.5
Pengendalian Dokumen
4.4.6
Pengendalian Operasi
4.4.7
Persiapan dan Tanggap Darurat
4.5
Pemantauan dan Pengukuran
4.5.1
Petunjuk Kerja, Pemantauan dan Pengukura
4.5.2
Kecelakaan, Insiden, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
4.5.3
Pengendalian Rekaman
4.5.4
Audit
4.6
Tinjauan Manajemen
23
2.12. SMK3 Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Sama halnya dengan sistem manajemen lainnya tentu terdapat beberapa tahapan dan elemen yang terkadung dalam SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012. SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 dianggap sebagai pedoman bagi setiap perusahaan di Indonesia dalam menerapkan SMK3, akan tetapi sama dengan OHSAS 18001:2007 bahwa sistem ini dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan masing-masing sehingga bukanlah sistem yang mutlak. Perusahaan yang wajib menerapkan yaitu perusahaan yang mempekerjakan sedikitnya 100 orang pekerja atau mempunyai tingkat risiko bahaya yang tinggi (Indonesia, 2012). Tahapa manajemen dalam SMK3 berdasarkan Pertauran Pemerintah No. 50 tahun 2012 yaitu meliputi: 1.
Penetapan kebijakan K3 Tahap penetapan kebijakan K3 adalah merupakan tahap awal dalam penerapan
SMK3. Kebijakan K3 yang disusun sebaiknya berdasarkan tinjauan terhadap aspek K3 diperusahaan awal yang dikonsultasikan kepada pekerja. Kebijakan yang telah disusun sebaiknya ditetapkan oleh top manajemen yang secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 selalu dikomunikasikan kepada pekerja atau pihak terkait lainnya, dan selalu dijamin ketersediaannya dan terpelihara. Kebijakan sebaiknya kebijakan K3 yang selalu relevan dan selalu diperbaharui. Penempatan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan akan dapat mempermudah jalannya SMK3 diperusahaan, serta didukung dengan penyediaan anggaran, tenaga kerja, dan sarana yang memadai. Pimpinan perusahaan harus menunjukkan bentuk
24
komitmennya dalam menerapkan sistem ini agar pelaksanaan SMK3 selalu mendapatkan dukungan dari pimpinan. 2.
Perencanaan K3 Tahap perencanaan merupakan tahap yang cukup penting dalam SMK3. Tahap
perencanaan harus disusun pengusaha berdasarkan data kongkrit dari kondisi perusahaan seperti hasil penelaahan awal, identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Perencanaan disusun juga berdasarkan peraturan perundangundangan dan persyaratan lainnya, akan tetapi harus dipertimbangkan dari sisi sumberdaya yang ada. Poin yang sebaiknya dimasukkan dalam tahap perencanaan yaitu tujuan dan sasaran, skala prioritas berdasarkan risiko tertinggi, upaya pengendalian bahaya, penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian, dan sistem pertanggung jawaban yang dikomunikasikan. 3.
Pelaksanaan rencana K3 Tahap pelaksanaan akan sangat berkaitan dengan sumber daya manusia dana
sarana dan prasarana. Sumber daya yang digunakan harus memiliki kualifikasi dan sarana prasarana harus memadai sehingga dapat menunjang jalannya SMK3 di perusahaan. 4.
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 Banyak cara yang dapat dilakukan dalam pemantauan dan evaluasi kinerja baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Audit internal SMK3 secara berkala dapat mengetahui pecapaian kinerja SMK3 sehigga perusahaan dalap mengetahui kekurangan dan perbaikan yang perlu dilakukan.
25
5.
Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 Menjamin kesesuaian dan keefektifan SMK3 dapat dilakukan melalui tahap
peninjauan
dan
peningkatan
kinerja
SMK3
agar
proses
SMK3
selalu
berkesinambungan sehingga dapat mencapai tujuan. Tinjauan yang dilakukan harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap semua unsur perusahaan. Sama halnya dengan OHSAS 18001 SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 memiliki elemen-elemen yang harus diterapkan oleh perusahaan. SMK3 ini memiliki 12 elemen dan 166 kritteria, berikut adalah 12 elemen PP No. 50 tahun 2012: 1. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen 2. Strategi Pendokumentasian 3. Peninjauan Ulang Desain dan Kontak 4. Pengendalian Dokumen 5. Pembelian 6. Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 7. Standar Pemantauan 8. Pelaporan dan Perbaikan 9. Pengelolaan Material dan Perpindahan 10. Pengumpulan dan Penggunaan Jasa 11. Audit SMK3 12. Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan 2.13. Kriteria Pencapaian Audit SMK3 PP No. 50 Tahun 2012 Terdapat beberapa kriteria audit yang tercantum dalam PP No. 50 tahun 2012 sebanyak 12 elemen dengan 166 kriteria. Elemen-elemen yang termasuk dalam
26
SMK3 PP No. 50 tahun 2012 adalah pembangunan dan pemeliharaan rencana K3, pembuatan dan pendokumentasian rencana K3, pengendalian, perancangan dan peninjauan kotak, pengendalian dokumen, pembelian dan pengendalian produk, kemanan bekerja berdasarkan SMK3, standar pemantauan, pelaporan dan perbaikan. Penetapan kriteria audit pada setiap tingkat pencapaian penerapan SMK3 terbagi menjadi 3 tigkat, yaitu: 1.
Penilaian tingkat awal, penilaian penerapan SMK3 memenuhi 64 kriteria
2.
Penilaian tingkat transisi, penilaian penerapan SMK3 memenuhi 122 kriteria
3.
Penilaian tingkat lanjut, penilaian penerapan SMK3 memenuhi 166 kriteria Tabel 2.2 Tingkat Pencapaian Penerapan Audit
Kategori Tingkat Pencapaian Penerapan Perusahaan 0-59% 60-84% 85-100% Kategori tingkat Tingkat penilaian Tingkat penilaian Tingkat penilaian awal (64 kriteria) penerapan penerapan baik penerapan kurang memuaskan Kategori tingkat Tingkat penilaian Tingkat penilaian Tingkat penilaian transisi (122 penerapan penerapan baik penerapan kriteria) kurang memuaska Kategori tigkat Tingkat penilaian Tingkat penilaian Tingkat penilaian lanjutan ( 166 penerapan penerapan baik penerapan kriteria) kurang memuaskan Sumber: Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 juga mengkategorikan penilaian terhadap perusahaan berdasarkan criteria menurut sifatya yaitu: 1.
Kategori kritikal
Kategori ini ketika audit menemukan temuan yang mengakibatkan fatality atau kematian pada pekerja.
27
2.
Kategori mayor
Kategori ini ketika perusahaan tidak memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan, perusahaan tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3, terdapat temuan minor untuk satu kriteria audit di beberapa lokasi. 3.
Kategori minor
Kategori ini ditemukan jika ketidakkonsistenan dalam pemenuhan persyaratan peraturan perundang-undangan, standar, pedoman, dan acuan lainnya. 2.14. Komitmen Manajemen Terhadap K3 Pelaksanaan K3 di perusahaan tidak bisa lepas dari peran manajemen. Peran tersebut mulai dari perancanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan. Selanjutnya dapat pula ditinjau dari komponen manusia, material, uang, mesin/alat, metode kerja, informasi. (Endroyo, 2006). Manajemen juga sangat berperan dalam mencegah kecelakaan karena menurut Undang-Undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja menyatakan adanya tanggung jawab kepada manajemen untuk melaksanakan pencegahan kecelakaan (Setiawan. dkk., 2011). Kecelakaan kerja dapat terjadi jika lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe condition) dan tindakan yang tidak aman (unsafe acts) yang disebabkan disfungsi manajemen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) (Silaban, 2009). Upaya yang dapat dilakukan pihak manajemen adalah salah satunya dengan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Penerapan SMk3 di evaluasi melalui kegiatan audit. Informasi tingkat pemenuhan SMK3 melalui hasil audit SMK3 berguna sebagai umpan balik bagi manajemen untuk melakukan tindakan korektif terhadap 5 prinsip penerapan SMK3 berdasarkan ketidaksesuaian
28
kriteria tiap unsur dari 12 unsur audit SMK3 (Silaban, 2009). Kegiatan ausit SMk3 bukan untuk mencari kesalahan orang (fault finding) tetapi ditujukan untuk menemukan (fack finding) serta mebuktikan kekuatan dan kelemahan ada pada suatu sistem sehingga tercapai tujuan (Silaban, 2009). Salah satu faktor keberhasilan dari penerapan SMk3 di perusahaan adalah diperlukannya komitmen manajemen terhadap K3 (Silaban, 2009). Komitmen perusahaan penting untuk melindungi keselamatan para pekerja sehingga menjadikan karyawan selalu merasa aman dan yaman dalam bekerja apabila persahaan mempunyai komitmen utuk melindungi keselamatan karyawan (Setiawan. dkk., 2011). Adanya komitmen dari perusahaan mampu menciptakan produktifitas yang baik (Setiawan. dkk., 2011). Komitmen yang di maksud dalam SMK3 adalah suatu tekad, keinginan dan penyertaan tertulis pengusaha atau pengurus dalam pelaksanaan K3. Terdapat 3 hal penting yang menjadi perhatian penting yaitu kepemimpinan dan komitmen, tinjauan awal K3 dan kebijakan K3 (Mentang, 2013). 2.15. Alat Ukur Komitmen Top Manajemen Salah satu komitmen yang akan di ukur dalam penelitian ini adalah komitmen dari top manajemen. Sebagai pimpinan dalam suatu kegiatan usaha komitmen dari top manajemen sangatlah mempengaruhi komitmen dari team manajemen lainnya. Komitmen top manajemen ini akan di ukur menggunakan Senior Manajemen Commitment Indeks (SMCI). Alat ukur ini sering kali digunakan untuk menilai perilaku senior manajemen terhadap aspek K3 diperusahaan. 2.15.1 Senior Management Commitment Indeks (SMCI) Adanya hirarki dalam struktur perusahaan dapat mempengaruhi terbentuknya komitmen. Komitmen pada level manajerial tertinggi dapat mempengaruhi
29
manajerial level menengah, kemudian manajerial tingkat menengah akan dapat mempengaruhi supervisor, staff dan operator sehingga dapat terciptanya suatu budaya. Pembentukan komitmen untuk selamat harus dimulai dari tingkat manajerial paling tinggi melalui bentuk dukungan terhadap setiap program keselamatan yang dilaksanakan. Komitmen tersebut juga harus selalu diperlihatkan oleh manajemen tertinggi untuk dapat memotivasi kayawan dalam pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja. Komitmen keselamatan dari manajemen tertinggi dapat mempengaruhi tingkat partisipasi tenaga kerja sehingga program keselamatan dapat berkembang dan diimplementasikan serta memberikan umpan balik kepada perusahaan (Cooper, 2006) Senior management commitment indeks (SMCI) dikembangkan untuk menilai perilaku dukungan manajerial serta untuk melihat komitmen manajemen senior dalam pelaksanaan program-program K3 termasuk SMK3. Menurut Dominic Copper komitmen manajemen adalah keterllibatan seseorang dalam mempertahankan dan membantu perusahaan dalam mencapai suatu tujuan. Cooper pada penelitiannya menggunakan SMCI untuk menjelaskan budaya K3 melalui perilaku (Cooper, 2006). SMCI ini dikembangkan berdasarkan pendekatan sikap dari Senior Manajemen terhadap pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ada diperusahaan dengan melihat peran aktif yang dilakukan oleh manajemen. SMCI memiliki 11 kriteria terkait keterlibatan senior management berupa perilaku untuk mendukung suatu program. Kriteria-kriteria tersebut diatanya adalah: 1. Senior manajemen melakukan pengamatan secara langsung selama melakukan pengamatan 2. Menghadiri pertemuan kelompok kerja yang membahas tentang K3
30
3. Membahas kinerja keselamatan dengan karyawan satu persatu 4. Membahas tentang K3 dengan manajemen lini untuk mendapatkan dukungan dalam penerapan K3 di perusahaan 5. Melakukan perencanaan untuk melakukan perbaikan 6. Memastikan bahwa tindakan koreksi sudah ditutup 7. Memberikan persetujuan dana untuk memperbaiki aspek keselamatan 8. Mengulas perkembangan K3 dengan tim manajemen atau saran dari SHE 9. Melakukan investigasi insiden atau kecelakaan 10. Melakukan dan memberikan pelatihan keselamatan terkait 11. Menghadiri pelatihan keselamatan Penelitian lain yang sama dilakukan Lubis tahun 2009 dengan menggunakan instrument 11 kriteria SMCI dan mengkategorikan menjadi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendak dan tidak memiliki komitmen.
Hal ini dimaksudkan untuk
menentukan hasil akhir. Berikut kategori Senior Management Commitment Indeks seperti yang dijelaskan pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Kategori Penilaian Komitmen Senior Management No
Kategori Penilaian
Kriteria yang Terpenuhi
1
Komitmen Sangat Tinggi
9-11
2
Komitmen Tinggi
7-8
3
Komitmen Sedang
4-6
4
Komitmen Rendah
2-3
5
Tidak memiliki komitmen
0-1
Sumber : (Lubis, 2009)
31
Penelitian sebelumnya yang menggunakan SMCI sebagai alat ukur yaitu pertama kali digunakan Dr. Dominic Cooper dalam jurnal berjudul The Impact of Management’s Commitment on Employee Behavior dengan tujuan untuk mengetahui perilaku keselamatan yang dilakukan selama 93 minggu di tempat penyulingan nikel dengan melibatkan 275 pekerja. Melalui pemberian intervensi memberikan dampak perubahan pada perilaku pekerja dapat mengurangi cidera, dan komitmen manajer berdampak pada perubahan perilaku pekerja. Penelitian ini fokus pada komitmen manajerial dalam bentuk perilaku dan perilaku keselamatan pekerja. Penelitian lainnya dengan menggunakan SMCI yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lubis tahun 2009 untuk mengetahui komitmen top manajemen terhadap penerapan SMK3 melalui wawancara pada beberapa penanggungjawab dalam SMK3 untuk mengetahui keterlibatan Senior Manajemen dalam menerapkan SMK3. 2.16. Alat Ukur Komitmen Jajaran Manajer Komitmen organisasi akan di ukur dengan menggunakan Organizational Commitment Questionnaire (OCQ). OCQ adalah salah satu alat ukur untuk mengukur komitmen karyawan terhadap perusahaan. Alat ukur ini memang sering kali di gunakan dalam dunia industry. Sehingga peneliti memilih OCQ sebagai alat ukur untuk mengukur seberapa besar komitmen organisasi yang ditunjukkan oleh pekerja DAOP 2 Bandung PT KAI. 2.16.1 Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) Kuisioner komitmen organisasi pertama kali dikembangkan oleh Porter, Mowday, Streers untuk menilai komitmen dalam organisasi, kemudian kuisioner ini dikembangkan kembali oleh Allen dan Meyer. Kuisioner ini berupa daftar pertanyaan yang biasanya disebut dengan organizational commitment questionnaire
32
(OCQ) yang terdiri dari 24 pertanyaan, (1) Affective Commitment Scale, (2) Continuance Commitment Scale, (3) Normative Commitment Scale. OCQ dapat digunakan untuk menilai komitmen pekerja secara psikologis. OCQ tidak terbatas pada bagian manajerial namun dapat digunakan untuk menilai komitmen karyawan (Allen danMeyer., 1990) Dalam penelitian ini akan menggunakan pengukuran Allen dan Meyer tahun 1990 yaitu OCQ melalui 3 komponen komitmen affective commitment, continuance commitement, dan normative commitment. Hal ini karena pengukuran komponen komitmen yang telah dikembangkan Allen dan Meyer lebih terperinci dalam mengukur setiap komponen komitmen organisasi. 1. Komitmen Afektif (Affective Commitment), Salah satu komponen pembentuk komponan adalah kelekatan efaktif karyawan terhdap perusahaan tempatnya bekerja. Seorang pekerja dikatakan memiliki kelekatan afektif dengan organisasi tempatnya bekerja bila yang bersangkutan bersedia untuk menerima nilai-nilai yang dianut organisasi, memiliki kemauan untuk berusaha keras demi kemajuan organisasi. 2. Komitmen Berkelanjutan (Continuannce Commitment), Aspek kedua ini adalah persepsi mengenai biaya. Hal ini diaman suatu keadaan seorang karyawan terus berada dalam organisasi karena adanya pertimbangan biaya yang ia rasakan bila ia berhenti pada organisasi 3. Komitmen Normatif (Normative Commitment), Aspek kewajiban merupakan sebuah kondisi dimana karyawan tetap bertahan pada perusahaan karena merasa harus memenuhi kewajiban terhadap organisasi.
33
Menurut Porter 1974 pekerja dikatakan memiliki komitmen organisasi yang tinggi ditunjukkan dengan memiliki padanagan lebih berusaha berbuat terbaik demi kepentingan organisasi. Komitmen yang tinggi menjadikan individu peduli dengan nasib organisasi dan berusaha menjadikan organisasi ke arah yang lebih baik(Sumarni, 2013). Hal tersebut dapat dilihat dari ketiga komponen komitmen organisasi tersebut. Penelitian sebelumnya dengan menggunakan organizational commitment questionnaire (OCQ) cukup banyak digunakan peneliti untuk menggambarkan komitmen pekerja. Penelitian pertama yang dilakukan Allen dan Meyer tahun 1990 dalam jurnal yang berjudul The Measurement and Antecedents of Affective, Continuance, and Normative Commitment to the Organizaton, penelitian ini menguji ketiga aspek komitmen. Penelitian yang dilakukan oleh Novianti tahun 2011 tentang pengaruh budaya organisasi dan kepuasan kerja terhadap komitmen karyawan. Komitmen diukur dengan OCQ sedangkan kepuasan kerja diukur dengan Job Satisfaction Survey (JSS). OCQ memang sering disandingkan dengan atau alat ukur lain dan digunakan dengan kaitannya suatu sistem manajemen. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Lubis tahun 2009 tentang gambaran komitmen top manajemen terhadap penerapan SMK3. Menggunakan instrumen OCQ yang di tanyakan pada jajaran penanggung jawab HSE dan disandingkan dengan SMCI. Penelitian selanjutnya menggunakan OCQ yang berkaitan dengan sistem manajemen adalah penelitian Sitepu tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intervensi sistem manajemen karir dapat meningkatkan komitmen organisasi.
34
Alat ukur lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur komitmen organisasi yaitu seperti Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah sikap membantu yang ditunjukkan oleh anggota organisasi, yang bersifat konstruktif dan dihargai oleh perusahaan. Menurut Organ tahun 1988 merupakan bentuk perilaku yang berupa inisiatif individu kaitannya dengan komitmen karena perilaku dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu variabel sikap antara lain komitmen organisasi. Penelitian dengan menggunakan OCB di Indonesia masih belum ditemui (Purba danSeniati, 2004). Alat Ukur lainnya yaitu Perceived Organizational Support (POS) dapat mengukur komitmen affective karyawan dengan menciptakan sebuah kewajiban untuk peduli terhadap kesejahteraan organisasi. Secara emosional muncul keterikatan dengan organisasi (Han. dkk., 2012). Kelebihan yang dimiliki dari gagasan seperti Organizational Commitment adalah berdasarkan perilaku yang secara tipikal diukur dengan melihat respon karyawan terhadap beberapa pernyataan seperti “nilai hidup saya dengan nilai perusahaan adalah sama” (Sumarni, 2013). OCQ yang telah di kembangkan Allen dan Meyer (1990) adalah skala yang terperinci mengukur setiap komponen organisasi (afektif, kesinambungan dan normatif) dan lebih banyak digunakan khususnya pada bidang industry(Novianti, 2011).
35
2.17 Kerangka Teori
SMK3 BERDASARKAN PP 50 TAHUN 2012
1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen 2. Strategi pendokumentasian 3. Peninjauan ulang desain dan kontrak 4. Pengendalian dokumen 5. Pembelian 6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 7. Standar pemantauan 8. Pelaporan dan perbaikan 9. Pengelolaan material dan perpindahannya 10. Pengumpulan dan penggunaan jasa 11. Audit SMK3 12. Pengembangan keterampilan dan kemampuan
Gambar 2.2 Kerangka Teori Undang-Undang No. 50 Tahun 2012 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diwajibkan oleh Indonesia adalah SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012. SMK3 ini menganut dari SMK3 yang dimiliki oleh OHSAS 18001:2007.Perusahaan yang wajib menerapkan SMK3 adalah perusahaan yang mempekerjakan paling sedikit 100 orang atau perusahaan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi. Perusahaan yang menerapkannya terbagi menjadi 3 kategori yaitu kategori tingkat awal, transisi, dan lanjutan. SMK3 berdasarkan PP No. 50 memiliki 12 elemen dengan 166 kriteria.
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH 3.1 Kerangka Berfikir
Analisis Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen
Komitmen Team Manajemen dalam Penerapan SMK3 -
Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen berdasarkan PP No. 50 tahun 2012
Senior Manajemen Komitmen Komitmen Organisasi
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir PT KAI mulai merintis SMK3 berdasarkan PP No.50 tahun 2012 dengan mengeluarkan
komitmen
tertulis
dalam
keputusan
direksi
No.
KEP.U/LL.507/III/2/KA-2014. Selanjutnya untuk menselaraskan hal tersebut maka terdapat himbauan untuk daerah operasional agar membuat suatu komitmen keselamatan termasuk DAOP 2 Bandung. Menindaklanjuti himbauan direksi tersebut maka DAOP 2 Bandung membuat komitmen keselamatan untuk daerahnya. SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 memiliki beberapa tahapan dalam proses penerapannya yaitu penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan peninjauan dan peningkatan kinerja K3. Komitmen ini terdapat pada proses penetapan kebijakan K3 yang termasuk didalamnya disertakan visi, tujuan dan komitmen perusahaan.
36
37
Pada penelitian ini peneliti akan menggambarkan komitmen team manajemen DAOP 2 Bandung terhadap penerapan SMK3 yang mulanya akan dijelaskan dari sub terkecil . Sub tersebut adalah komitmen senior manajemen dengan menggunakan senior manajemen komitmen indeks miliki Prof. Dominic Copper tahun 2006 dan komitmen organisasi menggunakan Kuisioner Komitmen Organisasi. Peneliti juga melakukan analisis terhadap pemenuhan elemen pertama SMK3 menggunakan kriteria audit PP. No. 50 tahun 2012. Sehingga dapat terlihat komitmen team manajemen baik dari senior manajemen, komitmen organisasi dan pemenuhan elemen pertama SMK3 itu sendiri. 3.2
No
1
Definisi Istilah
Istilah
Komitmen team manajemen terhadap penerapan SMK3
Definisi
Cara Ukur
Perjanjian untuk - Waw melakukan sesuatu dari ancar team manajemen dalam a proses komitmen organisasi dan manajemen dalam - Obser vasi pelaksanaan yang diambil dari SMK3, kebijakan - telaah kebijakan di organisasi dan doku pelaksanaan SMK3 di men organisasi
Alat Ukur
Hasil Ukur
Standar yang digunaka n
- Pand - baik jika - PP No. uan komitmen 50 tahun wawa senior 2012 ncara manajemen, - Senior komitmen - Chec Manaje organisasi klist men tinggi dan Commit terpenuhinya - Bukti ment elemen pertama doku Indeks men - Kurang baik jika salah - Organiz satunya tidak ational Commit terpenuhi ment - Tidak baik jika Questio tidak nnaire terpenuhinya (OCQ) senior manajemen, komitmen organisasi dan elemen pertama
38
No
2.
Istilah
Senior Manajemen Komitmen
Komitmen Organisasi
Definisi
Cara Ukur
Perjanjian untuk - Obser melakukan sesuatu dari vasi (Vice President dan Deputy Vice President DAOP 2 - Waw ancar Bandung) dalam a menerapkan, meninjau setiap kebijakan tentang - telaah ada atau tidaknya doku organisasi dalam men melaksanakan sesuai dengan sistem manajemen K3 di organisasi tersebut. Keadaan di mana seorang karyawan - Waw ancar memihak pada suatu a organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi dalam menentukan setiap program atau kebijakana yang terkait dengan sistem manajemen K3
Alat Ukur
Hasil Ukur
Standar yang digunaka n
- Chec klist
- Sangat Tinggi - Senior (9-11 kriteria) manaje men - pandu - Tinggi (7-8 komitme an kriteria) n indeks wawa (4-6 ncara - Sedang kriteria) - bukti (2-3 doku - Rendah Kriteria men - Tidak ada (0-1 Kriteria) - Pand uan wawa ncara
- Komitmen - Organiz ditunjukkan ational apabila mau Commit menerima ment tujuan Questio organisasi, nnaire keinginan (OCQ) untuk bekerja keras dan adanya hasrat bertahan menjadi bagian organisasi - Komitmen tidak ditunjukkan apabila tidak menerima tujuan rganisasi, tidak memiliki keinginan bekerja keras, dan tidak memiliki hasrat untuk bertahan di organisasi
39
No
3.
Istilah
Analisis kriteria pembanguna n dan pemeliharaan komitmen berdasarkan PP No. 50 tahun 2012
Definisi
Cara Ukur
Kajian tentang - Obser pembangunan dan vasi pemeliharaan komitmen yang dinyatakan oleh - wawa ncara manajemen puncak perusahaan dalam - telaah mengelola aspek K3 yang doku dibandingkan dengan 26 men kriteria audit elemen pembangunan dan pemeliharaan komitmen berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012
Alat Ukur
- Chec klist - Bukti doku men - pandu an wawa ncara
Hasil Ukur
Standar yang digunaka n
- Memuaskan - PP No. jika 50 tahun pencapaian 2012 penerapan sebesar 85100% dari 26 kriteria - Baik jika pencapaian penerapan sebesar 6084% dari 26 kriteria - Kurang jika pencapaian penerapan sebesar 0-59% dari 26 kriteria
BAB IV METODOLOGI 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam (Moleong, 2007) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau dari lisan seseorang dan bisa juga berupa hasil pengamatan. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di DAOP 2 Bandung PT KAI yang bertempat di Jalan Stasiun Selatan No. 25 Bandung. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari 2015 hingga September 2015. 4.3.
Informan Informan penelitian adalah seseorang yang memahami informasi yang sedang
diteliti dan dapat menjawab penelitian, baik sebagai pelaku maupun orang lain. Fungsi informan yaitu sebagai pemberi informasi, pengarah dan penerjemah setiap muatan-muatan penelitian. Penelitian ini menggunakan informan kunci untuk melakukan falidasi hasil. Infoman kunci penelitian ini adalah Ibu Izzatu Millah MKKK sebagai pakar dalam bidang audit SMK3. Informan lainnya dipilih berdasarkan purposive, yaitu berdasarkan karakteristik tertentu yang sudah diketahui sebelumnya. Informan pada penelitian ini, yaitu: 1.
Manager SDM DAOP 2 Bandung PT KAI
2.
3 orang Junior Manager Inspector DAOP 2 Bandung PT KAI.
40
41
3.
Manager Sarana DAOP 2 Bandung PT KAI.
4.
3 Asisten Manager Sarana DAOP 2 Bandung PT KAI.
5.
Kepala Dipo Lokomotif DAOP 2 Bandung PT Kereta Api (Persero).
6.
Kepala Dipo Kereta DAOP 2 Bandung PT KAI.
4.4. Instrumen Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode observasi dan wawancara, untuk penerapan SMK3 dilakukan dengan menggunakan instrumen panduan wawancara dan checklist berdasarkan kriteria elemen satu SMK3 PP No. 50 tahun 2012 sehingga dapat melakukan evaluasi kesesuaian elemen kebijakan dan komitmen SMK3 PT KAI dengan PP No. 50 tahun 2012, untuk komitmen jajaran junior manager menggunakan instrument berupa panduan wawancara dari OCQ, sementara untuk komitmen top manajemen menggunakan instrumen panduan wawancara dan standar checklist. Instrumen lainnya yaitu laptop, alat perekan, kamera, kertas catatan, dan alat tulis. 4.5. Sumber Data 1.
Data Primer a. Data primer mengenai pelaksanaan SMK3 diperoleh melalui observasi dilapangan dengan bantuan lembar checklist dengan melihat sarana-sarana K3
seperti
Alat
Pelindung
Diri
(APD)
yang
digunakan,
sarana
penanggulangan kebakaran (Alat Pemadam Api Ringan) rambu-rambu peringatan, fasilitas kesehatan seperti kotak P3K dan klinik b. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui gambaran komitmen pada senior manajemen dan komitmen DAOP 2 Bandung dalam menjalankan SMK3
42
2. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan menggunakan panduan wawancara dengan jajaran departemen sarana dan Junior Manajer Inspector (JMI) untuk mengetahui gambaran komitmen organisasi Data Sekunder Data
sekunder
merupakan
dokumen-dokumen
yang
digunakan
dalam
menerapkan SMK3 di DAOP 2 Bandung PT KAI, khususnya dokumen yang berkaitan dengan kebijakan dan komitmen DAOP 2 Bandung PT KAI sesuai dengan PP No.50 tahun 2012. 4.6. Pengumpulan Data 1.
Wawancara Mendalam (In Dept Interview)
Wawancara adalah suatu bentuk perbincangan, seni bertanya dan mendengar digunakan sebagai perangkat untuk memproduksi pemahaman situasional (Dezin danLicoln., 2009). Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan mendalam untuk mengetahui gambaran komitmen senior manajemen dan komitmen DAOP 2 Bandung dengan menggunakan pertanyaan yang berasal dari Senior Management Commitment Indeks, OCQ, dan dengan mengacu pada kriteria pemenuhan elemen pertama SMK3 2.
Observasi
Menurut Mortis dalam (Dezin danLicoln., 2009) adalah suatu aktivitas kemudian mencatat suatu gejala yang telihat atau terjadi dengan bantuan instrument-instrumen dan merekamnya demi tujuan-tujuan ilmiah dan tujuan lainnya. Obervasi dilakukan pada kegiatan yang dilakukan senior manajemen, sosialisasi komitmen yang dilakukan DAOP 2 Bandung.
43
3.
Studi Dokumen
Dokumen yang akan diamati dan dianalisis adalah jenis dokumen internal milik perusahaan yang berkaitan dengan SMK3 terutama elemen nomor satu. Dokumen internal termasuk didalamnya berupa memo, pengumuman, instruksi kerja, aturan, keputusan pimpinan kantor, laporan rapat. Dokumen ini dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan. Prastowo dalam (Neldi, 2011) 4.7.
Keabsahan data Triangulasi merupakan suatu upaya untuk mengurangi kemungkinan
kesalahan interpretasi dengan menggunakan prosedur-prosedur beragam termasuk pengumpulan data hingga mencapai titik jenuh (Dezin danLicoln., 2009). Penelitian ini menggunakan jenis triangulasi metode dan triangulasi sumber. Menurut Patton tahun 1987 triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2007). Triangulasi metode yang digunakan yaitu: 1.
In depth interview: dilakukan pada manajer SDM, Junior Manajer Inspector (JMI), dan pihak departemen sarana DAOP 2 Bandung PT KAI
2.
Observasi: Sosialisasi komitmen DAOP 2 Bandung PT KAI, kegiatan yang dilakukan senior manajemen.
3.
Kuisioner dan checklist: digunakan untuk mengevaluasi jajaran manajemen di departemen sarana terkait dukungan terhadap DAOP 2 Bandung PT KAI.
44
Tabel 4.1 Matriks Triangulasi Informasi
Triangulasi Metode 1 2 O 3TD W
Triangulasi Sumber
1 2 3 4 A. 5 A. M. M. JM P LK SD S I M Senior Management Commitment Indeks Keikutsertaan senior manajemen dalam kegiatan seperti observasi, inspeksi, dan identifikasi bahaya dan risiko K3 dalam pembangunan SMK3 DAOP 2 Kehadiran senior manajemen dalam pertemuan K3 yang diselenggarakan SHE dalam mendiskusikan SMK3 Diskusi yang dilakukan senior manajemen dengan pekerja di DAOP tentang kinerja K3 di DAOP 2 baik melalui wawancara tertutup maupun terbuka Senior manajemen melakukan diskusi dengan manajer lain (selain safety committe) untuk mendukung penerapan SMK3 di DAOP 2 Tindakan perbaikan temuan ketidak sesuaian terkait K3 (corrective action plan) yang dilakukan senior manajemen Pantauan dan semua tindakan koreksi yang dilakukan senior manajemen 1 W : Wawancara 2 O : Observasi 3 TD: Telaah Dokumen
6 A. KR
7 KD LK
-
-
-
-
-
-
-
1 M. SDM: Manajer SDM 2 M.S : Manajer Sarana 3 JMI : JMI 2A, B, C 4 A.P : Assmen Program
5 A.LK : Assmen Lok 6 A.KR : Assmen Kereta 7 KDLK: Kepala Dipo Lok 8 KDK : Kepala Dipo Kereta
8 KD K
45
Informasi
Persetujuan anggaran yang dilakukan senior manajemen untuk mengembangkan dan menerapkan SMK3 Senior manajemen melakukan tinjauan dan monitoring terhadap progress program-program K3 terutama dalam penerapan SMK3 di DAOP 2 yang dilakukan bersamasama dengan praktisi K3 maupun bersama pihak ke 3 Investigasi kecelakaan kerja yang dilakukan oleh senior manajemen di DAOP 2 Analisis training yang dibutuhkan yang dilakukan oleh senior manajemen Kehadiran senior manajemen pada kegiatan training
Triangulasi Metode 1 2 O 3TD W
-
Triangulasi Sumber 1 M. SD M
2 M. S
3 JM I
4 A. 5 A. P LK
6 A. KR
7 KD LK
-
-
-
8 KD K
Organization Commitment Questionnaires Affektive Commitment Perasaan pegawai selama berkarir di PT KAI Menyukai diskusi mengenai PT KAI dengan oranglain selain pegawai PT KAI Perasaan yang dirasakan pegawai jika perusahaan mengalami masalah. Merasa akan mudah jika bekerja di perusahaan lain sama halnya di PT KAI Anggarapan pegawai terhadap PT KAI dalam hidup ini. 1 W : Wawancara 2 O : Observasi 3 TD: Telaah Dokumen
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1 M. SDM: Manajer SDM 2 M.S : Manajer Sarana 3 JMI : JMI 2A, B, C 4 A.P : Assmen Program
5 A.LK : Assmen Lok 6 A.KR : Assmen Kereta 7 KDLK: Kepala Dipo Lok 8 KDK : Kepala Dipo Kereta
46
Informasi
Emosional yang dirasakan pegawai terhadap PT KAI Kesan pegawai terhdap PT KAI Perasaan memiliki dari pegawai terhadap PT KAI Continuance Commitment Pendapat Pegawai ketika keluar dari PT KAI tanpa cadangan perusahaan lain untuk bekerja Pendapat pegawai ketika ingin meninggalkan perusahaan Kehidupan pada pegawai jika meninggalkan PT KAI Kerugian-kerugian yang dirasakan jika meninggalkan PT KAI saat ini Pegawai bekerja saat ini bekerja atas dasark kebutuhan atau keinginan Perasaan ingin meninggalkan perusahaan Alasan pegawai tidak keluar dari PT KAI karena tidak memiliki alternative bekerja di tempat lain. Alasan utama tetap bekerja di PT KAI, manfaat dan pengorbanan yang dirasakan pegawai Normatif Comitment Pendapat pegawai terhadap orang yang suka berpindah pekerjaan Pedapat pegawai tentang kesetiaan pada perusahaan 1 W : Wawancara 2 O : Observasi 3 TD: Telaah Dokumen
Triangulasi Metode 1 2 O 3TD W
Triangulasi Sumber 1 M. SD M
2 M. S
3 JM I
4 A. 5 A. P LK
6 A. KR
7 KD LK
8 KD K
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1 M. SDM: Manajer SDM 2 M.S : Manajer Sarana 3 JMI : JMI 2A, B, C 4 A.P : Assmen Program
5 A.LK : Assmen Lok 6 A.KR : Assmen Kereta 7 KDLK: Kepala Dipo Lok 8 KDK : Kepala Dipo Kereta
47
Informasi
Pendapat pegawai etis atau tidak jika seseorang berpindah-pindah bekerja Pendapat pegawai mengenai loyalitas dalam bekerja Tindakan pekerja ketika adanya tawaran bekerja di tempat lain yang lebih Kepercayaan pegawai terhadap nilai kesetiaan pada perusahaan Pendapat pekerja terhadap seseorang yang sepanjang karirnya bekerja di satu perusahaan Keinginan berwirausaha dari pegawai PT KAI
Triangulasi Metode 1 2 O 3TD W
Triangulasi Sumber 1 M. SD M
2 M. S
3 JM I
4 A. 5 A. P LK
6 A. KR
7 KD LK
8 KD K
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 Terdapat kebijkan K3 yang tertulis, tertanggal, ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus, secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 serta komitmen terhadap peningkatan K3 Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah melalui proseskonsultasi dengan wakil tanaga kerja Perusahaan mengkomunikasikan kebijkana K3 kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan, dan pemasok dengan tata cara yang tepat. 1 W : Wawancara 2 O : Observasi 3 TD: Telaah Dokumen
-
-
1 M. SDM: Manajer SDM 2 M.S : Manajer Sarana 3 JMI : JMI 2A, B, C 4 A.P : Assmen Program
5 A.LK : Assmen Lok 6 A.KR : Assmen Kereta 7 KDLK: Kepala Dipo Lok 8 KDK : Kepala Dipo Kereta
48
Informasi
Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang bersifat khusus. Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala unuk menjamin bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan dalam peratruran perundang-undangan. Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua pihak yang terkait dalam perusahaan di bidang K3 telah ditetapkan, diinformasikan dan didokumentasikan Penunjukkan penanggung jawab K3 harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas kinerja K3 pada unit kerjanya Pengusaha atau pengurus bertanggung jawab secara penuh untuk menjamin pelaksanaan SMK3 Petugas yang bertanggung jawab untuk penanganan darurat telah ditetapkan dan mendapatkan pelatihan 1 W : Wawancara 2 O : Observasi 3 TD: Telaah Dokumen
Triangulasi Metode 1 2 O 3TD W
Triangulasi Sumber 1 M. SD M
2 M. S
3 JM I
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1 M. SDM: Manajer SDM 2 M.S : Manajer Sarana 3 JMI : JMI 2A, B, C 4 A.P : Assmen Program
4 A. 5 A. P LK
6 A. KR
7 KD LK
5 A.LK : Assmen Lok 6 A.KR : Assmen Kereta 7 KDLK: Kepala Dipo Lok 8 KDK : Kepala Dipo Kereta
8 KD K
49
Informasi
Perusahaan mendapatkan saran-saran dari para ahlidi bidang K3 yang berasal dari dalam dan / atau luar perusahaan Kinerja K3 termuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan lain yang setingkat Hasil peninjauan ulang didokumentasikan Jika memungkinkan hasil tinjauan dimasukkan ke dalam perencanaan tindakan manajemen Pengurus harus meinjau ulang pelaksanaan SMK3 secara berkala untuk menilai kesesuaian dan efektivitas SMK3 Keterlibatan dan penjadwalan konsultasi tenaga kerja dengan wakil perusahaan didokumentasikan dan disebarluaskan ke seluruh tenaga kerja Terdapat prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahanperubahan yang mempunyai implikasi terhadap K3 Perusahaan telah membentuk P2K3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak atau pengurus 1 W : Wawancara 2 O : Observasi 3 TD: Telaah Dokumen
Triangulasi Metode 1 2 O 3TD W
Triangulasi Sumber 1 M. SD M
2 M. S
3 JM I
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1 M. SDM: Manajer SDM 2 M.S : Manajer Sarana 3 JMI : JMI 2A, B, C 4 A.P : Assmen Program
4 A. 5 A. P LK
6 A. KR
7 KD LK
8 KD K
5 A.LK : Assmen Lok 6 A.KR : Assmen Kereta 7 KDLK: Kepala Dipo Lok 8 KDK : Kepala Dipo Kereta
50
Informasi
Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan prosedur pengendalian risiko Susunan pengurus P2K3 didokumentasikan dan diinformasikan kepada tenaga kerja P2K3 mangadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disebarluaskan ditempat kerja P2K3 melaporakan kegiatan secara teratur sesuai dengan peraturan perundangundangan Apabila diperlukan, dibentuk kelompok kerja yang diberikan pelatihan sesuai dengan perundangundangan Susunan kelompok kerja yang telah dibentuk didokumentasikan dan di informasikan kepada tenaga kerja 1 W : Wawancara 2 O : Observasi 3 TD: Telaah Dokumen
Triangulasi Metode 1 2 O 3TD W
Triangulasi Sumber 1 M. SD M
2 M. S
3 JM I
4 A. 5 A. P LK
6 A. KR
7 KD LK
8 KD K
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1 M. SDM: Manajer SDM 2 M.S : Manajer Sarana 3 JMI : JMI 2A, B, C 4 A.P : Assmen Program
5 A.LK : Assmen Lok 6 A.KR : Assmen Kereta 7 KDLK: Kepala Dipo Lok 8 KDK : Kepala Dipo Kereta
51
4.8.
Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data yang dilakukan untuk melihat gambaran komitmen
team manajemen dan mengevaluasi pemenuhan elemen pertama SMK3 berdasarkan PP Nomor 50 tahun 2012. Tahapan pengolahan data sebagai berikut: 1.
Mengumpulkan semua data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumen.
2.
Data dipisahkan berdasarkan tiga sub pembahasan.
3.
Item pertanyaan yang sejenis dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumen di gabungkan dan dianalisis per-item pertanyaan pada setiap sub pembahasan
4.
Hasil analisis dari setiap item pertanyaan digabungkan untuk dianalisis bersama pada sub pembahasan
5.
Hasil analisis dari setiap sub pembahasan di tarik kesimpulan
6.
Kesimpulan tersebut dikaitkan dari satu sub ke sub berikutnya untuk membuat kesimpulan akhir.
4.9. Analisis Data Menurut Bogdan dan Bikle tahun 1982 analisis data kualitatif adalah merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisir data, memilah-milah menjadi satu yang dapat dikelola, menganalisis, menentukan mana yang penting dan tidak penting untuk dipelajari dan memutuskannya untuk dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2007). Analisis data akan dilakukan dengan 3 metode analisis. Analisis yang pertama adalah analisis taksonomi yaitu analisis yang terfokus pada masalah yang telah dipilih oleh peneliti. Selanjutnya analisis domain dengan mengamati domain-domain tertentu yang berkaitan dengan
52
penelitian, selanjutnya analisis domain yaitu analisis untuk memperoleh gambaran deskriptif yang terdapat di lapangan (Moleong, 1991). Analisis terakhir adalah analisis konten (analisis isi) yaitu dengan menganalisis isi (Dezin danLicoln., 2009) 1. Analisis Taksonomi Analisis taksomoni ditentukan dari hasil setiap kriteria pada ketiga sub bab pembahasan yaitu komitmen senior manajemen, komitmen organisasi, dan pemenuhan elemen pertama SMK3 PP No. 50 tahun 2012. Komitmen senior manajemen terbagi menjadi 11 kriteria. Komitmen organisasi terbagi menjadi 3 komponen yaitu affective commitment, continuance commitment, normative commitment yang pada setiap komponen tersebut terdapat 8 kriteria. Elemen pertama SMK3 PP No. 50 tahun 2012 memiliki 4 sub elemen yang jumlah kriteria berbeda yaitu pembangunan dan pemeliharaan komitmen 4 kriteria, tanggung jawab dan wewenang untuk bertindak 7 kriteria, tinjauan evaluasi 3 kriteria, dan keterlibatan dan komsultasi dengan tenaga kerja 11 kriteria. Peneliti mengambil setiap inti sari yang diperoleh dari setiap kriteria. Inti sari tersebut dihasilkan dari proses triangulasi sumber dan triangulasi data. Selanjutnya inti sari tersebut di gambarkan ke dalam sebuah bagan dan memperoleh kesimpulan darisetiap sub bab. 2. Analisis Domain Analisis domain dilakukan dengan menggunakan hasil dari setiap bagian yang berada di analisis taksonomi. Membagi menjadi beberapa hasil ke dalam domaindomain, peneliti membagi hasil analisis taksomoni menjadi 5 domain yang masingmasing memiliki rincian domain yang saling berkaitan. Rincian domain tersebut memiliki hubungan sematik seperti sebab dari, mempengaruhi atau hubungan
53
sematik lain dengan domain lain. Penentuan hubungan sematik di dasarkan dari hasil pemahaman di lapangan dan bantuan teori. 3. Analisis Konten Analisis konten dilakukan sebagai hasil akhir dari kesimpulan yang diperoleh dari analisis domain. Hasilnya dideskripsikan untuk memperoleh gambaran seutuhnya tentang komitmen team manajemen DAOP 2 Bandung. Analisis elemen pertama penerapan kebijakan K3 berdasarkan PP No. 50 dilakukan dengan menganalisis hasil gap analysis dan di bantu oleh Ibu Izzatu Millah sebagai Dosen SMK3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan untuk melihat gambaran komitmen senior manajemen dengan menggunakan kriteria SMCI yang akan diberi nilai 1 jika “Terpenuhi” dan 0 jika “Tidak Terpenuhi”, serta gambaran komitmen organisasi pada Departemen Sarana DAOP 2 Bandung PT KAI akan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pertanyaan dari Oganization Commitment Questionnaires (OCQ). Analisis dilanjutkan dengan analisis komparatif untuk menentukan kesimpulan. Menurut Glaser dan Strauss tahun 1980 analisis komparatif adalah penyusunan teori yang berasal dari data, metode analisis ini pada dasarnya bersumber dari metode yang sudah digunakan sering kali analisis komparatif dimanfaatkan untuk menguji ketidak benaran hasil peneitian lainnya (Moleong, 1991). Dalam melakukan validitas analisis peneliti akan didampingi oleh ekspert dalam perusahaan dan ekspert dari luar perusahaan. 4. Menentukan Hasil Komitmen Team Manajemen Komitmen team manajemen diketahui dari gabungan hasil analisis ketiga sub pembahasan. Komitmen team manajemen dikatakan baik jika hasil analisis
54
komitmen senior manajemen, komitmen organisasi, dan terpenuhinya elemen pertama PP No. 50 Tahun 2012. Komitmen dikatakan tidak baik jika ketiga sub pembahasan sama sekali tidak terpenuhi. Komitmen dikatakan kurang jika salah satu dari ketiga sub pembahasan tersebut tidak terpenuhi. 5. Menentukan Hasil Komitmen Senior Manajemen Hasil diperoleh melalui pemenuhan kriteria pada indeks yang dikemukakan dalam Senior Manajemen Commitment Indeks milik Dominic Copper. Setelah melakukan analisis konten dari setiap kriteria dan menentukan nilai 1 untuk kriteria yang terpenuhi dan 0 untuk yang tidak terpenuhi. Selanjutnya kriteria yang terpenuhi dijumlah dan dilihat dalam kriteria penilaian berikut ini: Tabel 4.2 Kategori Penilaian Komitmen Senior Manajemen No
Kategori Penilaian
Kriteria Yang Terpenuhi
1
Komitmen Sangat Tinggi
9-11
2
Komitmen Tinggi
7-8
3
Komitmen Sedang
4-6
4
Komitmen Rendah
2-3
5
Tidak memiliki komitmen
0-1
Berikut adalah contoh penjumlahan dari kriteria yang ditunjukkan oleh senior manajemen: Tabel 4.3 Contoh Penjumlahan Krtiteria Penilaian Komitmen Senior Manajemen No
Kriteria Penilaian
Skor
1.
Senior manajemen ikut serta dalam observasi, inspeksi dan
1
identifikasi bahaya
55
2.
Senior
manajemen
hadir
dalampertemuan
K3
yang
1
Senior manajemen tidak melakukan diskusi dengan pekerja
0
diselenggarakan SHE 3.
tentang kinerja K3 4.
Senior manajemen melakukan diskusi dengan manajer lain
1
5.
Senior manajemen melakukan tindakan perbaikan terhadap
1
ketidak sesuaian terkait K3 6.
Senior manajeen melakukan pemantauan terhadap tindakan
1
koreksi 7.
Senior manajemen menyetujui anggaran yang diperuntukan
1
untuk perkembangan penerapan SMK3 8.
Senior manajemen melakukan tinjauan dan monitoring
1
terhadap progress program-program K3 9.
Senior manajemen tidak melakukan investigasi kecelakaan
0
10.
Senior manajemen tidak melakukan analisis terhadap
0
kebutuhan training 11.
Senior manajemen menghadiri kegiatan training JUMLAH
1 8
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari 11 kriteria 8 kriteria yang terpenuhi selanjutnya lihat dalam kategori, angka 8 masuk dalam kategori komitmen tinggi 6. Menentukan Hasil Komitmen Organisasi Hasil komitmen organisasi ditentukan dari jawaban pada setiap pertanyaan dari 3 komponen pembentuk komitmen organisasi yaitu Affektif, Continuannce, Normative Commitment. Pekeja dikatakan memiliki komitmen organisasi jika adanya penerimaan terhadap tujuan organisasi, keinginan untuk bekerja keras dan hasrat bertahan menjadi bagian organisasi. Sebaliknya jika pekerja tidak memiliki komimen organisasi maka jawaban dari hasil wawancara akan menunjukkan bahwa pekerja tidak menerima akan tujuan organisasi, tidak
56
memiliki keinginan untuk bekerja keras dan tidak memiliki hasrat untuk tetap bertahan di organisasi. 7. Menentukan Hasil Pemenuhan Elemen Pertama PP No. 50 Tahun 2012 Pada elemen pertama terdapat 26 keriteria untuk 100% terpenuhinya kriteria pembangunan dan pemeliharaan komitmen. Berdasarkan kategori perusahaan dalam PP No. 50 tahun 2012 PT KAI termasuk kedalam kategori tingkat lanjutan yang menerapkan harus menerapkan 166 kriteria audit. Sehingga indikator terpenuhinya elemen pertama akan dihitung dengan 26 kriteria. Pada penelitian ini peneliti akan mengelompokkan pemenuhan menjadi 3 tingkat pencapaian yaitu: Tabel 4.4 Tingkat Pencapaian Penerapan Elemen Pertama Kategori Persentase
Tingkat Pencapaian
100-85%
Memuaskan
84-60%
Baik
59-0%
Kurang
Berikut adalah contoh perhitungan dari 26 kriteria dan pengkategoriannya. Jika PT KAI hanya memenuhi sebanyak 7 kriteria dari 26 kriteria yang ada maka perhitungannya adalah: 7 100% 26,92% 26 Berdasarkan hasil hitungan elemen persentase elemen pertama yang tercapai oleh DAOP 2 Bandung sebesar 26,92%. Sehingga dapat dilihat pada tabel tingkat pencapaian penerapan masuk ke dalam tingkat pencapaian kurang karena persentase yang dihasilkan masuk kedalam rentan 59-0%.
57
4.10. Penyajian Data Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan matriks wawancara. Penyajian akan didukung dengan hasil pengamatan lapangan dan analisis dokumen. Penyajian data hasil analisis elemen pertama SMK3 berupa
hasil
gap
analysis
berdasarkan
SMK3
PP
N0.50
tahun
2012.
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1.
Gambaran Umum Perusahaan PT KAI
5.1.1. Profil Perusahaan PT KAI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan transportasi perkeretaapian. Sampai saat ini status perusahaan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kepemilikannya 100% milik negara. PT KAI resmi menjadi perseroan pada tanggal 1 Juni 1999. Kantor pusat PT Kereta Api Indonesia (Persero) berada di JL. Perintis Kemerdekaan Bandung, Jawa Barat PT KAI memiliki 9 Daerah Operasional yang tersebar di Jawa dan 3 Divisi Regional di Sumatera. Seiring perkembangan perusahaan kini PT KAI mulai memperbaiki kualitas mutu pelayanan dengan menerapakan ISO 9001:2008. Beberapa Daerah Operasional dan Divisi Regional telah menerima sertifikasi ISO. Aspek keselamatan sangat penting diperhatikan oleh perusahaan. Sadar akan hal tersebut PT KAI mulai membentuk Direktorat Keselamatan dan Keamanan pada tahun 2011 yang memiliki tanggung jawab menyusun kebijakan keselamatan, keamanan, kesehatan dan lingkungan. Sebagai perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 20.000 pekerja merasa wajib untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja. Pada tahun 2013 PT KAI secara resmi mulai menerapkan SMK3 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012. Himabauan kepada DAOP dan DIVRE untuk sama-sama berkomitmen dalam
menerapan
SMK3
diperintahkan
58
dalam
keputusan
direksi
nomor
59
KEP/U/LL.507/III/2/KA-2014. Penerapan dimulai dari penilaian risiko pada setiap pekerjaan di Stasiun, Balaiyasa dan Dipo. Audit internal yang pernah dilakukan adalah pada Balaiyasa Yogyakarta. 5.1.2. Visi Misi Perusahaan A. Visi Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang berfokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan pemangku kepentingan B. Misi Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya melalui praktik bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi pemangku kepentingan dan kelestarian lingkungan berdasarkan empat pilar utama: Keselamatan, Ketepatan Waktu, Pelayanan, dan Kenyamanan. Melaksanakan dan mendukung kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional, khususnya di bidang transportasi, dengan menyediakan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk dapat melakukan ekspansi baik di pasar domestik maupun internasional di bidang perkeretaapian. Usaha tersebut meliputi usaha pengangkutan orang dan barang dengan kereta api, kegiatan perawatan dan pengusahaan prasarana perkeretaapian, pengusahaan bisnis properti secara profesional, serta pengusahaan bisnis penunjang prasarana dan sarana kereta api secara efektif untuk kemanfaatan umum.
60
5.1.3. Struktur organisasi PT Kereta Api Indoensia (Persero)
Sumber: Annual Report PT KAI Gambar: 6.1 Struktur Organisasi PT KAI
61
5.1.4. Struktur organisasi Daop 2
Sumber : Sekretaris Manager Sarana DAOP 2 Bandung Gambar 6.2 Struktur Organisasi DAOP 2 Bandung
62
5.1.5. Komitmen Keselamatan PT KAI Kebijakan Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan PT Kereta Api (Persero) KEP.U/LL.507/III/2/KA-2014. Kebijakan keselamatan di PT KAI yang ditetapkan dalam keputusan ini adalah sebagai bentuk komitmen untuk: 1. Meningkatkan kinerja keselamatan secara berkelanjutan 2. Mengorganisir dan mengelola pengoperasian kereta api sesuai dengan prinsip-prinsip keselamatan yang baik 3. Membentuk menejemen risiko keselamatan sebagai prioritas. 4. Memonitor, mengevaluasi dan melaporkan setiap kegiatan dalam perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip menejemen risiko, keselamatan. 5. Mengharuskan setiap pegawai untuk melakukan pekerjaannya dengan memperhatikan prinsip keselamatan. 5.1.6. Komitmen Keselamatan DAOP 2 Bandung 1. Menciptakan kondisi aman bagi PERKA, sarana, prasaran, dan penumpang 2. Melakukan tindakan pengamanan setiap menemukan kejanggalan 3. Menindak lanjuti setiap laporan atau temuan yang berhubungan dengan pengamanan 4. Melakukan pemeriksaan rutin baik sebelum, selama, sesudah tugas 5. Memegang teguh semangat untuk memberikan rasa aman 6. Bertekad untuk menciptakan zero accident.
63
5.2.
Hasil Penelitian
5.2.1. Karakteristik Informan Informan penelitian ini diambil berdasarkan pertimbangan tertentu, yakni sumber data dianggap memiliki informasi dan kepahaman terhadap konten penelitian yang peneliti gali, sehingga mempermudah peneliti mejelajahi obyek atau situasi sosial yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan informan kunci dalam proses validasi hasil. Infoman kunci tersebut adalah Ibu Izzatu Millah MKKK sebagai auditor disalah satu badan audit, beliau adalah pakar dalam melakukan audit SMK3. Sedangkan informan lainnya adalah sebagai berikut: Tabel 6.1 Karakteristik Informan No
Nama
Umur
Lama
Lama Bekerja
Bekerja di
di Jabatan
PT KAI
Saat ini
Jabatan
1
Ibu Rn
42 tahun
20 tahun
2 tahun
Manajer SDM DAOP 2 Bandung
2
Bapak Jk
47 tahun
18 tahun
3 bulan
JMI 2 A DAOP 2 Bandung
3
Bapak Sb
51 tahun
30 tahun
6 bulan
JMI 2 B DAOP 2 Bandung
4
Bapak Yd
48 tahun
28 tahun
1 tahun
JMI 2 C DAOP 2 Bandung
5
Bapak Dw
41 tahun
22 tahun
11 bulan
Manajer
Sarana
DAOP
2
Program
DAOP
2
Bandung 6
Bapak Ft
29 tahun
2 tahun
9 bulan
Assmen Bandung
7
Bapak Tf
44 tahun
19 tahun
6 bulan
Assmen
Lokomotif dan KRD
DAOP 2 Bandung 8
Bapak Wy
45 tahun
14 tahun
3 bulan
Assmen Kereta dan Gerbong DAOP 2 Bandung
9
Bapak Ag
33 tahun
5 tahun
3 bulan
KDT DAOP 2 Bandung
10
Bapak An
35 tahun
6 tahun
2 bulan 16 hari
KDK DAOP 2 Bandung
64
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dijelaskan dalam metode penelitian bahwa penelitian ini ingin menggambarkan komitmen team manajemen DAOP 2 Bandung terhadap penerapan SMK3 melalui beberapa aspek yang dinilai. Penelitian ini pertama-tama akan menggambarkan komitmen senior manajemen yang ditunjukkan melalui tindakan dan sikap senior manajemen serta menilai komitmen organisasi yang ditunjukkan di DAOP 2 Bandung. Gambaran komitmen tersebut dapat mendukung DAOP 2 Bandung untuk memenuhi kriteria dalam elemen pertama PP No. 50 tahun 2012 yaitu elemen penetapan kebijakan K3. Oleh karena itu peneliti akan menjelaskan hasil penelitian secara bertahap mulai dari komitmen organisasi, komitmen senior manajemen kemudian menggambarkan pemenuhan elemen pertama berdasarkan PP No. 50 tahun 2012. 5.2.2. Komitmen Organisasi DAOP 2 Bandung Pengumpulan data komitmen organisasi ini dilakukan dengan menggunakan pertanyaan yang berasal dari Organization Commitment Questionnaire yang dikemukakan oleh Natalie J Allen dan John P. Meyer dalam jurnalnya yang berjudul “The Measurement and Antecedents of Affectife, Continuance, and Normative Commitment to the Organization” tahun 1990. Kuisioner ini membagi komitmen menjadi tiga yaitu Affective Commitment, Continuance Commitment, dan Normative Commitment. Penilaian dilakukan dengan memformulasi 24 pertanyaan kuisioner menjadi 24 kriteria yaitu 8 kriteria Affective Commitment, 8 Continuance Commitment dan 8 kriteria Normative Commitment. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diteliti secara kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan untuk dapat memberikan gambaran komitmen organisasi di DAOP 2 Bandung PT KAI.
65
1.
Affective Commitment In-depthh interview dilakukan dengan menggunakan 8 kriteria pada management departemen sarana DAOP 2 Bandung karena hanya departemen ini yang sudah menerapkan aplikasi K3 dalam proses pekerjaan. Wawancara dilakukan pada Junior Manager Inspector 2B, Manajer Sarana, Asisten Manajer Program, Asisten Manajer Lokomotif dan KRD, Asisten Manajer Kereta dan Gerbong, Kepala Dipo Lokomotif, Kepala Dipo Kereta. Berikut adalah hasil indepth interview dari 8 kriteria Affective Commitment yang ada:
1. Kriteria 1 :Perasaan pegawai selama bekerja di PT KAI Perasaan yang diungkapkan oleh informan rata-rata menunjukkan rasa bahagia dan senang selama berkarir di PT KAI seperti yang diungkapkan oleh informan: Informan 5 (Manajer Sarana) “Bahagia,, ya,,banyak tantangan namanya juga orang kerja kan ya,,apalagi kita yang mengurusi barang bergerak,,”
Perasaan lain juga diungkapkan bahwa bekerja di PT KAI tidak selalu bahagia yang dirasakan namun duka pun juga dirasakan ketika berada jauh dari keluarga terutama moment berkumpul saat hari raya. Bekerja dengan rotasi yang sangat cepat dan berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain juga diungkapkan sebagai perasaan duka pegawai. Berikut ungkapan yang dirasakan oleh informan: Informan 6 (Asisten Manajer Program) “perasaannya ada suka dan dukanya , sukanya kita ini ya apa ya kita bisa memberikan kontribusi pada masyarakat yang banyak pelayanan kereta
66
api mengantarkan orang dari satu tempat ke tempat lain ya kalau dukanya ya gini kita jarang kumpul dengan keluarga lebaran ga lebaran” Bekerja melayani masyarakat tentu dituntut kecepatan agar pelayanan yang diberikan cepat dan tepat terutama pada bagian sarana agar lokomotif atau kereta yang digunakan penumpang selalu dalam keadaan handal dan siap operasi setiap saat, membuat pegawai merasa bekerja dengan tekanan waktu. Berikut ungkapan yang dikemukakan oleh Informan 9: Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif) “perasaan,,ya,,perasaannya biasa-biasa saja kalau kerja dikereta api memang begitu si ya ada kadang kita ditekan waktu ada kalanya kita renggang jadi dimana kita ajah mengatur waktu ya memang adakalanya”
2. Kriteria 2 : Suka berdiskusi mengenai PT KAI dengan orang lain selain pegawai PT KAI Perasaan senang dan bangga yang ditunjukkan oleh pegawai ketika berdiskusi dengan orang lain seperti teman, penumpang, keluarga dan lainnya karena melihat perkembangan PT Kereta Api yang cukup pesat semenjak dipimpin oleh Bapak Jonan. Berikut ungkapan yang dikemukakan oleh Informan: Informan 6 (Asisten Manajer Program) “ya seneng..apa ya kalau ngobrol dengan perusahaan lain kita bisa belajar dari segi manajerial teknik improvement apa yang sudah ada disana..”
67
Namun diskusi dengan pihak luar juga menimbulkan perbandingan yang dirasakan pegawai dengan pegawai ditempat lain diungkapkan bahwa bekerja di PT Kereta Api menimbulkan ketidak nyamanan ketika jabatan tidak sesuai dengan tempat bekerja yang terlalu jauh, seperti yang dikemukakan oleh informan berikut ini: Informan 3 (Junior Manager Inspector 2B) “yah,,makannya saya tanya enak dari sisi manaya,,,kalau dari penghasilan saya akui saya tidak mengelak dulu dengan sekarang berbeda jauh tapi bebannya juga tambah loh itu wajar pak,,loh ok lah antara balance anatar hak dan kewajiba saya ga masalah yang jadi masalah tadi hati nurani”
3. Kriteria 3 : Perasaan yang dirasakan pegawai jika perusahaan mengalami masalah. Masalah yang di alami perusahaan secara otomatis menjadi masalah pegawai karena berkaitan dengan tanggung jawab dan berdampak pada kesejahteraan pegawai, seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini: Informan 3 (Junior Manager Inspector 2B) “oh iya ini kan kaitannya dengan tanggung jawab ya secara otomatis baik secara langsung maupun tidak langsung dari hati”
Informan 8 (Asisten Manager Kereta dan Gerbong) “iya jelas imbasnya kan kekita juga,,iya”
68
4. Kriteria 4 : Merasa akan mudah jika bekerja di perusahaan lain sama halnya di PT KAI. Beberapa pegawai menyatakan belum bisa membayangkan jika bekerja diperusahaan lain sehingga belum terpikir akan lebih mudah atau sulit akan tetapi setiap pekerjaan memiliki kesulitan, tantangan, dan tekanan tersendiri sehingga dari pekerjaan satu ke pekerjaan lain tidak dapat disamakan, namun informan berpendapat bahwa jika semuanya dijalankan dengan komitmen maka hasilnya akan menjadi maksimal, seperti yang dikemukakan oleh informan 5, 7 dan 8: Informan 5 (Manajer Sarana) “saya ga bisa membandingkan dengan perusahaan lain ya soalnya saya juga belum pernah kerja diperusahaan lain selain di kereta api ya,,,”
Informan 7 (Asisten Manager Lokomotif dan KRD) “hmm, berfikir begitu juga ga juga si kalau menurut saya bekerja dimana saja itu hampir sama si hanya tantangannya saja yang berbeda beda”
Informan 8 (Asisten Manager Kereta dan Gerbong) “iya itu kan relativ kalau saya kan komitmen kita jalani saja ini semaksimal mungkin”
69
5. Kriteria 5 : Anggapan pegawai terhadap PT KAI dalam hidup ini. Bekerja dengan waktu yang cukup lama serta waktu yang dihabiskan terkadang terlalu banyak dengan pekerjaan membuat pegawai menganggap pekerjaan adalah keluarga, seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan berikut wawacaranya: Informan 10 (Kepala Dipo Kereta) “sudah merasa keluarga bagai rumah ke 2 harus bisa menempatkan diri kalau masuk jam 8 kemungkinan jam 8 malem baru pulang jadi waktu lebih banyak diperusahaan”
Perusahaan sebagai sumber rezeki, tempat mencari nafkah, sumber penghasilan, informan mengungkapkan bahwa ada timbal balik antara pegawai dengan perusahaan karena penghasilan dari kereta api maka jika kereta mengalami keterpurukan maka pegawai pula yang akan merasakan kerugiannya, seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan berikut ini: Informan 6 (Asisten Manager Program) “ya,,kalau perusahaan ya bagian dari rezeki tempat mencari nafkah kan maknanya takdirnya rezekinya memang disini berarticari rezekinya harus disini untuk keluarga”
Pegawai menganggap perusahaan sebagai tempat berkarya selain sebagai tempat mencari nafkah, PT Kereta Api lebih memberikan keleluasaan bagi pegawai untuk berkarya, seperti yang diungkapkan salah satu informan berikut ini:
70
Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif) “Selain pekerjaan ,,yaa,,, apa ya rutinitas tempat cari nafkah tempat berkarya juga karena kalau di sini itu lebih bebas bedalah dibanding tempat lain disini lebih mudah berkarya”
6. Kriteria 6 : Emosional yang dirasakan pegawai terhadap PT KAI Pegawai merasakan emosional yang baik pada perusahaan karena rata-rata informan sudah bekerja cukup lama sehingga emosional tersebut tercipta begitu saja tanpa disadari oleh informan, seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan berikut ini: Informan 5 (Manager Sarana) “engga emang saya membutuhkan,,bukan masalah lamanya itu ya,,itu faktor pendukung lah ya kalau orang yang baru masuk juga kan kalau orang yang membutuhkan pasti dia cinta serius walau masih baru gitu loh”
7. Kriteria 7 : Kesan pegawai terhadap PT KAI PT Kereta Api sebagai perusahaan satu-satunya yang memberikan jasa transportasi perkereta apian sedang dalam masa berkembang yang dalam keadaan baik-baik saja namun kondisi ini akan berubah jika memiliki pesaing lebih baik, merupakan salah satu kesan yang disampaikan oleh informan tentang PT KAI, berikut kutipan wawancaranya:
71
Informan 3 (Junior manager Inspector 2B) “kesan untuk perkembangan kesan,,menurut saya perusahaan masih monoperusahaan dalam arti single ga ada pesaing saya yakin kereta api ga bakalan gulung tikar tapi kalau ada pesaing jangan harap perusahaan raksasa pun akan bangkrut pesen saya cuma itu sama yang muda-muda”
Kesan lain diungkapkan bahwa perlu adanya banyak perbaikan yang dilakukan oleh PT KAI baik dari segi manajerial, teknik dan lainnya seperti yang di ungkapkan oleh informan 6: Informan 6 (Asisten Manajer Program) “PT KAI ini,,,ini ya mungkin ini perusahaan yang baru bergerak nah mulai 2008 saya kan pernah beberapa kali di swasta disini ini ya perlu banyak perbaikan dari segi managerial dari segi manajemen tekhnik perlu banyak diperbaiki”
Perkembangan yang terjadi di PT Kereta Api kini cukup membanggakan, kesan yang baik untuk kereta api sebagai transportasi yang berkualitas dibandingkan dahulu, seperti yang diungkapkan beberapa informan berikut ini: Informan 7 (Asisten Manajer Lokomotif dan KRD) “kesannya bagus apalagi dikahir akhir ini pergerakannya semakin cepat sangat cepat dari yang kita dulunya bergeraknya kaya pelan gitu kaya ga berkembang tapi diakhir-akhir ini kita tapi
72
perubahannya sangat cepat sagat baik kea rah semakin baik semakin baik” 8. Pertanyaan 8 : Perasaan memiliki dari pegawai terhadap PT KAI Perasaan memiliki terhadap perusahaan terbentuk dengan sendirinya karena waktu dihabiskan lebih banyak ditempat kerja, berikuti kutipan wawancara yang diungkapkan oleh beberapa informan: Informan 5 (Manajer Sarana) “iya karena perasaan itu muncul sendiri”
Berdasarkan
hasil
wawancara
mendalam
yang
dilakukan
menunjukkan bahwa komitmen affektive pegawai cukup tinggi bisa dilihat dari kesediaan pegawai untuk menerima nilai-nilai yang di anut PT KAI yang menerapkan rotasi bekerja yang sangat cepat mau bekerja diseluruh wilayah di Indonesia, pegawai juga menunjukkan kemauan untuk bekerja keras memberikan pelayanan yang maksimal pada masyarakat pengguna jasa transportasi kereta api meski harus bekerja dibawah tekanan waktu demi tercapainya tujuan perusahaan, pegawai menunjukkan keinginan untuk semakin memajukan perusahaan melalui inovasi dan mau berkarya untuk perusahaan. Menunjukkan keinginan untuk tetap berada di perusahaan karena telah timbul perasaan memiliki dan merasa menjadi bagian dari perusahaan.
2.
Continuance Commitment Komitmen yang ke-dua adalah Continuance Commitment menggunakan 8 kriteria melalui in-depth interview pada manajement departemen sarana. In-
73
depth interview dilakukan pada Junior Manager Inspector 2B, Manajer Sarana, Asisten Manajer Program, Asisten Manajer Lokomotif dan KRD, Asisten Manajer Kereta dan Gerbong, Kepala Dipo Lokomotif, Kepala Dipo Kereta. Berikut adalah kutipan wawanacara mendalam berdasarkan 8 kriteria yang ada: 9. Kriteria 9 : Pendapat pegawai ketika keluar dari PT KAI tanpa cadangan perusahaan lain untuk bekerja Sebagian pegawai menyatakan belum mengetahui akan bagaimana jika sudah tidak bekerja di PT Kereta Api, yang artinya belum memiliki rencana lain jika dikeluarkan atau pensiun dini dari PT Kereta Api, namun berwirausaha menjadi alternative pegawai jika harus keluar atau dikeluarkan dari PT Kereta Api, dengan memanfaatkan ilmu dan uang pesangon yang didapat dari PT Kereta Api berikut kutipan wawacara yang dikemukakan oleh informan: Informan 5 (Manajer Sarana) “belum,,belum ada dan belum tau”
Informan 6 (Asisten Manajer Program) “interprener,,jadi akalu saya keluar gitu saya udah males ya kerja ditempat lain misi kedepan pensiun interprener”
Salah satu informan mengungkapkan akan kembali melamar pekerjaan ditempat lain jika dikeluarkan PT Kereta Api, berikut kutipan wawancaranya: Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif) “kalau ga ada perusahaan lain kalau keluar saya ngelamar lagi”
74
10. Kriteria 10 : Pendapat pegawai ketika ingin meninggalkan perusahaan. Keinginan untuk meninggalkan perusahaan belum terpikir oleh beberapa pegawai karena banyak faktor salah satunya adalah karena keuangan, selain itu pegawai masih merasa mampu dari segi kesehatan dan masih memiliki banyak target dalam hidupnya sehinga belum ada keinginan untuk keluar, berikut kutipan-kutipan wawancara dari beberapa informan: Informan 3 (Junior Manager Inspector 2B) “ya,,,untuk apa ya misalnya bicara kejujuran hati kalau saya ga punya beban anak saya mendingan pendi perhitungan saya dapat sekian gaji berhubung anak saya masih kuliah SLTA otomatis mau ga mau suka ga suka harus dijalani dulu karena masih membutuhkan biaya”
Informan 5 (Manajer Sarana) “belum terfikirkan meninggalkan perusahaan soalnya”
Informan 6 (Asisten Manajer Program) “kalau alasan itu udah jelas udah jelas ya seandainya ingin meninggalkan perusahaan itu dari segi usia kesehatan terus target hidup gitu kalau masih mudah masih produktif engga”
11. Kriteria 11 :Kehidupan pada pegawai jika meninggalkan PT KAI Perubahan yang dirasakan dalam kehidupan pegawai sebagian besar menyatakan berkaitan dengan gaji atau pemasukan, hilangnya takehomepay
75
atau tunjangan, jika pegawai pensiun yang didapatkan hanyalah gaji pokok saja yang disesuaikan dengan golongan sehingga akan sangat berkurang drastis pemasukan pegawai. Berikut kutipan wawacara dari beberapa informan: Informan 5 (Manajer Sarana) “iya kan yak karena belum ada yang pasti kalau berubah pasti berubah karena kan kalau saya keluar contohnyakan ya takehompay dari sini kan stop dong ya, kalau ditempat lainkan belum pasti”
Terdapat beberapa pegawai yang menyatakan belum mengetahui perubahan apa yang akan terjadi jika keluar dari PT Kereta Api dan seorang informan menyatakan tidak akan ada yang berubah jika keluar dari PT Kereta Api, berikut kutipan wawancaranya: Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif) “ga tau ya,,kalau perubahan”
Informan 10 (Kepala Dipo Kereta) “tidak ada yang berubah”
12. Kriteria 12: Kerugian-kerugian yang dirasakan jika meninggalkan PT KAI saat ini. Kerugian yang dirasakan oleh pegawai banyak salah satunya jika meninggalkan perusahaan adalah dengan hilangnya pendapatan dan tunjangan yang belum tentu diperusahaan lain lebih baik, berikut ungkapan yang dikemukakan oleh informan tentang kerugian yang dirasakan:
76
Informan 7 (Asisten Manajer Lokomotif dan KRD) “iya paling itu yang selama ini yang kita dapatkan kan kita dapat gaji dapat tunjangan segala
macam kan otomatis kalau kita masuk
perusahaan baru otomatis kita sebagai pegawai baru manamungkin sama dengan yang disini”
Selain finansial kerugian dari segi pengalaman juga akan dirasakan oleh pegawai, seperti yang diungkapkan oleh informan 8 berikut ini: Informan 8 (Asisten Manager Kereta dan Gerbong) “sini tuhh,,,apa ya,,antara karyawan kita semakin banyak temen terus komunikasi kita kan pegawai kita juga ada 29.000 lebih kita kan dirolling terus otomatis dirolling terus kana komunikasi dengan macem-macem orang kan itu lah pengalaman juga kan,,kalau perusahaan lain satu tempatkan jadi lingkupnya Cuma itu ajah kurang lengkap lah cakupannya”
PT Kereta Api memberikan kesempatan yang leluasa kepada pegawai untuk berinovasi dan berkarya sehingga menjadi suatu kerugian jika harus meninggalkan perusahaan, berikut ungkapan yang dikemukakan oleh informan 9 dan 10: Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif) “perusahaan lain,,ada si sepertinya saya manajemennya belum disini ku lebih bebas berkarya kalau ditempat lain harus gini gini kalau disini saya bisa lebih banyak berkarya”
77
13. Kriteria 13 : Pegawai bekerja saat ini atas dasar kebutuhan atau keinginan. Sekarang hampir sebagian pegawai bekerja diperusahaan karena kebutuhan, tidak memiliki pilihan lain untuk bekerja ditempat lain dan karena kebutuhan keuangan untuk mencari nafkah, berikut ungkapan informan tentang kebutuhan untuk tetap bekerja: Informan 5 (Manajer Sarana) “butuh ,,saya sangat butuh perusahaan ini”
Informan 6 (Asisten Manager Program) “ya,,ini ya mencari nafkahmencari uang”
Selain karena keuangan pekerja berada di perusahaan ternyata atas dasar keinginan untuk mengabdikan diri pada pemerintah melalui bekerja di salah satu BUMN, berikut kutipan wawacara dengan beberapa informan yang bekerja atas dasar keinginan: Informan 10 (Kepala Dipo Kereta) “dari mulai SD banyak menghasbiskan uang negara jadi ingin mengabdi, kalau pindah inginnya yang perusahaan pemerintah juga supaya bisa pengabdian diri”
14. Kriteria 14 : Perasaan ingin meninggalkan perusahaan Pegawai merasa belum ingin meninggalkan perusahaan dikarenakan tidak ada alasan yang begitu kuat yang menyebabkan harus meninggalkan perusahaan. Alasan yang ditemukan pada informan adalah karena tidak ada
78
perusahaan lain yang sama berkaitan dengan kereta api, belum terfikir harus kerja dimana, berikut kutipan wawacaranya: Informan 5 (Manajer Sarana) “alasan tidak meninggalkan perusahaan itu belum punya alternative yang kepikiran yang lain ya pak selain bekerja disini”
Alasan lainnya tidak meninggalkan perusahaan saat ini adalah karena kemajuan perusahaan yang semakin baik membuat mempersempit alasan untuk meninggalkan, berikut ungkapan yang dikemukakan oleh salah satu informan: Informan 7 (Asisten ManaJer Lokomotif dan KRD) “iya si ga terlalu banyak alasan mau meninggalkan perusahaan ini sebab dalam kondisi perushaan saat ini sudah maju banyak peningkatan dan tantangannya juga semakin banyak”
Dukungan dari keluarga untuk tetap bekerja di kereta api memperkuat alasan untuk tetap bekerja diperusahaan, dan mempersempit alasan untuk meninggalkan perusahaan, berikut kutipan wawacara dengan informan: Informan 8 ( Asisten Manager Kereta dan gerbong) “dulu sempet ada cuman setelah kita fikirkan lagi dan dari keluarga juga ya,,,tetep dikereta api”
15. Kriteria 15: Alasan pegawai tidak keluar dari PT KAI karena tidak memiliki alternative bekerja di tempat lain
79
Beberapa informan mengungkapkan memang tidak terfikir untuk mencari alternativ bekerja ke tempat lain dan memang pegawai tidak mencari pekerjaan lain, berikut beberapa ungkapan tersebut: Informan 5 (Manajer Sarana) “Belum,,belum kefikiran”
Namun ada salah satu pegawai menyatakan memang tidak memiliki alternativ bekerja ditempat lain selain itu ada pula yang memiliki alasana bekerja disini sedang mencari modal untuk hari tua, berikut kutipan wawancaranya: Informan 6 (Asisten Manajer Program) “alasan utama bekerja disini adalah sedang mencari modal untuk hari tua”
16. Kriteria 16: Alasan utama tetap bekerja di PT KAI, manfaat dan pengorbanan yang dirasakan pegawai. Alasan utama pegawai tetap bekerja di perusahaan sangat bervariasi, sebagian informan mengungkapkan karena kebutuhan hidup atau berkaitan dengan finansial, Manfaat yang diterima pegawai merasa sudah sebanding dengan pengorbanan yang diberikan bahkan ada yang merasa masih kurang berkorban untuk perusahaaan, berikut kutipan wawancara yang diungkapkan oleh informan: Informan 5 (Manajer Sarana) “alasan utamanya karena saya butuh perusahaan ini, sangat sebanding ya,, saya si belum anu,,belum maksimal saya”
80
Alasan lain dikemukakan oleh informan 8, bahwa alasan utama tetap berada di perusahaan adalah untuk membangkitkan perusahaan, bekerja secara maksimal demi kemajuan perusahaan, berikut kutipan wawancara dengan informan 8: Informan 8 (Asisten Manajer Kereta dan Gerbong) “ya,,,karena udah tadi mba komitmen kita bekerja disini disatu perusahaan total maksimal untuk membangkitkan perusahaan”
Lamanya bekerja di PT Kereta Api membuat pegawai berat untuk meninggalkan perusahaan, kedekatan yang terjalin antara pegawai dengan perusahaan menjadi alasan utama pegawai tetap berada diperusahaan. Manfaat yang dirasakan dengan pengorbanan yang diberikan menurut informan 7 sangat relativ ada hal yang perlu diberikan apresiasi baik dan ada pula yang harus diberikan punishment, berikut kutipan wawancara dengan salah satu informan: Informan 7 (Asisten Manajer Lokomotif dan KRD) “alasan utama..tetap bekerja disini ya basic saya ya karena sudah hampir 20 tahun bekerja di kereta api merasa sangat dekatlah dengan kereta api jadi ya bikin saya jadi berat untuk lepas dari kereta api, saya rasa itu relative itu kalau punishment dan reward itu relative ya”
81
Alasan karena pengalaman yang sudah lama di PT Kereta Api yang bila bekerja di tempat lain harus memulai dari awal lagi menjadi alasan utama pegawai untuk tetap bekerja di perusahaan, berikut kutipan wawancaranya: Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif) “saya biasa biasa ajah sig a terlalu ngoyo-ngoyo pingin keluar atau pengen disini ajah ee….kalau masalah tunjangan atau penghasilan kalau saya rasa si sudah cukup mungkin dari pengalaman ditempat ini sudah banyak”
Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan peneliti pada informan menunjukkan bahwa aspek berkelanjutan diperlihatkan oleh pegawai melalui perilaku pegawai yang tetap bertahan diperusahaan karena mereka membutuhkannya. Pegawai belum terfikir untuk meninggalkan perusahaan atau keluar dari perusahaan mereka merasa masih mampu dari segi
produktivitas
untuk
bertahan.
Apabila
pegawai
meninggalkan
perusahaan atau berhenti bekerja akan adanya pertimbangan biaya yang dirasakan, selain itu kerugian lain seperti pengalaman yang tidak akan ditemukan di perusahaan lain yang belum pasti akan lebih baik atau tidak. 3.
Normatife Commitment Komitmen yang ke-tiga adalah komitmen normative, komitmen ini akan di lihat melalui analisis 8 kriteria dari kuisioner milik Allen dan Meyer, dilakukan dengan cara in-depth interview pada management departemen sarana. In-depth interview dilakukan pada Junior Manager Inspector 2B, Manajer Sarana, Asisten Manajer Program, Asisten Manajer Lokomotif dan KRD, Asisten
82
Manajer Kereta dan Gerbong, Kepala Dipo Lokomotif, Kepala Dipo Kereta. Berikut adalah kutipan wawancara dari 8 kriteria yang ada: 17. Kriteria 17: Pendapat pegawai terhadap orang yang suka berpindah pekerjaan. Seseorang yang berpindah-pindah bekerja menurut salah satu informan karena terdapat salah satu aspek yang tidak ditemukan dalam perusahaan tersebut yaitu ketenangan batin dan ketenangan materi, berikut kutipan wawancara dari informan 3: Informan 3 (Junior Manajer Inspector 2B) “iya tadi pada dasarnya orang hanya bekalnya 2 kalau bisa loncatloncat yang dicari apa duwit yakin pengen duwit yang ke 2 ketenangan batin dan tidak lepas dua aspek tok,,”
Berpindah-pindah pekerjaan dari suatu perusahaan ke perusahaan lain dinilai tidak baik artinya seseorang tersebut tidak konsisten dan kurang memiliki komitmen dengan apa yang sudah diputuskannya, selain itu jika seorang pekerja berpindah ke tempat bekerja yang baru maka dirinya harus memulai dari nol lagi maka lebih baik seseorang bekerja dengan menekuni suatu bidang agar lebih menjadi ahli dibidang tersebut. Ungkapan tersebut dikemukakan oleh informan 5 , berikut kutipan wawancaranya: Informan 5 (Manajer Sarana) “ehh,,yak an kita sudah taken kontrak kan ya sebelum diterima itukan taken kontrak dulu terus ya baru ditempatkan dimana saja harus terima”
83
Berpindah-pindah tempat bekerja merupakan hak dari setiap orang untuk menentukan dimana ia bekerja, dan tentu dengan pertimbangan yang beragam baik itu karena gaji yang diberikan atau alasan lain untuk membuat hidupnya lebih baik, jika seseorang berpindah pada tempat bekerja yang dianggap dirinya berkompeten atas pekerjaan yang akan dikerjakan namun akan tidak maksimal jika orietasi berpindah kerja hanya karena ada sesuatu yang ingin dihasilkan, berikut kutipan wawancara yang diungkapkan oleh beberapa informan: Informan 6 (Asisten Manajer Program) “kalau menurut saya pindah pindah itu kan hak ya,,hak setiap orang ingin mendapatkan sesuatu yang lebih baik selama dia itu pindahnya bukan karena ada masalah”
18. Kriteria 18 : Pendapat pegawai tentang kesetiaan pada perusahaan Kesetiaan pada perusahaan itu sangat penting dan hal yang diharuskan menurut para pegawai dianggap mengkhianati bila seseorang tidak setia, bentuk kesetiaan salah satunya yaitu dalam bertuk kontribusi pada perusahaan, berikut kutipan wawancara yang dikemukakan oleh informan: Informan 5 (Manajer Sarana) “oh iya harus dong kalau ga setia berarti menghianati dong”
Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif) “ya selama kita bekerja disitu ya kita harus ikut berkontribusi,,”
84
19. Krtiteria 19 : Pendapat pegawai etis atau tidak jika seseorang berpindahpindah bekerja Perilaku berpindah-pindah bekerja dari satu perusahaan ke perusahaan lain bagi pegawai dianggap wajar dan etis namun semua tergantung setiap individunya masing-masing, berikut kutipan wawancaranya: Informan 8 (Asisten Manajer Kereta dan Gerbong) “ya,,etis etis ajah cuman kan tergantung orangnya tadi mba setiap orang kan beda-beda”
20. Kriteria 20 :Pendapat pegawai mengenai loyalitas dalam bekerja Loyalitas dalam bekerja sangatlah penting hal ini berkaitan dengan kinerja seseorang dalam bekerja, terutama bekerja di kereta api sangat diperlukan sekali loyalitas karena berhubungan dengan melayani masyarakat untuk tetap aman dan nyaman ketika menggunakan kereta api, salah satu informan menyatakan loyalitas ini bahkan dapat dilihat dari terlalu banyaknya waktu dihabiskan untuk bekerja sedangkan keluarga menjadi hal penting kedua setelah pekerjaan, berikut beberapa kutipan wawancara dengan informan: Informan 7 (Asisten Manajer Lokomotif dan KRD) “loyalitas dalam bekerja sangat penting apalagi perusahaan kaya kereta api sebab kita berhubungan yang kita jual adalah jasa”
21. Kriteria 21 : Tindakan pekerja ketika adanya tawaran bekerja di tempat lain yang lebih baik Informan mengemukakan bahwa mereka tidak memungkiri jika ada tawaran bekerja yang lebih baik pasti akan mengambil yang lebih baik,
85
namun sebelum diputuskan untuk pindah ada beberapa pertimbangan yang dipertimbangkan terlebih dahulu, seperti yang dikemukakan oleh beberapa informan, berikut kutipan wawancaranya: Informan 5 (Manajer Sarana) “wahh itu banyak hal yang harus dipertimbangkan termasuk istri anak, ya banyak pertimbangan ya manusiawi kalau ada yang lebih baikkan ga munafik ya pasti mengambil yang lebih baik”
Namun beberapa informan mengungkapkan akan tetap berada di kereta api karena merasa sudah menyatu dengan kereta api, karena dengan pertimbangan bekerja ditempat lain belum tentu kondisi kerjanya akan lebih baik meskipun dengan pemasukan yang lebih besar Informan 7 (Asisten Manajer Lokomotif dan KRD) “kalau tawaran memang ada si beberapa kali teman teman yang diperusahaan lain pernah menawari pekerjaan namun menurut saya kalau saya untuk dikereta api ya itu saya bilang saya sudah 20 tahun dikereta api jadi sepertinya kereta api itu sudah kaya mendarah daging di saya”
22. Kritera 22: Kepercayaan pegawai terhadap nilai kesetiaan pada perusahaan Kesetiaan pada perusahaan adalah suatu hal yang harus dimiliki oleh pegawai, pegawai harus senantiasa percaya nilai kepercayaan pada perusahaan selama perusahaan ini dapat dipercaya, seperti yang dikemukakan oleh informan berikut ini:
86
Informan 7 (Asisten Manajer Lokomotif dan KRD) “selama
ini
perusahaan
masih
dapat
kita
percaya,,selama
perusahaannya masih dapat kita percaya”
Informan 10 (Kepala Dipo Kereta) “percaya akan kesetiaan terhadap perusahaan”
Kesetiaan juga dapat dipercayai ketika salah satu pegawai menganggap perusahaan sudah sangat berjasa dalam hidupnya, seperti memberikan beasiswa untuk menyekolahkan pegawai, berikut kutipan wawancara dari informan 5: “saya itu kan harusnya berterimakasih sekali sama perusahaan, saya punya utang kan sama perusahaan orang saya disekolahkan geratis loh”
23. Kriteria 23 : Pendapat pekerja terhadap seseorang yang sepanjang karirnya bekerja di satu perusahaan Tanggapan informan terhadap seseorang yang bekerja pada satu organisasi sepanjang karirnya adalah hal yang wajar saja, baik dan tidak masalah, dianggap sebagai orang yang memiliki komitmen yang tinggi total selama bekerja, selain itu berdasarkan observasi beberapa informan mengaku bahwa belum pernah bekerja ditempat lain selain di kereta api. Seseorang yang suka berpindah-pindah bekerja karena adanya ketidak cocokan dalam bekerja, berikut beberapa ungkapan yang dikemukakan oleh informan:
87
Informan 5 (Manajer Sarana) “no problem ya mungkin yang pindah-pindah itu ga betah atau mungkin perlu yang lebih tinggi takeompenya gitu atau mungkin gampang bosan tapi ya tergantung pribadi masing-masing sah sah saja menurut saya”
24. Pertanyaan 24 : Keinginan berwirausaha dari pegawai PT KAI Semua informan mengungkapkan ingin menjadi pengusaha jika sudah pensiun dari PT Kereta Api Informan 5 (Manajer Sarana) “ada,,ada dan kebetulan itu kesepakatan saya dengan istri saya tapi nanati”
Aspek ketiga yaitu aspek kewajiban, pegawai bersikap dengan melakukan kewajibannya sebagai pegawai dapat dilihat dari kesetiaan pegawai untuk tetap menjaga rahasia perusahaan, melaksanakan setiap tugas dan kewajiban meski di luar jam bekerja dengan sikap selalu siap siaga ketika harus ke tempat kerja jika adanya gangguan kereta api. Gangguan kereta api yang terjadi dianggap sebagai tugas dan kewajiban yang belum dilaksanakan dengan baik. Pegawai merasa tidak masalah jika harus bekerja sepanjang karirnya di kereta api
88
5.2.2. Kesimpulan Komitmen Organisasi Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan 24 kriteria dari 3 aspek komitmen yang dikemukakan oleh Allen dan Meyer tahun 1990 yang kemudian diolah dan di analisis secara kualitatif. Hasilnya yang diperoleh dari isi-isi jawaban dari para informan menunjukkan bahwa komitmen organisasi pegawai di tempat penelitian baik karena pegawai mau menerima tujuan organisasi,keinginan untuk bekerja keras dan adanya hasrat bertahan menjadi bagian organisasi. Hal tersebut dilihat dari isi jawaban ketiga aspek yaitu komitmen affektive, komitmen berkelanjutan dan aspek kewajiban. Jenjang karir yang jelas, gaji dan tugas yang sesuai serta kepercayaan perusahaan terhadap pegawai membuat pegawai memiliki sikap setia pada perusahaan ditunjukkan dengan kesediaan pegawai menerima kebijakankebijakan perusahaan, melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan administrasi perusahaan, meski terkadang kebijakan sulit diterima namun pegawai tetap menjalankannya. Bekerja keras untuk mengebangkan perusahaan, senantiasa menomor satukan kewajiban pada perusahaan dan menghabiskan waktu lebih banyak bekerja di banding dengan keluarga demi tercapainya tujuan perusahaan. Adanya pertimbangan-pertimbangan biaya dari pegawai jika berhenti dari perusahaan mendorong pegawai selalu bersedia bertahan diperusahaan. pengalaman yang tidak dapat ditemukan diperusahaan serta melihat kemajuan yang dirasakan memberikan dampak positif untuk pegawai memperkuat pegawai untuk tetap bekerja di perusahaan. Informan merasa bangga selama bekerja di PT Kereta Api ditunjukkan dengan adanya penawaran bekerja yang lebih baik dari segi gaji
89
yang tinggi karena informan menyatakan bahwa bekerja di kereta api memberikan banyak pengalaman yang berbeda dengan perusahaan lain hal ini dibuktikan dengan masa kerja informan yang rata-rata cukup lama. Penghargaan yang diberikan perusahaan dirasa sudah sebanding bahkan mereka merasa bekerja belum maksimal untuk memajukan perusahaan dalam mencapai tujuan. 5.2.3. Komitmen Senior Management DAOP 2 Bandung Dalam pengumpulan data senior management ini dilakukan dengan menggunakan indeks senior management (senior management commitment indeks) yang dikemukakan oleh Prof. Dominic Cooper, dalam jurnalnya yaitu “Impact of Management Commitmen on Employee Behavior” tahun 2006. Penilaian dilakukan dengan memformulasikan 11 indeks yang dikemukakan oleh Cooper kedalam checklist kemudian diteliti secara kualitatif dengan melakukan observasi data sekunder untuk mencari fakta-fakta dari dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan pertanyaan 11 indeks yang ada dan melakukan in-depth interview untuk mengetahui lebih dalam untuk memperkuat hasil observasi data sekunder, in-depth interview dilakukan berdasarkan 11 pertanyaan dari indeks yang ada. Pembacaan hasil dan justifikasi hasil dipermudah melalui penetapan standar pemenuhan indeks untuk memberikan kriteria terhadap jumlah pemenuhan dari masing-masing pertanyaan yang ada. In-depth interview dilakukan pada pegawai yang bertanggung jawab dalam penerapan SMK3 di bagian sarana DAOP 2 Bandung, dikarenakan rotasi kerja yang sangat cepat di PT KAI sehingga peneliti tidak dapat mewawancarai Deputi Daerah Operasinal 2 Bandung yang telah pindah dinas ke Daerah Operasional 3 Cirebon,
90
maka peneliti mewawancarai Manajer SDM sebagai orang yang dianggap tahu kegiatan Deputi sebelumnya. Berdasarkan rekomendasi dari Vice President SHE PT KAI bahwa Manajer SDM adalah seseorang yang membantu Deputi DAOP 2 Bandung ketika menangani K3 pada masa jabatannya. Wawancara dilakukan pada Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector (JMI) 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. Berikut adalah hasil dari observasi data sekunder dan In-depth interview dari setiap pertanyaan checklist yang ada: 1. Keikutsertaan senior manajemen dalam kegiatan seperti observasi, inspeksi dan identifikasi bahaya dan risiko K3 dalam pembangunan SMK3 DAOP 2 Berdasarkan hasil observasi saat berada di Dipo Lokomotif pada tanggal 25 Juni 2015 peneliti melihat Kepala DAOP melakukan pemantauan terhadap pekerjaan dan keselamatan kerja pegawai dan secara langsung menanyakan kesulitan dan kendala selama bekerja pada pegawai. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dari beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector 2A 2B 2C dan Kepala Dipo Lokomotif. Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya: Informan 1 (Manajer SDM) “iya,, mereka kan sering ngadain inspeksi di kita dan namanya lokrit atau lori itu dia itu dikabin masinis itu lokrit jadi dia itu bisa mengetahui ee,,apa saja yang musti diperbaiki itu misalnya ee,, apa perjalanan kereta apinya. Misalnya ohh,,ternyata disini ada sedikit getaran misalnya seperti apa yang musti diperbaiki kalau engga lori,,lori ada semacam kaya kereta kecil gitu ya nanti dia ngelori, ngelori itu dia
91
langsung melintas lapangan situ apa namanya yang musti dia perbaiki ,,itu musti itu ..minimal dia seminggu sekali harus ke lintas”
Namun dokumen berupa daftar hadir atau dokumentasi lain tidak ditemukan sebagai bukti Kepala DAOP atau Deputi melakukan inspeksi, identifikasi bahaya dan risiko dan observasi langsung. Kesimpulan dari pertanyaan ini yaitu berdasarkan observasi dan wawacara dengan beberapa informan bahwa Kepala DAOP atau Deputi melakukan observasi langsung melalui kegiatan lokrit, lori, dan observasi langsung ke Dipo untuk melihat pekerjaan di Dipo. Kegiatan observasi juga dapat dilakukan jika ada permintaan dari Manajer atau JMI terkait temuan yang harus segera ditindak lanjut. Namun untuk kegiatan identifikasi bahaya dilakukan melalui usulan yang di ajukan pada Manajer Sarana, hanya saja kegiatan tidak didokumentasikan. Pertanyaan ini mendapatkan nilai 1 yang berarti iya kegiatan tersebut dilakukan.
2. Kehadiran senior manajemen dalam pertemuan K3 yang diselenggarakan oleh SHE dalam mendiskusikan SMK3 Berdasarkan hasil observasi selama penelitian tidak adanya kegiatan pertemuan yang dilakukan oleh Senior Manajemen dengan departemen SHE dalam mendiskusikan K3, serta tidak diperbolehkannya peneliti untuk melihat dokumen atau daftar hadir yang membuktikan bahwa Kepala DAOP atau Deputi hadir dalam pertemuan yang dilakukan SHE. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector (JMI) 2A, 2B dan Kepala Dipo
92
Lokomotif yang menyatakan bahwa Kepala DAOP menghadiri pertemuan yang diadakan SHE pusat atau safety committe di daerah jika beliau tidak dapat hadir maka Deputi yang akan menggantikan. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan Informan 1 (Manajer SDM): “sering kalau ikut pertemuan sama SHE itu”
Informan 5 (Manajer Sarana) “iya pasti,,baik SHE pusat atau daerah biasanya kalau Ka DAOP-nya ga sempat Pak Deputinya, ee tapikan ehh,,apa Deputi sebagai ketuanya kan yang pembinanya Pak Ka DAOP”
Kesimpulan dari pertanyaan ini yaitu memang berdasarkan hasil wawancara hasil pengamatan tidak ditemukan adanya kegiatan Senior Manajemen melakukan pertemuan dengan SHE, secara dokumen peneliti tidak bisa membuktikan namun berdasarkan hasil in-depth interview yang dilakukan pada beberapa informan dari 4 informan 3 diantaranya menyatakan hal yang sama bahwa Kepala DAOP atau Deputi akan memenuhi panggilan pertemuan yang di adakan SHE pusat dalam mendiskusikan pembangunan aspek keselamatan terutama SMK3. Pertanyaan ini mendapatkan nilai 1 yang berarti iya kegiatan tersebut dilakukan oleh Senior Manajemen. Kepala DAOP atau Deputi selalu mengahadiri pertemuan-pertemuan tentang K3 baik itu pertemuan yang diadakan SHE pusat atau pertemuan Safety committe untuk membahas K3 di DAOP 2
93
3. Diskusi yang dilakukan Senior Manajemen dengan pekerja di DAOP tentang kinerja K3 di DAOP 2 baik melalui wawancara tertutup maupun terbuka Proses menggali informasi pada pertanyaan ke tiga di awali dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. Hasilnya menunjukkan bahwa Kepala DAOP melakukan diskusi dengan pekerja terhadap pekerjaaan dan kinerja K3 melalui kegiatan observasi langsung atau sidak yang dilakukan, berikut kutipan wawancara yang dikemukakan oleh informan: Informan 1 (Manajer SDM) “beliau itu langsung belusukan gitu loh kalau ke pegawai langsung ditanya langsung ditanya ditempat apa ni,,kalau ada yang salah ditanya managernya lagsung ditegur managernya seperti itu beliau seperti itu” Namun diskusi yang dilakukan dengan pekerja hanya sebatas mendiskusikan tentang pekerjaan kendalanya dan tindak lanjut untuk menangani masalah yang terjadi tidak secara spesifik Kepala DAOP atau Deputi berdiskusi tentang Kinerja K3 di DAOP 2. Berikut seperti yang dikemukakan oleh informan: Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif Bandung) “ya kemarin paling ngebahas masalah pekerjaan pak kaDaop pak Il itu” Selanjutnya untuk membuktikan hal tersebut maka peneliti melakukan observasi ke lapangan namun selama observasi peneliti tidak menemukan Kepala DAOP atau Deputi melakukan diskusi dengan pekerja mengenai
94
kinerja K3, yang peneliti temukan adalah melalui salah satu pengakuan pekerja di Dipo Lokomotif Kepala Daop hanya sebatas menanyakan pekerjaan dan kendalanya. Kesimpulan dari pertanyaan ini yaitu Kepala DAOP atau Deputi memang melakukan diskusi dengan pekerja namun diskusi tidak dilakukan mengenai kinerja K3 informasi tambahan dari Safety committe bahwa pembahasan memang tentang pekerjaan tidak secara spesifik membahas kinerja K3. Pertanyaan ini mendapatkan nilai 0 yang berarti Senior Manajemen tidak melakukan diskusi dengan pekerja mengenai kinerja K3.
4. Senior manajemen melakukan diskusi dengan manajer lain (selain safety committe) untuk mendukung penerapan SMK3 di DAOP 2 Informasi dari pertanyaan ini dilakukan melalui triangulasi suber dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector (JMI) 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. Hasilnya menunjukkan bahwa Kepala DAOP atau Deputi melakukan diskusi dengan manager lain melalui rapat para manajer untuk mendiskusikan pekerjaan dan termasuk didalamnya adalah aspek K3, diskusi akan lebih sering dilakukan jika dibutuhkan seperti hari-hari menjelang lebaran. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dikemukakan: Informan 1 (Manajer SDM) “ohh selalu kan kita disini kan ada safety committe dari bentukan SHE itu nah nanti safety committenya memberikan masukan masukan pada
95
kita apa saja yang mesti dibenahi nanti Ka DAOP langsung manggil managernya “tolong ini tuntaskan targetnya berapa lama” seperti itu”
Informan 5 (Manajer Sarana) “ohh pasti kan ada rapat-rapat para manager, iya itu dibahas juga itu tentang K3”
Kesimpulan yang dapat disimpulkan adalah dari semua informan menyatakan bahwa Kepala DAOP dan Deputi biasanya mendiskusikan mengenai SMK3 ini dalam rapat para manajer dan semakin sering manajer melakukan pertemuan jika dalam kondisi perusahaan sedang sibuk seperti saat menjelang hari raya. Pernyataan ini diberikan nilai 1 yang artinya iya Kepala DAOP atau Deputi melakukan diskusi dengan manajer lain untuk pembangunan SMK3 di DAOP 2.
5. Tindakan perbaikan temuan ketidak sesuaian terkait K3 (corrective action plan) yang dilakukan senior manajemen. Kriteria ini di ketahui melalui metode triangulasi sumber yaitu dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior manager Inspector 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. Wawancara pertama dilakukan kepada kepala Dipo Lokomotif dilanjutkan ke Manajer Sarana, kemudian pada Junior Manager dan terakhir pada Manajer SDM. dilakukan:
Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang
96
Informan 1 (Manager SDM) “iya..langsung dan itu sangat kita pentingkan kalau temuan temuan itu apalagi yang menyangkut keselamatan”
Namun terdapat informasi yang berbeda yang mengemukakan bahwa rencana atau tindakan perbaikan temuan ketidak sesuaian K3 biasanya di lakukan oleh Manajer Sarana. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan: Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif Bandung) “Belum soalnyakan wilayah KaDAOP terlalu luas, ya Pak Mansar paling ya, masalah itu kan kaya kemarin kan kita ee,, suruh pake keamanan untuk keselamatan kerja” Kesimpulan dari pertanyaan ini yaitu Kepala DAOP atau Deputi melakukan rencana atau tindakan perbaikan terhadap temuan ketidak sesuaian baik secara langsung maupun tidak langsung, tidak langsung seperti pada saat rapat bersama manager atau safety committe dan memerintahkan safety committe segera melaksanakan tindakan perbaikan tersebut atau secara langsung datang ke Dipo untuk menindaklanjut temuan yang ditemukan.
6. Pantauan dan semua tindakan koreksi yang dilakukan senior manajemen Informasi pertanyaan ini digali melalui metode triangulasi sumber dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Inspector 2A dan 2B, serta Kepala Dipo
97
Lokomotif. In-depth interview dilakukan dalam waktu yang berbeda dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sama. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan oleh informan Informan 1 (Manajer SDM) “Ka DAOP lagi meriksa ini Pak Daputi juga sama jadi kita itu bersinergi jadi Pak Deputi juga sama dia melakukan langsung ke pegawai tersebut jadi evaluasinya juga langsung dengan cara tanya jawab seperti itu terus dia menyampaikan apa yang harus di tindak lanjuti beliau langsung ke pegawainya langsung ke ujung tombaknya langsung” Hasil dari triangulasi sumber yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa Kepala DAOP atau Deputi memastikan dan memantau semua tindakan koreksi yang dilaksanakan dengan cara pembagian inspeksi wilayah antara Kepala DAOP dan Deputi dengan sidak, tanya jawab langsung dengan pekerja saat observasi dan laporan mingguan yang diterima dari para manager. Sehingga pertanyaan tersebut diberi nilai 1 yaitu iya yang berarti Senior Manajemen melakukan pemantauan terhadap tindakan koreksi yang dilakukan.
7. Persetujuan
anggaran
yang
dilakukan
senior
manajemen
untuk
mengembangkan dan menerapkan SMK3 Pertanyaan ini digali melalui beberapa cara yaitu pertama peneliti melakukan triangulasi sumber yaitu dengan in-depth interview pada beberapa informan diantaranya adalah Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager
98
Inspector (JMI) 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. Hasilnya menunjukkan bahwa Kepala DAOP dan Deputi menyetujui anggaran yang diajukan untuk pengembangan dan penerapan K3 atas beberapa pertimbangan Kepala DAOP atau Deputi. Dukungan cukup kuat ditunjukkan oleh Kepala DAOP dan Deputi tentang keselamatan. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan: Informan 1 (Manajer SDM): “maksudnya beliau tidak selalu menyetujui yang artinya dalam tanda kutip beliau juga selalu selektif apakah anggaran ini urgent ataukah memang dibutuhkan tidak selalu beliau itu mneyetujui tapi kalau misalnya untuk K3 pastilah beliau akan support gitu” Selanjutya langkah ke dua untuk meyakinkan informasi tersebut peneliti meminta beberapa dokumen yang bisa ditunjukkan oleh bagian sarana DAOP 2 Bandung yang menunjukkan ada bukti bahwa Kepala DAOP menyetujui anggaran untuk mengembangkan K3 yang salah satunya adalah penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), yang hasilnya terbukti bahwa Kepala DAOP menyetujui anggaran untuk kontrak dengan perusahaan lain yang akan menyediakan APD untuk DAOP 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan ini memiliki nilai 1 yang berarti iya Kepala DAOP atau Deputi menyetujui anggaran dana yang diajukan departemen sarana untuk pengembangan SMK3 di DAOP 2.
99
8. Senior manajemen melakukan tinjauan dan monitoring terhadap progress program-program K3 terutama dalam penerapan SMK3 di DAOP 2 yang dilakukan bersama-sama dengan praktisi K3 maupun bersama orang ke-3 Informasi pertanyaan ini digali melalui dua cara yaitu berawal dari peneliti melakukan triangulasi sumber dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. Hasil triangulasi sumber menunjukkan Kepala DAOP dan Deputi melakukan tinjauan dan monitoring terhadap progress K3 melalui hasil laporan para manager atau melihat langsung ke lapangan namun hal ini belum dilakukan hanya bersama dengan SHE sebagai praktisi K3 belum dilakukan bersama pihak ke-3. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan oleh informan: Informan 5 (Manajer Sarana) “Ya itu tadi team itu yang kerja dan laporan kan tadi Ka DAOP monitoring terus baik itu monitoring langsung lapangan baik itu monitoring laporan yang dikirim ke sekretaris,,jadi dimonitor kalau pihak ke-3 laporannya dari kita”
Selanjutnya untuk memperkuat informasi tersebut peneliti berusaha mencari dokumen dari hasil evaluasi program K3 yang telah dilakukan, namun DAOP 2 tidak mengizinkan dokumen untuk dilihat. Kesimpulan dari pertanyaan ini berdasarkaninformasi dari 3 diatara 4 nforman yaitu bahwa tinjauan dan monitoring terhadap program K3 memang sudah dilakukan
100
melalui laporan yang diterima Kepala DAOP atau meninjau secara langsung dengan SHE pusat, sehingga pertanyaan ini memiliki nilai 1 yang berarti iya kegiatan ini dilakukan. 9. Investigasi kecelakaan kerja yang di lakukan oleh senior manajemen di DAOP 2 Informasi dari pertanyaan ini digali melalui beberapa cara yaitu peneliti melakukan triangulasi sumber dan metode. Pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan triangulasi sumber pada beberapa informan, yaitu diataranya adalah Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector 2A dan 2B, serta Kepala Dipo Lokomotif. Hasil triangulasi sumber menunjukkan bawa Kepala DAOP atau Deputi tidak secara langsung menginvestigasi kecelakaan kerja yang terjadi, investigasi atau temuan bahaya dilakukan oleh safety committe dan kecelakaan yang dianggap ringan oleh pekerja sering kali tidak dilaporkan dan ditangani sendiri oleh unit kerja. Seperti yang dikemukakan oleh informan, berikut kutipan wawancaranya: Informan 1 (Manajer SDM) “kalau investigasi kecelakaan kerja kan kita disini punya ada Safety committenya itu langsung dari Safety committenya kan dari SHE itu kan disebar ke seluruh daerah bahwa kita punya SI safety inspector nah itulah dia yang selalu memberikan temuan dan laporan laporan tindakan tindakan tentang SHE”
101
Selanjutnya peneliti melakukan telaah dokumen berupa prosedur investigasi kecelakaan atau dokumen pendata kecelakaan kerja yang terjadi. Namun peneliti tidak menemukan data tersebut baik di Dipo ataupun di Kantor DAOP. Berdasarkan hasil wawancara ternyata prosedur investigasi hanya untuk kasus kecelakaan kereta, sedangkan untuk kecelakaan kerja tidak ada prosedur investigasi. Informasi lain menjelaskan bahwa ternyata ketika terjadi kecelakaan kerja unit kerja atau rekan pekerja secara langsung membawa pekerja ke unit kesehatan DAOP atau menanganinya sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan ini memiliki nilai 0 yang berarti Senior Manajemen tidak melakukan investigasi kecelakaan kerja karena setiap kecelakaan yang terjadi langsung ditangani tanpa didata. 10. Analisis training yang dibutuhakan yang dilakukan oleh senior manajemen Informasi ini dicari melalui dua cara yaitu dengan melakukan triangulasi sumber dan penelusuran dokumen. Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inpector (JMI) 2A dan 2B, serta kepala Dipo Lokomotif. Hasil triangulasi sumber menunjukkan Kepala DAOP atau Deputi memang melaksanakan training-training yang dibutuhkan oleh pekerja, namun usulan training tidak berasal dari Kepala DAOP atau Deputi melainkan diusulkan oleh bagian SDM, kator pusat atau unit terkait. Senior manajer hanya menyetujui atau tidak menyetujui tidak melakukan analisis sendiri untuk melakukan training K3 yang dibutuhkan pekerja. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan:
102
Informan 1 (Manajer SDM) “kalau itu biasanya bukan dari Deputi sama Ka DAOP ya biasanya dari SDM-nya oh,,,misalnya perlu pelatihan ini untuk K3 makannya kemarin kita kerjasama dengan SHE untuk melakukan pelatihan DAMKAR” Training juga terkadang diusulkan oleh unit kerja, atau kantor pusat kepada Kantor DAOP, berikut kutipan wawacara dari informan: Informan 5 (Manajer Sarana) “kalau training itu dari kita…unit terkait pelatihan atau apa istilahnya tapi kalau kita undang pak Ka DAOP pasti datang”
Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif Bandung) “kalau itu si ya paling inisiatif kita si,kalau untuk hal seperti itu biasanya dari kantor pusat kalau dari Pak Ka Daopnya dari SHEnya dari kantor pusat Selanjutnya peneliti melakukan penelusuran dokumen untuk melihat persetujuan dari Kepala DAOP melakukan training-training K3, yang salah satunya adalah pelatihan penggunaan APAR. DAOP 2 memang melakukan training K3 untuk pekerja namun bukan atas dasar analisis yang diusulkan dari kepala DAOP untuk melakukan suatu training. Training yang dilakukan berdasarkan usulan dari departemen SDM atau kepala unit maisng-masing. Pertanyaan ini memiliki nilai 0 yang berarti kegiatan tersebut tidak dilakukan oleh Kepala DAOP atau Deputi.
103
11. Kehadiran senior manajemen pada kegiatan training. Informasi ini digali triangulasi sumber dengan melakukan in-depth interview pada informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector (JMI) 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. In-depth interview dilakukan pada waktu yang berbeda dengan pertanyaan yang sama. Rata-rata jawaban informan menyatakan bahwa Kepala DAOP atau Deputi selalu mengahadiri training baik ekternal mauapun internal, jika keduanya berhalangan hadir maka akan ada surat tugas kepada salah satu manajer untuk menggantikan. Berikut salah satu kutipan wawancara dari informan: Informan 1 (Manajer SDM) “oh iya minimal beliau pertama pembukaan terus pembekalan dari beliau misalnya tujuan misalnya seperti pelatihan kemarin pelatihan APAR” Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari jawaban beberapa sumber menyatakan bahwa kepala DAOP atau Deputi menghadiri training-training baik internal maupun eksternal sehingga pertanyaan ini memiliki nilai 1 yang berarti iya kegiatan tersebut dilakukan. 5.2.4. Kesimpulan Komitmen Senior Manajemen Informasi ini berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen yang sudah disimpulkan peneliti bahwa terdapat 8 kriteria yang terpeuhi, selanjutnya dapat dilihat hasilnya pada tabel 6.2 untuk menentukan kategori komitmen.
104
Tabel 6.2 Kategori Penilaian Komitmen Senior Management No
Kriteria Penilaian
Kriteria yang Terpenuhi
1
Komitmen Sangat Tinggi
9-11
2
Komitmen Tinggi
7-8
3
Komitmen Sedang
4-6
4
Komitmen Rendah
2-3
5
Tidak memiliki komitmen
0-1
Sumber : (Lubis, 2009) Berdasarkan 11 kriteria senior manajemen commitment indeks milik Dominic Cooper maka dapat diketahui pemenuhan komitmen senior management DAOP 2 Bandung pada tingkat komitmen yang tinggi karena memenuhi kriteria 8 dari 11 kriteria yang ada. Komitmen tinggi ini diketahui melalui sikap-sikap yang ditunjukkan oleh senior manajemen. Diketahui melalui 8 kriteria yang terpenuhi adalah senior manajemen ikut serta dalam observasi, inspeksi dan identifikasi bahaya, selalu hadir dalam pertemuan K3 yang di adakan oleh SHE, melakukan diskusi dengan manajer lain, senior manajemen melakukan tindakan perbaikan terhadap ketidak sesuaian terkait K3, senantiasa melakukan pemantauan terhadap tindakan koreksi, memberikan
persetujuan
terhadap
anggaran
yang
diperuntukkan
untuk
perkembangan SMK3, melakukan tinjauan dan monitoring terhadap progress program-program K3, serta selalu mengahdiri kegiatan training. Kriteria lain yang tidak terpeuhi oleh Kepala DAOP 2 Bandung karena beliau tidak melakukan diskusi khusus mengenai aspek K3 dengan pekerja, diskusi yang
105
selama ini dilakukan terbatas pada pekerjaan. Kepala DAOP juga tidak melakukan investigasi terhadap kecelakaaan yang terjadi karena berdasarkan observasi dari kantor pusat menyatakan tidak adanya kecelakaan kerja, namun ketika melakukan wawancara dengan beberapa pekerja mereka menceritakan bahwa kejadian kecelakaan segera ditangani oleh unit sehingga tidak terlaporkan ke Kantor DAOP. Kriteria selanjutnya yang tidak terpenuhi adalah analisis terhadap kebutuhan training yang dilakukan oleh kepala DAOP. Hasil dari kedua komitmen baik itu komitmen dari Senior Manajemen dan Komitman Organisasi menunjukkan komitmen sudah baik, kedua komitmen ini seharusnya dapat mempengaruhi pemenuhan elemen penerapan kebijakan K3 berdasarkan PP no. 50 tahun 2012 untuk memenuhi kriteria audit pemenuhan dan pemeliharaan komitmen. Komitmen yang baik dari senior manajemen dan komitmen organisasi yang baik dari jajaran manajemen tengah dan bawah dalam menerapkan SMK3 akan berdampak positif pada kriteria-kriteria elemen pemenuhan dan pemeliharaan komitmen karena menejemen akan selalu berorientasi untuk menunjukkan bahwa perusahaan patuh akan apa yang sudah ditetapkan dan disepakati didalam perusahaannya dan dipandang perusahaan yang konsisten untuk menerapkan SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012.
5.2.5. Analisis Pelaksanaan Elemen Penetapan Kebijakan K3 Berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 Definisi istilah yang kedua pada penelitian ini yaitu analisis pelaksanaan elemen penetapan kebijakan K3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012. Teknik pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan metode GAP Analysis melalui
106
standard checklist dari elemen pertama Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012. Kemudian hasilnya dapat menggambarkan pemenuhan yang dilakukan DAOP 2 Bandung PT KAI terhadap elemen 1 dari Peraturan Pemerintah tersebut. Penelitian ini bukanlah bentuk dari audit, sehingga hasil analisisnya tidak dapat dijadikan hasil akhir, masih membutuhkan penelitian dan pembahasan lebih mendalam oleh badanbadan yang secara khusus berkompeten melakukan audit. Untuk mengetahui lebih dalam hasil dari observasi dan data sekunder yang ditemukan di lapangan, maka dilakukan in-depth interview pada kriteria-kriteria yang berada pada elemen pertama PP No. 50 tahun 2012 yang diformulasikan ke dalam 39 pertanyaan yang ditanyakan kepada beberapa informan. In-depth interview dilakukan pada Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C, Kepala Dipo Kereta Bandung dan Kepala Ruas. Berikut adalah hasil dari setiap kriteria yang ada. 1. Kriteria 1: Terdapat kebijakan K3 yang tertulis, tertanggal, ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus, secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 serta komitmen terhadap peningkatan K3. Infomasi mengenai kriteria ini dilakukan dengan mencari dokumen kebijakan di DAOP 2, berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan banner yang tertera komitmen keselamatan yang berlaku di DAOP 2 yang telah ditanda tangani oleh Kepala DAOP dan jajaran Manajer DAOP 2. Selanjutnya peneliti berusaha meminta dokumen dan mencari informasi asal mula terbentuknya komitmen keselamatan tersebut. Selanjutnya untuk membuktikan komitmen tersebut adalah komitmen keselamatan yang dimaksud maka peneliti bertanya kepada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manajer Inspector 2B dan 2C, yang menyatakan
107
komitmen tersebut memang komitmen keselamatan yang dibentuk karena himbauan dari kantor pusat, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan: Informan 1 (Manajer SDM) “Oh iya betul 6 point komitmen keselamatan kami, waktu ada surat direksi dari SHE jadi kami membuat safety commitment”
Sehingga dapat disimpulkan terdapat kebijakan yang tertulis namn tidak tertanggal akan tetapi ditandai tangani oleh pimpinan dan jajaran manajer. Kriteria ini mendapatkan nilai 1 yang artinya terpenuhi.
2. Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah melalui proses konsultasi dengan wakil tenaga kerja Informasi mengenai kriteria ini dilakukan dengan metode triangulasi sumber melalui in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Hasilnya menunjukkan Kebijakan dikonsepkan oleh Kepala DAOP 2 melalui konsultasi dengan beberapa pegawai dari tiap unit serta mempertimbangkan kondisi di lapangan serta kebijakan direksi lainnya. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan: Informan 1 (Manajer SDM) “oh,,iya lah kalau kita buat kebijakan itu melihat dari lapangan dulu,, observasi dulu setelah kita sesuaikan dengan kebijakan-kebijakan direksi dilihat dilapangannya itu seperti apa gitu..”
108
Keterbatasan dari informasi ini adalah peneliti tidak melakukan telaah dokumen berupa notulensi atau daftar hadir yang membuktikan bahwa kebijakan disusun oleh pengusaha melalui proses kondultasi dengan tenaga kerja. Kesimpulan dari penjelasan diatas kriteria tersebut tidak dapat terpenuhi, maka kriteria ini memiliki nilai 0 yang berarti tidak terpenuhi.
3. Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan, dan pemasok dengan tata cara yang tepat. Informasi mengenai kriteria ini digali melalui metode triangulasi sumber dengan melibatkan beberapa informan yang diwawancarai secara mendalam dengan beberapa pertanyaan. Informan pada kriteria ini yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dikemukakan informan: Informan 1 (Manager SDM) “oh iya kita itu pihak ke 3 itu misalkan dengn vendor misalnya tentang kebijakan K3 misalnya harus ada apa,,APAR misalnya apalagi yang nyewa-nyewa di stasiun”
Informasi lain didapatkan bahwa komunikasi mengenai kebijakan K3 dilakukan kepada penumpang melalui departemen humas, jika dilihat melalui observasi kebijakan tersebut memang di tempel dalam bentuk banner di beberapa sisi stasiun, berikut adalah kutipan wawancaranya: Informan 4 (Junior Manager Inspector 2B)
109
“tempo hari itu sudah disosialisasikan KUPT KUPTnya seluruhnya sudah, kalau untuk penumpang aku rasa sudah ya,,kan dari humas kan itu lebih luas”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil triangulasi sumber menunjukkan bahwa kebijakan K3 sudah disosialisasikan kepada pekerja dan vendor yang menggunakan toko-toko di stasiun serta penumpang melalui departemen humas. Kriteria ini memiliki nilai 1 yang berarti terpenuhi.
4. Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang bersifat khusus. Informasi mengenai kriteria ke empat ini didapatkan melalui telaah dokumen. Peneliti berusaha mencari dokumen-dokumen kebijakan K3 yang berdifat khusus untuk satu risiko yang khusus. Akan tetapi tidak ditemukan adanya kebijakan khusus untuk risiko yang khusus di DAOP 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria ini memiliki nilai 0 yang artinya tidak terpenuhi.
5. Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan dalam peraturan perundang-undangan. Informasi untuk kriteria ini digali melalui telaah dokumen dan metode triangulasi sumber. Pertama peneliti melakukan triangulasi sumber dengan menggunakan daftar pertanyaan yang ada ditanyakan secara mendalam pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager
110
Inspector 2B dan 2C. Hasilnya menyatakan kebijakan ditinjau ulang untuk mempertahankan ISO yang telah diperoleh selain itu kebijakan selalu dievaluasi untuk melihat kendala dalam penerapannya. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan: Informan 1 (Manager SDM) “ohh,,iya karena kita kan ini udah ISO ya udah ISO jadi ISO juga kan udah kita harus kontinyuitasnya harus kita tinjau terus karena kita kan harus mempertahankan ISO tersebut gitu kita juga ada peninjauan tersebut” “ohh,,iya karena kita kan ini udah ISO ya udah ISO jadi ISO juga kan udah kita harus kontinyuitasnya harus kita tinjau terus karena kita kan harus mempertahankan ISO tersebut gitu kita juga ada peninjauan tersebut”
Selanjutnya peneliti melakukan telaah dokumen terhadap beberapa kebijakan terkait K3 ditemukan beberapa kebijakan tidak menunjukkan adanya revisi atau perbaikan. Peninjuan yang dilakukan hanya berdasarkan kondisi perusahaan tidak disesuaikan dengan perundangundangan. Kriteria ini memiliki nilai 0 yang berarti tidak terpenuhi.
6. Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua pihak yang terkait dalam perusahaan di bidang K3 telah ditetapkan, diinformasikan dan didokumentasikan. Informasi pada kriteria dihasilkan dari triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan ind-dept interview pada beberapa
111
informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Hasil yang ditemukan adalah penanggung jawab tersebut yaitu pimpinan tertinggi Kepala DAOP, berikut kutipan wawancaranya: Informan 1 (Manajer SDM) “kalau untuk K3 disini kan pimpinan tertinggi kan VP DAOP 2 Vice Presidentnya DAOP 2 gitu VP nya DAOP 2, dan ditindak lanjut oleh ya itu para manager terkait”
Tanggung jawab dan wewenang tersebut tidak ada penetapan khusus, namun secara otomatis setiap Kepala unit memiliki tanggung jawab terhadap pekerja di unit tersebut. Pengambilan tindakan juga tidak terdapat prosedur atau cara yang sudah ditetapkan pengambilan tindakan, berikut kutipan wawancaranya: Informan 4 (Junior Manager Inspector 2B) “ ditangani oleh unitnya langsung
Informan 3 (Junior Manager Inspector 2B) “tindakan dikordinasikan dengan bagiannya misalnya menemukan suatu kasus di bagian sintel, maka dikordinasikan dengan sintel diminta untuk menyelesaikan kasus itu”
Kesimpulan disimpulkan dari kriteria ini tidak terdapat tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkannya tindakan K3 secara khusus dibuat, sehingga peneliti tidak melanjutkan
112
dengan melakukan observasi dan telaah dokumen. Kriteria ini memiliki nilai 0 yang berarti tidak terpenuhi.
7. Penunjukkan penanggung jawab K3 harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Informasi dari kriteria ke tujuh ini didapatkan dari triangulasi sumber yang dilakukan dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat penanggung jawab khusus untuk K3 di DAOP 2 yang sesuai dengan undang-undang, tanggung jawab K3 diserahkan kepada masing masing kepala unit penanggung jawab bukan ahli K3 umum atau P2K3 yang terdaftar di Disnaker. Berikut kutipan wawancaranya: Informan 1 (Manajer SDM) “kalau penanggung jawabnya kan misalnya untuk kesehatan berarti disini ada manager unit kesehatan”
Penunjukkan penanggung jawab K3 pada unit tidak dengan mekanisme tertentu, penangung jawab ditunjuk secara otomatis pada setiap kepala unit, seperti yang dikemukakan informan berikut ini: Informan 3 (Junior Manager Inspector 2B) “penunjukkan ,,,kalau tentang itu menurut Sk-nya saya ga tau ya tapi secara otomatis KUPT” Kesimpulan yang dapat disimpulkan bahwa Daerah Operasional 2 tidak menunjuk penanggung jawa K3 sesuai dengan peraturan perundang-
113
undangan, penanggung jawab ditunjuk secara otomatis ketika seseorang menjadi kepala unit. Kriteria ini tidak memenuhi dan memiliki nilai 0
8. Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas kinerja K3 pada unit kerjanya Informasi mengenai kriteria ini dihasilkan dari proses triangulasi sumber dan telaah dokumen. Triangulasi sumber yang dilakukan dengan in-depth interview pada beberapa informan yaitu manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya: Informan 4 (Junior Manager Inspector 2B) “kalau untuk ee,,,khusus K3 itu kalau umpanya itu kalau dari Ka DAOP untuk penanganan K3 itu ada lah tapi untuk pengambil keputusan suatu hal ya otomatis yang ngambil tindakan dari unit itu sendiri yang selama ini”
Selanjutnya peneliti berusaha mencari tugas pokok dari kepala unit masing-masing mengenai K3, berdasarkan hasil telaah dari tugas pokok yang didokumentasikan dalam bentuk buku salah satunya terdapat aspek keselamatan bekerja yang menjadi tanggung jawab kepala unit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pimpinan unit bertanggung jawab terhadap K3 di unitnya, maka kriteria ini memiliki nilai satu dan terpenuhi.
9. Pengusaha atau pengurus bertanggung jawab secara penuh untuk menjamin pelaksanaan SMK3
114
Berdasarkan hasil triangulasi sumber yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C menunjukkan bahwa bentuk dari tanggung jawab pengurus yaitu seperti melakukan monitoring melalui laporan-laporan bisa berupa laporan tiga bulanan dan 6 bulanan dari manajer atau laporan dari JMI, atau melakukan pengecekan secara langsung hal ini menunjukkan bahwa pengusaha bertanggung jawab dengan komitmen keselamatan yang telah dibuat, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan: Informan 1 (Manager SDM) “kalau monitoring kalau beliau itu ya laporan laporan ee,,,laporan laporan triwulanan atau semesteran dari para manager biasanya kita buat progres-progres ke beliau misalnya tentang kesehatan kerja”
Bentuk tanggung jawab ditunjukkan juga melalui pemberian masukan secara langsung atau tidak langsung untuk perbaikan SMK3 yang dilakukan pada saat melakukan pembinaan atau pertemuan rutin. Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya: Informan 1 (Manager SDM) “kalau pak KaDAOP memberikan masukan ya biasanya beliau dalam pembinaan-pembinaan biasanya kami ada coffe morning ke para manager terus misalnya nanti misalnya ini ada keterkaitan dengan K3 terus langsung menyampaikan disaat pembinaan-pembinaan di coffe morning”
115
Selanjutnya peneliti melakukan telaah dokumen melalui daftar tamu yang melakukan pembinaan di Dipo Lokomotif, memang terbukti adanya bahwa Kelapa DAOP melakukan pembinaan baik masalah K3 maupun masalah pekerjaan. Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari kriteria ini adalah pengurus cukup bertanggung jawab terhadap pelaksanaan SMK3 di Daerah Operasionalnya dengan melakukan monitoring melakukan perbaikanperbaikan dengan memberikan pembinaan baik secara langsung pada pekerja atau pembinaan saat rapat dengan manajer. Kriteria ini terpenuhi sehingga memiliki nilai 1. 10. Petugas yang bertanggung jawab untuk penanganan darurat telah ditetapkan dan mendapatkan pelatihan. Informasi pada kriteria ini dihasilkan dari dua cara yang pertama peneliti melakukan triangulasi sumber dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C, serta petugas kesehatan di Unit Urusan Kesehatan DAOP 2 Bandung. Hasilnya menunjukkan bahwa hampir semua informan menyatakan bahwa keadaan darurat telah secara khusus akan ditangani oleh Unit Urusan Kesehatan (UUK). Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya: Informan 1 (Manager SDM) “kalau untuk kecelakaan kerja kita kan punya team unit kesehatan yang dia bisa bertindak langsung kan ya kalau misalnya kan ada kecelakaan kerja di Dipo sarana misalnya di Dipo Lok ada itu teamnya khusus,,”
116
Selanjutnya informasi pelatihan apa saja yang sudah dilaksanakan petugas kesehatan di Unit Urusan Kesehatan mencetitakan bahwa telah mengikuti beberapa pelatihan seperti kegawat daruratan, P3K, PPGD dan BTLS serta banya lagi, berikut kutipan wawancara yang di lakukan dengan petugas kesehatan: (Petugas Kesehatan UUK) “iya gawat darurat tu pasti PPGD,,penanggulangan gawat darurat, BTLS, P3K mah udah biasa”
Selanjutnya
untuk
membuktikan
pelatihan
tersebut
petugas
menunjukkan beberapa sertifikat yang diperolehnya namun sertifikat tidak dapat difoto atau di copy. Kesimpulan dari kriteria ini menunjukkan bahwa terdapat petugas yang bertanggung jawab khusus terhadap kondisi gawat darurat yang telah mengikuti beberapa pelatihan, sehingga kriteria ini memiliki nilai 1 yang berarti terpenuhi.
11. Perusahaan mendapatkan saran-saran dari para ahli di bidang K3 yang berasal dari dalam dan atau luar perusahaan. Informasi mengenai kriteria ini didapatkan dari proses triangulasi sumber yang dilakukan dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dn 2C. Hasilnya menyatakan bahwa ahli K3 untuk dimintai saran dan pendapat yaitu orang-orang yang berada di SHE pusat, sedangkan untuk ahli K3 dari luar DAOP 2 tidak ada. Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya:
117
Informan 1 (Manajer SDM) “jadi sebenernya yang ahli-ahlinya itu ya bu ida itu beliau yang selalu memberikan saran beliau yang selalu sosilisasi ke daerah-daerah” “pihak luar belum ada, masih internal saja” Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari kriteria ini yaitu DAOP 2 memang mendapatkan saran-saran dari ahli K3 namun hanya dari ahli dalam K3 yang ada di perusahaan yaitu dari SHE pusat sedangkan ahli K3 dari luar perusahaan belum pernah. Kriteria ini dinyatakan memiliki nilai 1 yang berarti memenuhi kriteria.
12. Kinerja K3 termuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan lain yang setingkat. Informasi ini di dapatkan dari hasil triangulasi sumber dan telaah dokumen. Triangulasi sumber yang dilakukan peneliti dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Hasilnya menyatakan bahwa Hasil dari laporan kinerja di DAOP 2 diberikan kepada bagian SHE pusat kemudian dilaporkan kepada Direktur Keselamatan. berikut adalah kutipan wawancara yang dilakukan dengan informan: Informan 1 (Manajer SDM) “ VP DAOP 2 melaporakan kinerja K3 ke D5 direktur keselamatan, jadi dari sini ke SHE dari SHE ke D5”.
Selanjutnya telaah dokumen dilakukan pada laporan tahunan PT KAI dan terbukti adanya laporan mengenai K3 didalamnya namun secara
118
umum belum per-DAOP. Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari kriteria ini adalah laporan memang dilakukan oleh Vice President DAOP 2 kepada SHE yang selanjutnya akan dilaporkan kepada Direktur Keselamatan. Penelusuran dokumen dilakukan untuk mencari laporan yang dilakukan VP DAOP 2 namun tidak ditemukan adanya laporan tersebut. Secara khusus DAOP 2 tidak memiliki laporan tahunan mengenai kinerja K3. Kriteria ini dinyatakan tidak memenuhi sehingga memiliki nilai 0.
13. Hasil peninjauan ulang didokumentasikan Informasi ini dilakukan dengan melakukan telusur dokumen dan melakukan telaah terhadap dokumen tersebut serta melakukan triangulasi sumber pada beberapa informan dengan melakukan in-depth interview pada Manajer SDM, Junior manager Inspector 2B dan 2C. Hasil dari penelusuran dokumen tidak menemukan adanya pendokumentasian pada setiap tinjauan yang dilakukan DAOP 2 sehingga kemudian untuk mengetahui DAOP 2 melakukan tinjauan atau tidak maka peneliti melakukan triangulasi sumber yang hasilnya menunjukkan bahwa DAOP 2 memang melakukan tinjauan ulang secara berkala pada unit-unit berbeda. Tijauan ulang pada tingkat Manajer dilakukan setahun sekali, tingkat JMI dilakukan setiap satu bulan sekali. berikut adalah kutipan wawancaranya:
119
Informan 1 (Manager SDM) “untuk tinjauan ulang kalau untuk tinjauan ulang itu kita sebenernya itu minimalnya dalam satu tahun itu paling satu kali ya untuk dilakukan tinjauan ulang”
Kesimpulan yang dapat disimpulkan adalah DAOP 2 memang melakukan tinjau ulang pada setiap rapat-rapat tertentu namun tinjauan yang dilakukan tidak didokumentasikan dengan benar sehingga kriteria ini tidak dapat terpenuhi dan memiliki nilai 0.
14. Jika memungkinkan hasil tinjauan dimasukkan ke dalam perencanaan tindakan manajemen. Informasi ini di dapatkan melalui telaah dokumen dan triangulasi sumber yang dilakukan peneliti dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Hasilnya menyatakan bahwa setelah mendapatkan keputusan dari hasil tinjau ulang dan evaluasi ketika saat rapat-rapat untuk melakukan tinjau ulang hasilnya di informasikan kepada manajer secara langsung untuk disampaikan dan diaplikasikan di lapangan. Berikut adalah kutipan wawancaranya: Informan 1 (Manajer SDM) “oh iya,,misalnya setelah ditinjau ulang apa keputusannya apa hasilnya nanti diaplikasikan yang sebaiknya sebenarnya itu seperti apa untuk diaplikasikan dilapangan seperti itu”
120
“ hasil tinjau ulang di informasikan melalui manager biasanya manager langsung memberikan pembinaan kebawahnya ke pagawainya karena pegawai di DAOP 2”
Informan 4 (Junior Manager Inspector 2B) “ya diproses ee,,itu biasanya disatu pertemuan jadi selama temuantemuan itu itu dievaluasi ee,,pastikan ada yang sesuai prosedur yang masih kurang dari prosedur itu pasti di evaluasi”
Selanjutnya peneliti melakukan pencarian dokumen berupa notulensi rapat atau hasil tinjauan yang telah dilakukan namun peneliti tidak diperbolehkan melihat dokumen. Sehingga kesimpulan yang dapat disimpulkan pada kriteria ini yaitu DAOP 2 tidak bisa dibuktikan telah memasukkan hasil tinjauan ulang tersebut untuk perencanaan selnajutnya sehingga kriteria ini memiliki nilai 0 yang berarti tidak terpenuhi.
15. Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan SMK3 secara berkala untuk menilai kesesuaian dan efektivitas SMK3 Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Manager SDM, Junior Manager Inspector 2B: Informan 1 (Manajer SDM) “beliau itu sebenernya memonitoringnya melalui manager tangan kanan beliau itu kan manager jadi kalau K3 berlangsung itu atau aplikasinya dilapangan seperti apa yang melaporkan itu adalah manager yang terkait”
121
Informan 3 (Junior Manager Inspector 2B) “saya belum pernah dilapori mungkin untuk beliaunya ke atas kalau mungkin secara umum informasi masih toleransi ambang batas aman, pekerja tidak banyak yang terkena penyakit” Penilaian kesesuaian dan efektivitas yang dilakukan oleh Kepala DAOP 2 melalui laporan para manajer, namun kesesuaian dan efektifitas dapat dilihat dari kejadian kecelakaan kerja yang terjadi. Berdasarkan hasil wawancara DAOP 2 memang menilai efektivita dengan melihat pekerjaan yang dilakukan masih dalam batas aman yang artinya tidak menimbulkan penyakit pada pekerja dan lingkungan kerja selalu aman. Akan tetapi ternyata ketika peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pekerja di Dipo mereka mengakui pernah adanya terjadi kecelakaan di Dipo namun langsung ditangani oleh unit dan tidak terlaporkan ke kantor DAOP. Sehingga selama ini Kepala DAOP menganggap pekerja dalam keadaan aman ketika bekerja. Dapat disimpulkan bahwa pengurus tidak melakukan peninjauan ulang pelasanaan SMK3 secara berkala dengan benar, dan pertanyaan ini mendapatkan nilai 0 artinya tidak terpenuhi.
16. Keterlibatan dan penjadwalan konsultasi tenaga kerja dengan wakil perusahaan didokumentasikan dan disebarluaskan ke seluruh tenaga kerja Informasi ini didapatkan melalui metode triangulasi sumber yang dilakukan dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Hasilnya
122
menunjukkan bahwa tidak ada penjadwalan yang khusus dibuat oleh DAOP 2 untuk melakukan konsultasi dengan tenaga kerja, waktu dibuat tentatife, berikut kutipan wawancaranya: Informan 1 (Manajer SDM) “kalau waktu sendiri si disini tidak ada dijadwalkan ya,,tapi kalau memang ada hal yang benar-benar perlu dibahas diagendakan dijadwalkan jadi ee,,tentative maksudnya”
Namun menurut salah satu informan DAOP 2 membuat suatu cara untuk mendapatkan penilaian dari pekerja melalui brosur yang harus di isi oleh pekerja, berikut kutipan wawancara yang menjelaskan hal tersebut: Informan 4 (Junior Manager Inspector 2B) “itu ada itu biasanya ee,,,apa seperti ada brosur atau apa jadi tanggapan-tanggapan dalam kurun skian itu ada tanggapan apa kekurangan atau kebijakan jadi penilaiannya secara masing-masing pegawai untuk penilaian perusahaan itu ada jadi untuk evaluasi sejauh mana si selama ini apakah setuju dengan keputusan ini.” Konsultasi yang pernah dilakukan pun tidak didokumentasikan oleh DAOP 2, dengan tidak ditemukannya dokumen mengenai konsultasi tersebut. Akan tetapi prosedur sosialisasi untuk penyebaran informasi dari hasil konsultasi biasanya melalui kepala unit masing-masing yang bertanggung jawab menyebarluaskan. Berikut kutipan wawancara yang menyatakan hal tersebut:
123
Informan 1 (Manajer SDM) “kalau misalnya sudah hasil keputusan itu kan sudah tanggung jawab KUPTnyakan yang langsung menangani pekerja itu kan KUPT nya disosialisasikan sama KUPTnya bahwa hasil rapat hari ini” Kesimpulan pada kriteria ini yaitu tidak adanya jadwal khusus yang dilakukan DAOP 2 untuk melakukan konsultasi dengan tenaga kerja atau wakil tenaga kerja, konsultasi dilakukan jika diperlukan, namun sampai saat penelitian ini berlangsung tidak ada pendokumentasian terhadap hasil konsultasi dan sosialisasi dilakukan melalui kepala unit masing-masing, sehigga kriteria ini dinyatakan tidak terpenuhi dan memiliki nilai 0.
17. Terdapat prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahanperubahan yang mempunyai implikasi terhadap K3. Informasi ini didapatkan dari hasil triangulasi sumber yang dilakukan peneliti dengan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Hasilnya menyatakan bahwa DAOP 2 tidak memiliki prosedur tertentu untuk melakukan konsultasi dengan
pekerja
mengenaik
implikasi
K3
diperusahaan
bahkan
berdasarkan informasi DAOP 2 tidak pernah melakukan pertemuan dengan pekerja. Berikut adalah kutipan wawancaranya: Informan 1 (Manajer SDM) “biasanya kita tidak pernah melakukan pertemuan dengan pekerjanya mereka hanya jadi ujung tombak saja kita kumpulkan gitu loh,,”
124
Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari kriteria ini adalah tidak adanya prosedur dan bahkan DAOP2 tidak pernah melakukan pertemuan dengan pekerja secara khusus, sehingga kriteria memiliki nilai 0 yang berarti tidak terpenuhi. 18. Perusahaan telah membentuk P2K3 sesuai dengan peraturan perundangundangan. Informasi ini di dapatkan dari hasil triangulasi sumber yang dilakukan peneliti dengan in-depth interview pada beberapa informan yaitu manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2c, serta Kepala Dipo Kereta sebagai Kepala Unit yang pernah membuat susunan P2K3 tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa mekanisme pembentukan dilakukan berawal dari adanya surat perintah dari kantor pusat bahwa setiap unit diminta membuat P2K3 untuk penunjukkan pengurusnya hanya ditunjuk beradasarkan siapa yang bersedia. Susunan dibuat oleh kepala unit kemudian dikirimkan kepada sekretaris DAOP dan baru mendapatkan persetujuan dari DAOP. Berikut adalah kutipan wawancaranya: Informan 10 (Kepala Dipo Kereta) “ada pokonya dari kantor pusat ada suratnya untuk pembentukan P2K3, kemudian diprint dan disosialisasikan lewat apel setelah itu apa yang dilakukan,itu ditadatangan bulan april cuman kita dapatnya bulan,,. iya..saya bikin dikantor sana di dipo terus ke kantor DAOP baru sampe itu bulan itu P2K3 baru bulan,,tar dulu,, tar dulu..(menunggu mencari dokumen di email) sekitar bulan 4 april tanggal 29 baru dapat”
125
Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari kriteria ini adalah DAOP 2 melakukan pembentukan P2K3 tidak mengacu pada peraturan-perundangundangan sehingga kriteria ini dinyatakan tidak terpenuhi memiliki nilai 0.
19. Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak atau pengurus Berdasarkan telaah dokumen dari susunan pengurus P2K3 yang ada di Dipo Lokomotif menunjukkan ketua P2K3 bukanlah pengurus atau pimpinan puncak DAOP 2 melaikan kepala unit masing-masing. Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang di nyatakan oleh Vice President SH bahwa P2K3 di PT KAI dibuat pada setiap unit. Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari kriteria ini adalah P2K3 yang dibentuk setiap unit dipimpin oleh kepala unit masing-masing dan bukan pimpinan puncak dari DAOP 2, sehingga kriteria ini tidak terpenuhi dan memiliki nilai 0.
20. Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 sesuai dengan peraturan perundangundangan. Informasi yang di dapatkan dari kriteria ini adalah melalui dua cara yaitu triangulasi sumber dan telaah dokumen. Triangulasi sumber yang dilakukan oleh peneliti dnegan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2 B dan 2C, Kepala Ruas ADM Dipo Lokomotif. Hasilnya menunjukkkan Sekretaris P2K3 di tunjuk dari Kepala Ruas ADM yang setelah dicek ternyata KR ADM tidak mengetahui dirinya masuk kedalam susunan
126
P2K3 dan beliau tidak pernah mengikuti pelatihan ahli K3 umum. Berikut kutipan wawancaranya: Informan 3 (Junior Manager Inspector 2B) “terus terang ga ada , Cuma tadi ya ketua terus nanti KR paling nanti ini skeretaris, ya sekretarisnya tadi dibentuk dari di ADM atau KR ADM”
(Kepala Ruas ADM) “pembentukan saya juga ga tau ujug ujuk nama saya ada disitu dan suma main tembak dan kayanya pak Soni si anu sianu,,kurang tau saya” Kemudian untuk memastikah hal tersebut peneliti melihat dokumen susunan P2K3 milik Dipo Lokomotif ternyata benar bahwa Sekretaris ditunjuk dari Kepala Ruas ADM. Kesimpulan yang dapat disimpulkan yaitu sekretaris P2K3 yang dibentuk di DAOP 2 bukanlah ahli K3 umum, sehingga kriteria ini tidak terpenuhi dan memiliki nilai 0 pada gap analisis.
21. P2K3 menitik beratkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan prosedur pengendalian risiko. Informasi ini di dapatkan dari hasil triangulasi sumber yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan Junior Manager Inspector 2B dan 2C, serta kepala Dipo Kereta. Hasilnya menunjukkan bahwa P2K3 ini diharapkan dapat membina pekerja untuk bekerja selamat membuat lingkungan kerja selalu bersih. Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya:
127
Informan 10 (Kepala Dipo Kereta) “kegiatannya,,selain sosialisasi itu yang pertama terus,,uji coba ini sendiri menggunakan APAR sosialisasi penggunaan APAR sudah,,,terus selain itu apa ya,,ya,,,sosialisasi penggunaan helm ware pack sepatu safety APD lah ya itu” “pertama kan sebenarnya panitia pembina,,keselamatan kerja intinya pembinaan terus ee,,kebersihan juga Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari kriteria ini adalah DAOP 2 tidak menitik beratkan P2K3 pada setiap unit untuk melakukan pengembangan kebijakan dan pengendalian risiko, sehingga kriteria ini tidak terpenuh dan memiliki nilai 0 pada gap analisis.
22. Susunan pengurus P2K3 didokumentasikan dan di informasikan kepada tenaga kerja Informasi dari kriteria ini di dapatkan dari hasil telaah dokumen dan triangulasi sumber yang dilakukan pada Junior Manager Inspector 2B dan 2C serta Kepala Dipo Kereta. Hasilnya menunjukkan bahwa susunan pengurus P2K3 sudah di informasikan kepada tenaga kerja saat apel dan diberikan print out kepada masing-masing KR. Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya: Informan 10 (Kepala Dipo Kereta) “sementara sosialisasi dulu lewat apel terus” “gitu,,,loh sudah diprint koo..sudah diumumkan sudah diprint dikasih satu satu”
128
Selanjutnya
untuk
membuktikan
apakah
susunan
P2K3
di
dokumentasikan maka penelti meminta kepada Kepa Dipo Lokomotif terdahulu yang saat ini menjadi Kepala Dipo Kereta dan susunan tersebut di dokumentasikan dalam bentuk file dalam email Dipo Lokomotif. Sehingga kriteria ini memiliki nilai 1 yang artinya terpenuhi
23. P2K3 mangadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disebarluaskan ditempat kerja. Informasi kriteria ini di dapatkan dari hasil triangulasi sumber yang dilakukan dengan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Junior manager Inspector 2B , Kepala Dipo Kereta. Hasilnya menyatakan bahwa pertemuan dilakukan setiap satu minggu sekali. Hasil kesepakatan dari team P2K3 setelah disepakati kemudian di infromasikan melalui penempelan selembaran, BBM, dan email. berikut adalah kutipan wawancaranya: Informan 10 (Kepala Dipo Kereta) “tiap minggu ada,,ya waktu disana” “ditempel ya bisa di BB, email,,”
Akan
tetapi
peneliti
berusaha
melakukan
crosscheck
untuk
mengetahui kebenarannya dengan melakukan wawancara dengan pengurus P2K3yang berada di Dipo Lokomoitf dari 3 yang ditanyakan mengaku tidak pernah melakukan pertemuan rutin untuk membahas K3. Kesimpulan yang dapat disimpulakan dari kriteria ini adalah pertemuan tidak dilakukan oleh pengurus P2K3 secara berkala tidak ada
129
hasil yang diperoleh dan disebarkan menyatakan tidak terpenuhi yang berarti memiliki nilai 0 pada gap analisis.
24. P2K3 melaporakan kegiatan secara teratur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Informasi pada kriteria ini di hasilkan dari triangulasi sumber yang dilakukan pada beberapa informan yaitu Junior Manager Inspector 2B dan 2C, Kepala Dipo Kereta. Hasilya menunjukkan bahwa Laporan yang dibuat oleh UPT sudah teratur namun belum sampai dilaporkan pada sub dinas ataupun Dinas Tenaga Kerja (DISNAKER) seperti yang dimaksud dalam perundang-undangan, laporan baru diberikan pada kantor pusat saja. Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya: Informan 10 (Kepala Dipo Kereta) “Laporan ada dalam bentuk buku cuma belum ada tetang K3, tentang K3 biasanya ada di laporan mingguan formatnya dalam bentuk email seperti ini, format sudah darisananya begini” Kesimpulan yang dapat disimpulkan untuk kriteria ini adalah pelaporan yang dilakukan P2K3 hanya pada tahap pelaporan kepada Kantor DAOP 2 namun belum sesuai dengan perundang-undangan, sehingga kriteria ini tidak dapat terpenuhi dan memiliki nilai 0 pada gap analysis.
25. Apabila diperlukan, dibentuk kelompok kerja yang diberikan pelatihan sesuai dengan perundang-undangan
130
Informasi ini di dapatkan dari hasil observasi dan telaah dokumen yang menunjukkan bahwa DAOP 2 atau unit dalam DAOP 2 tidak memiliki kelompok kerja yang sengaja dibentuk sesuai dengan perundang-undangan
seperti
contohnya
yang
diwajibkan
adalah
emergency respon team. Selanjutnya telaah dokumen untuk membuktikan bahwa adakah Surat Keputusan atau dokumen lain bahwa adanya pembentukan kelompok kerja tersebut akan tetapi dokumen pun tidak ditemukan, sehingga peneliti menentukan kriteria ini tidak terpenuhi oleh DAOP 2 dan memiliki nilai 0 pada hasil gap analysis.
26. Susunan Kelompok kerja yang telah terbentuk didokumentasikan dan di informasikan kepada tenaga kerja Karena tidak adanya kelompok kerja yang dibentuk sehingga tidak ada juga dokumen yang membuktikan hal tersebut dan tidak ada hal yang diinformasikan kepada pekerja. kesimpulan pada kriteria terakhir ini menunjukkan bahwa kriteria ini tidak terpenuhi dan memiliki nilai 0 pada hasil gap analysis. Kriteria-kriteria tersebut dapat disimpulkan mejadi 4 sub kriteria yang ada pada elemen pertama PP No. 50 tahun 2012. Berikut adalah kesimpulan dari setiap sub kriteria yang ada: 1. Kebijakan K3 DAOP 2 Bandung sudah memiliki kebijakan K3 atas dasar himbauan direksi pada surat keputusan direksi nomor KEP.U/LL.507/III/2/KA-2014
131
tentang kebijakan keselamatan di lingkungan PT KAI. Isinya menyatakan tentang tujuan, sasaran dan komitmen terhadap keselamatan. Proses pembentukan kebijakan tersebut belum terbukti berdasarkan masukan dari pekerja. Kebijakan telah dikomunikasikan dengan tenaga kerjadan tamu atau pihak ke 3 melalui para manajer, dan kepada penumpang melalui departemen humas. Akan tetapi kebijakan tidak khusus dibuat untuk keselamatan pekerja saja namun mencakup keselamatan penumpang dan pengoperasian kereta api. Kebijakan khusus untuk risiko khusus tidak ditemukan di DAOP 2 Bandung. Selain itu tidak ditemukan adanya bukti bahwa kebijakan atau kebijakan khusus lainnya selalu ditinjau ulang secara berkala untuk disesuaikan dengan kondisi DAOP 2 dan undang-undang. 2. Tanggung Jawab dan Wewenang Tanggung jawab dan wewenang DAOP 2 tidak didokumentasikan dan di sosialisasikan. Tanggung jawab secara umum dimiliki oleh Vice President DAOP 2 Bandung namun secara aplikasi dilapangan setiap kepala unit juga memiliki tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan tugas pokok masingmasing sehingga secara otomatis setiap kepala unit adalah penanggung jawab K3 maka tidak ada penunjukkan khusus yang dilakukan seperti yang diwajibkan oleh undang-undang. Keadaan darurat ditangani oleh unit khusus yaitu Unit Urusan Kesehatan (UUK) yang khusus menangani kesehatan dan kondisi-kondisi darurat seperti kecelakaan kerja, unit tersebut telah mengikuti beberapa pelatihan seperti pelatihan kegawat daruratan, PPGD, P3K, BTLS. Daerah Operasional 2 tidak memiliki ahli K3 luar untuk berkonsultasi mengenai K3 namun selama ini DAOP 2 selalu melakukan konsultasi K3 dengan SHE dari kantor pusat. Laporan K3 secara khusus dilaporkan kepada
132
Diretur Keselamatan di kantor pusat oleh Vice President setiap tahunnya, namun secara khusus DAOP 2 tidak memiliki laporan tahunan mengenai kinerja K3. 3. Tinjauan dan Evaluasi Daerah Operasional 2 selalu melakukan tinjauan ulang melalui pertemuan para manajer dari setiap unit setiap bulannya yang didalam pertemuan tersebut membahas pula tentang K3, akan tetapi tinjauan tersebut tidak didokumentasikan. Hail tinjauan ulang tidak terbukti dimasukkan ke dalam perencanaan tindakan manajemen. Peninjauan pelaksanaan SMK3 hanya ditinjau melalui laporan manajer, pengurus tidak melakukan penilaian dengan melihat kasus kecelakaan kerja yang sering kali terjadi dan tidak terlaporkan. Sehingga pengurus tidak dapat menilai kesesuaian dan efektivitas SMK3 yang dijalankan. 4. Keterlibatan dan Konsultasi dengan tenaga kerja Daerah Operasional 2 tidak memiliki jadwal dan prosedur untuk melakukan konsultasi dengan pekerja, konsultasi dilakukan jika diperlukan sehingga tidak terdapat dokumentasi dan kegiatan penyebar luasan hasil konsultasi tersebut. SMK3 yang diterapkan Daerah Operasional 2 baru diterapkan di departemen sarana yang membawahi dua Dipo. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pembentukan P2K3 diserahkan kepada unit masingmasing, temuan di lapangan menunjukkan Dipo yang memiliki P2K3 adalah Dipo Lokomotif saja, yang diketuai oleh kepala unit masing-masing dan sekretaris ditunjuk dari Kepala Ruas Administrasi yang berlatar belakang SMK dan tidak memiliki sertifikat Ahli K3 Umum (AK3U).
133
Proses pembentukan P2K3 ini diawali dengan pertemuan para Kepala Ruas yang ditunjuk sebagai pengurus oleh Kepala Dipo selanjutnya susunana P2K3 tersebut dilaporkan kepada sekretaris DAOP 2 untuk disetujui oleh Vice President DAOP 2. Kegiatan yang dilakukan oleh tim P2K3 tersebut berupa pembinaan dan menjaga lingkungan kerja tetap bersih tidak pada kegiatan untuk mengendalikan risiko. Susuna P2K3 tersebut didokumentasikan dengan baik dan disosialisasikan melalui apel. Pengurus P2K3 tidak melakukan pertemuan secara berkala. Kegiatan yang telah dilakukan tidak pernah dilaporkan baik secara peraturan perundang-undangan atau dilaporkan kepada Vice President DAOP 2, serta tidak ada kelampok kerja yang di bentuk. 5.2.6. Kesimpulan Pemenuhan Elemen Penetapan Kebijakan K3 Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012 Informasi pada setiap kriteria yang ada dilakukan
gap analysis dengan
memberikan nilai 1 jika terpenuhi dan 0 jika tidak terpenuhi, hasil gap analysis pemenuhan elemen penerapan kebijakan K3 dapat dilihat pada lampiran penelitian. Berdasarkan tingkat pencapaian penerapan pada PP No. 50 tahun 2012 bahwa PT KAI termasuk kedalam kategori perusahaan tingkat lanjutan yang harus memenuhi 166 kriteria dengan 12 elemen. Pemenuhan 100% elemen pertama sendiri jika 26 kriteria dari elemen tersebut terpenuhi seluruhnya. Sehingga peneliti membagi tingkat pencapaian menjadi beberapa tingkat yang dibagi berdasarkan persentase pemenuhan kriteria, berikut adalah tabel tingkat pencapaian:
134
Tabel 6.3 Tingkat Pencapaian Penerapan Elemen Pertama Kategori Persentase
Tingkat Pencapaian
100-85%
Memuaskan
84-60%
Baik
59-0%
Kurang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAOP 2 Bandung hanya memenuhi sebanyak 7 kriteria dari 26 kriteria yang ada maka perhitungannya adalah: 7 100% 26,92% 26 Berdasarkan hasil perhitungan persentase pemenuhan sebesar 26,92%. Artinya pemenuhan elemen pertama yang terpenuhi oleh DAOP 2 Bandung masih dalam kategori persentase 59-0%. Sehingga dapat dilihat pada kolom tingkat pencapaian, bahwa pemenuhan dalam pembangunan dan pemeliharaan DAOP 2 Bandung masih ditingkat pencapaian yang kurang. Hasil pemenuhan yang kurang dari kriteria pemenuhan dan pemeliharaan komitmen berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 ini tidak sejalan dengan komitmen yang ditunjukkan Senior Menejemen dan Komitmen Organisasi yang baik pada pemabahasan sebelumnya. Terdapat beberapa hal yang sudah dilaksanakan oleh DAOP 2 Bandung namun belum sesuai dengan perundang-undangan. Komitmen Senior Menejemen dan Komitmen Organisasi yang ada seharusnya di terapkan pada pemenuhan kriteria ini agar SMK3 yang dijalankan atas dasar Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012, sehingga komitmen yang ditunjukkan oleh senior menejemen dan jajaran menejemen lainnya untuk menerapkan SMK3 terbukti adanya.
135
5.2.8. Analisis Taksonomi Berdasarkan hasil dari uraian dari setiap kriteria yang ada, peneliti melakukan analisis taksonomi pada komitmen organisasi, komitmen senior manajemen dan pemenuhan elemen pertama yaitu pelaksanaan kebijakan K3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012. Berikut adalah analisis taksonomi pada bagan 5.
Bagan 6.1 : Analisis Taksonomi
Komitmen Organisasi DAOP 2 Bandung
Affective Comiitment
1. 2.
3.
4.
5. 6. 7.
8.
Bahagia berkarir Senang berdiskusi tentang perusahaan merasakan permasalahan perusahaan belum terbayangkan bekerja ditempat lain bagian dari keluarga adanya rasa emosional PT KAI perusahaan yang semakin berkembang adanya rasa
memiliki
Continuance Commitment 1. Belum memiliki rencana lain jike keluar 2. belum ada keinginan untuk keluar 3. Perubahan pemasukan yang dirasakan 4. hilangnya pendapatan 5. bekerja atas kebutuhan keuangan 6. belum ingin meninggalkan perusahaan alasannya tidak ada perusahaan lain dibidang kereta api 7. tidak terfikir untuk mencari pekerjaan lain 8. alasana utama karena kebutuhan hidup. Manfaat yang dirasakan sudah sebanding
Normative Commitment 1. berpindah tempat kerja hak setiap orang untuk mendapatkan yang lebih baik 2. bekerja haruslah setia 3. etis saja jika berpindah-pindah kerja 4. loyalitas itu sangat penting 5. mempertimbangka n tawaran bekerja ditempat lain untuk mencari yang lebih baik 6. Percaya nilai kesetiaan 7. tidak masalah bekerja di satu perusahaan selama berkarir 8. adanya keinginan untuk berwirausaha
affective commitmen, continuance commitmen dan Bagan commitment 5.1 : Analisis normatife yangTaksonomi ditunjukkan baik
Bagan 5.1 : Analisis Taksonomi
: Kriteria yang tidak terpenuhi
Komitmen team manajemen DAOP 2 Bandung
Pemenuhan elemen pertama PNo. 50 tahun 2012
Komitmen Senior manajemen DAOP 2 Bandung 1. senior manajemen melakukan lori, lokrit dan observasi langsung ke Dipo 2. Senior manajemen mengikuti pertemuan K3 3. diskusi dengan pekerja hanya sebatas pekerjaan 4. diskusi dengan manajer tetang K3 ketika rapat 5. rencana dan tindakan perbaikan dilakukan ketika rapat 6. tindakan koreksi yang dilakukan langsung atau melalui perintah pada manajer 7. anggaran K3 disetujui 8. monitoring dan tinjauan yang dilakukan secara langsung atau melalui laporan 9. investigasi tidak dilakukan oleh senior manager
10. analisis training dilakukan oleh SDM atau unit kerja 11. selalu mengahdiri training K3
Tanggung jawab dan wewenang
Kebijakan K3
1. terdapat kebijakan K3 2. tidak terbukti melakukan konsultasi dengan wakil tenaga kerja 3. sosialisasi dilakukan melalui manajer atau humas 4. tida ada kebijakan khusus untuk risiko khusus 5. kebijakan ditinjau ulang bersamaan dengan sertifikasi ISO
Komitmen senior manajemen tinggi karena 8 kriteria di lakukan oleh senior manajemen
1. tidak ada tanggung jawab dan wewenang khusus yang terdokumentasi 2. tidak ada mekanisme penunjukka secara otomatis ketua adalah penanggung jawab 3. pimpinan unit bertanggung jawab atas K3 di unit 4. pimpinan perusahaan bertanggung jawab terhadap SMK3 5. keadaan darurat ditangani oleh UUK yang terlatih 6. ahli K3 berasal dari SHE pusat 7. tidak ada laporan kinerja K3
Tinjauan dan evaluasi
1. tinjau ulang tidak terdokumen tasi 2. tidak ada bukti tinjauan ulang masuk kedalam perencanaa n 3. pengurus menilai efektivitas melalui tidak adanya PAK dan lingkungan kerja aman, akan tetapi kecelakaan kerja masih terjadi
Konsultasi dan keterlibatan pekerja 1. DAOP 2 tidak pernah melakukan konsultasi dengan pekerja, pekerja hanya sebagai ujung tombak 2. tidak ada prosedur konsultasi 3. P2K3 dibentuk berdasarkan jabatan 4. ketua P2K3 adalah kepala unit 5. Sekretaris bukan AK3U 6. kegiatan P2K3 berupa sosialisasi dan pembinaan 7. dokumen dalam bentuk email dan sosialisasi saat apel pada pekerja 8. tidak melakukan pertemuan 9. laporan hanya pada kantor pusat 10. tidak ada kelompok kerja 11. tidak ada kelompok kerja yang terletih
Tidak semua kriteria terpenuhi, terdapat 19 kriteria tidak terpenuhi dari 26 hasil gap analysis menunjukkan pemenuhan kurang
137
Analisis selanjutnya terhadap hasil penelitian yaitu analisis taksonomi, seperti yang dijelaskan dalam bagan 5.1. Cara membaca analisis ini diawali dari pokok pembahasan yang pertama yaitu peneliti ingin mengetahui komitmen team manajemen DAOP 2 Bandung. Komitmen tersebut akan tergambarkan melalui berbagai segi komitmen yaitu komitmen organisasi, komitmen senior manajemen dan kriteria komitmen yang ditentukan oleh PP No. 50 tahun 2012. Komitmen organisasi sendiri ditentukan oleh 3 aspek yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment yang masing masing aspek memiliki 8 kriteria. Selanjutnya komitmen senior manajemen yang akan tergambar melalui 11 kriteria, dan yang terakhir adalah kriteria menurut PP No. 50 tahun 2012 yang bisa dilihat dari segi kebijakan K3, tanggung jawab dan wewenang, tinjauan dan evaluasi, konsultasi dan keterlibatan pekerja. Hasilnya menjelaskan bahwa komitmen organisasi sudah baik, komitmen senior manajemen tinggi. Sedangkan pemenuhan kriteria menurut PP No. 50 tahun 2012 masih kurang karena dari 26 kriteria elemen pertama berdasarkan analisis hanya 7 kriteria yang terpenuhi. Bila dipersentasekan dalam tingkat pencapaian DAOP 2 Bandung baru masuk ke dalam kategori persentase 59-0% yang berarti masuk kedalam tingkat pencapaian kurang. 5.2.9. Analisis Domain Berdasarkan hasil analisis taksonomi yang dilakukan pada komitmen organisasi, komitmen senior manajemen dan pemenuhan elemen pertama PP No. 50 tahun 2012 yang di analisis kembali dengan teknik analisis domain menjelaskan bahwa komitmen organisasi akan terbentuk dari tiga aspek yaitu affektif, continuance dan normative. Komitmen organisasi akan berpengaruh pada komitmen perusahaan 137
138
di dukung dengan komitmen yang tinggi dari senior manajemen. Perusahaan yang berkomitmen akan menjalankan apa yang sudah diputuskannya salah satunya adalah pemenuhan pada kebijakan yang di anut, akan tetapi pada penelitian ini komitmen berdasarkan kriteria elemen pertama PP No. 50 tahun 2012 tidak terpenuhi meskipun komitmen organisasi dan komitmen senior manajemen sudah kuat. Berikut hal tersebut dijelaskan dalam tabel 5.2 Tabel 6.4 Analisis Domain Komitmen Team Manajemen DAOP 2 Bandung Tahun 2015 No 1
2
3
4
5
Rincian Domain -
Hubungan Sematik Domain Sebab dari Terbentuknya komitmen organisasi yang baik
Affective commitment baik Continuance commitment baik - Normatif commitment baik - Komitmen keselamatan Mempengaruhi senior manajemen yang baik Terbentuknya komitmen keselamatan pekerja - komitmen organisasi yang Sebab dari baik Terbentuknya komitmen keselamatan - komitmen keselamatan dari perusahaan senior manajemen dan pekerja yang baik - Adanya kebijakan Sebab dari keselamatan tidak khusus Tidak terpenuhinya elemen pertama PP untuk keselamatan pekerja No. 50 tahun 2012 - tanggung jawab dan wewenang tidak terdokumentasi dan tidak jelas - evaluasi dan tinjaun selalu dilakukan namun tidak terdokumentasi - konsultasi dan keterlibatan pekerja yang di abaikan - komitmen keselamatan Bukan semata-mata sebab dari perusahaan yang baik terpenuhinyan elemen pertama SMK3 di perusahaan. Pada dasarnya setiap domain memiliki keterkaitan dengan domain lainnya,
peneliti akan berusaha menjelaskan satu persatu domain tersebut.pekerja yang mau
139
menerima setiap kebijakan perusahaan dan berusaha bekerja keras demi tercapainya tujuan perusahaan serta adanya pertimbangan biaya jika tidak bekerja di perusahaan yang akan menimbulkan rasa kewajiban terhadap tugas-tugas di perusahaan merupakan sebab dari terbentuknya komitmen organisasi. Senior manajemen yang konsisten dengan aturan atau kebijakan yang dibuat akan mematuhi apa yang sudah dibuatnya. Senior manajemen adalah sebagai contoh dalam perusahaan, sehingga memiliki kaitan kuat dengan perilaku pekerjanya. Senior manajemen adalah salah satu kunci keberhasilan suatu perusahaan, karena selain sebagai penentu senior manajemen adalah orang yang paling memahami kondisi perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa jika senior manajemen membuat suatu kebijakan keselamatan dan berkomitmen untuk menerapkannya maka akan mempengaruhi tindakan pekerjanya untuk bekerja dengan selamat. Adanya kesediaan bekerja keras dan mau menerima segala kebijakan yang ada artinya mau bekerja dengan kebijakan keselamatan yang ada demi mencapai tujuan perusahaan serta keinginan mempertahankan diri untuk tetap berada di perusahaan, dipengaruhi oleh faktor luar yaitu komitmen yang dicontohkan oleh senior manajemen dan konsistensi dari manajemen dalam menerapkan kerja selamat merupakan sebab dari terbentuknya komitmen keselamatan diperusahaan, bekerja selamat bukan lagi tuntutan yang dilakukan terpaksa tetapi menjadi budaya di perusahaan. Menerapkan suatu sistem dalam perusahaan akan memperjelas komitmen yang dibuat, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan keselamatan tidak memfokuskan pada aspek keselamatan pekerja, wewenang dan tanggung jawab tidak terdokumentasikan, tindakan hanya dilakukan tanpa didokumentasikan sehingga
140
perusahaan melupakan mana yang belum, mana risiko yang harus diprioritaskan. Perusahaan juga mengabaikan arti pekerja untuk dilibatkan dalam menentukan setiap tindakan dan kebijakan padahal objek keselamatan adalah pekerja itu sendiri, perusahaan memiliki kewajiban untuk mejaga pekerja agar tetap selamat demi menciptakan perusahaan yang produktiv. Semua hal tersebut tidak dilakukan oleh DAOP 2 sehingga menjadi sebab dari tidak terpenuhinya elemen pertama PP No. 50 tahun 2012. Meskipun komitmen keselamatan sudah terbentuk di perusahaan, namun tidak dikerjakan secara sitematis sesuai dengan aturan yang ada maka tindakan keselamatan tidak akan dapat memenuhi kriteria elemen pertama SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012, perusahaan akan tetap tidak memiliki komitmen yang kuat untuk menerapkan SMK3 dierusahaan. 5.2.10. Komitmen Team Manajemen Terhadap Penerapan SMK3 Komitmen senior manajemen sudah tinggi, ditunjukkan melalui 8 sikap senior manajemen yang telah terpenuhinya dari 11 sikap Senior Manajemen Commitment Indeks. Komitmen Organisasi yang ditunjukkan juga sudah baik ditunjukkan melalui sikap pegawai yang mau menerima tujuan organisasi, keinginan untuk bekerja keras, dan adanya hasrat bertahan menjadi bagian organisasi. Namun pemenuhan elemen penerapan kebijakan K3 dengan mengacu pada kriteria pembangunan dan pemeliharaan komitmen pada kriteria audit SMK3 masih dalam kategori kurang. Berdasarkan penilaian dari informan kunci dapat disimpulkan bahwa K3 yang dijalankan tidak berdasarkan sistem yang sudah ada yaitu SMK3 sehingga pelaksanaannya tidak sistematis, K3 yang dijalankan hanya berdasarkan risiko yang terlihat hal ini ditunjukkan dengan adanya banyaknya safety sign dan APD.
141
Secara individu komitmen di DAOP 2 Bandung sudah baik namun perintah penerapan SMK3 belum dikomitmenkan secara serius. DAOP 2 masih menunggu instruksi dari pusat untuk melaksanakan SMK3. Oleh karena itu, komitmen yang ditunjukkan melalui tindakan tindakan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja tersebut belum berdasarkan kriteria pemenuhan elemen pertama pada PP No. 50 tahun 2012 hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa kriteria yang sudah dijalankan namun belum sesuai dengan perundang-undangan. Pemahaman DAOP 2 terhadap SMK3 yang di intruksikan oleh PT KAI belum sepenuhnya dipahami, sehingga baik manajemen DAOP 2 belum secara mandiri menjalankan SMK3 dan program K3 lainnya. Pengendalian risiko atau program K3 yang dijalankan hanya menunggu instruksi dari kantor pusat. Manajemen DAOP 2 hanya menitik beratkan penanganan K3 di DAOP pada safety committe yang dibentuk dari kantor pusat. Manajemen DAOP 2 kurang memahami penerapan SMK3 itu sendiri, kegiatan kegiatan K3 yang dilakukan atas instruksi pusat dianggap sebagai SMK3. Terbukti adanya komitmen yang di susun senior manajemen tidak menunjukkan komitmen tersebut dibuat untuk melindungi pekerja tetapi lebih kepada keselamatan penumpang. Team manajemen DAOP 2 belum fokus terhadap program SMK3 di DAOP. Adanya pelimpahan pada setiap unit yang juga pemahamannya masih sangat kurang untuk menerapkan SMK3. Terbukti adanya susunan pengurus P2K3 yang dibentuk tidak sesuai dengan undang-undang.
BAB VI PEMBAHASAN 6.1.
Keterbatasan Penelitian Setiap penulisan penelitian tentunya memiliki kekurangan dan keterbatasan.
Penelitian ini juga tentunya memiliki kekurangan dan keterbatasan baik dalam penulisan maupun pelaksanaan penelitian sehingga perlu untuk diteliti lebih mendalam. Kekurangan dan keterbatasan pada penelitian ini adalah informan yang diwawancarai rata-rata belum lama bekerja di DAOP 2 Bandung karena kondisi rotasi kerja di PT KAI sangat cepat, peneliti tidak dapat mewawancarai senior manajemen DAOP 2 Bandung secara langsung karena Kepala DAOP dan Deputi menolak untuk diwawancarai. Kesulitan lainnya yaitu peneliti tidak dapat melihat dokumen berupa daftar hadir untuk membuktikan bahwa senior manajemen menghadiri pertemuan yang diadakan oleh SHE.
Tidak dapat melihat dokumen yang membuktikan bahwa
adanya tinjau ulang dan monitoring yang dilakukan oleh senior manajemen. Peneliti tidak dapat menemukan dokumen yang membuktikan pengurus melakukan proses konsultasi serta tidak dapat melihat notulensi rapat atau dokumen lain yang membuktikan bahwa hasil tnjau ulang masuk kedalam perencanaan. 6.2.
Komitmen Team Manajemen DAOP 2 Bandung dalam Penerapan SMK3 Team manajemen memiliki peranan yang kuat dalam menentukan arah
perusahaan. Ketiga lini dalam manajemen sangat mempengaruhi pekerja, dengan memiliki komitmen yang tinggi dari manajemen akan menciptakan komitmen yang tinggi pula pada pekerja. Sesuai dengan definisi manajemen sendiri yaitu suatu 142
143
aktivitas dengan adanya unsur pengorganisasi dan kepemimpinan dengan menggunakan sumber daya yang ada termasuk sumber daya manusia yaitu pekerja. Definisi ini menunjukkan bahwa team manajemen memiliki tugas yang penting sebagai pionir dalam mencapai tujuan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan komitmen senior manajemen sudah tinggi, komitmen organsasi sudah baik namun pemenuhan terhadap pembangunan dan pemeliharaan komitmen berdasarkan SMK3 PP No. 50 tahun 2012 belum sepenuhnya terpenuhi. Sehingga komitmen team manajemen dalam penerapan SMK3 masih tergolong kurang. Secara individu dalam manajemen telah menunjukkan komitmen yang cukup tinggi baik manajemen atas, tengah dan bawah. Tetapi hal ini tidak menjamin terpenuhinya elemen pertama dari SMK3 PP No. 50 tahun 2012. Komitmen yang terbentuk dari masing masing individu baik itu komitmen organisasi atau komitmen dari pimpinan perusahaan itu sendiri pada semestinya akan mempengaruhi terbentuknya iklim komitmen yang kuat dalam perusahaan terutama dalam melaksanakan kebijakan yang sudah disepakati bersama. Seperti yang di kemukakan dalam teori Gibson tahun 1996 bahwa kinerja organisasi tergantung dari kinerja individu dengan kata lain individu akan memeberikan kontribusi pada kinerja organisasi, hal ini sama dengan komitmen karena komitmen memiliki korelasi dengan kinerja (Brahmasari danSuprayetno, 2008). SMK3 merupakan salah satu sistem yang sama dengan sistem lainnya memiliki komponen atau elemen dalam merealisasikannya. Berdasarkan SMK3 PP No. 50 terdapat 12 elemen yaitu pembangunan dan pemeliharaan komitmen, strategi pendokumentasian, peninjauan ulang desain dan kontak, pengendalian dokumen, pembelian, keamanan bekerja berdasarkan SMK3, standar pemantauan, pelaporan
144
dan perbaikan, pengelolaan material dan perpindahan, pengumpulan dan penggunaan jasa, audit SMK3, pengembangan keterampilan dan kemampuan. Semua elemen tersebut bila dilaksanakan dengan baik maka akan memberikan arahan yang jelas dan sistematis terhadap tujuan perusahaan dalam mengurangi risiko. Pembangunan
dan
pemeliharaan
komitmen
dijadikan
sebagai
awal
pembentukan SMK3 yang berarti bahwa pelaksanaan sistem tidak akan berjalan tanpa adanya komitmen yang dibangun sebelumnya. SMK3 merupakan salah satu cara mengendalikan risiko dalam bentuk sistem yang melibatkan unsur manajemen. Sehingga komitmen manajemen dalam perusahaan mempunyai peran penting dalam menjalan cara pengendalian K3 (Setiawan. dkk., 2011).. Komitmen yang tertanam pada setiap bagian di perusahaan akan memudahkan jalannya kegiatan K3 di perusahaan. Program K3 atau penerapan SMK3 dan kegiatan lainnya akan terlaksana dengan adanya komitmen yang tinggi baik dari pimpinan perusahaan atau dari pekerja. Oleh karena itu secara teori dikemukakan oleh Yasin dalam Bharmasari dan Suprayetno (2008) bahwa kegiatan usaha pengembangan organisasi sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan atau pengelolanya dan komitmen pimpinan puncak organisasi untuk investasi energy yang diperlukan maupun usaha-usaha pribadi pimpinan. Hal lain juga dikemukakan oleh Yousef dalam Trinaningsi, S (2007) bahwa komitmen organisasi memediasi hubungan antara perilaku kepemimpinan dengan kinerja manajemen puncak perusahaan yang berwenang untuk menetapkan kebijakan perusahaan dan mengimpelmentasikan kebijakan tersebut. Berarti memperjelas bahwa kebijakan SMK3 yang ditetapkan untuk diterapkan di PT KAI sejak tahun
145
2013 seharusnya
membuat
seluruh bagian dari perusahaan berkomitmen
melaksanakannya berlandaskan PP No. 50 tahun 2012 didukung dengan komitmen organisasi dan komitmen dari pimpinan puncak. Pada hakikatnya senior manajemen atau direktur dalam suatu perusahaan memang harus bertanggung jawab untuk menjalankan perusahaan dan mematuhi undang-undang (Ivana. dkk., 2014). Bila dikaitkan dengan tingkat pemenuhan yang elemen pertama SMK3 menunjukkan bahwa senior manajemen belum memahami betul tentang kriteria-kriteria yang harus terpenuhi untuk dapat menerapkan SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 6.3.
Pembahasan Analisis Pemenuhan Elemen Penerapan Kebijakan K3 Berdasarkan PP No. 50 tahun 2012. Komitmen organisasi dan komitmen dari senior manajemen ternyata tidak
menjadikan pemenuhan terhadap elemen pertama dalam SMK3 terlaksana. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pemenuhan dari elemen pelaksanaan kebijakan K3 dengan kriteria pembangunan dan pemeliharaan komitmen pada audit SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 masuk ke dalam kategori kurang. Hasil yang diperoleh dipengaruhi pula oleh keterbatasan penelitian ini karena peneliti tidak dapat wawancara mendalam secara langsung dengan top manajemen. Menurut teori seharusnya ketika senior manajemen telah menunjukkan komitmen keselamatan yang baik maka senior manajemen akan perhatian terhadap nilai-nilai K3. Seperti yang dikemukakan oleh Grimaldi dan Simons dalam Christina (2012) bahwa sebuah kebijakan K3 seharusnya dimulai dari top manajemen, diwujudkan dengan perhatian terhadap K3 dan perhatian terhadap tindakan-tindakan bahaya yang mengancam.
146
Komitmen dalam melaksanakan SMK3 merupakan langkah awal yang sangat penting sebelum melanjutkan elemen lainnya. Karena komitmen yang kuat dari berbagai pihak mulai manajemen sampai pada level pekerja untuk menerapkan SMK3 dapat memudahkan tahap SMK3 selanjutnya. Selain dari itu dapat terciptanya perusahaan yang selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja sehingga dapat terciptanya budaya K3 (Luckyta. danPartiwi., 2012). Namun hasil menunjukkan tidak ada korelasi antara komitmen senior manajemen dan komitmen organisasi yang baik terhadapa pemenuhan elemen pertama ini. Berdasarkan hasil kriteria pertama dari pemenuhan kebijakan elemen pertama PP No 50 tahun 2012 bahwa DAOP 2 sudah memiliki komitmen keselamatan namun fokus komitmen tersebut tidak secara khusus untuk keselamatan pekerja lebih kepada keselamatan penumpang kereta api. SMK3 sebagai suatu sistem yang digunakan ntuk mengatur kebijakan-kebijakan perusahaan, khususnya dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja selain itu untuk mengetahui efektivitas implementasi komitmen manajemen yang dituangkan dalam kebijakan perusahaan. (Syartini, 2010). Teori tersebut tidak sejalan dengan kondisi dilapangan, bila perusahaan menerapakan SMK3 maka seharusnya kebijakan tersebut diatur oleh sistem yang sudah ada. Meski DAOP 2 Bandung sudah memiliki komitmen tertulis ternyata dalam penyusunannya tidak melalui proses konsultasi dengan wakil tenaga kerja. Seharusnya dalam setiap penyusunan kebijakan pengusaha harus melakukan proses konsultasi dengan wakil tenaga kerja agar setiap kebijakan yang diambil berdasarkan pertimbangan demi kesejahteraan tenaga kerja. Konsultasi dapat menjadi jalan tenaga kerja dalam memberikan masukan. Kebijakan yang diambil semata-mata berdasarkan pemikiran pengusaha akan membebani tenaga kerja.
147
Tenaga kerja merasa terpaksa dalam menjalani pekerjaan, mengurangi kinerja dan kepercayaan terhadap perusahaan. Sebaiknya setiap akan membuat suatu kebijakan tenaga kerja dari setiap bagian dalam perusahaan dilibatkan untuk diminta pendapat dan masukannya, agar pekerja dan pengusaha dapat bersinergis dalam membangun perusahaan. Kebijakan khusus seringkali dibutuhkan untuk masalah-masalah K3 yang bersifat khusus seperti kebijakan mengenai larangan mengkonsumsi alkohol atau narkoba pada masinis. Sebaiknya hal-hal tersebut juga diatur oleh perusahaan karena bersifat membahayakan bagi pekerja dan orang lain. Sebelum membuat suatu kebijakan khusus lakukan analisis terhadap kebutuhan kebijakan khusus yang harus dibuat. Kebijakan khusus juga sama dengan kebijakan lainnya harus selalu di tinjau ulang secara berkala. Kebijakan yang dibuat tidak selalu relevan dengan kondisi perusahaan, sehingga perlu adanya tinjau ulang agar kebijakan yang berlaku adalah kebijakan yang memang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan. Kebijakan sebaiknya di tinjau ulang secara berkala minimal satu tahun sekali. Peninjauan yang dilakukan dilakukan atas pertimbangan dari analisis kondisi perusahaan saat ini. Kriteria kedua yang adalah tanggung jawab dan wewenang berdasarkan PP No. 50 bahwa pada suatu perusahaan harus memiliki penanggung jawab. Seseorang yang melakukan tindakan mengenai K3 yang dimaksud disini adalah siapa pun tidak harus pimpinan perusahaan asalkan seseorang yang sudah ditunjuk berdasarkan undang-undang. Secara jelas terdokumentasi tanggung jawab dan wewenangnya serta sudah disosialisasikan agar setiap pekerja tahu siapa yang berwenang dalam mengambil tindakan untuk masalah K3. Namun pada kenyataan di lapangan tanggung jawab dan wewenang di DAOP 2 diserahkan pada pimpinan unit masing-
148
masing dan tidak ada prosedur yang mengatur tatacara penunjukkannya. Perusahaan akan sulit menentukan tindakan karena secara tanggung jawab tidak ada satu orang yang memiliki kewajiban mengambil tindakan dan melaporkannya. Masalah seperti pengendalian risiko, penanganan kecelakaan kerja investigasi kecelakaan kerja dan masalah lain tentang K3 tidak secara serius difahami dan ditangani jika tidak adanya penanggungjawab
untuk
masalah
tersebut.
Sebaiknya
setelah
ditetapkan
penanggung jawab adanya sosialisasi melalui rapat, apel, media sosialisasi lainnya agar setiap tenaga kerja mengetahui sehingga memudahkan alur pelaporan masalah K3. Penunjukkan penanggungjawab yang diharuskan dalam PP No. 50 tahun 2012 adalah sesuai dengan aturan perundang-undangan agar setiap penanggung jawab sudah sesuai dengan kompetensi yang dimaksud dalam undang-undang. Penanggungjawab yang dimaksud adalah seseorang yang sudah ahli K3 umum yang artinya sudah memiliki kompetensi sebagai ahli dibidang K3. Berikan pelatihan ahli K3 umum pada calon penanggungjawab K3 di DAOP 2 Bandung sebelum ditunjuk, sebaiknya adalah dari safety commite. Kinerja K3 DAOP 2 Bandung tidak dilaporkan dalam laporan tahunan atau laporan lainnya, hal ini akan menyulitkan DAOP 2 dalam melakukan tinjauan ulang. Sebaiknya selain masalah pekerjaan DAOP 2 juga membuat suatu laporan pertahun mengenai kinerja K3. Laporan tersebut dapat di informasikan pada SHE pusat atau tenaga kerja. Sebaiknya laporan kinerja K3 dipisahkan dengan laporan pekerjaan, fungsinya adalah menimbulkan keperdulian terhadap masalah K3, sebagai bahan evaluasi kinerja selanjutnya. Selanjutnya adalah tinjauan dan evaluasi menurut PP No. 50 tahun 2012 adalah tinjauan yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas
149
keselamatan dan kesehatan kerja salah satunya adanya evaluasi terhadap kebijakan. Sedangkang evaluasi merupakan alat untuk mengetahui keberhasilan penerapan SMK3. DAOP 2 memang sudah melakukan tinjau ulang dan evaluasi terhadap aspek K3 dalam pertemuan yang dilakukan dengan manager tapi tinjauan dan bentuk evaluais tersebut tidak didokumentasikan. Peninjauan ulang wajib di dokumentasikan agar perusahaan dapat memantau program-program K3 yang mengalami peningkatan dan penurunan. Mengetahui masalah K3 yang harus diprioritaskan untuk ditangani. Sebaiknya salah satu orang dalam safety commite berfungsi sebagai pendokumen setiap tinjauan, evaluasi atau tindakan lainnya mengenai K3 untuk dapat dilaporkan pada Kepala DAOP atau Deputi. Salah satu fungsi tinjauan ulang adalah untuk merumuskan perencanaan selanjutnya. Tinjauan ulang yang tidak terdokumentasi akan menyulitkan manajemen dalam melakukan perencanaan. Seperti yang terjadi di DAOP 2 Bandung tinjauan hanya dilakukan serta tidak dimasukkan kedalam perencanaan. Sebaiknya terdapat salah satu penanggungjawab dalam mendokumentasikan setiap tinjauan dan secara berkala tinjauan tersebut dibahas dalam melakukan perencanaan. Ketikan melakukan peninjauan ulang tanpa didokumentasikan kesalahan yang sama dapat terulang, sehingga perencanaan berupa program pengendalian risiko tidak akan berjalan dengan efektif. Sebagai top manajemen Kepala DAOP 2 Bandung melakukan peninjauan ulang hanya berdasarkan laporan manajer. Kepala DAOP memang meninjau ulang SMK3 di DAOP dengan indikator terciptanya tempat kerja yang aman dan tidak adanya penyakit akibat kerja. Pada kenyataannya kecelakaan kerja seringkali tidak terlaporkan pada Kepala DAOP sehingga Kepala DAOP menganggap kondisi bekerja selalu dalam keadaan aman. Sebaiknya peninjauan ulang yang dilakukan
150
tidak hanya berdasarkan laporan dari jajaran manager namun tinjauan ulang harus dilakukan langsung oleh pengusaha secara berkala. Tinjauan ulang yang dilakukan pengurus dapat dilakukan dengan melihat laporan safety commite, melihat data insedent atau accident, laporan hasil investigasi kecelakaan kerja, hasil penilaian risiko dan pengendalian yang dilakukan. Ketika pengusaha tidak melakukan peninjauan ulang terhadap SMK3 yang dijalankan akan berdampak tidak tercapainya komitmen yang telah dibuat, SMK3 yang dijalankan tidak akan efektif menurunkan risiko dan mencegah kecelakaan kerja. Keterlibatan dan konsultasi dengan pekerja, SMK3 ini tidak dapat terpisahkan dari keterlibatan pekerja tujuan dari SMK3 ini adalah mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan melindungi pekerja sehingga pentingnya ketelibatan pekerja dan menerima masukan dari pekerja agar kebijakan yang di aplikasikan di lapangan senantiasa dipatuhi oleh pekerja. Keterlibatan pekerja dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan faktor yang mendukung keberhasilan penerapan sistem itu sendiri (Simanjuntak dkk., 2012). Kriteria yang paling banyak tidak terpenuhi adalah bagian keterlibatan dan konsultasi dengan tenaga kerja. DAOP 2 Bandung memang tidak memiliki jadwal konsultasi dengan pekerja dan tidak memiliki prosedur konsultasi. Konsultasi ini adalah salah satu cara melibatkan pekerja, memberikan kesempatan pekerja untuk memberikan saran untuk perusahaan. Tidak adanya keterlibatan dan konsultasi akan berpengaruh pada keberhasilan penerapan SMK3 itu sendiri. Perusahaan sebaiknya membuat jadwal bergilir berdasarkan bagian atau unit untuk semua tenaga kerja
151
berkonsultasi dengan prosedur konsultasi dua arah sehingga setiap pekerja memiliki kesempatan berkonsultasi yang sama. Pembentukan P2K3 hanya berdasarkan jabatan tidak sesuai undang-undang. Perundang-undangan
yang
mengatur
tentang
pembentukan
P2K3
adalah
PERMENAKER No. 4 Tahun 1987. Dijelaskan bahwa perusahaan yang mempekerjakan 100 orang lebih atau pekerjaan yang memiliki risiko tinggi wajib membentuk P2K3. Keanggotaannya P2K3 juga jelas diterangkan dalam peraturan tersebut bahwa keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja. Di DAOP 2 ketua P2K3 bukanlah pimpinan tertinggi yaitu Kepala DAOP melainkan kepala unit. Sebaiknya ketua P2K3 adalah top manajemen karena untuk memudahkan pengambilan keputusan. PERMENAKER No. 4 tahun 1987 juga mengharuskan sekretaris P2K3 haruslah ahli K3 umum, namun P2K3 yang telah dibentuk di DAOP 2 bukanlah ahli K3 umum. P2K3 di DAOP juga belum ditetapkan oleh Menteri dan bukan usulan dari pengurus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembentukan P2K3 di DAOP 2 Bandung tidak sesuai dengan perundang-undangan Kegiatan yang dimiliki P2K3 juga hanya berupa sosialisasi dari kebijakan atau peraturan dari SHE pusat. Sedangkan tugas P2K3 adalah memberikan saran dan pertimbangan baik diminta ataupun tidak kepada pengurus. P2K3 tidak melakukan pertemuan secara berkala serta laporan yang diberikan P2K3 hanya pada kantor pusat PT KAI bukan kepada dinas tenaga kerja setempat secara berkala setiap 3 bulan sekali sesuai yang diminta undang-undang. P2K3 ini tidak akan berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Sebaiknya pengurus DAOP 2 Bandung memahami terlebih dahulu isi dari peraturan yang mengatur tentang pembentukan
152
P2K3. Lakukan perombakan terhadap P2K3 yang sudah ada kemudian segera tetapkan oleh Menteri. Pemenuhan elemen pembangunan dan pemeliharaan komitmen yang benar dilakukan secara konsisten (Shiddiq dkk., 2013) . Komitmen bukan hanya dituangkan dalam kata-kata dan disosialisasikan, namun untuk memegang teguh komitmen tersebut dibuktikan dengan berbagai upaya dalam menurunkan risiko dan mencegah kecelakaan melalui prosedur-prosedur dalam SMK3. Komitmen dibuktikan dengan tindakan nyata agar dapat diketahui, dipelajari dihayati, dilaksanakan oleh seluruh staf dan karyawan perusahaan. SMK3 tidak akan dapat berjalan tanpa adanya komitmen. Manajemen harus bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan penerapan SMK3. Seperti yang dijelaskan dalam PP No. 50 tahun 2012 bahwa setiap tingkat pimpinan harus menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga SMK3 berhasil diterapkan dan dikembangkan. Komitmen yang tinggi menjadi kunci keberhasilan dari penerapan SMK3 di perusahaan (Gallagher. dkk., 2001) . Perusahaan yang memiliki komitmen dalam menerapkan SMK3 tentu akan meningkatkan kondisi keselamatan dan kesehatan kerja ke tingkat yang lebih tinggi secara terus menerus dan sistematis (Sallafudin dkk., 2013), karena penerapan SMK3 berupa siklus yang terus berputar untuk selalu melakukan perbaikan. Komitmen yang tinggi akan berdampak pada pelaksanaan SMK3 itu sendiri. Adanya komitmen dari tingkat yang paling tinggi sampai yang paling rendah akan memudahkan aplikasi K3 di perusahaan. Sehingga terciptanya tempat kerja yang aman, tercapainya zero accident, adanya rasa aman dari pekerja, meningkatnya produktivitas. Dampak negatif yang akan muncul ketika tidak adanya komitmen atau komitmen tidak di imbangi dengan aplikasi nyata dalam
153
melaksanakan SMK3 dapat berakibat pada tetap tingginya angka kecelakaan kerja (Silaban, 2009). Komitmen yang telah tertulis tidak selalu menjamin perusahaan tersebut berkomitmen. Komitmen yang tertulis harus difahami betul oleh setiap bagian di perusahaan. Segala bentuk program K3 yang dibuat tidak akan berjalan dengan baik dan menurunkan risiko jika tidak di imbangi dengan komitmen yang kuat. Elemen pertama dalam SMK3 ini seharusnya dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh manajemen puncak sebagai perwujudan komitmen manajemen dalam menerapkan K3. Adanya bukti tertulis, tertanggal dan ditandatangani oleh manajemen puncak terkait komitmen perusahaan dalam menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja. Dalamberkomitmen menerapkan SMK3 terdapat 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu kepemimpinan dan komitmen, tinjauan awal K3 dan kebijakan K3 (Mentang, 2013). Pentingnya komitmen untuk menerapkan SMK3 ditempat kerja dari seluruh pihak yang ada ditempat kerja, terutama dari pengurus dan tenaga kerja (Luckyta. danPartiwi., 2012). Penerapan SMK3 memang tidak dapat terlaksana dengan baik jika komitmen hanya dari manajemen puncak, komitmen yang sudah tertulis dan disepakati harus difahami dan dihayati betul oleh setiap bagian di perusahaan. Hal ini juga sependapat dengan yang dikemukakan Swastika (2011) bahwa tanpa komitmen dari semua unsur dalam organisasi khususnya pemimpin pelaksanaan K3 tidak akan berjalan dengan baik. (Swastika, 2011) Kepemimpinan dan komitmen pengurus dapat ditunjukkan dengan menyediakan sumber daya yang memadai terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (Swastika, 2011).
154
Banyak keuntungan yang dirasakan jika perusahaan memiliki komitmen kuat dalam melaksanakan SMK3. Komitmen yang kuat diperusahaan mampu meningkatkan kepercayaan pekerja terhadap perusahaan sehingga dapat terciptanya hubungan yang baik antara pekerja dengan perusahaan (Setiawan. dkk., 2011). Komitmen tidak hanya semata-mata dinyatakan pada awal mula perusahaan sedang berusaha menerapkan SMK3, namun komitmen tersebut harus secara konsisten dilaksanakan. Komitmen haruslah selalu dijalankan dengan baik agar ke depan perusahaan bisa lebih produktiv dan pekerja merasa aman dalam melakukan pekerjaan (Setiawan. dkk., 2011). 6.4.
Komitmen Organisasi Berdasarkan hasil penelitian diperoleh komitmen organisasi PT KAI sudah
baik berdasarkan tiga aspek dalam komitmen organisasi yang dikemukakan Allen dan Meyer yaitu komitmen dinilai dari Affective Commitment, Continuance Commitment, Normatif Commitment. Affective commitmen menurut Allen dan Meyer tahun 1990 adalah salah satu komponen pembentuk komitmen yang menunjukkan kelekatan pekerja terhadap perusahaan untuk tetap bekerja, pekerja dikatakan memiliki kelekatan afektif dengan organisasi tempatnya bekerja jika pekerja mau menerima nilai-nilai yang dianut perusahaan, hal ini ditunjukkan pegawai DAOP 2 Bandung dengan kesediaannya untuk menerima kondisi kerja dengan rotasi yang cepat mau ditempatkan dimanapun di seluruh Indonesia dan bersedia bekerja dengan penuh tekanan waktu yang sudah menjadi budaya perusahaan seperti yang dikemukakan oleh Steven P Robins tahun 2003 bahwa budaya yang sengaja dibentuk oleh perusahaan memiliki tujuan untuk melengkapi perasaan pekerja dengan rasa
155
organisasi dan menimbulkan komitmen terhadap nila-nilai yang dianut oleh organisasi (Primahappy. dkk., 2013). Pekerja di DAOP 2 memiliki kesan baik terhadap perusahaan mereka merasa bahagia dan bangga dapat berkontribusi dan bekerja di PT KAI. Sikap positif tersebut sejalan dengan teori Dwianasari dan Mardiasmi dalam Rahayu (2010) bahwa komitmen organisasi mampu mendorong seseorang untuk menunjukkan perilaku positif seperti, meningkatkan disiplin kerja, mematuhi kebijakan dan peraturan organisasi. Hal tersebut ditunjukkan oleh pekerja DAOP dengan mematuhi kebijakan berupa rotasi kerja yang cepat bersedia untuk dipindahkan kemana saja di setiap daerah, disiplin dalam bekerja bersedia bekerja disaat hari-hari raya, menghabiskan banyak waktu ditempat kerja dibanding dengan keluar. Selanjutnya komitmen affecktive juga ditunjukkan melalui kemauan berusaha keras demi memajukan organisasi. Kerja keras yang diberikan pekerja DAOP 2 Bandung adalah bersedia memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat pengguna jasa transportasi kereta api, yang merupakan salah satu tujuan PT KAI. Seperti yang dikemukakan oleh Nouri dan Parker merumuskan bahwa komitmen organisasi yang tinggi merupakan bentuk penerimaan dari pekerja terhadap tujuan organisasi serta kesediaan berusaha demi kepentingan organisasi demi performa manajerial lebih baik. Selain itu kerja keras pekerja DAOP 2 Bandung dapat dilihat melalui banyaknya waktu yang dihasbiskan untuk melaksanakan tanggung jawab terhadap perusahaan hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kreitner dan Kinicki dalam (Pudjiastuti, 2012) dalam
seorang karyawan yang memiliki
komitmen tinggi terhadap perusahaan diharapkan memiliki keinginan untuk bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan organisasi dan hasrat yang lebih besar untuk tetap berada dalam perusahaan
156
Hasil komitmen affective lain adanya keinginan untuk tetap berada di perusahaan karena perusahaan memberikan kesempatan pekerja untuk berkarya dan berinovasi yang belum tentu akan ditemukan diperusahaan lain seperti yang di ungkapkan oleh Robbins bahwa ketika bekerja mengaitkan dirinya pada suatu perusahaan serta berharap mempertanhankan keanggotaan dalam organisasi itu (Christina. dkk., 2012) Perasaan yang mendominasi komitmen pekerja adalah dari sisi affective. Seperti yang diungkapkan dalam wawancara dengan pekerja DAOP 2 Bandung mereka menyatakan bahwa mereka percaya akan nilai kesetiaan pada perusahaan selama perusahaan masih bisa dipercaya, hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Azwar dalam Salim 2014 bahwa reaksi emosional merupakan komponen efektif yang banyak dipengaruhi oleh adanya kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai hal yang benar dan berlaku bagi objek yang dimaksud (Salim, 2014). Hal ini juga diperkuat oleh Karin dalam Salim 2014 bahwa penerimaan pada tujuan K3 merupakan manifestasi dari suatu kepercayaan dari pihak manajemen dan pekerja (Salim, 2014). Berdasarkan hasil penelitian pada aspek Continuance Commitment menurut Allen dan Meyer, menunjukkan bahwa Continuance Commitment dapat dilihat dari adanya pertimbangan-pertimbangan biaya ketika pekerja berhenti dari PT KAI, pernyataan tersebut diungkapkan bahwa bila pekerja berhenti maka tunjangantunjangan yang diterima akan hilang. Selain faktor biaya adanya perkembangan yang dirasakan pada perusahaan saat ini yang berdampak pada kesejahteraan pekerja. Seperti yang di kemukakan oleh Allen dan Meyer bahwa secara psikologis pekerja terikat dengan organisasi berdasarkan biaya yang dikeluarkan dalam hal ini ekonomi, sosial, dan hubungan status jika ia meninggalkan perusahaan (Putri, 2013)
157
Menurut Sopiah tahun dalam Rahayu (2010) ditinjau dari segi perusahaan pekerja yang memiliki komitmen yang tinggi akan memberikan sumbangan terhadap organisasi dalam hal stabilitas tenaga kerja dalam hal ini bukan hanya pekerja
yang membutuhkan
(Rahayu, 2010). Komitmen organisasi
juga
membicarakan nilai loyalitas terhadap perusahaan dengan dibuktikan melalui keterlibatan dalam pekerjaan dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan perusahaan (Mulyanti 2010). Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja mereka menganggap loyalitas adalah yang sangat penting, penghargaan yang diberikan sudah sebanding bahwa pekerja merasa belum banyak berbuat untuk kemajuan perusahaan karena masih sering terjadinya gangguan dalam operasional perkeretaan seperti yang dijelaskan oleh Mowday dalam (Rahayu, 2010), bahwa loyalitas yang ditunjukkan memiliki arti lebih dari sekedar loyalitas pasif tetapi melibatkan keinginan karyawan untuk memberikan kontribusi yang berarti pada perusahaan. Alasan lain yang di ungkapkan dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak faktor yang membuat pekerja tetap berada di perusahaan. Salah satunya adalah tidak adanya alternative tempat bekerja lain, namun hal ini menurut Sopiah dalam Rahayu (2010) faktor yang bukan dari dalam organisasi, meliputi ada atau tidaknya alternatif pekerjaan lain atau bergabung dengan organisasi lain. Penting bagi perusahaan untuk menjaga komitmen pekerja, komitmen organisasi pekerja merupakan nilai penting untuk kelangsungan organisasi. Hilangnya komitmen dari pekerja berarti organisasi kehilangan dukungan dan loyalitas dari pekerja (Sakina, 2009). Pekerja yang tidak berkomitmen akan mudah memutuskan untuk keluar, banyak hal positif jika perusahaan memperhatikan, membangun dan menjaga komitmen pekerja. Pekerja yang menujukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab lebih
158
dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan perusahaan tempatnya bekerja dan dapat meciptakan kinerja yang baik pada perusahaan tersebut (Putri, 2013). Oleh karena itu atas hasil organisasi yang ditunjukkan oleh pekerja DAOP 2 Bandung yang cukup baik sebaiknya perusahaan senantiasa menjaga komitmen organisasi tersebut agar tetap baik. . 6.5.
Komitmen Senior Manajemen Berdasarkan hasil penelitian pada komitmen senior manajemen berdasarkan
Senior Manajemen Commitment Indeks diperoleh hasil komitmen termasuk dalam kategori tinggi karena dari 11 kriteria yang telah terpenuhi sebanyak 8 kriteria. Kriteria yang tidak memenuhi yaitu pekerja tidak secara khusus melakukan diskusi dengan pekerja mengenai K3, Kepala DAOP atau Deputi tidak melakukan investigasi kecelakaan, dan Kepala DAOP atau Deputi tidak melakukan analisis terhadap training-training yag dibutuhkan oleh pekerja selama ini training dilakukan atas usulan saja dari unit kerja. Komitmen yang ditunjukkan oleh senior manajemen berbentuk sikap dan perilaku seperti melakukan observasi langsung dilapangan, menghadiri pertemuan dengan SHE pusat, berdiskusi dengan manajer-manajer lain untuk mendiskusikan dan memberikan dukungan terhadap pelaksanaan SMK3. Selain itu senantiasa melakukan evaluasi dan perbaikan. Kegiatan observasi, inspeksi, dan identifkasi bahaya dan risiko K3 dilakukan senior manajemen melalui kegiatan lokrit, lori dan observasi langsung di Dipo atau unit kerja lainnya hal ini salah satu kunci efektivitas penerapan SMK3 seperti yang diungkapkan oleh Gallagher tahun 2001 bahwa salah satu kunci efektivitas dalam
159
penerapan SMK3 adalah keterlibatan manajer senior dalam melakukan audit atau inspeksi di tempat kerja (Gallagher. dkk., 2001). Melalui ini senior manajer menunjukkan bentuk komitmen yang kuat terhadap tanggung jawab yang di emban senior manajemen. Bentuk komitmen lainnya dapat ditunjukkan oleh senior manajemen melalui kehadirannya dalam pertemuan-pertemuan yang membahas K3, karena melalui kegiatan tersebut embuat senior manajemen peduli terhadap hal-hal yang dapat membangun aspek keselamatan di perusahaannya. Kegiatan diskusi yang dilakukan tidak hanya dapat dilakukan dengan orang-orang ahli dibidang K3 tetapi akan semakin baik bila senior manajemen mendiskusikannya juga dengan manajer lain agar setiap lini di perusahaan bersama-sama dalam menerapkan SMK3. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Gallagher tahun 2001 bahwa salah satu kunci variabel dalam efektivitas penerapan SMK3 ditunjukkan oleh manajer senior dengan membahas K3 dan isu-isu terkini K3 dalam agenda pertemuan dewan perusahaan. Diskusi yang dilakukan tidak selalu hanya dengan pihak-pihak manajemen namun akan semakin baik diskusi juga dilakukan dengan pekerja, namun ternyata berdasarkan hasil dari penilaian senior manajemen DAOP 2 Bandung tidak melakukan konsultasi masalah kinerja K3 dengan pekerja padahal sebaiknya senior manajemen juga harus mendengarkan apa yang di usulkan dari pihak pekerja agar menjadi bahan masukan untuk melakukan evaluasi untuk perbaikan K3. Komunikasi harus selalu di jaga dengan baik terutama menyangkut keselamatan bekerja. Seperti pada penelitian lainnya bahwa menurut Paulus salah satu sasaran utama dalam manajemen proyek konstruksi yang harus dicapai adalah menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi sarana, kondisi kerja, keselamatan kerja dan
160
komunikasi timbal balik yang terbuka antar atasan dan bawahan (Christina. dkk., 2012). Penerapan SMK3 tidak dapat terwujud jika pekerja hanya dilibatkan melalui tugas-tugas yang diberikan tanpa adanya konsultasi dengan pihak senior manajemen mnejadi faktor utama dalam penerapan SMK3. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Gallagher tahun 2001 bahwa kesungguhan komitmen manajemen senior dan pengaturan konsultasi karyawan sebagai faktor utama dalam efektivitas SMK3 (Gallagher. dkk., 2001) Senior manajemen DAOP 2 melakukan tindakan perbaikan temuan terhadap ketidak sesuaian terkait K3 melalui laporan para manajer atau secara langsung melihat ketidak sesuaian untuk segera diperbaiki, senantiasa melakukan pemantauan terhadap tindakan tersebut. Hal tersebut menunjukkan senior manajemen memperhatikan setiap upaya perbaikan yang dilakukan karena pentingnya keterlibatan senior manajemen dalam tindakan perbaikan tersebut, hal ini sejalan dengan pendapat Gallagher tahun 2001 bahwa membangun suatu tindakan perbaikan SMK3 perlu adanya dukungan dan keterlibatan dari senior manajemen, sebaliknya dengan pembebanan
kebawahan oleh manajer senior tanpa konsultasi akan
mengahmbat efektivitas SMK3 (Gallagher. dkk., 2001). Meski menurut Gallagher kinerja K3 memang jarang di utamakan dalam penilaian manajemen baik formal maupun informal (Gallagher. dkk., 2001). Pada hakikatnya senior manajemen atau direktur dalam suatu perusahaan memang harus bertanggung jawab untuk menjalankan perusahaan dan mematuhi undang-undang seperti sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 (Ivana. dkk., 2014). Sebagai seorang senior
161
menejemen yang bertanggung jawab tentu memiliki korelasi dengan pekerja. Pekerja akan mengikuti apa yang diperintahkan sehingga sebagai seorang pemimpin diharapkan memiliki perilaku selalu mengutamakan keselamatan dalam bekerja karena perilaku pemimpin mempunyai dampak signifikan terhadap sikap, perilaku dan kinerja pegawai (Kusumawati, 2008). Komitmen yang tinggi dari senior manajemen akan berpengaruh pada kinerja dari pekerja, hal ini terbukti bahwa komitmen organisasi yang ditunjukkan oleh pekerja DAOP 2 Bandung pun baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Christina pada tahun 2012 penelitiannya membuktikan bahwa bahwa komitmen yang rendah dari senior menejemen mempengaruhi kinerja dari perusahaan tersebut. Bentuk komitmen dapat dilihat juga melalui dukungan terhadap anggaran yang berkaitan dengan pengembangan SMK3 di tempat kerja seperti penyediaan APD atau fasilitas lain yang membutuhkan banyak anggaran, hal ini ditunjukkan oleh senior manajemen DAOP 2 bahwa selama ini senor manajemen tidak mepersulit anggaran apa pun yang berkaitan dengan K3 yang sifatnya dapat membangun K3 di DAOP 2. Sebagai pimpinan di DAOP 2 tentu senior manajemen memiliki kewajiban untuk menjamin jalannya aspek K3 diperusahaan. Monitoring yang dilakukan melalui laporan manajer dari setiap unit, atau temuan berupa koreksi dari SHE pusat sangat membantu senior manajemen dalam melakukan monitoring. Senior manajemen juga kerap kali melihat langsung ke lapangan untuk progress K3 yang sebelumnya sudah diperintahkan.
162
Sebagai senior manajemen yang memperhatikan kebutuhan pekerja sebaiknya senior manajemen melakukan analisis terhadap pelatihan yang dibutuhkan pekerja terutama pelatihan K3 karena menurut Smith 1997 secara pragmatis pelatihan memiliki dampak positif baik bagi pekerja yang mengikutinya maupun perusahaan. Pekerja yang tahu betapa pentingnya keselamatan maka tidak akan berusaha melanggar kebijakan keselamatan yang diterapkan. Namun senior manajemen DAOP 2 Bandung tidak secara langsung menganalisis kebutuhan pelatihan pekerja padahal akan mudah jika pelatihan tersebut di gagas langsung oleh senior manajemen selain itu menjadi bentuk dukungan langsung dari senior manajemen dalam membudayakan K3 di tempat kerja. Pendapat sejalan dengan yang dikemukakan oleh Cooper dalam Azis tahun 2015 bahwa dukungan penyediaan pelatihan keselamatan menjadi indikator positif dalam membudayakan keselamatan di temapt kerja (Azis, 2015) Pelatihan akan memberikan banyak dampak yang baik untuk kemajuan perusahaan dan pekerja itu sendiri. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ruky dalam Salim tahun 2014 bahwa pelatihan adalah salah satu usaha untuk meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan dalam pekerjaannya sekarang dan dalam pekerjaan yang lain yang terkait dengan yang sekarang dijabatnya, baik secara individu meupun sebagai bagian dari tim kerja (Salim, 2014). Investigasi kecelakaan adalah pencarian fakta secara berhati-hati dengan pemeriksaan terperinci serta sistematik yang akhirnya dapat mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan(Widyatuti, 2009). Kecelakaan kerja tidak dapat dihindari namun dapat dikendalikan melalui penelusuran penyebab dengan melakukan investigasi, menghilangkan penyebabnya akan lebih efektif dalam mencegah
163
terjadinya kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi di DAOP 2 hanya sampai pada melakukan penanganan kegawat daruratan jika terjadi kecelakaan kerja, tetapi team khusus atau senior manajemen sendiri tidak pernah melakukan investigasi kecelakaan, padahal berdasarkan temuan di lapangan kecelakaan memang pernah terjadi namun hanya sampai pada penanganan oleh unit masing masing. Bentuk komitmen dari senior manajemen terhadap hal penting ini salah satunya adalah dengan melakukan investigasi untuk mengatahui kondisi secara jelas untuk
melakukan
pengendalian.
Linehan
menyatakan
bahwa
keberhasilan
pelaksanaan K3 salah satunya yaitu melakukan investigasi kecelakaan kerja (Silaban, 2010). Masih terjadinya kecelakaan kerja mengindikasikan bahwa komitmen dari manajemen puncak masih kurang. Kinerja K3 diperusahaan sangatlah berkaitan dengan
peran senior
manajemen, dengan memiliki komitmen yang cukup tinggi yang dimiliki senior manajemen DAOP 2 Bandung tentu akan berperan dalam mensukseskan pelaksanaan K3 di DAOP 2 Bandung. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Yuwono tahun 2006 bahwa manajemen puncak merupakan tokoh kunci yang memegang peranan penting dalam penetapan arah kebijakan perusahaan Senior manajemen sebagai pembuat kebijakan di perusahaan (Yuwono. dkk., 2006).
6.6.
Pembahasan Analisis Taksonomi Penelitian ini berusaha menjelaskan bagaimana komitmen dari team manajemen
DAOP 2 terhadap penerapan SMK3. Komitmen team manajemen sangatlah penting karena berkaitan dengan kinerja atau performa di dalam organisasi itu sendiri seperti
164
yang di jelaskan dalam penelitian lain menurut Abusayyeh dkk dalam Azis 2015 dalam penelitiannya berjudul “A Investigation of Managements Commitment to Construction Safety” menyatakan terhadap hubungan yang signifikan antara komitmen manajemen terhadap perform keselamatan suatu organisasi yang dilihat dari tingkat cidera dan angka kecelakaan. Komitmen team manajemen akan tergambar dari beberapa komitmen yang dijelaskan dalam penelitian, yaitu komitmen organisasi, komitmen dari senior manajemen dan melihat sejauh mana pembangunan dan pemeliharaan komitmen di DAOP 2 berdasarkan PP No 50 tahun 2012. Komitmen organisasi ditentukan oleh tiga aspek yaitu affective commitment, continuance commitment, normative commitment, masing-masing aspek memiliki 8 kriteria yang hasilnya menunnjukkan bahwa pekerja bersedia bekerja keras dan mengikuti setiap kebijakan dan aturan yang ada demi tercapainya tujuan organisasi, memiliki pertimbangan-pertimbangan biaya jika pekerja keluar dari perusahaan, merasa loyalitas adalah hal yang penting yang harus selalu dijaga, adanya rasa memiliki dan berkewajiban menyelesaikan segala tugas yang di berikan. Isi dari jawaban menunjukkan komitmen yang tercipta dari dalam diri pekerja sudah cukup baik. Komitmen senior manajemen yang ditunjukkan oleh senior manajemen DAOP 2 termasuk dalam kategori tinggi. Melalui sikap dan tindakan yang ditunjukkan baik Kepala DAOP atau Deputi menunjukkan sikap-sikap komitmen terhadap keselamatan. Senantiasa mendukung program keselamatan seperti penggunaan APD, penyediaan APAR ditempat kerja, evaluasi dan tinjuan terhadap tindakan perbaikan, melakukan observasi. Meski sudah cukup baik namun terdapat beberapa tindakan yang tidak dilakukan yaitu seperti melakukan investigasi kecelakaan, diskusi dengan pekerja, dan melakukan analisis kebutuhan training untuk pekerja. Hal tersebut juga
165
sangat penting dilakukan, investigasi diperlukan untuk mendukung komitmen terakhir yang terdapat didalam kebijakan yaitu menciptakan zero accident. Pekerja juga harus dilibatkan dan ditampung segala bentuk usulannya agar perusahaan selalu bersinergis dengan pekerjanya, serta memberikan training yag dibutuhkan seperti training emergenci respon, training pengelasan dan lainnya. PT KAI telah bersepakat untuk menerapkan SMK3 di perusahaannya, yang berarti bahwa DAOP 2 juga memiliki kewajiban untuk menerapkan SMK3 di setiap kegiatan kerja. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen yang dilakukan oleh DAOP 2 belum maksimal, masih banyak kriteria yang belum dipenuhi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAOP 2 masih terfokus pada keselamatan untuk penumpang, padahal DAOP 2 memiliki banyak pekerja yang bekerja dibawah risiko yang tinggi. Tindakan keselamatan kerja yang dilakukan hanya berdasarkan risiko yang dilihat bisa dibuktikan dengan adanya safety sign, penggunaan APD, penyediaan APAR yang pada dasarknya dalam hirarki pengendalian adalah bagian terakhir dalam mengendalikan risiko. Tindakan keselamatan tersebut harus di lakukan secara sitematis agar pemenuhan kriteria dalam elemen pertama SMK3 dapat sepenuhnya terpenuhi oleh DAOP 2 sehingga risiko dapat dikendalikan dengan baik. 6.7.
Pembahasan Analisis Domain Hasil dari analisi taksonomi dilanjutkan dengan analisis domain dari setiap
komitmen baik dari komitmen organisasi, komitmen senior manajemen dan pemenuhan pembangunana dan pemeliharaan komitmen menurut PP No. 50 tahun 2012.
166
Domain pertama menjelaskan bahwa affective commitment, continuance sommitmen, normative commitment yang baik merupakan sebab dari terbentuknya komitmen organisasi yang baik, hal ini sejalan dnegan yang diungkapkan oleh Allan dan Meyer
tahun 1990 bahwa komitmen organisasi memiliki 3 aspek yang
menentukannya yaitu aspek afektif, biaya yang dirasakan dan faktor kewajiban Allen danMeyer., 1990). Selanjutnya adalah seorang senior manajemen yang memiliki komitmen yang tinggi akan dapat mepengaruhi terbentuknya komitmen keselamatan dari pekerjanya, karena senior manajemen memiliki pengaruh yang besar bagi perusahaan dan setiap individu dalam perusahaan, seperti yang diungkapkan oleh Tia dalam Brahmasari dan Suprayetno tahun 2008 bahwa manajemen puncak atau senior manajemen mempunyai dampak besar pada budaya organisasi, ucapan dan perilaku mereka dalam melaksanakan norma-norma sangat berpengaruh terhadap anggota organisasi (Bharmasari dan Suprayetno, 2008). Pendapat tersebut diperkuat oleh Gallagher tahun 2001, ia berpendapat bahwa leading by example (memberikan contoh dan meneladani) bagi seorang pemimpin merupakan faktor yang mempengaruhi efektivitas penerapan SMK3 perusahaan (Gallagher. dkk., 2001). Komitmen orgaisasi yang baik dari setiap pekerja dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya selalu bersedia melakukan tugas lebih demi kemajuan perusahaan didukung dengan sikap dan tindakan dari senior manajemen yang selalu mendukung penerapan keselamatan dalam bekerja senantiasa membuat kebijakan yang menciptakan iklim keselamaan di tempat kerja merupakan sebab dari terbentuknya komitmen keselamatan yang baik di perusahaan karena
menurut Kotter dalam
Yuwono dkk tahun 2006 bahwa seorang manajemen puncak atau senior manajemen
167
memiliki posisi strategis yang mampu mempengaruhi keberlangsungan perusahaan melalui segala kebijakan dan kontribusi yang mereka berikan (Yuwono. dkk., 2006). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa adanya kaitan antara komitmen organisasi dengan pengaruh manajemen puncak, dalam penelitian ini dijelaskan bahwa hubungan positif yang sangat signifikan anatara persepsi amajemen lini terhadap turnover di manajemen puncak dengan komitmen organisasi dengan kata lain perusahaan sedikit apa pun dalam manajemen puncak sangat berpengaruh pada komitmen organisasi. Domain yang ke empat yaitu mengenai pemenuhan kriteria pada elemen pertama SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 bahwa dalam kriteria tingkap penerapan SMK3 terdapat 26 kriteria untuk kriteria pemenuhandan pemeliharaan komitmen. Terdapat beberapa kriteria yang tidak terpenuhi oleh DAOP 2 sehingga menjadi sebab tidak terpenuhinya elemen pertama PP No. 50 tahun 2012. Kebijakan keselamatan yang dibuat tidak dikhususkan untuk keselamatan pekerja namun lebih kepada penumpang kereta api, tidak adanya pendomuntasian yang jelas baik pembagian tanggung jawab dan wewenang, hasil evaluasi dan tinjauan yang dilakukan, DAOP 2 juga tidak melibatkan pekerja dalam menentukan setiap kebijakan dan aturan dalam perusahaan hal ini tidak sejalan dengan aturan SMK3 PP No 50 tahun 2012. Komitmen keselamatan perusahaan yang terbentuk dari komitmen organisasi dan komitmen senior manajemen yang baik seharusnya dapat menjadi sebab penentu arah bagi perusahaan dalam setiap menjalankan dan menerapkan suatu kebijakan seperti yang di kemukakan oleh Yuwono dkk tahun 2006 bahwa manajemen puncak merupakan tokoh kunci yang memegang peranan penting dalam penetapan arah
168
kebijakan perusahaan (Yuwono. dkk., 2006). Setiap bagian dalam perusahaan memiliki keterkaitan sehingga semestinya komitmen yang tercipta di perusahaan dapat mencapai pemenuhan pembangunan dan pemeliharaan SMK3 karena sesuai dengan yang dikemukakan dalam penelitian Swastika bahwa tekad dan keinginan akan tercermin dalam sikap dan tindakan tentang K3, tanpa komitmen dari semua unsure dalam organisasi khususnya pemimpin dan pelaksana K3 tidak akan berjalan dengan baik, akan tetapi hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa komitmen dari perusahaan yang baik tidak serta merta membuat elemen pertaa SMK3 terpenuhi (Swastika, 2011).
BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan 1. Komitmen team manajemen DAOP 2 Bandung PT KAI masih kurang. 2. Komitmen organisasi yang ditunjukkan oleh DAOP 2 Bandung PT KAI sudah baik. 3. Komitmen senior manajemen DAOP 2 Bandung PT KAI termasuk kedalam kategori tinggi. 4. Pemenuhan elemen pembangunan dan pemeliharaan komitmen berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 di DAOP 2 Bandung PT KAI termasuk kedalam tingkat pencapaian kurang. 8.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka Daerah Operasional 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) disarankan: Saran untuk perbaikan elemen pertama SMK3 PP No. 50 tahun 2012 1. Memperbaiki isi komitmen keselamatan lebih terfokus pada keselamatan pekerja seperti menciptakan lingkungan kerja yang aman, meminimalkan risiko yang mengancam pekerja. 2. Kepala DAOP 2 Bandung melakukan konsultasi dengan wakil tenaga kerja pada setiap unit dalam suatu rapat atau pertemuan 3. Melakukan peninjauan kebutuhan terhadap kebijakan khusus yang diperlukan di perusahaan
169
170
4. Melakukan peninjauan ulang terhadap setiap kebijakan secara berkala minimal satu tahun sekali agar kebijakan masih dianggap relevan dengan kondisi perusahaan. 5. Menunjuk salah seorang dari safety commite sebagai penanggungjawab untuk masalah K3 yang selanjutnya diberikan pelatihan ahli K3 umum sesuai yang dimaksud dalam PP No. 50 tahun 2012 agar masalah K3 diperusahaan dengan cepat dapat terselesaikan. 6. Melakukan sosialisasi melalui apel, rapat, email, short message service (SMS), broadcase dan media lainnya untuk memudahkan sosialisasi mengenai penanggung jawab K3 berserta wewenang dan fungsinya. 7. Penanggungjawab dan safety commite secara berkala membuat suatu laporan tahunan mengenai kinerja K3 yang dapat dilaporkan pada Kepala DAOP atau SHE pusat serta laporan tersebut dapat diakses oleh setiap pekerja baik dalam bentuk buku diperpustakaan atau dalam email perusahaan. 8. Mendokumentasikan setiap kebijakan, tindakan perbaikan, dan segala bentuk kegiatan yang berkaitan dengan K3 oleh salah satu orang safety committe yang sudah terbentuk agar dapat menentukan skala prioritas dan mengevaluasi tindakan perbaikan yang sudah dilakukan. 9. Manajemen secara berkala melakukan evaluasi terhadap setiap hasil tinjau ulang yang di dokumentasikan safety commite, menilai pengendalian risiko yang telah dilakukan, mempelajari insident dan accident yang pernah terjadi 10. Secara berkala Kepala DAOP atau Deputi melakukan tinjauan ulang secara langsung dengan melihat laporan safety commite, melihat data insedent atau
171
accident, laporan hasil investigasi kecelakaan kerja, hasil penilaian risiko dan pengendalian yang dilakukan. 11. Perusahaan membuat jadwal konsultasi langsung secara khusus dengan metode bergilir terkait permasalahan K3 di perusahaan sehingga setiap tenaga kerja memiliki kesempatan konsultasi yang sama 12. Pengurus DAOP 2 Bandung memahami terlebih dahulu isi dari peraturan yang mengatur tentang pembentukan P2K3. 13. Melakukan perombakan terhadap P2K3 yang sudah ada kemudian segera membentuk P2K3 atas usulan dari pengurus kemudian ditetapkan oleh Menteri. 14. Sebaiknya ketua P2K3 adalah Kepala DAOP sebagai top manajemen agar memudahkan pengambilan keputusan. Saran untuk perbaikan komitmen senior manajemen 1. Senior manajemen memiliki jadwal konsultasi dengan pekerja secara langsung untuk membahas secara khusus mengenai kinerja K3 DAOP 2. 2. Membuat team khusus dari safety committe untuk melakukan investigasi dan mendata kecelakaan pada setiap unit agar kecelakaan kerja yang terjadi dapat dicegah dan terdata dengan baik. 3. Senior manajemen membuat training need analysis sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) untuk menentukan pelatihan yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, N. J. & Meyer., J. P. 1990. The measurement and antecedents of affective, continuance and normative commitment to the organization. Jurnal of Occupational Psycology, 63, 1-18. Amsyah, Z. 1977. Manajemen Sistem Informasi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. Azis, A. 2015. Tinjauan Komitmen Menejer Senior dalam Penerapan Sistem Manajemen keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan Perilaku Dukungan Manajerial di KSO PEP-BBP Tahun 2014. Universitas Indonesia. Brahmasari, I. A. & Suprayetno, A. 2008. Pengaruh Motivasi kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei International Wiratama Indonesia). Jurnal manajemen dan kewirausahaan, 10, 124-135. Budiawan., W., Sriyanto., Purwanggono., B. & Dina Tauhida. 2014. Pengembangan Aplikasi Investigasi Kecelakaan Kereta Api Berbasis Web 1-8. Christina., W., Djafkar., L. & Armanu Toyib. 2012. Pengaruh Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi. Jurnal Rekayasa Sipil, 6, 83-93. Cooper, D. 2006. The impact of Management's Commitment on Employee Behavior: A Field Study. American Safety of Safety Engineers, 1-8. Dalimunthe, M. E. 2012. Analisis Trend Kecelakaan Kerja dari tahun 2007 Sampai Dengan Tahun 2011 Berdasarkan Data PT Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Gatot Subroto I. Universitas Indonesia.
172
173
Dezin, N. K. & Licoln., Y. S. 2009. Handbook of Qualitative Research, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Endroyo, B. 2006. Peranan Manajemen K3 dalam Pencegahan Kecelakaan kerja Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil 3, 8-15. Gallagher., C., Underhill., E. & Malcolm Rimmer. 2001. Occupational Health and Safety Management System, Australia, Commonwealth of Australia. Griffin, R. W. 2003. Manajemen, edisi 7, jilid 1, Jakarta, Erlangga. Han., S. T., Nugroho., A., Kartika., E. W. & Thomas S. Kaihatu. 2012. Komitmen Afektif dalam Organisasi yang Dipengaruhi Perceived Organizational Support dan Kepuasan Kerja. Jurnal manajemen dan kewirausahaan, 14, 109-117. ILO.
1998.
Safety
and
Health
in
Forestry
Work
Available:
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilojakarta/documents/publication/wcms_151754.pdf [Accessed 19 Desember 2014].. Ismainar, Hetty. 2015. Administrasi Kesehatan Masyarakat: bagi Perekam Medis dan Informatika Kesehatan, Deepublish Ivana., A., Widjasena., B. & Siswi Jayanti. 2014. Analisa Komitmen Manajemen Rumah Sakit (RS) Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada RS Prima Medika Pemalang. jurnal kesehatan masyarakat, 2, 35-41. Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/komitmen Kementerian Kesehatan republic Indonesia. 2014. 1 Orang Pekerja Di Dunia Meninggal Setiap 15 Detik Karena Kecelakaan Kerja [Online]. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan RI. Available: www.depkes.go.id 2015].
174
Kementerian Perhubungan, 2014. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dalam Lima Tahun Terakhir Keselamatan Perkeretaapian Meningkat [Online]. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Sekretariat Jenderal kementrian Perhubungan. Available: http://dephub.go.id/welcome/readPost/dalam-limatahun-terakhir-keselamatan-perkeretaapian-meningkat-61518 [Accessed 24 Mei 2015]. Kusumawati, R. 2008. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhdap Kepuasan Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Kayawan. Universitas Diponegoro. Lubis, S. A. 2009. Gambaran Komitmen Top Manajemen dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Golden Castle Tahun 2009. Universitas Indonesia. Luckyta., D. T. & Partiwi., S. G. 2012. Evaluasi dan Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam Rangka Perbaikan Safety Behaviour Pekerja (Studi Kasus : PT. X, Sidoarjo). JURNAL TEKNIK ITS, 1, 510-514. Margaretha, F. & Utari, L. 2011. Evaluasi Pengaruh Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Terhadap PT X Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 2, 34-57. Mentang, M. I. F. 2013. Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Peningkatan Fasilitas PT. Trakindo Utama Balikpapan. Jurnal Sipil Statik, 1, 318-327. Moleong, L. J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
175
Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosda Karya. Molloy, A. 2010. Get A Life: Sukses Di Tempat Kerja Bahagia Di Rumah, Jakarta, PT Niaga Swadaya. Murty, W. A. & Hudiwinarsi, G. 2012. Pengaruh Kompensasi, Motivasi dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Akuntansi (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur di Surabaya). Indonesia Accounting Review, 2, 215-228. Neldi, M. P. 2011. Analisis Pelaksanaan JSA pada Pekerja Wellwork dan Initial Completion yang Dilakukan Kontraktor Migas Berdasarkan Teknik Management Oversight and Risk Tree dilokasi kerja PT. X Tahun 2011. UIN Syarif Hidayatullah Jkarta. Novianti, P. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan Yayasan X. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. P, J. A. & Atuti, D. 2013. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kontraktor Lokal Bersertifikat OHSAS 18001:2007 pada Tahap Pemeriksaan. Jurnal Kajian Teknologi, 9, 103-118. Pranajaya., D. C., Yuantari., M. C. & Eni Mahawati. 2013. Hubungan Antara Karakteristik Individu, Pengetahuan dan Sikap Karyawan Kereta Api Indonesia (KAI) Terhadap Penerapan K3 DAOP Area IV Bagian Dipo Loc Semarang Tahun 2013. Prasetya, D. H. 2009. Manajemen Operasi, Yogyakarta, Media Pressindo. Primahappy., H., Phradanawati., A. & Sendang Nurseto. 2013. Pengaruh Budaya Perusahaan dan Komitmen Perusahaan Terhadap perilaku Sosial dalam
176
Perusahaan PT. BRI (Persero) Semarang. Diponegoro Journal of Social and Politic, 1-8. Pudjiastuti, E. 2012. Hubungan “Self Efficacy” dengan Perilaku Mencontek Mahasiswa Psikologi. Mimbar, XXVIII, 103-112. Purba, D. E. & Seniati, A. N. L. 2004. Pengaruh Kepribadian dan Komitmen Organisasi Terhadap Organizational Citizenzhip Behavior
BEHAVIOR.
Jurnal Makara, 8, 105-111. Putri, G. Y. 2013. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Sistem Pengendalian Intren Pemerintah (SPIP) Terhadap Kinerja Manajerial SKPD. Universitas Negeri Padang. PT KAI, 2014. Laporan Data Kecelakaan Kerja di Dipo PT Kereta Api Indonesia (Persero) Rahayu, W. 2010. Komitmen Organisasi pada Karyawan di Miracle Aesthetic Clinic di Surabaya. [Accessed 30 Agustus 2015]. Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja OHSAS 18001, jakarta, Dian Rakyat-Jakarta. Republik Indonesia, 1970. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1. Jakarta: Sekretariat Negara RI. Republik Indonesia, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. In: TRANSMIGRASI, K. T. K. D. (ed.). Republik Indonesia, 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 100. Jakarta: Sekretarian Negara RI.
177
Sakina, N. 2009. Komitmen Organisasi Karyawan pada PT Band "X" di Jakarta. Jurnal Psikologi 7, 81-86. Salafudin, M., Ananta, H. & Subiyanto 2013. Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT PLN (Persero) Area Pengaturan Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dalam Upaya Peningkatan Mutu dan Produksi Kerja Karyawan. Jurnal Teknik Elektro, 5, 1-6. Salim, A. 2014. Analisis Tingkat Komitmen Manajemen Terhadap Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pabrik Pengolahan Crumb Rubber PT "X" Kalimantan Barat tahun 2014. Universitas Indonesia. Saputro, N. T. & Nuryati 2015. Faktor Penyebab Ketidaktepatan Kode Diagnosis di Puskesmas Mojolaban Sukoharjo Jawa Tengah. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 3, 59-64. Seniati, L. 2006. Pengaruh Masa Kerja, Terkait Kepribadian, Kepuasan Kerja, dan Iklim Psikologis Terhadap Komitmen Doesen pada Universitas Indonesia. Jurnal Makara, 10, 88-97. Setiawan., M. N., Hariyono., W. & Mulasari., S. A. 2011. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada CV. Cipta Mandiri di Kabupaten Kendal. Jurnal KESMAS, 5, 162-232. Shiddiq, S., Wahyu, A. & Muis, M. 2013. Hubungan Persepsi K3 Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman Di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa Tahun 2013. [Accessed 1 Desember 2015]. Silaban, G. 2009. Hubungan Angka Kecelakaan Kerja dengan Tingkat Pemenuhan Penerapan Sistem Manajeme Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berita Kedokteran Masyarakat, 25, 156-166.
178
Silaban, G. 2010. Hubungan Antara Jumlah Kepesertaan Tenaga Kerja, Jumlah Kecelakaan Kerja, dan Jumlah Jaminan Kecelakaan Kerja Perusahaan Kelompok Jenis Usaha III Peserta Program JKK Pada PT Jamsostek Cabang Medan. Berita Kedokteran Masyarakat, 28, 12-21. Silaban, G., Soebijanto, Adi Heru Soetomo, Maurits, L. S. & Suma'mur, P. K. 2009. Kinerja Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan Peserta Program Jaminan kecelakaan Kerja pada PT Jamsostek Cabang Medan. Menejemen Pelayanan Kesehatan, 12, 130-139. Simanjuntak, Y. E., Lubis, H. S. & Lubis, A. M. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pekerja pada Bagian Produksi Mengenai Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Toba Pulp Lestari Porse tahun 2012. Suardi, R. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Panduang Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenakaer 05/1996, Jakarta, PPM. Sumarni, M. 2013. Pengaruh Organizational Commitment dan Profesional Commitmen
Terhadap
Orgaization
Citizenship
Behavior.
Available:
http://upy.ac.id/ekonomi/files/PENGARUH%20ORGANIZATIONAL%20C OMMITMENT%20DAN%20PROFESSIONAL%20COMMITMENT%20T ERHADAP%20ORGANIZATION%20CITIZENSHIP%20BEHAVIOR%20 _MURTI%20SUMARMI_.pdf [Accessed 14 Oktober 2015]. Suseno, M. N. M. & Sugiyanto 2010. Pengaruh Dukungan Sosial dan Kepemimpinan Transformasional Terhadap Komitmen Organisasi dengan Mediator Motivasi Kerja. jurnal psikologi, 37, 94-109.
179
Susihono, W. & Rini, F. A. 2013. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Identifikasi Potensu Bahaya Kerja (Studi kasus di PT. LTX Kota Cilegon-Banten). Spektrum Industri, 11, 117-242. Swastika, M. 2011. Penerapan Komitmen dan Kebijakan Serta Perencanaan K3 Sebagai Salah Satu Langkah Implementasi SMK3 di PT. Telkom Area Solo. [Accessed 8 September 2015]. Syartini, T. 2010. Penerapan SMK3 dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang. [Accessed 31 Agustus 2015]. Thomas S. Bateman & Snell, S. A. 2008. ekonomi 3, Jakarta, Yudhistira Ghalia Indonesia. Trinaningsih, S. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Widyatuti, A. 2009. Investigasi Pelaporan Kecelakaan Kerja Sebagai Upaya untuk Meminimalisir Angka Kecelakaan Kerja di PT Cola-Cola Botting Indonesia Central Java Semarang. Universitas Sebelas Maret. Yuwono., S., Purwanto., Y. & Ade Kurniawan. 2006. Hubungan Antara Persepsi Manajemen Lini Terdasap Turnover di Manajemen Puncak dengan Komitmen Organisasi. JBS, 11, 181-188.
LAMPIRAN
180
Daftar Pertanyaan Senior Manajemen Commitment Indeks No.
Pertanyaan
1
Apakah senior manajemen selalu ikut serta dalam kegiatan/ programprogram seperti observasi, inspeksi dan identifikasi bahaya dan risiko K3 dalam membangun SMK3 perusahaan?
2
Apakah senior manajemen menghadiri pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh departemen SH dalam memdiskusikan SMK3 untuk memberikan?
3
Apakah senior manajemen melakukan diskusi dengan pekeja atau karyawan terhadap kinerja K3 PT. KAI baik melalui wawancara tertutup maupun terbuka?
4
Apakah senior manajemen melakukan diskusi dengan manajer lainnya (selain SHE) untuk mendukung penerapan SMK3 PT KAI?
5
Apakah senior manajemen melakukan rencana atau tindakan perbaikan temuan ketidak sesuaian terkait K3 (corrective action plan)?
6
Apakah senior manajemen memastikan dan memantau semua tindakan koreksi telah dilaksanakan dengan baik?
7
Apakah senior manajemen menyetujui anggaran dana yang diajukan oleh departemen SHE untuk pengembangan dan penerapan SMK3?
8
Apakah senior manajemen melakukan tinjauan dan monitoring terhadap progress program- program K3 terutama dalam penerapan SMK3 diperusahaan yang dilakukan bersama-sama dengan praktisi K3 maupun bersama pihak ke 3?
9
Apakah senior manajemen melakukan investigasi kecelakaan kerja (jika diperlukan)?
10
Apakah senior manajemen melakukan training-training K3 yang dibutuhkan oleh pekerja baik training internal maupun ekternal?
11
Apakah senior manajemen menghadiri training –training K3 baik internal maupun ekternal?
182
Pertanyaan Organizational Commitment Questionnaires (OCQ) No
Pertanyaan Affective Commitment
1
Apakah anda sangat senang berkarir selamanya di perusahaan ini?
2
Apakah anda menyukai diskusi mengenai perusahaan ini dengan orang lain diluar organisasi ini?
3
Apakah anda sering merasakan masalah dalam organisasi ini adalah masalah saya juga
4
Apakah anda pikir anda akan mudah bekerja di perusahaan lain seperti pada perusahaan ini?
5
Apakah anda merasa seperti bagian dari keluarga diperusahaan ini?
6
Apakah anda merasa emosional untuk organisasi ini?
7
Apakah perusahaan ini memiliki kesan tertentu bagi anda?
8
Apakah anda merasakan adanya rasa memiliki pada organisasi ini? Continuance Commitment
1
Apakah anda tidak takut jika keluar dari pekerjaan ini tanpa satu cadangan pekerjaan lain?
2
Apakah akan sangat sulit bagi anda untuk meninggalkan perusahaan sekarang, bahkan meskipun anda ingin?
3
Apakah anda rasa akan terlalu banyak dalam hidup anda akan terganggu jika memutuskan untuk meninggalkan perusahaan sekarang?
4
Apakah jika anda meninggalkan perusahaan saat ini terdapat kerugiankerugian tertentu yang akan anda terima?
5
Sekarang bagi saya bekerja diperusahaan ini merupakan kebutuhan bukan lagi keinginan?
6
Apakah anda merasa anda hanya
memiliki sedikit alasan untuk
dipertimbangkan untuk meninggalkan perusahaan ini? 7
Apakah salah satu alasan tidak meninggalkan organisasi ini karena anda tidak memiliki alternative bekerja ditempat lain?
8
Apakah sebenarnya alasan utama anda tetap bekerja diperusahaan ini Salah (Apakah akan memerlukan pengorbanan pribadi yang besar atau organisasi
183
lain mungkin tidak sebanding dengan manfaat bekerja di perusahaan ini?) Normatif Comitment 1
Apakah yang anda merasa sekarang banyak orang yang berpindah-pindah perusahaan terlalu sering ?
2
Bagaimana menurut anda apakah seseorang harus selalu setia pada organisasinya?
3
Bagaimana menurut anda beripindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain merupakan tindakan etis?
4
Apakah alasan utama anda terus bekerja untuk perusahaan ini? Apakah adalah karena
percaya bahwa loyalitas penting dan karena merupakan
kewajiban moral untuk anda? 5
Jika anda memiliki tawaran lain untuk pekerjaan yang lebih baik ditempat lain maka apakah anda dapat meninggalkan perusahaan ini
6
Bagaimana menurut anda kesetiaan pada satu perusahaan? Anda dianjarkan untuk mempercayai nilai setia pada satu perusahaan?
7
Bagaiaman menurut anda jika seseorang dengan satu organisasi sepanjang karirnya?
8
Apakah anda berfikir ingin menjadi pengusahawan atau pengusahawati?
Kriteria Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012 No.
Syarat
1.1 Kebijakan K3 1.1.1
Terdapat kebijkan K3 yang tertulis, tertanggal, ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus, secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 serta komitmen terhadap peningkatan K3
1.1.2
Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah melalui proseskonsultasi dengan wakil tanaga kerja
1.1.3
Perusahaan mengkomunikasikan kebijkana K3 kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan, dan
Ya
Tidak
184
pemasok dengan tata cara yang tepat. 1.1.4
Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang bersifat khusus.
1.1.5
Kebijkan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala unuk menjamin bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan dalam peratruran perundang-undangan.
1.2 Tanggung Jawab dan Wewenang untuk Bertindak 1.2.1
Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua pihak yang terkait dalam perusahaan di bisang K3 telah ditetapkan, diinformasikan dan didokumentasikan
1.2.2
Penunjukkan penanggung jawab K3 harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan
1.2.3
Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas kinerja K3 pada unit kerjanya
1.2.4
Pengusaha atau pengurus bertanggung jawab secara penuh untuk menjamin pelaksanaan SMK3
1.2.5
Petugas yang bertanggung jawab untuk penanganan darurat telah ditetapkan dan mendapatkan pelatihan
1.2.6
Perusahaan mendapatkan saran-saran dari para ahlidi bidang K3 yang berasal dari dalam dan / atau luar perusahaan
1.2.7
Kinerja K3 termuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan lain yang setingkat
1.3 Tinjauan dan Evaluasi 1.3.1
Hasil peninjauan ulang didokumentasikan
1.3.2
Jika memungkinkan hasil tinjauan dimasukkan ke dalam perencanaan tindakan manajemen
1.3.3
Pengurus harus meinjau ulang pelaksanaan SMK3 secara berkala untuk menilai kesesuaian dan efektivitas SMK3
1.4 Keterlibatan dan Konsultasi dengan Tenaga Kerja
185
1.4.1
Keterlibatan dan penjadwalan konsultasi tenaga kerja dengan wakil perusahaan didokumentasikan dan disebarluaskan ke seluruh tenaga kerja
1.4.2
Terdapat prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahan-perubahan yang mempunyai implikasi terhadap K3
1.4.3
Perusahaan telah membentuk P2K3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan
1.4.4
Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak atau pengurus
1.4.5
Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan
1.4.6
P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan prosedur pengendalian risiko
1.4.7
Susunan pengurus P2K3 didokumentasikan dan diinformasikan kepada tenaga kerja
1.4.8
P2K3 mangadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disebarluaskan ditempat kerja
1.4.9
P2K3 melaporakan kegiatan secara teratur sesuai dengan peraturan perundang-undangan
1.4.10 Apabila diperlukan, dibentuk kelompok kerja yang diberikan pelatihan sesuai dengan perundang-undangan
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK WAWANCARA No
Item pertanyaan SENIOR MANAJEMEN COMMITMENT INDEKS KA DAOP
1
Apakah senior manajemen selalu ikut serta dalam kegiatan/ programprogram seperti observasi, inspeksi dan identifikasi bahaya dan risiko K3 dalam membangun SMK3 perusahaan?
2
Apakah
senior
manajemen
menghadiri
pertemuan-pertemuan
yang
dilakukan oleh departemen SH dalam memdiskusikan SMK3 untuk
186
memberikan masukan? 3
Apakah senior manajemen melakukan diskusi dengan pekeja atau karyawan terhadap kinerja K3 PT. KAI baik melalui wawancara tertutup maupun terbuka?
4
Apakah senior manajemen melakukan diskusi dengan manajer lainnya (selain SHE) untuk mendukung penerapan SMK3 PT KAI?
5
Apakah senior manajemen melakukan rencana atau tindakan perbaikan temuan ketidak sesuaian terkait K3 (corrective action plan)?
6
Apakah senior manajemen memastikan dan memantau semua tindakan koreksi telah dilaksanakan dengan baik?
7
Apakah senior manajemen menyetujui anggaran dana yang diajukan oleh departemen SHE untuk pengembangan dan penerapan SMK3?
8
Apakah senior manajemen melakukan tinjauan dan monitoring terhadap progress program- program K3 terutama dalam penerapan SMK3 diperusahaan yang dilakukan bersama-sama dengan praktisi K3 maupun bersama pihak ke 3?
9
Apakah senior manajemen melakukan investigasi kecelakaan kerja (jika diperlukan)?
10
Apakah senior manajemen melakukan training-training K3 yang dibutuhkan oleh pekerja baik training internal maupun ekternal?
11
Apakah senior manajemen menghadiri training –training K3 baik internal maupun ekternal? Affective Commitment
1
Apakah anda sangat senang berkarir selamanya di perusahaan ini?
2
Apakah anda menyukai diskusi mengenai perusahaan ini dengan orang lain diluar organisasi ini?
3
Apakah anda sering merasakan masalah dalam organisasi ini adalah masalah saya juga
4
Apakah anda pikir anda akan mudah bekerja di perusahaan lain seperti pada perusahaan ini?
5
Apakah anda merasa seperti bagian dari keluarga diperusahaan ini?
6
Apakah anda merasa emosional untuk organisasi ini?
187
7
Apakah perusahaan ini memiliki kesan tertentu bagi anda?
8
Apakah anda merasakan adanya rasa memiliki pada organisasi ini? Continuance Commitment
1
Apakah anda tidak takut jika keluar dari pekerjaan ini tanpa satu cadangan pekerjaan lain?
2
Apakah akan sangat sulit bagi anda untuk meninggalkan perusahaan sekarang, bahkan meskipun anda ingin?
3
Apakah anda rasa akan terlalu banyak dalam hidup anda akan terganggu jika memutuskan untuk meninggalkan perusahaan sekarang?
4
Apakah jika anda meninggalkan perusahaan saat ini terdapat kerugiankerugian tertentu yang akan anda terima?
5
Sekarang bagi saya bekerja diperusahaan ini merupakan kebutuhan bukan lagi keinginan?
6
Apakah anda merasa anda hanya
memiliki sedikit alasan untuk
dipertimbangkan untuk meninggalkan perusahaan ini? 7
Apakah salah satu alasan tidak meninggalkan organisasi ini karena anda tidak memiliki alternative bekerja ditempat lain?
8
Apakah sebenarnya alasan utama anda tetap bekerja diperusahaan ini Salah (Apakah akan memerlukan pengorbanan pribadi yang besar atau organisasi lain mungkin tidak sebanding dengan manfaat bekerja di perusahaan ini?) Normatif Comitment
1
Apakah yang anda merasa sekarang banyak orang yang berpindah-pindah perusahaan terlalu sering ?
2
Bagaimana menurut anda apakah seseorang harus selalu setia pada organisasinya?
3
Bagaimana menurut anda beripindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain merupakan tindakan etis?
4
Apakah alasan utama anda terus bekerja untuk perusahaan ini? Apakah adalah karena
percaya bahwa loyalitas penting dan karena merupakan
kewajiban moral untuk anda? 5
Jika anda memiliki tawaran lain untuk pekerjaan yang lebih baik ditempat lain maka apakah anda dapat meninggalkan perusahaan ini
188
6
Bagaimana menurut anda kesetiaan pada satu perusahaan? Anda dianjarkan untuk mempercayai nilai setia pada satu perusahaan?
7
Bagaiaman menurut anda jika seseorang dengan satu organisasi sepanjang karirnya?
8
Apakah anda berfikir ingin menjadi pengusahawan atau pengusahawati? PERATURAN PEMERINTAH NO. 50 TAHUN 2012
1
Apakah kebijakan disusun oleh pengusaha setelah melalui konsultasi dengan pekerja?
2
Apakah kebijakan K3 dikomuikasikan kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan, orang ketiga dengan cara yang tepat?
3
Apakah kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya selalu ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijkaan tersebut sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan dalam peraturan perundangundangan?
4
Siapakah yang bertanggung jawab dan memiliki wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan ke semua pihak tentang semua yang berkaitan dnegan K3
5
Apakah tindakan tersebut selalu diinformasikan dan di dokumentasikan?
6
Bagaimana tatacara penunjukkan penanggung jawab K3 di perusahaan?
7
Apakah penanggung jawab termasuk ke dalam P2k3?
8
Apakah penangungjawab K3 sudah pernah mengikutipelatihan Ahli K3 Umum
9
Apakah Kepala DAOP/ Kepala Dipo/ Kepala stasiun bertanggung jawab atas K3 di unit kerjanya?
10
Apakah pengusaha melakukan monitoring terhadap penerapan SMK3?
11
Apakah pengusaha secara langsung memberikan masukan dalam perbaikan SMK3
12
Adakah petugas jika terjadi keadaan darurat?
13
Jika ada penahkah petugas mendapatkan pelatihan tentang penanganan keadaan darurat
14
Apakah perusahaan memiliki ahli K3 untuk meminta saran dan pendapatnya?
189
15
Apakah perusahaan melakukan konsultasi dengan seorang ahli K3 yang berada di perusahaan?
16
Apakah perusahaan melakukan konsultasi dengan pihak luar tentang K3?
17
Bagaimana cara perusahaan melaporkan kinerja K3?
18
Setelah melakukan peninjauan ulang, bagaimana hasil tinjauan ulang tersebut dip roses?
19
Apakah ada kurun waktu tertentu perusahaan melakukan tinjauan ulang terhadap pelaksanaan SMK3?
20
Bagaimana pengurus menilai kesesuaian dan efektivitas SMK3
21
Apakah perusahaan menyediakan konsultasi untuk tenaga kerja? jika iya bagaimana bentuk konsultasinya?
22
Hasil kosultasi tersebut apakah disebar luaskan dan bagaimana cara menyebarluaskannya?
23
Bagaimana prosedur konsultasi dengan pekerja terkait perubahan-perubahan yang mempunyai implikasi terhadap K3
24
Apakah sudah ada P2K3 jika ya bagaimana proses pembentukannya?
25
Apakah susunan pengurus P2K3 sudah di informasikan pada tenaga kerja?
26
Apakah direktur perusahaan bertindak sebagai ketua P2K3?
27
Apakah sekretaris pengurus adalah AK3U
28
Bagaimana kegiatan yang dilakukan P2K3 di perusahaan?
29
Bagaimana fokus utama kegiatan P2K3 di perusahaan?
30
Apakah susunan pengurus P2K3 disosialisasikan kepada tenaga kerja?
31
Apakah terdapat pertemuan secara berkala yang dilakukan P2K3
32
Apakah hasil rapat P2K3 selalu diinformasikan pada pekerja? jika iya bagaimana cara menyebarluaskannya?
33
Apakah laporan kegiatan sebulan sekali telah dilaporkan pada sudinaker dan 3 bulan sekali dilaporkan pada disnaker?
34
Apakah terdapat kelompok kerja yang seengaja dibentuk? jika ya apakah diberikan pelatihan-pelatihan terkait K3?
190
ITEM TELAAH DOKUMEN No
Item Pertanyaan SENIOR MANAJEMEN COMMITMENT INDEKS
1
Terdapat daftar hadir atau dokumentasi senior manajemen mengikuti program seperti observasi, inspeksi, dan identifikasi bahaya dan risiko K3
2
Terdapat daftar hadir yang menyatakan senior manajemen hadir dalam pertemuan
3
Terdapat jadwal rapat atau notulensi ketika melakukan diskusi yang dilakukan senior manajemen dengan manajer lainnya selain SHE
4
Terdapat bukti kuitansi atau daftar anggaran yang ditandatangani oleh senior manajemen terkait kegiatan atau program SMK3
5
Terdapat hasil evaluasi program K3 yang tertanggal dan ditandatangani senior manajemen
6
Terdapat dokumentasi ketika senior manajemen turun langsung terhadap kejadian kecelakaan kerja
7
Terdapat bukti senior manajemen menyetujui melakukan training K3
8
Terdapat dokumen dan daftar hadir saat melakukan training
9
Terdapat daftar hadir atau dokumentasi yang menunjukkan kehadiran senior manajemen saat training K3
Checklist PP No. 50 tahun 2012 1
Terdapat kebijakan tertulis, tertanggal, dan ditandatangani oleh pengurus yang didalamnya menyatkan tujuan, sasaran K3 dan komitmen K3
2
Terdapat revisi kebijakan yang tertanggal serta ditandatangani oleh pengurus Tanggung jawab dan wewenang tertulis dan sesuai dengan perundang-
191
undangan 3
Terdapat hasil tindakan dan laporan yang telah dokumentasi dan ditetapkan
4
Terdapat SK atau kebijakan tertulis mengenai tanggung jawab dan wewenang kinerja K3 dari setiap unit kerja
5
Terdapat
surat
penunjukkan
penanggung
jawab
K3/manajemen
representative 6
Terdapat SK tertandatangan penunjukkan petugas penanganan darurat
7
Petugas memiliki sertifikat bukti telah mengikuti pelatihan penanganan darurat
8
Terdapat laporan tahunan perusahaan memuat kinerja K3
9
Terdapat hasil peninjauan ulang
10
Terdapat jadwal tertulis konsultasi dengan pekerja
11
Terdapat dokumen hasil konsultasi dengan tenaga kerja
12
Terdapat SK menunjukkan bahwa pimpinan perusahaan adalah ketua P2K3
13
Sekretaris P2K3 memiliki sertifkat Ahli K3 Umum
14
Terdapat susunan penurus P2K3 yang tertulis dan sesuai undang-undnag
15
Terdapat jadwal atau daftar hadir pertemuan yang dilakukan oleh P2K3
16
Terdapat laporan yang terdokumentasi yang telah dibuat dan dikirimkan ke sudinaker dan disnaker selama 3 bulan sekali
192
ITEM OBSERVASI No 1
Item Observasi Senior manajemen ikut serta dalam program seperti observasi, inspeksi, dan identifikasi bahaya dan risiko
2
Senior manajemen menghadiri pertemuan oleh departemen SH dalam mendiskusikan SMK3
3
Senior manajemen melakukan diskusi dengan pekerja terhadap kinerja K3
4
Senior manajemen malakukan diskusi dengan manajer lain selian SHE untuk mendukung penerapan SMK3
5
Senior manajemen meninjauan dan memonitoring terhadap programprogram K3 terutama terkait SMK3 yang dilakukan bersama dengan praktisi K3
6
Senior manajemen melakukan investigasi kecelakaan kerja
7
Senior manajemen menyelenggarakan training-training K3 yang dibutuhkan pekerja
PP 50 tahun 2012 8
Kebijakan dibuat untuk masalah K3 yang bersifat khusus
9
Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya yang mengalami revisi tertera jumlah revisi
10
Kebijakan terbaru sudah sesuai dengan kondisi perusahaan dan perundangundangan
11
Terdapat tanggung jawab dan wewenang telah ditetapkan diinformasikan dan didokumentasikan
12
Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas kinerja
193
K3 pada unit kerjanya 13
Pimpinan unit kerja bertanggung jawab atas kinerja K3 pada unit kerjanya
14
Perencanaan tindakan dibuat berdasarkan hasil tinjau ulang sebelumnya
15
Terdapat prosedur konsultasi mengenai perubahan yang berkaitan dengan implikasi K3 untuk pekerja
16
Perusahaan memiliki P2K3 yang dibentuk berdasarkan peraturan perundangundang
17
P2K3 diketuai oleh direktur utama
18
Susunan kepengurusan P2K3 diinformasikan kepada tenaga kerja
19
Kagiatan yang dilakukan P2K3 menitik beratkan pada pengendalian risiko
20
Susunan kepengurusan telah diinformasikan pada pekerja
194
Hasil Observasi Pemenuhan Elemen Penerapan Kebijakan K3 di DAOP 2 Bandung No
Item Observasi
Pemenuhan Ya
1
Tidak
Kebijakan dibuat untuk masalah K3 yang bersifat khusus
2
Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya yang mengalami revisi tertera jumlah revisi
3
Kebijakan terbaru sudah sesuai dengan kondisi perusahaan dan perundang-undangan
4
Terdapat tanggung jawab dan wewenang telah
ditetapkan diinformasikan dan didokumentasikan 5
Pimpinan
unit
kerja
dalam
suatu
perusahaan
bertanggung jawab atas kinerja K3 pada unit kerjanya 6
Pimpinan unit kerja bertanggung jawab atas kinerja
K3 pada unit kerjanya 7
Perencanaan tindakan dibuat berdasarkan hasil tinjau
ulang sebelumnya 8
Terdapat prosedur konsultasi mengenai perubahan
yang berkaitan dengan implikasi K3 untuk pekerja 9
Perusahaan
memiliki
P2K3
yang
dibentuk
berdasarkan peraturan perundang-undangan 10
P2K3 diketuai oleh Kepala DAOP
11
Susunan kepengurusan P2K3 di informasikan kepada
tenaga kerja 12
Kegiatan yang dilakukan P2K3 menitik beratkan pada pengendalian risiko
195
Hasil Telaah Dokumen Pemenuhan Elemen Penerapan Kebijakan K3 di DAOP 2 Bandung No
Item Telaah Dokumen
Pemenuhan Ya
1
Terdapat
kebijakan
ditandatangani
oleh
tertulis, pengurus
tertanggal, yang
dan
Tidak
didalamnya
menyatakan tujuan, sasaran K3 dan komitmen K3 2
Terdapat revisi kebijakan yang tertanggal seta ditanda tangani oleh pengurus
3
Tanggung Jawab dan wewenang tertulis dan sesuai dengan perundang-undangan
4
Terdapat hasil tindakan dan laporan yang telah didokumentasi dan ditetapkan
5
Terdapat SK atau kebijakan tertulis mengenai tanggung
jawab dan wewenang kinerja K3 dari setiap unit 6
Tedapat SK tertandatangan penunjukkan petugas
penanganan keadaan darurat 7
Petugas memiliki sertifikat bukti telah mengikuti
pelatihan keadaan darurat 8
Terdapat Laporan tahunan perusahaan memuat kinerja
K3 9
Terdapat hasil peninjauan ulang
10
Terdapat jadwal konsultasi tertulis dengan tenaga kerja
11
Terdapat dokumen hasil konsultasi dengan tenaga kerja
12
Terdapat SK penunjukkan bahwa pimpinan DAOP
adalah ketua P2K3 13
Sekretaris P2K3 memiliki sertifikat ahli K3 Umum
14
Terdapat susunan pengurus P2K3 yang tertulis dan
sesuai undang-undang 15
Terdapat jadwal atau daftar hadir pertemuan yang
dilakukan oleh P2K3 16
Terdapat laporan yang terdokumentasi yang telah
196
dibuat dan dikirimkan ke sudinaker dan disnaker selama 3 bulan sekali
Hasil Pemenuhan Senior Management Commitment Indeks No
Pertanyaan Indeks Komitmen Senior Management
Pemenuhan Ya
Keikutsertaan
1
senior
manajemen
dalam
kegiatan
seperti
Tidak
observasi, inspeksi dan identifikasi bahaya dan risiko K3 dalam pembangunan SMK3 DAOP 2 Kehadiran senior manajemen dalam pertemuan K3 yang
2
diselenggarakan oleh SHE dalam mendiskusikan SMK3
Diskusi yang dilakukan senior manajemen dengan pekerja di
3
DAOP tentang kinerja K3 di DAOP 2 baik melalui wawancara tertutup maupun terbuka 4
Senior manajemen melakukan diskusi dengan manajer lain (selain
safety committe) untuk mendukung penerapan SMK3 di DAOP 2 5
Tindakan perbaikan temuan ketidak sesuaian terkait K3
(corrective action plan) yang dilakukan senior manajemen 6
Pantauan dan semua tindakan koreksi yang dilakukan senior
manajemen 7
Persetujuan anggaran yang dilakukan senior manajemen untuk
mengembangkan dan menerapkan SMK3 8
Senior manajemen melakukan tinjauan dan monitoring terhadap progress program-program K3 terutama dalam penerapan SMK3 di DAOP 2 yang dilakukan bersama-sama dengan praktisi K3
197
maupun bersama orang ke-3 9
Investigasi kecelakaan kerja yang di lakukan oleh senior manajemen di DAOP 2
10
Analisis training yang dibutuhakan yang dilakukan oleh senior manajemen
11
Kehadiran senior manajemen pada kegiatan training.
Total Pemenuhan
8 kriteria
Kriteria Pemenuhan
Komitmen Tinggi
Gap Analisis Pelaksanaan Elemen Penetapan Kebijakan K3 DAOP 2 Bandung terhadap PP No. 50 tahun 2012 No.
Kriteria
Remark
1. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen
7
1.1 Kebijakan K3
2
1.1.1
1
Terdapat kebijakan K3 yang tertulis, tertanggal, ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus, secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 serta komitmen terhadap peningkatan K3
1.1.2
Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah
0
melalui proses konsultasi dengan wakil tanaga kerja 1.1.3
Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 kepada seluruh
1
tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan, dan pemasok dengan tata cara yang tepat. 1.1.4
Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang bersifat
0
khusus. 1.1.5
Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala unuk menjamin bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan dalam peratruran perundang-undangan.
0
198
1.2 Tanggung Jawab dan Wewenang untuk Bertindak
4
1.2.1
0
Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua pihak yang terkait dalam perusahaan dibidang K3 telah ditetapkan, diinformasikan dan didokumentasikan
1.2.2
Penunjukkan penanggung jawab K3 harus sesuai dengan
0
peraturan perundang-undangan 1.2.3
Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab
1
atas kinerja K3 pada unit kerjanya 1.2.4
Pengusaha atau pengurus bertanggung jawab secara penuh
1
untuk menjamin pelaksanaan SMK3 1.2.5
Petugas yang bertanggung jawab untuk penanganan darurat
1
telah ditetapkan dan mendapatkan pelatihan 1.2.6
Perusahaan mendapatkan saran-saran dari para ahli dibidang K3
1
yang berasal dari dalam dan / atau luar perusahaan 1.2.7
Kinerja K3 termuat dalam laporan tahunan perusahaan atau
0
laporan lain yang setingkat 1.3 Tinjauan dan Evaluasi
0
1.3.1
Hasil peninjauan ulang didokumentasikan
0
1.3.2
Jika memungkinkan hasil tinjauan dimasukkan ke dalam
0
perencanaan tindakan manajemen 1.3.3
Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan SMK3 secara
0
berkala untuk menilai kesesuaian dan efektivitas SMK3 1.4 Keterlibatan dan Konsultasi dengan Tenaga Kerja
1
1.4.1
0
Keterlibatan dan penjadwalan konsultasi tenaga kerja dengan wakil perusahaan didokumentasikan dan disebarluaskan ke seluruh tenaga kerja
1.4.2
Terdapat prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai
0
perubahan-perubahan yang mempunyai implikasi terhadap K3 1.4.3
Perusahaan telah membentuk P2K3 sesuai dengan peraturan
0
perundang-undangan 1.4.4
Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak atau pengurus
0
199
1.4.5
Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 sesuai dengan peraturan
0
perundang-undangan 1.4.6
P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan
0
dan prosedur pengendalian risiko 1.4.7
Susunan pengurus P2K3 didokumentasikan dan diinformasikan
1
kepada tenaga kerja 1.4.8
P2K3 mangadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya
0
disebarluaskan ditempat kerja 1.4.9
P2K3 melaporakan kegiatan secara teratur sesuai dengan
0
peraturan perundang-undangan 1.4.10 Apabila diperlukan, dibentuk kelompok kerja yang diberikan
0
pelatihan sesuai dengan perundang-undangan 1.4.11 Susunan Kelompok kerja yang telah terbentuk di dokumentasikan dan di informasikan kepada tenaga kerja
0
200
Informasi Manager Manager SDM Sarana
JMI 2A,
Keikutsertaan senior manajemen dalam kegiatan seperti observasi, inspeksi, dan identifikasi bahaya dan risiko K3 dalam pembangunan SMK3 DAOP 2 Kehadiran senior manajemen dalam pertemuan K3 yang diselenggarakan SHE dalam mendiskusikan SMK3
iya,, mereka kan sering ngadain inspeksi
ikut ya,,
ohh,,serin g dia mah kan yang tanggung jawab wilayah
sering,,
Diskusi yang dilakukan senior manajemen dengan pekerja di DAOP
pegawai langsung ditanya langsung
Ohhh..pa sti kalau Ka DAOPny a ga sempat pak Deputiny a iya nantikan ke lapangan,
MATRIKS WAWANCARA Informan Penelitian JMI 2B JMI 2C Assmen Assmen Program Lok dan KRD -
-
-
Assmen Kereta dan Gerbong -
iya.. tentu kalau itu dong saya kurang tau biasanya SHE punya agenda
-
-
-
-
iya ikut,,
-
kalau eksekusin ya si dia ga
-
-
-
-
ya kemarin paling ngebahas
-
oh,,,bentu knya sidak kalau misalnya di dipo
setahu saya misalnya diskusi
Kepala Dipo Lok
Kepala Dipo Kereta
Kesimpula n
Inspeksi observasi ya,,,palin g sekalian main si kesini liat
-
Senior manajemen sering melakukan observasi dan inspeksi mendadak
Kepala DAOP atau Deputi selalu hadir dalam pertemuan yang diadakan SHE Diskusi sering dilakukan saat
201
tentang kinerja K3 di DAOP 2 baik melalui wawancara tertutup maupun terbuka Senior manajemen melakukan diskusi dengan manajer lain (selain safety commite) untuk mendukung penerapan SMK3 di DAOP 2 Tindakan perbaikan temuan ketidak sesuaian terkait K3 (corrective action plan) yang dilakukan senior manajemen
Pantauan dan semua tindakan koreksi yang dilakukan senior manajemen
ditanya ditempat
ohh selalu
,nanti langsung sipekerja ditanya kendalan ya apa ohh pasti ya jelas,, kan ada rapatrapat para manager
langsung ya waktu sidak itu
masalah pekerjaan
observasi terhait pekerjaan
ee,, waktu pertemua n mungkin bisa saat berkump ul dengan manager iya..langs ya tetap ohh iya wah ung nantikan setiap kalau itu melakuka dievaluas rapat atau belum n i kendala- sidak denger perbaikan kendalan tindakan itu ya perbaikan penting disampai kan
-
-
-
-
kalau iya saya selama ini kan belum,,
-
Diskusi dengan manajer lain dilakukan saat pertemuan para manajer
-
-
-
-
Belum si tapi selama ini pak Mansar yang kasih masukan
-
pak Ka DAOP lagi meriksa ini pak Daputi
-
-
-
-
memanta u dia tetap disini iya
-
Tindakan perbaikan dilakukan langsung saat observasi atau disampakan saat rapat pada manajer Kepala DOAP atau Deputi melakukan koreksi dengan
kan ada jadawal apa,,untu k inspeksi wilayah
Langsung melakuka n koreksi terus enginstru ksikan
iya ini hasil evaluasi ini
202
Persetujuan anggaran yang dilakukan senior manajemen untuk mengembangkan dan menerapkan SMK3 Senior manajemen melakukan tinjauan dan monitoring terhadap progress program-program K3 terutama dalam penerapan SMK3 di DAOP 2 yang dilakukan bersamasama dengan
juga sama jadi kita itu bersinerg i untuk mengkor eksi
ada,,,untu untuk k safety ditinjau commite ada,, laporan minggua n juga ada
untuk K3 pastilah beliau akan support
ohh,,,iya pasti
-
Ya itu tadi team itu yang kerja dan laporan kan tadi Ka DAOP monitorin g terus
jadi gini ya tiap tahun ada RKA jadi tiap unit itu mengajuk an Ya lewat manajer tadi
Menyetuj ui malah kalau ada kendala beliau bantu
-
-
-
-
kalau SHE jelas tapi kalau pihak ke 3 belum pernah denger
-
-
-
-
kaya ini kan ya kaya helm minta kan ya pak? berarti ini disetujui pihak k3 kaya pertamin a itu langsung ke kantor pusat
-
-
pembagian wilayah meihat langsung dilapangan dan meninstruks ikan melakukan perbaikan pada menejer terkait Anggaran selalu didukung oleh senior manajemen
Tinjauan da monitoring dilakukan senior manajemen melalui laporan, monitoring dilakukan dengan SHE
203
praktisi K3 maupun bersama pihak ke 3
Investigasi kecelakaan kerja yang dilakukan oleh senior manajemen di DAOP 2
Analisis training yang dibutuhkan yang dilakukan oleh senior manajemen
Kehadiran senior manajemen pada kegiatan training
baik itu monitorin g langsung lapangan kalau ya paling investiga waktu dia si kunjunga kecelakaa n ke n kerja DIPO kan kita contohny disini a ya punya ada safety commite nya kalau itu kalau biasanya training bukan itu dari dari kita…uni Deputi t terkait sama Ka DAOP ya biasanya dari SDMnya oh iya kalau kita minimal undang beliau pak Ka pertama DAOP
belum dengan pihak ke 3
ya,,,yang itu kan kalau disini ada unit kesehatan biasanya yang turun itu
ohh kalau terjadi PL PLH jelas turun langsung
-
-
-
-
Engga, ya paling intern kita bawa ke rumah sakit udah
-
Investigasi kecelakaan kerja dilakukan oleh safety commite dan kecelakaan ditangani oleh unit terkat
-
biasanya itu diserahin ke SHE bagian keselama tan
-
-
-
-
kalau itu si ya paling inisiatif kita si,kalau untuk hal seperti itu
-
kalau training K3 itu ya,,,selag
-
Training dianalisis oleh departemen SDM atau pengajuan langsung dari unit masingmasing Senior manajemen selalu menghadiri
-
-
-
-
biasanya pak kaDAOP pembuka
-
204
pembuka an
pasti datang
Perasaan pegawai selama berkarir di PT KAI
-
Menyukai diskusi mengenai PT KAI dengan oranglain selain pegawai PT KAI
-
Perasaan yang dirasakan pegawai jika perusahaan mengalami masalah.
-
i beliau ga repot ya,,
an ada
Organizational Commitmen Questionnaires (OCQ) Affective Commitment bahagia,,, dibandin ada suka rasanya g dulu dan ada kalau dukanya bermaca masalah m tingkat macam kesejahte si ada raan jauh senang lebih ada suka enak ada duka ohh,,iya Iya suka ya iya pernah kalau seneng..a senang termasuk sama pa ya ya enak dengan teman kalau lah teman sekolah ngobrol kalau paling biasanya dengan ngobroli sering perusaha kereta an lain api gitu
stress bisa ,,oh iya
-
oh iya ini kan kaitannya dengan
-
-
ya,,,ada si perasaan kaya
ya,,bangg perasaan a dan nya seneng biasabiasa saja
iya suka sekali komunik asi kadang sama penumpa ng
iya jelas imbasnya kan kekita
training minimal untuk membuka acara.
-
Perasaan selama bekerja bahagia dan terdapat perasaan suka dan duka ohh iya suka,,b Menyuk bangga erdisku ai paling si, ya berdisku kita di diskusi si grup grup biasa dengan alumni teman atau penump ang tentang PT KAI ya ya Merasa masalah menjadi masalah bersama- masala pegawai sama h saya, juga
205
tanggung jawab ya
Merasa akan mudah jika bekerja di perusahaan lain sama halnya di PT KAI
Anggarapan pegawai terhadap PT KAI dalam hidup ini.
-
saya ga bisa memband ingkan dengan perusaha an lain
-
pemberi nafkah
kalau itu saya belum bisa membaya ngkan
-
Oh iya seperti keluarga kalau kehilanga n satu pasti ditanya
-
gitu karena kita udah jadi satu team
juga
kalau bekerja itu ininya beda ya tantangan nya beda
bekerja dimasna a saja itu hampir sama si hanya tantanga nnya saja yang berbeda
iya itu kan relative kalau saya kan komitme n
bekerja ditempat lain ..karena saya belum pernah kerja ditempat lain
ya,,kalau perusaha an ya bagian dari rezeki
iya kalau boleh dibilang saya hidup dari kereta api
kan sumber penghasil an kita
apa ya rutinitas tempat cari nafkah tempat berkarya
karena akan berimba s pada kesejaht eraan pegawai bobotn Pekerjaa ya tidak n tidak bisa bisa disama dibandin kan gkan disini karena setiap pekerjaa n memliki tantanga n yang berbeda sudah Perusah merasa aan keluarg diaggap a bagai sebagai rumah sumber ke 2 penghasi lan tenpat mencari rezeki, keluarga
206
Emosional yang dirasakan pegawai terhadap PT KAI
-
iya memang ya harus muncul sendiri gitu loh
-
Iya apalagi saya kan disekolah kan ya
-
Iya si mba
Ya..pasti lah mba udah susah senang disini bertahun -tahun
-
Kesan pegawai terhdap PT KAI
-
merasa bangga gitu loh karena ini kan perusaha an yang melayani, ,
-
menurut saya perusaha an masih monoper usahaan
-
perusaha an yang baru bergerak
bagus apalagi di akhir akhir ini pergerak annya semakin cepat
ya makin lama makin baik lah
-
Pasti lah waktu lebih banyak dihabis kan disini
sedang intinya berkemba tantang ng si,, an
dan sebagai rutinitas Emosion al muncul dengan sendirin ya karena banyak waktu selama bertahun -tahun dihabisk an di perusaha an Kesan pegawai terhadap perusaha an saat ini sedang mengala mi pergerak an untuk berkemb
207
Perasaan memiliki dari pegawai terhadap PT KAI
Continuance Commitment Pendapat Pegawai ketika keluar dari PT KAI tanpa cadangan perusahaan lain untuk bekerja
-
iya karena itu muncul sendiri
-
-
-
iya pastilah karena kan bekerja disinikan
rasa memilki pasti sebagai pegawai kereta api
jelas lah mba
ya iya memiliki tentu misalnya kan saya lokomotif
-
belum,,be lum ada
-
iya itu yang jadi PR saya
-
Interpren ure..
Sudah bisa dibilang ada cadanga n pekerjaa n
ya,,,kita itu berwiras wasta
: kalau ga ada perusaha an lain kalau keluar saya ngelamar lagi
belum punya kalau keluar
ang semakin baik Perasaan memilik i itu muncul sendiri selama bekerja di perusaha an Setelah keluar tanpa cadanga n pekerjaa n pegawai akan berwirau saha, melamar lagi akan tetapi ada yang belum
208
Pendapat pegawai ketika ingin meninggalkan perusahaan
-
belum.bel um ada ya
-
kalau saya ga punya beban anak saya mendinga n pendi
-
Kehidupan pada pegawai jika meninggalkan PT KAI
-
mungkin iya ada perusaba han mungkin tidak
-
jelas pendapat an
-
terfikir akan melakuk an apa. seandain kalau oh belum belum Pegawai ya ingin satu ada si sampe merasa meningga perusaha keinginan sana belum lkan an ini ya mau belum ingin perusaha satu ya keluar terfikir meningg an itu total kan alkan dari segi perusaha usia an kesehatan karena kebutuh an keuanga n, merasa masih mampu dari segi kesehata n dan usia kalau mungkin tergantun ga tau tidak Akan perubaha juga bisa g ya,,kalau ada terdapat n pasti ada keluarnya perubaha yang perubah eee,,, perubah lebih baik n berubah an an ya beda dalam dalam lagi kalau kehidup kehidup keluarnya an jika
209
an
Kerugian-kerugian yang dirasakan jika meninggalkan PT KAI saat ini
-
Banyak, termasuk takeonpa y dari sini kan stop dong ya
-
: kalau saya jelas pendapat an
-
Pegawai bekerja saat ini bekerja atas dasar kebutuhan atau keinginan
-
butuh ,,saya sangat butuh perusaha an ini
-
Butuh untuk keluarga
-
Belum,,b elum kefikiran
-
terus terang mba
-
Perasaan ingin meninggalkan perusahaan
lebih buruk
keluar dari perusaha an iya dari Kerugia Pengalam kalau disini Kerugia segi nnya an si disini ada n yang pendapat gak kita yang ga saya bisa kesemp dirasaka an dapat bisa lebih atan n dari gaji ditemuin banyak berinov segi dapat ditempat berkarya asi pendapa tunjanga lain tan, n segala kebebas an untuk berkarya dan beinovas i ya,,ini ya untuk saya kan ingin Bekerja mencari kehidup prinsipny mengab saat ini nafkahme an a kalau di ke karena ncari udah satu negara membut uang ya satu, uhkan perusaha an dan ingin mengab dikan diri. lebih ke mungkin dulu iya belum belum Perasaan ini ya hal kecil sempet ada terfikir ingin sedang yang ada kepikiran untuk meningg
210
kalau ada pesaing yang bonafit
mencari modal
memung kinkan kita keluar
cuman setelah kita fikirkan lagi
meningga lkan karena sudah terlanjur disini
pindah kalau tawaran lain banyak
ya mungkin salah satu alasanny a itu, dibilang ga ada ada si basic saya yak karena sudah hampir 20 tahun bekerja di kereta api
-
alternativ e ,,saya juga ga nyari sig a nyari
-
iya sebandin g ya,,,seban ding
sudah,,se karangka n sudah banyak sekali tunjangan tunjangan
Alasan pegawai tidak keluar dari PT KAI karena tidak memiliki alternative bekerja di tempat lain.
-
-
-
Iya ga terfikir jadi ga nyari
-
iya untuk hari tua
Alasan utama tetap bekerja di PT KAI, manfaat dan pengorbanan yang dirasakan pegawai
-
iya masih banyak kekurang an dari pekerjaan saya
-
akhir ini tahun tahun ini memang sudah sebandin g
-
ya,,seban dinglah
Normative Commitment
alkan perusaha an belum terfikir sampai saat ini Tidak ingin keluar karena memang tidak mencari pekerjaa n lain Alasan utama memang merasa sudah sebandin g antara manfaat dan pengorb anan yang diberika n
211
Pendapat pegawai terhadap orang yang suka berpindah pekerjaan
-
ya biasa ajah iya
-
Tidak akan berpinda h kalau ketenang an batin dan uang
-
Pedapat pegawai tentang kesetiaan pada perusahaan
-
oh iya harus dong kalau ga setia
-
-
-
-
Pendapat pegawai etis atau tidak jika seseorang berpindah-pindah bekerja
-
ya itu tergantun g pribadi masing-
-
-
-
wajar kalau menurut saya
menurut saya pindah pindah itu kan hak ya
kalau pandang an saya tergantu ng orangny a juga
mikir orang yang kurang punya komitme n
Pindahpindah ya,,,mung kin karena belum bisa nekunin satu bagian
selama ini perusaha an masih dapat kita percaya, ,selama perusaha annya masih dapat kita percaya -
ya kalau menurut saya si harus,,,
ya selama kita bekerja disitu ya kita harus ikut berkontri busi
ya,,etis etis ajah cuman kan
itu kan hak setiap orang ya
tergant ung tujuan orang itu diperus ahaan
Seseora ng berpinda h itu tergantu ng orang tersebut yang memiiki tujuan tertentu dalam bekerja Kesetiaa n pada perusaha an hal yang penting dan harus dimiliki pekerja
tindaka nnya etis, kalau
Berpind ahpindah empat
212
masing
Pendapat pegawai mengenai loyalitas dalam bekerja
-
sangat penting lah
-
ee,,loyalit as menurut saya juga sangat dibutuhk an
-
-
Tindakan pekerja ketika adanya tawaran bekerja di tempat lain yang lebih
-
ya saya belum kepikiran
-
-
-
-
loyalitas dalam bekerja sangat penting apalagi perusaha an kaya kereta api menurut saya kalau saya untuk dikereta api ya itu saya bilang saya sudah 20 tahun
tergantun g orangnya tadi mba
etis ajah
seseora ng pindah dan bisa dijaga rahasia nya
ya penting sekali untuk kemajuan perusaha an
selama kita bekerja disitu kita harus loyalitas
kalau disini tidak terasa layalita s itu
kan orang gini ada yang lebih baik lagi belum tentu kondisi kerja lebih baik lagi
kalau saya si menurut saya sig ga ada yang benar benar baik
-
bekerja merupak an tindakan yang etis saja tergantu ng orang tersebut Loyalita s adalah hal yang penting dimiliki pekerja apa lagi pekerja PT KAI Tawaran bekerja ditempat lain belum tentu memberi kan yang lebih baik karena
213
jadi sudah mendara h daging
Kepercayaan pegawai terhadap nilai kesetiaan pada perusahaan
-
saya itu kan harusnya berterima kasih sekali sama perusaha an
Seseoran g akan setia terkait 2 aspek tadi tok
-
-
Pendapat pekerja terhadap seseorang yang sepanjang karirnya bekerja di satu
-
no problem ya mungkin
ya itukan tinggal anu ya individun
-
-
berpinda h artinya harus menyesu aikan diri kembali memulai dari awal selama iya betul percaya Kesetiaa ini meskipun akan n akan perusaha banyak kesetiaa tercipta an masih tawaran n jika dapat yang terhada perusaha kita lebih baik p an dapat percaya, diluar perusah dipercay ,selama sana aan a dan perusaha menyan annya gkut masih kenyam dapat anan kita pegawai percaya di perusaha an tersebut Itu kalau Ya tidak : bagus Tidak tergantu menurut masalah bagus masalah ng saya si apalagi saja bekerja watak ya,,,ee,,di kereta api kenapa di satu
214
perusahaan
yang pindahpindha itu ga betah
ya
Keinginan berwirausaha dari pegawai PT KAI
-
ada,,ada dan kebetulan itu kesepakat an saya dengan istri
Terdapat kebijkan K3 yang tertulis, tertanggal, ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus,
-
-
-
-
-
Itu sudah jadi rencana dari awal
orang ya mba
a berarti orangnya total mba cuma ya bagus juga
ini bukan perusaha an yang monoton
tidak
ada si berfikir untuk kesana
ee,,,bisa juga
berfikir si,,cuma berfikir ajah cuma belum kesampea n kalau
sedang merinti s, istri yang pegang untuk persiap an pensiun
-
-
Pemenuhan Elemen Pertama PP No. 50 Tahun 2012 -
-
perusaha an sepanjan g karir itu artinya orang tersebut memilik i komitme n yang kuat dan total dalam bekerja Keingin ana berwirau saha memang direncan akan ketika pekerja pensiun -
215
secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 serta komitmen terhadap peningkatan K3 Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah melalui proseskonsultasi dengan wakil tanaga kerja
Perusahaan mengkomunikasikan kebijkana K3 kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan, dan pemasok dengan tata cara yang tepat.
oh,,iya lah kalau kita buat kebijakan itu melihat dari lapangan dulu,, observasi dulu setelah kita sesuaikan dengan kebijakankebijakan direksi oh iya kita itu pihak ke 3 itu misalkan dengan vendor
-
-
sifatnya bekerja di rangka bawah mestinya pake ini,,,ini,,i ni,,,sesuai SK ajah
untuk mengko nsep keseluru han kita kan lainlain unit,,jadi melibatk an unit tersebut
-
-
-
-
-
-
-
sementar a ini belum hanya saja kalau misalnya di kantor ada tamu
tempo hari itu sudah disosiali sasikan KUPT, kalau untuk penump ang aku
-
-
-
-
-
Kebijak an dibuat dari observas i dilapang an dan disesuai kan dengan kebijaka n lainnya dari setiap unit Kebijak an dikomun ikasikan dnegan vendor, tamu yang berkunju ng ke
216
rasa sudah ya,,kan dari humas Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang bersifat khusus. Kebijkan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala unuk menjamin bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan dalam peratruran perundangundangan.
Tanggung jawab dan
dipo dan penump ang melalui bagian humas -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
ohh harus kita selalu ada tinjau ulang itu kita dari pusatnya dari SHE nya sendiri, ohh,,iya karena kita kan ini udah ISO ya udah ISO jadi ISO juga kan udah kita harus kontinyuit asnya kalau
-
-
-
iya itu dikaji terus jadi ee,,,
-
-
-
-
-
Tinjauan ulang dilakuka n bersama an dengan sertivika si ISO setiap tahun
-
kalau K3
maksudn
-
-
-
-
-
-
Tanggun
217
wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua pihak yang terkait dalam perusahaan di bidang K3 telah ditetapkan, diinformasikan dan didokumentasikan
untuk K3 disini kan pimpinan tertinggi kan VP DAOP 2 ya itu para manager terkait
Penunjukkan penanggung jawab K3 harus sesuai dengan peraturan perundangundangan
untuk kesehatan berarti disini ada manager unit
Pimpinan unit kerja
jadi beliau
langsung pak Deputi sebagai ketua SC setingkat DAOP ya
ya belum ada itu selaku KUPT itu bertangg ung jawab
-
tapi secara otomatis KUPT
seperti di umpaman ya tetep kebijakan diatas,,se perti disini manajer
-
superviso
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
g jawab wewena ng terpusat pada VP DAOP namun KUPT juga memilik i tanggun g jawab khusus di setiap unit Pnunjuk kan penangg ung jawab secara otomatis diberika n pada setiap pimpina n unit atau manajer Kepala
218
dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas kinerja K3 pada unit kerjanya
yang bertanggu ng jawab sama K3 di DAOP 2
Pengusaha atau pengurus bertanggung jawab secara penuh untuk menjamin pelaksanaan SMK3
monitorin g kalau beliau itu ya laporan laporan, KaDAOP memberik an masukan ya biasanya beliau dalam pembinaa npembinaa n
-
r sampe KUPT namun secara structural KUPT bertangg ung jawab secara keselama tan oh,,iya ada program kerja dia malah untuk safety untuk apa dia ada jadwal
unit secara otomatis bertangg ung jawab atas unitnya
iya,,,dari hasil pelaporan tadi JMI, nanti dikemban gkan ke ini UUK
-
-
-
-
-
-
Tanggun g jawab yang ditunjuk kan penguru s melalui monitori ng yang dilakuka n melalui laporanlaporan, memberi kan pembina an dan
219
Petugas yang bertanggung jawab untuk penanganan darurat telah ditetapkan dan mendapatkan pelatihan
kalau untuk kecelakaa n kerja kita kan punya team unit kesehatan
-
Perusahaan mendapatkan saran-saran dari para ahli di bidang K3 yang berasal dari dalam dan / atau luar perusahaan
yang memberik an keputusan itu pusat
-
Kinerja K3 termuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan lain yang setingkat
bentuk laporanny a biasanya dikasih dari pusat dari SHE untuk dilaporkan ke D5
-
instruksi segera di buat team untuk penangan na kecelakaa n memang ada saya pernah baca setahu saya belumper nah belum pernah denger
penangan an pertama darurat ya bawa ajah langsung ke UKK
-
-
-
-
-
-
itu,,,ya biasanya itu tu biasanya ad SHE itu,,
-
-
-
-
-
-
itu kalau secara berkala tiap bulan
saya kurang begitu ini ya kalau pola pelaporan ya
-
-
-
-
-
-
masukan Petugas yang bertangg ung jawab adalah UUK
Ahli yang diminta saran adalah orangorang SHE pusat Laporan tentang K3 termuat dalam laporan minggua n dari setiap
220
Hasil peninjauan ulang didokumentasikan
iya udah kita
-
-
Ada kalau di di sekretaris DAOP
-
-
-
-
-
-
Jika memungkinkan hasil tinjauan dimasukkan ke dalam perencanaan tindakan manajemen
hasilnya nanti diaplikasi kan yang sebaiknya sebenarny a itu seperti apa
-
Biasanya langsung dip roses untuk minta segera di close
-
-
-
-
-
-
-
Pengurus harus meninjau
sebenerny
-
secara
-
-
-
-
-
-
-
unit yang kemudia n DAOP melapor kan ke D5 melalui SHE Peninjau an ulang didokum entasika n di kantor DAOP Hasil rapat evaluasi dari laporan manajer hasilnya diaplika sikan dan di proses langsun g oleh manajer Kepala
221
ulang pelaksanaan SMK3 secara berkala untuk menilai kesesuaian dan efektivitas SMK3
a itu minimalny a dalam satu tahun itu paling satu kali, sebenerny a memonito ringnya melalui manager tangan kanan beliau
Keterlibatan dan penjadwalan konsultasi tenaga kerja dengan wakil perusahaan didokumentasikan dan disebarluaskan ke seluruh tenaga kerja
biasanya kita tidak pernah melakuka n pertemuan dengan pekerjany a mereka hanya jadi
umum informasi masih toleransi ambang batas aman
-
itu hanya disampai kan secara individu
-
-
-
-
-
-
-
DAOP melakuk an peninjau an satu tahun sekali dengan melihat kondisi masih dalam nilai ambang batas tidakme nimbulk an penyakit akibat kerja Tidak ada konsulta si khusus yang terjadwa l untuk berkons ultasi
222
Terdapat prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahanperubahan yang mempunyai implikasi terhadap K3
Perusahaan telah membentuk P2K3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan
ujung tombak saja biasanya kita tidak pernah melakuka n pertemuan dengan pekerjany a mereka hanya jadi ujung tombak saja -
dengan pekerja iya belum Pakai ada brosur mekanis tadi menya
-
tetap ada kalau di dipo itu
-
-
-
-
-
-
-
Tidak terdapat prosedur konsulta si
-
-
-
-
-
-
Iya ada tapi baru di dipo lok kalau disini belum, kalau ga salah ada instruks inyadar i kantor
P2K3 dibentuk di setiap unit namun baru di Dipo Lokomo tif adanya P2K3
223
Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak atau pengurus
-
-
Cuma tadi ya ketua terus nanti KR paling
-
-
-
-
-
-
Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 sesuai dengan peraturan perundangundangan
-
-
ya sekretaris nya tadi dibentuk dari di ADM atau KR ADM
-
-
-
-
-
-
P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan prosedur pengendalian risiko
-
-
-
-
-
-
-
-
-
pusat -
Ketua diketuai oleh kepala unit masingmasing Sekretar is bukan ahli K3 umum dan merupak an Kepala Ruas ADM sement Kegiata ara n berupa sosialis pembina asi uji an dan coba ini sosialisa sendiri si menggu nakan APAR sosialis asi penggu naan
224
Susunan pengurus P2K3 didokumentasikan dan diinformasikan kepada tenaga kerja
-
-
-
-
-
-
-
-
-
P2K3 mangadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disebarluaskan ditempat kerja
-
-
-
-
-
-
-
-
-
APAR, sosialis asi penggu naan APD, intinya pembin aan terus ee,,keb ersihan juga sudah,, waktu apel
Susunan penguru s di dokume ntasikan dalam email dan di sosialisa sikan lewat apel tiap Pertemu minggu an ada,, dilakuka hasilny n a semingg ditempe u sekali
225
l ya bisa di BB, email
P2K3 melaporkan kegiatan secara teratur sesuai dengan peraturan perundang-undangan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Apabila diperlukan, dibentuk kelompok kerja yang diberikan pelatihan sesuai dengan perundang-undangan Susunan kelaompok kerja yang telah dibentuk didokumentasikan dan di informasikan kepada tenaga kerja
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
dan hasilnya disebark an melalui email atau BB laporan Laporan bulanan hanya nya ada berupa tuh kasus sama kecelaka yang an setiap minggu semingg an juga u sekali -
-
-
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
Tugas dan tanggung jawab Junior Manager Inspector (JMI), Jajaran Seksi Sarana, Jajaran Manajement Dipo Lokomotif dan Dipo Kereta
242
243
244
245
246
247
248
Surat Keputusan Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero) No. Kep.U/07.103/III/7/KA-2014 Tentang Pembentukan Komite Keselamatan di Lingkungan PT KAI
249
250
251
252
253
Lampiran foto informan penelitian
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 1. Informan 1 Manajer SDM
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 2. Informan 5 Manajer Sarana
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 3. Informan 3 JMI 2 B
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 4. Informan 9 Kepala Dipo Lok
254
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 5. Informan 2 JMI 2A
Lampiran foto pemenuhan elemen pertama PP No. 50 tahun 2012
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 40. Banner Komitmen keselamatan Gambar 41. Buku laporan bulanan DAOP 2 Bandung
UPT
255
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 42. Laporan kecelakaan kerja
Gambar 43. Daftar hadir Apel yang
mingguan dari UPT ke DAOP lewat email
dilakukan P2K3 Dipo Lok
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 44. Bukti penyediaan APD di
Gambar 45. Bukti dokumen
bagian sarana
penyediaan APD yang ditandatangan oleh Kepala DAOP
256
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 46. Bukti dokumen penyediaan APD yang ditandatangan oleh Kepala DAOP
Lampiran Foto Fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dipo Lokomotif Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 19. APAR
Gambar 20. Helm
257
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 21. Safety glasses
Gambar 22. Ear plug
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 23. Ear muff
Gambar 24. Masker
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 25. Wearpack
Gambar 26. Rompi kerja
258
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 27. Sarung tangan kulit
Gambar 28. Sarung tangan karet
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 29. Mantel
Gambar 30. Apron
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 31. Safety Shoes
Gambar 32. Body harness
259
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 33. Rambu Keselamatan
Fambar 36. Rambu perigatan
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 37. Lembar pemeriksaan APAR
Gambar 38. Kotak P3K
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung Gambar 39. Unit Kesehatan DAOP 2 Bandung
260
Lampiran foto Fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dipo Kereta Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 6. APAR Dipo Kereta
Gambar 7. Kotak P3K Dipo Kereta
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 8. Rambu keselamatan Dipo
Gambar 9. Rambu Keselamatan Dipo
Kereta
Kereta
261
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 10. Helm di Dipo Kereta
Gambar 11. Goggles di Dipo Kereta
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 12. Ear muff di Dipo Kereta
Gambar 13. Sarung tangan di Dipo Kereta
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 14. Apron di Dipo Kereta
Gambar 15. Mantel di Dipo Kereta
262
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 16. Baju Khusus bahan kimia
Gambar 17. Safety Shoes
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Sumber: Dokumen DAOP 2 Bandung
Gambar 18. Lembar pemeriksaan
Gambar 19. Unit Kesehatan DAOP 2
APAR
Bandung
263
264