1
Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keterampilan Meronce Siswa Kelas V SDN 82 Pekanbaru Oleh Lidia Febrina1, Zariul Antosa2, Neni Hermita3 Abstract Background of this research is low skills of student’s in meronce. Purpose of this research is to improve student’s learning skills of meronce cultural arts and skills. This study use classroom action research design implemented in SDN 82 Pekanbaru at V grade with 29 student’s. Result of the skill assessment meronce, show in beginning the average value is 43.10 on meronce skills assessment in the first cycle increased by an average of 66.20. While in the second cycle assessment meronce skills increased with the average value being 85.17. It can be concluded that by using contextual learning model can improve the skills of student of class V meronce SDN 82 Pekanbaru. Keywords: Contextual Model Of Learning, Skill Meronce. I. PENDAHULUAN Pendidikan Seni budaya dan keterampilan merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dan juga gabungan mata pelajaran Keterampilan dan Kesenian. Sebagai sarana pendidikan, pendidikan seni Budaya dan Keterampilan mempunyai banyak peranan terutama bagi tingkat perkembangan usia siswa Sekolah Dasar seperti tercantum dalam KTSP 2006 yaitu : (a) Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan, (b) Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan, (c) Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan, (d) Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal, regional maupun global. Berdasarkan wawancara dan observasi dengan guru kelas VA Hiliyati yus, S.Pd SDN 82 Pekanbaru, ditemukan masalah yaitu dalam pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) khususnya seni kerajinan diketahui bahwa pembelajaran meronce tidak terlaksana dengan baik hal ini disebabkan guru tidak melengkapi informasi dengan praktek serta tidak mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan karena guru tidak memahami konsep pembelajaran dan juga guru kurang merujuk pada kurikulum SBK yang ada, guru memberikan pembelajaran hanya sekedar teori dan pengertian meronce saja tanpa disertai praktek dan tidak sesuai dengan kurikulum SBK serta siswa tidak diberi kesempatan lanjutan untuk latihan dirumah tentang meronce yang telah dipelajari sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai. 1
Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, e-mail
[email protected] Dosen pembimbing I, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail
[email protected] 3 Dosen pembimbing II, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,e-mail
[email protected] 2
2
Selain itu, hasil karya siswa yang dipajang di dalam kelas kebanyakan adalah kerajinan yang dibeli bukan dari hasil karya siswa sendiri. Sesuai data awal pada aspek keterampilan meronce dari jumlah 29 orang dijumpai 6 siswa yang terampil membuat karya roncean atau 21%, 9 siswa yang cukup terampil atau 31% dan 14 siswa kurang terampil atau 48%. Berdasarkan permasalahan penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keterampilan meronce. Rumusan penelitian adalah, apakah Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan keterampilan meronce siswa Kelas V SDN 82 Pekanbaru ?. Tujuan penelitian sesuai rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan meronce siswa kelas V SDN 82 Pekanbaru dengan menerapkan Model Pembelajaran Kontekstual. Model pembelajaran kontekstual (contekstual teaching and learning) adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan teori yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Menurut Andreas Harefa dalam buku Lazim (2010: 87). Keterampilan meronce adalah kemampuan yang memiliki keahlian yang dapat bermanfaat untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat, dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar. Hubungan model pembelajaran kontekstual dan keterampilan meronce dengan diterapkannya model pembelajaran kontekstual maka dapat meningkatkan keterampilan meronce karena model ini menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang sangat mudah dan cepat dimengerti oleh siswa. II. METODOLOGI PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD sebanyak 29 orang yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September dan Oktober 2012. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 82 Pekanbaru, Jalan Thamrin No.69 sail. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah (a). Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran (b). Teknik tes digunakan untuk mendapatkan hasil pemahaman tentang pengertian meronce siswa (c). Teknik non tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan meronce siswa (d). Dokumentasi sebagai bukti dan pendukung dalam penelitian berupa foto-foto kegiatan pembelajaran. Penelitian dilakukan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keterampilan meronce siswa kelas V SDN 82 Pekanbaru semester 1 menggunakan penerapan model pembelajaran kontekstual yang menghubungkan pembuatan roncean dengan menggunakan bahan buatan atau bekas yaitu gelas minuman kemasan (teh gelas) dan minuman botol mizone. Yang sebelumnya telah diambil data awal sampai penilaian keterampilan siklus II. Penelitian ini dilaksanakan dua tahap kegiatan, yaitu tahap pertama data awal pada tanggal 19 september 2012 kemudian, pelaksanaan proses pembelajaran tentang meronce dan membuat roncean tirai dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dilaksanakan empat kali pertemuan, yaitu tanggal 21 september 2012 sampai
3
tanggal 20 oktober 2012. Kemudian untuk mengetahui keterampilan meronce yang telah didemonstrasikan sesuai dengan model pembelajaran kontekstual digunakan lembar penilaian proses dan hasil keterampilan meronce yang dilakukan setiap akhir pertemuan siklus I dan siklus II yaitu pada tanggal 28 september dan 20 oktober 2012. Dalam penelitian ini, data yang diambil melalui teknik deskriptif dan kualitatif yang akan diolah berdasarkan lembar penilaian yang telah di isi oleh observer dan peneliti. Lembar keterampilan membuat roncean dinilai berdasarkan penilaian proses 60% dan penilaian hasil 40% masing-masing penilaian mempunyai 3 dan 2 kategori penilaian yang diisi oleh peneliti dan observer dengan kriteria penilaiannya ada 4 yaitu sangat terampil, terampil, cukup terampil dan kurang terampil. Untuk mengetahui perolehan nilai lembar aktivitas guru/siswa dan lembar penilaian meronce dapat digunakan rumus sebagai berikut: 1. Aktivitas Guru Aktivitas guru yang diamati sesuai dengan model pembelajaran kontekstual yang terdiri dari 7 aspek dengan empat kategori yaitu 1 sampai 4. Maka skor maksimalnya adalah 28 (7 x 4). Dengan demikian, untuk memenuhi kriteria pada table aktivitas guru maka skor di atas dikonversikan ke nilai 100 dengan rumus : Nilai Maksimal = = 100 Nilai Minimal = = 25 Maka nilai maksimal adalah 100 dan nilai minimal adalah 25. Untuk menentukan range nilai pada interval tabel aktivitas guru menggunakan rumus : Range = Nilai Atas – Nilai Bawah (Iraini dalam Seprina 2011:23) Jumlah Kategori = 100 – 25 = 18,75 4 Untuk menentukan keberhasilan guru dalam aktivitasnya digunakan rumus sebagai berikut: P= (Arikunto dalam Seprina 2011 : 23) Keterangan : P = Nilai aktivitas guru F = Jumlah nilai aktivitas guru N = Jumlah skor aktivitas ideal (maksimal) Jadi kriteria aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.2 Interval dan kategori aktivitas guru Interval Kategori Sangat baik ≥ 81,25 – 100 Baik ≥ 62,5 - < 81,25 Cukup ≥ 43,75 - < 62,5 Kurang ≥ 25 - < 43,75 2. Data Aktivitas Siswa ( terlampir) Data aktivitas siswa yang dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan siswa yang dilaksanakan dengan memberi tanda ceklis (√) sesuai dengan keadaan yang terjadi. Analisis data tentang aktivitas siswa berdasarkan
4
penilaian proses dan hasil, pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran dengan melihat kesesuaian antara perencanaan dan tindakan yang dilakukan. Aktivitas siswa yang diamati terdiri 7 aspek dengan empat kategori 1 sampai 4. Maka skor maksimalnya adalah 28 (7 x 4) dan skor minimalnya adalah 7 (7 x 1). Dengan demikian, untuk memenuhi kriteria pada tabel aktivitas siswa maka skor di atas dikonversikan ke nilai 100 dengan rumus : Nilai Maksimal = = 100 Nilai Minimal
=
= 25
Maka nilai maksimal adalah 100 dan nilai minimal adalah 25. Untuk menentukan range nilai pada interval tabel aktivitas siswa menggunakan rumus : Range = Nilai Atas – Nilai Bawah (Iraini dalam Julia 2011:24) Jumlah Kategori = 100 – 25 = 18,75 4 Untuk menentukan persentase nilai aktivitas siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P== ( Arikunto dalam Seprina 2011 : 23 ) Keterangan : P = persentase aktivitas siswa F = jumlah nilai aktivitas siswa N = jumlah skor aktivitas ideal ( maksimal ) Kriteria aktivitas siswa disajikan dibawah ini : a. Jumlah kategori ada 4 yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang. b. Penilaian tertinggi 100 dan terendah 25. Untuk melihat kategori aktivitas guru dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut : Menentukan rata-rata ( jumlah aktivitas yang terlaksana dibagi jumlah semua aktivitas) Tabel.2.3 Interval dan kategori aktivitas siswa Interval Kategori Sangat baik ≥ 81,25 - 100 % Baik ≥ 62,5 - < 81,25 % Cukup ≥ 43,75 - < 62,5 % Kurang ≥ 25 - < 43,75 % 3. Hasil keterampilan siswa Untuk menentukan hasil keterampilan siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : a. Penilaian proses Nilai Proses = b. Penilaian Produk/Hasil Nilai Hasil = x 40 KTSP (2006:226) c. Nilai Akhir (nilai keterampilan membuat roncean) Nilai Akhir = Nilai Proses + Nilai hasil
5
Interval keberhasilan keterampilan meronce dapat digunakan rumus sebagai berikut: I= ( Iraini dalam Seprina 2011:23) Sehingga dapat dihitung dengan cara: I=
= =
= 18,75
Keterangan : I = Interval Na = Nilai atas Nb = Nilai bawah K = Kategori Jadi kriteria keterampilan meronce siswa dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.4 Interval dan kategori keterampilan meronce Interval Kategori Sangat terampil ≥ 81,25 – 100 Terampil ≥ 62,5 - < 81,25 Cukup terampil ≥ 43,75 - < 62,5 Kurang terampil ≥ 25 - < 43,75 III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuan dilakukan selama 2 jam pelajaran dengan waktu 2x40 menit. Setiap kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran kontekstual dan didukung oleh lembar aktivitas guru/siswa dan lembar penilaian keterampilan. Dan pada setiap siklus diberikan penugasan membuat roncean tirai, yang hasilnya digunakan sebagai landasan untuk melakukan siklus berikutnya. Tindakan Siklus I Pada siklus I materi yang disajikan dalam pembelajaran adalah perkembangan pengertian meronce. Perangkat pembelajaran yang dipersiapkan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari jumat tanggal 21 september 2012 selama 2 jam pelajaran (2x40 menit) pada jam pelajaran ke 3 dan 4, dengan materi pengertian meronce. Jumlah siswa yang hadir adalah 29 orang. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru berpedoman pada RPP yang telah dibuat. Pada awal pembelajaran guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, menyiapkan siswa dan mengabsen kehadiran siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang pengertian meronce dan macam-macam bahan membuat roncean dalam bentuk tirai. Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menjelaskan tentang materi pelajaran yang akan disampaikan yaitu tentang pengertian meronce dan cara serta bahan membuat roncean, kemudian siswa mengklasifikasikan bahan dan alat yang digunakan dalam teknik membuat roncean dari contoh-contoh yang diperlihatkan guru dengan bahan yang berbeda dan memberikan beberapa evaluasi berbentuk tes tertulis tentang
6
pengertian meronce dan cara serta bahan yang digunakan dalam membuat roncean tirai. Kemudian guru melakukan tanya jawab tentang pengertian dan cara membuat roncean. Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok menjadi 6 kelompok. Selanjutnya guru mendemonstrasikan cara membuat roncean. Kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk menjelaskan kembali tentang pengertian dan cara membuat meronce. Sebelum menutup pelajaran guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu membuat roncean dari bahan buatan atau bekas (gelas minuman kemasan) sesuai dengan yang telah didemonstrasikan oleh guru. Pada saat pembelajaran berlangsung, pada pertemuan pertama ini nilai aktivitas siswa masih rendah karena siswa belum dapat mengikuti langkahlangkah pembelajaran kontekstual yang ditetapkan dalam rencana pembelajaran dengan baik. Siswa masih pasif dalam melakukan kegiatan yang diberikan guru dan masih ada siswa yang belum mampu dan malu untuk mengemukakan pendapat tentang materi yang telah dipelajari. Siswa juga tidak mencatat tujuan pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru pada buku catatan, pada saat guru mendemonstrasikan cara membuat roncean tirai, siswa tidak memperhatikan cara membuat roncean tirai pada materi membuat roncean tirai. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari jumat tanggal 28 september 2012 selama 2 jam pelajaran (2x40 menit) pada jam pelajaran ke 3 dan ke 4, dengan materi pengertian meronce. Pada pertemuan kedua ini materi yang diberikan adalah membuat roncean tirai gelas minuman kemasan sebelum guru memulai kegiatan belajar guru memeriksa kelengkapan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat roncean tirai gelas minuman kemasan. Selanjutnya guru menyuruh siswa untuk membuat roncean tirai dan guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat roncean setelah selesai membuat roncean tirai guru dan siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari. Refleksi Siklus I Pada siklus I ada beberapa kekurangan atau kelemahan yang terjadi pada saat proses belajar mengajar berlangsung baik dari cara guru menyampaikan materi pembelajaran maupun pada saat aktivitas siswa, kurang aktif bertanya tentang teori yang diberikan maupun cara untuk membuat roncean tirai yang benar, sehingga pada saat penilaian keterampilan masih banyak nilai siswa yang masih kurang dari ketuntasan yang ditetapkan walaupun siswa sudah banyak yang terampil. Keterampilan dalam membuat roncean tirai pada siklus I sudah mengalami peningkatan dari data awal, namun masih banyak siswa yang belum mendapat kategori sangat terampil atau yang mencapai nilai yang ditetapkan dari sekolah. Kekurangan atau kelemahan yang ada pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II terutama pada aktivitas guru dan siswa juga pada keterampilan berikutnya. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pada pertemuan pertama siklus ke II dilaksanakan pada hari jumat, 19 oktober 2012 dengan materi pelajaran membuat roncean tirai botol mizone. Jumlah siswa yang hadir sebanyak 29 orang. Pada siklus ke II ini guru lebih menekankan pada cara yang digunakan untuk menghasilkan roncean yang baik. Pada pertemuan ini siswa membuat roncean tirai yang telah ditentukan dan guru
7
membimbing siswa yang tidak bias membuat roncean tirai botol mizone. Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari jumat tanggal 26 oktober 2012, dengan materi pelajaran membuat roncean tirai botol mizone, melanjutkan pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini siswa sudah banyak yang mengikuti langkah-langkah model pembelajaran kontekstual. Siswa sudah mencatat tujuan pembelajaran pada buku catatan khusus mata pelajaran SBK. Pada pertemuan ini siswa diminta untuk menjelaskan kembali tentang bahan dan cara membuat roncean tirai botol mizone dimulai dari merancang hingga menjadi produk roncean tirai botol mizone. Refleksi Siklus II Pada siklus II proses pembelajaran sudah menunjukkan hasil yang meningkat lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Pada aktivitas guru dan siswa meningkat dalam kategori sangat baik. Namun masih terdapat kelemahankelemahan dari masing-masing aktivitas, pada aktivitas guru dalam hal membagi siswa dalam kelompok. Sedangkan pada aktivitas siswa tentang masuk kedalam kelompok sesuai yang ditentukan guru masih ada siswa yang menggangu anggota kelompok lain sehingga tidak mau menempati tempat duduk yang ditentukan guru. Analisis Deskriptif Hasil Keterampilan Data hasi observasi siklus I dan siklus II tentang aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut : Pertemuan No. Aspek yang diamati Siklus I Siklus II 1 2 1 2 1 Guru menjelaskan tentang materi 2 3 4 4 pelajaran yang akan disampaikan 2 Dengan bertanya jawab guru dan 3 3 3 4 siswa mendeskripsikan cara membuat roncean 3 Guru melakukan Tanya jawab 2 2 3 3 tentang cara membuat roncean 4 Guru membagi siswa dalam 2 3 4 3 kelompok 5 Guru mendemonstrasikan cara 3 4 3 4 membuat roncean 6 Guru meminta siswa untuk 2 2 3 4 menjelaskan kembali tentang cara membuat roncean 7 Guru melakukan penilaian melalui 2 2 3 4 proses dan hasil dengan produk yang telah dihasilkan Jumlah skor 15 19 23 26 Persentase 53,57 67,85 82,14 92,85 Kategori Cukup Baik Sangat Sangat baik baik
8
Pada tabel di atas dapat dilihat peningkatan aktivitas guru dari pertemuan pertama siklus I dengan jumlah yang diperoleh 15 dan persentase 53,5 dengan kategori cukup. Sedangkan pada pertemuan kedua siklus I jumlah nilai aktivitas siswa pada pertemuan ini berjumlah 19 nilai ini naik 4 poin dari pertemuan pertama siklus I dengan persentase 67,85 dari pertemuan pertama siklus I dengan kategori baik. Pada pertemuan pertama siklus II jumlah yang diperoleh dari aktivitas guru adalah 23 dengan persentase 82,14 dengan kategori sangat baik naik 4 poin dari pertemuan kedua siklus I. Sedangkan pada pertemuan kedua siklus II nilai aktivitas guru pada pertemuan ini mendapat nilai 26 dengan persentase 92,85 dengan kategori sangat baik. Data hasi observasi siklus I dan siklus II tentang aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut : Pertemuan No Aspek yang diamati Siklus I Siklus II . 1 2 1 2 1 Siswa mendengarkan penjelasan 2 3 4 4 guru tentang materi pelajaran 2 Siswa mengajukan pertanyaan 2 3 3 3 tentang cara membuat roncean 3 Siswa menjelaskan pertanyaan 2 2 3 4 guru tentang cara membuat roncean 4 Siswa masuk kedalam kelompok 2 3 3 3 sesuai yang ditentukan guru 5 Siswa memperhatikan dan 3 4 3 4 mencoba membuat roncean sesuai yang didemonstrasikan guru 6 Menjelaskan kembali tentang cara 2 2 3 4 membuat roncean 7 Mengikuti pembelajaran sesuai 2 2 3 4 langkah-langkah pengerjaan dan indikator penilaian yang ditentukan Jumlah skor 15 19 22 25 Persentase 53,5% 67,85% 78,57% 89,28% Kategori Cukup Baik Baik Sangat baik Pada tabel di atas dapat dilihat peningkatan aktivitas siswa dari pertemuan pertama siklus I dengan jumlah yang diperoleh 15 dan persentase 53,5% dengan kategori cukup. Sedangkan pada pertemuan kedua siklus I jumlah nilai aktivitas siswa pada pertemuan ini berjumlah 19 nilai ini naik 4 poin dari pertemuan pertama siklus I dengan persentase 67,85% dari pertemuan pertama siklus I dengan kategori baik. Pada pertemuan pertama siklus II jumlah yang diperoleh dari aktivitas siswa adalah 22 dengan persentase 78,57% dengan kategori baik naik 3 poin dari pertemuan kedua siklus I. Sedangkan pada pertemuan kedua siklus II nilai aktivitas siswa pada pertemuan ini mendapat nilai 25 dengan persentase 89,28% dengan kategori sangat baik.
9
Hasil Keterampilan Meronce Siswa Dari hasil keterampilan meronce siswa siklus I dan siklus II, pada siklus I dari jumlah keseluruhan siswa 29 orang, yang mendapat kategori sangat terampil hanya 4 orang, kategori terampil sebanyak 15 orang, dan kategori cukup terampil 10 orang. Sedangkan pada siklus II siswa yang mendapat kategori sangat terampil meningkat menjadi 20 orang dan kategori terampil 9 orang. Berdasarkan hasil analisis data dari hasil karya siswa membuat roncean siklus I dan siklus II maka penerapan model pembelajaran kontekstual ini dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa serta keterampilan meronce siswa dengan beberapa hal seperti : Pada lembar pengamatan aktivitas guru, pada siklus I rata-rata peningkatan aktivitas guru adalah 67,85 (baik) mengalami kenaikan pada siklus II dengan rata-rata 92,85 (sangat baik). Pada lembar pengamatan aktivitas siswa, pada siklus I ratarata peningkatan aktivitas siswa adalah 67,85% (baik) mengalami kenaikan pada siklus II dengan rata-rata 89,28% (sangat baik). Untuk mengetahui peningkatan keterampilan meronce dari siklus I dan siklus II melalui penerapan model kontekstual siswa kelas V SDN 82 Pekanbaru tahun ajaran 2012-2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.13 Peningkatan hasil keterampilan meronce siswa di kelas V SDN 82 Pekanbaru Interval Kategori Keterampilan Meronce Siswa Data awal Siklus I Siklus II ≥81,25 – 100 Sangat terampil 0 4 20 ≥62,5 - < 81,25 Terampil 6 15 9 ≥43,75 - < 62,5 Cukup terampil 9 10 0 ≥25 - < 43,75 Kurang terampil 14 0 0 Jumlah 29 29 29 Rata-rata nilai 43,10 66,03 85,17 Kategori Cukup Terampil Sangat terampil terampil Pada tabel 3.13 diatas dapat dilihat adanya peningkatan antara data awal, siklus I dan siklus II. Dari rata-rata nilai data awal 43,10 meningkat disiklus I menjadi 66,03 atau sebesar 22,93 poin, dari siklus I meningkat kesiklus II menjadi 85,17 atau meningkat sebesar 19,14 poin. Untuk lebih jelasnya peningkatan keterampilan meronce dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
10
85.17
90 80 66.03
70 60 50
cukup terampil
43.1
40
terampil
30
sangat terampil
20 10 0 Data Awal
siklus I
Siklus II
Gambar 4.8 Grafik Peningkatan Keterampilan Meronce Siswa Kelas V SDN 82 Pekanbaru Dari Data Awal, Siklus I dan Siklus II Berdasakan grafik 4.8 keterampilan meronce siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan dibandingkan dengan data awal, peningkatan itu terjadi karena telah diterapkannya model pembelajaran kontekstual dengan sangat baik. Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kontekstual ini dinilai berhasil karena dapat meningkatkan keterampilan meronce siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keterampilan meronce siswa kelas V SDN 82 Pekanbaru. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan dan saran sebagai berikut : Simpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas guru sebesar 92,86 dengan kategori sangat baik. 2. Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan rat-rata 89,28% kategori sangat baik. 3. Keterampilan meronce siswa kelas V SDN 82 Pekanbaru meningkat sebesar 85,17 dengan kategori sangat terampil, dengan adanya kolaborasi antara guru dan peneliti pada aspek perencanaan tindakan disertai oleh aktivitas siswa dan guru secara maksimal. Hal ini sesuai dengan hipotesis tindakan yakni “ Jika diterapkan model pembelajaran kontekstual maka dapat meningkatkan keterampilan meronce siswa kelas V SDN 82 Pekanbaru.” Peningkatan keterampilan meronce dilaksanakan II siklus dalam proses pembelajaran siswa dan guru yang terlaksana secara
11
maksimal dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang dapat meningkatkan keterampilan meronce siswa kelas V SDN 82 Pekanbaru. Saran Melalui penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan saransaran kepada pihak-pihak yang terkait sebagai berikut : 1. Model pembelajaran kontekstual dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif memperbaiki proses pembelajaran terutama untuk meningkatkan akivitas guru dan efektivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa serta keterampilan meronce di sekolah dasar. 2. Membiasakan siswa untuk lebih mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya serta hendaknya guru memahami langkah-langkah pembelajaran dengan baik agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif. 3. Menindaklanjuti penelitian ini agar dapat digunakan sebagai dasar melakukan penelitian lanjutan. 4. Agar siswa lebih membiasakan diri belajar sesuai dengan model pembelajaran kontekstual. V. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti dengan hati yang tulus ikhlas mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr.H.M. Nur Mustofa, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau 2. Drs. Zariul Antosa, M.Sn selaku ketua jurusan Ilmu Pendidikan dan sebagai dosen pembimbing I. 3. Drs. H. Lazim. N, M.Pd selaku ketua prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 4. Neni Hermita, M.Pd, selaku dosen pembimbing II. 5. Seluruh dosen di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 6. Kepala Sekolah SDN 82 Pekanbaru 7. Guru kelas VA SDN 82 Pekanbaru yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. 8. Kedua Orang Tua dan Adik saya tercinta yang tidak pernah lelah memberikan saya semangat dan do’a. 9. Seluruh teman Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan semua pihak yang memberikan motivasi dan bantuan, baik secara moril dan materil demi penyelesaian penelitian skripsi ini. VI. DAFTAR PUSTAKA Asmani, Jamal. (2011). 7 Tips Aplikasi Pakem. Jogjakarta: Diva Press. Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
12
Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: Publisher. Dimyati, dkk.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Julia. 2011. Penerapan Teknik Menempel Untuk Meningkatkan Keterampilan Kolase Pada Siswa Kelas I Dalam Seni Budaya dan Keterampilan SDN 031 Bukit Raya. (skripsi). Pekanbaru: Perpustakaan Universitas Riau Mulyasa, E. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Estandar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sanjaya, Wina (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Satria. 2008. Pengertian keterampilan dan jenisnya. Online tersedia: http://id.shvoons.com/business-management(humanresources/u97108pengertian-danjenisnya/ (10 april 2012 ) Saefudin, Udin Sa’ud. (2008). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Seprina. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kreatif Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Meronce Pada Siswa Kelas VA SDN 004 Kecamatan Tampan Pekanbaru. (skripsi). Pekanbaru: Perpustakaan Universitas Riau Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta: DEPDIKNAS Tim Bina Karya Guru. (2007). Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga. Tukiran Taniredja. 2011. Model Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Usman Husaini. (2008) Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara http://s3s3p. wordpress.com/2010/03/10/strategi-pembelajarankontekstual/ http://id.shvoong.com/pengertian-keterampilandanjenisnya/3ixzz/nsMFXZ4d ( 10 april 2012 )