KETERBACAAN BUKU-BUKU TEKS BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHAN AJAR Diajeng Putri Maharani Riverside Learning Centre Dwi Anggani Linggar Bharati Unnes
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keterbacaan buku-buku teks bahasa Inggris sebagai bahan ajar, sedangkan masalahnya adalah: 1) seberapa tinggi keterbacaan buku Let‘s Talk oleh Agustien?, 2) seberapa tinggi keterbacaan buku English On Sky oleh Mukarto? 3) Mengapa keterbacaan dua buku seperti itu? 4) Apakah ada perbedaan signifikan antara keterbacaan kedua buku tersebut? Penelitian ini adalah Deskriptif kualitatif evaluatif, dengan populasi pemakai dua buku tersebut dan sampel sebanyak 180 siswa di enam SMP di Semarang dengan menggunakan cloze test untuk mengetahui tingkat keterbacaan buku,, wawancara dan observasi untuk mengetahui kesulitan para siswa dalam memahami bacaan. Hasil keterbacaan dua buku tersebut ternyata masih kurang memuaskan di enam SMP tersebut, kebanyakan siswa berada pada taraf frustasi, Kesimpulan yang dapat diambil adalah taraf keterbacaan dua buku tersebut masih rendah terutama English On Sky. hasil ini berguna untuk bahan referensi para penulis buku teks Kata kunci: keterbacaan, buku teks, bahan bacaan, siswa SMP.
PENDAHULUAN Kemampuan membaca atau kemampuan untuk membaca teks bacaan, terutama teks bahasa Inggris telah menjadi kepentingan utama bagi siswa SMP, karena itu adalah kebutuhan dasar agar mampu mengembangkan pengetahuan dan ilmu mereka. Kebanyakan buku-buku ilmiah yang tersedia di sebagian besar perpustakaan di Indonesia yang ditulis dalam bahasa Inggris maka dari itu, kemampuan untuk membaca buku teks bahasa Inggris adalah suatu keharusan. Namun, sebagian besar siswa SMP sering menemukan kesulitan untuk memahami pesan dari teks yang mereka baca. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa untuk membaca buku teks; antara lain adalah ketidaksesuaian dari penulis dan latar belakang pembaca, termasuk budaya, pengetahuan dan kode yang sulit untuk ditafsirkan oleh pembaca. Akibatnya pesan yang disampaikan dalam buku ini tidak dipahami. Misalnya, cerita tentang "Joko Tarub", menyampaikan budaya Indonesia, akan mudah dipahami oleh orang Indonesia, khususnya orang Jawa bukan oleh Amerika. Di sisi lain, kisah "Pride and Prejudice" yang ditulis oleh Jane Austin akan mudah dipahami oleh orang Amerika tetapi tidak oleh orang Indonesia karena latar belakang budaya yang berbeda. Latar belakang pengetahuan yang berbeda juga akan memunculkan masalah dalam memahami pesan dari buku teks. Ini adalah alasan mengapa seorang guru harus mencari buku yang digunakan sebagai bahan pengajaran yang memiliki keterbacaan yang baik. Yang dimaksud dengan memiliki keterbacaan yang baik adalah bahwa ia memiliki kesesuaian latar belakang budaya, dan tingkat kesulitan yang sesuai dengan pembaca. Manfaat dari buku teks memiliki tingkat kesulitan yang sesuai adalah bahwa siswa akan merasa nyaman dalam memahami pesan. Siswa SMP yang belajar bahasa Inggris dimaksudkan untuk memperoleh tingkat standar dalam menulis dan membaca dalam bahasa Inggris. Karena mereka masih pemula, materi yang diberikan harus sesuai, menantang dan tidak terlalu sulit atau terlalu mudah. Bahan yang sulit akan mempersulit
66
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN siswa sedangkan yang mudah akan menantang mereka untuk belajar. Penelitian ini mencoba untuk mengevaluasi keterbacaan dari buku teks bahasa Inggris yang banyak digunakan sebagai bahan ajar oleh guru SMP di Semarang, "Let‘s Talk" yang ditulis oleh Joko Siswanto, diterbitkan oleh Erlangga, dan "English On Sky" yang ditulis oleh Mukarto dan diterbitkan oleh Intan Pariwara . Proses Membaca Alami Membaca adalah kemampuan proses kognitif yang menyampaikan beberapa tujuan dan masing-masing tujuan menekankan kombinasi yang agak berbeda dari keterampilan dan strategi. Ini menyoroti bagaimana kemampuan untuk menarik makna dari teks dan menafsirkan makna ini bervariasi sesuai dengan bahasa kedua (L2) kemampuan pembaca (Feathers, 2004). Ini berarti bahwa membaca adalah kegiatan di mana pembaca mencoba untuk memahami ide-ide para penulis melalui teks.Menurut Ituen (1998), pembaca tidak mendekati teks hanya untuk tujuan membaca bahasa itu sendiri, tetapi untuk tujuan lain selain membaca kata-kata di halaman. Ini berarti bahwa seseorang membaca teks bukan untuk membaca kata-kata atau kalimat melainkan untuk mengetahui pesan teks. Esensi Sebuah Buku Sebuah buku didefinisikan sebagai artefak dicetak dan terikat untuk setiap tahun atau program studi(edu.ubc.ca/courses/etec540/May08/goslina/researchtopic/Definition%20textbook.html). Ini berarti bahwa buku adalah bahan cetak yang berisi informasi, ide, dan fakta-fakta di sekitar subjek tertentu. Melalui membaca teks, seseorang mungkin mendapatkan beberapa informasi atau ide-ide dan dia juga dapat mengembangkan keahlian di sebuah bidang studi. Sebuah buku adalah salah satu elemen penting dalam proses belajar mengajar. Tidak ada ajaran tanpa buku teks. Itu selalu disediakan oleh guru setiap kali mereka mengajar sebagai bahan pengajaran. Menarik dan baik buku teks akan memudahkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan mereka.Krashen dan Terrel (1983: 132) menyatakan bahwa ada dua kriteria yang harus dipenuhi dalam menyusun buku teks, yaitu, pertama appropriacy dari tingkat kompleksitas; kedua, minat pembaca. Kompleksitas teks dapat terdiri dari 3 faktor, antara lain kosakata, sintaksis dan semantik. Sebuah buku yang berisi terlalu banyak kata-kata yang sulit akan membuat siswa sulit untuk memahami pesan; Sementara itu, sintaksis terlalu banyak kalimat yang kompleks juga akan membuat siswa sulit untuk memahami teks dan yang terakhir, kesulitan semantik juga akan menghambat pemahaman teks. Konsep Umum Keterbacaan Keterbacaan, didefinisikan oleh Ziriki (2009) seperti membaca kemudahan, terutama karena hasil dari gaya penulisan. Hal ini juga dikatakan tingkat kesulitan membaca dari buku teks dalam kaitannya dengan kelas yang dimaksudkan. Tingkat keterbacaan buku karena itu adalah salah satu faktor yang menentukan pemahaman subjek oleh siswa. Keterbacaan, menurut Frank (2006) dapat digunakan sebagai perkiraan kasar untuk menempatkan bahan tertulis dalam tingkatan kelas yang sesuai. Demikian pula, Uchennah (2002) dalam laporan Keterbacaan dari buku teks bahasa Inggris Sekolah Menengah, menegaskan pengaruh pembacaan pada faktor-faktor seperti kosa kata, kalimat panjang dan kompleksitas kalimat. Dia menyarankan penulis dan penerbit buku untuk menggunakan berbagai formula yang telah dikembangkan dan dibakukan untuk memastikan bahwa "apa yang dihasilkan bagi peserta didik sesuai dengan peserta didik. Abdullah dan Hashim (2007: 3) menggambarkan beberapa faktor yang mempengaruhi keandalan sebagai berikut:
67
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
Diagram 2.1 : Beberapa faktor yang mempengaruhi keterbacaan Keterbacaan V.S. Keterpahaman Terdapat perbedaan besar antara keterbacaan dan keterpahaman. Keterbacaan adalah atribut dari teks and keterpahaman adalah atribut dari pembaca (Harrison, 1980; Jones, 1997). Keterbacaan berfokus pada kesulitan tekstual sedangkan keterpahaman menyangkut interaksi antar variabel teks, tugas, pembaca, dan strategi. Keterbacaan dapat mengakibatkan keterpahaman tetapi belum tentu (Mayer, 2003). Ini berarti bahwa pembacaan merupakan prasyarat untuk pemahaman, jika teks memiliki tingkat frustrasi pembacaan itu berarti bahwa siswa merasa sulit untuk memahami teks, kondisi akumulasi akan membuat mereka enggan untuk memiliki kebiasaan membaca yang baik. Carrell, (1987: 27) berpendapat bahwa "Pemahaman adalah sebuah konsep yang kompleks yang mencakup beberapa faktor perilaku dan kognitif". Tampaknya jelas bahwa selain panjang kalimat dan kompleksitas kosakata ada juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat pemahaman. Bachman (1991) percaya bahwa faktor-faktor seperti: beban kosakata, kompleksitas sintaksis, kepadatan sintaksis, tingkat informasi, dan perkembangan topik dapat mempengaruhi pemahaman. Karena kenyataan bahwa teks-teks yang tidak dapat dibaca tidak bisa dipahami, mengukur tingkat keterbacaan teks adalah sangat penting jika pemahaman diperlukan untuk teks yang dimaksudkan. Mengingat keterbacaan sangat penting dalam pemilihan buku teks, karena tujuan akhir dari membaca buku pelajaran adalah pemahaman (Guzzetti, 2002). Pembacaan teks diukur dengan beberapa prosedur yang disebut formula keterbacaan. Cloze Test Burns, Roe dan Ross (2006) menyatakan bahwa langkah pertama guru dalam membantu anakanak untuk membaca konten materi untuk menyadari sulitnya tugas buku yang mereka buat. Oleh karena itu, guru harus menyesuaikan harapan mereka untuk setiap siswa sesuai dengan kemampuan membaca siswa, sehingga tidak ada anak yang ditugaskan untuk bekerja dengan buku dengan tingkat frustasi mereka, tingkat di mana materi ini sangat sulit yang akan segera membuat frustasi dan siswa tidak akan bisa memahaminya. Salah satu cara untuk guru untuk memperkirakan kesesuaian buku teks bagi siswa, menurut Ziriki (2009) adalah untuk membangun dan mengelola cloze test. Menurut dia, itu adalah untuk penilaian keterbacaan yang cloze test pertama kali gunakan. Dia menggambarkannya sebagai ukuran empiris yang menggunakan kinerja siswa pada teks yang diukur untuk mendapatkan tingkat keterbacaan, menambahkan bahwa itu adalah tes yang dibangun dengan menghapus kata-kata dari seleksi dan membutuhkan kemampuan siswa untuk mengisi kekosongan. Kata-kata yang akan dihapus (cloze item) mungkin secara acak atau dengan prosedur mekanik (setiap n) di mana n biasanya nomor 5 atau di atas. Hal ini dapat digunakan untuk mengukur penguasaan tata bahasa tertentu. Misalnya: "T .... i
68
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN .... tes o .... pemahaman bacaan" (Thematic adalah tes untuk pemahaman membaca). Istilah "Cloze" lebih menegaskan digunakan dengan gagasan penutupan Gestalt dalam pikiran mengacu pada kecenderungan psikologis pada manusia untuk mengisi kesenjangan dalam pola. METODE PENELITIAN Dua langkah yang diambil dalam mengumpulkan data; persiapan dan pelaksanaan. Pada tahap persiapan, peneliti datang ke SMPN 40 Semarang, SMPN 12 Ungaran, SMPN 31 Semarang, SMPN 25 Semarang, SMPN 10 Semarang dan SMPN 13 Semarang untuk melakukan pengamatan berurusan dengan buku-buku yang digunakan untuk pengajaran bahasa Inggris. Kemudian setelah diskusi dengan guru bahasa Inggris di sekolah-sekolah untuk menentukan waktu dan ruang yang akan diberikan, kesediaan guru untuk membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian, dan membuat sebuah karya kisi. Seperti yang disebutkan dalam pasal 1, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan pembacaan buku pelajaran "Let‟s Talk" dan "English On Sky" dan untuk mengetahui apakah ada atau tidak ada perbedaan yang signifikan antara pembacaan buku pelajaran "Let‟s Talk" dan "English on Sky". Kemudian, data yang berupa skor. Setelah mendapatkan skor, peneliti menemukan nilai rata-rata dari kedua nilai buku teks mudah dibaca. Untuk menguji perbedaan ratarata "Let‟s Talk" dan "English on Sky" digunakan t-test. HASIL PENELITIAN Dari analisis data, hasilnya adalah sebagai berikut: • Skor mean keterbacaan dari buku Let‟s Talk untuk setiap sekolah adalah SMPN 40 Semarang adalah 25,23, SMPN 12 Ungaran adalah 51,1, SMPN 31 Semarang adalah 28,78, SMPN 25 Semarang adalah 31,74, SMPN 10 Semarang adalah 24,7, SMPN 13 Semarang adalah 35,4. • Skor mean keterbacaan dari buku English on Sky untuk setiap sekolah: SMPN 40 Semarang adalah 20,99, SMPN 12 Ungaran adalah 48,58, SMPN 31 Semarang adalah 29,67, SMPN 25 Semarang adalah 24,37, SMPN 10 Semarang adalah 25,36, SMPN 13 Semarang adalah 32,42. Rata-rata skor untuk keterbacaan Let‟s Talk adalah 32,81 dan 30,23 untuk English on Sky. Rata-rata perbedaan pembacaan adalah 2,596. • Dari hasil analisis data, dapat dilihat melalui penelitian ini bahwa keterbacaan kedua buku teks yang tidak terlalu memuaskan, semua dikarenakan tingkat frustrasi. Bagaimana bisa hampir semua siswa sebagai subyek penelitian ini tidak dapat memahami apa yang mereka baca secara cepat? Berdasarkan pengamatan dan wawancara sebagian besar guru bahasa Inggris tidak tahu persis apa yang materi dan komponen membaca harus disiapkan dan dilatih untuk siswa mereka. Kurangnya latihan membaca, kurangnya tugas membaca, kebiasaan membaca yang buruk, kurangnya bahan bacaan bahasa Inggris • Ho diterima, berarti Ho: rata-rata dari mean skor buku English On Sky memiliki perbedaan yang signifikan dari skor mean rata-rata Let‟s Talk. Hasil positif menunjukkan bahwa skor rata-rata rata Let‟s Talk lebih tinggi dari rata-rata English on Sky. Keterbacaan Let‟s Talk lebih baik daripada English on Sky, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dari mereka. DISKUSI / INTERPRETASI Semua enam buku teks memiliki nilai yang berbeda dari keterbacaan meskipun sebagian besar sekolah diklaim sebagai Sekolah Standar Nasional. Ini berarti bahwa setiap sekolah memiliki karakteristik siswa, kemampuan, latar belakang, kebiasaan membaca di mana semua mempengaruhi tingkat pemahaman. Bahkan, sekolah Ex RSBI, SMPN 12 Ungaran memiliki hasil yang lebih baik. Sejalan dengan kondisi itu, sebenarnya, semua guru Bahasa Inggris khususnya di SMP harus memperhatikan bahwa mereka harus melatih siswa bagaimana membaca cepat dengan pemahaman yang baik, dengan menggunakan strategi scanning dan skimming, untuk mendapatkan ide-ide utama yang tepat. Penulis buku bahasa Inggris harus memperhatikan buku mereka terutama untuk kelas 69
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN tujuh karena kebanyakan dari mereka masih di tingkat frustrasi, mereka berada di tingkat di mana mereka tidak tahu dengan jelas apa yang mereka baca. Kedua buku teks yang baik membuat siswa merasa frustrasi dalam proses membaca. Para guru harus menjelaskan item kosa kata dan melatih siswa untuk mendapatkan ide-ide utama. Dari hasil wawancara itu menunjukkan bahwa tidak semua siswa memberikan jawaban positif, itu berarti bahwa mereka masih merasa mereka tidak dapat belajar secara mandiri mereka masih membutuhkan buku teks. Dan dari hasil pengamatan itu menunjukkan bahwa ketika mereka melakukan tes mereka berjuang untuk menyelesaikannya tepat waktu tanpa mengetahui bahwa jawaban mereka benar. KESIMPULAN Ada empat kesimpulan untuk menjawab empat pernyataan masalah dalam bab 1, adalah sebagai berikut: Skor mean keterbacaan buku Let‟s Talk untuk setiap sekolah adalah SMPN 40 Semarang adalah pada tingkat frustrasi (peringkat 5), SMPN 12 Ungaran adalah pada tingkat Instruksi (peringkat 1), SMPN 31 Semarang adalah pada tingkat frustrasi (peringkat 4), SMPN 25 Semarang adalah pada tingkat frustrasi (peringkat 3), SMPN 10 Semarang adalah pada tingkat frustrasi (peringkat 6), SMPN 13 Semarang adalah pada tingkat frustrasi (peringkat 2). Skor mean keterbacaan pada English on Sky untuk setiap sekolah SMPN 40 Semarang adalah pada tingkat frustrasi (peringkat 6), SMPN 12 Ungaran adalah di Tingkat instruksi (peringkat 1), SMPN 31 Semarang adalah pada tingkat frustrasi (peringkat 3) , SMPN 25 Semarang adalah pada tingkat frustrasi (peringkat 5), SMPN 10 Semarang adalah pada tingkat frustrasi (peringkat 4), SMPN 13 Semarang adalah pada tingkat frustrasi (peringkat 2). Skor keterbacaan rata-rata untuk Let‟s Talk di enam sekolah itu pada tingkat frustrasi dan untuk English On Sky pada tingkat frustrasi. Rata-rata perbedaan skor keterbacaan kecil yang kurang dari tiga. Dari hasil analisis data, dapat dilihat melalui penelitian ini bahwa keterbacaan dari kedua buku teks yang tidak memuaskan, semua berada pada tingkat frustrasi. Berdasarkan pengamatan dan wawancara sebagian besar guru bahasa Inggris tidak tahu persis apa yang harus disiapkan untuk materi dan komponen membaca harus disiapkan dan dilatih untuk siswa mereka. Berdasarkan hasil perhitungan t-test, perbedaan dari tingkat keterbacaan dari dua buku Let‟s Talk dan English on Sky tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya membuat hampir semua siswa merasa frustrasi ketika mereka membaca teks dalam dua buku. DAFTAR PUSTAKA Bachman, L. F. (1991). Fundamental considerations in language testing. New York: Oxford University Press. Bormuth, John R. (1968) The Cloze Reliability Procedure.' Elementary English 45, 429-436. Burns, P. C., Roe, B. D. and Ross, E. P. (2006). Teaching Reading in Today‟s Elementary Schools (7th Edition). New York. Houghton Mufflin Company. Carrell, P. L. (1987). Readability in ESL. Reading in a Foreign Language, 4(1), 21- 40. Content Standard of KTSP 2006. Jakarta Kemendikbud. Content Standard of Curriculum 2013,Jakarta, Kemendikbud. Educational Services and publications. ______(2013) edu.ubc.ca/courses/etec540/May08/goslina/researchtopic/Definition%20textbook.html. ______Readability Formulas.com (2013) http/ ..................... Feathers, K. M. (2004). Infotext: Reading and learning. Toronto, Ontario: Pippin PublishingCompany. Government Regulation (PP No 19, 2005)
70
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN Guzzetti, B. J. (2002). Literacy in America: An encyclopedia of history, theory and practice: Vol. 1. California: ABC-CLIO. Ituen, S. A. U. (1998). Teaching Secondary Level English. Port-Harcourt; Abicon Jones, K. H. (1997). Analysis of readability, interest level, and writing style of home Economics textbooks: Implications for special need learners. Journal of Vocational Home Economics Education, 12(2), 13-24. Mukarto et al (2007) English On Sky. Jakarta. Erlangga. Nuh, H. (2012). Paparan Mendikbud Kurikulum 2013, Jakarta, Kemendikbud Siswanto, Joko et al (2005). Let‘s Talk, Bandung. Pakar Raya. Suwandi, (1997). Keterbacaan Buku Pengajaran Bahasa Inggris untuk Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Disertasi UNJ, Jakarta, Uchennah, E. M. (2002). A Comparative Analysis of the Readability Level of Three African School Certificate Examinations. Unpublished Ph.D Dissertation, University of Port- Harcourt. Ziriki, L. J. (2009). Readability Levels in selected Novels and plays in Bayelsa StateSecondary Schools. Unpublished Ph.D Dissertation, University of Port-Harcourt.
71