KESETARAAN GENDER DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI DUSUN SAWAHAN DESA SAWAHAN KECAMATAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO CYNTHIA PURNAMA PUTRI 11002006 Subject
: Gender, Program Keluarga Berencana (KB), Pasangan Usia Subur
Description : Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat. Salah satu perbedaan gender yang terjadi di Indonesia adalah permasalahan program keluarga berencana (KB). Fakta menunjukkan bahwa di Indonesia partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesetaraan gender dalam program keluarga berencana (KB) di Dusun Sawahan Desa Sawahan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan studi kasus. Variabel penelitian ini adalah kesetaraan gender dalam program keluarga berencana (KB). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan usia subur di Dusun Sawahan Desa Sawahan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto berdasarkan data bulan Maret 2014 didapatkan 518 pasangan. Sampel berjumlah 176 responden diambil menggunakan simple random sampling. Sumber data adalah data primer yang diambil menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan teknik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden merasakan mengalami diskriminasi gender kategori stereotip yaitu sebanyak 92 responden (52,3%). Keseteraan gender program KB kategori marginalisasi didapatkan sebagian besar responden tidak merasakan mengalami diskriminasi gender kategori marginalisasi yaitu sebanyak 89 responden (50,6%). Keseteraan gender program KB kategori subordinasi didapatkan sebagian besar responden tidak merasakan mengalami diskriminasi gender kategori subordinasi yaitu sebanyak 90 responden (51,1%). Keseteraan gender program KB kategori stereotip didapatkan sebagian besar responden merasakan mengalami diskriminasi gender kategori stereotip yaitu sebanyak 92 responden (52,3%). Masih banyaknya responden yang mengalami diskriminasi gender dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor usia, pendidikan dan pekerjaan. Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan kesehatan, mulai dan tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan,dan rehabilitasi dalam menentukan pemilihan KB oleh karena itu masyarakat khususnya keluarga harus mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi dan selalu berkonsultasi pada tenaga kesehatan.
ABSTRACT Gender is a difference between man and woman in case of role, function, authority, responsibility and behavior formed by social, culture, and tradition. An inequality of Gender in Indonesia appears in case of Family Planning program (KB). The fact shows less participation of man to care about reproductive health in Indonesia. Therefore, the purpose of this research was to know the equality of gender in case of Family Planning program in Sawahan Mojosari Mojekerto. This was qualitative research with case study approach. Then, the variable of this research was gender equality in family planning program (KB). Population of this study was the entre married couples in reproductive age in Sawahan Mojosari Mojokerto. Based on data on March 2014 obtained 518 married couples. Number of sample was 176 respondents taken with simple random sampling. Source of data was primer data which taken with questionnaire. Data analyzed with descriptive technique and presented in the form of distribution frequency table. The result of this research showed that most respondents feel gender discrimination in term of stereotype category. It was about 92 respondents (52.3%). Besides, 89 respondents (50.6%) did not feel discrimination gender in marginality category. Similar to marginality category, 90 respondents (51.1%) also did not feel discrimination gender in sub category. From the result above, it can be concluded that most people still get discrimination gender caused by some factors, for example the age, the education level, and the profession of the people. The family have very important role to stages of the health care, start from stage of health enhancement, prevention, and rehabilitation of deciding family planning program type. Therefore, people especially a family must prepare any possibility that may happen in life and consult it to medical personnel.
Keywords
: Gender, Family Planning (FP)
Contributor
: 1. Sulis Diana, M.Kes. 2. Ch. Widji Utami, SST : 2 Juni 2014 : Laporan Penelitian : : Open Document :
Date Type Material URL Right Summary
LATAR BELAKANG Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat (Marmi, 2014). Salah satu perbedaan gender yang terjadi di Indonesia adalah permasalahan program keluarga berencana (KB). Peningkatan partisipasi pria dalam Program KB dan Kesehatan Reproduksi adalah langkah yang tepat dalam upaya mendorong kesetaraan gender dan menyukseskan pencapaian pembangunan Milenium (MDGs) 2015 (Menkokesra, 2010). Fakta berbicara bahwa kebutuhan akan program KB, termasuk di Indonesia, cukup tinggi. Namun sayangnya, jumlah kebutuhan perempuan akan pelayanan KB yang
belum terpenuhi juga tinggi. Kondisi seperti itu dikenal dengan istilah unmet need. Perempuan dengan unmet need adalah perempuan usia reproduktif yang memilih untuk mencegah atau menunda memiliki anak, tetapi tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan berbagai alasan. Banyak studi melaporkan bahwa relasi gender yang timpang dalam sebuah keluarga cukup berperan terhadap angka unmet need. The Johns Hopkins School of Public Health, Amerika Serikat dalam studinya melaporkan bahwa sikap suami berperan dalam keikutsertaan perempuan dalam KB. Suami yang masih ingin memiliki anak dan menolak kontrasepsi membuat perempuan yang tidak ingin punya anak tidak terakses pelayanan KB. Selain itu, buruknya komunikasi mengenai isu KB pada suami dan posisi tawar istri yang rendah dalam hubungan dengan suami juga menjadi penyebab (Pusat Penelitian Kesehatan UI, 2009). Fakta menunjukkan bahwa di Indonesia partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan bahwa penggunaan kondom dan sterilisasi pada laki-laki hanya 1,3%. Artinya jika di rata-rata maka dari 100.000 laki-laki di Indonesia hanya sekitar 2 orang yang terlibat dalam Keluarga Berencana (KB). Sedangkan survai yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan UI (PPK UI, 2007) di 4 provinsi memperlihatkan adanya kesenjangan gender yang sangat besar pada partisipasi laki-laki dalam Keluarga Berencana (KB), di mana lebih dari 61% adalah perempuan dan hanya 3% laki-laki (Pusat Penelitian Kesehatan UI, 2009). Rendahnya partisipasi pria menjadi peserta KB secara langsung disebabkan terbatasnya macam dan jenis alat kontrasepsi pria, pengetahuan dan pemahaman tentang hak-hak kesehatan reproduksi. Kurangnya komunikasi sejak dini banyak mempengaruhi sudut pandang yang kelirutentang seks dan keperkasaan pria, anggapan yang salah tentang peranan kaumpria/suamidan kedudukan pria/suami dalam keluarga membuat pria jarang yang mau berkonsultasi mengenai masalah reproduksi, seks, serta tingkah laku seksualnya. Gengsi merasa perkasa dan gagah membuat pria/suamisering menyalahkan kaum perempuan/ibu bila terjadi ketidak suburan, penurunan kesehatan dan dayaseksual perempuan/ibu disebabkan seringnya melahirkan, kelayuan tubuh ibu. Program KB selama ini mengarahkan sasaran pada perempuan, sebagian masyarakat masih menganggap KB dan kesehatan reproduksi serta kesehatan ibu dan anak merupakan urusan perempuan dimana keputusan untuk ber-KB, pergi periksa kehamilan, imunisasi bayi diserahkan pada kaumperempuan/ibu. Beberapa pertimbangan mengapa pria/suamiharus imbang berperan dalam KB dan kesehatan reproduksi antara lain pria/suamimerupakan pasangan dalam proses reproduksi, bertanggung jawab secara sosial, mral dan ekonomi dalam membangun keluarga, mempunyai hak-hak kesehatan reproduksi yang samadengan perempuan/misteri (BKKBN, 2014). Oleh karena itu untuk menekan kesenjangan gender dalam program KB diperlukan peningkatan dukungan pengembangan metode kontrasepsi pria; Pengembangan advokasi, KIE, promosi dan KIP/K untuk peningkatan partisipasi pria dalam ber-KB, Peningkatan akses kualitas pelayanan alat kontrasepsi pria, Pengembangan materi dan media advokasi, KIE, promosi dan KIP/K, partisipasi pria dalam ber-KB (Bappenas, 2002). Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul kesetaraan gender dalam program keluarga berencana
(KB) di Dusun Sawahan Desa Sawahan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi atau fenomena dalam menemukan ide baru (Nursalam, 2008:77). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berarti satu orang, kelompok, penduduk yang terkena masalah. Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk menjelaskan kesetaraan gender dalam program keluarga berencana (KB) di Dusun Sawahan Desa Sawahan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Variabel dalam penelitian ini adalah kesetaraan gender dalam program keluarga berencana (KB). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan usia subur di Dusun Sawahan Desa Sawahan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto berdasarkan data bulan Maret 2014 didapatkan 518 pasangan. Sampel pada penelitian ini adalah pasangan usia subur di Dusun Sawahan Desa Sawahan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto BERJUMLAH 176 responden. Penelitian ini menggunakan probability sampling dengan jenis simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Cara ini dipakai jika anggota populasi dianggap homogen. Lokasi Penelitian dilakukan di Dusun Sawahan Desa Sawahan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei 2014 dengan jadwal penelitian terlampir. Sumber data penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan melalui teknik angket. Angket ialah pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden. Jawaban diisi oleh responden sesuai dengan daftar isian yang diterima (Budiarto, 2004). Pada penelitian ini kuesioner diberikan kepada responden kemudian diisi sendiri oleh responden setelah selesai dikembalikan kepada peneliti. Kuesioner ini berisi tentang data umum responden seperti usia, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak. Sedangkan data umum tentang kesetaraan gender tentang program KB. Pada teknik mengolahan data penelitian ini menggunakan program komputer. Untuk mencegah terjadinya kesalahan hasil dari komputer maka diperlukan proses pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti melalui tahap editing, coding, scoring, data entry, cleaning dan Penyusunan data (tabulating). Karena metode penelitian ini maka peneliti hanya menggunakan analisa data univariate (analisis deskriptif). Menurut Notoatmodjo (2010 : 182) analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik tiap-tiap variabel penelitian.
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian didapatkan data bahwa hampir seluruh responden berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 144 orang (81,8%).dari data sebagian besar responden lulusan pendidikan menengah (SMA) yaitu sebanyak 115 orang (65,3%) .dan didapatkan data bahwa sebagian besar responden berstatus bekerja yaitu sebanyak 101 orang (57,4%). Dan didapatkan data bahwa sebagian besar responden mempunyai anak antara 2-4 anak sebanyak 125 orang (71%). Hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagian besar responden tidak merasakan mengalami diskriminasi gender yaitu sebanyak 90 responden (51,5%) dari hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagian besar responden tidak merasakan mengalami diskriminasi gender kategori marginalisasi yaitu sebanyak 89 responden (50,6%). dan dari hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagian besar responden tidak merasakan mengalami diskriminasi gender kategori subordinasi yaitu sebanyak 90 responden (51,1%). Dan hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagian besar responden merasakan mengalami diskriminasi gender kategori stereotip yaitu sebanyak 92 responden (52,3%) Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden tidak merasakan mengalami diskriminasi gender yaitu sebanyak 90 responden (51,1%). Gender diartikan sebagai peran laki‐laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial. Peran‐peran ini dipelajari, dapat berubah dengan berjalannya waktu, dan variasinya sangat berbeda dalam sebuah kebudayaan atau antar kebudayaan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berusia lebih tua cenderung merasakan ketidakadilan gender hal tersebut dikarenakan usia pernikahan mereka lebih lama sehingga hal-hal yang dirasakan setiap hari terutama tentang peran suami dalam program KB dirasa sangat kurang, selain itu responden yang sudah lama menikah bisa menilai secara objektif tentang keikutsertaan suami dalam program KB apakah ikut memberikan masukan atau menjadi akseptor langsung. Selain itu responden yang berusia lebih tua juga telah mengikuti berkali-kali program KB dan merasakan bahwa pada saat mengikuti program KB suami tidak terlalu berperan secara aktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan rendah atau dasar cenderung mengalami diskriminasi gender dari pada responden yang berpendidikan lebih tinggi, hal tersebut dikarenakan responden yang berpendidikan lebih tinggi mampu menerima informasi lebih baik dari pada responden yang berpendidikan lebih rendah. Informasi tentang KB berupa jenisjenis KB, efek samping, keuntungan, kerugian mampu diterima dengan baik oleh responden yang berpendidikan lebih tinggi sehingga mereka mampu merencanakan program KB dengan suaminya sehingga mereka tidak terlalu merasakan terjadinya diskriminasi gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak bekerja cenderung mengalami diskriminasi gender dari pada responden yang bekerja, hal ini disebabkan oleh responden yang bekerja cenderung lebih mampu secara ekonomi sehingga untuk menentukan metode kontrasepsi yang dipakai mereka tidak kesulitan untuk membiayainya sedangkan responden yang tidak bekerja
cenderung tidak bebas memilih program KB yang dipilih karena terkendala masalah biaya. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa diskriminasi gender terjadi ketika semakin banyak anak dari pasangan suami istri. Hal tersebut dikarenakan responden yang mempunyai anak lebih banyak cenderung mempunyai pengalaman yang lebih banyak dalam pemakaian program KB. Pengalaman dalam pemakaian program KB selama ini cenderung dinilai diskriminatif terhadap para istri karena suaminya cenderung kurang berperan aktif seperti memberikan saran untuk pemakaian jenis KB tertentu, atau mengikuti kunjungan ke bidan dalam pelaksanaan program KB. Banyaknya anak juga menunjukkan bahwa responden cenderung mengikuti kontrasepsi jangka pendek seperti suntik atau pil. Pada pemilihan alat kontrasepsi tersebut peran suami juga tidak terlalu nampak. Berdasarkan keseteraan gender program KB kategori marginalisasi didapatkan sebagian besar responden tidak merasakan mengalami diskriminasi gender kategori marginalisasi yaitu sebanyak 89 responden (50,6%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang mengalami diskriminasi marginalisasi juga masih sangat tinggi yaitu sebanyak 87 responden (49,4%). Diskriminasi marginalisasi program KB yang banyak dirasakan oleh responden adalah budaya setempat, laki-laki tidak diperbolehkan mengikuti program KB. Didaerah setempat memang tidak satupun laki-laki yang menjadi akseptor KB MOP karena mereka juga menganggap bahwa program KB yang dilakukan oleh suami dapat mempengaruhi kejantanannya yang akan berakibat tidak harmonisnya hubungan sekskual suami istri. Berdasarkan keseteraan gender program KB kategori subordinasi didapatkan sebagian besar responden tidak merasakan mengalami diskriminasi gender kategori subordinasi yaitu sebanyak 90 responden (51,1%). Hasil penelitian juga menunjukkan masih banyak responden yang merasakan diskriminasi yaitu sebanyak 86 responden (48,9%). Diskriminasi gender yang dirasakan pada kategori subordinasi adalah mereka menganggap bahwa laki-laki mempunyai tugas untuk menafkahi keluarga maka bukan tugas suami untuk mengikuti program KB. Hal tersebut diungkapkan oleh responden bahwa laki-laki tidak berkewajiban dalam program KB apalagi menjadi akseptor KB budaya setempat memang menunjukkan hal tersebut di mana wanita memang diharuskan dalam memilih program KB karena yang merasakan dampak dari program KB lebih banyak kaum perempuan. Berdasarkan keseteraan gender program KB kategori stereotip didapatkan sebagian besar responden merasakan mengalami diskriminasi gender kategori stereotip yaitu sebanyak 92 responden (52,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskriminasi gender kategori stereotip paling dominan didaerah penelitian. Responden ditempat penelitian memang menunjukkan bahwa “label” terhadap program KB memang di khususnya untuk perempuan, bukan laki-laki. Mereka menyatakan program KB tidak baik jika dilakukan oleh suami karena program KB hanya untuk kaum ibu, karena jika KB dilakukan oleh laki-laki akan menimbulkan dampak yang kurang baik seperti hilangnya kejantanannya dan pandangan masyarakat sekitar yang kurang baik jika laki-laki menjadi akseptor KB.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul kesetaraan gender dalam program keluarga berencana (KB) di Dusun Sawahan Desa Sawahan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto tanggal 10-30 Mei 2014 pada 176 responden kesimpulan 1. Keseteraan gender program KB didapatkan sebagian besar responden tidak merasakan mengalami diskriminasi gender yaitu sebanyak 89 responden (50,6%). 2. Keseteraan gender program KB kategori marginalisasi didapatkan sebagian besar responden tidak merasakan mengalami diskriminasi gender kategori marginalisasi yaitu sebanyak 89 responden (50,6%) 3. Keseteraan gender program KB kategori subordinasi didapatkan sebagian besar responden tidak merasakan mengalami diskriminasi gender kategori subordinasi yaitu sebanyak 90 responden (51,1%) 4. Keseteraan gender program KB kategori stereotip didapatkan sebagian besar responden merasakan mengalami diskriminasi gender kategori stereotip yaitu sebanyak 92 responden (52,3%) REKOMENDASI Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan kesehatan, mulai dan tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan,dan rehabilitasi dalam menetukan pemilihan KB oleh karena itu masyarakat khususnya keluarga harus mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi dan selalu berkonsultasi pada tenaga kesehatan. Petugas kesehatan terutama bidan harus selalu mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat diwilayah kerjanya dengan melibatkan keluarga dan masyarakat yang berhubungan dengan kesetaraan gender dalam program keluarga berencana. Diharapkan dapat menambah wacana, wawasan dan informasi ilmiah mengenai kesetaraan gender terutama pada kesetaraan gender dalam program keluarga berencana. Serta dapat menambah katalog perpustakaan. Dalam penelitian ini masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih lanjut meneliti tentang masalahmasalah yang berhubungan dengan kesetaraan gender dalam program keluarga berencana. Alamat correspondensi
: Dusun Krajan, Rt 011/004 Desa Sambirampak Kidul, Kecamatan Kota Anyar, Kabupaten Probolinggo (
[email protected]) (085259709690)