KERJA SAMA ASEAN DAN MITRA WICARA
1.
ASEAN PLUS ONE A.
ASEAN-Republik Rakyat Tiongkok (RRT)
Hubungan kerja sama ASEAN-RRT telah dimulai secara informal pada tahun 1991. RRT dikukuhkan menjadi mitra wicara penuh ASEAN pada ASEAN Ministerial Meeting ke-29 di Jakarta tahun 1996. Kerja sama kemitraan ASEAN dan RRT semakin meningkat ditandai dengan diadopsinya berbagai dokumen penting, antara lain: Joint Declaration of the Heads of State/Government of the Association of the Southeast Asian Nations and the People’s Republic of China on Strategic Partnership for Peace and Prosperity pada KTT ke-7 ASEAN-China di Bali, tahun 2003; Plan of Action of the ASEAN-China Joint Declaration on Strategic for Partnership for Peace and Prosperity di Vientiane, tahun 2004 serta Joint Statement of ASEAN-China Commemorative Summit di Nanning,tahun 2006. Prioritas bidang kerja sama ASEAN dan China meliputi: pertanian, energi, informasi dan teknologi komunikasi (ICT), sumber daya manusia, mutual investment , Mekong development, transportasi, budaya, pariwisata dan kesehatan publik. Para Pemimpin ASEAN dan China pada KTT ke-11 ASEAN-China, di Singapura, sepakat untuk menambah isu ‘lingkungan hidup’ sebagai prioritas bidang kerja sama yang ke-11. Pada November 2002, ASEAN dan China menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation untuk mendirikan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). ASEAN dan China sepakat untuk merealisasikan ACFTA pada tahun 2010 untuk Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan China, dan tahun 2015 untuk Kamboja, Laos, Myanmar dan Viet Nam. Negosiasi Agreement on Trade in Goods dan Trade in Service telah diselesaikan pada tahun 2004 dan 2006, dan mulai diimplementasikan sejak Juli 2007. Dalam masa Keketuaan Indonesia di ASEAN, pada 18 November 2011 telah diadakan Commemorative Summit 20 tahun hubungan kerja sama ASEAN-RRT yang bertepatan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-14 ASEAN-RRT yang menhasilkan Joint Statement of the 14th ASEAN-China Summit to Commemorate the 20th Anniversary of Dialogue Relations. Dalam KTT tersebut para Pemimpin juga meresmikan ASEAN-China Centre yang akan berfungsi sebagai pusat untuk mempromosikan kerja sama perdagangan, investasi, pendidikan dan pertukaran kebudayaan antara ASEAN dan RRT. Dalam kaitan ini, Indonesia telah meratifikasi MOU Pembentukan ASEAN-China Centre melalui Perpres Nomor 75/2011, tanggal 11 Oktober 2011. Kemajuan lain yang cukup menonjol dalam kerja sama ASEAN-RRT tahun 2011 diantaranya tercermin dari disepakatinya Guidelines for the Implementation of the DOC di Bali pada Juli 2011, selain kemajuan di bidang lainnya seperti meningkatnya volume perdagangan dan kerja sama fungsional antara ASEAN dan RRT.
B.
ASEAN-Jepang
ASEAN dan Jepang memulai hubungan dialog informal pada tahun 1973 dan meningkat kepada hubungan formal dengan dibentuknya mekanisme ASEAN-Japan Forum pada bulan Maret 1977. Penguatan kerja sama ASEAN-Jepang ditandai dengan pelaksanaan ASEAN-Japan Commemorative Summit di Tokyo, Jepang tanggal 11-12 Desember 2003 dan ditandatanganinya “Tokyo Declaration for the Dynamic and Enduring ASEAN-Japan Partnership in the New Millennium” serta disahkannya ASEAN-Japan Plan of Action sebagai cetak biru. Komitmen Jepang terhadap terbentuknya Komunitas ASEAN 2015 ditandai dengan “The New Fukuda Doctrine” dimana mantan PM Yasuo Fukuda menyebutkan Japan and ASEAN are " partners thinking together, acting together" yang diucapkan pada14th International Conference on the Future of Asia di Tokyo, Jepang tanggal 22 Mei 2008. Dalam bidang politik-keamanan, kerja sama ASEAN-Jepang diarahkan pada penanganan isu-isu non-tradisional seperti terorisme dan maritime security. Dalam isu ekonomi, ASEAN dan Jepang menekankan pada sektor kemitraan ekonomi dan kerja sama di bidang finansial. Dalam masa Keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun 2011, kerja sama yang menonjol antara ASEAN-Jepang adalah kerja sama manajemen bencana alam. ASEAN dan Jepang bekerja sama sebagai co-chair dalam kegiatan latihan penanganan bencana ARF DiRex di Manado dalam bulan 14-19 Maret 2011. Terkait terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di Jepang diselenggarakan Special ASEAN-Japan Ministerial Meeting di Jakarta pada 9 April 2011 dimana kedua pihak meneguhkan kembali tekad untuk memperkuat kerja sama di bidang penanganan bencana alam. Para Pemimpin ASEAN-Jepang pada KTT ke-14 ASEAN-Jepang di Bali tanggal 18 November 2011 telah membicarakan berbagai kerja sama seperti ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership, Disaster Management, ASEAN Connectivity, People-to-People Contact, isu Myanmar, dan Narrowing Development Gap. Terkait ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership, pertemuan menghimbau agar pembahasan mengenai investasi dan perdagangan jasa dibawah kerangka ASEANJapan Comprehensive Economic Partnership dapat segera diselesaikan. Disamping itu, diharapkan agar kerangka kerja sama tersebut dapat turut mendukung Small and Medium Size Enterprises di negara-negara anggota ASEAN. Selanjutnya, pada KTT ke-14 ASEAN-Jepang pada tanggal 18 November 2011, para Pemimpin ASEAN-Jepang juga mengadopsi Joint Declaration for Enhancing ASEAN-Japan Strategic Partnership for Prospering Together (Bali Declaration) dan ASEAN-Japan Plan of Action 2011-2015. C.
ASEAN-Republic of Korea (RoK)
Kerja sama ASEAN-RoK terjalin pertama kali pada tahun 1989 dengan status sectoral dialogue, kemudian menjadi mitra dialog penuh pada tahun 1991. Kerja sama ASEAN-RoK berlandaskan pada Joint Declaration on Comprehensive Cooperation Partnership yang disahkan pada November 2004 serta pada Plan of Action (PoA) to Implement the Joint Declaration on Comprehensive Cooperation Partnership yang ditandatangani pada tahun 2005. Di bidang politik dan keamanan, aksesi RoK pada Treaty of Amity and Cooperation
(TAC) pada tahun 2004; kerja sama melalui ASEAN Plus Three Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC+3) dan Senior Officials‘ Meeting on Transnational Crime (SOMTC+3) guna memerangi terorisme dan kejahatan internasional menunjukkan komitmen RoK untuk memperkuat hubungan politik dan keamanan dengan ASEAN. Di bidang ekonomi, ASEAN-RoK telah menyelesaikan seluruh perundingan ASEANRoK Free Trade Area yang mencakup Agreement on Trade in Goods, Agreement on Trade in Services serta Agreement on Investment. Untuk membantu meningkatkan perdagangan, mempermudah aliran investasi, mendorong kunjungan pariwisata dan pertukaran misi kebudayaan, ASEAN-RoK, telah meresmikan pendirian ASEANKorea Centre pada bulan Maret 2009. Di bidang sosial dan budaya, kerja sama ASEAN-RoK memberi penekanan pada membantu negara-negara ASEAN dalam mempersempit jurang kesenjangan, disaster management, perubahan iklim serta ketahanan energi dan pangan. Penyelenggaraan ASEAN-RoK Commemorative Summit di Jeju Island, RoK pada tanggal 1-2 Juni tahun 2009 dalam rangka memperingati ulang tahun ke-20 ASEAN-RoK Dialogue telah menghasilkan sebuah Joint Statement yang memuat komitmen ASEAN dan RoK untuk semakin mempererat kerja sama di masa depan. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-14 ASEAN-RoK di Bali, tanggal 18 November 2011, RoK menyampaikan keinginannya untuk membuka Perwakilan RoK untuk ASEAN di Jakarta serta menunjuk duta besarnya pada tahun 2012. Dalam pertemuan tersebut juga dibahas berbagai kerja sama di bidang ASEAN– RoK Free Trade Agreement, ASEAN Connectivity, keamanan pangan, lingkungan hidup, dan isu keamanan di Semenanjung Korea. Seiring dengan semakin meningkatnya volume perdagangan dan kedatangan wisatawan, para Pemimpin ASEAN-ROK menegaskan kembali tekad untuk mencapai target volume perdagangan dua arah sebesar US$150 milyar pada tahun 2015. Pada KTT ke-14 ASEAN-ROK, kedua belah pihak telah sepakat untuk menandatangani Agreement Between the Governments of the Member States of the Association of Southeast Asian Nations and the Republic of Korea on Forest Cooperation (AFoCo) yang ditandatangani oleh Menteri Kehutanan RI pada tanggal 18 November 2011. D.
ASEAN-India
India menjadi mitra wicara penuh ASEAN pada KTT ke-5 ASEAN di Bangkok, Thailand, 14-15 Desember 1995 setelah sebelumnya menjadi Mitra wicara sektoral sejak 1992. Kerja sama ASEAN-India merupakan salah satu kerja sama yang memiliki potensi sangat besar dilihat dari jumlah penduduk, luas wilayah dan letak strategis kedua pihak Pada KTT ke-1 ASEAN-India di Phnom Penh, Kamboja, 5 November 2002 para Pemimpin ASEAN dan India menegaskan komitmen untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang perdagangan dan investasi, pengembangan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi informasi dan people to people contacts. Komitmen ASEAN dan India tersebut dikukuhkan melalui penandatanganan ASEAN-India Partnership for Peace, Progress and Shared Prosperity and Plan of Action pada KTT ke-3 ASEAN-India di Vientiane, Laos tanggal 30 November 2004.
KTT ke-8 ASEAN-India di Ha Noi tanggal 30 Oktober 2010, para Leaders mencatat pembentukan ASEAN-India Eminent Persons Group (AI-EPG) yang memiliki mandat untuk melakukan stock-taking hubungan kemitraan ASEAN-India sejak tahun 1992 dan menyusun laporan/rekomendasi mengenai arah kerja sama ASEAN-India di masa datang dengan membuat ASEAN-India Vision 2020 Document yang direncanakan akan dipresentasikan pada ASEAN-India Commemorative Summit tahun 2012. Pada KTT ke-9 ASEAN-India di Bali tanggal 19 November 2011, para Leaders menyambut baik usulan PM India untuk mengadakan KTT Peringatan ( ASEAN-India Commemorative Summit) di New Delhi, India tanggal 20 dan 21 Desember 2012.Presiden RI telah mengkonfirmasi untuk menghadiri 21st ASEAN Summit and Related Summits (termasuk KTT ke-10 ASEAN-India) dan ASEAN-India Commemorative Summit. E.
ASEAN-Australia
Kerja sama ASEAN-Australia dimulai pada tahun 1974 dan semakin meningkat seiring dengan ditandatanganinya Joint Declaration on ASEAN-Australia Comprehensive Partnership pada tahun 2007 dan Plan of Action yang mencakup kerja sama di bidang politik dan keamanan, ekonomi dan sosial budaya yang berlaku untuk periode 2008-2013. ASEAN-Australia-New Zealand Commemorative Summit pada tahun 2004 telah menekankan komitmen ASEAN dan Australia untuk memperkuat kerja sama. Salah satu tahapan penting kerjasama ASEAN-Australia adalah aksesi Australia ke dalam Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia pada tahun 2005. ASEANAustralia Commemorative Summit diselenggarakan di Ha Noi pada Oktober 2010 dalam rangkaian KTT ASEAN ke-17 untuk memperingati dan merayakan hubungan kemitraan yang telah berusia 36 tahun. Australia telah mengangkat Duta Besar non-resident Ms. Gillian Elizabeth Bird sebagai Duta Besar pertama Australia untuk ASEAN pada tanggal 17 September 2008 (periode 2008-sampai sekarang). Kerja sama ASEAN dan Australia dalam bidang politik keamanan antara lain di bidang kejahatan transnasional, korupsi, penyelundupan manusia, penangkapan ikan illegal, perusakan hutan, disarmament, arms control, dan non-proliferation of Weapons of Mass Destruction. Terkait upaya memerangi terorisme, ASEAN-Australia telah menandatangani ASEAN-Australia Joint Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism pada tahun 2004 di Jakarta . Sedangkan untuk pemberantasan perdagangan dan penyelundupan manusia, ASEAN dan Australia berkolaborasi melalui Asia Regional Trafficking in Persons Project (ARTIP) yang dimulai pada Agustus 2006 -Agustus 2011. Pada KTT ASEAN-Australia di Vietnam, 30 Oktober 2010, PM Julia Gillard secara khusus mengharapkan Australian Human Rights Commission dapat menjalin kerja sama dengan ASEAN Intergovernmental Commission on Human Right (AICHR) dan bersedia menyediakan dana untuk pemajuan hak asasi manusia di kawasan. Australia juga berkontribusi sebesar A$ 10 juta untuk periode 4 tahun guna mendukung Tripartite Action to Protect Migrants within and from the Greater Mekong Subregion from Labour Exploitation (TRIANGLE). Di bidang ekonomi, telah ditandatangani ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA) pada tanggal 26 Februari 2009 di sela-sela KTT ke-14
ASEAN, di Thailand. Kerja sama ekonomi juga didukung oleh ASEAN-Australia Development Cooperation Programme (AADCP) Tahap I (periode 2002-2008) yang bertujuan untuk membantu integrasi ekonomi ASEAN. Program AADCP I (yang berakhir pada Juni 2008) telah dilanjutkan dengan penandatanganan kerja sama AADCP II (periode 2008-2015) pada Juli 2009. Bantuan Australia telah memberikan manfaat yang signifikan bagi integrasi ekonomi ASEAN, penguatan kapasitas dalam kerangka implementasi AANZFTA dan Sekretariat ASEAN. Kemajuan kerja sama ASEAN–Australia juga terefleksikan dalam perkembangan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA). Pada tahun 2011, Indonesia telah melakukan ratifikasi persetujuan dimaksud melalui Perpres Nomor 26 tanggal 6 Mei 2011. Di bidang manajemen bencana, Australia berpartisipasi aktif pada ARF Disaster Relief Exercise di Manado pada tahun 2011. Pada KTT ASEAN-Australia di Ha Noi, 2010, Presiden RI berharap agar ASEAN Coordinating Center for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA) Center dan Australia-Indonesia Facility for Disaster Risk Reduction dapat bersinergi dalam memperkuat capacity-building dalam penanganan bencana di kawasan. Pada KTT East Asia Summit (EAS) ke-6 di Bali, 19 November 2011, para Pemimpin negara-negara peserta EAS, a.l. telah mengesahkan Indonesian-Australian Paper: a Practical Approach to Enhance Regional Cooperation on Disaster Rapid Response yang berisi implementasi praktis untuk mengurangi bottlenecks dalam disaster relief and humanitarian assistance dispatch , pengembangan portal untuk information sharing and resource matching, serta capacity building. Paper ini diharapkan dapat meningkatkan dan memaksimalkan kerjasama yang lebih luas dalam pengelolaan dan penanganan bencana, koordinasi yang lebih baik segera setelah terjadinya bencana dan saat kondisi darurat (emergency rapid response) termasuk persiapan dan kesiapan sebelum terjadi bencana (alert early warning system) melalui mekanisme yang telah ada di ASEAN seperti AHA Centre, ARFDiREX, AADMER, ACDM, Emergency Rapid Assessment Team ASEAN (ERAT). Australia membantu negara-negara anggota ASEAN dalam peningkatan kapasitas untuk mencegah penebangan hutan illegal dan mempromosikan sustainable forest management melalui inisiatif forest dan climate change, serta melalui Asia Pasific Forestry Skills and Capacity Program – program 4 tahun bernilai 15.7 juta USD yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian manajemen hutan dan meningkatkan carbon sequestration performance hutan-hutan di kawasan. Terkait isu climate change dan lingkungan, Australia menginvestasikan A$150 juta untuk periode 3 tahun dan ditujukan untuk mencapai kebutuhan climate adaptation di negara-negara yang rentan, khususnya di kawasan Pasifik dan sekitarnya. Australia berpartisipasi dalam mendukung program Adaptation and Reducing Emission from Deforestation and Degradation in Developing Countries (REDD), maupun cross cutting issues yang meliputi technology transfer, capacity building dan financial mechanism. F.
ASEAN-Selandia Baru
Hubungan kerja sama ASEAN-Selandia Baru diawali pada tahun 1975. Seiring dengan peningkatan kepentingan kedua pihak, ASEAN dan Selandia Baru mempererat kerja samanya dimulai dengan aksesi Selandia Baru pada TAC pada 2005 serta penandatanganan ASEAN-New Zealand Framework for Cooperation 2006-2010, pada Juli 2006. Framework for Cooperation meliputi kerja sama di
bidang ekonomi, politik dan keamanan serta people-to-people education and cultural links . Beberapa komitmen yang dihasilkan dalam framework tersebut antara lain menyangkut work programme untuk mengimplementasikan Joint Declaration to Combat International Terrorism serta meningkatkan capacity building dalam pemberantasan terorisme dan aktifitas transnational crimes lainnya dengan dukungan dari New Zealand’s Asia Security Fund yang telah dibentuk pada tahun 2006. Kerja sama dalam menanggulangi terorisme juga memanfaatkan mekanisme yang telah ada di ASEAN seperti Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation (JCLEC). Di bidang ekonomi, ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) telah ditandatangani pada Februari 2009. AANZFTA dimaksudkan untuk membuka pasar bagi 600 juta orang di wilayah ASEAN, Australia dan Selandia Baru dengan total GDP sebesar USD 2,3 triliun. Kerja sama ASEAN-Selandia Baru memberikan penekanan pada masalah maritime security, ketahanan energi dan pangan serta penanganan bencana alam. Saat ini kerja sama ASEAN-Selandia Baru telah memasuki tahapan Plan of Action to Implement the Joint Declaration for ASEAN-New Zealand Comprehensive Partnership 2010-2015 yang telah disahkan tahun 2010 di Hanoi. Selain itu Selandia Baru juga telah memulai beberapa kegiatan di bawah kerangka four flagship initiatives yang ditawarkan pada tahun lalu yaitu Disaster Risk Management Programme, Agricultural Diplomacy Young Business Leaders, ASEANNew Zealand Scholars Program. Indonesia pada tahun 2011 mendapatkan 50 beasiswa dari ASEAN-New Zealand Scholars Program. Pada Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN-Selandia Baru di Bali tanggal 22 Juli 2011, Selandia Baru menyatakan kesiapannya untuk mendukung proyek-proyek penting ASEAN seperti ASEAN Connectivity dengan menyediakan tenaga-tenaga ahli yang dimiliki untuk membantu pelaksanaan dari proyek tersebut. Senada dengan Australia, kemajuan kerja sama ASEAN – Selandia Baru juga terefleksikan dalam perkembangan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA). Pada tahun 2011, Indonesia telah melakukan ratifikasi persetujuan dimaksud melalui Perpres Nomor 26 tanggal 6 Mei 2011. G.
ASEAN-Rusia
Rusia secara resmi menjadi mitra wicara ASEAN pada Pertemuan ke-29 AMM/PMC di Jakarta pada bulan Juli 1996. Kerja sama ASEAN-Rusia secara komprehensif baru terbentuk tahun 2005, yaitu sejak ditandatanganinya Joint Declaration of the Heads of State/Government of ASEAN and Russian Federation on Progressive and Comprehensive Partnership, Comprehensive Programme of Action to Promote Cooperation between ASEAN and Russian Federation 2005-2015 dan Agreement between the Governments of the Member Countries of the Association of Southeast Asian Nations and the Government of the Russian Federation on Economic and Development Cooperation. Kemajuan kerja sama ASEAN-Rusia yang berkelanjutan dalam bidang dialog politik antara lain dapat dilihat dengan adanya penandatanganan Joint Declaration on Partnership for Peace, Stability and Security in the Asia-Pacific Region tahun 2003 dan Joint Declaration on Cooperation to Combat International Terrorism tahun
2004 serta aksesi Rusia pada Treaty of Amity and Cooperation (TAC) in Southeast Asia tahun 2004. Sebagai acuan bagi kegiatan kongkret dari Programme of Action between ASEAN and Russian Federation 2005-2015, pada Post Ministerial Conference+1 Session (PMC) dengan Rusia di Singapura tanggal 23 Juli 2008 telah diadopsi Roadmap on the Implementation of Comprehensive Programme of Action to Promote Cooperation between ASEAN and Russia 2005-2015. Pada kesempatan ASEAN Post Ministerial Conference+1 Session with Russian Federation di Phuket, Thailand tanggal 22 Juli 2009 telah ditandatangani Memorandum of Understanding mengenai pendirian ASEAN Centre di Moscow State University of International Relations (MGIMO) oleh Sekretaris Jenderal ASEAN dan Rektor MGIMO. Pusat ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat Rusia terhadap ASEAN sehingga dapat mendorong hubungan yang lebih luas antara ASEAN dan Rusia. Tahun 2011 merupakan momentum bersejarah bagi kerja sama ASEAN-Rusia, mengingat negara tersebut untuk pertama kalinya menjadi peserta East Asia Summit (EAS) dimana Menlu Rusia Sergey Viktorovich Lavrov hadir mewakili Presiden Rusia pada KTT EAS di Bali tanggal 17 – 19 November 2011. Pada Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN-Rusia bulan Juli 2011, para Menlu membahas upaya peningkatan kerjasama ASEAN-Rusia, khususnya di bidang ekonomi berdasarkan Comprehensive Programme of Action to Promote Cooperation between the ASEAN and the Russian Federation 2005-2015. Dalam kaitan ini, para Menlu juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam rangka implementasi Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC). Di dalam kesempatan yang sama, pertemuan telah mengesahkan Joint Statement of the Ministers of Foreign Affairs of ASEAN and the Russian Federation on the Occasion of the 15th Anniversary of the ASEAN-Russia Dialogue Partnership. Pertemuan juga sepakat mengenai perlunya mempercepat ratifikasi Agreement on Cultural Cooperation between the Government of the Member States of ASEAN and the Government of the Russian Federation. H.
ASEAN-Uni Eropa
ASEAN dan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), pendahulu Uni Eropa (UE), telah memelihara hubungan dan kerja sama sejak tahun 1972 melalui Special Coordinating Committee on ASEAN (SCCAN) dan ASEAN Brussels Committee (ABC). Hubungan kemitraan ASEAN-UE diformalkan ketika dalam pertemuan para Menteri Luar Negeri (Menlu) ASEAN ke-10, tanggal 5-9 Juli 1977, disepakati formalisasi hubungan dan kerja sama dengan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), termasuk dengan Dewan Menteri MEE, Perwakilan Tetap negara-negara MEE dan Komisi MEE. Pada 7 Maret 1980 hubungan ini dilembagakan melalui penandatanganan ASEAN-EEC Cooperation Agreement. Kerja sama ASEAN-UniEropa (UE) pada tahun 2011 tetap difokuskan untuk mendukung perwujudan Komunitas ASEAN 2015. Kerja sama yang menonjol dalam pilar politik-keamanan antara lain kunjungan ASEAN Inter-governmental Commission on Human Rights (AIHCR) ke UE dan Council of Europe pada bulan Mei 2011 sebagai bentuk dukungan UE atas upaya promosi dan perlindungan HAM di ASEAN dan penyelenggaraan ASEAN-EU Workshop on Preventive Diplomacy and International Peace Mediation pada bulan Oktober 2011 di Bali. Pada bulan Juli 2011, telah dilaksanakan ASEAN-EU Post Ministerial Conference sebagai bagian
dari rangkaian 44th AMM/PMC/18th ARF, dimana kedua pihak berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama untuk kepentingan bersama. Pada pertemuan Menlu ASEAN-UE ke-17 di Phnom Penh tanggal 27-29 Mei 2009, Menlu Thailand atas nama ASEAN telah menandatangani “ASEAN Declaration of Consent to the Accession to the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia by the European Union and European Community”, sementara Perwakilan dari EC dan UE menandatangani “Declaration on Accession to the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia by the European Union and European Community”. Penandatangan kedua dokumen ini merupakan suatu langkah bagi aksesi UE/EC ke TAC. Sampai saat ini, ada 8 High Contracting Parties (HCP) di luar ASEAN yang belum meratifikasi 3rd Protocol. Indonesia telah meratifikasi protokol tersebut pada tanggal 15 November 2011. Dalam pilar ekonomi, ASEAN-UE telah menyelesaikan kerangka Work Plan of ASEAN-EU Programme for Regional Integration Support II (APRIS II) pada 31 Desember 2010. Concluding Seminar untuk mengakhiri kerjasama APRIS II ini secara formal dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2011. Selanjutnya, UE memberikan dukungan kepada ASEAN melalui program baru “ASEAN Regional Integration Support from the EU (ARISE)” atau the ASEAN Economic Integration Support Programme dengan rencana anggaran sebesar €15 juta untukperiode 2011-2015. ASEAN-UE juga telah menyelenggarakan pertemuan pertama ASEANEU Business Summit pada bulan Mei 2011 di Jakarta yang merupakan forum tingkat tinggi untuk para pelaku usaha dan pemerintah untuk meningkatkan hubungan perdagangan antara negara ASEAN dan Uni Eropa, sekaligus melihat peluang bisnis dan investasi di kedua belah pihak. Dalam pilar sosial budaya, kerja sama dilakukan di bawah kerangka Regional EUASEAN Dialog Instrument (READI) yang menaungi kerja sama seluruh dialog sektoral dan isu non-perdagangan. Program READI telah memulai tahapan baru pada tahun 2011. Pada Pertemuan ke-19 JCC di Bali, 12 November 2011 kedua pihak menyampaikan apresiasi atas kemajuan kerja sama ASEAN-UE melalui implementasi Plan of Action (PoA) to Implement the Nuremberg Declaration on an EU-ASEAN Enhanced Partnership (2007-2012), the Phnom Penh Agenda (2009-2010)dan the Indicative List of Activities (2011-2012). Landasan kerja sama jangka menengah ASEAN-UE yaitu Plan of Action (PoA) to implement the Nuremberg Declaration on an EU-ASEAN Enhanced Partnership akan berakhir pada tahun 2012. Untuk itu, guna melanjutkan kerjasama ASEAN-UE telah disepakati untuk memulai penyusunan Plan of Action baru. Saat ini Plan of Action tengah dalam proses penyusunan dan diharapkan final draftnya dapat disahkan pada Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN-UE ke-19, 26-27 April 2012 di Bandar Seri Begawan. Biarpun UE mengalami masalah keuangan, komitmen kerjasama dengan ASEAN masih kuat dan UE tetap berkomitmen untuk secara serius membantu implementasi Master Plan of ASEAN Connectivity (MPAC). I.
ASEAN-Amerika Serikat
ASEAN dan Amerika Serikat telah memulai kerja sama kemitraannya sejak tahun 1977. Melalui Joint Vision Statement on ASEAN–US Enhanced Partnership dengan Plan of Action 5 tahunannya (2006-2011) pada bulan Desember 2006, untuk
pertama kalinya kerja sama ASEAN-AS memiliki payung kerja sama dan rencana aksi yang bersifat komprehensif sebagai komitmen kerja sama ke depan. Sejak tahun 2009, telah dikelompokkan kembali prioritas kerja sama ASEAN-US Enhanced Partnership dalam 8 bidang sesuai ketiga pilar dalam masyarakat ASEAN, yaitu: Politik dan Keamanan: 1) Kejahatan lintas negara, termasuk Counter Terrorism, 2) Capacity Building for Good Governance, the Rule of Law and Judiciary Systems and Human Rights Promotion; Ekonomi: 3) Economic Programs, 4) Finance Cooperation; Sosial Budaya: 5) Science and Technology, 6) Disaster Management, 7) Environment, Climate Change, Food and Energy Security, 8) Education, including Scholarship and Training Programs . Komitmen kerja sama strategis lain adalah the ASEAN-US Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism, yang ditandatangani pada tahun 2002 dan the ASEAN-US Trade and Investment Framework Arrangement (TIFA) yang ditandatangani pada tahun 2006. Mekanisme kerja sama di bidang pembangunan dan ekonomi perdagangan yang telah well established antara lain adalah ASEAN-US Cooperation Plan (ACP) dan ASEAN Development Vision to Advance Economic Integration (ADVANCE). Sebagian besar dana implementasi ACP dikoordinasikan melalui USAID. Dalam pelaksanaan joint actions dari ASEAN-US PoA telah berhasil diluncurkan Fulbright’s ASEAN Visiting Scholars Program untuk pejabat pemerintah, akademisi dan peneliti yang ingin mengkaji isu-isu mengenai hubungan ASEAN-Amerika Serikat. Di bidang ekonomi, ASEAN-US Technical Assistance and Training Facility di Sekretariat ASEAN telah menyelesaikan program tahap I dengan berbagai pengkajian dan workshop mengenai nomenklatur tarif dan ASEAN Single Window dan berbagai workshop, training serta kegiatan lain di bidang IPR yang diorganisir oleh US Patent and Trademark Office dan akan diteruskan dengan tahap II. AS telah menandatangani Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) pada Pertemuan Post Ministerial Conference+1 Session with the United States di Phuket, Thailand tanggal 22 Juli 2009. Tahun 2011 merupakan momentum bersejarah bagi kerja sama ASEAN-Amerika Serikat (AS), mengingat negara tersebut untuk pertama kalinya menjadi peserta East Asia Summit (EAS) dengan kehadiran Presiden Barack Obama di Bali tanggal 17 – 19 November 2011. Perkembangan positif ini disambut baik oleh para Pemimpin ASEAN. Kerja sama ASEAN-AS semakin diperkuat dengan disetujuinya Plan of Action (PoA) to Implement the ASEAN-US Enhanced Partnership for Enduring Peace and Prosperity (2011-2015) oleh para Menlu dalam ASEAN-US Ministerial Meeting (PMC+1) di Bali, 22 Juli 2011 dan telah diadopsi pada Pertemuan ke-3 Pemimpin ASEAN dan AS di Bali, 19 November 2011. PoA dimaksud merupakan blueprint kerja sama ASEAN-AS kelanjutan dari PoA 2006-2011sebagai upaya meningkatkan kemitraan ASEAN-AS ke tingkat yang lebih strategis. Guna mencapai peningkatan kemitraan yang lebih strategis tersebut, Pertemuan juga telah membentuk Kelompok Tokoh Terkemuka/Eminent Persons Group ASEAN-AS. Para tokoh ini diharapkan dapat segera bertemu dan menghasilkan rekomendasi guna dilaporkan ke Pertemuan Pemimpin ASEAN-AS berikutnya. Pertemuan ke-3 Pemimpin ASEAN dan AS juga berkomitmen memperkuat kerjasama di berbagai aspek antara lain implementasi Rencana Kerja 2012 bidang perdagangan dan investasi, serta kerjasama pendidikan melalui beasiswa dan
pelatihan bahasa Inggris untuk ASEAN. Pertemuan membahas pula berbagai isu seperti, Laut Cina Selatan, non-proliferation of nuclear weapon, keterlibatan AS di Asia Pasifik, isu Myanmar, dan isu-isu lainnya. Para pemimpin ASEAN menyambut baik komitmen AS dalam non-proliferation of nuclear weapon, terutama berkaitan dengan upaya aksesi negara pemilik senjata nuklir ke Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ). Terkait isu Myanmar, para Pemimpin ASEAN dan AS menyatakan apresiasi atas perkembangan positif dalam proses rekonsiliasi di Myanmar. AS juga menyampaikan harapan agar kemajuan tersebut terus berlanjut sampai Myanmar mengambil alih Keketuan ASEAN pada tahun 2014. J.
ASEAN-Kanada
Pertemuan formal ASEAN dan Kanada pertama kali dilaksanakan melalui ASEAN Standing Committee (ASC) pada Februari 1977. Komitmen bantuan pembangunan untuk ASEAN berupa ASEAN-Canada Economic Cooperation Agreement (ACECA) ditandatangani pada tanggal di New York, Amerika Serikat 25 September 1981. Sedangkan ASEAN-Canada Joint Cooperation Committee (JCC) dibentuk pada tanggal 1 Juni 1982 sebagai forum dialog bagi ASEAN dan Kanada. Pada tahun 2006, hubungan kerja sama ASEAN-Kanada mengalami pertumbuhan signifikan dengan 2005-2007 ASEAN-Canada Joint Cooperation Work Plan (ACJCWP) yang disepakati pada tanggal 27 Juli 2006 dan ASEAN-Canada Joint Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism pada tanggal 28 Juli 2006. Bertepatan dengan 30 tahun hubungan kemitraan ASEAN-Kanada pada tahun 2007, Post Ministerial Conference (PMC)+1 Session with Canada di Manila, Filipina pada tanggal 1 Agustus 2007, telah mengesahkan 2nd ASEAN-Canada Joint Cooperation Work Plan 2007-2010 (ACJCWP). Untuk tahun 2007-2008, Work Plan tersebut diprioritaskan pada kerja sama di bidang-bidang: 1) Counter-Terrorism and Transnational Crimes; 2) Economic Cooperation; 3) Health Security; 4) Interfaith Dialogue; 5) Technical assistance and capacity building with ASEAN Secretariat. Sebagai implementasi prioritas dalam Work Plan, antara lain telah diselenggarakan ASEAN Workshop on Preventing Bio-Terrorism pada tanggal 12-13 Juli 2007 dan ASEAN Workshop on Forging Cooperation among Anti-Terror Units pada tanggal 23-24 Januari 2008, keduanya dilaksanakan di Jakarta. Implementasi lain adalah ASEAN-Canada Dialogue on Interfaith Initiatives pada tanggal 5-7 November 2008 di Surabaya. Bersama Kanada, Indonesia merupakan co-host dialog tersebut. Dialog tersebut merupakan kegiatan interfaith pertama, baik di ASEAN maupun di antara ASEAN dan mitra wicara. Sedangkan di bidang Hak Asasi Manusia (HAM), telah diselenggarakan Workshop on Supporting the Establishment of a Regional Human Rights Mechanism in ASEAN di Bali pada tanggal 15-17 Mei 2008. Dalam bidang politik lainnya, telah dilakukan penandatanganan Aksesi Kanada terhadap TAC, pada pertemuan 43rd AMM/PMC & 17th ARF, 21-23 Juli 2010 di Ha Noi. Sebagai tindak lanjut Penandatanganan 3rd Protocol Amending the TAC telah dilakukan pada tanggal 23 Juli 2011 di sela-sela rangkaian pertemuan 44th AMM/PMC. Dalam bidang ekonomi, Mengingat berlarut-larutnya proses negosiasi ASEANCanada Trade and Investment Framework Arrangements (TIFA), Pada 2nd ASEANSenior Economic Officials Meeting (SEOM 2/42) sesi Konsultasi dengan Kanada23-
25 Maret 2011 di Singapura, telah disepakati perubahan format ASEAN-Canada TIFA menjadi Joint Declaration between ASEAN and Canada on Trade and Investment. Joint Declaration tersebut telah di-endorsed oleh para Menteri ASEAN pada pertemuan AEM ke-43 bulan Agustus 2011. Adopsi telah dilaksanakan secara simbolis oleh Menteri Perdagangan RI dengan Menteri Perdagangan Internasional Kanada disaksikan oleh seluruh Utusan Tetap Negara ASEAN pada tanggal 2 Oktober 2011. Dalam bidang Pembangunan Sumber Daya Manusia, khususnya technical assistance and capacity building with ASEAN Secretariat, Kanada telah memberikan persetujuan atas proposal ACTIV (ASEAN-Canada Cooperation on Technical Initiatives for the VAP/ the Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015) sebagai fasilitas dukungan expertise dari Kanada melalui Sekretariat ASEAN. Sebagai payung kerja sama ASEAN-Kanada ke depan, telah diadopsi Joint Declaration on the ASEAN-Canada Enhanced Partnership pada PMC+1 Session with Canada, di Phuket, Thailand tanggal 22 Juli 2009, dan Plan of Action to Implement Joint Declaration on ASEAN-Canada Enhanced Partnership (2010-2015)pada pertemuan AMM/PMC ke-43 di Ha Noi, Viet Nam. Tahun 2011 Kanada telah menandatangani 3rd Protocol Amending the Treaty of Amity and Cooperation (TAC). ASEAN dan Kanada juga telah mempersiapkan berbagai kegiatan dalam kerangka memperingati 35 tahun kerja sama dialog ASEAN-Kanada tahun 2012. Pada pertemuan AMM/PMC ke-44 di Bali, Indonesia tanggal 22 Juli 2011, telah diadopsi List of Activities to Commemorate the 35th Anniversary of ASEAN-Canada Relations yang telah disusun oleh para SOM Leaders pada pertemuan 8th ASEAN-Canada Dialogue di Vancouver, Kanada tanggal 2-3 Juni 2011. Pada pertemuan AMM/PMC ke-44 di Bali, Indonesia tanggal 22 Juli 2011, telah diadopsi List of Activities to Commemorate 35th Anniversary of ASEAN-Canada Relations yang telah disusun oleh para SOM Leaders pada pertemuan 8th ASEANCanada Dialogue di Vancouver, Kanada tanggal 2-3 Juni 2011. Rangkaian aktivitas peringatan ditandai dengan lomba desain logo peringatan hubungan kerjasama ASEAN-Kanada yang diikutisekitar 125 peserta. Tanggal 20 Januari 2012 dilakukan Launching 35th ASEAN-Canada Commemoration Ceremony di Sekretariat ASEAN. K.
ASEAN-Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kerja sama ASEAN dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dimulai dengan keterlibatan United Nations Development Programme (UNDP) dalam programprogram kegiatan ASEAN pada awal tahun 1970-an. UNDP ditetapkan sebagai mitra wicara ASEAN pada tahun 1977 dan sejauh ini adalah satu-satunya badan PBB yang mempunyai status sebagai mitra wicara ASEAN. Sejak tahun 2006, UNDP menghentikan kegiatan kerja samanya dengan ASEAN. Selain UNDP, sejumlah organisasi dan badan-badan khusus PBB juga telah melakukan kerja sama dengan ASEAN, yang mencakup kerja sama di bidang politik, ekonomi dan fungsional/sosial-budaya, antara lain UNESCO, UNESCAP, UNAIDS, WHO, ILO, UNICEF, UNHCR, OCHA, dsb. Kegiatan-kegiatan tersebut lebih bersifat ad-hoc dan insidental serta belum merupakan bagian dari kerangka program kerja sama yang terstruktur dan berkesinambungan.
Pertemuan tingkat tinggi antara Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN, Sekjen ASEAN dan Sekjen PBB telah dilaksanakan sebanyak empat kali pada tahun 2000, 2005, 2009, dan 2011. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-4 ASEAN-PBB di Bali, tanggal 19 November 2011, para Pemimpin ASEAN dan Sekjen PBB telah mengesahkan Deklarasi Bersama Kemitraan Komprehensif antara ASEAN dan PBB. Deklarasi ini merupakan “living document” yang akan menjadi landasan bersama untuk kerja sama ASEAN-PBB yang lebih intensif dan konkret ke depan. Terdapat empat prioritas utama kerja sama, yaitu kerja sama politik dan keamanan, ekonomi, sosial budaya, dan kerja sama antar sekretariat. Di dalam KTT tersebut, PBB menyatakan dukungannya terhadap pembentukan komunitas ASEAN 2015, Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC), pembentukan AHA Centre dan keketuaan Myanmar di ASEAN untuk tahun 2014. Sekjen PBB juga menyatakan penghargaannya atas peran aktif Indonesia dalam memfasilitasi upaya penyelesaian damai terhadap sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Untuk mendorong peningkatan kerja sama ASEAN-PBB, KTT menyepakati peningkatan intensitas hubungan dan keterlibatan antara Sekretariat ASEAN dan Sekretariat PBB. L.
ASEAN-GCC
Para Menteri Luar Negeri ASEAN bertemu mitranya dari Gulf Cooperation Council (GCC) pertama kali di sela-sela Sidang Umum PBB di New York tahun 1990. Meningkatnya intensitas kerja sama ASEAN-GCC ditandai dengan kesepakatan untuk meningkatkan kerja sama kedua pihak berdasarkan GCC-ASEAN Joint Vision pada tahun 2009. Untuk mempererat kemitraan ASEAN-GCC maka pada the 2nd ASEAN-Gulf Cooperation Council Ministerial Meeting di Singapura, 31 Mei-1 Juni 2010, ASEANGCC sepakat untuk melaksanakan Two-year Action Plan 2010-2012 yang mencakup kerja sama di bidang perdagangan dan investasi; ekonomi dan pembangunan; pendidikan, kebudayaan dan informasi; serta mekanisme pelaksanaan Action Plan. Sebagai tindak lanjut dari Action Plan tersebut, pada dilaksanakan tiga pertemuan Working Groups yaitu:
tahun 2011
a.
Bidang Ketahanan Pangan dan Investasi Pertanian, 3-4 Mei Doha, Qatar.
b.
Bidang Pariwisata, 21-25 Juni 2011, di Luang Prabang, Laos.
c.
Bidang Perdagangan dan Investasi, 1-12 Juli 2011 di Salalah, Oman
telah
2011, di
Pada pertemuan ASEAN-GCC di New York tanggal 26 September 2011 telah dibahas topik perkembangan kerja sama ASEAN-GCC, isu-isu utama di Timur Tengah, serta isu pembajakan di kawasan Horn of Africa.
M. ASEAN-Pakistan Hubungan kerja sama ASEAN-Pakistan dibentuk melalui korespondensi antara Sekjen ASEAN dan Menteri Luar Negeri Pakistan tanggal 27 Juni 1997. Pakistan
resmi menjadi mitra wicara sektoral ASEAN pada Inaugural Meeting on the Establishment of ASEAN-Pakistan Sectoral Dialogue Relations di Islamabad, Pakistan tanggal 5-7 November 1997. Pada pertemuan ini disusun Terms of Reference berkaitan dengan ASEAN-Pakistan Joint Sectoral Cooperation Committee (APJSCC). Pertemuan menyepakati beberapa area kerja sama yaitu perdagangan, industri, investasi, lingkungan, ilmu pengetahuan dan teknologi, narkotika dan obat-obatan, pariwisata dan pengembangan Sumber Daya Manusia. Pada 6 Maret 1999, Pakistan menyampaikan keinginannya untuk menjadi mitra wicara penuh ASEAN. Namun pada Pertemuan Special ASEAN Directors-General di Myanmar, 17-21 Januari 2000, diputuskan bahwa permohonan Pakistan belum bisa dikabulkan karena ASEAN masih ingin berkonsolidasi dengan existing dialogue partnership sehingga memberlakukan moratorium bagi perluasan hubungan kemitraan sejak tahun 1999. Keinginan ini kemudian disampaikan kembali pada pertemuan ke-4 ASEAN-Pakistan Joint Sectoral Cooperation Committee di Jakarta tanggal 3 Juni 2008. Pada masa Keketuaan Indonesia di ASEAN, melalui surat Presiden Pakistan Asif Ali Zardari yang ditujukan kepada Presiden RI sebagai Ketua ASEAN 2011, Pakista kembali menyampaikan keinginannya untuk menjadi mitra wicara penuh. Indonesia mendukung peningkatan status kemitraan Pakistan pada ASEAN, namun masih diperlukan dukungan dari negara anggota ASEAN lainnya sehingga tercapai konsensus.
Pada Pertemuan ke-11 ASEAN Regional Forum (ARF) di Jakarta tanggal 2 Juli 2004, Pakistan mengaksesi Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) dan menjadi anggota ARF ke-24. Pakistan juga telah menandatangani ASEAN-Pakistan Joint Declaration for Cooperation to Combat Terrorism pada pertemuan ke-38 ASEAN Ministerial Meeting/Post Ministerial Conferences di Vientiane, Laos bulan Juli 2005.
2.
ASEAN PLUS THREE Kerja sama ASEAN Plus Three (APT) terjalin sejak tahun 1997 pada saat kawasan Asia sedang dilanda krisis ekonomi. Mekanisme APT terdiri dari 10 anggota ASEAN plus China, Jepang dan Republik Korea. KTT APT pertama berlangsung pada Desember 1997 di Kuala Lumpur. Dalam periode 10 (sepuluh) tahun pertama 1997-2007, pelaksanaan kerja sama APT didasarkan kepada Joint Statement on East Asia Cooperation, East Asia Vision Group Report dan Report of the East Asia Study Group. Kontribusi Indonesia dalam konteks pelaksanaan East Asia Study Group Measures antara lain: menyelenggarakan Promotion of Language Programme untuk ASEAN Plus Three Junior Diplomat pada 2005-2008; menyelenggarakan ASEAN Plus Three Diplomatic Training Course di Jakarta pada tahun 2007-2009, menyelenggarakan Workshop on Work Closely with NGOs in Policy Consultation and Coordination to Encourage Civic Participation and State-Civil Partnership in Tackling with Social Problems pada tanggal 22-23 Oktober 2007 di Jakarta.
Dalam mengevaluasi kerja sama 10 tahun yang telah lewat dan menyongsong kerja sama 10 tahun ke depan, para Pemimpin Pemerintahan APT telah mengesahkan the Second Joint Statement on East Asia Cooperation beserta Work Plan 2007-2017 pada KTT ke-11 APT tanggal 20 November 2007 di Singapura. Terdapat lima bidang kerja sama di dalam the Second Joint Statement dimaksud, yaitu: kerja sama politik dan keamanan; kerja sama ekonomi dan keuangan; kerja sama energi, pembangunan, lingkungan hidup, perubahan iklim dan pembangunan yang berkesinambungan; kerja sama sosial-budaya dan pembangunan, serta dukungan institusional dan hubungan dengan kerangka kerja sama yang lebih luas. Hasil yang menonjol dalam kerangka kerja sama APT adalah di bidang keuangan dimana telah dihasilkan Chiang Mai Initiative (CMI) antara lain berisikan skema bilateral Swap Arrangement antara negara APT guna membantu likuiditas keuangan di kawasan sehingga diharapkan krisis keuangan di kawasan dapat dihindari. Pada tanggal 22 Oktober 2008 di Beijing, para Leaders menyepakati upaya percepatan multilateralisasi Chiang Mai Initiative/Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM). Pertemuan ke-12 para Menteri Keuangan ASEAN Plus Three di Bali, tanggal 3 Mei 2009, telah menyepakati komponen-komponen utama dari CMIM yang meliputi kontribusi individual anggota, aksesibilitas pinjaman, dan mekanisme surveillance, serta memutuskan untuk mengimplementasikan skema CMIM sebelum akhir tahun 2009. Total besarnya CMIM adalah USD 120 milyar dengan proporsi 80:20 (Plus Three:ASEAN). Pada KTT ke-14 APT di Bali, 18 November 2011 telah dibahas berbagai kerja sama meliputi kerja sama politik keamanan, keuangan, disaster management, keamanan pangan, Crisis Management Center, ASEAN Connectivity, dan East Asia Vision Group II. Di bidang kerja sama keuangan, pertemuan menyambut baik operasionalisasi ASEAN Plus Three Macroeconomic Research Office (AMRO) mulai tahun 2011 sebagai unit pemantau kinerja ekonomi dan keuangan di kawasan yang salah satu tugasnya adalah early detection of risks dan effective decisionmaking of the CMIM. Para Pemimpin juga mengharapkan agar Asian Bond Market Forum (ABMF) dan Credit Guarantee and Investment Facility (CGIF) dapat segera dikembangkan guna memperkuat sistem perekonomian kawasan. KTT ke-14 APT menyambut baik penandatanganan Perjanjian ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR) pada tanggal 7 Oktober 2011 di Jakarta. Perjanjian ini akan dimanfaatkan untuk menjaga stock beras dalam keadaan darurat dalam kerangka kerja sama ASEAN Plus Three. APTERR akan menyediakan mekanisme pasokan pangan (beras) jika terjadi situasi darurat bencana. Cadangan beras APTERR saat ini disepakati sebanyak 787 ribu ton, di mana Indonesia berkomitmen menyediakan 12 ribu ton. Diharapkan bahwa mekanisme serupa dapat dikembangkan untuk komoditas pangan lainnya selain beras dalam rangka menjamin ketahanan pangan di kawasan. Indonesia secara khusus menyampaikan usulannya untuk membentuk suatu crisis management center yang bertujuan untuk menanggapi berbagai keadaan darurat, seperti bencana alam dan krisis keuangan, di kawasan secara cepat dan efektif dengan mengkoordinasikan dan mendayakan berbagai mekanisme yang telah ada di bawah kerangka kerja sama ASEAN Plus Three.
Pada KTT ke-19 ASEAN di Bali tanggal 17 November 2011, para Pemimpin ASEAN telah menandatangani Bali Declaration on ASEAN Community in a Global Community of Nations yang juga dikenal dengan Bali Concord III . Bali Concord III merupakan manifestasi dari global outreach ASEAN untuk berkontribusi dengan lebih terkoordinasi, kohesif, dan koheren. Bali Concord III merefleksikan komitmen ASEAN untuk meningkatkan perannya dalam menghadapi tantangan global. Indonesia memformulasikan Bali Concord III Plan of Action 2012- 2022 agar implementasi Bali Concord III dapat berjalan dengan efektif, untuk kemudian diedarkan kepada ASEAN Member States melalui Committee of Permanent Representatives (CPR) kepada negara anggota ASEAN lainnya.