KERENTANAN PANTAI TERHADAP KENAIKAN PARAS LAUT DI SEPANJANG PANTAI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH
CINTYA KUSUMAWARDANI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kerentanan Pantai terhadap Kenaikan Paras Laut di Sepanjang Pantai Kabupaten Batang, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Cintya Kusumawardani NIM C54090013
ABSTRAK CINTYA KUSUMAWARDANI. Kerentanan Pantai terhadap Kenaikan Paras Laut di Sepanjang Pantai Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh JONSON LUMBAN GAOL dan I WAYAN NURJAYA. Permasalahan kenaikan paras laut dialami di beberapa daerah di pantai utara Jawa, termasuk pesisir Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dalam rangka antisipasi dampak kenaikan paras laut, informasi secara spasial mengenai indeks kerentanan fisik di wilayah pesisir diperlukan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai September 2013 dengan wilayah penelitian dibagi menjadi beberapa sel tiap 1000 meter dan dibatasi sampai 1500 meter dari garis pantai ke arah darat. Analisis kerentanan pantai dilakukan berdasarkan tingkat kerentanan beberapa parameter fisik antara lain geomorfologi, perubahan garis pantai, pasang surut, elevasi, tinggi gelombang signifikan dan rata-rata laju kenaikan muka laut. Masing-masing parameter diberikan nilai kemudian disatukan menjadi indeks kerentanan pesisir menggunakan persamaan Coastal Vulnerability Index (CVI) dari Gornitz dan White (1992). Nilai maksimum CVI adalah 9,13, minimumnya 3,65 dan rata-ratanya 6,78. Nilai CVI kemudian dibedakan menjadi 5 tingkat kerentanan yaitu sangat tidak rentan, tidak rentan, sedang, rentan dan sangat rentan. Total wilayah kajian adalah 5,5 ha, seluas 0,45 ha (8,11%) wilayah pesisir Kabupaten Batang tergolong ke dalam kelas sangat tidak rentan, 0,9 ha (16,22%) tergolong tidak rentan, 1,95 ha (35,14%) tergolong sedang, 1,05 ha (18,92%) tergolong rentan dan sisanya 1,2 ha (21,62%) tergolong sangat rentan. Variabel yang paling berkontribusi terhadap tingginya tingkat kerentanan pesisir Kabupaten Batang adalah perubahan garis pantai. Kata kunci: CVI , kenaikan muka laut, kerentanan pantai ABSTRACT CINTYA KUSUMAWARDANI. Coastal Vulnerability to Sea Level Rise along the Coast of Batang District, Central Java. Supervised by JONSON LUMBAN GAOL and I WAYAN NURJAYA. Problem of sea level rise experienced in several areas on the northern coast of Java, including coastal Batang, Central Java. In order to anticipate the impact of of sea level rise, spatial information about the physical vulnerability index in coastal areas is needed. The research was conducted from February to September 2013 with the study area is divided into a number of cells each limited to 1000 meters and 1500 meters from the shoreline landward. Coastal vulnerability analysis is based on the vulnerability of some physical parameters such as geomorphology, coastline change, tides, elevation, significant wave height and the average rate of sea level rise. Each of these parameters will be given later incorporated into the value of coastal vulnerability index using equation Coastal Vulnerability Index (CVI) of Gornitz and White (1992). The maximum CVI value is 9.13, the minimum is 3.65 and the average is 6.78. The CVI values then divided into 5 levels of vulnerability that is very low, low, moderate, high
vulnerable and very high vulnerable. Total area of study is 5,5 ha, amounting to 0,45 ha (8,11%) of coastal areas Batang belong to very low, 0,9 ha (16,22%) are low vulnerability, 1,95 ha (35,14%) are moderate, 1,05 ha (18,92%) are vulnerable and the remaining 1,2 ha (21,62%) classified as extremely vulnerable. The variable that most contributed to the high level of vulnerability in Batang is coastline change. Keywords: CVI, sea level rise, coastal vulnerability
KERENTANAN PANTAI TERHADAP KENAIKAN PARAS LAUT DI SEPANJANG PANTAI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH
CINTYA KUSUMAWARDANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Kerentanan Pantai terhadap Kenaikan Paras Laut di Sepanjang Pantai Kabupaten Batang, Jawa Tengah Nama : Cintya Kusumawardani NIM : C54090013
Disetujui oleh
Dr Ir Jonson Lumban Gaol, M.Si Pembimbing I
Dr Ir I Wayan Nurjaya, M.Sc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir I Wayan Nurjaya, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus: 11 Oktober 2013
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Kerentanan Pantai terhadap Kenaikan Paras Laut di Sepanjang Pantai Kabupaten Batang, Jawa Tengah dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak Dr Ir Jonson Lumban Gaol, M.Si dan Bapak Dr Ir I Wayan Nurjaya, M.Sc selaku pembimbing, 2. Ibu Risti Endriani Arhatin, S.Pi, M.Si selaku penguji, 3. Ibu Orbita, Bapak Sigit Julimantoro, M.Si, Bapak Widodo, Saudara Dilah dan Paksy dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 4. Ibu Puji dari Bappeda Kabupaten Batang, 5. Saudara Githa Prima Putra, S.Ik, Iqoh Faiqoh, Nando Ade Amaryly Putra, dan Ahmad Ibnu Riza yang telah membantu selama pengumpulan data. 6. Ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya, 7. Dharmawan Irsha Pratama, S.Ik, M.M dan Amandangi Wahyuning Hastuti, S.Ik atas bantuannya dalam pengolahan data, 8. Crazier ITK 46 dan Penghuni Pondok Jaika 2 atas semangat dan dukungannya dalam menyelesaikan penelitian ini, 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013 Cintya Kusumawardani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL………………………………………………………………... vi DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….. vi DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………...vii PENDAHULUAN………………………………………………………………... 1 Latar Belakang…………………………………………………………………. 1 Tujuan Penelitian………………………………………………………………. 1 METODE…………………………………………………………………………. 2 Waktu dan Lokasi Penelitian…………………………………………………... 2 Bahan…………………………………………………………………………… 2 Alat……………………………………………………………………………... 3 Pengambilan Data……………………………………………………………… 3 Pengolahan Data……………………………………………………………….. 3 Analisis Data…………………………………………………………………… 7 HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………. 9 Geomorfologi…………………………………………………………………. 9 Perubahan Garis Pantai……………………………………………………….. 10 Elevasi………………………………………………………………………… 13 Kenaikan Muka Laut………………………………………………………….. 15 Tinggi Gelombang Signifikan………………………………………………… 16 Pasang Surut………………………………………………………………….. 17 Analisis Kerentanan Pesisir…………………………………………………... 18 Analisis Kontribusi Variabel…………………………………………………. 20 SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………….. 21 Simpulan……………………………………………………………………… 21 Saran………………………………………………………………………….. 22 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 22 RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………... 32
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8
Informasi dan Sumber Perolehan Data ........................................................... 3 Jenis Data Landsat, Path/Row dan Tanggal data Landsat .............................. 4 Pembobotan variable fisik pantai terhadap kenaikan muka laut ..................... 7 Ketinggian pasang surut dan pergeseran garis pantai akibat perbedaan pasang surut di Tegal .................................................................................. 11 Persentase kelas kerentanan terhadap parameter perubahan garis pantai tiap kecamatan. ........................................................................................... 13 Kedudukan pasang surut air laut rata-rata .................................................... 17 Hasil Analisis Sensitivitas Variabel .............................................................. 21 Hasil Analisis Sensitivitas setelah Pengabaian Variabel .............................. 21
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peta lokasi penelitian beserta daerah pengamatan .......................................... 2 Diagram alir pengolahan data geomorfologi .................................................. 4 Contoh Transek Perubahan Garis Pantai ........................................................ 5 Diagram alir pengolahan data perubahan garis pantai .................................... 5 Diagram alir pengolahan data elevasi ............................................................. 6 Diagram alir pengolahan data kenaikan muka laut ......................................... 6 Diagram alir penelitian ................................................................................... 9 Kenampakan Jenis Penutupan Lahan Pesisir Kabupaten Batang ................. 10 Skor Indeks Kerentanan Pesisir Kabupaten Batang Berdasarkan Parameter Geomorfologi............................................................................. 11 10 Grafik Laju Perubahan Bentuk Fisik Pantai di Kabupaten Batang ............ 12 11 Indeks Kerentanan Berdasarkan Parameter Laju Perubahan Garis Pantai di Pesisir Kabupaten Batang ............................................................ 13 12 Elevasi Kecamatan Pesisir Kabupaten Batang ........................................... 14 13 Indeks Kerentanan Pantai Pesisir Kabupaten Batang Berdasarkan Parameter Elevasi ....................................................................................... 14 14 Rerata Laju Kenaikan Muka Air Laut (mm/thn) di Perairan Kabupaten Batang dan Sekitarnya .............................................................. 15 15 Indeks Kerentanan Pantai Berdasarkan Parameter Kenaikan Muka Laut di Pesisir Kabupaten Batang ............................................................... 16 16 Indeks Kerentanan Pantai Berdasarkan Parameter Tinggi Gelombang Signifikan di Pesisir Kabupaten Batang ..................................................... 17 17 Indeks Kerentanan Pantai Berdasarkan Parameter Pasang Surut di Pesisir Kabupaten Batang ........................................................................... 18 18 Peta Kerentanan Pesisir Kabupaten Batang ................................................ 19 19 A= abrasi di Pantai Sigandu, Desa Klidang Lor, Kecamatan Batang; B= wilayah pemukiman dan tanggul pencegah masuknya air laut di Desa Kedawung, Kecamatan Banyuputih .................................................. 20
DAFTAR LAMPIRAN 1 Wilayah administrasi masing-masing sel ..................................................... 24 2 Grafik perbandingan pola pasang surut Tegal dan Semarang Bulan Oktober 2012 .............................................................................................. 25 3 Luas tutupan lahan (ha) di pesisir Kabupaten Batang .................................. 26 4 Hasil analisis rata-rata laju perubahan garis pantai (m/thn) pada tiap unit analisis ................................................................................................. 27 5 Kelas kerentanan pantai berdasarkan parameter elevasi (ketinggian) pada tiap-tiap sel ......................................................................................... 28 6 Indeks kerentanan pesisir masing-masing sel .............................................. 29 7 Hasil analisis variasi indeks (%) di setiap unit analisis ................................ 30 8 Hasil perhitungan variasi indeks (%) setelah pengabaian variabel di setiap unit analisis ...................................................................................... 30
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Potensi ancaman terhadap pesisir semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring mengemukanya perubahan iklim global yang berdampak pada peningkatan suhu muka bumi dan kenaikan paras laut. Berdasarkan laporan International Panel On Climate Change (IPCC) bahwa rata-rata suhu permukaan global meningkat 0,3 - 0,6 0C sejak akhir abad 19 dan sampai tahun 2100 suhu bumi diperkirakan akan naik sekitar 1,4 - 5,8 0C (Henson 2007). Naiknya suhu permukaan global menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan bumi sehingga terjadilah kenaikan muka laut. Permasalahan kenaikan muka laut dialami di beberapa daerah di pantai utara Jawa. Kenaikan muka laut global mengakibatkan kenaikan muka laut di Perairan Semarang sebesar 2,65 mm/tahun yang sering mengakibatkan banjir rob (Wirasatrya, 2006). Daerah lainnya yaitu pantai utara Jawa Timur seperti Tuban, Lamongan, dan Gresik juga pernah dikaji tingkat kerentanan pantainya terhadap kenaikan muka laut (Wahyudi 2009). Daerah lain juga mengalami hal yang sama seperti Tegal (Wahyudi 2008), Indramayu (Kasim 2011; Siahaan 2012), Jakarta Utara (Khrisnasari 2007), dan Surabaya (Wuryanti 2001). Kabupaten Batang mempunyai garis pantai yang panjangnya mencapai ±37 km juga akan terancam dengan kenaikan muka laut. Potensi sumberdaya pantai ini harus dikelola agar tidak sampai menimbulkan bencana seperti kerusakan pantai. Kecamatan Batang adalah salah satu kawasan pantai yang sudah mengalami abrasi pantai yang cukup parah, terutama di kawasan wisata Pantai Sigandu, Desa Klidang Lor, Kecamatan Batang. Proses abrasi yang terjadi sangat mengancam kegiatan pariwisata yang berlangsung di pantai tersebut. Proses abrasi telah merusak sekitar 7,5 kilometer pantai di delapan desa/kelurahan di Kabupaten Batang (Safuan 2010). Kedelapan desa/kelurahan tersebut, antara lain, Karangasem Utara, Kasepuhan, Klidang Lor (Kecamatan Batang), Desa Depok (Kecamatan Kandeman), Kuripan (Kecamatan Subah), Kedawung (Kecamatan Banyuputih), dan Desa Ketanggan (Kecamatan Gringsing). Kerusakan pantai di kawasan pesisir berdampak terhadap terganggunya aktifitas sehari-hari dari masyarakat, terganggunya sistem transportasi, industri dan perdagangan, serta dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, kajian mengenai kerentanan pantai perlu dilakukan agar dapat dijadikan rujukan untuk mitigasi dampak serta perencanaan wilayah pesisir selanjutnya. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan indeks kerentanan daerah pesisir Kabupaten Batang terhadap kenaikan paras laut berdasarkan analisis parameter geomorfologi, elevasi, perubahan garis pantai, pasang surut, tinggi gelombang signifikan dan kenaikan paras laut.
2
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu pengumpulan data pada bulan Januari 2013 hingga April 2013, survei lapang pada bulan Juli 2013, dan pengolahan data pada Februari 2013 hingga September 2013. Lokasi penelitian terletak pada koordinat 6o 51’ 46” LS sampai 7o 11’ 47” LS dan antara 109o 40’ 19” BT sampai 110o 03’ 06” BT. Wilayah penelitian dibagi menjadi beberapa sel tiap 1000 meter dan dibatasi sampai 1500 meter dari garis pantai ke arah darat (Gambar 1). Penggunaan sel berukuran 1500 meter didasarkan pada pertimbangan spasial yang digunakan oleh Pendleton et al. (2004) yang menggunakan ukuran grid 1-menit. Ukuran sekat sel 1000 meter didasarkan atas pertimbangan kehomogenitasan elevasi dan geomorfologi pantai. Wilayah administrasi masingmasing sel dapat dilihat pada Lampiran 1.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian beserta daerah pengamatan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data hasil groundcheck di lapang untuk validasi hasil pengolahan data. Data citra, elevasi, kenaikan paras laut dan data tinggi gelombang diperoleh dengan cara mengunduh dari beberapa situs resmi penyedia data (Tabel 1). Data administrasi diperoleh dari instansi yang terkait. Data perubahan garis pantai, tinggi gelombang dan data pasang surut menggunakan data temporal.
3 Tabel 1 Informasi dan Sumber Perolehan Data No. Jenis Data 1. Data Geomorfologi 2. Perubahan Garis Pantai 3. Data Elevasi
4.
Data Kenaikan Muka Laut
5.
Data Tinggi Gelombang Signifikan
6.
Data Pasang Surut
Sumber Data Peta Pemanfaatan Lahan Kabupaten Batang
Tanggal 2011
Citra Satelit Landsat dari USGS Earth Explorer (https://earthexplorer.usgs.gov) Global Digital Elevation Model (GDEM) dari Advanced Spaceborn Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER) (http://www.gdem.aster.ersdac.or.jp) Kombinasi satelit TOPEX Poseidon, Jason-1, dan Jason-2 (http://www.aviso.oceanobs.com/en/news/oceanindicators/mean-sea-level/index.html) European Centre for Medium-Range Weather (ECMWF) (http://data-portal.ecmwf.int/data/d/interim_daily/)
22 Mei 1995 12 Maret 2013 29 Oktober 2008
Ramalan Pasang Surut BPPT dan Admiralty
1994 – 2013
1 Januari 2000 – 31 Desember 2012 1 Januari 2001- 31 Desember 2010
Alat Penelitian ini menggunakan peralatan berupa perangkat keras yaitu laptop, Global Positioning System (GPS) Garmin, dan kamera digital serta perangkat lunak diantaranya, ArcGIS 10 (untuk pengolahan data spasial), Ocean Data View 4 (untuk mengekstrak data dengan format *.nc), WinRAR (untuk mengekstrak data dengan format *.zip), Admiralty (untuk memperoleh konstanta pasut), Pasut BPPT (peramalan data pasut), Ms. Excel 2007 (untuk pengolahan data numerik), Global Mapper 13 (untuk menentukan area of interest), Er Mapper 6.4 (untuk rektifikasi citra), Surfer 10 (untuk grid dan interpolasi data), Frame and Fill (untuk memperbaiki stripping pada citra Landsat 7) dan Ms. Word 2007 (untuk penulisan skripsi). Pengambilan Data Pengambilan data seperti perubahan garis pantai, elevasi, kenaikan muka laut dan tinggi gelombang diperoleh dengan cara mengunduhnya dari situs penyedia data. Data geomorfologi dan pasang surut didapatkan dari instansi penyedia data. Informasi dan sumber perolehan data dapat dilihat pada Tabel 1. Pengolahan Data Data Geomorfologi Data yang diperlukan untuk mengindentifikasi kelas lahan diperoleh dari Peta Pemanfaatan Lahan Kabupaten Batang. Berdasarkan Gornitz dan White (1992), empang, penggaraman, sawah irigasi, tegalan/ladang, dan kebun termasuk
4 ke dalam dataran alluvial sedangkan semak belukar dan rawa termasuk ke dalam rawa payau. Hasil klasifikasi lahan tersebut selanjutnya dikelompokkan ke dalam kelas-kelas tertentu (Tabel 3). Penentuan nilai ranking pada tiap-tiap sel dilakukan dengan cara mentransformasikan luas tiap kelas dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut (Kasim 2011): 5
NK =
𝐿𝑃 𝑘
𝑘=1 𝐿𝐾𝑔
𝑘 ………………………………………
(1)
dimana: NK = Nilai ranking pada sel ke-n k = Rangking/skor variabel bentuk lahan 𝐿𝑃𝑘 = Luas poligon jenis bentuk lahan pada masing-masing kelas rangking ke-k 𝐿𝐾𝑔 = Jumlah luas seluruh poligon bentuk lahan pada sel ke-n Secara skematik diagram pengolahan data geomorfologi ditunjukkan pada Gambar 2. Peta Pemanfaatan Lahan Kabupaten Batang
Clip dengan sel pantai
Registrasi peta
Pengkelasan
Digitasi
Data Geomorfologi
Gambar 2 Diagram alir pengolahan data geomorfologi Data Perubahan Garis Pantai Parameter perubahan garis pantai dianalisis dengan menggunakan data citra satelit Landsat yang memiliki resolusi spasial 30 x 30 meter (Tabel 2). Data Level 1G berarti sudah terkoreksi geometrik. Tabel 2 Jenis Data Landsat, Path/Row dan Tanggal data Landsat No 1 2
Jenis Data Landsat-5 TM Landsat-7 ETM+
Path/Row 120/65 120/65
Tanggal Data 22 Mei 1995 12 Maret 2013
Level Data L1G L1G
Hasil unduhan dari website USGS dalam format *.tiff dikonversi ke dalam format raster *.ers kemudian dilakukan koreksi geometrik dan proses kombinasi band menggunakan komposit RGB 543. Garis pantai diperoleh dengan cara digitasi on screen pada citra dengan proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) zona 49S. Koreksi pasang surut dilakukan apabila pergeseran garis pantai akibat pasang surut lebih besar dari tingkat ketelitian daerah terkecil dari citra resolusi 30 meter (Winarso et al. 2009). Laju perubahan garis pantai dihitung
5 dengan menggunakan bantuan transek yang menghubungkan garis pantai dengan waktu yang berbeda (Gambar 3). Laju rata-rata perubahan garis pantai pada tiap unit analisis dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut (Kasim 2011): 𝐿
Vc = 𝑁 𝑌 −1 …………………………………………….........
(2)
dimana: Vc = Rata-rata laju perubahan garis pantai pada sel pantai ke-n L = Panjang seluruh transek pada sel pantai ke-n N = Jumlah transek pada sel pantai ke-n Y = Rentang waktu
Gambar 3 Contoh Transek Perubahan Garis Pantai Diagram pengolahan data untuk garis pantai dapat dilihat pada Gambar 4. Citra Satelit Landsat
Koreksi Geometrik
Perhitungan laju perubahan garis pantai
Cropping citra
Digitasi on screen
Komposit RGB 543
Overlay garis pantai
Data laju perubahan garis pantai
Gambar 4 Diagram alir pengolahan data perubahan garis pantai
6 Data Ketinggian (elevasi) Pantai Data elevasi diperoleh berdasarkan Global Digital Elevation Model (GDEM) yang merupakan turunan dari satelit ASTER dengan resolusi spasial 30 meter dan akurasi ketinggian 20 meter. Pengolahannya dilakukan dengan Global Mapper 13 untuk menentukan area of interest kemudian dengan ArcGis 10 dilakukan analisis data sehingga didapatkan nilai rata-rata elevasi tiap sel pantai. Diagram alir pengolahan data elevasi dapat dilihat pada Gambar 5. Penggabungan dan pengeksportan data
GDEM Aster
Data Elevasi
Overlay dengan sel pantai
Perhitungan slope dengan zonal statistic analysis
Gambar 5 Diagram alir pengolahan data elevasi Data Kenaikan Muka Laut Data kenaikan muka laut diunduh dari situs AVISO berformat Network Common Data Form (NetCDF). Data tersebut telah mengalami koreksi tekanan atmosfer, pola musiman, serta pengaruh pada permukaan air laut (angin, gelombang, dan pasang surut). Data ini kemudian diekstrak dengan menggunakan Ocean Data View (ODV) 4 menjadi data berformat *.txt kemudian diinterpolasi dengan Surfer 10. Hasil interpolasi selanjutnya dipotong sesuai daerah kajian dan diexport dengan format *.xyz dengan menggunakan Global Mapper 13. Diagram alir pengolahan data kenaikan muka laut dapat dilihat pada Gambar 6. Data Sea Trend Level (AVISO)
Ekstrak data menjadi *.txt Data Kenaikan Muka Laut
cropping
Interpolasi
Digitasi nilai terdekat dengan sel pantai
Gambar 6 Diagram alir pengolahan data kenaikan muka laut Data Pasang Surut Data pasang surut yang digunakan adalah data pasang surut Tegal dan Semarang dari BPPT tahun 2012 karena tidak terdapat stasiun pasang surut di wilayah kajian. Pola pasang surut di kedua kabupaten tersebut hampir mirip (Lampiran 2). Data Tegal digunakan karena jaraknya yang lebih dekat dengan wilayah kajian. Data tersebut kemudian diolah dengan Admiralty untuk diketahui komponen pasang surutnya sehingga bisa digunakan untuk prediksi pasang surut dengan menggunakan perangkat lunak Pasut BPPT dan dihitung nilai tunggang pasang surutnya.
7 TR = HHW – LLW …........................................................... (3) Dimana: TR = Tidal Range (tunggang pasang surut) HHW = Highest High Water (air pasang tertinggi) LLW = Lowest Low Water (air pasang terendah) Data Tinggi Gelombang Signifikan Data tinggi gelombang signifikan yang diunduh dari European Centre for Medium Range Weather Forecast (ECMWF) diekstrak menjadi format *.txt pada wilayah yang dikaji dengan menggunakan ODV 4.0 kemudian dirata-ratakan per tahun. Data rata-rata per tahun kemudian diinterpolasi dengan metode krigging setiap 1 km x 1 km dengan perangkat lunak Surfer 10. Hasil interpolasi kemudian di eksport dalam format ASCII (xyz) dengan menggunakan perangkat lunak Global Mapper 13. Selanjutnya nilai tinggi gelombang signifikan di overlay dengan sel pantai dan dikelaskan sesuai dengan kelas kerentanan pada Tabel 3. Survei Lapang Survei lapang perlu dilakukan dengan tujuan untuk melihat kondisi wilayah pesisir yang rentan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan wilayah pesisir. Validasi data dilakukan dengan mencocokkan hasil analisis dengan kondisi nyata yang ada di lapangan. Pada kegiatan ini dilakukan pendokumentasian dan validasi hasil dengan bantuan GPS. Proses wawancara juga dilakukan terhadap penduduk sekitar mengenai kondisi pesisir di pantai Kabupaten Batang. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggabungkan seluruh parameter yang telah ditetapkan yaitu geomorfologi, pasang surut, elevasi, tinggi gelombang signifikan, kenaikan muka laut dan perubahan garis pantai. Pembobotan parameter fisik dapat dilihat pada Tabel 3. Perhitungan tingkat kerentanan wilayah pesisir dapat dihitung dengan menggunakan rumus Indeks Kerentanan Pesisir (Coastal Vulnerability Index) seperti yang digunakan dalam Gornitz dan White (1992) sebagai berikut: CVI = dimana: CVI a b c d e f
𝑎∗𝑏∗𝑐∗𝑑∗𝑒∗𝑓 6
……………………………………. (4)
= indeks kerentanan pesisir; = tingkat kerentanan untuk geomorfologi; = tingkat kerentanan untuk perubahan garis pantai; = tingkat kerentanan untuk elevasi; = tingkat kerentanan untuk kenaikan muka laut relatif; = tingkat kerentanan untuk pasang surut rata-rata; = tingkat kerentanan untuk tinggi gelombang.
8 Tabel 3 Pembobotan variabel fisik pantai terhadap kenaikan muka laut Skor No.
1.
Parameter
Geomorfologi
Sangat tidak rentan 1 Rocky, cliffed, coast, fiords, fiards
Tidak rentan 2 Medium cliffs, indented coast
Sedang 3
4 Low cliffs, Beaches, glacial estuary, drift,salt lagoon, marsh, deltas, coral reefs, alluvial mangrove plains +1.0 – -1.0 -1 – -2 Stabil Abrasi 10.1 – 20.0 5.1 – 10.0 1.0 – 2.0 2.1 – 4.0
Perubahan garis >2.0 1.0 – 2.0 pantai (m/thn) Akresi Akresi 3. Elevasi (m) >30.0 20.1 – 30.0 4. Kenaikan muka <-1 -1.0 – 0.99 laut relatif (mm/thn) 5. Tinggi 0 – 2,9 3.0 – 4,9 5.0 – 5,9 gelombang signifikan (m) 6. Kisaran pasut <1.0 1.0 – 1.9 2.0 – 4.0 rata-rata (m) Sumber: Gornitz et al.1997 dan Pendleton et al. 2005 2.
Rentan
Sangat rentan 5 Barrier beaches, beaches (sand), mudflats < -2.0 Abrasi 0.0 – 5.0 >4.0
6,0 – 6,9
≥7.0
4.1 – 6.0
≥6.1
Berdasarkan skor kerentanan variabel yang dibagi menjadi 5 kategori, maka kelas kerentanan pantai juga dibagi menjadi 5 kelas kerentanan. Pembagiannya menggunakan aturan jarak persentil dengan kategori variabel antara lain sangat tidak rentan, tidak rentan, sedang, rentan dan sangat rentan. Masing-masing kelas kemudian diberikan indikator warna yang berbeda-beda. Analisis Kontribusi Variabel Analisis kontribusi variabel dilakukan dengan menggunakan metode Map Removal Sensitivity Analysis (MRSA) yaitu dengan menghilangkan satu demi satu variabel yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel tersebut terhadap tingkat kerentanan berdasarkan nilai indeks variasinya. Indeks variasi tersebut dihitung tiap sel kemudian dicari rata-ratanya. Variabel dengan nilai indeks variasi tertinggi berarti variabel tersebut memiliki tingkat kontribusi yang tinggi. Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut (Sulma, 2012): S = |(V/N-V’/n)/V| x 100…………………………………. (5) dimana: S = Indeks variasi/sensitivitas (%) V = Indeks kerentanan seluruh variable V’= Indeks kerentanan setelah pengabaian N = Jumlah variabel V n = Jumlah variabel V’
9 Secara umum diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 7. Data geomorfologi Data laju perubahan garis pantai
Map Removal Sensitivity Analysis
Data elevasi
Data kenaikan muka laut
Integrasi data parameter kerentanan
Data tinggi gelombang signifikan
Indeks Kerentanan Pantai
Peta kerentanan pantai Kabupaten Batang
Data pasang surut Sel pantai Kabupaten Batang
Gambar 7 Diagram alir penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Geomorfologi Pesisir Kabupaten Batang dikelompokkan menjadi 10 jenis penutupan lahan meliputi air tawar, belukar/semak, empang, gedung, pemukiman, kebun, penggaraman, rumput, sawah irigasi dan tegalan (Gambar 8). Luasan dari bentuk lahan dapat dilihat pada Lampiran 3. Penggunaan lahan di pesisir Kabupaten Batang didominasi oleh dataran alluvial. Berdasarkan kelas kerentanan pada Tabel 3, dataran alluvial yang terdiri dari kebun, tegalan dan sawah irigasi dengan total luas 5446,004 ha memiliki tingkat kerentanan rentan. Luas dataran alluvial ini lebih luas dibandingkan dengan pasir pantai, belukar, dan rumput seluas 66,9452 ha yang termasuk tingkat kerentanan sangat rentan. Kondisi daratan pesisir Kabupaten Batang yang berbukit-bukit masih didominasi oleh hutan dan pertanian tanaman tahunan seperti sawah.
10 Naiknya permukaan laut akan berpengaruh pada bentuk lahan pesisir (Pethick dan Crooks 2000). Tipe bentuk lahan dapat menjadi indikasi terhadap resistensi atau ketahanan terhadap proses erosi dan akresi suatu pantai akibat kenaikan muka laut (Pendleton et al 2005). Daya tahan terhadap erosi dipengaruhi oleh komposisi mineral dan tipe batuan (Gornitz 1997). Batuan memiliki daya tahan terhadap erosi yang lebih besar dibandingkan tipe lahan yang lain. Selain dataran alluvial, pesisir Kabupaten Batang memiliki morfologi pantai berpasir dan banyak tanjung yang menjorok ke laut. Hal ini menyebabkan wilayah tersebut lebih rentan terhadap dampak genangan dan proses abrasi. Pemanfaatan lahan yang tidak disertai dengan upaya konservasi mengakibatkan daya dukung lahan menurun, sehingga lahan menjadi tidak produktif, rawan erosi dan longsor (DKP Kabupaten Batang 2007).
Gambar 8 Kenampakan Jenis Penutupan Lahan Pesisir Kabupaten Batang Berdasarkan bentuk lahan, seluruh pesisir Kabupaten Batang tergolong kategori rentan (Gambar 9). Istilah kerentanan pesisir mengacu pada kerentanan geomorfik dari bentang alam pesisir terhadap bahaya seperti gelombang, tsunami, erosi, dan gelombang badai banjir, dan lain sebagainya. Studi mengenai kerentanan pantai ini memang dipengaruhi oleh faktor-faktor ini, tetapi dengan adanya perubahan iklim global dan kenaikan muka laut, pesisir akan semakin rentan (Kumar et al. 2010). Perubahan Garis Pantai Perubahan bentuk fisik pantai (abrasi dan akresi) di pesisir Kabupaten Batang dapat diketahui dengan mengolah dua tahun akuisisi citra yaitu tahun 1995 dan 2013. Koreksi pasang surut tidak dilakukan karena pergeseran garis pantai
11 pada slope terkecil (1,3o) tidak melebihi resolusi terkecil citra Landsat (Tabel 4). Nilai pergeseran garis pantai negatif berarti terjadi kemunduran garis pantai ke arah darat sedangkan nilai positif berarti kemajuan garis pantai ke arah laut.
Gambar 9 Skor Indeks Kerentanan Pesisir Kabupaten Batang Berdasarkan Parameter Geomorfologi Tabel 4 Ketinggian pasang surut dan pergeseran garis pantai akibat perbedaan pasang surut di Tegal Waktu Akuisisi No. 1. 2.
Tanggal
Jam
Tinggi Pasut (m)
Pergeseran Garis Pantai pada Slope 1.3o (m)
22 Mei 1995 12 Maret 2013
09:55:00 WIB 10:45:15 WIB
0.55 0.45
-0,0072 -0,0315
Laju perubahan garis pantai pada tiap selnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Grafik laju perubahan bentuk fisik pantai Kabupaten Batang ditunjukkan pada Gambar 10. Perubahan bentuk fisik pantai dari tahun 1995 sampai 2013 pada tiap kecamatan berbeda-beda. Rata-rata laju abrasi tertinggi terdapat pada Kecamatan Batang sebesar 158,90 m/18thn. Kecamatan Tulis cenderung tidak mengalami abrasi. Rata-rata laju akresi tertinggi terdapat pada Kecamatan Tulis sebesar 79,23 m/18thn sedangkan laju akresi terendah terdapat pada Kecamatan Kandeman sebesar 1,40 m/thn. Sejak tahun 1995 sampai 2013 terdapat 63,22 ha wilayah pesisir Kabupaten Batang yang mengalami abrasi dan 45,56 ha mengalami akresi. Dinamika pantai mengakibatkan perubahan bentuk pantai dan lebih dikenal sebagai perubahan garis pantai. Pendugaan mengenai perubahan garis pantai berguna untuk berbagai kepentingan, seperti untuk kebutuhan pelabuhan,
12 pemukiman, dan untuk penggunaan penentuan pemakaian lahan (land use) lainnya (Diposaptono 2001).
Laju Perubahan Garis Pantai (m/18thn)
100 50 0 Abrasi
-50
Akresi -100 -150 -200
Kecamatan
Gambar 10 Grafik Laju Perubahan Bentuk Fisik Pantai Tahun 1995 - 2013 di Kabupaten Batang Abrasi di pesisir Kabupaten Batang diperkirakan terjadi karena faktor alami (arus dan gelombang) dan faktor lain seperti adanya bangunan yang menjorok ke pantai. Selain itu, morfologi pantai yang berupa pantai berpasir dan tanjung dengan batimetri yang isodepnya tidak beragam berpotensi membelokkan pola arus serta transport sedimen dan memicu proses abrasi (DKP Kabupaten Batang 2007). Terjadinya akresi di beberapa wilayah di pesisir Kabupaten Batang diperkirakan terjadi akibat adanya bangunan yang menjorok ke laut seperti di Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing. Di daerah ini terdapat jetty yang menjorok ke laut yang memungkinkan tertahannya sedimen menyusur pantai. Pantai yang mengalami akresi akan dianggap sebagai daerah yang kurang rentan jika mengakibatkan penambahan lahan, sedangkan daerah erosi pantai akan dianggap sebagai daerah yang lebih rentan karena akan mengikis habitat alami yang penting seperti pantai, bukit pasir, dan rawa-rawa (Kumar et al. 2010). Berdasarkan hasil analisis laju perubahan garis pantai, maka tingkat kerentanan pantai berdasarkan parameter perubahan garis pantai pun berbedabeda (Gambar 11). Sebanyak 3 sel dikategorikan ke dalam kelas sangat rentan, 6 sel dengan kategori rentan, 21 sel kategori sedang, 4 sel kategori tidak rentan dan 3 sel termasuk sangat tidak rentan. Kecamatan Batang sangat rentan terhadap perubahan bentuk fisik pantai dengan luas daerah yang sangat rentan mencapai 0,3 ha. Kecamatan yang memiliki kelas “rentan” tertinggi adalah Kecamatan Kandeman dengan luas 0,6 ha dimana terdapat 4 sel dari 37 sel yang memiliki kelas rentan. Luas daerah kerentanan terhadap parameter perubahan garis pantai tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 5.
13 Tabel 5 Luas daerah kerentanan terhadap parameter perubahan garis pantai tiap kecamatan. Luas (ha) pada kelasSTR TR SD R SR Batang 0 0,15 0,15 0,15 0,30 Kandeman 0 0 0,30 0,60 0,15 Tulis 0,15 0,15 0,15 0 0 Subah 0,15 0,15 0,75 0,15 0 Banyuputih 0 0,15 0,45 0 0 Gringsing 0,15 0 1,35 0 0 Keterangan: STR=sangat tidak rentan; TR=tidak rentan; SD= sedang; R= rentan; SR=sangat rentan Kecamatan
Gambar 11 Indeks Kerentanan Berdasarkan Parameter Laju Perubahan Garis Pantai di Pesisir Kabupaten Batang Elevasi Elevasi pantai Kabupaten Batang cukup bervariasi, mulai dari landai sampai terjal (Gambar 12). Berdasarkan ekstraksi data Global Digital Elevation Modelling (GDEM) ASTER, daerah yang memiliki elevasi paling besar yaitu pesisir Subah dengan ketinggian mencapai 15 meter. Daerah rendah dengan ketinggian rata-rata 0-6 meter hampir ditemui di semua kecamatan. Nilai elevasi yang digunakan untuk pengkelasan adalah nilai elevasi rata-rata pada tiap-tiap sel. Tinggi kenaikan muka laut yang sama, akan berbeda efeknya pada daerah yang mempunyai kemiringan pantai yang berbeda. Daerah dengan pantai yang landai akan lebih rentan terhadap kenaikan muka laut dibandingkan daerah yang terjal. Penggolongan kelas kerentanan pantai pada tiap selnya dilakukan
14 berdasarkan perhitungan rata-rata ketinggian pada tiap-tiap sel (Lampiran 5). Indeks kerentanan berdasarkan parameter elevasi cenderung bervariasi di Kabupaten Batang (Gambar 13).
Gambar 12 Elevasi Kecamatan Pesisir Kabupaten Batang
Gambar 13 Indeks Kerentanan Pantai Pesisir Kabupaten Batang Berdasarkan Parameter Elevasi
15 Berdasarkan parameter elevasi, sebanyak 15 sel pantai tergolong sangat rentan yaitu pada seluruh desa pesisir di Kecamatan Batang, Desa Depok Kecamatan Kandeman, Desa Kedungsegog Kecamatan Tulis, Desa Sengon Kecamatan Subah, dan sebagian Desa Sidorejo dan Yosorejo Kecamatan Gringsing. Sebanyak 2 sel mempunyai tingkat kerentanan sedang, yaitu di Desa Gondang dan Desa Kuripan Kecamatan Subah. Sebanyak 20 sel termasuk dalam kategori rentan. Pesisir Kecamatan Batang tergolong ke dalam kategori sangat rentan karena memiliki pantai yang tegolong landai.
Kenaikan Muka Laut Berdasarkan data yang diperoleh dari satelit altimetri multi mission Topex/Poseidon, Jason-1 dan Jason-2 selama 19 tahun diperoleh trend laju kenaikan muka laut di wilayah pesisir Kabupaten Batang antara 5,53 – 5,74 mm/tahun (Gambar 14). Kenaikan muka laut tertinggi berada di pesisir desa Yosorejo, Kecamatan Gringsing sedangkan kenaikan muka laut terendah berada pada desa Kasepuhan, Kecamatan Batang. Rata-rata laju kenaikan muka laut di pesisir Kabupaten Batang adalah 5,64 mm/tahun lebih besar dibandingkan kenaikan muka laut secara global yang berkisar 3,19 mm/tahun (AVISO 2013). Laju kenaikan muka laut yang melebihi 5 mm/tahun menurut Gornitz (1992) dikelompokkan ke dalam kategori sangat rentan. Seluruh perairan Kabupaten Batang memiliki laju kenaikan muka laut lebih dari 5 mm/tahun sehingga dikategorikan sangat rentan terhadap kenaikan muka laut (Gambar 15). Data laju kenaikan muka laut mengindikasikan bagaimana kenaikan muka laut mempengaruhi garis pantai. Semakin tinggi laju kenaikan muka laut akan meningkatkan bahaya erosi dan penggenangan di suatu wilayah pesisir.
Gambar 14 Trend Laju Kenaikan Muka Air Laut (mm/thn) di Perairan Kabupaten Batang dan Sekitarnya (Sumber data: http://www.aviso.oceanobs.com)
16
Gambar 15 Indeks Kerentanan Pantai Berdasarkan Parameter Kenaikan Muka Laut di Pesisir Kabupaten Batang Tinggi Gelombang Signifikan Berdasarkan data AVISO selama 12 tahun, daerah pesisir Kabupaten Batang memiliki rata-rata tinggi gelombang signifikan berkisar antara 0,964 – 0.982 m yang dikategorikan ke dalam kelas sangat tidak rentan (Gambar 16). Daerah yang memiliki tinggi gelombang signifikan tertinggi yaitu Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Batang sedangkan tinggi gelombang signifikan terendah berada pada Kelurahan Yosorejo Kecamatan Gringsing. Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir Kabupaten Batang (2006), tinggi gelombang signifikan di perairan Kabupaten Batang berbeda tergantung pada musim, yaitu musim timur dan musim barat. Pada musim timur, kondisi perairan kabupaten Batang relatif tenang dengan kecepatan hembusan angin maksimum 3m/dt yang mengakibatkan tinggi gelombang berkisar antara 0,11 – 0,40 m. Lain halnya pada saat musim barat yang mana kecepatan angin rata-rata 1 - 5 m/dt yang mengakibatkan rata-rata tinggi gelombang sekitar 1.8 m. Berdasarkan kondisi gelombang bulanan tersebut, maka dapat diketahui waktu-waktu yang dapat menyebabkan peningkatan tingkat kerentanan di pesisir Kabupaten Batang. Energi gelombang meningkat karena adanya peningkatan tinggi gelombang, yang mengakibatkan hilangnya lahan karena peningkatan erosi dan banjir di sepanjang pantai, sehingga daerah-daerah pesisir yang mempunyai gelombang signifikan yang tinggi dianggap lebih rentan (Kumar et al. 2010). Selain itu, ketinggian gelombang berkaitan dengan bahaya penggenangan air laut dan transport sedimen ke pantai (Pendleton 2005).
17
Gambar 16 Indeks Kerentanan Pantai Berdasarkan Parameter Tinggi Gelombang Signifikan di Pesisir Kabupaten Batang Pasang Surut Berdasarkan hasil ramalan BPPT diketahui bahwa pola pasang surut di Kabupaten Batang tergolong tipe campuran condong harian ganda yang mana terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari, tetapi kadang-kadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan ketinggian yang berbeda. Nilai rata-rata tunggang pasut di Kabupaten Batang dalam kurun waktu 2001 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 6. Tunggang pasang surut rata-rata di wilayah pesisir Kabupaten Batang yaitu 0,87 m. Hal ini cukup sesuai dengan hasil penelitian tim Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir Kabupaten Batang yang mana tunggang pasang surutnya mencapai 80 cm. Menurut Gornitz (1991) besar tunggang pasang surut yang demikian tersebut dapat dikategorikan ke dalam kelas kerentanan sangat tidak rentan (Gambar 17). Tabel 6 Kedudukan pasang surut air laut rata-rata No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
MHWL (m) 1.04 1.05 1.05 1.05 1.04 1.04 1.05 1.05 1.05 1.03
MLWL (m) 0.17 0.14 0.16 0.16 0.16 0.15 0.16 0.16 0.16 0.16
Tidal Range (m) 0.88 0.90 0.89 0.89 0.88 0.89 0.90 0.89 0.89 0.87
18
Gambar 17 Indeks Kerentanan Pantai Berdasarkan Parameter Pasang Surut di Pesisir Kabupaten Batang Berdasarkan tinggi tunggang pasang surutnya, pesisir Kabupaten Batang termasuk ke dalam pantai dengan tipe pasang surut jenis mikrotidal yang memiliki kerentanan rendah daripada daerah dengan tunggang pasut yang lebih tinggi. Perbedaan waktu dari pasang ke surut berhubungan dengan lamanya air laut yang masuk ke daratan. Hal ini dapat mempengaruhi genangan yang ditimbulkan di daerah estuari atau lapisan air tanah (Gornitz 1991). Analisis Kerentanan Pesisir Hasil analisis indeks kerentanan pantai terhadap kenaikan muka air laut dapat dilihat pada Gambar 18. Nilai CVI yang kurang dari 4,7 termasuk ke dalam kelas sangat tidak rentan. Nilai CVI antara 4,7 – 5,8 termasuk dalam kelas tidak rentan. Nilai antara 5,8 – 6,9 termasuk ke dalam kelas sedang, antara 6,9 – 8,1 termasuk ke dalam kelas rentan dan nilai yang lebih dari 8,1 termasuk ke dalam kelas sangat rentan. Nilai maksimum CVI adalah 9,13, minimumnya 3,65 dan rata-ratanya 6,78. Indeks kerentanan pesisir masing-masing sel dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari seluruh wilayah kajian penelitian, seluas 0,45 ha (8,11%) wilayah pesisir Kabupaten Batang tergolong ke dalam kelas sangat tidak rentan, 0,9 ha (16,22%) tergolong tidak rentan, 1,95 ha (35,14%) tergolong sedang, 1,05 ha (18,92%) tergolong rentan dan sisanya 1,2 ha (21,62%) tergolong sangat rentan. Sebanyak 3 sel termasuk ke dalam kategori sangat tidak rentan, antara lain Desa Kenconorejo dan Kedungsegog Kecamatan Tulis, sebagian Desa Gondang dan Kemiri Kecamatan Subah, serta sebagian Desa Sawangan Kecamatan Gringsing. Sebanyak 6 sel termasuk ke dalam kategori tidak rentan, antara lain Karangasem
19 Utara Kecamatan Batang, Desa Kedungsegog Kecamatan Tulis, serta Desa Kedawung Kecamatan Banyuputih. Sebanyak 13 sel termasuk tingkat kerentanan sedang antara lain, Desa Ponowareng Kecamatan Tulis, Desa Kuripan Kecamatan Subah, Desa Kedawung Kecamatan Bayuputih, serta sebagian Desa Ketanggan, Sawangan dan Sidorejo Kecamatan Gringsing. Sebanyak 7 sel tergolong ke dalam kelas rentan antara lain, Desa Klidang Lor Kecamatan Batang, Desa Ujungnegoro dan sebagian Karanggeneng Kecamatan Kandeman, sebagian Desa Kedungsegog dan Sengon Kecamatan Tulis serta sebagian Desa Sidorejo dan Yosorrejo Kecamatan Gringsing. Sisanya sebanyak 8 sel termasuk ke dalam tingkat kerentanan sangat rentan antara lain Desa Denasri Kulon, Denasri Wetan, Kasepuhan dan Klidang Lor Kecamatan Batang, Desa Depok Kecamatan Kandeman, Desa Ponowareng Kecamatan Tulis, serta Desa Gondang Kecamatan Subah.
Gambar 18 Peta Kerentanan Pesisir Kabupaten Batang Berdasarkan hasil analisis keenam parameter dapat diketahui bahwa parameter kenaikan muka laut relatif, pasang surut, tinggi gelombang, dan geomorfologi memiliki skor yang sama pada tiap-tiap sel. Hal ini diduga karena wilayah kajian yang cukup sempit sedangkan karakteristik dari parameter tersebut mempunyai sebaran yang luas. Berbeda halnya dengan parameter elevasi dan perubahan garis pantai yang memiliki skor berbeda-beda tiap selnya. Dengan demikian, kedua parameter ini memberikan pengaruh yang berbeda pada masingmasing sel. Pengamatan di lapangan pada bulan Juli 2013 dilakukan pada beberapa desa, seperti desa Kasepuhan, Klidang Lor Kecamatan Batang, Desa Kuripan Kecamatan Subah, desa Kedawung Kecamatan Banyuputih, dan desa Ketanggan Kecamatan Gringsing. Berdasarkan hasil survey di lapangan, diketahui bahwa
20 telah terjadi abrasi di desa Klidang Lor dimana di desa ini terdapat objek wisata Pantai Sigandu (Gambar 19). Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Batang proses abrasi yang terjadi di Pantai Sigandu sangat berdampak terhadap kegiatan pariwisata. Pasir pantai yang biasa digunakan oleh pengunjung sebagai wahana bermain, pada tahun 2013 sudah tergerus sehingga pantai ini menjadi kurang menarik lagi. Padahal, pantai ini merupakan objek wisata pantai andalan Kabupaten Batang selain Pantai Ujung Negoro di Kecamatan Kandeman karena letaknya yang dekat dengan kota Batang dan akses ke pantai yang memadai. Sebagai bentuk antisipasi terhadap dampak kenaikan muka laut, Desa Kedawung, Kecamatan Banyuputih telah membangun tanggul untuk menghalangi masuknya air laut ke wilayah pemukiman warga walaupun terlihat fungsinya belum maksimal (Gambar 19).
A
B
Gambar 19 A= abrasi di Pantai Sigandu, Desa Klidang Lor, Kecamatan Batang; B= wilayah pemukiman dan tanggul pencegah masuknya air laut di Desa Kedawung, Kecamatan Banyuputih Analisis Kontribusi Variabel Tabel 7 menunjukkan hasil analisis sensitivitas variabel fisik. Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa variabel laju perubahan garis pantai memiliki rata-rata indeks variasi tertinggi yaitu 27,13% sedangkan variabel pasang surut memiliki indeks variasi paling rendah yaitu 5,64%. Besarnya indeks variasi masing-masing variabel dapat dilihat pada Lampiran 7.
21 Tabel 7 Hasil Analisis Sensitivitas Variabel No.
Variabel
1 2 3 4 5 6
Geomorfologi (G) Elevasi (E) Pasang Surut (PS) Tinggi Gelombang (TG) Laju Perubahan Garis Pantai (GP) Kenaikan Muka Laut (KM)
Indeks variasi (%) RataMinimum Maksimum rata 3,25 5,71 5,64 4,02 6,86 6,08 5,24 8,63 5,33 8,33 20,83 12,09 18,63 46,58 27,13 18,63 24,05 20,11
Standar Deviasi 0,40 0,75 0,55 2,92 6,46 1,43
Berdasarkan rata-rata indeks variasi tersebut dapat ditentukan urutan pengabaian variabel saat menganalisis ulang indeks variasi. Tabel 8 menunjukkan hasil analisis berdasarkan urutan pengabaian variabel. Pada analisis ini, satu demi satu variabel fisik diabaikan sehingga dapat diketahui bahwa nilai rata-rata indeks variabel tertinggi yaitu laju perubahan garis pantai dengan indeks variasi rata-rata 18,99% dapat diperoleh ketika semua variabel diabaikan kecuali laju perubahan garis pantai. Hal ini menunjukkan bahwa laju perubahan garis pantai merupakan variabel yang paling berkontribusi dalam studi kerentanan pantai di Kabupaten Batang. Besarnya indeks variasi masing-masing variabel setelah pengabaian dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 8 Hasil Analisis Sensitivitas setelah Pengabaian Variabel Indeks variasi (%) RataStandar Minimum Maksimum rata Deviasi 1 G, E, TG, KM, GP 3.33 5.24 5.19 0.31 2 E, TG, KM, GP 1.36 9.01 1.56 1.26 3 TG, KM, GP 3.06 6.13 5.24 0.89 4 KM, GP 2.70 8.33 4.24 1.49 5 GP 7.83 44.57 18.99 8.51 Keterangan: G=geomorfologi; E=elevasi; TG= tinggi gelombang signifikan; KM= kenaikan muka laut relatif; GP= laju perubahan garis pantai No.
Variabel
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Total wilayah kajian adalah 5,5 ha, seluas 0,45 ha (8,11%) tergolong ke dalam kelas sangat tidak rentan, 0,9 ha (16,22%) tergolong tidak rentan, 1,95 ha (35,14%) tergolong sedang, 1,05 ha (18,92%) tergolong rentan dan sisanya 1,2 ha (21,62%) tergolong sangat rentan. Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan paling tinggi adalah Desa Denasri Kulon dan Kasepuhan Kecamatan Batang. Daerah dengan tingkat kerentanan paling rendah yaitu Desa Kenconorejo dan
22 Kedungsegog Kecamatan Tulis serta Desa Sawangan Kecamatan Gringsing. Berdasarkan perhitungan indeks variasi (sensitivitas) variabel fisik dapat diketahui bahwa variabel yang paling berkontribusi terhadap tingkat kerentanan pesisir Kabupaten Batang adalah laju perubahan garis pantai. Saran Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji parameter kondisi sosial ekonomi seperti kepadatan penduduk dan persentase penduduk miskin di wilayah pesisir. Penggunaan data citra dengan resolusi yang lebih tinggi juga disarankan agar hasil yang didapatkan lebih akurat. Untuk meningkatkan ketelitian hasil kajian perlu dikembangkan kriteria kerentanan pantai yang spesifik dengan lokasi kajian.
DAFTAR PUSTAKA AVISO 2013. Mean Sea Level Rise. [Internet] [diunduh 4 Juli 2013] Tersedia pada http://www.aviso.oceanobs.com/en/news/ocean-indicators/mean-sealevel/index.html. Diposaptono S. 2001. Riset Teknologi Pesisir: Kini dan Masa Datang. Di dalam: Rachmawati R,editor. Prosiding Forum Teknologi Konservasi dan Rehabilitasi Pesisir; 2001 Sep 12; Jakarta (ID): Pusat Riset Teknologi Kelautan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. hlm 8.1 – 8.8. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang. 2007. Penyusunan Rencana Tata Ruang Kabupaten Batang. Laporan akhir. Gornitz VM. 1991. Global Coastal Hazards from Future Sea Level Rise. Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology (Global and Planetary Change Section). 89: 379-398. Gornitz VM, White TW. 1992. A Coastal Hazard Data Base for The US East Coast. ORNL/CDIAC-45, NDP-043A. Oak Ridge National Laboratory, Oak Ridge. Tennessee. Gornitz VM. 1997. Global Coastal Hazards from Future Sea Level Rise. Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology (Global and Planetary Change Section). Elsevier Science Publishers B.V, Amsterdam. Henson R. 2007. The Rough Guide to Climate Change. Duncan Clark, editor. London (GB): Rough Guides Kasim F. 2011. Penilaian Kerentanan Pantai Menggunakan Metode Integrasi CVI-MCA dan SIG, Studi Kasus; Garis Pantai Pesisir Utara Indramayu. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 139 hlm. Khrisnasari A. 2007. Kajian Kerentanan Terhadap Kenaikan Muka Laut di Jakarta Utara. [Skripsi]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Kumar TS, Mahendra RS, Nayak S, Radhakrishnan K, Sahu KC. 2010. Coastal Vulnerability Assessment for Orissa State, East Coast of India. J of Coast Research. 26( 3):523-534. Safuan A. 2010. Abrasi di Batang Capai 1 km. Media Indonesia [Internet]. [diunduh 2012 Des 13]. Tersedia pada http://suaramerdeka.com/ v1/ index.php/read/news/2010/01/24/45265.
23 Pendleton EA, Thieler ER, Williams SJ. 2004. Coastal Vulnerability Assessment of Cape Hatteras National Seashore (CAHA) to Sea Level Rise. Open-File Report 2004, U.S. Department of the Interior dan U.S. Geological Survey, Virginia. Pendleton EA, Thieler ER, Williams SJ. 2005. Coastal Vulnerability Assessment of Gateway National Recreation Area (GATE) to Sea-Level Rise. Open-File Report 2004-1257. U.S. Department of the Interior. U.S. Geological Survey. Reston, Virginia. Pethick JS, Crooks S. 2000. Development of a coastal vulnerability index: a geomorphological perspective. Environmental Conservation, 27, 359–367 Siahaan DJPH. 2012. Pemetaan Kerentanan Pesisir Terhadap Kenaikan Paras Laut di Wilayah Pesisir Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. 67 hlm. Sulma S. 2012. Kerentanan Pesisir Terhadap Kenaikan Muka Air Laut (Studi Kasus: Surabaya dan daerah sekitarnya). [Tesis]. Depok (ID). Universitas Indonesia. 116 hlm. Wahyudi. 2008. Assessment of the Coastal Vulnerability to Coastal Erosion in Coastal Area of the Districit of Tegal Central Java. Prosiding Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, Desember 2008. ISSN 1412-2332. hlm: F 131-141. Wahyudi, Teguh H, Suntoyo. 2009. Analisa Kerentanan Pantai di Wilayah Pesisir Pantai Utara Jawa Timur. Surabaya: SENTA. Winarso G, Joko H, Arifin S. 2009. Kajian Penggunaan Data Inderaja untuk Pemetaan Garis Pantai (Studi Kasus Pantai Utara Jakarta). Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 6, 2009:65-72. Wirasatriya A, Agus H, Suripin. 2006. Kajian Kenaikan Muka Laut sebagai Landasan Penanggulangan Rob di Pesisir Kota Semarang. Jurnal Pasir Laut, Vol. 1, No.2. hlm: 31-42. Wuryanti W. 2001. Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Surabaya. Di dalam: Kurdi SZ, Setyowai AE, editor. Prosiding Seminar Dampak Kenaikan Muka Air Laut pada Kota Pantai di Indonesia. [Internet]. 19 - 20 Maret 2001. Bandung (ID); [diunduh 2012 Des 25]. Terdapat pada: http://sim.nilim.go.jp/GE/SEMI2/Proceedings/.
24 Lampiran 1 Wilayah administrasi masing-masing sel Kode sel 3325_01 3325_02 3325_03 3325_04 3325_05 3325_06 3325_07 3325_08 3325_09 3325_10 3325_11 3325_12 3325_13 3325_14 3325_15 3325_16 3325_17 3325_18 3325_19 3325_20 3325_21 3325_22 3325_23 3325_24 3325_25 3325_26 3325_27 3325_28 3325_29 3325_30 3325_31 3325_32 3325_33 3325_34 3325_35 3325_36 3325_37
Kecamatan
Batang
Kandeman
Tulis
Subah
Banyuputih
Gringsing
Desa/Kelurahan Denasri Kulon Denasri Wetan Kasepuhan Karangasem Utara Klidang Lor Depok Depok Depok Depok Ujung negoro Ujung negoro Karanggeneng Ponowareng, Kenconorejo Kenconorejo Kedungsegog Sengon Sengon Gondang Gondang Gondang Gondang, Kuripan Kuripan Kemiri Kedawung Kedawung Kedawung Kedawung Ketanggan Ketanggan Ketanggan Ketanggan Ketanggan, Sawangan Sawangan Sawangan, Sidorejo Sidorejo Sidorejo Sidorejo, Yosorejo
25 Lampiran 2 Grafik perbandingan pola pasang surut Tegal dan Semarang Bulan Oktober 2012
26 Lampiran 3 Luas tutupan lahan (ha) di pesisir Kabupaten Batang 4 (Dataran aluvial, bangunan pantai, estuari, delta) Kode Sel Sawah Irigasi
Tegalan/l adang
Kebun/ perkebunan
Air Tawar
Empang
Pengga -raman
Pemukiman/ Gedung
5 (Pantai berpasir, pantai berlumpur, penghalang pantai,) Rumput/ Pasir Belukar/s tanah Pantai emak kosong
3325_01
73.72
68.46
0.01
3325_02
119.75
27.81
0.00
3325_03
148.88
3325_04
115.98
0.99
3325_05
85.18
8.81
3325_06
151.61
0.02
3325_07
157.20
0.00
3325_08
151.98
0.01
3325_09
144.57
0.00
5.34
3325_10
65.26
53.56
31.69
0.00
0.14
3325_11
86.34
4.48
66.85
0.00
3325_12
125.40
25.52
0.01
3325_13
104.16
10.48
33.71
0.00
3325_14
110.87
13.78
23.34
0.00
3325_15
124.64
9.06
15.19
0.00
3325_16
94.39
3.33
40.32
13.80
0.00
3325_17
72.18
12.45
37.35
11.84
0.00
10.03
3325_18
18.00
108.61
5.14
0.01
15.06
3325_19
42.83
48.31
66.32
0.01
2.60
31.95
0.00
1.01
31.57
0.00
0.00
79.02
9.23
0.00
3.16
0.33
9.94
0.00
10.10
15.98
0.00
7.62
40.83
2.68
2.43
6.12
3325_21
118.31
3325_22
47.15
3325_23
38.71
3325_24
12.27
133.67
3.25
0.00
3325_25
11.83
134.67
0.26
0.00
3325_26
7.12
6.86
5.93
136.58
0.00
0.17
3325_27
114.84
27.35
6.87
3.43
0.01
2.54
3325_28
90.34
53.69
0.01
3325_29
49.16
103.81
0.01
3325_30
56.46
84.02
0.00
3325_31
62.51
86.11
0.01
3325_32
47.13
107.32
0.00
3325_33
3.76
148.54
3325_34
59.96
3325_35
94.58
3325_36
71.07
3325_37
97.21
5.84
19.84
46.02
6.39
0.28
68.56 8.43
6.94 2.59
24.97
2.57
43.31 35.13
1.15
4.58
2.62
0.00
8.78
0.00
5.07
0.01
13.79
0.00 0.00
14.24 0.77
0.47
0.17
27 Lampiran 4 Laju perubahan garis pantai (m/thn) tahun 1995 – 2013 Kode Sel 3325_01 3325_02 3325_03 3325_04 3325_05 3325_06 3325_07 3325_08 3325_09 3325_10 3325_11 3325_12 3325_13 3325_14 3325_15 3325_16 3325_17 3325_18 3325_19 3325_20 3325_21 3325_22 3325_23 3325_24 3325_25 3325_26 3325_27 3325_28 3325_29 3325_30 3325_31 3325_32 3325_33 3325_34 3325_35 3325_36 3325_37
Kecamatan
Batang
Kandeman
Tulis
Subah
Banyuputih
Gringsing
Desa/Kelurahan
Laju Perubahan Garis Pantai (m/thn)
Denasri Kulon Denasri Wetan Kasepuhan Karangasem Utara Klidang Lor Depok Depok Depok Depok Ujung negoro Ujung negoro Karanggeneng Ponowareng, Kenconorejo Kenconorejo Kedungsegog Sengon Sengon Gondang Gondang Gondang Gondang, Kuripan Kuripan Kemiri Kedawung Kedawung Kedawung Kedawung Ketanggan Ketanggan Ketanggan Ketanggan Ketanggan, Sawangan Sawangan Sawangan, Sidorejo Sidorejo Sidorejo Sidorejo, Yosorejo
-3.58 -1.02 -3.90 1.92 -0.33 -1.11 -1.18 -1.51 0.68 0.72 -1.65 -2.84 0.48 2.51 1.42 -0.11 1.50 2.51 -1.84 -0.36 0.15 -0.02 -0.89 0.33 1.28 -0.29 -0.61 -0.79 -0.10 -1.29 -0.81 -0.41 -0.01 2.63 0.22 0.91 0.46
28 Lampiran 5 Kelas kerentanan pantai berdasarkan parameter elevasi pada tiap-tiap sel Kode Sel 3325_01 3325_02 3325_03 3325_04 3325_05 3325_06 3325_07 3325_08 3325_09 3325_10 3325_11 3325_12 3325_13 3325_14 3325_15 3325_16 3325_17 3325_18 3325_19 3325_20 3325_21 3325_22 3325_23 3325_24 3325_25 3325_26 3325_27 3325_28 3325_29 3325_30 3325_31 3325_32 3325_33 3325_34 3325_35 3325_36 3325_37
Elevasi rata-rata (m) 2.3273 2.6247 2.6368 2.7904 3.1152 3.8226 3.9047 4.5315 3.5816 6.3093 6.1296 5.1718 5.7554 5.4184 3.2309 2.9307 4.8826 5.3162 12.1927 8.4267 5.4218 9.7750 15.1879 9.6102 8.4240 8.2564 8.0794 8.9589 7.4902 9.4028 7.5703 7.9666 7.8786 7.8725 4.2359 2.9802 2.7083
Skor 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
Kelas sangat rentan sangat rentan sangat rentan sangat rentan sangat rentan sangat rentan sangat rentan sangat rentan sangat rentan sangat rentan rentan rentan rentan rentan rentan sangat rentan sangat rentan sangat rentan rentan sedang rentan rentan rentan sedang rentan rentan rentan rentan rentan rentan rentan rentan rentan rentan rentan sangat rentan sangat rentan
29 Lampiran 6 Indeks kerentanan pesisir masing-masing sel Kode Sel 3325_01 3325_02 3325_03 3325_04 3325_05 3325_06 3325_07 3325_08 3325_09 3325_10 3325_11 3325_12 3325_13 3325_14 3325_15 3325_16 3325_17 3325_18 3325_19 3325_20 3325_21 3325_22 3325_23 3325_24 3325_25 3325_26 3325_27 3325_28 3325_29 3325_30 3325_31 3325_32 3325_33 3325_34 3325_35 3325_36 3325_37
Nilai CVI 9.12 8.16 9.12 7.07 8.16 8.16 8.16 8.16 7.07 7.07 7.30 8.16 6.32 3.65 5.16 7.07 7.07 5.77 8.16 5.47 6.32 6.32 6.32 5.47 5.16 6.32 6.32 6.32 6.32 7.30 7.30 6.32 6.32 3.65 6.32 7.07 7.07
Kelas CVI sangat rentan rentan sangat rentan rentan sangat rentan sangat rentan sangat rentan sangat rentan rentan rentan rentan sangat rentan sedang sangat tidak rentan tidak rentan rentan rentan tidak rentan sangat rentan tidak rentan sedang sedang sedang tidak rentan tidak rentan sedang sedang sedang sedang rentan rentan sedang sedang sangat tidak rentan sedang rentan rentan
30 Lampiran 7 Hasil analisis variasi indeks (%) di setiap unit analisis Indeks Variasi (%) Kode Sel
3325_01 3325_02 3325_03 3325_04 3325_05 3325_06 3325_07 3325_08 3325_09 3325_10 3325_11 3325_12 3325_13 3325_14 3325_15 3325_16 3325_17 3325_18 3325_19 3325_20 3325_21 3325_22 3325_23 3325_24 3325_25 3325_26 3325_27 3325_28 3325_29 3325_30 3325_31 3325_32 3325_33 3325_34 3325_35 3325_36 3325_37
Geomorfologi (G) 5.71 5.71 5.71 3.25 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71
Elevasi (E) 6.87 6.87 6.87 6.876.87 6.87 6.87 6.87 6.87 6.87 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 6.87 6.87 6.87 5.71 4.02 5.71 5.71 5.71 4.02 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 5.71 6.87 6.87
Pasang Surut (PS)
Tinggi Gelombang (TG)
5.24 5.24 5.24 5.24 8.63 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24 5.24
8.33 9.32 8.33 13.18 9.32 9.32 9.32 9.32 10.76 10.76 10.42 9.32 12.03 20.83 14.73 10.76 13.18 18.63 10.42 13.89 12.03 12.03 12.03 13.89 14.73 12.03 12.03 12.03 12.03 12.03 12.03 12.03 12.03 20.83 12.03 10.76 10.76
Kenaikan Muka Laut (KM) 18.63 18.63 18.63 18.63 18.63 18.63 18.63 18.63 18.63 18.63 20.83 20.83 20.83 20.83 20.83 18.63 18.63 18.63 20.83 24.06 20.83 20.83 20.83 24.06 20.83 20.83 20.83 20.83 20.83 20.83 20.83 20.83 20.83 20.83 20.83 18.63 18.63
Laju Perubahan Garis Pantai (GP) 18.63 20.83 18.63 29.46 24.06 20.83 20.83 20.83 24.06 24.06 23.29 20.83 26.90 46.58 32.94 24.06 29.46 41.67 23.29 31.06 26.90 26.90 26.90 31.06 32.94 26.90 26.90 26.90 26.90 26.90 26.90 26.90 26.90 46.58 26.90 24.06 24.06
31 Lampiran 8 Hasil perhitungan variasi indeks (%) setelah pengabaian variabel di setiap unit analisis Kode Sel G, E, TG, KM, GP 3325_01 5.24 3325_02 5.24 3325_03 5.24 3325_04 5.24 3325_05 5.24 3325_06 5.24 3325_07 5.24 3325_08 5.24 3325_09 5.24 3325_10 5.24 3325_11 5.24 3325_12 5.24 3325_13 5.24 3325_14 5.24 3325_15 5.24 3325_16 5.24 3325_17 5.24 3325_18 5.24 3325_19 5.24 3325_20 5.24 3325_21 5.24 3325_22 5.24 3325_23 5.24 3325_24 5.24 3325_25 5.24 3325_26 5.24 3325_27 5.24 3325_28 5.24 3325_29 5.24 3325_30 5.24 3325_31 3.33 3325_32 5.24 3325_33 5.24 3325_34 5.24 3325_35 5.24 3325_36 5.24 3325_37 5.24
Variasi Indeks (%) E, TG, KM, GP TG, KM, GP 1.36 6.13 1.36 6.13 1.36 6.13 1.36 6.13 1.36 6.13 1.36 6.13 1.36 6.13 1.36 6.13 1.36 6.13 1.36 6.13 9.01 4.88 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 6.13 1.36 6.13 1.36 6.13 1.36 4.88 1.36 3.06 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 3.06 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 3.06 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 4.88 1.36 6.13 1.36 6.13
KM, GP 2.70 2.70 2.70 2.70 2.70 2.70 2.70 2.70 2.70 2.70 4.98 4.98 4.98 4.98 4.98 2.70 2.70 2.70 4.98 8.33 4.98 4.98 4.98 8.33 4.98 4.98 4.98 4.98 4.98 4.98 4.98 4.98 4.98 4.98 4.98 2.70 2.70
GP 7.83 10.72 7.83 22.06 14.96 10.72 10.72 10.72 14.96 14.96 13.95 10.72 18.69 44.57 26.63 14.96 22.06 38.11 13.95 24.16 18.69 18.69 18.69 24.16 26.63 18.69 18.69 18.69 18.69 18.69 18.69 18.69 18.69 44.57 18.69 14.96 14.96
Keterangan: G=geomorfologi; E=elevasi; TG= tinggi gelombang signifikan; KM= kenaikan muka laut relatif; GP= laju perubahan garis pantai
32
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 18 Agustus 1992 dari pasangan Bapak Drs Rakiman, M.Si dan Ibu Nurdjati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Batang. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Pekalongan Batang (IMAPEKA) sebagai pengurus periode 2010-2011, Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) sebagai sekretaris divisi Oseanografi periode 2010-2011, dan sekretaris divisi Keilmuan periode 2011-2012. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Biologi Laut pada tahun 2012, Oseanografi Kimia pada tahun 2012, Pemetaan Sumber Daya Hayati Laut pada tahun 2013 dan Sistem Informasi Geografis pada tahun 2013. Selain itu, penulis juga pernah menjadi peserta dalam acara Annual International Scholar Conference in Taiwan (AISC-T) untuk mempresentasikan paper pada tahun 2013. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Kerentanan Pantai terhadap Kenaikan Paras Laut di Sepanjang Pantai Kabupaten Batang, Jawa Tengah”.