KEPEMIMPINAN SYEKH AKBAR M. FATHURRAHMAN DI PESANTREN TAREKAT AL-IDRISIYYAH KAMPUNG PAGENDINGAN DESA JATIHURIP KECAMATAN CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA Lutfi Iskandar Akhmad Satori Hendra Gunawan Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Jl. Siliwangi No.24 Tasikmalaya 46115
[email protected] Abstrak Penelitian ini merupakan qualitative reseach dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan Syekh Akbar M. Fathurrahman. Sampel penelitian ini adalah pimpinan Pesantren, pengurus Pesantren dan santri. Pengambilan data dilakukan dengan observasi mendalam dengan informan dan dianalisis dengan menggunakan Teori Kepemimpinan Koentjaraningrat dan beberapa konsep kepemimpinan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Syekh akbar M. Fathurrahman, selaku pimpinan membina hubungan baik dengan selalu berkomunikasi dengan pengurus lainnya dalam menyelesaikan setiap issue atau permasalah yang muncul. Selain itu Syekh Akbar membentuk suatu kepengurusan dengan struktur organisasi dan posisi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan setiap posisi memiliki tugas tersendiri dan terdapat pendelegasian apabila yang bersangkutan tidak dapat hadir dan M. Fathurrahman, selaku Syekh Akbar memiliki otoritas yang diakui oleh pengurus pesantren dan santri sehingga apapun yang diharuskan oleh Syekh Akbar selalu diikuti oleh pengurus dan santri dengan “sami’na waato’na”. Kesimpulannya adalah Kepemimpinan Syekh Akbar M. Fathurrahman dipandang efektif dalam mencapai tujuan tarekat dengan pencapaian yang sangat baik dalam sektor ekonomi, pendidikan dan pemberdayaan perempuan. Hal ini terjadi karena Syekh M. Fathurrahman memiliki wewenang atau authority karena proses pemilihan kepemimpinannya dianggap sebagai wahyu dari Alloh SWT, dan rasa yang menyenangkan yang tercipta dalam kepemimpinan beliau dihati para pengurus dan santri sehingga menciptakan situasi yang kondusif dan memudahkan dalam pencapaian suatu tujuan. Kata Kunci : Pesantren, Pemimpin, Al-Idrisiyyah
Abstract This study is a qualitative reseach in order to determine how the leadership of Sheikh Akbar M. Fathurrahman. The sample was Pesantren, Pesantren administrators and students. Data were collected by in-depth observation by informants and analyzed using Koentjaraningrat Leadership Theory and several other leadership concepts. The results showed that Sheikh Akbar M. Fathurrahman, as leader of fostering good relations with constant communication with other officials to resolve any issues or problems that arise. Besides Sheikh Akbar formed an organization's management structure and positions that are tailored to the needs and each position has its own job and there is a delegation if the person concerned is unable to attend and M. Fathurrahman, as Sheikh Akbar has the authority recognized by the board boarding schools and students so that any required by Sheikh Akbar is always followed by the board and students with "sami'na waato'na". The conclusion is the leadership of Sheikh Akbar M. Fathurrahman seen as effective in achieving the goal congregations with excellent achievement in the economic, education and women's empowerment. This happens because of Sheikh M. Fathurrahman has the power or authority for leadership selection process is regarded as the revelation of Allah SWT, and a sense of fun that is created in the hearts of his leadership of the board and the students so as to create conducive situation and facilitate the achievement of a goal.
Keywords: School, Leader, Al-Idrisiyyah
Sejak tahun 1989 sampai saat ini Pesantren
Penelitian
Tarekat Al-Idrisiyyah telah melakukan
mengeksplorasi
tentang
pergantian pemimpin sebanyak 4 kali.
Syekh
saat
Ustadz Syarifudin mengatakan bahwa telah
Fathurrahman, sedangkan manfaat dari
terjadi perkemangan yang cukup signifikan
penelitian ini adalah menambah kajian
pada Pesantren ini. Perkembangan terjadi
ilmu politik tentang Pesantren dan politik,
pada beberapa sektor seperti perikanan
dan
dengan dikembangkannya tambak ikan,
penelitian dimasa yang akan dating dan
sektor perekonomian dengan berdirinya 4
dapat menjadi masukan untuk kalangan
buah minimarket modern “Qinimart” dan
Pesantren dan para pemimpin yang ada di
saat
ini
sektor
berlangsung
ini
bertujuan
Akbar
untuk
kepemimpinan ini
bisa menjadi
yaitu
M.
referensi untuk
pendidikan
sedang
Kabupaten
pengembangannya
dengan
pengembangan Pesantren dengan kondisi
mendirikan sekolah tinggi agama Islam.
Tasikmalaya
dalam
saat ini dan yang akan datang.
Walaupun sudah mengalami beberapa kali
Model Kepemimipinan Kontijensi
kepemimpinan, Pesantren Tarekat Al-
dari Fiedler. Model ini berisi tentang
Idrisiyyah ini tetap bisa berkembang
hubungan
dengan jumlah santri mencapai seribu
dengan
orang
Adapun situasi yang menyenangkan itu
lebih.
Dibawah
kepemimpinan
antara situasi
gaya
kepemimpinan
yang
menyenangkan.
Syehk Fathuraman, Pesantren Tarekat Al-
diterangkan
oleh
fiedler
Idrisiyyah bisa berkembang dengan pesat.
hubungannya
dengan
Di komplek Pesantren juga di lengkapi
empiris sebagai berikut ini :
dimensi-dimensi
dengan tempat pendidikan formal seperti
1.
Hubungan pemimpin-anggota.
Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, dan
2.
Derajat dan sturktur tugas.
Sekolah Menengah Pertama. Tahun ajaran
3.
Posisi
2014-2015 jumlah santri yang bersekolah dipesatren ini sejumlah 252 dan pada tahun
dalam
kekuasaan
pemimpinyang
dicapai lewat otoritas formal. Suatu
situasi
menyenangkan
Peneliti
dimensi diatas mempunyai derajat yang
kepemimpinan
meneliti Syekh
bagaimana Akbar
M.
menyenangkan jika :
Idrisyyah di Kampung Pagendingan, Desa
a. Pemimpin
Tasikmalaya.
ketiga
tinggi. Dengan kata lain, suatu situasi akan
Fathurrahman di Pesantren Tarekat Al-
Jatihurip, Kecamatan Cisayong, Kabupaten
jika
dapat
ajaran 2015-2016 meningkat menjadi 333. hanya
pemimpin
akan
pengikutnya.
diterima
oleh
para
b. Tugas-tugas
dan
semua
yang
c. Penggunaan otoritas dan kekuasaan
berhubungan dengannya ditentukan
secara formal diterapkan pada posisi
secara jelas.
pemimpin.
Selanjutnya
menurut
Koentjaraningrat (1980), ada tiga unsur
mengikuti dan taat kepadanya apabila di perintah.
penting yang diperlukan oleh seorang
Di kampung adat Kuta (Subhan
pemimpin dalam menjalankan perannya
2011)
yaitu : kekuasaan atau “power”, wewenang
berdasarkan pola kehidupan dan peran
atau “authority”, dan popularitas. Pertama
yang di mainkan di masyarakat adat. Ada
kekuasaan atau power, unsur ini dianggap
beberapa pemimpin di kampung ini yaitu,
sebagai tulang punggung pemimpin untuk
sesepuh lembur, kuncen, pupuhu adat,
menerapkan kekuasaannya kepada orang
Ustadz atau tokoh agama memiliki struktur
lain, unsur ini lebih bersifat kekuatan fisik
tersendiri dengan peran dan fungsi tertentu.
yang
diterapkan
Sehingga pengikutnya
dapat
kepada di
taat kepada
pengikutnya. identifikasikan pimpinannya
penunjukan
Studi
pemimpin
diatur
tentang kepemimpinan ini
sejak dulu telah banyak menarik perhatian para
ahli. Sepanjang sejarah dikenal
karena rasa takut. Kedua wewenang atau
adanya kepemimpinan yang berhasil dan
authority,
yang
unsur
wewenang
seorang
tidak
berhasil.
Selain
itu
pemimpin mempunyai sifat-sifat yang
kepemimpinan banyak mempengaruhi cara
dianggap
masyarakat,
kerja dan perilaku banyak orang. Sebagian
pemimpin seperti ini dikategorikan sebagai
sebabnya sudah diketahui, sebagian belum
pemimpin agama seperti pendeta dan kyai,
terungkapkan.
yang disegani atau bahkan ditakuti orang
kepemimpinan banyak menarik perhatian
lain karena dianggap sebagai lambang
para ahli untuk dipelajari. Ada beberapa
masyarakat yang keramat dan diberi wahyu
studi yang dilakukan untuk mempelajari
oleh para leluhur, dewa, atau Tuhan.
tentang kepemimpinan.
keramat
oleh
Oleh
karena
itu
Ketiga popularitas pemimpin yang
Acuan penting dalam penelitian ini
populer dapat menjadi pangkal untuk
adalah penelitian Koentjaraningrat tentang
mendapatkan pengikut dalam jumlah yang
kepemimpinantradisional.
besar, tetapi unsur popular saja bukan
Koentjaraningrat (1980) pemimpin dalam
merupakan suatu unsur yang mutlak untuk
suatu masyarakat pada dasarnya dapat
memimpin. Orang biasanya senang kepada
dilihat dalam dua hal penting yaitu sebagai
orang yang populer, tetapi hal itu tidak
kedudukan sosial dan juga sebagai proses
berarti bahwa orang banyak juga mau
sosial. Sebagai kedudukan sosial pemimpin
merupakan suatu kompleks dari hak-hak
bersangkutan; (5) Sifat keramat menurut
dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh
pandangan umum dalam masyarakat yang
seseorang (ketua adat, kyai, kepala, rektor,
bersangkutan;
panglima dan lainnya).
pimpinan resmi yang telah ditentukan oleh
(6)
Lambang-lambang
Pemimpin dalam kehidupan sosial
adat dalam masyarakat; (7) Kemampuan
memerlukan tiga unsur penting untuk dapat
untuk mempergunakan kemampuan fisik
menjalankan
yang nyata.
kewajibannya
dengan
memuaskan, yaitu : (1), kekuasaan atau
Seseorang yang mempunyai sifat-
power; (2) wewenang, atau authority dan
sifat di atas dapat dikatakan orang yang
(3) popularitas. Dalam bahasa sehari-hari
populer. Kepopuleran tersebut merupakan
kekuasaan
dan
sering
modal bagi pemimpin dalam masyarakat
disamakan,
namun
dalam
untuk mendapatkan pengikut yang banyak.
wewenang sebenarnya
kajian ilmiah perlu dibedakan semisal
Pada
contoh ada pemimpin yang sebenarnya
kehidupan sosial manusia dapat dibedakan
tidak
tetapi
menjadi dua yakni pemimpin formal dan
besar,
pemimpin non formal. Pemimpin formal
sebaliknya ada pemimpin yang memiliki
biasanya ditunjuk melalui serangkaian tata
wewenang resmi, tetapi tidak mempunyai
aturan formal yang sudah
kekuasaan yang nyata.
sebelumnya, dan konstituen secara sah
memiliki
mempunyai
wewenang,
kekuasaan
Pemimpin
yang
pemimpin
dalam
disepakati
menimbulkan
memberikan wewenang pada pemimpin
pengaruh terhadap yang dipimpinnya tanpa
tersebut untuk berkuasa yang dikuatkan
bisa dicegah (asimetris). Pengaruh tersebut
oleh peraturan yang sifatnya formal.
disebabkan
Sedangkan pemimpin non-formal adalah
oleh
dapat
umumnya
sifat-sifat
pemimpin.
Sifat-sifat tersebut adalah : (1) Sifat-sifat
pemimpin
yang disenangi oleh warga masyarakat
pengangkatan formal sebagai pemimpin,
pada
namun
umumnya;
banyak
warga
kualitas unggul, dia mencapai kedudukan
masyarakat dan yang karena itu suka
sebagai orang yang mampu mempengaruhi
ditiru; (3) Keahlian yang diperlukan dan
kondisi psikis dan perilaku kelompok atau
diakui
masyarakat (Kartini 1998).
oleh
Pengesahan
dari
warga resmi
masyarakat; atau
(4)
ia
mendapatkan
yang
cita-cita
karena
tidak
Sifat-sifat
menjadi
(2)
yang
memiliki
sejumlah
legitimasi.
Menurut Koentjaraningrat (1980)
Pengesahan ini untuk bentuk masyarakat
menyebutkan tiga unsur kepemimpinan
tertentu semisal suku adat ditetapkan
dalam semua jenis masyarakat termasuk
berdasarkan hukum atau aturan adat yang
berlaku
dalam
masyarakat
tradisional
seperti
komunitas adat, yakni
kewenangan,
(2)
kekuatan
: (1)
dan
(3)
kepemimpinan
yang
didapatkan
seorang
digambarkan
sebagai berikut
popularitas. Pertama, kewenangan adalah kekuasaan
tersebut
Bagan 2.1 Unsur-unsur Kepemimpinan dan Sifat-
pemimpin berdasarkan pengesahan resmi
sifat Pemimpin
atau legitimasi menurut suatu prosedur yang telah ditetapkan oleh adat istiadat adat atau hukum dalam masyarakat yang bersangkutan.
Dalam
masyarakat
tradisional, prosedur tersebut biasanya dilakukan dengan serangkaian upacara, di mana pengesahan dari para roh nenek
Sumber : Koentjaraningrat (1980).
moyang atau dewa-dewa dilambangkan. Unsur
wewenang juga
dimiliki
oleh
seorang pemimpin yang mempunyai sifatsifat
yang
dianggap
keramat
oleh
masyarakat. Ia akan ditaati, disegani, atau ditakuti orang, karena ia dianggap lambang masyarakat yang keramat yang diberi wahyu oleh para leluhur, dewa atau Tuhan. Kedua, unsur kekuatan merupakan kemampuan
untuk
mempergunakan
kekuatan yang nyata. Sifat ini disebut kekuasaan (power) dalam arti khusus. Namun, kekuasaan ini tidak akan bertahan apabila hanya bersifat kekuatan fisik semata, dikarenakan orang hanya tunduk karena perasaan takut semata. Ketiga, adalah unsur popularitas yakni kemampuan pemimpin
untuk
mengoptimalkan
kemampuan dirinya sehingga melahirkan sifat-sifat yang disenangi dan dicitacitakan masyarakat seperti disebut di atas. Untuk
lebih
jelasnya
unsur-unsur
Membicarakan unsur kewenangan seperti
disebut
di
atas,
dipisahkan
dengan
legitimasi.
Ketiganya
tidak
bisa
kekuasaan
dan
berbeda
namun
saling berkaitan dan perlu untuk dipahami supaya
memiliki
kejelasan
dalam
pembahasan nantinya. Menurut Haryanto (2005)
kewenangan
merupakan kekuasaan
pada
kekuasaan, tidak
hakikatnya
akan
selalu
tetapi berupa
kewenangan. Di antara kekuasaan dan kewenangan, keduanya dibedakan dalam keabsahannya. Kewenangan merupakan kekuasaan
yang
memiliki
keabsahan,
sedangkan kekuasaan tidak selalu memiliki keabsahan. Legitimasi menunjuk pada pengakuan dan penerimaan masyarakat atau
kelompok
tertentu
terhadap
sekelompok kecil yang memiliki hak
berkuasa
(yang
memiliki
wewenang
tertentu).
wewenang tersebut dimiliki oleh orangorang yang menjadi anggota kelompok
Terkait
sumber-sumber
tertentu
yang
sudah
lama
sekali
kewenangan seorang pemimpin, Weber
mempunyai kekuasaan di dalam suatu
dalam Robbins (1996) membedakannya
masyarakat. Wewenang tadi dimiliki oleh
dalam tiga model yaitu : wewenang
seseorang atau sekelompok orang bukan
kharismatis, wewenang tradisional dan
karena mereka memiliki
wewenang rasional (legal).
kemampuan
khusus
wewenang
kharismatis,
Pertama, merupakan
pemimpin
pemimpin
kharismatis
dengan
sumber
kemampuan-
seperti
pada
melainkan
kekuasaan dan wewenang tersebut telah
wewenang yang didasarkan pada kharisma,
melembaga
yaitu suatu kemampuan khusus yang ada
masyarakat. Demikian lamanya golongan
pada diri seseorang. Kemampuan khusus
tersebut memegang tampuk kekuasaan,
ini melekat pada seseorang dan bersifat
masyarakat
given, dalam arti pemberian dari Tuhan
kepemimpinannya.
Yang
Maha
percaya
menjiwai
dan
mengakui
Ketiga, pemimpin rasional atau
adanya
legal adalah pemimpin dengan sumber
dasar
wewenang yang disandarkan pada sistem
kepercayaan dan mitos (taklid), karena
hukum yang berlaku di masyarakat. Sistem
pada dasarnya mereka menganggap bahwa
hukum disini dipahami sebagai kaidah-
sumber dari kemampuan tersebut adalah
kaidah yang telah diakui serta ditaati
sesuatu yang berada di atas kemampuan
masyarakat
dan kekuasaan manusia pada umumnya.
diperkuat oleh negara. Pada wewenang
Kedua,
dapat
yang didasarkan pada sistem hukum harus
maupun
dilihat juga apakah system hukumnya
sekelompok orang. Dengan kata lain,
bersandar pada tradisi, agama atau lainnya.
mengakui
kemampuan
akan
tersebut
pemimpin
dimiliki
Orang-orang
bahkan
di
sekitarnya
Kuasa.
dan
oleh
atas
tradisional seseorang
Penelitian ini menggunakan metode
triangulasi
dan
bahkan
(gabungan),
yang
analisis
telah
data
penelitian kualitatif. Metode ini adalah
bersifat induktif dan hasil
metode penelitian yang digunakan untuk
kualitatif lebih menekankan makna dari
meneliti kondisi objek yang alamiah,
pada generalisasi (Sugiyono, 2009:1).
(sebagai lawannya adalah Eksperimen),
Pendekatan
penelitian
penelitian
yang
dimana peneliti adalah instrumen kunci,
digunakan untuk penelitian ini yaitu
teknik pengumpulan data dilakukan secara
menggunakan
Pendekatan
Studi
Kasus.Studi Kasus adalah salah satu
Kemudian
metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Selain
Syekh al-Akbar Muhammad Daud Dahlan
Studi Kasus masih ada beberapa metode
Ra. mendapatkan tambahan 'Muhyiddin'
yang lain seperti eksperimen, survey,
dari Dia SAW. Begitu pula pelimpahan
historis dan analisis informasi dokumenter
mandat kekhalifahan Tarekat Idrisiyyah
(seperti
ekonomi).
selalu diinformasikan secara ruhaniyyah,
memiliki
dengan wasilah petunjuk Rasulullah SAW
dalam
studi-studi
Penggunaan
setiap
keuntungan
dan
metode kerugian
tersendiri,
pada
masa
kepemimpinan
melalui Guru Mursyid sebelumnya.
tergantung kepada tiga hal yaitu: 1) tipe
Istilah Muhyiddin dalam kepemimpinan
pertanyaan penelitiannya, 2) kontrol yang
Thariqah al-Idrisiyyah ini diberikan oleh
dimiliki
peristiwa
Rasulullah SAW melalui Nabi Khidhir As.
perilaku yang akan ditelitinya, dan 3) fokus
Bahkan semua Ulama yang dimasyhurkan
terhadap
penelitiannya
namanya karena memperjuangkan nilai-
(fenomena kontemporer ataukah fenomena
nilai Sunnah diberikan gelar itu dari
historis).
Rasulullah SAW.
peneliti
terhadap
fenomena
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian
sosial
yang
Penyematan
gelar
itu
ditandai
menggunakan
dengan kondisi umat yang semakin jauh
format deskriptif kualitatif yaitu penelitian
dari Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang
yang bertujuan untuk menggambarkan,
dibawa oleh para Pewarisnya. Ketika
meringkas
berbagai
Sunnah sudah dianggap asing dan aneh,
situasi atau berbagai fenomena realitas
maka munculah sosok Muhyiddin yang
sosial yang ada di masyarakat yang
menghidupkan
menjadi objek penelitian dan berupaya
tersebut.
untuk menarik realitas itu ke permukaan
(sumber:
sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model,
http:alidrisiyyah.com.profil.sejarah.
tanda, atau gambaran tentang kondisi,
diakses 27 April 2016, 20.30)
berbagai
kondisi,
kembali
sunnah-sunnah
situasi, atau fenomena tertentu (Burhan Bungin,2007:68). Berdasarkan pernyataan
Menurut Syekh Akbar, Orang kafir
diatas, penyusun dapat menyimpulkan
belum
tentu
bahwa jenis penelitian ini adalah Deskriptif
kekafirannya, dan orang yang beriman
Kualitatif.
belum
tentu
konsisten
konsisten
dengan
dengan
Pemimpin Tarekat Al-Idrisiyyah ini
keimanannya. Umat Islam tidak boleh
mendapat gelar dari Rasulullah SAW
egois dengan keislamannya, karena Dienul
(secara ruhani) yaitu: 'Syekh al-Akbar'.
Islam bukan diperuntukkan buat umat
Sedangkan
Islam saja, tapi untuk seluruh umat.
mengenakan cadar hitam.
Saat ini kepemimpinan Tarekat AlIdrisiyyah
diteruskan
oleh Syekh
M.
kaum
wanitanya Jama'ahnya
menjauhiperkara haram dan makruh seperti merokok.
Fathurrahman. Tarekat ini menekankan
Adapun
dalam
aspek
aspek lahir dan batin dalam ajarannya.
senantiasa mendawamkan salat berjama'ah
Penampilan lahiriyyah ditunjukkan oleh
termasuk
penggunaan atribut dalam berpakaian.
syukur setelah salat
Kaum laki-laki berjenggot, berghamis
secara istiqamah.
salat
peribadatannya
sunnahnya. Sujud fardhu dikerjakan
putih, bersurban, dan berselendang hijau.
Saat
ini
pimpinan
Pesantren
bawahan dan bawahan akan merasa
Tarekat Al-Idrisiyyah atau disebut Syekh
senang untuk melakukan apapun yang
Akbar sudah mengalami 4 kali pergantian.
diperintahkan pimpinan.
Banyak perubahan yang terjadi selama
Selain itu perkembangan yang
kepemimpinan
pesat
M.
Fathurrahman
pada
Pesantren
khususnya dibidang ekonomi, pendidikan
dipengaruhi
dan
kerjasama yang baik antara
peningkatan
sebelumnya
40
jumlah
jawiyah
jawiyah
menjadi
50
pula
ini, oleh
Syekh akbar M. Fathurrahman
jawiyah.
dengan para pengurus lain. Hal
1.
Hubungan pemimpin-anggota
ini sesuai dengan studi Madhi
Hubungan pemimpin (Syekh Akbar)
(2001)
dengan jemaah tarekat sangat baik dan
bahwa pemimpin yang sukses
jemaah tarekat sangat loyal dengan
dalam
tarekatnya.
pemimpin yang sukses dalan
Syekh
akbar
selaku
pimpinan
yang
membuktikan
pekerjaannya
adalah
bekerja sama dengan pemimpin
membina hubungan baik dengan selalu
lainnya.
berkomunikasi
pengurus
Menurut Keith Davis dalam
lainnya dalam menyelesaikan setiap
Thoha (2014) , terdapat empat
issue atau permasalah yang muncul.
sifat umum yang mempunyai
Dalam situasi seperti ini bawahan
pengaruh terhadap keberhasilan
merasa
kepemimpinan
sehingga
dengan
dihargai tercipta
oleh
pemimpin
kondisi
dimana
pemimpin lebih mudah diterima oleh
organisasi.
Salah satu diantaranya, sikapsikap hubungan kemanusiaan.
Cahyono
(2012)
megatakan
4. Saling
memberikan
bahwa keharmonisan hubungan
semangat
atasan
meningkatkan
bawahan
sangat
ditentukan oleh :
dalam hasil
usaha kerja
yang akan datang.
1. Keterbukaan
dan
kebersamaan
dalam
Dari pemaparan diatas dapat
dan
disimpulkan bahwa pencapaian
mengumpulkan
menganalisa fakta dan data. 2. Berkembangnya pengertian
tujuan
saling
dan
dalam
berorganisasi
dapat terwujud dengan adanya
kemauan
komunikasi
atau
hubungan
untuk mengakui apabila ada
yang baik antara pimpinan dan
kesalahan-kesalahan
pengikut.
yang
terjadi. Atasan mendorong bawahan
untuk
menemu-
kenali
masalah-masalah
2.
Derajat dan struktur tugas Struktur Penugasan terlihat jelas dalam kepengurusan Pesantren Al
yang menyebabkan hal itu
Idrisiyyah.
terjadi dan mencoba untuk
Al-Idrisiyyah memiliki visi dan misi
mengatasinya bersama-sama
yang jelas dengan berbagai sasaran
3. Adanya penghargaan atau
dan strategi pencapaian tujuan yang
apresiasi bagi bawahan, atas
mantap.
segala upaya
yang telah
pengangkatan orang untuk menduduki
dilakukan, secara merata dan
posisi tertentu yang dianggap mampu
adil. Dalam hal ini atasan
mencapai tujuan tarekat.
perlu
secara
Madhi (2001) mengungkapkan bahwa
menjelaskan
Terbukti
dengan
terbuka
kepada
bawahan,
pemimpin yang efektif harus memiliki
kriteria
yang
digunakan
sasaran yang jelas dan memiliki
dalam
mempertimbangkan
strategi
dalam
prestasi mereka. Disamping
selain
penghargaan berbentuk fisik,
tugasnya dan tugas bawahannya dalam
pengakuan dan pujian juga
melaksanakan
perlu
memiliki keberanian untuk berkorban
diekspresikan
oleh
itu
pencapaian tujuan,
pemimpin
yakin
kewajiban
serta
atasan kepada bawahan yang
dalam mewujudkan tujuannya.
berprestasi.
Sejalan
dengan
Madhi,
akan
Cahyono
(2012) mengemukakan bahwa dalam
memperoleh tujuan yang diharapkan,
dan ketrampilan, melalui kegiatan-
pemimpin harus mampu menentukan
kegiatan
derajat
dengan pendidikan/pelatihan yang
dan
struktur
terstandar.
tugas
Proses
yang
standarisasi
kelompoknya,
maupun
sesuai dengan kebutuhan.
membutuhkan komitmen yang tinggi diantara semua individu yang terlibat,
3.
Posisi kekuasaan pemimpinyang
baik atasan maupun para bawahannya.
dicapai lewat otoritas formal.
Maka perlu diciptakan upaya sebagai
Pengambilan
berikut:
menyelesaikan
a. Atasan
memberikan
terhadap
standar
dihasilkan
pengesahan yang
bersama
keputusan
untuk
permasalahan
di
lakukan degan musyawarah mufakat.
telah
M. Fathurrahman lahir di Tasikmalaya
oleh
dan sudah mejadi kebudayaan Orang
bawahannya. Kemudian bersama-
Sunda
sama
mekanisme
segala sesuatu yang perlu untuk
pemantauan terhadap pelaksanaan
diambil keputusannya dan sebagai
standar baru tersebut.
umat muslim, agama memerintahkan
memutuskan
b. Bawahan menunjukkan dedikasi
untuk
memusyawarahkan
kepada umat bahwasannya sebelum
yang tinggi dengan melaksanakan
mengambil
kegiatan kerja, memantau hasilnya
dilakukan
dan memberikan laporan secara
Setelah diambil keputusan oleh Syeih
teratur kepada atasan, atas inisiatif
Akbar, pengurus dan jemaah tarekat
sendiri.
mematuhi
c. Atasan meluangkan waktu untuk memberikan
perhatian,
dengan
keputusan ijtima’
apa
sebaikya
(musyawarah).
yang
dijadikan
keputusan Syekh Akbar. Sami’na waato’na dalam bahasa arab
memberikan saran-saran dan jalan
berarti
keluar bila
yang
melaksanakan dengan patuh. Hal ini
dihadapi, memberikan petunjuk bila
terjadi karena figur Syekh Akbar M.
prestasi bawahan menurun, dan
Fathurrahman
memberikan
santri dan memiliki otoritas tersendiri
ada
kendala
motivasi
bila
semangat mulai mengendur. d. Atasan membantu bawahan dalam mengembangkan perbaikan
rencana-rencana
selanjutnya,
terutama
dalam upaya meningkatkan prestasi
mendengarkan
sangat
dan
baik dimata
sehingga santri atau pengikut menjadi takluk
terhadap
kekuasaan
pemimpinnya. Hal ini sesuai dengan ungkapan Madhi (2001)
bahwa
pemimpin
yang
kharismatik menciptakan iklim kerja
sehingga pemimpin ini disegani atau
yang
bahkan
kondusif
kepada
para
bawahannya.
ditakuti
orang
lain
karena
dianggap sebagai lambang masyarakat
Dalam hal reward dan punishment,
yang keramat dan diberi wahyu oleh para
Apabila ada jamaah yang membuat
leluhur, dewa, atau Tuhan.Sedangkan
kesalahan pemimpin dapat bertindak
popularitas
sesuai dengan kekuasan yang beliau
mendapatkan pengikut dalam jumlah
miliki.
yang besar. Orang biasanya senang
adalah
modal
untuk
Dalam situasi tertentu dibutuhkan
kepada orang yang populer, tetapi hal itu
gaya kepemimpinan yang otokrasi guna
bukan jaminan bahwa semua pengikut
pencapaian tujuan yang diharapkan. Gaya
akan patuh dan taat kepadanya.
kepemimpinan yang dimaksud adalah
M.
Faturohman
memliliki
pemimpin yang dapat memberikan sanksi
wewenang atau authority karena jabatan
kepada
kepemimpinannya
bawahan
membuat
apabila
kesalahan.
mengungkapkan
bawahan
Madhi
untuk
(2001)
memberikan
diperoleh
melalui
serangkaian wiridan oleh para tokoh Pesantren.
Proses
pemilihan
sanksi dan hukuman yang efektif harus
kepemimpinan seperti ini menurut Ustadz
disesuaikan dengan setiap pelaku, jenis
Syarifudin
kesalahan dan kondisinya.
Sehingga Muh. Faturohman dianggap
Koentjoroningrat
adalah
birokrasi
Ilahi.
(1980)
sebagai pemimpin yang diberi wahyu
menjelaskan bahwa terdapat tiga unsur
oleh Alloh SWT. Setiap pengurus dan
penting
oleh
santri yang ada di Pesantren Tarekat Al-
seorang pemimpin dalam menjalankan
Idrisiyyah tunduk dan melakukan apa
perannya yaitu : kekuasaan atau “power”,
saja
wewenang
Faturohman.
yang
perlu
atau
popularitas.
dilakukan
“authority”,
Power
dan
yang diperintahkan oleh Muh.
adalah tulang
Sebagai contohnya adalah menurut
punggung pemimpin untuk menerapkan
Ustadz Syarifudin pada saat wawancara
kekuasaannya kepada orang lain berupa
terungkap bahwa ada seorang santri yang
kekuatan fisik yang diterapkan kepada
pekerjaannya adalah seorang anggota
pengikutnya. Sehingga muncul rasa taju
ABRI, ketika sedang bertugas diluar
dalam
daerah,
hati
wewenang
pengikutnya. yang
authority,
dimiliki
seorang
lalu
memanggilnya
Muh. supaya
Faturohman datang
ke
pemimpin mempunyai sifat-sifat yang
Pesantren Al-Idrisyyah, maka dia akan
dianggap
datang ke Pesantren, menghadap ke M.
keramat
oleh
masyarakat,
Faturohman. Anggota ABRI ini lebih
perannya yaitu : kekuasaan atau “power”,
loyal kepada M. Faturohman daripada ke
wewenang
Komandan di kesatuan ABRI nya.
popularitas.
Dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
Syekh
“authority”,
Power
dan
adalah tulang
punggung pemimpin untuk menerapkan
M.
kekuasaannya kepada orang lain berupa
gaya
kekuatan fisik yang diterapkan kepada
kepemimpinan “otokrasi baik hati ”
pengikutnya. Sehingga muncul rasa taju
dimana beliau memiliki kepercayaan
dalam
pada bawahan, mau mendengarkan saran
wewenang
dari bawahan dan tidak segan untuk
pemimpin mempunyai sifat-sifat yang
memberikan
dianggap
Fathurrahman,
Akbar
atau
memiliki
hukuman
apabila
ada
bawahan yang melanggar.
hati
pengikutnya. yang
authority,
dimiliki
keramat
oleh
seorang
masyarakat,
sehingga pemimpin ini disegani atau
Hal ini dikemukakan Thoha(2014)
bahkan
ditakuti
orang
lain
karena
bahwa pemimpin dengan gaya otokrasi
dianggap sebagai lambang masyarakat
mempunyai
terselubung,
yang keramat dan diberi wahyu oleh para
percaya pada bawahan, mau memotivasi
leluhur, dewa, atau Tuhan.Sedangkan
dengan hadiah-hadiah dan ketakutan
popularitas
berikut
hukuman-hukuman,
mendapatkan pengikut dalam jumlah
memperbolehkan adanya komunikasi ke
yang besar. Orang biasanya senang
atas, mendengarkan pendapat-pendapat,
kepada orang yang populer, tetapi hal itu
ide-ide
bukan jaminan bahwa semua pengikut
kepercayaan
dari
bawahan
memperbolehkan
adanya
dan delegasi
itu
Kato (2015) mengemukakan bahwa sebagai hasil dari otoritas pimpinan
menggunakan
adalah adanya kepatuhan pada bawahan.
authority
Kepatuhan (Compliance) adalah hasil di
(wewenang) dan popularity (popularitas)
mana target bersedia melakukan apa yang
dalam
agen inginkan namun lebih didasarkan
power
mampu
Akbar
untuk
M.
Fathurrahman
Syekh
modal
akan patuh dan taat kepadanya.
wewenang dalam proses keputusan. Selain
adalah
(kekuasaan),
melakukan
pimpinan
perannya
Pesantren
sebagai
Tarekat
Al-
Idrisiyyah.
pada rasa apatis daripada rasa antusiasme dan hanya memberikan sedikit dukungan.
Koentjoroningrat
(1980)
Agen
telah
mempengaruhi
perilaku
menjelaskan bahwa terdapat tiga unsur
seorang target tetapi tidak terhadap
penting
oleh
sikapnya. Seorang target tidak merasa
seorang pemimpin dalam menjalankan
yakin bahwa keputusan atau tindakan
yang
perlu
dilakukan
yang diambil adalah hal terbaik yang
4. Kepemimpinan Syekh Akbar M.
harus dilakukan atau akan efektif untuk
Fathurrahman,
mencapai suatu tujuan. Untuk tugas yang
dalam
sulit dan kompleks, kepatuhan akan
dengan pencapaian yang sangat baik
menjadi hasil yang tidak telalu berhasil
dalam sektor ekonomi, pendidikan
dibandingkan dengan komitmen. Akan
dan pemberdayaan perempuan.
tetapi,
untuk
tugas-tugas
rutin
dan
dipandang
mencapai
efektif
tujuan
5. Kepemimpinan
tarekat
Syekh
M.
sederhana, mungkin kepatuhan memang
Fathurrahman memiliki wewenang
dibutuhkan para agen untuk mencapai
atau
tujuan dari suatu tugas.
power,
Hasil
penelitian
menyimpulkan
bahwa :
authority, dan
pemilihan
kekuatan
popularitas.
atau proses
kepemimpinannya
melalui wiridan (birokrasi Ilahi),
1. Pimpinan Pesasntren Tarekat AlIdrisiyyah
memiliki
dianggap sebagai wahyu dari Alloh
hubungan
SWT. Memiliki keahlian karena
yang baik dengan bawahannya
menempuh pendiikan formal sampai
dengan
jenjang S2 di UIN Sunan Gunung
selalu
bermusyawarah
untuk mendapatkan mufakat.
Jati,dan pendidikan non formal dari
2. Pimpinan Pesantren Tarekat Al-
beberapa
pesantren
Cianjur,
Idrisiyyah
memliki derajat dan
Sukabumi,
penugasan
yang
dalam
gelar Syekh Al-Akbar, dikukuhkan
pencapaian tujuan tarekat dengan
sebagai pimimpin pesantren Tarekat
mengangkat
Al-Idrisiyyah oleh para tokoh santri
jelas
orang
untuk
Garut.
di
Mendapatkan
menduduki posisi tertentu yang
pada tanggal 10 Juli 2010.
dianggap bisa mencapai tujuan
Syekh M. Faturrahman mempunyai
tarekat
kekuatan atau power yang bisa
3. Pimpinan Pesantren Tarekat AlIdrisiyyah “otokrasi
memiliki baik
menghasilkan menyenangkan pengikut
hati” rasa dalam
dan
digunakan
untuk
menghadapi
gaya
serangan dari luar. Kekuatan atau
yang
power ini juga digunakan untuk
yang
memberikan
diri mampu
hukuman
kepada
santri yang melanggar peraturan pesantren.
menciptakan situasi yang kondusif
Syekh M. Faturrahman dianggap
sehingga
sebagai pemimpin yang baik hati
memudahkan
pencapaian suatu tujuan.
dalam
dan peduli kepada pengurus dan
santri dan Syekh M. Faturrrahman
dengan
dianggap sebagai orang yang tepat
mengangkat staff atau bawahan yang
untuk memimpin pesantren Tarekat
mampu bertanggung jawab dalam
Al-Idrisiyyah
melaksanakan tugasnya dan memiliki
karena
mampu
mengayomi pengurus dan santri. Syekh
M.
dianggap
Faturrahman akan
juga mampu
mengembangkan
Lembaga
Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah.
bawahan.
Selain
itu
loyalitas yang tinggi pada pimpinan 2.
pemerintah
dapat
memberikan
dukungan baik moril maupun materil terhadap
Pesantren-Pesantren
yang
berada di Kabupaten Tasikmalaya
Saran
terlebih
1.
mengangkat pemimpin yang memiliki
konvensional
visi dan misi yang jelas,
berkembang lebih baik sesuai dengan
memiliki
kharisma yang tinggi dan mampu menjalin
komunikasi
yang
yang
pada
Pesantren-Pesantren
diamanatkan
untuk
dapat
undang-undang.
baik
Daftar pustaka Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif. Komunikasi, Ekonomi, kebijakan Publlic, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana.. Chamdun. (2005). Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren. Jakarta Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren. Lp3es. Jakarta Koentjoroningrat. (1980). Beberapa Pokok Antropologi sosial, PT Dian Rakyat, Yogyakarta. Madhi, Jamal. (2001). Menjadi Pemimpin yang Efektif & Berpengaruh, PT Syaamil Cipta Media, Bandung.
Mas’ud, A. Dkk. (2002). Dinamika Pesantren dan Madrasah,Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Mahendra,O.A.A. (1997). Kepemimpinan Nasional, Pustaka Manikgeni. Denpasar. Revrisond,B. dkk. (2009). Kepemimpinan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, cetakan ke 6.Bandung. Thoha,
Miftah. (2014). Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT RAJAGRAFINDO PERSADA, Depok.
Sumber Lain : Arisandi, Roni. (2009). Skripsi “Perilaku pemilih pemula pada pemilu legislatif tahun 2009 di Kelurahan Sukamaju Kidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya. Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Siliwangi.
Cahyono, E.(2012). Artikel “Hubungan Atasan –Bawahan yang Demokratis. http://ecahyono.blogspot.co.id/2012/03/hubungan-atasan-dan-bawahan-yang.html. diunduh pada 1 Agustus 2016. Frediansyah, Ferry. (2014). Skripsi “Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan (studikasus terhadap gaya kepemimpinan kepala Desa perempuan di Desa Cibalong Tasikmalaya).Tasikmalaya. Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Siliwangi. Kato, Lina (2015). Artikel “Kekuasaan, Otoritas, dan Pengaruh Dalam Kepemimpinan “.http://www.ilmupsikologi.com/2015/08/kekuasaan-otoritas-dan-pengaruhkepemimpinan.html. diunduh pada 2 Agustus 2016 Taufiq, Rifqi. (2012). Skripsi “Model Kepemimpinan Dinasti Pesantren” ( studi kepemimpinan kyai di Pesantren Cipasung Kabupaten Tasikmalaya). Tasikmalaya. Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas Siliwangi. Agung, Subhan. (2011). Relasi Kuasa Dalam Kepemimpinan Adat. Aliansi Jurnal Politik dan Pemerintahan. Vol 3, no 1. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Siliwangi. Tasikmalaya. Sulaiman, Adhi. (2013). Refleksi Pilkada dan Model Kepemimpinan Kepaladaerah. Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Siliwangi. Tasikmalaya. Internet : Badan Pusat Statistik Daerah kecamatan Cisayong Tahun https://tasikmalayakab.bps.go.id/new/website/pdf_publikasi/Statistik-DaerahKecamatan-Cisayong--Tahun-2015.pdf diunduh pada 16 Agustus 2016
2015.