KENDALA DAN SOLUSI PENERAPAN KONSELING KELUARGA DALAM MENANGANI SISWA TERLAMBAT Mindrewati MTsN 1 Mataram
Abstrak Siswa terlambat merupakan masalah utama yang dihadapi oleh MTs Negeri 1 Mataram, terkait dengan kedisiplinan. Banyak upaya penanganan telah dilakukan, namun belum cukup efektif untuk mengatasinya. Pelibatan orangtua melalui konseling keluarga diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk menangani masalah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui kendala-kendala dalam menerapkan konseling keluarga, 2) untuk mengetahui faktor penyebab munculnya kendala-kendala tersebut, dan 3) untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam penerapan konseling keluarga dalam menangani siswa terlambat di MTs. Negeri 1 Mataram tahun pelaaran 2013/2014. Subjek penelitian terdiri atas 7 orang siswa yang dipilih secara purposive sampling dengan kriteria terlambat ≥ 6 kali. Konseling keluarga diberikan selama 2 minggu, namun sebelum dan sesudahnya, dilakukan pengamatan kehadiran siswa di sekolah, masing-masing selama 3 minggu. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, observasi, dan wawancara. Data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif, menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kendala-kendala yang dihadapi tidak saja berasal dari diri siswa dan orang tuanya, tetapi juga berasal dari pihak sekolah. 2) faktor penyebab munculnya kendala tersebut adalah: (a) kurang lengkapnya data tentang orang tua siswa/wali murid, (b) perbedaan domisili antara siswa dan orang tuanya, (c) kurang kooperatifnya siswa dan orang tua siswa/wali murid selama kegiatan konseling, (d) belum terjalinnya koordinasi internal, antara tenaga kependidikan dan guru (guru mapel dan wali kelas) dengan guru konselor. 3) upaya penanganan siswa terlambat melalui penerapan konseling keluarga difokuskan pada upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang berasal dari diri siswa, orang tua dan internal sekolah, dengan cara: (a) melengkapi biodata siswa terutama yang berkaitan dengan data kedua orang tuanya/wali murid, (b) meningkatkan pemahaman dan kerjasama antara pihak sekolah dengan siswa dan orang tuanya/wali murid, dan (c) meningkatkan koordinasi internal, yakni antara tenaga kependidikan dan guru, serta konselor sekolah Kata Kunci: Konseling Keluarga, Siswa, Terlambat, Kendala, Solusi 113
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 113-126
A. Pendahuluan Penegakan disiplin di sekolah dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang tertib dan kondusif guna menjamin keberhasilan
kegiatan
pembelajaran
(Sumarno,
2008).1
Upaya
tersebut
diharapkan akan bermuara kepada penumbuhan dan pengembangan siswa yang berkepribadian positif. Salah satu permasalahan yang ditangani dalam upaya penegakan disiplin siswa adalah menekan jumlah siswa yang datang terlambat ke sekolah. Permasalahan ini dirasakan penting untuk ditangani, mengingat dampak yang ditimbulkannya tidak saja akan mengacaukan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, tetapi juga akan menimbulkan beban psikologis bagi siswa yang bersangkutan. Kasus siswa datang terlambat juga menjadi salah satu permasalahan yang dialami oleh MTs Negeri 1 Mataram. Padahal sebagai siswa MTs Negeri 1 Mataram, mereka seharusnya sejak awal menyadari bahwa mereka dituntut untuk memiliki kedisiplinan yang tinggi. Hal ini mengingat bahwa lembaga tersebut merupakan satu-satunya MTs Model sekaligus MTs Unggulan di Kota Mataram, sehingga diharuskan untuk menerapkan kedisiplinan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan MTs yang lain. Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua siswa memiliki kesadaran dimaksud. Hasil identifikasi pendahuluan peneliti dan diperkuat oleh informasi dari Guru Piket terhadap berbagai pelanggaran kedisiplinan siswa di sekolah, menunjukkan bahwa kasus siswa terlambat, merupakan kasus yang paling banyak muncul jika dibandingkan dengan kasus-kasus yang lain. Rata-rata jumlah siswa terlambat adalah 12 orang per hari. Kejadiannya selalu berulang setiap hari. Selain jumlahnya yang relatif banyak, pelakunya juga cenderung yang itu-itu saja. Beragam pola penanganan selama ini telah diterapkan untuk menangani siswa terlambat di MTs.Negeri 1 Mataram, yakni mulai dari teguran lisan 1J.Sumarno,
“Minimalisasi Pelanggaran Disiplin di Sekolah Melalui Efektivitas Kinerja Tim Kedisiplinan”, dalam Widyagama, Vol.5 No.2, (2008), 23-30.
114
Kendala dan Solusi Penerapan Konseling Keluarga…. (Mindrewati)
sampai dengan membuat perjanjian dengan wali kelasnya. Namun, metode tersebut tampaknya belum cukup efektif untuk menekan jumlah siswa terlambat. Terbukti, kasus tersebut terus saja terjadi setiap hari. Beberapa siswa bahkan tetap saja datang terlambat meskipun sudah beberapa kali diberikan peringatan. Untuk itu, diperlukan strategi baru untuk menangani permasalahan tersebut. Dalam menangani kasus siswa terlambat, tampaknya pihak sekolah harus semaksimal mungkin melibatkan pihak keluarga. Hal ini sejalan dengan pendapat Kean-Davis, bahwa penanganan siswa bermasalah bukan tanggung jawab sekolah semata, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah dan keluarga. Terkait dengan hal tersebut, maka konseling keluarga dipandang sebagai salah satu metode layanan yang tepat untuk diterapkan dalam menangani siswa terlambat.2 Menurut Glass et al., pelibatan keluarga dalam penanganan siswa bermasalah merupakan bentuk kolaborasi konselor sekolah dengan pihak keluarga sebagai sebuah sistem.3 Pemilihan konseling keluarga sebagai strategi penanganan siswa terlambat didasari beberapa pertimbangan, diantaranya: 1) pertama, relasi orang tua-anak merupakan salah satu subsistem yang terdapat dalam sistem keluarga.4 Kedua, keterlambatan siswa datang ke sekolah tidak semata-mata disebabkan oleh kelalaian siswa tetapi orang tua juga ikut berperan karena merekalah yang mengantar anaknya ke sekolah; 3) ketiga, keluarga memiliki kekuatan untuk mendorong/menghambat usaha yang telah dilakukan oleh konselor/guru BK.5 (Latipun, 2011); 4) keempat, penanganan siswa terlambat secara kolaboratif antara konselor dan orang tua diyakini akan lebih efektif dibandingkan jika dilakukan oleh konselor secara sepihak, karena orang tua merupakan guru pertama siswa, sehingga pelibatannya diharapkan akan meningkatkan partisipasi siswa dalam
2
Kean-Davis, P. E., “The Influence of Parent Education and Family Income on Child Achievement: The Indirect Role of Parental Expectations and the Home Environment”, dalam Journal of Family Psychology, Vol. 19 No. 2 (2005), 294-304. 3 Glass, J. S. & Dotson-Blake, K. P., “Adventure Based Counseling and School-Based Family Counseling: Incorporating Experiential Education Into the School”, dalam International Journal for School-Based Family Counseling, (2010), 1-16. 4 Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Edisi I, (Jakarta: Kencana, 2012), 2. 5 Latipun, Psikologi Konseling. Edisi III, (Malang: UMM Press, 2011), 4.
115
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 113-126
program di sekolah.6 Kelima, hasil belajar siswa di sekolah lebih banyak dipengaruhi oleh permasalahan di rumah daripada permasalahan yang dihadapinya di sekolah.7 Diharapkan, pelibatan orang tua di sekolah secara nyata dapat meningkatkan akselerasi dan keseimbangan hasil belajar siswa.8 Beberapa ahli telah mempublikasikan hasil penelitian terdahulu, yang berkaitan dengan penerapan konseling keluarga dalam menangani siswa bermasalah di sekolah melalui pola SBFC (School-Based Family Conseling). Namun, karena merupakan topik baru, sehingga publikasinya masih terbatas dan kajiannya hanya baru dilakukan di beberapa negara. Sedangkan berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari Guru BK di MTsN 1 Mataram, diketahui bahwa pola penanganan seperti ini merupakan sesuatu yang baru dan belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dan solusinya dalam menerapkan konseling keluarga dalam menangani siswa terlambat di MTs. Negeri 1 Mataram tahun pelajaran 2013/2014. B. Metode Penelitian Penelitian ini didesain menggunakan metode eksperimen dengan desain perlakuan ulang, karena ada satu perlakuan, yakni konseling keluarga, yang diberikan kepada sekelompok subjek yang sama (siswa terlambat). Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:9 Non-Random X → (KK) → Y Keterangan: X = hasil pengamatan keterlambatan siswa sebelum perlakuan KK = perlakuan dengan Konseling Keluarga Y = hasil pengamatan keterlambatan siswa sesudah perlakuan Populasi penelitian adalah seluruh siswa MTs Negeri 1 Mataram tahun pelajaran 2013/2014 yang datang terlambat ke sekolah. Penentuan sampel S. R. Hara, & D. J.Burke, “Parent involvement: the key to improved student achievement”, dalam School Community Journal, Vol.8 No.2, (1998), 219-228. 7 J. S. Hinkle,& M. E. Wells, Family counseling in the school: effective strategies and interventions for counselors, physchologists and therapists, (School of Education, University of North Carolina, Greensboro. North Carolina: ERIC/CASS Publications, 1995). 8 Burke, “Parent..., 219-228. 9 Latipun, Psikologi..., 4. 6
116
Kendala dan Solusi Penerapan Konseling Keluarga…. (Mindrewati)
dilakukan dengan purposive sampling, karena siswa yang akan dijadikan sampel dipilih dengan kriteria tertentu. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah mengacu pada frekuensi siswa datang terlambat ke sekolah. Artinya, tidak semua siswa yang terlambat akan dijadikan sampel, tetapi sengaja dipilih berdasarkan jumlah tertentu. Setelah dilakukan penelitian pendahuluan selama 4 minggu (24 hari) terhadap sejumlah siswa yang terlambat di sekolah, maka dipilih responden yang memiliki frekuensi terlambat ≥ 6 kali. Dari sejumlah siswa yang terlambat, selanjutnya terpilih 7 orang siswa yang memenuhi kriteria tersebut, dengan rincian 4 orang kelas IX dan 3 orang kelas VIII; 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan (Tabel 1). Tabel 1. Daftar nama siswa yang dijadikan responden No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Resonden A.N.M. A.P. A.A.T. F.H. G.F.M. M.N. Z.
Kelas
Jenis kelamin
IX.3 IX.3 IX.4 IX.4 VIII.4 VIII.7 VIII.7
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan
Jumlah kali terlambat 6 7 6 5 8 6 7
Lama penanganan untuk setiap siswa dibatasi antara 2-3 kali (sekali penanganan per minggu). Adapun pertimbangannya bahwa peneliti hanya membatasi untuk menangani 1-2 orang siswa beserta orang tuanya per hari. Tahapan pelaksanaan konseling keluarga di sekolah mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Crane (1995), dan Latipun (2011), yakni terdiri atas empat tahapan (Tabel 2).10 Kegiatan pada ke empat tahap konseling dilakukan selama 3 kali pertemuan, dengan alokasi waktu 90 menit untuk setiap pertemuan. Rincian alokasi waktu adalah sebagai berikut: 1 kali pertemuan untuk tahap 1, 1 kali pertemuan untuk tahap 2 dan tahap 3, dan 1 kali pertemuan untuk tahap 4. 10
D. R. Crane, “Introduction to behavioral family therapy for family with young children”, dalam Journal of Family Therapy, Vol. 17, (1995), 229-242.
117
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 113-126
Tabel 2. Tahapan konseling keluarga dalam menangani siswa terlambat di MTsN.1 Mataram No.
1.
2.
Tahapan konseling Tahap pertama Tahap kedua
Kegiatan yang dilakukan Memanggil setiap siswa responden ke ruang BK untuk mengetahui penyebab keterlambatan mereka. Selanjutnya, menginformasikan dampak dan upaya penanganan, serta memberikan pemahaman kepada siswa untuk memperoleh persetujuan kaitannya dengan rencana penanganan yang melibatkan orangtua. Mengundang orangtua siswa untuk hadir ke sekolah sesuai jadual yang telah ditentukan (via surat atau kontak telp.) untuk menangani masalah keterlambatan anak. -
3.
Tahap ketiga
4.
Tahap keempat
Menginformasikan kepada orang tua tentang kasus keterlambatan anak, dan menggali informasi dari orang tua tentang aktivitas anak di rumah, terutama yang berkaitan dengan aktivitas belajar, bermain, dan jadual tidur, guna mengesplorasi faktor penyebab siswa terlambat. Selanjutnya, menginformasikan dampak keterlambatan anak, dan bersama orang tua, mengeksplorasi berbagai solusi/alternatif tindakan untuk mengatasinya. Setelah diperoleh solusi, selanjutnya ditunjukkan kepada orang tua bagaimana cara menerapkan solusi tersebut untuk menangani masalah keterlambatan anak. Cara penerapan solusi penanganan yang telah dipahami orang tua selanjutnya diimplementasikan di rumah. Setelah diimplementasikan, dilakukan kunjungan rumah untuk mengamati kemajuan yang dicapai. Jika masih diperlukan penjelasan, diberikan contoh lanjutan sampai orang tua merasa dapat menangani kasus keterlambatan anak.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara, yaitu dokumentasi, observasi, dan wawancara. Teknik dokumentasi digunakan untuk menelusuri dan menentukan identitas siswa yang terlambat. Data identitas siswa diperoleh dari Guru Piket atau pun dari Wali Kelas. Teknik observasi digunakan untuk mengamati perubahan kehadiran (kedatangan) dan perilaku siswa di sekolah sebelum dan sesudah perlakuan. Kegiatan observasi dilakukan selama 3 minggu (18 hari) untuk mengetahui jam datang siswa sebelum perlakuan. Setelah dilakukan perlakuan selama 2 minggu (12 hari), dilakukan lagi observasi selama 3 minggu (18 hari) untuk mengetahui perubahan jam datang siswa sesudah perlakuan.
118
Kendala dan Solusi Penerapan Konseling Keluarga…. (Mindrewati)
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa tentang faktor penyebab datang terlambat ke sekolah. Selain itu, teknik ini juga digunakan dalam pemberian konseling keluarga selama kegiatan penelitian. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif, menggunakan model Miles dan Huberman. A. Temuan Penelitian Setelah diidentifikasi secara umum, maka diketahui bahwa ada 9 kendala yang dihadapi dalam penerapan konseling keluarga untuk menangani siswa terlambat di MTs Negeri 1 Mataram tahun pelajaran 2013/2014. Dari jumlah tersebut, 7 kendala (77,77%) berasal dari faktor siswa dan orang tua/wali murid, dan sisanya berasal dari pihak sekolah (Tabel 3). Upaya penanganan juga dibatasi pada upaya untuk menekan faktor penyebab yang berasal dari ketiga faktor tersebut. Tabel 3. Kendala-kendala dalam penerapan konseling keluarga untuk menangani siswa terlambat di MTs Negeri 1 Mataram No.
Kendala-kendala
1.
Sulit mendapatkan informasi lengkap tentang alamat orang tua siswa yang bermasalah Sulit menghubungi nomor handphone orang tua siswa yang bermasalah Sulit menyampaikan informasi kepada orang tua terkait permasalahan siswa di sekolah
2.
3.
Faktor penyebab
Upaya penanganan - Menelusuri dari siswa ybs - Menelusuri dari temannya
Alamat orang tua berbeda dengan alamat rumah yang tercantum pada biodata siswa karena data belum lengkap atau pindah alamat Orang tua ganti nomor - Menelusuri dari handphone siswa ybs - Menelusuri dari temannya Belum dipahaminya secara Memberikan utuh tentang tupoksi oleh pema-haman kpd tenaga kependidikan di tenaga TU ttg sekolah, terutama yang pentingnya berkaitan dengan mekanisme penanganan pemanggilan orang tua bersama oleh sklh & ortu 119
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 113-126
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Siswa yang Siswa takut diketahui Memberikan bersangkutan enggan permasalahannya di sekolah pema-haman kpd menyampaikan surat oleh orang tuanya siswa ybs tentang panggilan orang tua yg pentingnya dititip oleh sekolah penanganan kepada orang tuanya bersama antara sekolah & ortu Siswa masih enggan Takut mendapat stigma Melakukan menghadap ke ruang sebagai siswa bermasalah sosialisasi BK ketika dipanggil oleh teman-temannya krn tentang tupoksi untuk menyelesaikan adanya kesan bahwa hanya BK di sekolah permasalahannya siswa bermasalah saja yang masuk ruang BK Masih sering terjadi Belum dipahaminya secara Menggunakan perbe-daan pemahaman utuh tentang batas toleransi keten-tuan Tata antar guru (guru untuk pemanggilan orang tua Tertib Sekolah mapel, wali kelas & dan mekanisme sebagai acuan guru BK) tentang perlu pemanggilannya bersama tidaknya memanggil orang tua siswa Ada beberapa orang tua - Alasannya surat panggilan Home visit & memsiswa yang tidak belum diterima berikan pemahaman merespon positif surat - Urusan pekerjaan yang ttg pentingnya panggilan untuk tidak bisa ditinggalkan kolaborasi antara ortu datang ke sekolah & sklh Ada beberapa kasus - Ayahnya berdomisili di luar Home visit & siswa yang tidak dapat Pulau Lombok karena mela-kukan ditangani secara alasan tempat kerja komunikasi bersama oleh kedua - Siswa tidak tinggal bersama bersama dengan orang tuanya karena dengan kedua orang tuanya ortu dan ayahnya sulit mempertemukan karena dititip di rumah via HP. siswa dengan kedua neneknya orangtuanya Masih ada orang tua Orang tua masih belum Home visit & yang kurang kooperatif menyadari sepenuhnya akan mem-berikan dlm me-nyampaikan pentingnya laporan pemahaman ttg laporan tentang perkembangan anak sebagai tupoksi BK dan perubahan & bahan evaluasi untuk pentingnya perkembangan anaknya memberikan penanganan kolaborasi antara selama pro-ses konseling berikutnya ortu & sklh kepada guru BK
Sumber: Data Primer Diolah 120
Kendala dan Solusi Penerapan Konseling Keluarga…. (Mindrewati)
Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa ada 49 kendala yang dihadapi oleh ke 7 siswa responden dalam penanganan siswa terlambat. Dari jumlah tersebut, kendala nomor 7 menempati jumlah terbanyak dengan 8 kasus (16,32%), diikuti oleh kendala nomor 2, 3, 4, 5, masing-masing dengan 7 kasus (14,28%), selanjutnya kendala nomor 6 dan 9, dengan masing-masing 4 kasus (0,81%), kendala nomor 1 dengan 3 kasus (0,61%), dan paling sedikit adalah kendala nomor 8 dengan 2 kasus (0,40%) (Tabel 4). Tabel 4. Kendala-kendala yang dihadapi per responden dalam menangani siswa terlambat dengan konseling keluarga X Nama No. Responden
Kendala-kendala dalam penanganannya
Kelas
1.
A.N.M.
IX.3
2.
A.P.
IX.3
3.
A.A.T.
IX.4
4.
F.H.
IX.4
5.
G.F.M.
VIII.4
6.
M.N.
VIII.7
7.
Z.
VIII.7
Jumlah Total
Y
1
2
3
X
√ √ √
4
5
6
7
8
√ √
√
√ √
∑ hari trlam9
11
Y
2
X
√ √
√ √
√
√
8
Y
0
X
√ √
√ √
√
Y X
√ √ √
√ √
√
9 √
0
√ √ √
7
√
1
Y X
√ √
√ √
Y X
√ √
√ √
√
8
√
2
√
8
Y X
bat
√ √ √ √
√ √
√
9
Y
√ 3
7
7
7
7
4
8
0
2
1
4
Sumber: Data Primer Diolah Keterangan: X: Frekuensi siswa terlambat sebelum perlakuan dengan konseling keluarga Y: Frekuensi siswa terlambat sesudah perlakuan dengan konseling keluarga
121
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 113-126
B. Pembahasan Efektivitas penanganan permasalahan siswa terlambat di MTs Negeri 1 Mataram tahun pelajaran 2013/2014 melalui konseling keluarga dipengaruhi oleh jumlah kendala, dan sumber kendala, serta pola domisili siswa dengan keluarganya. Siswa yang jumlah kendala dan sumber kendalanya lebih sedikit, serta pola domisilnya yang tinggal bersama keluarga, relatif lebih mudah ditangani dibandingkan dengan siswa yang jumlah kendala dan sumber kendalanya lebih banyak, serta tinggal terpisah dengan keluarganya. Jumlah kendala dalam penanganan siswa terlambat dengan konseling keluarga, bervariasi antara responden yang satu dengan lainnya (Tabel 4). Siswa yang orang tuanya lebih kooperatif dalam bekerjasama dengan pihak sekolah, relatif lebih mudah ditangani. Sebaliknya, untuk orang tua yang kurang kooperatif, relatif lebih sulit ditangani. Mereka biasanya memiliki banyak alasan untuk tidak datang menghadiri panggilan sekolah. Belum menerima surat panggilan dan pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan adalah dua hal yang sering dijadikan sebagai alasan utama. Sumber kendala dalam penanganan siswa terlambat lebih banyak berasal dari siswa dan orang tua/wali murid (77,77%), dan hanya 22,23% berasal dari pihak sekolah (Tabel 3). Kurang kooperatifnya siswa dan orang tua/wali murid, merupakan dua faktor yang dominan sebagai kendala dalam penanganan siswa terlambat. Ini menunjukkan bahwa permasalahan siswa di sekolah sebetulnya lebih banyak berasal dari diri siswa dan keluarganya. Data ini sekaligus menguatkan pernyataan Hinkle & Wells bahwa perilaku dan hasil belajar siswa di sekolah lebih banyak dipengaruhi oleh permasalahan di rumah daripada permasalahan yang dihadapinya di sekolah.11 Pola domisili siswa dengan keluarganya juga mempengaruhi proses konseling keluarga. Siswa yang tinggal bersama dengan kedua orang tuanya relatif lebih mudah ditangani dibandingkan dengan yang tinggal terpisah. Hal ini, selain karena diantara mereka lebih mudah menjalin komunikasi, pengawasan orang tua kepada anaknya juga lebih intensif. Dalam kasus seperti ini, Guru BK 11
Wells, Family..., 1995.
122
Kendala dan Solusi Penerapan Konseling Keluarga…. (Mindrewati)
dapat lebih mempertemukan mereka secara langsung sehingga permasalahannya dapat ditangani lebih cepat. Sebaliknya, pada keluarga yang tinggalnya terpisah, misalnya antar pulau karena alasan pekerjaan (misalnya karena ayahnya bekerja di perusahaan tambang di Kalimantan Timur), Guru BK tidak dapat bertemu dan berkomunikasi secara langsung, sehingga informasi yang diterima tidak sampai secara utuh, terutama kepada ayahnya. Upaya penanganan yang dilakukan, selain dimaksudkan untuk mengatasi kendala yang berasal dari diri siswa dan keluarganya, juga untuk mengatasi lemahnya koordinasi di internal sekolah. Kedua upaya tersebut dilakukan secara simultan dan terus menerus selama pelaksanaan konseling keluarga. Penanganan terhadap kendala yang berasal dari siswa dilakukan dengan memberikan pemahaman tentang tupoksi dari guru BK di sekolah. Pemahaman terhadap hal ini mereka perlukan, karena mereka selama ini beranggapan bahwa guru BK itu identik dengan polisi sekolah. Kesan seperti itu memang tidak terhindarkan, karena yang biasa mereka lihat keluar masuk ruang BK adalah siswa-siswa yang bermasalah. Atas dasar itulah, maka mereka enggan untuk masuk ke ruang BK karena khawatir mendapatkan stigma negatif sebagai siswa bermasalah. Penanganan terhadap kendala yang berasal dari pihak orang tua siswa dilakukan dengan panggilan orang tua ke sekolah, dan ditindaklanjuti dengan kegiatan home visit (kunjungan rumah). Kedua metode tersebut cukup efektif dalam meningkatkan sikap kooperatif orang tua dengan pihak sekolah. Terbukti, yakni jika selama ini mereka cenderung pasif, namun setelah dilakukan konseling keluarga, mereka menjadi lebih aktif, terutama dalam hal memberikan laporan kemajuan anaknya selama proses konseling. Mereka juga semakin menyadari bahwa keberhasilan anaknya di sekolah, bukan tanggung jawab sekolah semata, tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah dan keluarga. Sikap kooperatif orang tua ini menjadi hal yang penting, karena diharapkan dapat mempertahankan perilaku disiplin anaknya pasca konseling. Upaya penanganan terhadap kendala yang berasal dari pihak sekolah dilakukan dengan meningkatan koordinasi secara internal, terutama antara Guru 123
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 113-126
BK dengan tenaga kependidkkan (TU), dan Guru BK dengan guru lainnya (guru mapel dan wali kelas). Hal ini dimaksudkan agar mereka memiliki persepsi yang sama dalam menangani permasalahan siswa terlambat, sehingga penanganannya dapat dilakukan secara kolektif dan dipahami sebagai tanggung jawab bersama. Jika semuanya sudah memililki persepsi yang sama dan sudah memahami tupoksi masing-masing, maka perdebatan tentang layak tidaknya seorang siswa untuk dipanggil orang tua, dan siapa yang harus membuat surat panggilan, serta bagaimana cara menyampaikan surat panggilan tersebut kepada orang tuanya, tidak perlu lagi terjadi. Penanganan terhadap faktor penyebab siswa terlambat, baik yang berasal dari diri siswa, orang tua, maupun pihak sekolah, cukup efektif. Terbukti dengan berkurangnya secara tajam frekuensi siswa terlambat sesudah diterapkannya konseling keluarga dibandingkan dengan sebelumnya. Hasil positif ini sekaligus membuktikan pernyataan Kahraman & Derman (2012) bahwa penanganan permasalahan siswa secara kolaboratif (kerjasama antara pihak sekolah dan lorang tua
siswa)
dapat
lebih mudah membantu
siswa
keluar dari
permasalahannya.12 C. Simpulan 1. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan konseling keluarga untuk mengatasi siswa terlambat di MTs. Negeri 1 Mataram tahun pelajarn 2013/2014 tidak saja berasal dari diri siswa dan orang tuanya, tetapi juga berasal dari pihak sekolah. Kendala-kendala tersebut adalah: a) kurang lengkapnya data tentang orang tua siswa/wali murid, b) perbedaan domisili antara siswa dan orang tuanya, c) kurang kooperatifnya siswa dan orang tua siswa/wali murid selama kegiatan konseling, d) belum terjalinnya koordinasi internal, antara tenaga kependidikan dan guru (guru mapel dan wali kelas) dengan guru konselor.
12
P. B. Kahraman & M. T. Derman, “The View of Primary and Preschool Education Teachers about Home Visiting: a Study in Turkey”, dalam The Online Journal of Counseling and Education, Vol. 1 No.3, (2012), 107-117.
124
Kendala dan Solusi Penerapan Konseling Keluarga…. (Mindrewati)
2. Upaya penanganan siswa terlambat melalui penerapan konseling keluarga difokuskan pada upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang berasal dari diri siswa, orang tua dan internal sekolah. Upaya-upaya tersebut adalah: a) melengkapi biodata siswa terutama yang berkaitan dengan data kedua orang tuanya/wali murid, b) meningkatkan pemahaman dan kerjasama antara pihak sekolah dengan siswa dan orang tuanya/wali murid, dan c) meningkatkan koordinasi internal, yakni antara tenaga kependidikan dan guru, serta konselor sekolah.
125
Jurnal al-Tazkiah, Vol.4 No.2, 2014: 113-126
Daftar Pustaka Bryan, J. 2005. Fostering educational resilience and achievement in urban schools through school-family-community partnerships. Professional School Counseling, 8 (3), 219-227. Crane, D. R. 1995. Introduction to behavioral family therapy for family with young children. Journal of Family Therapy, 17, 229-242. Glass, J. S. & Dotson-Blake, K. P. 2010. Adventure based counseling and schoolbased family counseling: incorporating experiential education into the school. International Journal for School-Based Family Counseling, 2, 1-16. Hara, S. R. & Burke, D. J. 1998. Parent involvement: the key to improved student achievement. School Community Journal, 8 (2), 219-228. Hinkle, J. S. & Wells, M. E. 1995. Family counseling in the school: effective strategies and interventions for counselors, physchologists and therapists. School of Education, University of North Carolina, Greensboro. North Carolina: ERIC/CASS Publications. Kahraman, P. B. & Derman, M. T. 2012. The view of primary and preschool education teachers about home visiting: a study in Turkey. The Online Journal of Counseling and Education, 1 (3), 107-117. Kean-Davis, P. E. 2005. The influence of parent education and family income on child achievement: the indirect role of parental expectations and the home environment. Journal of Family Psychology, 19 (2), 294-304. Latipun, (2011). Psikologi konseling. Edisi III. Malang: UMM Press Marchetti-Mercer, M. C., (2008). The value of using a school-based family counseling approach following an incident of school violence: A case study. International Journal for School-Based Family Counseling, 1 (1), 1-15 Sri Lestari, (2012). Psikologi keluarga: penanaman nilai dan penanganan konflik dalam keluarga. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana. Sumarno, J., (2008). Minimalisasi pelanggaran disiplin di sekolah melalui efektivitas kinerja tim kedisiplinan. Widyagama, 5 (2), 23-30.
126