KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON Christy C.V. Suhendy Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura – Ambon e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Changes in land use affects water availability and storage. The aim of this study was to find out the volume of surface water that can be saved by any type of land cover in the city of Ambon. The data in the form of soil maps and land cover maps were analyzed by performing an overlay. The results showed that the largest surface water storage obtained from forest land cover was 55.24%, while all vegetated land contributes 92.12% of total deposits amounting to 3,536,894.01 m3/year surface water. Key words: ground water surface, water supplies, land cover, soil type. PENDAHULUAN tanah awal cenderung meningkat dan karenanya daya tampung air dalam tanah menjadi berkurang. Latar Belakang (2) Kegiatan yang bersifat memadatkan tanah Kegiatan tata guna lahan yang bersifat seperti penggembalaan yang intensif, pembuatan merubah tipe atau jenis penutup lahan, seringkali jalan dan bangunan lainnya, dan penebangan dapat memperbesar atau memperkecil hasil hutan. Kegiatan-keiatan tersebut dalam batas air. Perubahan dari satu jenis vegetasi ke jenis tertentu dapat meningkatkan volume dan waktu vegetasi lainnya adalah umum dalam suatu berlangsungnya air limpasan, dan dengan pengelolaan sumberdaya alam. Penebangan demikian memperbesar debit puncak. Kegiatan hutan, peladangan berpindah, atau perubahan yang bersifat memacu infiltrasi diharapkan dapat tataguna lahan hutan menjadi areal perkebunan, memberikan pengaruh sebaliknya. padang rumput atau pemukiman adalah contoh Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan yang sering dijumpai pada wilayah seberapa besar volume air tanah yang dapat yang sedang bertumbuh. Terjadinya perubahan terserap dan dapat disimpan oleh setiap tutupan tataguna lahan dan jenis vegetasi tersebut dalam lahan di Kota Ambon, dan mengetahui jenis skala besar dan bersifat permanen akan dapat tutupan lahan berupa apa yang dapat menyerap mempengaruhi ketersediaan air. dan menyimpan air dengan volume yang Menurut Hibbert (1983); Bosch and terbesar. Hewlett, (1982) dalam Asdak, (1995), kebanyakan persoalan sumberdaya air berkaitan dengan waktu METODE PENELITIAN dan penyebaran aliran air. Kekeringan dan banjir adalah dua contoh klasik yang kontras tentang Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium perilaku aliran air sebagai akibat perubahan kondisi tataguna lahan dan faktor meteorologi, GIS dan Remote Sensing Fakultas Kehutanan, terutama curah hujan. Hasil penelitian jangka Institut Pertanian Bogor. Alat yang digunakan panjang yang telah dilakukan di berbagai penjuru berupa seperangkat komputer yang dilengkapi dunia menunjukkan bahwa pengaruh tataguna dengan software ArcView GIS 3.2. Bahan yang lahan dan aktivitas lain terhadap perilaku aliran digunakan dalam penelitian ini adalah peta digital air dapat terjadi dengan cara : (1) Penggantian tanah dan tutupan lahan di Kota Ambon. atau konversi vegetasi dengan transpirasi atau Analisis Data intersepsi tahunan tinggi menjadi vegetasi dengan transpirasi atau intersepsi rendah dapat Penentuan Nilai Simpanan Air Tanah meningkatkan volume aliran air dan mempercepat Menurut Arsyad (2006), simpanan air tanah (S) waktu yang diperlukan untuk mencapai debit dapat diduga dengan menggunakan persamaan: puncak. Mekanisme peningkatan volume aliran air ini terjadi ketika hujan turun, kelembaban
24
S
Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011
=
25400 CN
254
......................(1) Dimana CN merupakan bilangan kurva (curve number) yang nilainya berkisar antara 1 – 100. Nilai CN ditentukan untuk setiap jenis tutupan lahan pada suatu kelompok hidrologi tanah. Untuk suatu kawasan yang terdiri dari beberapa kelompok hidrologi tanah, maka nilai CN ditentukan dengan metode rata-rata berbobot. Prinsip dasar metode tersebut adalah menghitung nilai rata-rata secara proporsional, dimana setiap variasi berkontribusi sebanding dengan bobotnya. Dalam perhitungan nilai CN, menggunakan bobot setiap variasi tanah, sehingga diperoleh persamaan: CN i = Σ (W m,i x CN m,i) ................................(2) W m,i = Am,i / Ai ......(3) CN i : Nilai CN rata-rata berbobot untuk tipe tutupan lahan i W m,i : Perbandingan luas tipe tanah m dengan luas total areal tutupan lahan i CN m,i : Nilai CN pada tipe tanah m pada areal tutupan lahan i A m,i : Luas tipe tanah m pada areal tutupan lahan i (ha) A i : Luas total areal tutupan lahan i (ha) Tipe tanah, penggunaan tanah, dan kondisi hidrologi penutup tanah adalah sifat-sifat daerah aliran yang mempunyai pengaruh paling penting dalam menduga volume aliran permukaan (Arsyad, 2006). a. Klasifikasi kelompok tanah SCS telah mengembangkan sistem klasifikasi tanah berdasarkan sifat tanah yang mengelompokkan tanah ke dalam empat kelompok hidrologi (McQueen, 1982 dalam Lokolo, 2002): Kelompok A: Dalam keadaan basah, tanah ini memiliki tingkat infiltrasi relatif tinggi, sehingga potensi air limpasan di permukaan menjadi sangat kecil. Susunan tanah ini biasanya terdiri dari pasir dan kerikil Kemampuan Lahan untuk Menyimpan Air di Kota Ambon
Kelompok B:
Kelompok C:
Kelompok D:
yang memiliki tingkat kelulusan air sangat baik. Kemampuan mentransmisi air ke dalam tanah yang besar ditunjukkan melalui tingkat infiltrasi tanah di atas 0,3 inci/jam. Dalam keadaan basah tanah ini memiliki tingkat infiltrasi sedang, atau lebih kecil jika dibandingkan kelompok A. Biasanya terdiri dari tanah bertekstur kasar yang memiliki tingkat kelulusan air baik dengan potensi untuk melimpaskan air permukaan sedang. Kemampuan mentransmisi air kedalam tanah ditunjukkan melalui tingkat infiltrasi yang berkisar antara 0,15 - 0,20 inci/ jam. Dalam keadaan basah tanah ini memiliki tingkat infiltrasi rendah, atau lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok B. Pada umumnya berupa tanah yang memiliki tekstur halus dengan potensi untuk melimpaskan air di permukaan cukup baik. Kemampuan mentransmisi ke dalam tanah yang rendah diperlihatkan melalui tingkat infiltrasi yang berkisar antara 0,05 – 0,15 inci/jam. Potensi tanah ini untuk melimpaskan air sangat b e s a r, h a l i n i d a p a t ditunjukkan dengan sangat rendahnya tingkat infiltrasi jika dibandingkan dengan kelompok A, B, dan C. Pada umumnya berupa tanah lempung atau tanah liat yang memiliki tekstur sangat rapat dan tinggi muka
25
Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011 air tanah yang permanen, sehingga kemampuan untuk mentransmisi air ke dalam tanah menjadi sangat rendah. b. Kandungan air tanah sebelumnya Kandungan air tanah sebelumnya mempengaruhi volume dan laju aliran permukaan. Mengingat pentingnya pengaruh faktor ini, maka SCS menyusun tiga kondisi kandungan air sebelumnya, yakni: Kondisi I: Tanah dalam keadaan kering, tetapi tidak sampai pada titik layu, telah / pernah ditanami dengan hasil memuaskan. Kondisi II: Keadaan rata-rata. Kondisi III: Hujan lebat atau ringan dan temperatur endah, tanah jenuh air. c. Matriks penentuan CN Penentuan nilai CN dapat dilihat pada Tabel berikut: Pengolahan data spasial dilakukan dengan menggunakan software ArcView GIS 3.2. Kelas-kelas penutupan lahan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, sesuai dengan penutupan lahan yang terdapat di Kota Ambon. Selanjutnya peta tutupan lahan akan di overlay dengan peta tanah, yang akan menghasilkan kelas tutupan lahan berdasarkan jenis tanah. Dari hasil tersebut dapat diketahui nilai kurva (curve number) yang selanjutnya akan digunakan untuk menghitung kemampuan lahan untuk menyimpan air (Slahan). Nilai dari Slahan ini nantinya akan digunakan untuk menghitung kebutuhan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan air. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kota Ambon sangat bervariasi dari yang masih berupa hutan sampai kegiatan permukiman yang bercirikan perkotaan. Tercatat bahwa kawasan hutan merupakan jenis penggunaan yang paling dominan yaitu mencapai 41,53% atau sekitar 12.279,37 ha. Sedangkan penggunaan lahan dengan presentase terkecil
adalah untuk rawa yaitu 0,013% atau sekitar 4,14 ha. Penggunaan lahan untuk permukiman mencapai 2.366,47 ha atau sekitar 8,00% dari luas Kota Ambon. Total ruang terbuka hijau (hutan, perkebunan, semak, taman, lapangan) di Kota Ambon seluas 26.320,76 ha.
Gambar 1. Peta penggunaan lahan Kota Ambon 2008
Jenis Tanah Kelompok hidrologi tanah yang terdapat di Kota Ambon terbagi atas kelompok hidrologi A (berpasir) seluas 3.504,87 ha atau 11,85% dari total luas, dan kelompok hidrologi C (tekstur halus, liat) seluas 26.061,22 ha. Berdasarkan hasil overlay antara peta tanah dan peta tutupan lahan diperoleh nilai Curve number (CN) untuk masing-masing jenis jenis tanah dan tutupan lahan. Dari nilai CN yang diperoleh dilakukan perhitungan besarnya air simpanan permukaan dan kemampuan lahan untuk menyerap air. Hasil yang diperoleh, suplai air simpanan permukaan adalah sebesar 3.536.894,01 m3/tahun. Setiap tutupan lahan memiliki kontribusi dalam suplai total air simpanan permukaan. Yang berkontribusi paling banyak untuk suplai air simpanan permukaan adalah hutan dengan suplai air sebesar 1.799.981,60 m3/tahun, sedangkan yang paling sedikit adalah, jalan dengan suplai air sebesar 224,75 m3/tahun. Total suplai air simpanan permukaan oleh keseluruhan ruang terbuka hijau adalah 3.258.394,46 m3/tahun. Kemampuan seluruh lahan Kota Ambon dalam menyimpan air adalah sebesar 1.120,299 m3/ ha/tahun, sedangkan untuk ruang terbuka hijau sendiri mampu menampung air sebesar 928,12 m3/ha/tahun. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kebutuhan air Kota Ambon tahun 2015 adalah
Christy C.V. Suhendy
26
Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011
sebesar 17.403.908 m3/tahun dengan ketersediaan air sebesar 29.671.744 m3/tahun dan pada tahun 2025 kebutuhan air total di Kota Ambon akan mengalami defisit sebesar 25.139 m3 (Suhendy, 2010), jika perubahan penggunaan lahan dari lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun terus terjadi, maka kemungkinan suplai air simpanan permukaan akan semakin berkurang dan Kota Ambon akan mengalami defisit air lebih cepat dari waktu yang telah diperkirakan. PENUTUP
2.
Hutan di Kota Ambon memberikan kontribusi 55,24% dari total simpanan air permukaan sedangkan seluruh Ruang Terbuka Hijau (RTH) memberikan kontribusi sebesar 92,12%.
Saran Untuk mengatasi terjadinya defisit air, dapat dilakukan dengan membangun dan melindungi daerah tangkapan air. Salah satu cara yang efektif adalah dengan melakukan penanaman di daerah tangkapan air.
Kesimpulan 1. Area bervegetasi dapat menyimpan lebih banyak air tanah dibandingkan dengan area terbangun.
Kemampuan Lahan untuk Menyimpan Air di Kota Ambon
27
Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011
Tabel 1 Bilangan Kurva (CN) untuk berbagai penutup tanah dengan kondisi kandungan air tanah sebelumnya : Kondisi II, dan Ia = 0,2 S. No.
Penggunaan Tanah / Perlakuan / Kondisi Hidrologi Pemukiman Luas Kapling
1
2 3 4 5
6
7
< 500 m2 1000 m2 1300 m2 2000 m2 4000 m2 Tempat parkir di aspal, atap, jalan aspal, dll Jalan umum - Beraspal dan saluran pembuangan air - Kerikil - Tanah Daerah perdagangan dan pertokoan Daerah industri
Persentase kedap air 65 38 30 25 20
Kelompok Hidrologi Tanah A
B
C
D
77 61 57 54 51 98
85 75 72 70 68 98
90 83 81 80 79 98
92 87 86 85 84 98
98 76 72 89 81
98 98 85 92 88
98 89 87 94 91
98 91 89 95 93
Tempat terbuka, padang rumput yang dipelihara, taman, lapangan golf, kuburan, dan lain-lain: - Kondisi baik: 75% atau lebih tertutup rumput
39
61
74
80
- Kondisi sedang: 50-75% tertutup rumput
49
69
79
84
77 72 67 70 65 66 62 65 63 63 61 61 59 66 58 64 55 63 51 68 49 39 47 25 6 30 45 36 25 59
86 81 78 79 75 74 71 76 75 74 73 72 70 77 72 75 69 73 67 79 69 61 67 59 35 58 66 60 55 74
91 88 85 84 82 80 78 84 83 82 81 79 78 85 81 83 78 80 76 86 79 74 81 75 70 71 77 73 70 82
94 91 89 88 86 82 81 88 87 85 84 82 81 89 85 85 83 83 80 89 84 80 88 83 79 78 83 79 77 86
Tanah kosong
8
Tanaman Semusim
9
Padi-padian
10
Leguminosa ditanam rapat atau pergiliran tanaman
11
Padang rumput penggembalaan
12
Padang rumput
13
Hutan
14
Perumahan petani
Menurut lereng Menurut lereng Menurut lereng Menurut kontur Menurut kontur Kontur & teras Kontur & teras Menurut lereng Menurut lereng Menurut kontur Menurut kontur Kontur & teras Kontur & teras Menurut lereng Menurut lereng Menurut kontur Menurut kontur Kontur & teras Kontur & teras Menurut lereng Menurut lereng Menurut lereng Menurut kontur Menurut kontur Menurut kontur
Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Sedang Baik Buruk Sedang Baik Baik Buruk Sedang Baik
Christy C.V. Suhendy
28
Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011
Tabel 2. Nilai CN untuk tiap tutupan lahan dan jenis tanah serta hasil Slahan dan nilai SP Tutupan lahan
Luas -
CN -
59,26
-
Slahan (m3/ha/ thn) -
425,59
92,00
441,56
91,89
22,41
Kelompok Hidrologi Tanah A C CN Luas 59,26
Total
CN*
S (m3/thn)
Bakau Daerah perdagangan dan perkotaan Daerah industri
15,97
89,00
4,12
81,00
31,38
91,00
35,50
89,84
28,73
1.019,74
Permukiman
362,16
57,00
2.004,32
72,00
2.366,47
69,70
110,40
261.248,39
Lapangan
9.896,59
-
39,00
17,39
61,00
17,39
61,00
162,39
2.823,21
Hutan
1.799,03
25,00
10.480,34
70,00
12.279,37
63,41
146,59
1.799.981,60
Jalan
0,19
98,00
43,16
98,00
43,36
98,00
5,18
224,75
-
-
6,19
-
6,19
-
-
-
1,89
77,00
238,11
91,00
239,99
90,89
25,46
6.110,08
Kolam Tanah kosong Makam
8,78
39,00
22,83
74,00
31,60
64,28
141,14
4.460,06
Perkebunan
348,61
25,00
1.764,05
70,00
2.112,66
62,57
151,92
320.946,85
Perkebunan campuran
237,44
25,00
7.110,87
70,00
7.348,32
68,55
116,55
856.478,72
Pertanian lahan kering
230,93
65,00
2.446,52
82,00
2.677,45
80,53
61,40
164.384,16
Rawa
-
-
4,14
-
4,14
-
-
-
Semak
495,41
68,00
1.354,05
86,00
1.849,46
81,18
58,89
108.916,93
Sungai
0,34
-
48,52
-
48,86
-
-
-
Taman
-
39,00
4,52
74,00
4,52
74,00
89,24
402,93
1.120,30
3.536.894,01
TOTAL
3.504,87
26.061,22
29.566,08
DAFTAR PUSTAKA Adriyanto E. 2007. Prediksi Kebutuhan Air di Sub DAS Ciomas DAS Cidanau – Banten [Skripsi] Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Asdak , C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Lokollo JA.2002. Analisis Pengaruh Perubahan Fungsi Ruang Hidrologi Terhadap Keseimbangan Air: Studi Kasus Kawasan Kotamadya Ambon, Propinsi Maluku [Tesis]. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Suhendy, CCV. 2010. Prediksi Kebutuhan dan Ketersediaan Air Bersih di Kota Ambon. Artikel Jurnal Agroforestri Volume V No 2 bulan Juni 2010.
Kemampuan Lahan untuk Menyimpan Air di Kota Ambon