KEJAHATAN ALTRUISTIK YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA NEGARA ISLAM INDONESIA KOMANDEMEN WILAYAH 9 (NII KW 9) DALAM MENJALANKAN KEWAJIBANNYA (Studi Kasus Mantan Anggota NII KW 9) USMAN BEN KUMORING 0806347542 This essay about phenomenon that occurs in the Islamic State of Indonesia Commandment Region 9 (NII KW 9). Their members in order to serve their duties as member, committing crimes by collecting money from society (they steal, rob and committing fraud), researcher called this crime as Altruistic Crime. The method being used in this research is qualitative descriptive method, Researcher interview informants who were former members of Islamic State of Indonesia Commandment Region 9 (NII KW 9). The objective of this research is to figure out the characteristics of environment and person themself as a member of Islamic State of Indonesia Commandment Region 9 (NII KW 9) so we able to understand the background, supporting factors why they commit altruistic crime. Keywoards: Crime, Altruistic, Islamic State of Indonesia, NII KW 9, Islam. Kecewa lalu gerilya, itu menjadi kata-kata yang pas untuk menggambarkan asal mula terbentuknya
Negara
Islam
Indonesia
(NII).
Sekarmadji
Maridjan
Kartosoewirjo
memproklamasikan Negara Islam Indonesia karena kecewa terhadap hasil perundingan Renville yang ia nilai merugikan umat muslim.1 Saat pemerintah Sukarno-Hatta terdesak karena agresi militer Belanda, Kartosoewirjo memanfaatkan momen ini untuk memproklamirkan NII tanggal 7 Agustus 1949 setelah dilakukannya perjanjian Roem-Royen yang dinilai oleh Kartosoewirjo menimbulkan kekosongan kekuasaan di Indonesia.2
1
Dewanto, Nugroho (ed). (2011). Seri Buku Tempo Kartosoewirjo: Mimpi Negara Islam. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. P. 41-‐42 2 Dengel. Holk Harold. (2011). Darul Islam -‐ NII dan Kartosuwirjo: Langkah Perwujudan Angan-‐Angan yang Gagal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. P. 91
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
Tetapi itu tidak bertahan lama Juni 1962 Kartosoewirjo ditangkap, ia dan kelompoknya bertahan bergrilya selama belasan tahun. 14 Agustus 1962 menjadi sidang pertama Kartosoewirjo, sebuah pengadilan khusus di bentuk dan ini merupakan peradilan tertutup, saking tertutupnya baru tanggal 19 Agustus 1962 dua hari setelah vonis di bacakan harian Pikiran Rakjat menulis kabar tentang vonis hukuman mati untuk Kartosoewirjo, pada 5 September 1962 Kartosoewirjo dieksekusi.3 Apakah gerakan NII berhenti setelah Kartosoewirjo dieksekusi mati? Ternyata tidak, pemikiran seseorang tidak pernah bisa dieksekusi mati, akan terus ada terbukti setelah dieksekusinya Kartosoewirjo masih ada yang melanjutkan perjuangan pergerakannya walaupun tidak sefrontal Kartosoewirjo selama menjadi Imam Besar NII.4 Setelah berbincang-bincang dengan mantan anggota NII KW 9 dan mereka mempunyai jaringan ke NII faksi-faksi lainnya mereka menyimpulkan secara garis besar gerakan NII terbagi menjadi dua yaitu Ekstrimis fundamentalis ekstrimis dan pragmatis. NII Ekstrimis Fundamentalis adalah kelompok yang lebih mengedepankan ajaran Islam ketat dalam pola perjuangannya. Kelompok ini sangat keras memegang teguh idiologi dan prinsipnya. Sedangkan NII pragmatis menginginkan berdirinya negara Islam di Indonesia dengan menghalalkan segala macam cara dalam prosesnya, tanpa mengindahkan nilai-nilai keislaman itu sendiri, termasuk bekerjasama dengan siapa saja yang membantu programnya, terlepas dari perbedaan idiologi maupun agama. Menurut Abdurrahman Wahid (2009) dalam praktiknya kelompok seperti ini mengukur kebenaran pemahaman agama baik itu pemahaman Al Quran dan Sunnah secara idiologis dan politis,5 politis disini tergantung kepentingan yang dibawa, mengkafirkan orang supaya melegitimasi hanya mereka yang benar dan lain-lain. Salah satu imam dari NII KW 9 adalah Panji Gumilang atau Abu Toto.6 Mereka menggolongkan NII KW 9 pimpinan Panji Gumilang atau Abu Toto sebagai NII yang Pragmatis. Menurut Al-Chaidar (2000) fenomena NII KW 9 mulai terdengar masyarakat sepuluh tahun terakhir, banyak berita di media yang menyatakan NII bertanggung jawab atas hilangnya orang 3
Ibid. P. 185-‐207 Hasil diskusi dengan Ken Setiawan, ia adalah anggota NII Crisis Center (NCC). NCC merupakan lembaga non profit yang beranggotakan mantan-‐mantan anggota NII KW 9, tujuan dari lembaga ini adalah untuk sosialisasi bahaya dari NII KW 9 untuk pencegahan dan juga penangulangannya. 5 Wahid, Abdurrahman. (2009). Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transasional di Indonesia. Jakarta: The Wahid Institute. P. 21 6 Abduh, Umar. (2001a). Membongkar gerakan Sesat NII Di Balik Pesantren Mewah Al-‐Zaytun. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI). P. 23 4
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
dan mengubah kepribadian orang (lebih tertutup) dan juga NII dianggap sesat oleh sebagian masyarakat Indonesia, fenomena ini muncul di masyarakat tahun 2007 hingga 2009. peneliti berusaha menjabarkan beberapa fase atau tahapan mulai dari perkenalan hingga masuk ke dalam NII sampai mereka melakukan sesuatu yang melanggar hukum RI dan nilai masyarakat demi kelangsungan organisasinya atau kelompoknya. NII yang bersifat Fundamentalis maupun Pragmatis memiliki kesamaan yaitu membenci pemerintah terutama pemerintah Indonesia, mereka anggap diluar kelompok mereka adalah kafir dan halal darahnya untuk dibunuh serta keduanya ingin menegakkan Syariat Islam. Menurut AlChaidar (2008) NII bersifat lokal bukan mendunia, mereka bukan ingin membut negara Islam di seluruh dunia menjadi kekuasaannya mereka lebih realistis dalam menerapkan visi misinya, ini dilihat dari tujuannya mendirikan Negara Islam di Indonesia.7 Peneliti di sini mewawancarai tiga narasumber yang merupakan mantan anggota NII KW 9, mereka pernah melakukan aksi kejahatan yang mereka anggap sebagai suatu kewajiban, yang pertama dengan inisial DT dengan modus penipuan terhadap orang tua, yang kedua KS melakukan perampokan dan pencurian di perumahan, yang ketiga BW melakukan perampasan dan perampokan. Dari ke tiga narasumber tersebut peneliti mencoba memasukkan pengalaman hidup mereka ke dalam beberapa tahap mulai dari masuk ke dalam NII sampai keluar dari kelompok NII. Informasi ini peneliti peroleh melalui wawancara kepada narasumber secara langsung. Hasil dari wawancara dapat dilihat didalam lampiran di akhir bagian dari penelitian ini. Selain itu peneliti juga menggunakan terjemahan Al-Quran menurut Departemen Agama Republik Indonesia dalam menjabarkan ayat-ayat yang digunakan di dalam buku pedoman NII KW 9 atau biasa disebut dengan Mabadi Uts Tsalatsah. Didalam penelitian ini peneliti mewawancarai tiga orang narasumber yaitu DT, KS dan BW. Peneliti mendapatkan informasi mengenai narasumber berasal dari data yang disimpan oleh NII Crisis Center (NCC), dengan meminta izin dari NCC peneliti mencoba menghubungi narasumber untuk meminta izin bertemu dan berdiskusi mengenai pengalaman hidup mereka selama masuk NII KW 9. Peneliti memilih DT, KS dan BW dikarnakan mereka memiliki latar belakang yang berbeda, DT dari kalangan mahasiswa (masuk NII KW 9 tahun 2009), KS dari kalangan 7
Al-‐Chaidar. (2008). Negara Islam Indonesia: Antara Fitnah & Realita. Jakarta: Madani Press. P. 176
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
perantauan (masuk NII KW 9 tahun 2000) dan BW dari kalangan terpelajar (masuk NII KW 9 tahun 1997). Semua narasumber dengan latarbelakang yang berbeda tetapi selama menjadi anggota NII KW 9 mereka pernah melakukan aksi kejahatan, diharapkan dengan berbagai macam latar belakang dapat diambil generalisir dari kesimpulan yang didapat. Setelah mendapat respon dari narasumber dan mereka mengizinkan untuk berdiskusi dan setelah beberapa kali berdiskusi peneliti meminta izin untuk mewawancarai dengan menggunakan perekam suara digital. Waktu wawancara bervariasi dari bulan April awal hingga akhir Mei tahun 2013 dan tempat sesuai dengan lokasi terdekat dengan aktifitas narasumber seperti kantin kampus, restoran, kantor hingga Masjid di pinggir jalan. Semua narasumber merupakan mantan anggota NII KW 9, maksud mantan anggota disini adalah mereka sudah menyatakan keluar dari NII KW 9 baik itu tertulis maupun secara lisan. Peneliti memilih mewawancarai mantan anggota dikarnakan akses terhadap narasumber, jika peneliti meminta anggota yang masih aktif di dalam NII KW 9 dapat dipastikan akan mendapat penolakan dikarnakan diluar kelompok NII KW 9 dianggap kafir oleh anggota NII KW 9 dan mereka dilarang untuk berdiskusi dengan orang lain diluar dari kelompoknya. Tindakan Sosial (Social Action) oleh Max Webber Menurut Weber (1947) tidak semua tindakan manusia dapat dianggap dengan tindakan sosial. Sebuah tindakan dapat disebut dengan tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan prilaku orang lain dan juga berorientasi pada prilaku orang lain. Tindakan merupakan suatu prilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya.8 Menurut Weber (1947) sosiologi bertujuan memahami (verstehn) mengapa tindakan sosial mempunyai arah dan dampak tertentu, sedangkan setiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelakunya, maka ahli sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna yang hendak memahami makna subjektif suatu tindakan sosial harus dapat membanyangkan dirinya ditempat pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamannya.9 Menurut Kamanto Sunarto
8
Weber, Max. (1947). The Theory of Social and Economic Organization. Illinois: The Free Press & The Falcon’s Wing Press. P. 212 9 Weber, Max. (1978). Economy and Society: An Outline of Interpretive Sociology. Los Angeles: University of California Press. P. 23
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
(2000) seorang ahli sosiologi dapat memahami makna subjektif tindakan sosial mereka; memahami mengapa tindakan sosial tersebut dilakukan serta dampak tindakan tersebut.10 Menurut George Ritzer dan Douglas Goodman (2009) Weber memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas melibatkan campur tangan proses pemikiran (dan tindakan bermakna yang ditimbulkan olehnya) antara terjadinya stimulus dan respon, secara agak berbeda tindakan dikatakan terjadi ketika individu meletakan makna subjektif pada tindakan mereka.11 Menurut Johnson (1988) rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Perbedaan popok yang diberikan adalah antara tindakan rasional dan yang nonrasional. Secara singkat tindakan rasional menurut Weber berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dilakukannya, dari kedua katagori utama itu ada dua bagian yang berbeda satu sama lain yaitu rasional dibagi menjadi rasionalitas instrumental (system of discrete individual ends –zweckrational-) dan rasionalitas yang berorientasi nilai absolut (an absolute value -wertrational-) sedangangkan yang nonrasional dibagi menjadi tindakan tradisional (traditionally oriented) dan tindakan afektual (affectual orientation).12 Johnson (1988) menjabarkan klasifikasi tindakan sosial Weber mengenai rasionalitas yang paling tinggi merupakan rasionalitas instrumental, rasionalitas ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar dan berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Kemudian rasionalitas yang berorientasi terhadap nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar; tujuantujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya.13 Johnson (1988) menjabarkan klasifikasi tindakan sosial Weber nonrasional yang pertama adalah tindakan (orientasi) tradisional, jika seorang individu memperlihatkan prilaku karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan, prilaku seperti itu digolongkan sebagai tindakan tradisional. Kemudian tindakan afektual ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar, seseorang yang sedang mengalami 10
Sunarto, Kamanto. (2000). Pengantar Sosiologi (edisi kedua). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. P. 15 11 Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. (2009). Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutahir Teori Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi Wacana. P. 136 12 Johnson, Doyle Paul. (1988). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia. P. 220 13 Ibid. P. 220-‐221
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
perasaan yang meluap-luap dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi berarti sedang memperlihatkan tindakan afektual.14 Bunuh Diri Altruistik (Altruistic Suicide) oleh Durkheim Dalam bukunya Durkheim yang berjudul Suicide: a Study in Sociology15 menjelaskan mengenai fenomena bunuh diri secara sosiologis. Menurut Merton (1968) studi Durkheim tentang bunuh diri adalah contoh pragmatis bagaimana seharusnya sosiolog menghubungkan teori dengan penelitian, sehingga membedakan secara langsung dengan studi Psikologi. 16 Proposisi dasar yang digunakan dalam buku Durkheim adalah bahwa angka bunuh diri berbeda-beda menurut tingkat integrasi sosialnya. Menurut Whitney Pope (1976) Durkheim mengidentifikasi tiga tipe bunuh diri yang mencerminkan tiga-tipe hubungan yang berbeda-beda yaitu bunuh diri egoistik (Egoistic suicide), anomik (Anomic suicide) dan altruistic (Altruistic suicide).17 Whitney Pope (1976) juga menjelaskan teori bunuh diri Durkheim bisa dilihat lebih jelas jika mencermati hubungan jenis-jenis bunuh diri dengan dua fakta sosial utamanya yaitu integrasi dan regulasi.18 Menurut Philippe (1993) sebenarnya ada satu jenis bunuh diri lagi, yaitu bunuh diri Fatalistis, tetapi dia hanya membahasnya dalam salah satu catatan kaki di dalam buku ini (Suicide).19 Menurut Durkheim (1951) Jika bunuh diri egoistik dan anomik mencerminkan memudarnya integrasi sosial, maka bunuh diri altruistik (Altruistic suicide) merupakan hasil dari suatu tingkat integrasi yang terlalu kuat. Tingkat integrasi yang tinggi itu menekan individualitas ke titik di mana individu di pandang tidak pantas atau tidak penting dalam kedudukannya sendiri. Sebaliknya individu itu di harapkan tunduk sepenuhnya terhadap kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan kelompok yang menempatkan setiap keinginan individu pada posisi lebih rendah yang mengurangi kesejahteraan kelompok dan mengganggu kehidupannya. Bunuh diri altruistik dapat merupakan hasil salah satu dari dua kondisi. Pertama, norma-norma kelompok mungkin menuntut pengorbanan kehidupan individu, yang kedua norma-norma kelompok itu 14
Ibid. P. 221 Durkheim, Emile. (1951). Suicide: A Study In Sociology. The Free Press, Glencoe, Illinois 16 Merton, Robert K. (1968). Social Theory and Social Structure. New York: Free Press. P. 73-‐138 17 Pope, Whitney. (1976). Durkheim’s Suicide: A Classic Analyzed. Chicago: University of Chicago Press 18 Ibid. 19 Besnard, Philippe. (1993). Emile Durkheim: Sosiologist and Moralist. London: Routledge. P. 169-‐190 dalam bagian “Anomie and Fatalism in Durkheim’s Theory of Regulation” 15
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
dapat menuntut pelaksanaaan tugas-tugas yang begitu berat untuk dapat dicapai sehingga individu-individu itu mengalami kegagalan walaupun mereka sudah menunjukan usaha yang maksimal.20 Menurut Kenneth (2004) selain itu yang paling ditekankan adalah seseorang melakukan bunuh diri altruistik dikarnakan itu merupakan kewajibannya.21 Menurut Charles Lemert (1994) Durkheim dalam studinya telah memisahkan diri dari disiplin-disiplin ilmiah tentang manusia lainnya.22 Menurut Allan (2005) bunuh diri Durkheim merupakan suatu fakta sosial, fakta sosial merupakan sui generis atau unik dalam karakteristiknya, sehingga dapat dibedakan dengan mengobservasi suatu fenomena.23 Menurut Karady (1983) sebagian sosiolog berpendapat bahwa Durkheim mengambil posisi yang sangat ekstrim ketika membatasi sosiologi hanya pada studi mengenai fakta sosial.24 Kejahatan Altruistik Dengan meminjam konsep bunuh diri altruistik dari Emile Durkheim maka peneliti menyimpulkan bahwa kejahatan altruistik merupakan kejahatan yang dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi melainkan kepentingan orang lain ataupun kelompok. Kejahatan altruistik merupakan hasil dari tingkat integrasi yang terlalu kuat. Tingkat integrasi yang tinggi itu menekan individualitas/ kelompok ke titik di mana individu/ kelompok tidak lagi mementingkan moral atau nilai umum di masyarakat. Sebaliknya individu itu di harapkan tunduk sepenuhnya terhadap kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan kelompok yang menempatkan setiap keinginan individu pada posisi lebih rendah.
20
Durkheim, Emile. (1951). Suicide: A Study In Sociology. The Free Press, Glencoe, Illinois P. 221-‐223 Thompson, Kenneth. (2004). Readings From Emile Durkheim. London & New York: Routledge P. 77 22 Lemert, Charles. (1994). The Canonical Limits of Durkheim’s First Classic. Sociological Forum Vol 9. P. 91 23 Allan, Kenneth D. (2005). Explorations in Classical Sociological Theory: Seeing the Social World. California: SAGE Publications. P. 106 24 Karady, Victor. (1983). The Sociological Domain. Cambrige, Eng: Cambrige University Press. P. 79-‐80 21
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
kejahatan altruistik dapat merupakan hasil salah satu dari dua kondisi. Pertama, normanorma kelompok mungkin menuntut untuk melakukan aksi kejahatan, yang kedua norma-norma kelompok itu dapat menuntut pelaksanaaan tugas-tugas yang begitu berat untuk dapat dicapai sehingga individu-individu itu mengalami kegagalan walaupun mereka sudah menunjukan usaha yang maksimal. Kejahatan altruistik terbentuk dari kasus-kasus kejahatan yang terjadi atas dasar kewajiban –yang bersifat memaksa- yang ditetapkan secara eksplisit ataupun implisit oleh kelompok dalam (in-group) atas dasar dukungan dari kelompoknya. Penanaman Nilai Didalam Nii Kw 9
Setiap fase diatas mulai dari beriman, hijrah, jihad hingga melakukan kejahatan terdapat penanaman nilai didalamnya. Nilai disini di indoktrinasi dengan berbagai cara dari yang pertama
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
fase beriman, didalam fase ini lebih banyak diskusi dan bertukar pikiran, didalam diskusi tersebut diberikan tema serta contoh negatif mengenai pemerintah dari masa lalu hingga sekarang, sehingga tanpa sadar calon anggota ditanami rasa benci terhadap pemerintah Indonesia, kemudian mereka memenggal ayat-ayat Al Quran serta menafsirkan sendiri untuk pembenaran bahwa pemerintahan sekarang tidak ideal dan harus diganti dengan yang lebih baik yaitu mendirikan pemerintahan yang menegakan Syariat Islam dengan cara membangun Negara Islam di Indonesia. Kemudian fase kedua adalah hijrah dalam fase hijrah calon anggota mulai yakin untuk masuk kedalam NII, saat keyakinan mulai muncul calon anggota selalu diberikan materi-materi yang mendukung untuk semakin yakin masuk kedalam NII, kemudian saat sudah yakin dan ingin membangun NII maka ia disumpah untuk setia atau yang disebut dengan nama baiat. Mereka diberikan nama, tempat dan tanggal lahir yang baru, mulailah ditanamkan identitas yang baru kepada anggota baru. Mereka ditanamkan nilai bahwa hanya mereka dan kelompok mereka yang menerapkan syariat Islam dengan benar, diluar mereka adalah kafir. Kemudian fase terakhir yaitu fase berjihad, setelah mereka diberikan identitas yang baru maka peran yang baru akan muncul baik itu dengan sendirinya maupun dengan paksaan. Para pemimpin dan aparat didalam NII KW 9 memaknai Jihad dengan cara yang berbeda ke anggotanya/ jamahnya, Jihad di dalam NII KW 9 adalah mencari dana dan anggota baru demi berdiri dan berkembangnya NII KW 9. Jihad adalah kewajiban bagi setiap umat, sehingga tidak sedikit anggota yang merasa terbebani dan bertindak altruistik dalam menjalankan kewajibannya. Beberapa diantaranya adalah melakukan penipuan, mencuri dan merampok untuk disumbangkan ke NII KW 9. Negara Islam Jalan Menuju Surga Semua yang ingin masuk Surga haruslah beriman serta mengikuti apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah SWT. Mereka menanamkan nilai-nilai berdasarkan pemenggalan ayat-ayat yang ada didalam Al Quran salah satunya adalah surat Luqman [31] ayat 12, Mereka menafsirkan manusia yang bersukur akan mendapatkan kemuliaan, orang yang mendapat kemuliaan akan mendapatkan surga, tentu tidak mudah untuk mendapatkan surga dibutuhkan banyak cara atau tindakan salah satunya adalah dengan cara mendirikan Negara Islam. Mereka menggunakan surat Al Baqarah Ayat 35 yang mereka tafsirkan pohon (َﺠَﺮﺓة ﭐٱﻟﺸﱠ
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
)
dalam ayat itu adalah system pemerintahan/ kenegaraan non Islam. Mereka juga menganalogikan ibarat pohon, batangnya Islam dengan akarnya Iman serta buahnya Ihsan, sehingga tidak mungkin mendapatkan rahmat Allah (masuk Surga) jika berada di pohon yang non-Islam atau bukan pemerintahan Islam. Jika tetap berada didalam sistim yang bukan Islam maka orang tersebut termasuk orang-orang yang Zalim (َﻦ ) ﭐٱﻟﻈﱠٰﻠِﻤ ِﻴﯿ, mereka juga menyimpulkan orang yang Zalim adalah orang yang akan masuk Neraka. Menurut KW 9 untuk menegakan Negara Islam itu tidak mudah, banyak cobaannya dikarnakan Syaitan menghalangi kita untuk menuju Surga, ini mereka tafsirkan dari surat QS: Al A’raf ayat 16-17 yang mereka tafsirkan Iblis atau Syaitan akan menghalangi manusia menuju jalan yang lurus (َﭐٱﻟْﻤﺴْﺘَُﻘِﻴﯿﻢ
), jalan yang lurus diartikan adalah jalan menuju Surga atau jalan menuju
Negara Islam. Sehingga jika ada keraguan didalam hati calon anggota mengenai terbentuknya Negara Islam maka ia sedang dibujuk oleh Syaitan untuk menghindari jalan menuju surga. Hijrah Pintu Awal Menuju Surga Hijrah dalam NII KW 9 diartikan perpindahan warga negara Indonesia menjadi warga Negara Islam Indonesia. setiap orang sebelum masuk NII memiliki keraguan, KW 9 mencoba untuk menghilangkan keraguan-keraguan tersebut dengan berbagai cara salah satunya adalah mengutip dari ayat Al Quran yaitu surat Al Baqarah ayat 143, NII KW 9 menafsirkan seseorang harus mengikuti jalan yang Allah kendaki dengan cara mengikuti Rasulnya, perpindahan Qiblat (َ ) ﭐٱﻟْﻘِﺒْ ﻠﺔdisini KW 9 artikan sebagai Pola Pikir, pola pikir yang tadinya menghendaki pemerintahan kafir (non-Islam) untuk membut pemerintahan yang Islam. Sehingga jika seseorang sudah mengetahui mengenai Negara Islam maka ia harus memperjuangkan berdirinya Negara Islam tersebut. serta yang menegakan Negara Islam maka Allah tidak akan menyia-nyiakan Imannya. Setelah meyakini untuk Berhijrah dijalan Allah maka mereka harus berbaiah, baiah menurut KW 9 adalah janji setia, sumpah suci yang dilakukan untuk masuk kedalam Negara Islam Indonesia. salah satu contoh ayat yang digunakan oleh KW 9 dalam pentingnya Baiah adalah surat At Taubah ayat 111, Menurut penafsiran NII KW 9 Allah akan memberikan surga untuk mereka yang berperang di jalan Allah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan, dengan jual beli (ُ ) ﺑِﺒَﻴﯿْﻌِﻜﻢdisini bukan seperti menjual makanan di pasar tetapi merupakan Baiah atau sumpah setia, KW 9 menanalogikan syarat terjadinya jual-beli menjadi:
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
•
Penjual
: Orang Beriman
•
Pembeli
: Allah
•
Yang Dijual
: Harta dan Diri
•
Alat Pembayaran
: Surga
•
Tempat
: Negara Islam
•
Ikatan Jual- Beli
: Baiah
Kemudian ini diperkuat kembali dengan potongan ayat yang yaitu surat Ali Imran ayat 112 yang ditafsirkan manusia akan menjadi hina kecuali melakukan dua tali perjanjian yang pertama adalah kepada Allah, dan yang kedua kepada manusia (ِﺱس ) ﭐٱﻟﻨ ﱠﺎ, manusia disini diartikan dengan pemerintahan negara Islam. Selain itu diperkuat lagi dengan ayat dalam surat Al Fath ayat 10 yang ditafsirkan orang yang telah berjanji (berbaiah) dan menepatinya Allah akan memberikan pahala yang besar, sehingga jika sudah ber Baiah dan menegakan negara Islam makan orang tersebut akan mendapatkan pahala yang besar selanjutnya ditekankan pula di dalam surat yang sama yaitu surat Al Fath ayat 18 yang mereka tafsirkan janji setia di bawah pohon (ِﺠَﺮَﺓة ﭐٱﻟﺸﱠ
)
diartikan sebagai Negara Islam. Sehingga seseorang yang telah masuk kedalam NII akan mendapatkan ketenangan serta diberi kemenangan dalam waktu dekat, anggota NII KW 9 selalu diingatkat bahwa kemenangan Negara Islam sudah dekat sehingga mereka harus semakin rajin dalam beribadah (mencari uang dan mencari orang). Dari paparan di atas KW 9 dapat menyimpulkan bahwa baiah adalah satu-satunya cara untuk masuk kedalam Negara Islam, dan mendirikan Negara Islam dengan tujuan mendapat Ridha Allah dan masuk surga-Nya. Sehingga orang yang tidak di baiah adalah orang yang Kafir ini mereka tekankan dengan menggunakan surat Al An’am ayat 130, NII KW 9 menafsirkan bahwa orang yang membaiah dirinya untuk dirinya sendiri bukan untuk Allah atau Negara Islam mereka adalah orang-orang yang Kafir (َﻦ ) ﻛَٰﻔِﺮ ِﻳﯾ. Orang yang kafir akan mendapat siksaasn di Neraka. Sehingga jika belum berbaiah, segeralah berbaiah ke Negara Islam Indonesia sebelum meninggal dalam keadaan kafir. Diluar NII adalah Kafir Setiap anggota/ warga NII ditekankan bahwa diluar dari mereka adalah Kafir ini dijelaskan di pembahasan sebelumnya yang membahas Baiah mereka menggunakan surat Al An’am ayat 130 yang mereka tafsirkan sendiri. Mereka juga menanamkan bahwa orang Kafir itu
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
harus diperangi, hartanya boleh diambil serta darahnya halal untuk diambil (dibunuh). Salah satu penekanan mereka adalah pada surat Al Anfaal ayat 39 dan surat Nuh ayat 26-27 yang mereka tafsirkan orang kafir tidak pantas untuk hidup, jangan biarkan mereka untuk tinggal dibumi ini, jika mereka tidak mau Baiah ke Negara Islam maka merek amerupakan golongan orang-orang kafir yang tidak pantas untuk hidup di dunia ini. Yang bekerja diluar negara Islam adalah Kafir25, sehingga yang bekerja di pemerintahan yang hukumnya bukan hukum Islam adalah Kafir, PNS, pegawai Swasta dan lain-lain diluar dari anggota mereka adalah Kafir. Awalnya mereka mengkafirkan seseorang secara halus,26 menggunakan diskusi dengan cara memberikan pertanyaan dan penekanan ke analogi dari penafsiran ayat-ayat Al Quran yang inti dari pertanyaan itu jawabannya mutlak adalah Kafir (yang tidak mengikuti perintah/ aturan Allah). Ini yang selalu mereka tekankan kepada calon anggota baru NII KW 9. Orang Kafir Darah dan Hartanya Halal untuk di Ambil Didalam NII KW 9 mereka menganggap bahwa sejak tahun 1949 hingga sekarang merupakan masa perang, perang antara Negara Islam dengan Negara Kafir Indonesia. ini jelas tertulis di dalam UndangUndang Hukum Pidana Negara Islam Indonesia didalam Tuntutan II, Bab I Pasal 1 ayat 2 yang isinya “Negara Islam Indonesia pada waktu ini (tahun 1949, sampai ….) ada dalam masa perang” selanjutnya pada ayat 3 “Segala hukum pada waktu ini hendaklah disesuaikan dengan hukum syari’at Islam dalam masa perang” Selanjutnya dalam pasal 2 mengenai Hukum Islam Dalam Masa Perang ayat 5 berisi “Didalam masa perang dalam Negara Islam Indonesia, Hanya dua golongan Umat, ialah: (1) Umat (rakyat) Negara Islam (Umat Muslimin); (2) Umat (rakyat) penjajah (Umat Kafirin)”. Sehingga yang KW 9 menganggap orang yang tidak di baiah masuk kedalam NII KW 9 merupakan umat golongan 2 yaitu Umat Kafirin. Orang kafir dianggap musuh Negara Islam sehingga harus dilenyapkan, dan harta mereka boleh diambil atau digunakan. Ini tertulis di UndangUndang Hukum Pidana Negara Islam Indonesia didalam Tuntutan III, Bab III atau IV pasal 9 yang isinya “Barang rampasan musuh terbagi menjadi dua: (1) Ghanimah, salab dan (2) F’ai” tertulis juga keterangan setelahnya Ghanimah merupakan barang-barang yang didapat dari musuh dengan jalan pertempuran. Salab 25
Ghazali, Khairul. (2011). Mereka Bukan Thaghut: Meluruskan Salah Paham Tentang Thagut. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu. P. 157 26 Idris, Muhammad. (2011). Mereka Bilang Aku Kafir: Kisah Seorang Pelarian NII. Jakarta: Mizania. P. 28
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
merupakan barang-barang yang dipakai musuh pada waktu pertempuran. Fai adalah barangbarang yang didapat dari musuh tidak dengan jalan pertempuran. Nilai inilah yang membenarkan mencuri, menipu, merampok harta orang lain selain NII yang mereka anggap sebagai orang kafir adalah halal untuk dilakukan. Mereka juga menekankan kenapa itu halal dilakukan dengan menggunakan surat Al Hasyr ayat 6 dan 7 yang mereka tafsirkan Fai untuk Allah, Rasul, Kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, dan jangan diberikan ke orang kaya. Dalam penafsiran NII KW 9 harta/ Fai tersebut dibagi menjadi dua yang pertama 20% untuk pribadi (yang kedepannya untuk membayarkan infak) dan 80% masuk ke kas keuangan negara. Menghijrahkan Orang Lain Salah satu ibadah dan berjihad didalam NII KW 9 adalah mencari orang lain untuk masuk dan mencari unag untuk NII KW 9. Setiap anggota baru setelah mengikuti proses Tazkiyah (Pendalaman materi setelah masuk NII) wajib melakukannya. Beberapa landasan yang digunakan oleh KW 9 dalam menyuruh anggotanya/ jamaahnya mencari anggota baru menggunakan surat Al Hajj ayat 78 yang mereka tafsirkan “…menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat…” menurut mereka setelah kita hijrah, hijrahkanlah seluruh umat manusia, jangan membuat Jihad sebagai suatu kesempitan (dimiliki sendiri), karena kita adalah orang-orang yang dipilih (untuk berhijrah ke NII). Setiap warga dan aparat (pimpinan) atau masul diminta untuk mencari anggota baru, selain bertujuan melebarkan jaringan dapat pula menambah keuangan NII, semakin banyak anggota/ jemaah semakin banyak pula uang yang terkumpul. Mencari Uang Untuk NII Didalam NII KW 9 awalnya tidak langsung diminta untuk mencari uang dan orang tetapi mereka diberi pengertian dengan berbagai analogi. Contohnya sholat, di KW 9 Sholat dibagi dua yang pertapa sholat ritual dan yang kedua sholat universal. Sholat ritual adalah sholat lima waktu seperti muslim Indonesia pada umumnya mengerjakan sholat subuh, dzuhur, ashar, magrib, isya. Sedangkan sholat universal adalah mencari uang dan mencari orang, dikarnakan sekarang diyakini sebagai zaman jahiliah dan sedang perang maka belum diwajibkan untuk sholat lima waktu, sholat lima waktu wajib dikerjakan saat negara Islam telah berdiri.
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
Sholat universal yang mencari uang dan mencari orang dilandaskan pada surat Al Ankabuut ayat 45. NII KW 9 mentafsirkan “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari [perbuatanperbuatan] keji dan mungkar” merupakan dari tujuan sholat. Mereka menjabarkan perbuatan keji dan mungkar adalah perbuatan yang dilakukan karena masalah ekonomi dan sosial. Selanjutnya masalah sosial berhubungan dengan masalah pendidikan, sehingga perbuatan keji dan mungkar dapat dicegah dengan meningkatkan taraf ekonomi dan sosial umat Islam. Caranya dengan membangun sarana-sarana fisik berupa sarana pendidikan, ekonomi yang didalamnya ada pertanian dan perkebunan serta kesehatan dan lain-lain. Dan itu dapat dicapai jika memiliki uang dan sumber daya manusia untuk modal pembangunannya, sehingga mencari uang dan orang sama dengan sholat. Dampak Penanaman Nilai Terhadap Anggota NII KW 9 Penanaman nilai yang dilakukan oleh NII KW 9 berdampak kepada berbagai hal, terutama dikehidupan anggota/ jemaahnya. Disini peneliti mencoba menganalisis dampak dari penanaman nilai yang dilakukan oleh NII KW 9 terhadap anggotanya, dalam menganalisis peneliti dibantu dengan teori dan konsep yang telah ditentukan di bab sebelumnya. Identitas dan Peran yang Baru Setelah mereka memutuskan untuk hijrah masuk kedalam NII dan menjjadi warga negara Islam mereka diberikan nama baru, menurut KW 9 setelah dibaiah harus diberikan nama yang lebih Islami intinya harus ada perbedaan dengan nama sebelumnya. Jika dilihat tujuan dari perubahan nama tersebut untuk menutupi jati diri sebenarnya jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti jika tertangkap kepolisian dan lain-lain. Sehingga dengan menggunakan nama yang baru sulit untuk melacaknya. Dikarnakan ia menjalankan kegiatan selama di NII menggunakan nama barunya itu. Selain mendapat Nama baru anggota baru juga mendapat tanggal lahir dan alamat yang baru, tanggal lahir dan alamat baru tersebut diterima setelah melakukan baiah, tanggal baiah merupakan tanggal kelahiran barunya, jika baru lahir layaknya seperti bayi yang suci, tanpa dosa. Selanjutnya alamat baru itu ditetapkan oleh siapa yang menghijrahkannya, biasanya yang menghijrahkan mempunyai wilayah dan dikantornya yang menjadi tempat kumpul aparat daerah.
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
Dan itu biasanya mengunakan kode angka seperti, semakin sedikit jumlah angkanya berarti jabatannyas emakin tinggi di kepengurusan NII KW 9. Dengan adanya Identitas yang baru membuat anggota memiliki peran yang baru pula, sekarang mereka membawa amanah untuk menegakan syariat Islam melalui membangun Negara Islam di Indonesia. peran mereka tidaklah mudah itu bertentangan dengan hukum di Republik Indonesia, sehingga jika mereka ketauan oleh masyarakat dan ditangkap mereka bisa dimasukan kedalam penjara karena dianggap merusak keutuhan NKRI. Sehingga mereka harus berhati-hati dalam bertindak. Kehati-hatian mereka turun kesetiap tindakan mereka, termasuk terhadap keluarga mereka sendiri. Anggota baru NII KW ( diminta untuk tidak berbicara kepada siapapun kecuali kepada pimpinannya atau pembawanya, termasuk tidak boleh berbicara kepada orang tua mereka. Karena orang tua juga dianggap Kafir jika belum masuk NII. Dengan adanya tekanan seperti itu mereka menjadi lebih tertutup kepada siapapun diluar NII. Keluarga, sahabat, tetangganya akan merasakannya. Peran mereka bertambah setelah masuk kedalam NII, dengan tujuan utamanya menegakan Negara Islam mereka harus melakukan kewajiban (beban) untuk mencari uang dan mencari orang, dan peran tersebut tidak semua orang bisa mainkan dengan baik. Jika tidak bisa mengatur perannya dengan baik maka anggota akan menjadi stress dan merasa sangat terbebani, jika berlanjut mereka akan berbuat duluar batas nilai masyarakat atau nilai dari NII itu sendiri. Hanya Mereka yang Haq (Benar) Dari sebelum mereka masuk kedalam NII mereka sudah mendapatkan penjelasan bahwa mereka sekarang belum bersih, kotor masih kafir karena belum di baiah masuk negara Islam. Saat mereka sudah di baiah dan masuk negara Islam mereka ditanamkan bahwa hanya mereka yang paling benar dalam penegakan syariat Islam dengan cara membangun negara Islam, yang lain adalah kafir. Jika diberi perbandingan mendengarkan perkataan orang beriman atau orang kafir pasti lebih percaya dengan orang beriman, sehingga mereka hanya akan percaya oleh pimpinan mereka baik itu aparat secara keseluruhan muqari ataupun mas’ul. Semua yang dilakukan oleh orang Kafir itu salah, dan yang dilakukan oleh orang beriman adalah suatu kebenaran.
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
Sehingga mencuri, menipu dan merampok orang yang kafir atas landasan beriman kepada Allah melalui Negara Islam merupakan suatu kebenaran yang mutlak, walaupun cara yang dilakukan oleh mereka sebenarnya melanggar syariat Islam, tp mereka melakukan pembenaran atau pemakluman karena sekaran sedang terjadi perang dan didalam zaman jahiliah. Rasionalitas yang Membentuk Tindakan Afektual Didalam NII KW 9 mereka mencoba merasionalkan semua nilai yang mereka tanamkan dengan cara menggunakan Al Quran serta Sunnah dan Hadist Nabi, upaya ini mereka lakukan untuk mendapatkan kepercayaan dan loyalitas dari anggota/ jemaah mereka. Hal ini penting untuk mereka lakukan supaya tidak timbul keraguan diantara anggota mereka. Didalam NII KW 9 selain memiliki identitas dan peran yang baru mereka diberikan kebiasaan yang baru, yaitu dunia yang tertutup dan pengalaman hidup yang semakin tertekan. Maksud dari dunia yang tertutup adalah anggota NII KW 9 dibatasi hanya boleh berkomunikasi dengan sesama anggota, termasuk juga dilarang berkomunikasi dengan keluarga inti, dan hampir setiap jam mereka dikontrol dengan berbagai cara, baik itu lewat pesan singkat, di telpon hingga dikawal kemanapun. Hal ini bertujuan untuk menjaga kerahasiaan terutama untuk anggota baru masuk kedalam NII KW 9. Dengan sistem menejemen terhadap anggota yang keras dan berkelanjutan menimbulkan tekanan terhadap masing-masing anggota di dalam NII KW 9, terutama dalam hal pengumpulan dana yang diwajibkan kepada setiap anggota setiap bulannya, jika mereka tidak bisa memenuhinya maka mereka akan mendapatkan sangsi baik itu berupa kekerasan verbal maupun kekerasan fisik serta diancam tidak serius untuk mendirikan negara Islam yang konsekuensinya adalah masuk kedalam neraka. Dengan adanya pengalaman dan nilai-nilai dilingkungannya yang seperti itu maka tidak sedikit anggota/ jamaah dari NII KW 9 melakukan sesuatu dengan tidak lagi berpikir secara rasional tetapi mengandalkan emosional yang ada saat itu. Seperti saat tidak terpenuhinya target bulanan berdampak mendapatkan tekanan yang lebih dari sebelumnya tanpa banyak berfikir ia mencuri baik itu milik orang tua, teman, tetangga ataupun orang yang sama sekali tidak dikenal, mereka hanya memegang teguh nilai yang telah ditanamkan yaitu orang diluar mereka adalah kafir sehingga halal (boleh) hartanya untuk diambil.
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
Integrasi dan Hubungan Emosional yang Kuat di Dalam Kelompok Integrasi yang kuat dikarnakan persamaan nasib dan tujuan dari masing-masing anggota dari NII KW 9, Tujuan mereka sama yaitu menegakan syariat Islam melalui membangun Negara Islam, itu merupakan Jihad bagi mereka, jika berjihad maka jaminanya akan masuk surga. Anggota NII KW 9 mempunyai peran yang sama (berjihad) sehingga terbentuklah hubungan emosional di dalam kelompoknya, mereka mempunyai visi misi yang sama, bahkan diantara mereka menganggap akan bernasib sama. Mereka bekerja keras mengumpulkan uang yang intinya harus mereka setorkan ke atasan mereka. Setelah harta pribadi telah tidak bisa menghasilkan uang mereka mengambil harta milik orang lain, bagaimanapun caranya kewajiban (beban) mereka harus segera dilakukan. Dengan adanya kesamaan peran timbul dikelompok mereka sebuah ikatan. Ikatan ini yang membuat mereka semakin kuat, mereka saling memberi semangat, saling membantu dalam mencari uang untuk menutupi infak dengan cara membantu menjadi pelaku dalam penipuan, menjadi supir dalam penjambretan kendaraan bermotor dan lain-lain. Ikatan tersebut akan menjadi semakin kuat dengan adanya integrasi tersebut mereka menjadi semakin rela melakukan apa saja untuk kestabilan kelompok mereka. Jika kelompok mereka butuh uang maka harus segera dicarikan, jika ada kelompok mereka tidak punya tempat tinggal maka mereka tinggal bersama di maliah (kantor). Integrasi, hubungan emosional dan persamaan nilai yang kuat sesama anggota menyebabkan kelompok tersebut dalam melakukan berbagai hal menjadi semakin terorganisir termasuk dalam melakukan aksi kejahatan. Sehingga terjadilah yang namanya Kejahatan Altruistik di kalangan anggota/ jamaah NII KW 9. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan data dan hasil wawancara, peneliti dapat mengambil inti dari kesimpulan guna menjawab pertanyaan penelitian yang telah peneliti tetapkan yaitu NII KW 9 merubah cara pandang calon anggotanya itu sendiri dengan mengindoktrinasi nilai-nilai keislaman yang ada di dalam Al Quran yang nilai keislaman tersebut telah disesuaikan dengan tujuan dari NII KW 9 itu sendiri. Menggunakan pemotongan ayat-ayat Al Quran sehingga mendapatkan tafsir yang berbeda dan juga untuk melegitimasi setiap perintah yang diturunkan kepada anggota/ jamaahnya.
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
Mereka ditekankan bahwa satu-satunya jalan menuju surga adalah dengan cara Beriman, Berhijrah dan Berjihad untuk membangan Negara Islam dalam hal ini adalah Negara Islam Indonesia (NII). Awalnya mereka tidak diberitahu mengenai kewajiban sebagai anggota NII, mereka hanya diiming-imingi untuk masuk dengan berbagai mulai dari menanam kebencian terhadap pemerintah Republik Indonesia hingga menyamakan kehidupan di zaman Nabi dengan di zaman sekarang. Intinya RI penuh dengan kesalahan, sudah tidak dapat diperbaiki lagi, Kafir dan harus segera diganti dengan sistim yang baru, dengan sistim Islam, Negara Islam. Setelah mereka masuk ke dalam NII dan dibaiah barulah mereka diperkenalkan dengan peran yang baru, tanggung jawab yang baru, amanah yang baru yang tentunya semua diyakini untuk berdirinya Negara Islam. Beban berat yang mereka pikul diibaratkan penderitaan dalam pensucian dosa sehingga di akhir hayat nanti mereka akan langsung masuk surga. Jika ada yang meragukan atau menolak patuh mereka akan diingatkan janji suci/ sumpah setia/ baiah yang mereka ucapkan, jika mereka melanggar baiah tersebut mereka termasuk orang yang Kafir. Orang yang kafir tidak akan merasakan surga dan neraka mutlak menjadi tempat akhir penantiannya.
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
Mereka juga memanfaatkan kelemahan seorang muslim (yang tidak paham seluruhnya tentang ilmu Agama dan isi Al Quran) yaitu tidak boleh meragukan Al Quran. Bagi seorang muslim meyakini Al Quran sebagai kitab terakhir dan paling sempurna dibandingkan kitab-kitab lainnya serta dan dilengkapi dengan Sunnah dan Hadis Rasullullah adalah sesuatu yang absolut kebenarannya. NII KW 9 memanfaatkan itu, ia memenggal ayat demi ayat, hadist demi hadist menafsirkan sesuai dengan tujuannya yaitu mendirikan Negara Islam. Jika ada yang meragukan akan dilawan dengan “kamu meragukan isi dari Al Quran ini? Berarti kamu menyalahi Allah sebagai Tuhan mu?” Bagi sebagian besar umat Islam sangat sulit menjawab pertanyaan seperti itu. Hal seperti itulah yang menyebkan mereka melakukan banyak hal sesuai dengan perintah atasan (muqari dan mas’ul) mereka, itu yang membuat mereka tetap bertahan untuk setia dijalan NII, terutama NII KW 9 Anggota NII KW 9 yang melakukan tindak altuistik yang bersifat kejahatan untuk memenuhi kewajibannya sebagai anggota atas dasar menegakan syariat Islam dalam bentuk mendirikan Negara Islam Indonesia, dengan adanya legitimasi dari (hukum) NII, dukungan dari teman-teman di dalam NII dan tekanan yang besar dari atasannya, mereka nekat melakukan berbagai tindak kejahatan tanpa memikirkan kembali benar atau salah karena mereka selalu ditanamkan hanya kelompok mereka yang benar, apapun yang NII KW 9 perintahkan adalah sebuah kebenaran. Hasil dari tindakan/ aksi kejahatan mereka sumbangkan seluruhnya ke NII KW 9. Mereka tidak merasakan secara langsung manfaat dari tindakan kejahatan yang mereka lakukan yang mereka rasakan hanya sebatas pujian dari atasan jika target bulanan terpenuhi, seperti pepatah muslim sami’na wato’na yang artinya saya mendengar dan saya taat. Maka dari itu tindakan kejahatan yang mereka lakukan untuk masuk kedalam kategori yang peneliti sebut dengan Kejahatan Altruistik. Mereka melakukan kejahatan bukan untuk kepentingan mereka pribadi tapi untuk berdirinya Negara Islam. Memang ada kepentingan mereka yaitu masuk surga tetapi itu tidak langsung dirasakan, itu hanya sesuatu yang diimpikan (nilai yang coba mereka amalkan). Hal yang paling dekat dengan impian mereka adalah mendirikan negara Islam. Mereka (anggota/ jamaah) seperti pekerja (istilah bagi mereka adalah “sapi perah”) oleh NII KW 9, Mereka disuruh selalu bekerja (berjihad) tanpa menghiraukan kesehatannya baik itu fisik maupun mentalnya.
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
Mereka seperti sapi perah yang selalu dimanfaatkan tanpa diberi keuntungan, yang mereka berikan hanyalah berupa mimpi negara Islam dan masuk surga hanya itulah alasan utamanya, mereka hanya perlu menyiapkan legitimasinya saja, legitimasi itu mereka buat dari memenggal/ memotong ayat-ayat di dalam Al Quran serta membalikan makna dari suatu Sunnah dan Hadist serta melakukan analogi-analogi suatu kejadian di zaman Nabi dan menyamakannya di zaman sekarang.
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA Buku : Abduh, Umar. (2001a). Membongkar gerakan Sesat NII Di Balik Pesantren Mewah Al-Zaytun. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Al-Chaidar. (2008). Negara Islam Indonesia: Antara Fitnah & Realita. Jakarta: Madani Press Allan, Kenneth D. (2005). Explorations in Classical Sociological Theory: Seeing the Social World. California: SAGE Publications Besnard, Philippe. (1993). Emile Durkheim: Sociologist and Moralist. London: Routledge Dengel. Holk Harold. (2011). Darul Islam - NII dan Kartosuwirjo: Langkah Perwujudan AnganAngan yang Gagal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Dewanto, Nugroho (ed). (2011). Seri Buku Tempo Kartosoewirjo: Mimpi Negara Islam. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia Durkheim, Emile. (1951). Suicide: A Study In Sociology. The Free Press, Glencoe, Illinois. Ghazali, Khairul. (2011). Mereka Bukan Thaghut: Meluruskan Salah Paham Tentang Thagut. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu Idris, Muhammad. (2011). Mereka Bilang Aku Kafir: Kisah Seorang Pelarian NII. Jakarta: Mizania Johnson, Doyle Paul. (1988). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia Karady, Victor. (1983). The Sociological Domain. Cambrige, Eng: Cambrige University Press Merton, Robert K. (1968). Social Theory and Social Structure. New York: Free Press Pope, Whitney. (1976). Durkheim’s Suicide: A Classic Analyzed. Chicago: University of Chicago Press Ritzer, George dan Douglas J. Goodman (2009). Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Muktahir Teori Sosial Post Moderen. Bantul: Kreasi Wacana Sunarto, Kamanto. (2000). Pengantar Sosiologi (edisi kedua). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Thompson, Kenneth. (2004). Readings From Emile Durkheim. London & New York: Routledge Wahid, Abdurrahman. (2009). Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transasional di Indonesia. Jakarta: The Wahid Institute
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013
Weber, Max. (1947). The Theory of Social and Economic Organization. Illinois: The Free Press & The Falcon’s Wing Press Weber, Max. (1978). Economy and Society: An Outline of Interpretive Sociology. Los Angeles: University of California Press Jurnal : Lemert, Charles. (1994). The Canonical Limits of Durkheim’s First Classic. Sociological Forum Vol 9
Kejahatan altruistik..., Usman, FISIP UI, 2013