BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FUNGSI, MAKNA, NOMINA DAN STUDI SEMANTIK
2.1
Defenisi Fungsi
2.1.1
Pengertian Fungsi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id), fungsi dalam istilah
linguistik merupakan peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subjek). Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi adalah: (1) Beban makna suatu kesatuan bahasa; (2) Hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satu-satuan; (3) Penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu; (4) Peran unsur dalam satu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain; (5) Peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, misal, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek. Dalam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi merupakan suatu peranan dalam unsur sintaksis yang saling berhubungan dengan unsur lainnya seperti unsur gramatikal, leksikal, ataupun kronologis.
2.1.2
Jenis-Jenis Fungsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id), jenis-jenis fungsi dibagi
menjadi empat jenis, yaitu:
26
Universitas Sumatera Utara
1. Fungsi Ekspresif Penggunaan bahasa untuk menampakkan hal ihwal yang bersangkutan dengan pribadi pembicara. 2. Fungsi Fatis Penggunaan bahasa untuk mengadakan atau memelihara kontak antara pembicara dan pendengar. 3. Fungsi Kognitif Penggunaan bahasa untuk penalaran akal. 4. Fungsi Komunikatif Penggunaan bahasa untuk penyampaian informasi antara pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Sedangkan menurut Pangaribuan (2008:63), fungsi terdiri dari tiga jenis, yaitu: 1. Fungsi Ideasional Fungsi yang dipresentasikan oleh unsur pengalaman dan pemikiran logis yang diungkapkan melalui teks, seperti siapa berperan apa, melakukan tindakan sosial apa, kepada siapa, di lokasi mana, dan lain-lain. 2. Fungsi Interpersonal Fungsi yang menjelaskan bagaimana hubungan antar partisipan yang direalisasikan lewat bahasa melalui peran ungkapan, pilihan persona, modalitas ungkapan, dan lainlain. 3. Fungsi Tekstual Fungsi yang dilihat dari bagaimana keterpaduan makna direalisasikan melalui struktur informasi, kohesi, dan unsur-unsur lain yang menyatakan bagaimana bahasa itu melayani kepentingan partisipan.
27
Universitas Sumatera Utara
2.2 Defenisi Makna 2.2.1
Pengertian Makna Makna merupakan salah satu kajian dalam semantik yang merupakan bagian
terpenting dalam melakukan percakapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id), defenisi makna yaitu : 1. Arti; 2. Maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan; Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah: 1. Maksud pembicara; 2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; 3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa atau antar ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; 4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna adalah arti atau maksud dari suatu tindak tutur.
2.2.2
Jenis-Jenis Makna Menurut Chaer (2009:59), jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan
beberapa kriteria atau sudut pandang, yaitu: a. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contohnya kata tikus.
28
Universitas Sumatera Utara
Makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Sedangkan makna gramatikalnya adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. b. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan menjadi makna refrensial dan makna non refrensial. Makna refrensial adalah makna dari kata-kata yang mempunyai refren, yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh kata meja, dan kursi disebut makna refrensial karena kedua kata itu mempunyai refren yaitu sejenis perabot rumah tangga. Sedangkan katakata yang tidak mempunyai refren, maka kata itu disebut kata bermakna non refrensial. Contoh kata karena dan kata tetapi tidak mempunyai refren. Jadi dapat disimpulkan kata-kata yang termasuk kata penuh seperti meja dan kursi termasuk kata-kata yang bermakna refrensial, sedangkan yang termasuk kata tugas seperti preposisi, konjugasi, dan kata tugas lain adalah kata-kata yang bermakna non refrensial. c. Berdasarkan ada tidaknya rasa pada sebuah kata atau leksem, dibedakan menjadi makna denotatif dan konotatif. Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna refrensial, sebab makna denotative ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya karena sering disebut makna sebenarnya. Sedangkan makna konotatif adalah makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa baik positif maupun negatif. d. Berdasarkan ketetapan maknanya, makna dapat menjadi makna kata dan makna istilah. Makna kata sering disebut sebagai makna yang bersifat umum, sedangkan makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Hal ini dilihat dari contoh dalam bidang kedokteran yakni kata tangan dan lengan, digunakan sebagai istilah untuk pengertian yang 29
Universitas Sumatera Utara
berbeda. Makna tangan adalah ‘pergelangan sampai ke jari-jari’, sedangkan makna lengan adalah ‘pergelangan sampai ke pangkal bahu’. Sebaliknya dalam bahasa umum tangan dan lengan diaggap bersinonim. e. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna asosiatif, idiomatik, kolokatif, dan sebagainya. Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan pelambang-pelambang yang digunakan oleh suatu masuarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contohnya kata melati digunakan sebagai pelambang kesucian, kata merah digunakan sebagai pelambang keberanian. Berbeda dengan makna idiomatik, kata idiom berarti satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contohnya frase menjual rumah bermakna ‘si pembeli menerima rumah dan si penjual menerima uang’, tetapi frase menjual gigi bukan bermakna ‘si pembeli menerima gigi dan penjual menerima uang’, tetapi bermakna ‘tertawa keras-keras’. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna sebuah satu bahasa yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase. Contoh frase gadis itu cantik dan pria itu tampan. Kita tidak dapat menyatakan gadis itu tampan dan pria itu cantik, karena pada kedua kalimat itu maknanya tidak sama walaupun informasinya sama.
2.3
Defenisi Nomina
2.3.1
Pengertian Nomina Nomina atau kata benda dalam bahasa Jepang disebut dengan meishi. Jika dilihat dari
huruf kanjinya: 30
Universitas Sumatera Utara
名
:
mei, na
=
nama
詞
:
shi, kotoba
=
kata
名詞
:
meishi
=
kata nama (Situmorang 2010:34)
Sudjianto (1995:34) mengatakan bahwa nomina (noun) ialah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak; yang dalam bahasa Inggris ditandai dengan kemungkinanannya untuk bergabung dengan sufiks plural; misalnya rumah adalah nomina karena tidak rumah adalah tidak mungkin; book dalam bahasa Inggris adalah nomina karena books adalah mungkin. Dalam Situmorang (2010:34) ciri-ciri meishi adalah: 1. Dapat berdiri sendiri; 2. Tidak mengenal konjugasi (perubahan); 3. Menjadi subjek atau objek dalam kalimat Sudjianto (1996:35) menyimpulkan bahwa meishi ialah kata-kata yang memiliki ciriciri sebagai berikut: 1. Meishi (nomina) termasuk kelas kata yang berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal konjugasi atau deklinasi. Kata-kata yang termasuk kelompok nomina tidak mengalami perubahan misalnya kedalam bentuk lampau, bentuk negatif, dan sebagainya. 2. Meishi dapat menjadi subjek, objek, predikat, dan adverbia, sehingga secara langsung dapat diikuti joshi (partikel) atau jodōshi (verba bantu). Nomina yang diikuti joshi dan nomina yang diikuti jodōshi dapat membentuk sebuah bunsetsu. 3. Meishi atau nomina dalam bahasa Jepang disebut juga taigen. 4. Meishi ialah kelas kata yang menyatakan benda atau nama benda, tempat, orang, atau hal lain yang dibendakan baik benda konkret maupun benda abstrak.
31
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Jenis-jenis Nomina Situmorang (2010:34) membagi meishi ke dalam empat jenis, yaitu: 1. 普通名詞 (Futsuu Meishi) = Kata nama biasa Contoh : 人 (hito) = orang 犬 (inu) = anjing 2. 固有名詞 (Koyuu Meishi) = Kata nama terbatas Dibagi dua macam : -
Nama daerah/tempat Misalnya : Medan, Tokyo
-
Nama Orang Misalnya : Suzuki, Ali, dsb.
3. 数詞 (Suushi)= Kata jumlah Kata jumlah dalam bahasa Jepang ada berbagai macam, biasanya dipakai bacaan China, yaitu : 令、rei = 0
六、roku = enam
一、ichi = satu
七、shici (nana) = tujuh
二、ni = dua
八、hachi = delapan
三、san = tiga
九、kyuu/ku = sembilan
四、 shi = empat
十、juu = sepuluh
五、go = lima
十一、juuichi = sebelas, dst.
Tetapi ada juga bacaan asli bahasa Jepang, yaitu : Hito + tsu = satu buah 32
Universitas Sumatera Utara
Futa + tsu = dua buah Mi + tsu = tiga buah Yo + tsu = empat buah Itsu + tsu = lima buah Mu + tsu = enam buah Nana + tsu = tujuh buah Ya + tsu = delapan buah Kokono + tsu = Sembilan buah Too = sepuluh buah Joshushi (kata bantu bilangan) dalam bahasa Jepang ada dikenal bermacam-macam tergantung pada bendanya. 一匹 : Ippiki, nihiki = satu ekor, dua ekor Keterangan bilangan hiki dipergunakan untuk ikan, dsb. 一頭 : Itto, nito = satu ekor, dua ekor Keterangan bilangan to dipergunakan untuk bilangan binatang besar, seperti kuda, sapi. 一人 : Hitori, futari = satu orang, dua orang Keterangan bilangan untuk manusia. 一つ : Hitotsu, futatsu = sebuah, dua buah Bilangan ini dipergunakan untuk menghitung benda seperti tas, buah, dan lainlain. 一軒 : Ikken, niken = sebuah bangunan, dua buah bangunan Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah rumah dan bangunan lain. 33
Universitas Sumatera Utara
一台 : Ichidai, nidai = sebuah mesin (mobil), dua buah mesin Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung jumlah mobil. 一羽 : Ichiwa, niwa = seekor burung, dua ekor burung Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah binatang bersayap seperti burung, ayam, dsb. 一個 : Ikko, nikko = seekor, dua ekor Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung benda bulat seperti kepiting, dsb. 一枚 : Ichimai, nimai = selembar, dua lembar Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung jumlah lembar kertas, seng, dan lain-lain. 一冊 : Issatsu, nisatsu = satu helai, dua helai Keterangan bilangan ini biasanya dipakai untuk menghitung jumlah lembar uang, pakaian, dsb. 一度 : Ichido, nido = satu kali, dua kali Keterangan bilangan ini dipakai untuk menerangkan jumlah melakukan pekerjaan (kata kerja). 4. 代名詞 (Daimeishi)= Kata ganti nama a. Kata ganti penunjuk pertama Contoh :Watakushi, watashi, atashi, boku, ore, jibun, wagahai, tamae. b. Kata ganti penunjuk kedua Contoh :Anata, anta, omae, dsb. c. Kata ganti penunjuk ketiga 34
Universitas Sumatera Utara
Contoh :Kare, kanojo, sonohito, anohito, dsb. Menurut Sudjianto (1996:38-53), meishi dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu : 1. Futsū Meishi Kata yang menyatakan suatu benda atau perkara. Dalam jenis meishi ini terdapat katakata seperti berikut. a. Gutaitekina mono (nomina konkret), misalnya : Uchi
(rumah)
Gakkō (sekolah) Ki
(pohon)
b. Chūshōtekina mono (nomina abstrak), misalnya : Shiawase
(kebahagiaan)
Kimochi
(perasaan)
Kioku
(ingatan)
c. Ichi ya hōgaku o shimesu mono (nomina yang menyatakan letak/posisi/kedudukan dan arah/jurusan), misalnya : Mae
(depan)
Migi
(kanan)
Higashi
(timur)
d. Settogo ya setsubigo no tsuita mono (nomina yang disisipi prefiks dan/atau sufiks), misalnya : Gohan
(nasi)
Okane
(uang)
Senseigata
(guru-guru)
35
Universitas Sumatera Utara
e. Fukugō meishi atau fukugōgo (nomina majemuk), misalnya : Asa+hi
asahi (matahari pagi)
Kumi+tate
kumitate (perakitan, pemasangan)
Hito+bito
hitobito (orang-orang)
f. Hoka no hinshi kara tenjita mono (nomina yang berasal dari kelas kata lain), misalnya : Verba hikaru
hikari (sinar, cahaya)
Verba hanasu
hanashi (cerita, pembicaraan)
Adjektiva-na majimeda
majimesa (rajin)
2. Koyū Meishi Kata yang menyatakan nama suatu benda, nama orang, nama tempat, nama buku, dan sebagainya. Kata-kata lain yang termasuk jenis nomina ini misalnya : Fujisan/Fujiyama
(gunung Fuji)
Nagaragawa
(sungai Nagara)
Tokyo
(kota Tokyo)
Parii
(Paris)
3. Sūshi Nomina yang menyatakan jumlah, bilangan, urutan, atau kuantitas, dalam bahasa Indonesia berarti numeralia. Kata-kata yang termasuk sushiini antara lain : a. Sūryō no meishi (nomina yang menyatakan jumlah atau kwantitas) 1) Honsūshi (numeralia pokok), diantaranya : Ichi
(satu)
Ni
(dua)
2) Honsūshi + josūshi (numeralia pokok + kata bantu bilangan), diantaranya : Sannin
(tiga orang) 36
Universitas Sumatera Utara
Gohon
(lima batang)
Yonmai
(empat lembar)
b. Junjo no sūshi (numeralia tingkat), diantaranya : Ichiban
(nomor satu)
Daisan
(ketiga)
Daigokaime
(yang kelima kalinya)
4. Daimeishi Nomina yang menunjukkan orang, benda, tempat, atau arah. Dalam bahasa Indonesia berarti pronomina. Daimeishi terdiri atas ninshō daimeishi (pronomina personal) yaitu kata yang digunakan untuk menunjukkan orang sekaligus menggantikan nama orang itu, dan shiji daimeishi (pronomina penunjuk) yaitu kata yang dipakai untuk menunjukkan benda secara umum, untuk menggantikan benda, tempat, atau arah yang ditunjukkan itu. 5. Keishiki Meishi Nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina. Misalnya, Koto, tame,wake,dan lain-lain.
2.4 Pengertian Nomina Shourai dan Mirai Secara Etimologi Etimologi adalah cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna (Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008:383). Misalnya kata etimologi itu sendiri diambil dari bahasa Belanda etymologi yang berakar dari bahasa Yunani ;étymos (arti sebenarnya adalah sebuah kata) dan lògos (ilmu). Berdasarkan kata yang telah diambil dari bahasa lain, kemungkinan dalam bentuk yang telah berubah (kata asal disebut dengan etimon). Melalui naskah tua dan perbandingan dengan bahasa lain, etimologis mencoba untuk merekontruksi asal usul dari suatu kata ketika
37
Universitas Sumatera Utara
mereka memasuki suatu bahasa, dari sumber apa, dan bagaimana bentuk dan arti kata tersebut berubah. Begitu juga dengan kanji bahasa Jepang. Menurut Sudjianto (1996:59) setiap kanji terbentuk dari beberapa garis dan coretan. Garis-garis atau coretan-coretan tersebut pada akhirnya membentuk sebuah huruf kanji secara utuh. Istilah tersebut dinamakan dengan bushu, yang dijadikan suatu dasar untuk pengklasifikasian huruf kanji. Berikut ini akan dijelaskan tentang etimologi dari kanji shourai dan mirai.
2.4.1
Nomina Shourai Secara Etimolgi Nomina shourai terdiri dari dua buah kanji, yaitu shou (将) dan rai (来). Kazutoshi,
dkk (1993:654) menjabarkan etimologi dari kanji shou「将」sebagai berikut :
字源 (Jigen/sumber) : 形声。醬の省面と寸の合字。人を率いること。またその統率者をいう。上 に立ち、人を率いる位の者は、その身が人の手本とならねばならないので、 寸を書いてその意を示す。寸は法則の義。醬は音符。 Keisei. Shou no shoumen to sun no gouji. Hito wo hikiiru koto. Mata sono tousotsusha wo iu. Ue ni tachi, hito wo hikiiru kurai no mono wa, sono mi ga hito no tehon to naraneba naranai no de, sun wo kaite sono i wo shimesu. Sun wa housoku no gi. Shou wa onbu. 38
Universitas Sumatera Utara
Karakter yang sebagian menunjukkan artinya dan yang lain menunjukkan ucapannya. Pengikat antara sun dan bagian depan shou. Hal tentang memimpin orang-orang. Dan hal itu disebut dengan pemimpin. Orang yang pangkatnya untuk memimpin orang-orang, berdiri di atas, dan karena harus menjadi teladan bagi orang-orang. Maka ditulislah sun yang menunjukkan makna tersebut. Sun merupakan keadilan hukum. Shou adalah catatan. 字義 (Jigi/arti sebuah karakter) : 1) かしら(名)。指揮官。統率者/ひきいる(ひきねる)(動)。 Kashira (na). Shikikan. Tousotsusha/hikiiru (hikineru) (dou). Kepala (nomina). Komandan. Pemimpin / memimpin (verba). 2) まさに(副)。たぶん。おおかた/はた(副)(接)。また。あるいは。そうで はなくて/且つ/養う/たすける(たすく)(動)/送る/大きい/うける(う く)(動)/奉る/なす。行う/たまう/もって(接)/持つ/助け持つ/進む /徒う/さかん/長い/かたわら/去る/すすめる/こいねがう。請う/厳正の さま/集まる/まさに...す。今にもしようとする。 Masani
(fuku).
Tabun.
Ookata/hata
dewanakute/katsu/yashinau/tasukeru
(fuku)
(tasuku)
(setsu).
Mata.
Aruiha.
(dou)/okuru/ookii/ukeru
Sono (uku)
(dou)/tatematsuru/nasu. Okonau/tamau/motte (setsu)/motsu/tasukemotsu/susumu/tou/ sakan/nagai/katawara/saru/susumeru/koinegau. Kou/genzai no sama/atsumaru/masani... su. Ima ni mo shiyou to suru. Tepat (adverbia). Mungkin. Cukup banyak / mayoritas (adverbia) (konjungsi). Dan lagi. Atau. Bukan seperti itu / dan / memelihara / menolong (menolong bentuk intransitif) (verba) / mengirim / besar / menempuh (menempuh bentuk intransitif) / berbuat / melakukan. Menyelenggarakan / membawa (konjungsi) / membantu / maju / melakukan /
39
Universitas Sumatera Utara
makmur / panjang / sebelah / meninggalkan / menasehati / memohon. Meminta / situasi yang keras / berkumpul / tepat~~~. Seakan-akan hendak dimulai. Sedangkan etimologi dari kanji rai「来」Kazutoshi, dkk (1993:111) menjabarkannya sebagai berikut:
40
Universitas Sumatera Utara
字源 (Jigen/sumber) : 象形。本義は「來棒」といい、周の時、天より受けた瑞麦の名。一つのも みの中に二つの麦粒を含むという。この字の上部は穗、中部は茎、下部は 根に象る。この麦は、天より降り授かるという。ゆえに転じて、きたる∙いたる等の 義とし、のち、むぎの義には麥(麦)を用いる。 Shoukei. Hongi wa “raibou” to ii, shu no toki, ten yori uketa zuimugi no na. Hitotsu no momi no naka ni futatsu no mugitsubu wo fukumu to iu. Kono ji no joubu wa minoru, chuubu wa kuki, kabu wa ne ni katadoru. Kono mugi wa , ten yori orisazukaru to iu. Yueni tenjite, kitaru · itaru nado no gitoshi, nochi, mugi no gi ni wa baku (mugi) wo mochiiru. Gambaran huruf. Makna sebenarnya disebut “tetap”, seiring dengan waktu yang berputar, tumbulah padi dari langit. Di dalam kulit padi yang pertama, mengandung dua butir padi. Bagian atas huruf ini adalah butir padi, bagian tengah adalah tangkai daun, bagian bawah membentuk akar. Padi ini melimpah ke bawah dari langit. Kemudian berubah, kata datang / tiba dan sebagainya, nanti, digunakan tanduk terhadap padi tersebut.
字義 (Jigi/arti sebuah karakter) : 1) こむぎ(名)/きたる(動)。くる(動)。いたる。かえる。およぶ/きたす (動)。もたらす。まねく/さき。のち。前途/死後/より(助)。から。この かた/いざ(感)。これ。語調を強める助字。 Komugi (na)/kitaru (dou). Kuru (dou). Itaru. Kaeru. Oyobu/kitasu (dou). Motarasu. Maneku/saki. Nochi. Zento/shigo/yori (dou). Kara. Konokata/iza (kan). Gochou wo tsuyomeru sukeji. Padi (nomina) / tiba (verba). Datang (verba). Tiba. Datang kembali. Sampai / menyebabkan (verba). Mendatangkan. Mengundang / lebih dulu. Nanti. Masa yang akan 41
Universitas Sumatera Utara
datang / setelah kematian / dari (partikel). Dari. Sejak / mari (interjeksi). Ini. Kata bantu yang memperkuat aksen. 2) ねぎらう/つとめる。勑に同じ。 Negirau/tsutomeru. Imani onaji. Mempedulikan / berjuang. Sama dengan sekarang. 3) きたる。いたる。 Kitaru. Itaru. Tiba. Tiba. 4) こむぎ。 Komugi. Padi. Akiyasu (1972:312) menjabarkan etimologi dari kanji shou「将」sebagai berikut :
Moto no ji wa wo
awaseta
de,
(niku) ∙
(te)
∙
(nagai shindai)
mono. wa “nagai” to iu to iu imi wo fukumu. Ichiban nagai yubi wo 42
Universitas Sumatera Utara
shoushi to ii, sokokara “ichiban no chou toshite hikiiru” to iu imi ga dekita.
Asal dari hurufnya adalah , (daging),
dengan mencocokan tarikan panjang dari
(tangan) dan
mengandung arti “jari terpanjang”.
dengan menyusun kembali (tempat tidur). dari situlah terbentuk sebutan “sebagai yang paling
senior, ialah yang memimpin ”
意味 (Imi/makna) : 1) 軍隊などをひきいる人。例:将軍。大将。名将。 Guntai nado wo hikiiru hito. Rei : shougun. Taishou. Meishou. Orang-orang yang memimpin Tentara dan sebagainya. Contoh : jenderal. pelatih 2) これから何からをしようとする。まさに。例:将来。 Korekara nani kara wo shiyou to suru. Masani. Rei : shourai. Hal yang hendak dilakukan. Hampir. Contoh : masa depan. Sedangkan etimologi dari kanji rai 「 来 」 Akiyasu (1972:546) menjabarkannya sebagai berikut :
43
Universitas Sumatera Utara
Moto no ji wa
minotta mugi no ho ga taresagatta yousu wo egaita ji. Moto wa
chuuou ajia kara yatte kita komugi no imi de ari, mugi ga “shinshi ga yatte kuru” to iu imi datta ga, nochi ni ire chigaete,
Asal dari hurufnya adalah .
ga “kuru” to iu imi ni tsukawareru youni natta.
Huruf dari butir padi yang berbuah penampilannya
dilukiskan dengan melengkung ke bawah. Asalnya adalah adanya arti padi dari Asia pusat, yang bermakna “spesies baru” tetapi kemudian maknanya berubah,
menjadi
“datang”.
意味 (Imi/makna) : 1) くる。近づく。例:来客。来年。遠来。飛来。 Kuru. Chikadzuku. Rei : raikyaku. Rainen. Enrai. Hirai. Datang. Tiba. Contoh : tamu. Tahun depan. Yang datang dari jauh. Terbang jauh. 2) ...の時からこちら。このかた。例:来歴。以来。古来。 … no toki kara kochira. Kono kata. Rei : raireki. Irai. Korai. Disini dan dimulai dari waktu~~~. Sejak. Contoh : sejarah. Sejak . Zaman kuno. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Kazutoshi (1993) dan Akiyasu (1972), penulis dapat menyimpulkan bahwa karakter 将 dan 来 sudah berubah. Karakter 将 dan 来 yang lama sudah tidak dipakai lagi. Karakter 将 memiliki makna pemimpin, hal-hal yang hendak dilakukan. Sebagai kata keterangan, karakter 将 memiliki arti tepat, mungkin, dan, dan lagi, atau, bukan seperti itu. Sebagai kata kerja memiliki arti memelihara, menolong, menempuh baik dalam bentuk transitif ataupun intransitif, mengirim, berbuat, melakukan, menyelenggarakan, membantu, maju, makmur, meninggalkan, menasehati, memohon, meminta, berkumpul. Sebagai kata keterangan memiliki arti mayoritas. Sebagai kata 44
Universitas Sumatera Utara
sambung memiliki arti mayoritas, bawa. Karakter 来 berasal dari tanaman padi di Asia Pusat. Kemudian muncul spesies baru sehingga artinya berubah menjadi datang. Pada kata kerja memiliki makna datang, tiba, kembali, mengundang, mempedulikan, berjuang. Pada kata bantu partikel memiliki arti dari, sejak. Pada emotif memiliki arti lebih dulu, nanti, masa yang akan datang, setelah kematian. Dan sebagai kata benda memiliki arti padi.
2.4.2
Nomina Mirai Secara Etimologi Nomina mirai terdiri dari dua buah kanji, yaitu mi (未) dan rai (来). Kazutoshi, dkk
(1993:254) menjabarkan etimologi dari kanji mi「未」sebagai berikut :
字源 (Jigen/sumber) : 指事。木の中間に一を加えて枝葉の茂るさまを示す。非に仮借して、否 定の意を示す。「いまだ...ず」と両様の意を兼ねる。十二支の第八 位「ひつじ」とし、方位に配しては両南、時刻は午後二時およびその前後二時間、 月は陰暦六月に当てる。 Yubikoto. Ki no chuukan ni ichi wo edaha no shigeru sama wo shimesu. Hi ni kashakushite, hitei no i wo shimesu. “imada... zu” to ryouyo no i wo kaneru. Juunishi no daihachi’i 45
Universitas Sumatera Utara
“hitsuji” toshi, houni haishite wa ryouminami, jikoku wa gogo ni ji oyobi sono zengo ni jikan, tsuki wa inreki roku gatsu ni ateru. Instruksi. Menunjukan diantara pepohonan yang bertambah satu dan daun ranting yang tumbuh tebal. Juga menunjukkan rasa maaf dari suatu kesalahan, dan makna dari penolakkan. Berdasarkan zodiak Cina urutan kedelapan, pada arah artinya menunjukkan dua selatan, pada waktu menunjukkan pukul 2 siang sampai dua jam waktu sebelum dan sesudahnya, pada bulan digunakan pada kalender kabisat.
字義 (Jigi/arti sebuah karakter) : いまだ(副)。いまだし。まだ/いまだ...ず。まだ...でない/いな/のち。 将来/ひつじ(名)。十二支の第八位(字源を参照)/くらい。 Ima da (fuku). Imadashi. Mada/imada... zu. Mada... denai/ina/nochi. Shourai/hitsuji (na). Juunishi no dai hachi i (jigen wo sanshou)/kurai. Makna dari pola “sekarang~~~” memiliki dua arti. belum (adverbia). Baru-baru ini. Pola kalimat ま だ / い ま だ . . . ず 。 ま だ . . . で な い / い な / の ち 。 Masa depan (nomina). Zodiak Cina urutan kedelapan (referensi karakter yang dibentuk) / kira-kira. Sedangkan etimologi dari kanji rai「来」Kazutoshi, dkk (1993:111) menjabarkannya sebagai berikut :
46
Universitas Sumatera Utara
字源 (Jigen/sumber) : 象形。本義は「來棒」といい、周の時、天より受けた瑞麦の名。一つのも みの中に二つの麦粒を含むという。この字の上部は穗、中部は茎、下部は 根に象る。この麦は、天より降り授かるという。ゆえに転じて、きたる∙いたる等の 義とし、のち、むぎの義には麥(麦)を用いる。 Shoukei. Hongi wa “raibou” to ii, shu no toki, ten yori uketa zuimugi no na. Hitotsu no momi no naka ni futatsu no mugitsubu wo fukumu to iu. Kono ji no joubu wa minoru, chuubu wa kuki, kabu wa ne ni katadoru. Kono mugi wa , ten yori orisazukaru to iu. Yueni tenjite, kitaru · itaru nado no gitoshi, nochi, mugi no gi ni wa baku (mugi) wo mochiiru. Gambaran huruf. Makna sebenarnya disebut “tetap”, seiring dengan waktu yang berputar, tumbulah padi dari langit. Di dalam kulit padi yang pertama, mengandung dua butir padi. Bagian atas huruf ini adalah butir padi, bagian tengah adalah tangkai daun, bagian bawah membentuk akar. Padi ini melimpah ke bawah dari langit. Kemudian berubah, kata datang / tiba dan sebagainya, nanti, digunakan tanduk terhadap padi tersebut.
47
Universitas Sumatera Utara
字義 (Jigi/arti sebuah karakter) : 1) こむぎ(名)/きたる(動)。くる(動)。いたる。かえる。およぶ/きたす (動)。もたらす。まねく/さき。のち。前途/死後/より(助)。から。この かた/いざ(感)。これ。語調を強める助字。 Komugi (na)/kitaru (dou). Kuru (dou). Itaru. Kaeru. Oyobu/kitasu (dou). Motarasu. Maneku/saki. Nochi. Zento/shigo/yori (dou). Kara. Konokata/iza (kan). Gochou wo tsuyomeru sukeji. Padi (nomina) / tiba (verba). Datang (verba). Tiba. Datang kembali. Sampai / menyebabkan (verba). Mendatangkan. Mengundang / lebih dulu. Nanti. Masa yang akan datang / setelah kematian / dari (partikel). Dari. Sejak / mari (interjeksi). Ini. Kata bantu yang memperkuat aksen. 2) ねぎらう/つとめる。勑に同じ。 Negirau/tsutomeru. Imani onaji. Mempedulikan / berjuang. Sama dengan sekarang. 3) きたる。いたる。 Kitaru. Itaru. Tiba. Tiba. 4) こむぎ。 Komugi. Padi
48
Universitas Sumatera Utara
Akiyasu (1972:312) menjabarkan etimologi dari kanji mi「未」sebagai berikut :
Mada nobikiranai eda saki wo egaita ji. Huruf yang dilukiskan menggambarkan batang yang belum tumbuh. 意味 (Imi/makna) : 1) まだ。まだ...しない。まだ...でない。例:未決。未知。未成年。 Mada. Mada… shinai. Mada… denai. Rei : miketsu. Michi. Miseinen. Belum. Belum melakukan~~~. Tidak~~~. Contoh : belum ditetapkan. Belum tahu. Belum dewasa. 3. (ひつじ)十二支の八番目。動物ではツジ。時刻では午後二時、または、それを 中心とした二時間。方角では南南西。 (Hitsuji) juunishi no hachibanme. Doubutsu de wa tsuji. Jikoku de wa gogo ni ji, matawa, sore wo chuusin to shita ni jikan. Hougaku de wa nannansei. Zodiak Cina urutan kedelapan. Pada hewan adalah domba, pada waktu adalah pukul 2 siang, dan inti dari itu adalah rentang waktu selama 2 jam. Pada arah merujuk pada selatan barat daya.
49
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan etimologi dari kanji rai 「 来 」 Akiyasu (1972:546) menjabarkannya sebagai berikut :
Moto no ji wa
minotta mugi no ho ga taresagatta yousy wo egaita ji. Moto wa
chuuou ajia kara yatte kita komugi no imi de ari, mugi ga “shinshi ga yatte kuru” to iu imi datta ga, nochi ni ire chigaete,
Asal dari hurufnya adalah ,
ga “kuru” to iu imi ni tsukawareru youni natta.
dengan mencocokan tarikan panjang dari (daging),
(tangan) dan dengan menyusun kembali (tempat tidur). terpanjang”.
mengandung
arti
“jari
dari situlah terbentuk sebutan “sebagai yang paling senior, ialah yang
memimpin ”
意味 (Imi/makna) : 1) くる。近づく。例:来客。来年。遠来。飛来。 Kuru. Chikadzuku. Rei : raikyaku. Rainen. Enrai. Hirai. Datang. Tiba. Contoh : tamu. Tahun depan. Yang datang dari jauh. Terbang jauh.
50
Universitas Sumatera Utara
2) ...の時からこちら。このかた。例:来歴。以来。古来。 … no toki kara kochira. Kono kata. Rei : raireki. Irai. Korai. Disini dan dimulai dari waktu~~~. Sejak. Contoh : sejarah. Sejak . Zaman kuno. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Kazutoshi (1993) dan Akiyasu (1972) mengenai mirai, penulis dapat menyimpulkan bahwa karakter 未 dan 来 sudah berubah. Karakter 未 dan 来 yang lama sudah tidak dipakai lagi. Karakter 未 berasal dari pohon yang belum tumbuh. Karakter 未 dapat menunjukkan rasa penyesalan dan penolakkan. Karakter 未 juga digunakan dalam ramalan kuno Cina urutan kedelapan yang maknanya memiliki beberapa arti, yaitu pada arah artinya menunjukkan selatan barat daya, pada waktu menunjukkan pukul 2 siang sampai dua jam waktu sebelum dan sesudahnya, pada bulan digunakan pada kalender kabisat. Selain itu 未 banyak digunakan dalam beberapa pola kalimat. Karakter 来 berasal dari tanaman padi di Asia Pusat. Kemudian muncul spesies baru sehingga artinya berubah menjadi datang. Pada kata kerja memiliki makna datang, tiba, kembali, mengundang, mempedulikan, berjuang. Pada kata bantu partikel memiliki arti dari, sejak. Pada emotif memiliki arti lebih dulu, nanti, masa yang akan datang, setelah kematian. Dan sebagai kata benda memiliki arti padi.
2.5 Fungsi dan Makna Nomina Shourai dan Mirai Menurut Pakar Linguistik Bahasa Jepang Shourai「将来」dan mirai「未来」adalah kata yang termasuk ke dalam kelas kata nomina atau kata benda yang dalam gramatikal bahasa Jepang disebut meishi. Kata shourai dan mirai memiliki makna masa depan. Berikut ini akan dijelaskan tentang makna dan fungsi kata shourai dan mirai menurut beberapa pakar linguistik bahasa Jepang.
51
Universitas Sumatera Utara
2.5.1
Nomina Shourai Akiyasu (1972:313) menyatakan bahwa nomina shourai adalah :
1) これから先。未来。例:将来は科学者になりたい。 Korekara saki. Mirai. Rei : shourai wa kagakusha ni naritai. Mulai dari sekarang. Masa depan. Contoh : Masa depan saya ingin menjadi peneliti. 2) まってくる。もたらす。例:よい結果を将来する。 Matte kuru. Motarasu. Rei : yoi kekka wo shouraisuru. Hal yang didatangkan. Membawa, mendatangkan, mengakibatkan, menimbulkan, menyebabkan. Contoh : Hasil yang baik untuk masa depan. Kemudian Izuru (1955:1202) menyatakan bahwa nomina shourai adalah : 1) もってくること。「弘法大師将来目録」 Motte kuru koto. “koubou daishi shourai mokuroku” Hal yang dibawa datang. “katalog yang dibawa guru besar untuk masa depan”. 2) これから来ようとする時。未来。ゆくさき。前途。(多くは「未来」よりも現在 に近いところを指す) Korekara koyou to suru toki. Mirai. Yukusaki. Zento. (ooku wa “mirai” yori mo genzai ni chikai tokoro wo sasu) Waktu yang akan berjalan dari sekarang. Masa depan. Masa yang akan datang. (Pada umumnya dibandingkan dengan “mirai”, shourai menunjukkan waktu sekarang menuju waktu yang jaraknya dekat) Di dalam buku Ruigo Reikai Jiten dikatakan bahwa 「将来」は、人や国 ∙ 団体など について用いられることが多い。また、「君には将来がある」「将来を約束されて いる」のように、プラスの評価を伴って用いられる場合もある。「今後」「将来」 は、副詞的にも用いられる。Shourai wa hito ya kuni ∙ dantai nado nit suite mochiirareru 52
Universitas Sumatera Utara
Koto ga ooi. Mata, “kimi ni wa shourai ga aru” “shourai wo yakusokusareteiru” no youni, purasu no hyouka wo tomonatte mochiirareru baai mo aru. “kongo” “shourai” wa, fukushiteki ni mo mochiirareru. Shourai adalah, banyak ditujukan mengenai orang-orang, Negara, perkumpulan dan lainnya. Dan, kata-kata seperti “kamu memiliki masa depan”, “menjanjikan masa depan”, juga banyak digunakan dengan disertai penilaian yang positif. “kongo”, “shourai”, juga bisa digunakan dalam bentuk kata keterangan. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Akiyasu (1972), Izuru (1955:1202) dan dalam buku Ruigo Reikai Jiten mengenai shourai, penulis dapat menyimpulkan bahwa shourai bermakna masa depan, yaitu masa depan yang tenggang waktunya lebih singkat jika dibandingkan dengan mirai. Shourai juga bisa digunakan pada hal-hal yang didatangkan, seperti buku yang didatangkan dari Cina. Shourai merupakan masa depan yang menyangkut orang-orang, negara, dan masyarakat. Ketika kalimat yang kita ucapkan mengandung kalimat shourai maka hasil dari kalimat tersebut haruslah memiliki efek positif. Contoh : kamu memiliki masa depan. Selain merujuk pada kelas kata nomina, shourai juga dapat digunakan sebagai adverbia. Sinonimnya adalah mirai.
2.5.2
Nomina Mirai Akiyasu (1972:541) menyatakan bahwa nomina mirai adalah :
1) これから先。将来。例:日本の未来。対:過去。 Korekara saki. Shourai. Rei : nihon no mirai. Tai : kako. Mulai dari sekarang. Masa depan. Contoh : masa depan Jepang. Antonim : masa lalu 2) 仏教の言葉で人間が死んでから、行くという世。あの世。 Bukkyou no kotoba de ningen ga shinde kara, iku to iu se. Ano se. Karena kosakata yang berhubungan dengan agama Budha, setelah manusia mati, mirai 53
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan dunia selanjutnya. Dunia itu. Kemudian Izuru (1955:2316) menyatakan bahwa nomina mirai adalah : 1) 〔仏〕三世の一。後世。来世。未来世。平家漼頂「過去未来の因果をさとらせ給 ひなば」 (Butsu) sansei no ichi. Kousei. Raise. Miraise. Heike saiitadaki “kako mirai no inka wo satorase kyuuhinaba” (Budha) masa depan setelah kematian. Dunia selanjutnya. Alam baka. Masa depan. Terdapat sebab akibat antara masa lalu dan masa depan. 2) 過去 ∙ 現在とともに時の流れを三区分した一つで、まだ来ていない部分。「将 来」より広く、一般的な称。平家三「このおとどは不思議の人にて未来の事をも かねてさとり給ひけるにや」→ 将来。 Kako · genzai to tomoni toki no nagare wo sankubunshita hitotsu de, mada kite inai bubun. “Shourai” yori hiroku, ippantekina shou. Heikesan “kono otodo wa fushigi no hito nite mirai no koto wo mokanete satori kyuuhikeruniya” → shourai. Terdapat 3 klasifikasi sehubungan dengan mengalirnya waktu, Dulu, sekarang, dan bagian yang belum datang. Dibandingkan dengan shourai, biasanya mirai lebih luas. Heikesan “orang yang terhormat ini adalah orang yang ajaib dan dapat mengetahui masa depan”. Di dalam buku Ruigo Reikai Jiten dikatakan bahwa
「未来」は、現在や過去に対
立 す る概 念 で 、客観 的 に言い 表 す 場合 に 用いら れ る。Mirai wa, genzai ya kako tairitsusuru gainen de, kyakukanteki ni iiarawasu baai ni mochiirareru. Mirai adalah, konsep perlawanan antara masa lalu dan masa depan, hal ini digunakan untuk menunjukkan hal secara objektif.
54
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Akiyasu (1972), Izuru (1955:1202) dan dalam buku Ruigo Reikai Jiten mengenai mirai, penulis dapat menyimpulkan bahwa mirai bermakna masa depan, yaitu masa depan yang tenggang waktunya lebih lama dari shourai. Mirai juga dapat mewakili tiga waktu, yaitu masa lalu, saat ini, dan masa depan. Konsep Mirai banyak ditemukan dalam agama Budha. Selain itu mirai dapat menunjukkan masa depan sampai ke kehidupan setelah kematian, yaitu alam baka atau akhirat. Antonimnya adalah kako (masa lalu). Sinonimnya adalah shourai.
2.6 Studi Semantik dalam Kajian Semantik 2.6.1
Defenisi Semantik Menurut Chaer (1994:2) kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai penanda kata sema itu adalah tanda linguistik, yaitu terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang; sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebahai ilmu tentang makna atau tentang arti. Sutedi (2003:111) menjelaskan bahwa semantik atau imiron merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Semantik memegang peranan penting, 55
Universitas Sumatera Utara
karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain untuk menyampaikan suatu makna. Misalnya, ketika seseorang menyampaikan ide dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang dimaksud, karena ia dapat menyerap makna yang disampaikannya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari tentang makna.
2.6.2
Kesinoniman Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, seringkali
kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata dengan kata lainnya. Hal ini berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya (Chaer, 1994:297). Satuan bahasa disini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Relasi makna ini salah satunya menyatakan kesamaan makna (sinonim). Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki hubungan atau relasi makna yang termasuk ke dalam sinonim. Menurut Chaer (1994:82) secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti “nama” dan syn yang bararti “dengan”. Maka secara harfiah kata sinonim berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara semantik yaitu sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Misalnya kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang bersinonim; bunga, kembang, dan puspa adalah tiga buah kata yang bersinonim; mati, wafat, meninggal, dan mampus adalah empat buah kata yang bersinonim. Akan tetapi meskipun bersinonim, maknanya tidak akan persis sama. Hal ini dikarenakan tidak ada sinonim yang 56
Universitas Sumatera Utara
maknanya akan sama persis. Dalam konteks tertentu, pasti akan ditemukan suatu perbedaannya meskipun kecil. Ketidaksamaan ini terjadi karena berbagai faktor seperti yang dikemukakan oleh Chaer (1994:298-299), antara lain : 1. Faktor waktu, misalnya kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan. Namun, kata hulubalang memiliki pengertian klasik sedangkan kata komandan tidak memiliki pengertian klasik. Dengan kata lain, kata hulubalang hanya cocok digunakan pada konteks yang bersifat klasik, sedangkan kata komandan tidak. 2. Faktor tempat atau wilayah, misalnya kata saya dan beta adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata saya dapat digunakan di mana saja, sedangkan kata beta hanya cocok untuk wilayah Indonesia bagian timur. 3. Faktor keformalan, misalnya kata uang dan duit adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata uang dapat digunakan dalam ragam formal dan tak formal, sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tak formal. 4. Faktor sosial, misalnya kata saya dan aku adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata saya dapat digunakan oleh siapa saja; sedangkan kata aku hanya dapat digunakan terhadap orang yang sebaya, yang dianggap akrab, atau kepada yang lebih muda dan lebih rendah kedudukan sosialnya. 5. Faktor bidang kegiatan, misalnya kata matahari dan surya adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata matahari bisa digunakan dalam kegiatan apa saja, atau dapat digunakan secara umum; sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam khusus. Terutama ragam sastra. 6. Faktor nuansa makna, misalnya kata-kata melihat, melirik, menonton, meninjau, dan mengintip adalah sejumlah kata yang bersinonim. Namun, antara yang satu dengan yang lainnya tidak selalu dapat dipertukarkan, karena masing-masing memiliki nuansa makna yang tidak sama. Kata melihat memiliki makna umum; kata melirik memiliki makna 57
Universitas Sumatera Utara
melihat dengan sudut mata; kata menonton memiliki makna melihat untuk kesenangan; kata meninjau memiliki makna melihat dari tempat jauh; dan kata mengintip memiliki makna melihat dari atau melalui celah sempit. Dengan demikian, jelas kata menonton tidak dapat diganti dengan kata melirik karena memiliki nuansa makna yang berbeda, meskipun kedua kata tersebut dianggap bersinonim. Dalam bahasa Jepang, sinonim dikenal dengan istilah ruigigo「類義語」. Menurut Haruhiko (1978:1375) ruigigo adalah 「意味がよく似ている二つ以上の単語。類語。」 ‘Imi ga yoku niteiru futatsu ijou no tango. Ruigigo’ (Dua kata atau lebih yang memiliki makna yang mirip. Kata yang sejenis). Izuru (1955:2530) juga mengemukakan bahwa ruigigo adalah 「 意 義 の 類 似 す る 言 葉 。 」 ‘Igi no ruiji suru kotoba.’ (Kata yang memiliki kemiripan makna). Menurut Sutedi (2003:124), perbedaan dari dua kata atau lebih yang memiliki relasi atau hubungan kesinoniman / ruigi kankei 「 類 義 関 係 」 dapat detimukan dengan cara melakukan analisis terhadap nuansa makna dari setiap kata tersebut. Misalnya, kata agaru dan noboru yang kedua-duanya berarti (naik) dapat ditemukan perbedaannya sebagai berikut. のぼる
: 下から上へ或経路に焦点を合わせて移動する
Noboru
: shita kara ue e wakukeiro ni shouten o awasete idou suru
Noboru
: berpindah dari bawah ke atas dengan fokus jalan yang dilalui
あがる
: 下から上へ到達点に焦点を合わせて移動する
Agaru
: shita kara ue e toutatsuten ni shouten o awasete idou suru
Agaru
: berpindah dari bawah ke atas dengan fokus tempat tujuan Jadi, perbedaan verba agaru dan noboru terletak pada fokus (焦点/ shouten) gerak
tersebut. Verba agaru menekankan pada tempat tujuan (到達点/ toutatsuten) dalam arti 58
Universitas Sumatera Utara
tibanya di tempat tujuan tersebut (hasil), sedangkan noboru menekankan pada jalan yang dilalui (経路/keiro) dari gerak tersebut (proses).
2.6.3
Pilihan Kata Kata-kata yang bersinonim ada yang dapat saling menggantikan ada pula yang tidak.
Karena itu, harus memilihnya secara tepat dan saksama untuk menghindari kerancuan dalam menginterpretasikan maknanya. Hal ini berkaitan dengan pilihan kata atau diksi.dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary (bahasa Inggris yang kata dasarnya diction) yang berarti perihal pemilihan kata. Menurut Keraf (2006:24) pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Diksi atau pilihan kata harus berdasarkan tiga tolak ukur, yaitu ketepatan, kebenaran, dan kelaziman. Kata yang tepat adalah kata yang mempunyai makna yang dapat mengungkapkan gagasan secara cermat sesuai dengan gagasan pemakai bahasa. Kata yang benar adalah kata yang diucapkan atau ditulis sesuai dengan bentuk yang benar, yaitu sesuai dengan kaidah kebahasaan. Kata yang lazim berarti bahwa kata yang dipakai adalah dalam bentuk yang sudah dibiasakan dan bukan merupakan bentuk yang dibuat-buat. Berdasarkan konsep dari pilihan kata di atas, kata yang maknanya hampir sama atau yang disebut sinonim harus dapat dipilih dengan tepat sesuai dengan situasi dan konteks kalimatnya, agar gagasan yangterkandung di dalam makna kata tersebut dapat tersampaikan dengan baik.
59
Universitas Sumatera Utara