SISTEM PEMBINAAN KARAKTER DAN IMPLEMENTASINYA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN Oleh : Salim Hasan Universitas Muslim Indonesia Email:
[email protected]. ABSTRAK Pendidikan karakter saat ini merupakan sesuatu yang sangat urgen untuk di bicarakan, menginat mengingat krisis moral yang melanda sebagian anak-anak kita baik pelajar maupun mahasiswa. Pergaulan bebas, pemerkosaan, pembunuhan, minuman keras, penyalahgunaan obat terlarang dan lain-lain dapat kita saksikan sehari-hari. Oleh sebab itu lembaga pendidikan dituntut untuk dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang dipercaya dapat mengatasi kondisi tersebut, yaitu melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter pada lembaga pendidikan dilakukan melalui empat sistem internalisasi nilai yaitu internalisasi nilai melalui system pembelajaran, pembiasaan dan pengulangan, keteladanan dan penegakkan aturan dan disiplin. Dengan system internalisasi tersebut, nilai hidup yang diharapkan mewatak menjadi karakter adalah religius, disiplin, bertanggungjawab, adil, kerjasama, toleransi, tangguh, mandiri, dan nilai-nilai hidup positif lainnya. Kata Kunci: karakter, implementasi, lembaga pendidikan. I.
Pendahuluan
Berbicara mengenai pendidikan karakter adalah sesuatu yang sangat urgen saat ini untuk mendapat perhatian, terutama pada lembaga pendidikan. Hal ini penting karena lembaga pendidikan merupakan lingkungan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga. Tidak semua hal menyangkut pendidikan anak terutama pendidikan karakter, akhlak dan etika dapat dilakukan di lingkungan keluarga oleh orang tua. Oleh sebab itu lembaga pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai karakter melalui proses pembelajaran. Penguatan pendidikan karakter saat ini sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di hadapan kita. Krisis moral yang saat ini terjadi sangat menghawatirkan di lingkungan masyarakat yang melibatkan apa yang paling berharga bagi orang tua yaitu anak-anak, baik itu pada anak-anak di semua tingkatan sekolah sampai perguruan tinggi. Tauran antar pelajar atau mahasiswa, penganiayaan, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan seks bebas, penyalahgunaan obat terlarang dan lain-lain di kalangan pelajar dan mahasiswa dapat kita saksiskan pada media massa sehari-hari. . Diakui atau tidak, lembaga pendidikan harus bertanggung jawab atas gagalnya pendidikan moral dan karakter yang saat ini terjadi. Sadar akan hal itu pemerintah saat tengah mengupayakan sistem pendidikan yang berbasis karakter.
1
2.
Sistem Pembinaan Karakter
Sistem mempunyai beberapa pengertian yaitu Seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas; sistem juga dapat diartikan dengan metode.1 Pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, penyusunan program, kordinasi pelaksanaan dan pengawasan sesuatu pekerjaanan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan hasil semaksimal mungkin.2 Sedang karakter berarti tabiat, watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi nilai-nilai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan, cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Karakter diartikan sebagai “diartikan sebagai sikap, prilaku dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan sasarannya, dengan makhlukmakhluk lain, dan dengan Tuhannya. Karakter berasal dari bahasa latin,”kharakter,” “kharassein,” ,“Kharak,” dalam bahasa Inggeris „ charakter dan Indonesia karakter, Yunani character dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Poerwadaminta, karakter adalah sebagai tabiat, watak, sifat, kejiawaan akhlak yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada pada diri seseorang seiring orang menyebut tabiat.3 Dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian. Kepribaian merupakan ciri, karasteristik, atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir. Dalam hal ini sistem pembinaan karakter yang dimaksudkan adalah usaha sadar dan terencana dalam menanamkan nilai-nilai kebaajikan sehingga terinternalisasi dalam diri peserta didik dan menjadi watak, tabiat serta akhlak, menjadi kepribadian, diyakini kebenarannya dan digunakan sebagai landasan dalam cara pandang, berpikir sehingga terdorong untuk mewujudkan sikap dan prilaku yang baik. Oleh sebab itu tepatlah apa yang dikatakan Zubaedi bahwa untuk mengimplementasikan pendidikan karakter perlu dilakukan dengan pendekatan holistik., yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam aspek kehidupan sekolah dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Segala kegiatan di sekolah di atur berdasarkan sinergitas-kolaborasi hubungan anter siswa, guru dan masyarakat. 2. Sekolah merupakan masyarakat peserta didik yang peduli di mana ada ikatan yang jelas yang menghubungkan siswa, guru dan sekolah. 3. Pembelajaran emosional dan sosial setara dengan pembelajaran akademik. 4. Kerjasama dan kolaborasi di antara siswa menjadi hal yang lebih utama dibandingkan dengan persaingan 1
Lihat Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi I (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 849 2 YB. Suparlan, Drs. Rahmanto, Wijopranoto, S. Pardiman, Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial, (Yokyakarta : Pustaka Pengarang, 1983), h. 95. 3 Abdul Maid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Cet. II (Bandung, 2012) hal. 11.
2
5.
Nilai-nilai seperti keadilan, rasa hormat dan kejujuran menjadi bagian pembelajaran sehari-hari baik di dalam maupun di luar kelas. 6. Siswa-siswa diberikan banyak kesempatan untuk mempraktikkan perilaku moralnya melalui kegiatan-kegiatan seperti pembelajaran memberikan pelayanan. 7. Disiplin dan pengelolaan kelas menjadi fokus dalam memecahkan masalah dibandingkan hadiah dan hukuman 8. Model pembelajaran yang berpusat pada guru harus ditinggalkan dan beralih ke kelas demokrasi di mana guru dan siswa berkumpul untuk membangun kesatuan, norma dan memecahkan masalah.4 Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa penanaman atau internalisasi nilai karakter harus dilakukan secara menyeluh pada semua aspek kehidupan siswa dan melibatkan seluruh elemen sekolah. Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani pendidikan karakter dapat diinternalisasikan memlalui Model Tazkirah, yaitu kependekan dari kata tunjukkan teladan, arahkan, dorongan, zakiyah (murni / tanamkan niat yang tulus), kontinuitas (sebuah proses pembiasaan untuk belajar, bersikap dan berbuat), ingatkan, repetisi (pengulangan), organisasikan, heart (sentuhan hati).5 Sementara itu Mulyasa dalam bukunya menjelaskan bahwa model pembelajaran karakter dapat dilakukan melalui pembiasaan, keteladanan, pembinaan disiplin, model pembelajaran CTL (Contektual Teaching and Learning), bermain peran, dan pembelajaran partisipatif.6 Adapun Zubaedi berpendapat bahwa pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Perencanaan dan pelaksaan pendidikan karakter dilaksanakan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik diterapkan kedalam kurikulum melalui: (1) program pengembangan diri, (2) pengintergrasian ke dalam semua mata pelajaran; (3) pengintegrasian ke dalam kegiatan ko kurikuler dan ektrakurikuler; (4) pembisaan.7 Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat dipahami bahwa internalisasi pendidikan karakter dilakukan melalui pembelajaran, baik pada mata pelajaran maupun pada kegiatan kokurikuler dan ektrakurikuler, internalisasi melalui keteladanan, kontinuitas (pembiasaan dan pengulangan), dan pembinaan disiplin (penegakkan aturan).
4
Ziubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan aplikasinya dalam lembaga Pendidikan, (Jakarta : Kencana Renanda Media Group, 2012), h. 195 5 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 20120), h. 115 - 145 6 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 165-189 7 Zubaedi, M.Ag., M.Pd., Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, Cet. 2 (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012), h. 271
3
a. Internalisasi nilai karakter melalui sistem pembelajaran Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk dapat menanamkan nilai karakter adalah dengan pola pembelajaran integralistik. Pola pembelajaran integralistik yang dimaksud adalah bahwa setiap aktifitas pembelajaran haruslah mampu memfasilitasi pembentukan dan pengembangan peserta didik berkarakter. Salah satu cara yang relevan diterapkan adalah pengintegrasian karakter dan nilainilai ke dalam kegiatan pembelajaran setiap mata pelajaran yang tertera dalam kurikulum sekolah.8 Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, diekplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan nyata peserta didik sehari-hari di masyarakat. Terkait dengan ini maka sangat tepat apa yang dikatakan Mulyasa bahwa penggunaan model CTL dalam pembinaan karakter sangat diperlukan karena pembelajaran menjadi menyenagkan, dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik mempraktekkan karakter-karakter yang dipelajarinya dan telah dimiliknya secara langsung. Pembelajaran kontekstual (CTL) mendorong peserta didik memahami hakikat, makna dan manfaat belajar sehingga mereka rajin dan termotivasi untuk belajar.9 Dengan demikian maka pembinaan karakter tidak lagi merupakan suatu kegiatan yang berdiri sendiri, akan tetapi menyatu dalam setiap aktifitas pembinaan di sekolah atau perguruan tinggi, termasuk dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas. b. Internalisasi nilai karakter melalui Pembiasaan dan Pengulangan Dari berbagai metode pendidikan pembiasaan adalah metode yang paling tua. Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan.10 Pembiasaan dan pengulangan adalah cara yang paling tepat dalam menanamkan nilai hidup pada seorang manusia. Nilai hidup itu didapat dengan cara menciptakan kebiasaan yang baik, begitu pula menghilangkan kebiasaan yang buruk dalam diri sesorang. Al-Qur’an menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik dan metode pendidikan.11 Dalam kaitan ini, terdapat petunjuk Nabi yang menyuruh orang tua agar menyuruh anaknya menunaikan shalat pada usia 7 tahun, selanjutnya disuruh memukul jika sampai 10 tahun belum juga mengerjakan shalat.12 Pembiasaanb itu bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Islam sehingga menjadikan perbuatan itu berjalan dengan lancar dan seolah-oleh berjalan dengan sendirinya tampa melalui pemikiran. Dalam kaitan ini Prof Dr. Zakiah Darajad 8
Ibid., h. 263 Mulyasa, Ibid, h. 174 10 Ibid, h. 166 11 Abdul Majid, Ibid. h. 128 12 Ibid 9
4
mengatakan latihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibdah seperti sembahyang, doa, membaca Al-Qur‟an, melafalkan ayat-ayat atau surah-surah pendek, sembahyang berjamaah disekolah, di masjid harus dibiasakan sejak kecil. Latihan-latihan secara rutin lama kelamaan Akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut. Pembiasaan yang diterapkan sedemikian rupa akan memunculkan dengan sendirinya dorongan dari dalam tanpa suruhan dari luar.13 Senada dengan Prof. Dr. Zakiah Drajad, Dr. Abdul Majid mengatakan proses pembiasaan harus dimulai dan ditanamkan kepada anak secara dini. Potensi ruh keimanan manusia yang diberikan Allah harus senantiasa dipupuk dan dipelihara dengan memberikan pelatihan-pelatihan dalam beribadah. Jika pembiasaan sudah ditanamkan maka anak-anak tidak akan merasa berat lagi untuk beribadah, bahkan ibadah akan menjadi bingkai amal dan sumber kenikmatan dalam hidupnya karena bisa berkomunikasi langsung dengan Allah dan sesama manusia.14 Pembiasaan dalam psikologi pendidikan disebut operan conditioning, membiasakan peserta didik untuk membiasakan perilaku terpuji, didiplin, giat belajar, bekerja keras, ikhlas, jujur, dan bertanggung jawab atas setiap tugas yang diberikan.15 Langkah-langkah pembiasaan yang melahirkan karakter dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, baik terprogram maupun secara tidak terprogram. Kegiatan pembiasaan terprogram dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara individual, kelompok, dan atau kalasikal. Dari uraian yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa internalisai merupakan adalah upaya penghayatan pendalaman nilai yang tertanam dalam diri seseorang secara lahiriah dan batiniah yang menjadi nilai hidup bagi dirinya. Salah satu proses yang ditempuh adalah melalui pembiasaan dan pengulngan yang berkesinambungan sehingga mewatak menjadi karakter. Pembiasaan peserta didik untuk berprilaku baik perlu ditunjang oleh keteladanan guru/pembina, kepala sekolah dan semua unsur sekolah/pesantren. Dengan kata lain pembiasaan akan bias dan tidak efektif berdampak secara langsung kepada siswa bila tidak ditunjang dengan keteladanan seluruh unsur sekolah/pesantren. c. Internalisasi nilai karakter melalui keteladanan Keteladanan merupakan faktor penting dalam menanamkan nilai karakter pada diri seorang siswa. Hal ini karena manusia secara naluri suka mencontoh, termasuk peserta didik yang suka mencontoh pribadi gurunya, atau tokon panutan yang dijadikan model pembentukan pribadinya. Penanaman nilai melalui keteladanan menuntut guru harus tampil beda dan unggul dengan orang yang bukan guru. Penampilan guru bisa membuat peserta didik menjadi nyaman dan betah di kelas, memiliki motivasi untuk meniru, giat belajar dan sejumlah kepribadian positif yang bisa memacu perubahan sikap dan prilaku kearah yang lebih baik. Zabaidi mengatakan perilaku menusia diperoleh melalui pengamatan model, dari mengamati orang lain, membentuk ide dan 13
Dakiah Darajad, Op. Cit. h. 61 Ibid. h. 130 15 Mulyasa, Op. Cit. h. 166 14
5
perilaku baru, dan akhirnya digunakan sebagai arahan untuk beraksi. Sebab seseorang dapat belajar dari contoh apa yang dikerjakan orang lain, sekurangkurangnya mendekati bentuk perilaku orang lain, dan terhindar dari kesalahan yang dilakukan orang lain.16 Selain guru dan orang tua sebagai model teladan, anak didik juga harus diperkenalkan dengan tokoh atau orang yang terkenal memiliki integritas, kejujuran dan akhlak mulia lainnya, seperti Nabi Muhammad saw. sebagai suri teladan, dan tokoh-tokoh dalam sejarah Islam yang memeliki kepribadian dan akhlak mulia. d. Internalisasi nilai penegakkan aturan
karakter
melalui
pembinaan
disiplin
dan
Hal yang tidak terlepas dari upaya menanamkan nilai karakter terhadap peserta didik dengan melakukan pembinaan secara terus menerus. Untuk itu penanaman nilai disiplin perlu dilakukan agar dapat membantu mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar perilaku dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai disiplin antara lain a. Memulai seluruh kegiatan dengan didiplin waktu, patuh dan taat aturan b. Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu catatan kumulatif. c. Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung, misalnya melalui daftar hadir di kelas. d. Mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta didik. e. Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele-tele. f. Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terlalu banyak penyimpangan. g. Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran, agar dijadikan teladan oleh peserta didik. h. Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton, sehingga membantu disiplin dan gairah berlajar peserta didik. i. Menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau mengukur peserta didik dengan kemampuan guru. j. Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya.17 Dengan demikian dapat mendukung penanaman nilai melasanakan aturan-aturan yang peserta didik dapat menguasai yang pada akhirnya melahirkan
dipahami bahwa salah satu aspek yang dapat karakter adalah penegakkan disiplin dengan telah disepakati dengan jelas dan tegas sehingga berbagai kompetensi sesuai dengan tujuannya, karakter-karakter yang positif. Pembiasaan dan
16
Zubaedi, Op. Cit. h. 235 Mulyasa, Op. Cit. h. 173
17
6
keteladanan bisa berdampak positif kepada siswa berkesinambungan dan disiplin.
bila dilakukan secara
3. Nilai-Nilai Karakter Pada tingkatan sekolah nilai-nilai karakter yang dikembangkan pada peserta didik melalui kegiatan pembinaan menurut Permendiknas No. 39 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan menyebutkan adanya sepuluh kelompok, yaitu: a. Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa b. Budi pekerti luhur dan akhlak mulia c. Kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela negara d. Prestasi akademik, seni dan olah raga sesuai bakat dan minat e. Demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam masyarakat plural f. Kreatifitas, keterampilan, dan kewirausahaan g. Kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi h. Sastra dan budaya i. Teknologi informasi dan komunikasi j. Komunikasi dalam bahasa Inggris18 Ke sepuluh nilai tersebut diatas akan dijabarkan kedalam 18 indikator nilai-nilai yang dikembangkan dalam pembinaan karakter yang dideskripsikan sebagai berikut : 1. Religius: Sikap dan prilaku yang patuh melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. 2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. 3. Bertanggung jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, mansyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Mengerjakan sesuatu dengan tertib; memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang positif; belajar secara teratur dan melaksanakan sesuatu dengan penuh tanggung jawab. 5. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Terbiasa mengerjakan tugas yang diberikan dengan penuh tanggung jawab baik oleh guru di sekolah maupun orang tua di rumah. 6 Percaya Diri: Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri untuk mencapai keinginannya. Tidak gentar menghadapi berbagai ujian dan tantangan 7 Toleransi: Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, maupun agama. Terbuka terhadap perbedaan, mau menerima kekurangan dan kelebihan orang lain.
18
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya, (Bandung; Alfabeta,2012, h. 32.
7
8.
9.
10.
11. 12.
13. 14.
15.
16.
17. 18.
Kreatif: Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkancara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Berinovasi terhadap sesuatu idea tau pekerjaan yang bernilai positif. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain menyelesaikan permasalahan. Atau sering bersikap dan berprilaku atas dasar inisiatif dan kemampuan diri sendiri. Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajari, dilihat, dan didengarnya. Sikap dan prilaku mau mendengar dan banyak membaca. Demokratis: Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Terbuka terhadap perbedaan. Peduli Sosial dan Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi juga selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan asyarakat yang membutuhkan. Memiliki rasa simpati dan empati terhadap nasip orang lain. Patuh pada Aturan-aturan Sosial: Sikap menurut dan taat terhadap aturanaturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. Menghargai Karya dan Prestasi Orang Lain: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif: Berpikir dan secara melakukan sesuatu kenyataanatau logika untuk menghasilkan cara baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. Nasionalis: Cara berpikir, bersikat dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. Cinta Ilmu: Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. Berghaya Hidup Sehat: Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehatdan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
Sementara itu, Dr,Zubaedi mengatakan pendidikan karakter di Indonesia saat ini didasarkan pada sembilan pilar karakter dasar, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya Tanggung jawab, disiplin dan mandiri Jujur Hormat dan santun Kasih sayang, peduli dan kerjasama Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah Keadilan dan kepemimpinan Baik dan rendah hati Toleransi, cinta damai dan persatuan.19
19
Zubaedi, Op. Cit. h. 72
8
4. Penutup Dari uraian sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan manusia yang berkarakter mulia diperlukan upaya penanaman dan pembumian nilai;nilai karakter luhur melalui pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas melalui kegiatan kurikuler, ko-kurikulr dan ektra kurikuler. Kegiatan tersebut di dukung pula oleh sistem internalisasi nilai melalui pembiasaan, keteladana dan penegakkan disiplin. Dengan system internalisasi nilai yang demikian akan melahirkan karakter religius, tanggung jawab, disiplin, mandiri, kerja keras, kreatif, jujur, hormat dan santun, peduli dan kerja sama, toleransi, cinta damai dan menghargai prestasi. Dengan kata lain, system internalisasi nilai karakter dilakukan melalui; 1. Olah pikir.dapat memunculkan sikap cerdas,kritis.kreatif. inovatif, dll. 2. Olah hati. Melahirkan sifat; jujur. beriman dan bertakwa. Amanahn dll. 3. Olah raga; akan terluhat dari sikap; tangguh. disiplin. Gigih dll. 4. Olah rasa/karsa, menumbuhkan perasaan; peduli. ramah, toleransi dll.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Yatmin, M., Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an, Jakarta : Amzah, 2007 Anes, Bambang Q. & Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, Bandung : Simbiosa, 2009 Agustian, Ginanjar Ary, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual, Jakarta : Arga Publishing, 2001 Aqib, Zainal, Pendidikan Karakter di Sekolah, Membangun Karakter dan Kepribadian Anak, Surabaya : Yarama Widya, 2010 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008 Gunawan, Heri, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya, Bandung : Alfabeta, 2012. Kesuma, Dharma, Cepi Triana dan Johar Permana, Pendidikan Karakter, Kajian Teori dan Praktek Di Sekolah, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012 Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam Cet, II, Bandung: PT. Remaja Rosda Opset, 2012 Munir, Abdullah, Pendidikan Karakter, Jogyakarta : Pedagogia, 2010
9
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2012 Nata, Abuddin, Studi Islam Komprehensif, Cet. I; Jakarta: Kencana, 2011 ........................, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta : Raja grafindo Persada, 2013 Shihab, Qurais, Tafsir Al-Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2009 Sarbini, Amrullah, Buku Pintar Pendidikan Karakter, Jakarta : Prima Pustaka, 2012 Salahuddin, Anas dan Irwanto Alkrienciechie, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama Dan Budaya Bangsa), Cet. I, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2013. Samani, Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013 Wibowo, Agus, Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi, Membangun Karakter Idial Mahasiswa di Perguruan Tinggi, Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2013 ......................., Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2013 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2012
10