PENGARUH RASIO MASSA FILLER HIBRID ABU SAWIT (FLY ASH)DAN PLASTICIZER MINAREX TERHADAP MORFOLOGI DAN SIFAT KOMPOSIT POLIPROPILEN/KARET ALAM Oleh: Nirwana1), Bahruddin1), Ida Zahrina1), Aska Ramadhan1), Baihaki1)
ABSTRACT TPV production based on nature rubber was not yet commercial. This was caused by low level of the technical specification from the product that was received. This research aimed at considering the influence of filler hibrid palm ash/carbon black and plasticizer minarex towards morphology and the characteristics composite of PP/NR. To make Blend of natural rubber used roll mill with the operated condition in temperature of room and speed turned roll 20 rpm. Dynamic vulcanization was done inside internal mixer with the permanent mass ratio of PP/NR 30/70 in the temperature 180 0C and rotor speed 60 rpm. Sulphur was used as vulcanizing agent, the sulphur composition was used 3 phr (per hundred rubber). Property that in analysis was the strength pulled of TPV (tensile strength) the mixture of PP/NR that was tested by using universal testing machine, standard that was used ISO 527-2 type 5A. Morfologi the mixture was analysed by using the Scanning Electron Microscopy (SEM). Results showed that characteristics of best mechanics were received in the mixture of PP/NR with the increase filler hybrid 50 phr (per hundred rubber) and plasticizer minarex 5 phr. The analysis of morphology showed that used of palm ash (fly ash) composition that too many will cause aglomeration filler that could reduce characteristics of material mechanics. This was seen from mikrograf SEM where being gotten the indentation and the fracture that as a result of by aglomeration filler. Keywords : filler hybrid, natural rubbe, polypropilene, minarex
PENDAHULUAN Salah satu produk yang dapat dikembangkan dari karet alam adalah thermoplastic vulcanizate (TPV). Material TPV memiliki karakteristik pengolahan dari thermoplastic dan kinerja fungsional dari karet tervulkanisasi (Sabet, 2000). TPV yang sangat populer pada saat ini adalah Polipropilen/EPDM (Etilen-propilen-diene-monomer) yang mempunyai beberapa keunggulan sifat. Campuran kedua bahan ini menghasilkan produk-produk terutama dalam industri mobil seperti bumper, panel pintu, kibasan lumpur (mudflaps) dan bagian dalam mobil (interior). Akan tetapi, EPDM adalah karet sintetis yang harus diimpor dari luar negeri sehingga biaya pengadaannya relatif mahal (Suryadkk., 2008). Beberapa peneliti sudah mengembangkan metode-metode untuk meningkatkan sifat dan morfologi TPV berbasis karet alam. Metode
1
yang digunakan antara lain vulkanisasi dinamik pada pembuatan PP/EPDM (Naskar, 2004). Selanjutnya penggunaan filler silika/carbon black dalam pembuatan TR (Thermoset Rubber) (Saowapark, 2005). Penelitian juga pernah dilakukan pada pembuatan TPV berbasis karet alam tanpa menggunakan filler (Bahruddin dkk., 2007) dan filler abu sawit (fly ash) (Gusnita, 2010). Dari penelitian-penelitian tersebut, hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu menghasilkan material TPV yang memiliki sifat mekanik yang tinggi menggunakan bahan yang murah dan mudah didapat. METODOLOGI Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen. Bahan-bahan yang digunakan meliputi plastik polipropilen (PP) sebagai komponen termoplastik, karet alam (NR) jenis SIR 20 sebagai komponen elastomer, abu
)Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru
01
2
sawit/carbon black sebagai filler hibrid, sulfur sebagai vulcanizing agent, Ma-g-PP sebagai compatibilizer, MBTS sebagai accelarator, Seng Oksida (ZnO) dan Asam Stearat sebagai aktivator dan co-aktivator, Trimethilquinone (TMQ) sebagai anti degradant, Nitrogen Cair sebagai bahan pengeras sampel uji SEM, Minarex sebagai plasticizer. Peralatan yang digunakan yaitu peralatan untuk persiapan sampel TPV meliputi roll mill, internal mixer dan peralatan untuk pengujian sampel meliputi hot press, alat potong Dummbell, peralatan uji stress-strain yaitu universal testing machine, peralatan untuk pengamatan morfologi sampel skala mikron yaitu Scanning Electron Microscopy (SEM), peralatan untuk uji penyerapan air, peralatan untuk uji kadar air abu sawit, AtomicAbsorptionSpectrophotometric (AAS). Proses penyiapan kompon karet dapat dilakukan dengan cara penambahan filler dan bahan aditif pada roll mill. Karet alam(Natural Rubber) dan plasticizer minarex dicampur terlebih dahulu dalam alat roll mill pada suhu kamar (±300C) dengan kecepatan putaran roll 20 rpm.Karet dan plasticizer dimastikasi dengan menggiling karet alam dan plasticizer selama ±15 menit sampai teksturnya halus dan lunak, kemudian ditambahkan abu sawit/carbon black(filler), dilanjutkan dengan penambahan bahan aditif TMQ selama ±5 menit. Setelah itu ditambahkan ZnO, asam stearat, dan MBTS secara berturut-turut. Kemudian ditambahkan sulfur sebagai bahan vulcanizing untuk memvulkanisasi karet. Setelah semua bahan aditif ditambahkan, maka dilakukan penggilingan/mastikasi akhir selama ±5 menit. Di dalam internal mixer dilakukan pencampuran kompon karet dengan PP dan Ma-g-PP, pada suhu 180oC dan kecepatan rotor 60 rpm selama ± 10 menit. Berdasarkan penelitian Gusnita (2010), rasio PP/NR dibuat sebesar 30/70 dan komposisi MAPP sebesar 5% massa.
Tabel 1.Tahapan proses pencampuran material dalam Roll Mill Tahap Aktivitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Karet alam(Natural rubber) Penambahan Minarex Abu sawit/carbon black (Filler) Penambahan TMQ Penambahan ZnO Penambahan asam stearat Penambahan MBTS Penambahan sulfur Penghentian proses pencampuran
Waktu proses (menit ke) 5 20 40 45 55 70 80 85
Tabel 2.Tahapan proses pencampuran material dalam Intenal Mixer Tahap Aktivitas
1 2 3 4
Pelelehan PP Penambahan Ma-g-PP Penambahan kompon karet Penghentian proses pencampuran
Waktu proses (menit ke) 4 6 10
Untuk material TPV, standar yang biasa digunakan adalah ISO 527-2 5A.Sebelum dilakukan analisa uji tarik, sampel campuran PP/Karet alam di bentuk seperti lembaran flat dengan menggunakan alat hot press.Caranya dengan memotong sampel kecil-kecil (±1 cm), kemudian potongan sampel ditempatkan pada cetakan (spisel) berbentuk persegi dengan panjang sisi 13 cm dan ketebalan 2 mm (ISO 527-2 5A). Kedua permukaan spisel ditutupi dengan glossing plate. Alat hot press dipersiapkan dan diset pada suhu 1800C, kemudian sampel yang telah berada didalam cetakan dipanaskan hingga mencair sempurna. Setelah itu, sampel dipress dengan tekanan 10 bar secara berulang-ulang (±15 kali). Kemudian sampel dipress kembali pada tekanan 50 bar selama 2 menit.Setelah itu, sampel didinginkan dan terbentuklah sampel campuran PP/NR dalam bentuk lembaranlembaran. Tahap berikutnya adalah pemotongan lembaran untuk membentuk spesimen
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 0854-0128
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Mekanik Parameter yang menjadi dasar utama dalam menilai sifat mekanik suatu material adalah nilai tensile strength, elongation at break dan modulus elastic. Hasil analisa uji tarik material campuran PP/NR untuk variasi nisbah filler hibrid dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3.
4.50
5.00 4.00
3.40
3.00 2.00 1.00
3.40
3.20
1.30
0.00
100/0 70/30 50/50 30/70 0/100 Nisbah filler abu sawit/carbon black (% wt)
Elongation at Break (%)
Gambar 1. Pengaruh nisbah fillerhibrid abu sawit/Carbon black terhadap tensilestrength darimaterial TPV (Massa filler 50 phr) 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
85.00 66.00 34.00
23.00
7.30 100/0 70/30 50/50 30/70 0/100
Nisbah filler abu sawit/carbon black (% wt)
Gambar 2. Pengaruh nisbah fillerhibrid abu sawit/carbon black terhadap elongationatbreak darimaterial TPV (Massa filler 50 phr) Modulus Elastic (MPa)
menggunakan alat dumbbell.Jumlah spesimen pada uji tarik minimal 4 spesimen yang dipotong dari setiap titik pada lembaran sampel.Setelah itu, dilakukan uji tarik dengan beban 100 kgf dan kecepatan 500 mm per menit.Hasil uji tarik yang diperoleh berupa grafik hubungan tegangan (stress) terhadap regangan (strain) dari masingmasing spesimen uji.Sifat mekanik yang diuji adalah tensile strength dan elongation at break. Sebelum dilakukan analisa SEM, sampel yang akan discan terlebih dahulu di rendam di dalam nitrogen cair selama ±2 menit agar tekstur campuran menjadi keras dan awet. Kemudian sampel dipatahkan. Perendaman sampel pada nitrogen cair bertujuan agar pemukaan sampel tidak rusak pada saat dipatahkan. Setelah itu, sampel di rendam di dalam larutan siklohexane selama 12 jam agar fasa karet yang terdistribusi kedalam matriks PP larut. Dengan ini akan telihat jelas distribusi karet alam di dalam matriks plastik yang ditunjukkan dengan ruang kosong pada permukaan sampel. Kemudian sampel dilapisi emas (coating emas) agar sampel bersifat konduktor. Setelah itu sampel discan dengan perbesaran 1500x sampai 10.000x. Perbesaran ini dipilih karena memungkinkan untuk dapat mengamati distribusi abu sawit di dalam kompon karet dengan cukup jelas (Gusnita, 2010).
Tensile Strength (MPa)
3
40.00 32.00 24.00 16.00 8.00 0.00
34.70 32.90 36.20 35.20 23.00
100/0 70/30 50/50 30/70 0/100 Nisbah filler abu sawit/carbon black (% wt)
Gambar 3. Pengaruh nisbah fillerhibrid abu sawit/carbon black terhadap modulus elastic darimaterial TPV (Massa filler 50 phr)
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 0854-0128
7 6 5 4 3 2 1 0
5.9 4.4 3.3 3.7 3.1
3.7 2.5
2.3
3.3 1.7
5phr 15phr
100/070/3050/5030/700/100 Nisbah filler hybrid (carbon black/abu sawit) (30phr)
Elongation at break (%)
Gambar 4.Pengaruh penambahan plasticizer minarex untuk setiap nisbah filler hybrid terhadap Tensilestrength 140 123 116 120 100 78 69 80 56 53 60 35 25 40 14 20 20 0
5phr 15phr
Nisbah filler hybrid (carbon black/abu sawit) (30phr)
Gambar 5.Pengaruh penambahan plasticizer minarex untuk setiap nisbah filler hybrid terhadapelongation at break Modulus Elastic (MPa)
Berdasarkan hasil tensilestrength pada Gambar 1, komposisi abu sawit di dalam filler hibrid dapat mempengaruhi nilai dari tensilestrength. Dari hasil pengujian, kadar silika yang ada di dalam abu sawit adalah sebesar 57%. Silika memiliki interaksi yang lemah dengan polimer dan memiliki kecenderungan yang kuat untuk menggumpal (aglomerasi) serta membentuk jaringan-jaringan filler pada kompon karet (Wang, 2001). Hal ini disebabkan oleh permukaan silika yang polar, yang memiliki gugus hidroksil dan akan berusaha membentuk ikatan hidrogen dengan molekul silika atau dengan material kimia lain yang bersifat polar (Saowapark, 2005). Akibat terjadinya penggumpalan, proses distribusi filler tidak optimal dan menyebabkan fasa campuran menjadi tidak stabil dan rapuh. Sedangkan carbonblack yang juga digunakan sebagai filler, memiliki karakteristik yang berbeda dengan abu sawit. Carbonblack memiliki luas permukaan yang tinggi, hal ini disebabkan partikel carbonblack memiliki ukuran nano. Sehingga akan memberikan gaya antar fasa (interfacialforce) yang besar antara filler dengan polimer sehingga menjaga kestabilan elastisitas campuran dan akibat dari tingginya aktivitas permukaan juga akan berdampak buruk karena memberikan panas yang tinggi (Wang, 2001). Ketika proses vulkanisasi terjadi ikatan crosslink dengan rantai sulfur yang masih panjang menjadi cepat putus, kemudian akibat dari dampak panas yang tinggi yang diberikan carbonblack, akan cepat terbentuk ikatan cyclicsulfide yaitu ikatan sulfur dengan atom C terdekat pada molekul-molekul karet alam. Hal dapat menyebabkan penggumpalan pada fasa karet alam, sehingga interaksi filler dengan karet alam menjadi lemah.
Tensile strength (MPa)
4
40 30 20 10 0
35 33
33 33 29 28 28 28 28 18
5phr 15phr
Nisbah filler hybrid (carbon black/abu sawit) (30phr)
Gambar 6.Pengaruh penambahan plasticizer minarex untuk setiap nisbah filler hybrid terhadap elasticmodulus
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 0854-0128
5
Gambar 4, 5 dan 6menunjukkan pengaruh penambahan plasticizeruntuk setiap nisbah filler hybrid dalam 30 phr pada campuran PP/NR terhadap tensile strength, elongation at break dan elastic modulus. Sifat tensile strength mengalami penurunanketika penambahan plasticizer minarex 5 phr menjadi 15 phr yaitu sebesar 33,925% untuk rata-rata setiap penambahan filler hybrid. Penurunan ini terjadi karena kadar plasticizer yang bertambah menyebabkan free volume pada karet yang seharusnya terisi oleh filler akan terisi oleh plasticizer itu sendiri, sehingga sifat mekanik dari TPV yang diharapkan dapat meningkat dari penambahan filler khususnya nilai tensile stregth tidak tercapai. Plasticizer minarex berfungsi sebagai distributor filler pada karet dan dapat menurunkan kekentalan dari karet sehingga interaksi antar molekular pada karet akan semakin kecil dan akan terbentuk free volume. Penggunaan plasticizer minarex dapat membantu proses penyebaran filler di dalam matriks karet, karena plasticizer yang ditambahkan dapat memutuskan ikatan rantai polimer pada karet dan molekul plasticizer dapat menembus ke dalam matriks polimer (Alexander, 2007) Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tensile strength material TPV dengan kadar plasticizer minarex 5 phr cukup baik dan homogen. Namun pada beberapa nisbah filler yang dimasukkan kedalam matriks karet, carbon black memegang peranan penting dalam peningkatan nilai tensile strength dibandingkan dengan abu sawit. Hal ini mungkin saja terjadi karena ukuran partikel carbon black yang sangat kecil yaitu 31 nm, memungkinkan persebaran cukup merata di dalam matriks karet dibandingkan dengan ukuran partikel abu sawit yaitu 200 mesh. Nilai tensile strength dan elongation at break yang baik pada kadar plasticizer minarex 5 phr menunjukkan jumlah plasticizer dengan kadar yang relatif sedikit akan membantu penyebaran fillerhybrid, dibandingkan dengan kadar plasticizer 15 phr. Sifat tensile material TPV untuk kadar plasticizer minarex 15 phr kurang baik dan tidak homogen. Kondisi seperti ini mengindikasi
bahwa distribusi fillerdi dalam matriks karet tidak merata. Keadaan ini disebabkan oleh sifat plasticizer sebagai pendistribusi filler tidak optimal akibat free volume yang seharusnya terisi oleh parikel filler diisi oleh plasticizer itu sendiri, karena perbandingan kadar plasticizer minarex dan komposisi filler hybrid akan optimal dalam jumlah tertentu. Menurut Hoffman (1989) kadar plasticizer optimal antara 5-25 phr yang digunakan dalam membantu penyebaran filler dalam matriks karet, sedangkan komposisi filler hybrid optimal dalam matriks menurut Rattanasom (2006) yaitu 30 phr, dan dari penelitian ini dapat disimpulkan perbandingan optimal plasticizer minarex dan filler hybrid didalam matriks karet yaitu 1:6 phr. Selain itu, adanya plasticizerdalam material TPV menyebabkan sifat elastisiatas meningkat tetapi kekeuatan tarik semakin menurun karena penyebaran filler yang tidak merata. Sehingga nilai tensile strength dan elongation at break yang dihasilkan pada kadar plasticizer minarex15 phr lebih kecil dibandingkan pada kadarplasticizer minarex 5 phr. Morfologi TPV Morfologi TPV diketahui berdasarkan hasil uji SEM (ScanningElectronMicroscopy). Pengujian dilakukan pada permukaan patahan sampel. Pada prinsipnya bila terjadi perubahan pada material, misalnya patahan, lekukan dan perubahan struktur dari permukaan, maka material tersebut akan mengalami perubahan energi. Energi yang berubah tersebut dapat dipancarkan, dipantulkan dan diserap serta diubah bentuknya menjadi fungsi gelombang elektron yang dapat ditangkap dan dibaca hasilnya oleh SEM (Surya, 2010).
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 0854-0128
6
interaksi fasa karet dengan matriks PP lebih baik jika dibandingkan dengan hasil SEM pada Gambar 8. Pada Gambar 8, hasil mikrograf yang diperlihatkan memiliki tekstur permukaan yang tidak homogen dan lebih kasar. Ada beberapa tonjolan kecil dan rongga-rongga yang lebih banyak, serta adanya aglomerasi dari filler abu sawit yang menyebabkan permukaan menjadi tidak merata dan interaksi karet alam dengan polipropilen yang sangat lemah sehingga terjadi penurunan sifat mekanik pada sampel. Gambar 7. Mikrograf SEM material TPV pada nisbah fillerhibrid 30/70 dengan massa filler 50 phr
Gambar 9. Mikrograf SEM interaksi fillerabu sawit dalam material TPV dengan nisbah fillerhibrid 30/70 dan massa filler 50 phr Gambar 8. Mikrograf SEM material TPV pada nisbah fillerhibrid 100/0 dengan massa filler 50 phr Gambar 7 dan 8 memperlihatkan morfologi material TPV dengan menggunakan SEM, sampel yang dianalisa adalah sampel yang memiliki nilai uji tarik tertinggi dan terendah pada massa filler 50 phr, dengan tujuan agar dapat dibandingkan morfologi dari kedua sampel tersebut. Dari Gambar 7 dapat dilihat permukaan yang terbentuk merata dan permukaan dari patahan tersebut memiliki tekstur yang homogen. Gambar 7 juga memperlihatkan rongga-rongga yang terbentuk relatif sedikit serta kecil. Bagian yang berwarna gelap pada hasil mikrograf tersebut merupakan fasa terdispersi dari partikel-partikel karet yang terdistribusi merata ke dalam matriks PP yang berwarna lebih terang atau putih keabu-abuan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
Gambar 10. Mikrograf SEM interaksi fillerabu sawit dalam material TPV dengan nisbah fillerhibrid 100/0 dan massa filler 50 phr Selanjutnya pada Gambar 9 dan 10 dapat dilihat interaksi filler abu sawit pada material TPV. Gambar 9 memperlihatkan interaksi yang
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 0854-0128
7
bagus antara filler dengan campuran PP. Filler melekat sangat baik dan tidak adanya retakan yang terbentuk, serta tidak ada aglomerasi antara partikel-partikel abu sawit pada kondisi nisbah filler 30/70. Interaksi filler lebih kuat dengan polipropilen daripada dengan karet alam, polipropilen berwarna putih menyelimuti dan lebih banyak berada di sekitar filler. Begitu juga pada Gambar 10 dapat dilihat adanya aglomerasi filler abu sawit, bahkan tampilan permukaan juga memperlihatkan adanya lekukan-lekukan yang terbentuk. Aglomerasi yang terbentuk juga akan menimbulkan retakan-retakan pada permukaan material, akibat dari terganggunya interaksi antara fasa terdispersi karet alam dengan matriks PP yang disebabkan oleh penggumpalan dan interaksi oleh filler yang lebih kuat terhadap matriks PP daripada karet alam.
karet yang besar dan vulkanisasi dinamik yang terjadi pada fasa karet. Vulkanisasi dinamik fasa karet selama proses pencampuran meningkatkan viskositas campuran [Kuriakose, 2006]. Sehingga friction antara partikel karet dengan filler dan plasticizermaupun friction antara partikel karet dan PP meningkat selama proses pencampuran. Hal ini menyebabkan ukuran partikel terdistribusi menjadi lebih kecil dan distribusi fasa karet dalam matriks PP lebih seragam. Analisa morfologi ini adalah visualisasi yang membenarkan pernyataan teoritis tentang korelasi pendistribusian filler oleh plasticizer dalam matriks karet serta partikel karet termastikasi oleh MAPP dalam matriks PP mempengaruhi kuat tarik campuran. Keseragaman distribusi fasa terdispersi dapat meningkatkan kuat tarik campuran (Bahruddin, 2007). KESIMPULAN
Gambar 11. Mikrograf SEM material campuran PP/NR dengan plasticizer 5 phr dan komposisi filler hybrid 30 phr Pada Gambar 11 dapat terlihat jelas distribusi partikel karet di dalam matriks PP, dimana ruang kosong berbentuk seperti pori pada matriks PP (berwarna hitam) pada gambar tersebut, sedangkan warna putih pada gambar adalah partikel karet.Campuran dengan kuat tarik terbaik memiliki ukuran ruang kosong yang lebih kecil daripada campuran dengan kuat tarik terburuk. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada analisa uji tarik, bahwa ukuran partikel terdistribusi menjadi kecil karena komposisi
Berdasarkan penelitian ada beberapa hal yang dapat disimpulkan: (1) Sifat mekanik nilai tensilestrength dan elongationatbreak terbaik diperoleh pada campuran filler hibrid abu sawit/carbonblack 30/70 dengan massa filler 50 phr, nilai tensilestrength sebesar 4,50 MPa dan elongationatbreak sebesar 85,00%.(2) Penggunaan komposisi abu sawit (flyash) yang terlalu banyak akan menyebabkan terjadinya penurunan sifat mekanik tensilestrength dan elongationatbreak material TPV. (3) Berdasarkan perbandingan dengan penelitian terdahulu, penggunaan plasticizer dalam jumlah besar (pada penelitian ini sebesar 15 phr) akan menurunkan sifat mekanik tensilestrength dan elongationatbreak material TPV.Kecepatan tarik pengujian juga berpengaruh terhadap sifat mekanik tensilestrength dan elongationatbreak material TPV, apabila kecepatan tarik terlalu besar akan menyebabkan material mudah putus.
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 0854-0128
8
DAFTAR PUSTAKA Alexander, M., P. Kurian. dan E.T Thachil, 2007. Effectiveness of Cardanol as Plasticizer for Silica-Filled Natural Rubber, Progress in Rubber, Plastics, adn Recycling Technology, hal 43. Bahruddin, Sumarno, G. Wibawa dan N. Soewarno, 2007.Morfologi dan Properti Campuran Karet Alam/Polypropylene yang Divulkanisasi Dinamik dalam Internal Mixer,http://eprints.undip.ac.id/2173/1/ Artikel Bahruddin_Ibrahim_ITS_5.pdf, 22 Februari 2011. Bahruddin, Sumarno, G. Wibawa, dan N. Soewarno, 2007. The Effect of Maleated Polypropilene on the Morphology and Mechanical Properties of Dynamically Vulcanized Natural Rubber/Polypropilene Blends, Proceeding of 14th Regional Symposium on Chemical Engineering, Yogyakarta. Gusnita, I, 2010. Pengaruh Rasio Massa Abu Sawit-Karet Alam Terhadap Morfologi dan Sifat Material Thermoplastic Vulcanizate, Skripsi, Universitas Riau. Hoffman, W., 1989.Rubber Technology Handbook, Oxford Univercity Press, Canada, 296-303.
Naskar, K, 2004. Dynamically Vulcanized PP/EPDM The Thermoplastic Elastomer: Exploring Novel Routes for Crosslinking With Peroxides, Thesis, University of Twente, Eschede. The Netherlands. Rattanasom, N., Saowapark, T., dan Deeprasertkul, C. 2006. ReinforcementofNatural Rubber witj Silica/Carbon black Hybrid Filler, Polymer Testing: 369-377. Sabet, S.A. dan S. Datta, 2000.Thermoplastic Vulcanizates, Paul, D.R., dan C.B. Bucknall, Polymer Blends,2, John Wiley & Sons: 517-555. Surya, C.S.D, 2010. Pengaruh Ukuran Partikel Fly Ash (Abu Sawit) Terhadap Morfologi dan Sifat Thermoplastic Vulcanizate (TPV) Berbasis Karet Alam, Skripsi, Universitas Riau. Surya, I., Halimatuddahliana dan Maulida, 2008. Modifikasi Bahan Elastomer Termoplastik Polipropilena/Karet Alam (PP/NR) Dengan Proses Pemvulkanisasian Dinamik, Jurnal Penelitian Rekayasa, 2(1), 37-42. Wang, M.J., P. Zhang, dan K. Mahmud, 2001. Carbon-Silica Dual Phase Filler, A New Generation Reinforcing Agent For Rubber, Rubber Chemistry and Technology, 74 (1), 124.
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 0854-0128