Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 29-37
KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM ADIPURA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG PEMBENAHAN TATA LINGKUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG Neda Lusiyana1, Agus Setiawan2, Henrie Buchari2 1
Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Lampung 2 Dosen Program Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Lampung
Abstract: Study of effectiveness Adipura programme as an effort to support enviromental governance improvements of Bandar Lampung City, was conducted during June until December 2011. The objective of the study was to determine Bandar Lampung citizen’s perception and attitude to Adipura programme, also to know factors of perception that the most affected citizen’s attitude to Adipura programme, the effectiveness of Adipura programme as an effort to support enviromental governance improvements of Bandar Lampung City and stakeholders that the most affect the effectiveness of Adipura programme. This study used quantitative and qualitative method. Samples was collected by using nonprobability sampling with purposive random sampling. Data were collected through structured interview of 100 respondents used questionnaire and semi structured interview of key informants used interview guide. The results of study shows that Bandar Lampung citizen have positive perception and attitude to Adipura programme. Factors of perception that the most affected citizen’s attitude were attractiveness and knowledge. Adipura programme have not been effective to support enviromental governance improvement of Bandar Lampung City. Stakeholders that the most affect the effectiveness of Adipura programme were local government and community. Keywords: bandar lampung city, effectiveness adipura, environmental governance
PENDAHULUAN Kota merupakan lingkungan buatan manusia yang dibentuk dalam waktu yang relatif panjang. Kota selalu bersifat dinamis (Button, 2002). Permasalahan lingkungan yang terjadi di banyak kota, antara lain masalah kebersihan (sampah), ketersediaan ruang terbuka hijau, pencemaran udara serta pencemaran air, termasuk didalamnya isu perubahan ikilm. Dalam rangka peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup di daerah, Kementerian Lingkungan Hidup berupaya merumuskan dan melaksanakan sejumlah program yang bertujuan meningkatkan kinerja dalam pengelolaan lingkungan hidup yang baik (Good Environmental Governance - GEG), yang selanjutnya diistilahkan dengan Tata Praja Lingkungan (Menlh-Adipura, 2007). Salah satu program kerja untuk mencapai Tata Praja Lingkungan tersebut adalah Program Adipura. Keberhasilan Program Adipura memerlukan peran serta berbagai stakeholders didalamnya. Kajian mengenai program Adipura perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana efektifitas program tersebut sebagai upaya mendukung pembenahan tata lingkungan kota, sehingga
dapat menciptakan kota hijau berkelanjutan (sustainable green city). METODE PENELITIAN Lokasi, Waktu dan Objek Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kota Bandar Lampung selama 9 bulan, dari bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2011. Kriteria responden pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) berdomisili di Kota Bandar Lampung, (2) telah menetap ≥ 1 tahun di wilayah Kota Bandar Lampung, (3) berusia 15-65 tahun yang merupakan usia kerja. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif (Creswel, 2010). Wawancara terstruktur terhadap responden dilakukan untuk mengetahui persepsi, sikap, serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap masyarakat terhadap program Adipura dan pengelolaan lingkungan hidup Kota Bandar Lampung. Wawancara semi terstruktur terhadap beberapa informan kunci terkait dilakukan untuk mengakomodir informasi yang tidak didapat melalui wawancara terstruktur. Populasi penelitian adalah penduduk Kota Bandar Lampung yang masuk ke dalam
29
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 29-37
usia kerja 15-65 tahun. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling nonprobabilitas dengan jenis sampling acak purposif (Creswell, 2010). Ukuran sampel ditetapkan secara bertahap. Perhitungan jumlah sampel kecamatan, kelurahan dan responden dilakukan melalui formula Slovin (1960) dalam Consuello, Jesus, Twila, Bella, Gabriel (1993). Perhitungan alokasi jumlah kelurahan dan responden untuk tiap kecamatan dilakukan dengan menggunakan rumus alokasi sampel Supranto (1995). Data Sensus Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2010 menunjukkan Kota Bandar Lampung terdiri dari 13 kecamatan dan 98 kelurahan, dengan jumlah penduduk 881.801 jiwa (BPS Kota Bandar Lampung, 2011). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin (1960), diperoleh sampel penelitian sebanyak 12 kecamatan dengan 48 kelurahan dan jumlah responden sebanyak 100 orang. Analisis Data. Analisis data dibagi menjadi tiga bahasan utama, yaitu: 1)
SS S KS TS
= = = =
Pernyataan positif Sangat Setuju diberi skor 4 Setuju diberi skor 3 Kurang Setuju diberi skor 2 Tidak Setuju diberi skor 1
Selanjutnya dihitung prosentase jawaban antara skor yang didapat dengan jumlah skor ideal secara keseluruhan (400). Hubungan antara faktor-faktor persepsi dan sikap ditentukan dengan uji korelasi rank Spearman (Sugiyono, 2007) menggunakan program SPSS 17. Uji ini dilakukan untuk menentukan faktor persepsi yang paling mempengaruhi sikap. Data yang dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur dituangkan secara deskriptif; 3) Efektivitas program Adipura. Analisis terhadap hasil wawancara terstruktur dilakukan dengan menggunakan AHP (Analytic Hierarchy Process). Langkahlangkah yang dilakukan dalam metode AHP adalah sebagai berikut: (1) menentukan tujuan, aktor (stakeholders), kriteria dan alternatif yang kemudian disusun dalam sebuah hirarki, (2) melakukan pembobotan terhadap kriteria dengan perbandingan berpasangan, menggunakan skala Saaty
Persepsi masyarakat Kota Bandar Lampung terhadap program Adipura. Analisis dilakukan terhadap hasil wawancara terstruktur meliputi pertanyaan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat, yaitu: pengetahuan, pengalaman, ketertarikan, motivasi dan kebutuhan. Hasil akan ditampilkan dalam bentuk prosentase antara jawaban tertentu dengan jumlah jawaban secara keseluruhan (100). Data yang dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur terhadap berbagai informan kunci terkait dituangkan secara deskriptif; 2) Sikap masyarakat Kota Bandar Lampung terhadap program Adipura. Analisis dilakukan terhadap hasil wawancara terstruktur meliputi pertanyaan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat, yaitu kebutuhan, motivasi, persuasi dan faktor sosial (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama tinggal). Hasil akan ditampilkan dalam bentuk skor berdasarkan skala Likert (Sugiyono, 2008; Walgito, 2003) dengan ketentuan sebagai berikut:
SS S KS TS
= = = =
Pernyataan negatif Sangat Setuju diberi skor 1 Setuju diberi skor 2 Kurang Setuju diberi skor 3 Tidak Setuju diberi skor 4
(1983) dalam Marimin (2004), mulai dari bobot 1 hingga 9, serta (3) mengolah data hasil pembobotan dengan menggunakan program Expert Choice 11, sehingga didapatkan nilai prioritas masing-masing kriteria. Data yang dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur yang diperoleh dari berbagai informan kunci dituangkan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Masyarakat Kota Bandar Lampung mengenai Program Adipura. Wawancara terstruktur yang dilakukan memperoleh hasil 94% responden mengetahui bahwa Adipura merupakan penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum masyarakat Kota Bandar Lampung telah mengetahui pengertian
30
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 29-37
Adipura. Hasil wawancara mengenai kelembagaan lingkungan yang ada di Kota Bandar Lampung menunjukkan 83% responden mengetahui bahwa lembaga yang menangani pengelolaan lingkungan hidup (PLH) di Kota Bandar Lampung adalah BPPLH Kota Bandar Lampung, 63% responden mengetahui bahwa lembaga yang menangani pengelolaan kebersihan (sampah) Kota Bandar Lampung adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Bandar Lampung, sedangkan 52% responden mengetahui bahwa lembaga yang menangani pengelolaan RTH (ruang terbuka hijau) Kota Bandar Lampung adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung. Hasil wawancara mengenai persepsi keadaan kebersihan fisik Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa 52% responden memiliki persepsi bahwa secara umum keadaan kebersihan Kota Bandar Lampung saat ini adalah sedang. Adapun kawasan yang memiliki persepsi jelek oleh responden adalah kawasan pasar (52%) dan sungai/perairan terbuka (53%). Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolak ukur kualitas hidup masyarakat (Wibowo, 2009). Salah satu aspek yang dapat dijadikan indikator kebersihan lingkungan kota adalah sampah. Persepsi jelek terhadap kebersihan kawasan pasar dan sungai/perairan terbuka Kota Bandar Lampung sangat terkait dengan pengelolaan sampah di dua kawasan tersebut. Pada kawasan pasar terlihat sampah masih berserakan di area pasar dan di sekitar area TPS/kontainer, sedangkan pada kawasan sungai/perairan terbuka terlihat sampah masih berserakan di sepanjang badan air dan bantaran sungai. Persepsi masyarakat mengenai peraturan dan program Pemerintah Kota Bandar Lampung terkait lingkungan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak mengetahui peraturanperaturan maupun program-program Pemkot terkait lingkungan, baik program pengelolaan lingkungan hidup (PLH), program pengelolaan kebersihan (sampah), maupun program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH). Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya persentase jawaban responden yang mengetahui peraturan dan program-program Pemkot terkait lingkungan. Hanya 9% responden yang mengetahui peraturan terkait
lingkungan yang dikeluarkan Pemkot. Sementara itu, hanya 13% responden yang mengetahui program pengelolaan lingkungan hidup (PLH), 26% responden yang mengetahui program pengelolaan kebersihan (sampah) dan 13% responden yang mengetahui program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Responden terhadap Program Adipura. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi. Manusia mengamati suatu objek psikologik yang dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Pengetahuan akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu tersebut (Mar’at, 1982). Pengetahuan responden mengenai hal-hal terkait program Adipura akan mempengaruhi persepsi pro lingkungan dan sikap pro lingkungan responden. Faktor pengalaman memberikan bentuk dan struktur terhadap objek yang ditangkap panca indera (Mar’at, 1982). Pengalaman berhubungan dengan ingatan. Hal yang diingat merupakan hal yang pernah dialami, pernah dipersepsi (Walgito, 2004). Hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden yang mengetahui keberadaan taman kota dan hutan kota Bandar Lampung, memiliki pengalaman mendatangi taman kota dan hutan kota secara langsung. Faktor ketertarikan berkaitan dengan minat seseorang terhadap suatu objek. Individu akan mencari tahu informasi terhadap objek yang sesuai dengan minatnya. Proses mencari tahu tersebut berkaitan erat dengan sumber media massa yang digunakan atau dipilih individu dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Surat kabar, televisi serta materi cetak adalah tiga jenis media yang paling tinggi persentasenya sebagai media yang dipercaya responden untuk mendapatkan informasi mengenai program Adipura dan usaha-usaha pengelolaan lingkungan Kota Bandar Lampung. Ketiga jenis media massa tersebut bisa diakses responden dengan mudah. Pesan yang terdapat di dalam media massa dapat menjangkau banyak audiens dan memiliki kemungkinan untuk diingat dengan jelas dengan menggunakan visual, skenario yang dramatis, musik yang bagus dan aktor terkenal (Clayton & Myers, 2009).
31
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 29-37
Hasil wawancara terhadap responden menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan dukungan terhadap program Adipura dan usaha-usaha pengelolaan lingkungan Kota Bandar Lampung. Dukungan dari masing-masing responden memiliki landasan motif yang berbeda-beda. Alasan paling tinggi yang dikemukakan responden adalah kepedulian terhadap kebersihan lingkungan. Sedangkan kebutuhan yang paling banyak dikemukakan oleh responden adalah agar kebersihan dan keindahan kota terpelihara secara kontinyu. Kebutuhan adalah sesuatu yang mendorong timbulnya motif pada individu untuk memberikan sikap terhadap objek persepsi. Sikap Masyarakat Kota Bandar Lampung mengenai Program Adipura.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif terhadap program Adipura dan usahausaha pengelolaan lingkungan Kota Bandar Lampung (Tabel 1). Sikap positif dengan persentase tertinggi adalah kesadaran pribadi responden dalam rangka melakukan usaha pengelolaan lingkungan dan pentingnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai usaha pengelolaan lingkungan Kota Bandar Lampung oleh Pemkot, masing-masing memperoleh persentase 91,75% dan 90,5%. Meskipun masyarakat memberikan sikap positif terhadap keefektifan program Adipura, namun persentasenya termasuk rendah bila dibandingkan faktor sikap lainnya. Persentase terhadap keefektifan program Adipura sekitar 78,5%.
Tabel 1. Faktor Pembentuk Sikap No 1 2 3 4 5 6 7 8
Faktor Sikap Kebutuhan
Motivasi
Persuasi
Pernyataan
Total Skor
Prosentase (%)
Jenis Sikap
Kebutuhan mendapatkan informasi Keinginan berpartisipasi aktif Kesadaran pribadi Mematuhi peraturan Memberi sumbangan Menjadi sukarelawan Keefektifan program Adipura Sosialisasi kepada masyarakat
357 341 367 340 281 335 314 362
89,25 85,25 91,75 85 70,25 83,75 78,5 90,5
Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Responden terhadap Program Adipura. Kebutuhan informasi adalah pengakuan seseorang tentang ketidakpastian dalam diri individu yang mendorong individu untuk mencari informasi. Informasi tersebut bisa dijadikan alasan dalam mengambil sikap yang belum terbentuk atau memperkuat keyakinan yang telah ada dalam menentukan sikap. Informasi tersebut juga diharapkan mampu untuk meningkatkan keinginan masyarakat untuk turut serta berpartisipasi aktif. Motif dapat diketahui atau terinferensi dari perilaku, yaitu hal yang dikatakan dan hal yang dilakukan seseorang. Walaupun motif tidak menjelaskan secara pasti hal yang akan terjadi, tetapi dapat memberikan ide tentang hal yang sekiranya akan diperbuat
oleh seseorang (Walgito, 2004). Kesadaran pribadi responden menjelaskan bahwa responden memang ingin melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup. Motif ini secara intrinsik memotivasi responden untuk memperoleh kepuasan dengan melakukan tindakan tersebut. Keinginan responden terhadap Pemkot untuk melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat menginginkan keseriusan Pemkot dan pihakpihak lain yang terlibat dalam program Adipura dan usaha-usaha pengelolaan lingkungan Kota Bandar Lampung. Faktor persuasi erat kaitannya terhadap kemampuan program mempengaruhi responden untuk mencari tahu informasi yang dibawa oleh program tersebut. Keberhasilan program dalam menstimulus masyarakat untuk
32
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 29-37
melakukan aksi pengelolaan lingkungan sangat dipengaruhi oleh keefektifan pemasaran sosial program tersebut (Jacobson et al., 2006). Faktor-faktor sosial yang diajukan kepada responden, antara lain: umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan lama tinggal di Kota Bandar Lampung. Kelompok responden dalam studi ini didominasi oleh responden dengan jenis kelamin perempuan dan berusia 15-25 tahun; berpendidikan SMA sebanyak 49% dan Sarjana S1 sebanyak 36%; mayoritas pekerjaannya adalah mahasiswa (27%), karyawan swasta (25%) serta wiraswasta (15%); serta lama tinggal di Kota Bandar Lampung selama 16-30 tahun (61%). Hubungan Faktor Persepsi terhadap Sikap Masyarakat Kota Bandar Lampung pada Program Adipura. Persepsi dapat mempengaruhi konsep individu dan berpengaruh langsung terhadap perubahan sikap dan perilakunya. Untuk melihat pengaruh masing-masing faktor persepsi terhadap sikap, digunakan uji korelasi rank Spearman. Faktor-faktor persepsi menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap pembentukan sikap masyarakat pada Program Adipura. Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa faktor persepsi ketertarikan merupakan faktor yang paling tinggi pengaruhnya terhadap sikap masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi Spearman sebesar 0.980. Selanjutnya diikuti faktor persepsi pengetahuan dengan nilai korelasi Spearman 0.976. Nilai korelasi Spearman yang ditunjukkan oleh faktor persepsi pengalaman, kebutuhan dan motivasi berturut-turut adalah 0.962, 0.908 dan 0.840. Faktor ketertarikan dalam mencari informasi mengenai program Adipura dan usaha-usaha pengelolaan lingkungan Kota Bandar Lampung akan mempengaruhi pengetahuan responden. Responden yang memiliki rasa ketertarikan yang tinggi terhadap informasi akan mencari informasi yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan sehingga memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan responden yang tidak mencari informasi. Faktor ketertarikan tidak hanya dipengaruhi oleh responden itu sendiri, tetapi juga kemampuan suatu program dalam menimbulkan rasa
ketertarikan responden terhadap pesan yang dibawa oleh program tersebut. Faktor pengetahuan merupakan faktor selanjutnya yang memiliki pengaruh yang juga cukup tinggi dalam membentuk sikap masyarakat pada Program Adipura. Faktor pengetahuan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk persepsi pro lingkungan, yang berpengaruh dalam membentuk sikap pro lingkungan (Clayton & Myers, 2009). Analisis Efektivitas Program Adipura sebagai Upaya Mendukung Pembenahan Tata Lingkungan Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Adipura Kota Bandar Lampung belum efektif sebagai upaya mendukung pembenahan tata lingkungan kota. Pada faktor persepsi pengetahuan memperlihatkan bahwa masih terdapat 2 hal penting terkait Adipura dimana masyarakat memiliki persentase sangat rendah, yaitu pengetahuan mengenai peraturan lingkungan Kota Bandar Lampung dan pengetahuan mengenai program-program lingkungan Kota Bandar Lampung (programprogram mengenai pengelolaan lingkungan hidup, pengelolaan ruang terbuka hijau dan pengelolaan kebersihan/sampah). Pada faktor persepsi pengalaman, sebagian besar masyarakat tidak pernah mendapatkan informasi terkait program Adipura dan usaha-usaha pengelolaan lingkungan Kota Bandar Lampung. Pengetahuan dan pengalaman masyarakat dalam mendapatkan informasi terkait program Adipura dan usaha-usaha pengelolaan lingkungan Kota Bandar Lampung berhubungan erat dengan sosialisasi informasi oleh pemerintah kota kepada masyarakat. Sosialisasi kepada masyarakat sangat penting. Sosialisasi terkait dengan jenis media massa yang digunakan sebagai alat sosialisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa surat kabar, televisi serta materi cetak adalah tiga jenis media yang paling tinggi persentasenya sebagai media yang dipercaya responden untuk mendapatkan informasi mengenai program Adipura dan usaha-usaha pengelolaan lingkungan Kota Bandar Lampung. Melalui ketiga jenis media tersebut, pemerintah kota dapat melakukan optimalisasi sosialisasi informasi terkait program Adipura dan usaha-usaha pengelolaan lingkungan Kota Bandar
33
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 29-37
Lampung. Di Kota Bandar Lampung beberapa surat kabar dan stasiun televisi lokal, poster serta selebaran dapat dijadikan media sosialisasi. Sosialisasi suatu program yang efektif akan mampu mengubah persepsi, sikap hingga perilaku masyarakat menjadi pro terhadap lingkungan. Pemberian informasi program Adipura dan usaha-usaha pengelolaan lingkungan untuk meningkatkan pengetahuan penduduk Kota Bandar Lampung dibutuhkan untuk memperoleh dukungan terhadap usaha pengelolaan lingkungan karena pengetahuan yang tinggi terhadap pengelolaan lingkungan akan membentuk sikap yang mendukung usaha pengelolaan lingkungan dibandingkan dengan pengetahuan yang rendah (Wood, Rodhes & Back, 1995 dalam Clayton & Myers, 2009). Meskipun persepsi dan sikap masyarakat Kota Bandar Lampung positif terhadap program Adipura, namun tindakan/perilaku masyarakat belum sejalan dengan persepsi dan sikap yang ditunjukkan. Sikap positif yang ditunjukkan terhadap keefektifan program Adipura (Tabel 1), sehingga tergerak untuk melakukan kegiatan pembenahan tata lingkungan kota, sejauh ini belum efektif dalam meningkatkan kepedulian penduduk terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup, kebersihan dan penghijauan lingkungan Kota Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat dari hasil perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan dan tanpa memperhatikan lingkungan (diantaranya dibakar dan dibuang ke sungai). Sehingga perlunya peningkatan kesadaran masyarakat dalam memelihara lingkungan melalui sosialisasi/pemberian informasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan lingkungan serta berbagai tindakan yang tepat untuk mengatasinya. Individu yang memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap lingkungan (pro lingkungan) biasanya memiliki intensi untuk mewujudkan perilaku bertanggung jawab. Perilaku tidak terbentuk dengan sendirinya, tapi terbentuk melalui proses pembelajaran. Perilaku bertanggung jawab merupakan hasil dari transaksi terus menerus antara faktor internal individu dengan faktor eksternal.
Wibowo (2009) mengemukakan bahwa tindakan-tindakan dalam membersihkan dan memelihara kebersihan lingkungan dilakukan oleh individu yang mengakui bahwa perbuatan tersebut didorong oleh keinginan untuk melihat lingkungan sekitarnya bersih. Tindakan yang mendukung kebersihan lingkungan umumnya ditampilkan oleh individu yang telah memahami pentingnya kebersihan lingkungan dalam kehidupannya. Secara kognitif, individu tersebut telah menginternalisasi norma kebersihan menjadi norma pribadinya dan dipresentasikan sebagai kebiasaan berperilaku bersih. Secara fisik, Program Adipura Kota Bandar Lampung juga belum efektif dalam mendukung pembenahan tata lingkungan kota. Pada pengelolaan sampah, umumnya belum adanya pemisahan jenis sampah organik dan anorganik. Pemisahan baru dilakukan pada tahap pewadahan sampah, namun kurangnya edukasi kepada masyarakat mengakibatkan jenis sampah masih tetap bercampur. Meskipun penanganan sampah melalui 3R telah diterapkan oleh masyarakat pada beberapa wilayah, namun hanya terbatas pada beberapa kawasan pemukiman dan sekolahsekolah. Selain itu, masih minimnya sarana dan prasarana pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pengolahan sampah serta sistem pembuangan akhir yang masih menggunakan sistem open dumping. Dalam hal pengelolaan RTH, terlihat bahwa ketersediaan RTH Kota Bandar Lampung belum memenuhi ketentuan berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang mengamanatkan ketersediaan RTH perkotaan sebesar 30%. RTH Kota Bandar Lampung baru mencapai 11,08% (RTRW Kota Bandar Lampung, 2011). Pada pengelolaan pencemaran air, sampai saat ini Kota Bandar Lampung belum memiliki sistem jaringan air limbah untuk menampung dan menyalurkan limbah perkotaan. Makin meningkatnya volume air limbah yang dihasilkan dari aktivitas penduduk, belum diikuti dengan adanya peraturan sebagai bentuk pengendalian dan pengawasan. Serta penegakan hukum melalui “reward and punishment” yang belum optimal. Analisis AHP terhadap Efektivitas Program Adipura sebagai Upaya
34
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 29-37
Mendukung Pembenahan Tata Lingkungan Kota Bandar Lampung. Hasil analisis terhadap efektivitas program Adipura sebagai upaya mendukung pembenahan tata lingkungan kota Bandar Lampung menggunakan pendekatan AHP menghasilkan diagram hirarki AHP pada Gambar 1. Hirarki AHP disusun dalam empat level yang memperlihatkan proses penetapan prioritas yang dimulai dari tujuan pada level satu, aktor sebagai stakeholders pada level dua, kriteria pada level tiga serta alternatif strategi pada level empat. Analisis AHP pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa dalam rangka mencapai tujuan efektifitas program Adipura sebagai upaya mendukung pembenahan tata lingkungan kota Bandar Lampung, stakeholders yang paling berpengaruh adalah pemerintah kota (0,373) dan masyarakat
(0,367). Pemerintah kota mempunyai peran sebagai pembuat kebijakan dan program dalam upaya pengelolaan lingkungan dengan mengacu kepada undang-undang yang ada. Secara spesifik tertuang dalam UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 63 ayat 3. Pemerintah kota dalam kapasitasnya sebagai pemangku kepentingan dan pengambil keputusan di tingkat lokal, berperan dalam menentukan kondisi lingkungan di wilayah kota. Masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam pengelolaan lingkungan. Masyarakat merupakan sumberdaya yang penting bagi tujuan pengelolaan lingkungan yang dapat didayagunakan untuk pembinaan lingkungan hidup. Hal ini sejalan dengan bunyi UU No.32 Tahun 2009 tentang PPLH Bab XI Pasal 70.
Efektivitas Program Adipura sebagai Upaya Mendukung Pembenahan Tata Lingkungan Kota Bandar Lampung
Pemerintah Kota 0,373 (I)
Masyarakat 0,367 (II)
Media Massa
LSM
0,147 (III)
0,113 (IV)
Kebijakan Pemerintah Kota
Sarana & Prasarana
Peran serta Masyarakat
0,388 (I)
0,224 (II)
0,388 (I)
Keterpaduan Program Antar SKPD Terkait 0,345 (I)
Penegakan Hukum/ Peraturan 0,078 (IV)
Peningkatan Sarana & Prasarana 0,233 (III)
Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pelaksanaan & Pengawasan Program 0,344 (II)
Gambar 1. Diagram hirarki AHP pada efektivitas program adipura sebagai upaya mendukung pembenahan tata lingkungan kota bandar lampung Untuk mencapai efektifitas program Adipura sebagai upaya mendukung
pembenahan tata lingkungan kota Bandar Lampung, kriteria yang paling
35
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 29-37
berpengaruh adalah kebijakan pemerintah kota dan peran serta masyarakat, dengan bobot nilai yang sama yaitu 0,388. Pengelolaan lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijakan dan program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan kelembagaan, sumberdaya manusia dan kemitraan lingkungan, disamping perangkat hukum dan perundangan, informasi serta pendanaan. Keterkaitan dan keseluruhan aspek lingkungan telah memberi konsekuensi bahwa pengelolaan lingkungan, termasuk sistem pendukungnya tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi berintegrasi dengan seluruh pelaksanaan pembangunan. Peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk membangun kesadaran kolektif dan kritis agar mau dan mampu melakukan gerakan pengelolaan lingkungan secara mandiri. Prioritas alternatif strategi yang dilakukan dalam rangka efektifitas program Adipura sebagai upaya mendukung pembenahan tata lingkungan kota Bandar Lampung adalah keterpaduan program antar SKPD terkait (0,345) dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan dan pengawasan program (0,344). Keterpaduan program antar SKPD terkait dalam perumusan kebijakan yang sistematis, efektif dan efisien dalam masalah pengelolaan lingkungan sangat penting. Pengelolaan lingkungan hidup memerlukan koordinasi lintas sektoral dilakukan oleh beberapa SKPD terkait. Dalam hal pengelolaan sampah, peningkatan peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan kegiatan pengolahan sampah dalam skala rumah tangga. Kegiatan yang melibatkan unsur masyarakat antara lain pengelolaan sampah 3R, pemanfaatkan sampah yang dapat di daur ulang dan pengomposan sampah. Partisipasi masyarakat juga dapat
berupa penyediaan sarana kebersihan (seperti mesin kompos, bak sampah, truk sampah), operasi pembersihan lingkungan melalui gotong royong serta pembentukan kader lingkungan di setiap kelurahan untuk melakukan pemantauan kebersihan lingkungan. Dalam pengelolaan RTH diantaranya dalam kegiatan penghijauan, dengan ikut melakukan penanaman bibit pohon. Masyarakat dapat berpartisipasi secara individu atau kelompok dalam penyediaan dan pemanfaatan RTH. Pada kondisi yang lebih berkembang, masyarakat dapat membentuk suatu forum atau komunitas tertentu untuk menghimpun anggota masyarakat yang memiliki kepentingan terhadap RTH, membahas permasalahan, mengembangkan konsep serta upayaupaya untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Adapun simpulan dari artikal ini adalah: 1) Masyarakat Kota Bandar Lampung memiliki persepsi dan sikap positif terhadap program Adipura Kota Bandar Lampung; 2) Faktor persepsi yang paling mempengaruhi sikap masyarakat terhadap program Adipura Kota Bandar Lampung, yaitu faktor ketertarikan dan pengetahuan; 3) Program Adipura menunjukkan hasil belum efektif dalam upaya mendukung pembenahan tata lingkungan Kota Bandar Lampung; 4) Stakeholders yang paling berpengaruh terhadap efektifitas program Adipura Kota Bandar Lampung adalah pemerintah kota dan masyarakat. Rekomendasi Adapun rekomendasinya yakni: 1) Mendorong pemerintah kota Bandar Lampung untuk meningkatkan upaya sosialisasi melalui surat kabar, televisi serta materi cetak sebagai tiga jenis media
36
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 29-37
yang paling tinggi persentasenya sebagai media yang dipercaya masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai program Adipura dan usaha-usaha pengelolaan lingkungan Kota Bandar Lampung; 2) Mendorong pemerintah kota Bandar Lampung untuk meningkatkan keterlibatan media massa dan LSM dalam rangka meningkatkan efektivitas program Adipura dan usaha-usaha pengelolaan lingkungan Kota Bandar Lampung.
DAFTAR PUSTAKA BPS Kota Bandar Lampung. 2011. Kota Bandar Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung. Budihardjo, E dan S. Hardjohubojo. 2009. Wawasan Lingkungan Dalam Pembangunan Perkotaan. ALUMNI. Bandung. Button, K. 2002. City Management and Urban Environmental Indicators. Ecological Economics 40: 217-233. Clayton, S and G. Myers. 2009. Conservation Psychology: Understanding and Promoting Human Care for Nature. John Willey and Sons Ltd Publication. West Sussex. Consuello, G. S., A. O. Jesus., G. P. Twila., P. R. Bella dan G. U. Gabriel. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta. Creswell, J.W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Jacobson, K.S., M.D. McDuff and M.C. Monroe. 2006. Conservation Education and Outreach Techiques. Oxford University Press. New York. Mar’at. 1982. Sikap Manusia : Perubahan serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Grasindo. Jakarta. Menlh-Adipura, 2007. Tentang Kita. Media Release. [http://www1.menlh.go.id/adipura]. Diakses 6 Desember 2010. RTRW Kota Bandar Lampung. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung 2011-2010. Pemerintah Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. ________. 2007. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Sarwono. S.W. 1992. Psikologi Lingkungan. Rasindo. Jakarta. Supranto. 1995. Ekonometrika. LPFE-IV. Jakarta. Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. ANDI. Yogyakarta. Wibowo, I. 2009. Pola Perilaku Kebersihan: Studi Psikologi Lingkungan Tentang Penanggulangan Sampah Perkotaan. Makara Vol 13: 37-47. _________. 2003. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Edisi Revisi. ANDI. Yogyakarta.
37