ISSN 1410 - 1939
KAJIAN BERBAGAI KOMBINASI PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) DI LAHAN PASANG SURUT [THE ASSESMENT OF SEVERAL LIME AND FERTILIZER COMBINATIONS ON GROWTH AND PRODUCTION OF PEANUT (Arachis hypogea L.)IN TIDAL SWAMP LAND] Jumakir1, Waluyo2 dan Suparwoto2 Abstract The assesment of several lime and fertilizer combination to growth and production of peanut in tidal swamp land after conducted at dry season from April to August 2000 at Lambur II Village, Tanjung Jabung Timur, Province of Jambi with land typologi of feat and flooding type C. The objective was to assesment of several lime and fertilizer combination to growth and production of peanut in tidal swamp land. The assesment was arranged in a randomized block design with 8 treatments and 3 replication as follow: A = 0 kg/ha lime + 0 kg/ha Urea + 0 kg/ha SP 36 + 0 kg/ha KCl, B = 500 kg/ha lime + 0 kg/ha Urea + 0 kg/ha SP 36 + 0 kg/ha KCl, C = 0 kg/ha lime + 50 kg/ha Urea + 130 kg/ha SP 36 + 50 kg/ha KCl, D = 0 kg/ha lime + 50 kg/ha Urea + 180 kg/ha SP 36 + 50 kg/ha KCl, E = 500 kg/ha lime + 50 kg/ha Urea + 130 kg/ha SP 36 + 50 kg/ha KCl, F = 500 kg/ha lime + 50 kg/ha Urea + 180 kg/ha SP 36 + 50 kg/ha KCl, G = 1000 kg/ha lime +50 kg/ha Urea + 130 kg/ha SP 36 + 50 kg/ha KCl, H = 1000 kg/ha lime +50 kg/ha Urea + 180 kg/ha SP 36 + 50 kg/ha KCl, Lime and fertizer were applied on disches along side the row of plant. Lime was given 2 weeks before planting. Fertilizer ½ dosage Urea, SP 36 and KCL were given planting time and ½ dosage Urea after 30 days after planting, 2 seedlings per hill and planting distance was 20 cmx20 cm. Variables observed were high plant, the number of branches, The number of pods, the number of immature pods and production of dry pod. The result showed that combination of lime and Urea, SP36 ,KCl ferlizer can be improving land productivity and increasing peanut production. Combination of 1000 kg/ha lime, 50 kg/ha Urea, 180 kg/ha SP 36 and 50 kg/ha KCl given growth and the highest production 2,28 ton/ha dry pod. Kata kunci: kacang tanah, kapur, pupuk, lahan pasang surut
PENDAHULUAN Kacang tanah (Arachis hypogea L.) merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan sebagai bahan pangan dan industri bergizi tinggi karena mengandung lemak 40-50%, protein 27%, karbohidrat dan vitamin. Di Indonesia merupakan tanaman kacang-kacangan kedua terpenting setelah kedelai (Suprapto, 1994). Permintaan pada masa datang diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan berkembangnya industri pengolahan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah masih mengimpor kacang tanah sekitar 50 ribu sampai 100 ribu ton per tahun (Saleh et 1 2
al., 1994). Menurut Kasno (1997), di Indonesia kacang tanah kebanyakan di tanam di lahan kering karena terbatasnya lahan subur. Untuk mendorong peningkatan produksi kacang tanah pemerintah telah melakukan pendekatan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi (Saleh et al., 1994). Upaya intensifikasi dilakukan dengan menyediakan benih bermutu, pestisida dan pupuk (Harsono dan Rahmiana, 1992). Sedangkan untuk program perluasan areal pertanaman kacang tanah adalah dengan memanfaatkan lahan pasang surut (Murtado dan Sutedjo, 1989). Lahan rawa di Indonesia diperkirakan luasnya 33,4 juta ha yang terdiri dari 20,1 juta ha lahan pasang surut dan 13,3 juta ha lahan lebak.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan 11
Jurnal Agronomi 8(1): 11–15
Sebagian besar lahan tersebut tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya (Ismail et al., 1993). Sedangkan di provinsi Jambi potensi lahan pasang surut cukup luas 684.000 ha dan yang sudah dikembangkan baru 79.954 ha (BAPPEDA, 2000). Pengembangan kacang tanah di provinsi jambi pada tahun 1999 seluas 4.392 ha dengan produktivitas rata-rata 0,98 ton/ha sedangkan produktivitas rata-rata di lahan pasang surut kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 0,88 ton/ha (Kanwil Deptan Jambi, 2000). Rendahnya produktivitas kacang tanah di tingkat petani secara umum disebabkan oleh berbagai faktor antara lain masih digunakannya benih lokal yang berdaya hasil rendah , teknik budidaya sederhana, kesuburan tanah relatif rendah dan gangguan hama/penyakit (Sumarno dan Manwan, 1990). Menurut Harsono (1993) rendahnya hasil kacang tanah juga dipengaruhi jumlah bulan basah kurang dari tiga bulan sehingga tanaman mengalami kekeringan. Selanjutnya Sutarto et al . (1993) mengatakan bahwa kacang tanah termasuk tanaman yang rakus unsur hara untuk memenuhi gizi pada bijinya sehingga kesuburan tanah sangat menentukan keberhasilan budidaya kacang tanah. Faktor lainnya adalah umumnya usahatani di lahan pasang surut produktivitasnya masih rendah, mempunyai keragaman agroekologi besar dan diklasifikasikan ke dalam kelompok lahan bermasalah (Suwarno et al., 2000). Pertumbuhan tanaman di lahan pasang surut menghadapi berbagai kendala seperti kemasaman tanah, keracunan, defisiensi unsur hara, salinitas dan kebutuhan air yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil penelitian dilahan pasang surut tanaman kacang tanah dapat menghasilkan 1,53 ton/ha polong kering (Suastika, 1995). Sedangkan hasil penelitian Simatupang dan Riza (1991) bahwa produksi kacang tanah di lahan pasang surut dapat ditingkatkan melalui pemberian kapur dan pemupukan fosfat dengan hasil 2,64 ton/ha polong kering. Dalam mengupayakan lahan pasang surut sebagai areal pertanian terutama kacang tanah diperlukan pengelolaan hara yang baik dan tepat agar tanaman dapat tumbuh dan memberikan produksi optimal. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengkaji berbagai kombinasi pengapuran dan pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah di lahan pasang surut.
BAHAN DAN METODA Penelitian ini dilaksanakan di desa Lambur II kecamatan Muara Sabak kabupaten Tanjung Jabung Timur provinsi Jambi pada tahun 2000
12
dari April sampai Agustus dengan tipologi lahan bergambut dan tipe luapan air C. Bahan yang digunakan adalah benih kacang tanah varietas Kelinci, pupuk Urea, SP 36, KCl dan kapur. Untuk pengendalian hama digunakan Dursban dan pengendalian penyakit digunakan Dithane M 45. Alat yang digunakan antara lain timbangan, cangkul, meteran, sprayer, ember dan parang. Penelitian ini menggunakan Rancangan acak kelompok (RAK) dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun 8 perlakuan tersebut adalah: A = 0 kg/ha kapur + 0 kg/ha Urea + 0 kg/ha SP 36 + 0 kg/ha KCl B = 500 kg/ha kapur + 0 kg/ha Urea + 0 kg/ha SP 36 + 0 kg/ha KCl C = 0 kg/ha kapur + 50 kg/ha Urea + 130 kg/ha SP 36 + 50 kg/ha KCl D = 0 kg/ha kapur + 50 kg/ha Urea + 180 kg/ha SP 36 + 50 kg/ha KCl E = 500 kg/ha kapur + 50 kg/ha Urea + 130 kg/ha SP 36 + 50 kg/ha KCl F = 500 kg/ha kapur + 50 kg/ha Urea + 180 kg/ha SP 36 + 50 kg/ha KCl G = 1000 kg/ha kapur +50 kg/ha Urea + 130 kg/ha SP 36 + 50 kg/ha KCl H = 1000 kg/ha kapur +50 kg/ha Urea + 180 kg/ha SP 36 + 50 kg/ha KCl Persiapan lahan dilakukan dengan penerbasan rumput dan tanah dicangkul, ukuran plot 4 x 5 m, jarak tanam 20x20 cm dan penanaman dengan cara ditugal sebanyak 2 biji per lobang. Kapur dan pupuk Urea, SP 36 dan KCl diberikan dengan cara dilarik. Kapur diberikan 2 minggu sebelum tanam sedangkan pupuk Urea diberikan 2 kali yaitu saat tanam bersamaan dengan pupuk SP 36 dan KCl dan umur tanaman 30 hari setelah tanam. Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan, pengendalian hama penyakit. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong isi, jumlah polong hampa dan produksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat kimia tanah Lahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah lahan pasang surut dengan tipologi lahan bergambut. Berdasarkan hasil analisis tanah pada Tabel 1 dan kriteria penilaian sifat kimia tanah menurut PPT (1982) diperoleh bahwa pH tanah tergolong masam, kandungan C organik sangat tinggi, nitrogen total rendah, nisbah C/N tergolong tinggi, fosfor dan kalium rendah, KTK sangat tinggi, kejenuhan Al tinggi dan Ca tergolong rendah.
Jumakir, Waluyo dan Suparwoto: Kajian Berbagai ……..
Tabel 1. Hasil analisis tanah di lokasi penelitian No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Jenis analisis
Hasil
pH (1:1) H20 4,2 pH (1:1) KCl 3,5 C-Organik (%) 43,37 N-Total (%) 1,80 C/N 24 P-Bray (ppm) 13,1 K (me/100 gr) 0,33 Na (me/100 gr) 0,38 Mg (me/100 gr) 2,87 KTK (me/100 gr) 56,30 Kejenuhan Al (%) 37 Ca (me/100 gr) 4,37 Tekstur (%) - Pasir 7 - Debu 65 - Liat 28
Kriteria Masam Sangat masam Sangat tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Tinggi Rendah
Berdasarkan hasil analisis tersebut, untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman perlu dilakukan pengapuran dan pemupukan. Buckman and Brady (1982) mengatakan bahwa pemberian kapur pada tanah masam diperlukan untuk menaikkan pH tanah, menambah unsur Ca dan Mg, meningkatkan ketersediaan P dan Mo serta meningkatkan persentase kejenuhan basa. Selanjutnya Sanchez (1976) mengatakan unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman adalah nitrogen, fosfor dan kalium. Pertumbuhan Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman, dan jumlah cabang. Perlakuan kombinasi kapur dan pemupukan menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah cabang dibandingkan tanpa kapur dan pupuk (Tabel 2).
Pemberian kapur 1000 kg/ha dan pemupukan 50 kg/ha, 180 kg/ha SP 36 dan 50 kg/ha KCl memberikan tinggi tanaman dan jumlah cabang tertinggi disebabkan peranan kapur dan pemupukan yang dapat memperbaiki sifat kimia tanah sehingga dapat membantu perkembangan akar dan penyerapan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sanchez (1976) menyatakan bahwa pengapuran bertujuan untuk menekan kejenuhan Al yang sangat tinggi sehingga pH tanah dapat meningkat dan tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pemupukan Nitrogen, Fosfor dan Kalium sangat perlu dilakukan pada tanah dengan kandungan unsur hara rendah, karena ketiga unsur hara ini merupakan hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman. Selanjutnya Suprapto (1994) mengatakan bahwa hara P akan mendorong pertumbuhan akar permulaan sehingga akan meningkatkan penyerapan unsur hara dan air oleh tanaman kacang tanah. Dengan meningkatnya serapan hara dan air akan meningkatkan laju fotosintensis, selanjutnya hasil fotosintesis berupa karbohidrat diubah menjadi organ-organ tanaman seperti batang, daun dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Hartatik et al. (1995) bahwa tinggi tanaman meningkat dengan meningkatnya takaran P. Sedangkan hasil penelitian Pasaribu dan Suprapto (1985), pemberian Fosfor dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah cabang. Hasil dan komponen hasil Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong isi, jumlah polong hampa dan produksi polong kering. Kombinasi kapur dan pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong isi, jumlah polong hampa dan produksi polong kering (Tabel 2).
Tabel 2.Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah cabang pada berbagai dosis kapur dan pupuk tanaman kacang tanah di lahan pasang surut Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah cabang (Kapur-Urea-SP36-KCl) (cm) A( 0- 0 –0 -0) 30,20 a 10,59 a B( 500- 0 -0 -0) 31,47 a 11,19 ab C( 0-50-130-50) 31,73 ab 13,59 c D( 0-50-180-50) 33,93 bc 14,01 cd E( 500-50-130-50) 35,47 cd 15,39 e F( 500 -50-180-50) 37,93 d 16,80 f G(1000-50-130-50) 38,00 de 18,39 g H(1000-50-180-50) 40,33 e 18,81 g Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyatamenurut Uji DNMRT pada taraf kepercayaan 5%
13
Jurnal Agronomi 8(1): 11–15
Tabel 2. Rata-rata jumlah polong isi, jumlah polong hampa dan hasil polong kering pada berbagai dosis kapur dan pupuk tanaman kacang tanah di lahan pasang surut Perlakuan Jumlah polong Jumlah polong Hasil (Kapur-Urea-SP36-KCl) isi hampa (ton/ha) A( 0- 0 –0 -0) 6,33 a 4,33 d 0,76 a B( 500- 0 -0 -0) 6,67 a 3,57 cd 0,82 a C( 0-50-130-50) 7,40 ab 2,33 bc 0,84 a D( 0-50-180-50) 8,53 bc 2,00 ab 0,94 ab E( 500-50-130-50) 10,80 d 1,93 a 1,64 c F( 500 -50-180-50) 11,93 d 1,73 a 1,80 c G(1000-50-130-50) 12,33 de 1,27 a 1,88 cd H(1000-50-180-50) 15,93 f 1,10 a 2,28 e Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf kepercayaan 5% Pemberian kapur 1000 kg/ha dan pupuk 180 kg/ha SP 36 memberikan jumlah polong isi tertinggi, jumlah polong hampa terendah dan produksi polong kering tertinggi. Pengapuran 1000 kg/ha dan pemupukan 180 kg/ha SP 36 meningkatkan produksi kacang tanah 21,05% dibandingkan dengan pengapuran 500 kg/ha dan pemupukan 180 kg/ha SP 36. Bila dibandingkan dengan tanpa pengapuran dan tanpa pemupukan produksi meningkat lebih besar 66,67%. Dengan pengapuran unsur hara Ca yang diperlukan tanaman tersedia cukup untuk mendukung pertumbuhan kacang tanah terutama pada fase pengisian polong atau pembentukan biji. Kekurangan unsur hara Ca dan pupuk N,P dan K akan mengakibatkan pengisian polong tidak sempurna, banyak polong tidak berbiji atau jumlah polong kosong tinggi dan produksinya rendah. Hal ini terlihat pada perlakuan tanpa kapur dan tanpa pupuk, tanpa kapur dan dipupuk (Tabel 2). Serapan ketiga unsur hara tersebut meningkat pada saat pembentukan polong dan biji sehingga kekurangan unsur hara tersebut pada saat generatif dapat mengganggu produksi. Menurut Brady (1982), pemberian kapur pada tanah masam diperlukan untuk menaikkan pH tanah, menambah unsur Ca dan Mg, meningkatkan ketersediaan P serta meningkatkan persentase kejenuhan basa. Selanjutnya Sumarno (1986) mengatakan bahwa kekurangan Ca mengakibatkan tanaman membentuk daun dan bunga berlebihan, tetapi sebagian besar gugur, tanaman tumbuh kerdil, daun berpilin, timbul bercak bewarna tembaga atau coklat yang akhirnya mengering. Polong yang terbentuk banyak hampa, polong tidak berkembang sempurna, lembaga biji busuk kering, biji keriput dan daya tumbuh rendah. Menurut Thomas dan Peaslee (1973) dalam Syarifudin dan Darmijati (1990) bahwa P sangat diperlukan tanaman terutama untuk pembentukan
14
biji. Kekurangan P mengakibatkan tanaman kacang tanah tumbuh kurus dan kerdil, daun kecil bewarna hijau pucat, polong yang terbentuk sedikit dan hasilnya rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sopher dan Baird (1982) bahwa fosfor berfungsi merangsang pembentukan akar, pembungaan, meningkatkan jumlah polong dan pembentukan buah. Berdasarkan hasil penelitian Simatupang dan Isdijanto (1991) pengapuran 1000 kg/ha yang dikombinasikan dengan pemupukan TSP 100 kg/ha menghasilkan produksi tertinggi 2,64 ton/ha polong kering.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas lahan dan produksi tanaman kacang tanah dilahan bergambut perlu penambahan kapur dan pemupukan N, P dan K. Pemberian kapur 1000 kg/ha, 50 kg/ha Urea, 180 kg/ha SP36 dan 50 kg/ha KCl diperoleh produksi tertinggi 2,28 ton/ha polong kering.
DAFTAR PUSTAKA Brady, N.C. 1982. The nature and properties of soil. The MacMillan Publ.Co.Inc. New York Buckman Harry O dan Nyle C. Brady. 1982. Ilmu tanah. Bharata Harya Aksara. Jakarta Budianto, J. 2000. Kebijaksanaan operasional penelitian dan pengembangan pertanian di lahan rawa mendukung peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis. Dalam prosiding seminar nasional penelitian dan pengembangan pertanian di lahan rawa. Cipayung 25-27 Juli 2000.
Jumakir, Waluyo dan Suparwoto: Kajian Berbagai ……..
Fatchul, H dan Bambang, H. 2000. Fungsi tata air untuk pertanian. Makalah seminar Balitbangtan Kuala Tungkal. Jambi 27-28 Maret Hanafiah, KA. 1993. Rancangan percobaan teori dan aplikasi. Raja grafindo persada. Jakarta Harsono, A. dan A.A.Rahmiana. 1992. Pengendalian gulma pada berbagai populasi tanaman kacang tanah di lahan kering. Dalam jurnal pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian. Volume 2, Nomor 2, Januari 2000. Pusat penelitian sosial ekonomi pertanian Bogor Harsono, A. 1993. Uji paket teknologi budidaya kacang tanah pada daerah yang potensial dalam teknologi untuk menunjang peningkatan produksi tanaman pangan. Balai penelitian tanaman pangan Malang. Hartatik, W., P. Kabar dan J.Sri Adiningsih. 1995. Pembandingan efektivitas pupuk P. Prosiding pertemuan teknis penelitian tanah dan agroklimat. Bidang kesuburan dan produktivitas tanah. Cisarua, Bogor 10-12 Januari 1995 Ismail, I.G., Trip A., IPG Widjaya Adhi, Suwarno, Tati. H, Ridwan. T dan D.E Sianturi. 1993. Sewindu penelitian pertanian di lahan rawa kontribusi dan prospek pengembangan. Proyek penelitian pertanian lahan pasang surut dan rawa.Swamps II. Badan penelitian dan pengembangan pertanian. Departemen Pertanian. Bogor Kasno, A. 1997. Galur harapan kacang tanah toleran kekeringan dan penyakit daun. Dalam kinerja penelitian tanaman pangan. Buku 5, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan kacang tunggak. Pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Bogor Kanwil Deptan Propinsi Jambi . 2000. Statistik pertanian provinsi jambi. Jambi Murtado dan Sutedjo. 1989. Pengaruh pengapuran dan pemupukan fosfor terhadap pertumbuhan, serapan hara dan hasil kacang tanah pada tanah podsolik merah kuning. Balai penelitian tanaman pangan. bogor Pasaribu, D dan S. Suprapto. 1985. Pemupukan NPK pada kedelai. Balai penelitian tanaman Bogor. Bogor Pusat Penelitian Tanah. 1982. Trem of reference survai kapabilitas tanah. Proyek penelitian pertanian menunjang transmigrasi (P3MT). Bogor
Saleh ,N., Arif Harsono., T. Adiwarwanto dan Sumarno. 1994(a). Rakitan paket teknologi budidaya kacang tanah untuk lahan tegal di Jawa Timur. Risalah lokakarya komunikasi teknologi untuk meningkatkan produksi tanaman pangan di Jawa Timur Sanchez, P.A. 1976. Properties and management of soil in the tropic. John Wiley and Sons, Inc, NewYork Simatupang, R.S dan Isdijanto Ar-Riza. 1991. Pengaruh pemberian kapur dan pemupukan fosfat pada tanaman kacang tanah di lahan pasang surut. Prosiding seminar penelitian sistem usahatani lahan gambut Kalimantan selatan, 20 Pebruari 1991. Banjarbaru Sopher, C.D dan J.V Baird. 1982. Soil and soil management. Prentice hall company reston, Virginia. Syarifuddin, K.A dan S. Darmijati. 1990. Pengaruh pupuk P dan residunya terhadap produksi kacang tanah pada tanah ultisol Jasinga. Penelitian pertanian, Vol 10, No 1 tahun 1990. Balai penelitian tanaman pangan. Bogor Soepardi, G. 1983. Sifat dan ciri tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor Sumarno dan Manwan. 1990. National coordinated research program grain legumes central research Int. For food crops. Bogor Suprapto, H.S. 1994. Bertanam kacang tanah. Penebar swadaya. Jakarta Suastika, I.W. 1995. Pengaruh pemupukan terhadap hasil beberapa varietas kacang tanah. Dalam teknologi produksi dan pengembangan sistem usahatani dilahan rawa. Kumpulan hasil penelitian, proyek penelitian pengembangan pertanian rawa terpadu ISDP. Bogor Sutarto, Ig., Y Supriati., S. Hutami dan H.Zahara. 1993. Pengaruh pemupukan hara mikro Mo, Zn dan Cu terhadap pertumbuhan dan hasl kacang tanah. Risalah hasil penelitian tanaman pangan No 4 tahun 1993. Balai penelitian tanaman pangan Bogor Suwarno., Trip. A dan I.G. Ismail. 2000. Optimasi pemanfaatan lahan rawa pasang surut dengan penerapan teknologi sistem usahatani terpadu. Makalah seminar nasional penelitian dan pengembangan pertanian. Bogor, 25-27 juli 2000.
15