Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
APLIKASI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DAN MUTU FISIOLOGIS BENIH KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI LAHAN KERING MASAM Agus Hasbianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
ABSTRAK Produksi kacang tanah Indonesia masih lebih rendah dibandingkan kebutuhan, sehingga upaya peningkatan produksi terus dilakukan dan diarahkan ke luar pulau jawa yang memiliki potensi lahan kering cukup luas. Kendala utama usahatani tanaman semusim di lahan kering masam adalah kandungan Al tinggi, KTK rendah, miskin elemen biotik dan ketersediaan air. Namun demikian, kendala teknis tersebut dapat diatasi dengan pengapuran, pemupukan, pengelolaan bahan organik dan pompanisasi. Berbagai penelitian pemupukan telah dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah meningkatkan kandungan bahan organik. Pemberian pupuk organik, terutama jerami mampu meningkatkan kadar C-organik tanah dan N total tanah, namun menurunkan K dapat ditukar setelah beberapa musim tanam. Untuk itu, diperlukan pemberian bahan organik yang kaya unsur K seperti pupuk kandang. Pemberian pupuk organik juga dapat meningkatkan jumlah bintil akar, namun tidak secara langsung meningkatkan mutu benih yang dihasilkan. Kata kunci: pupuk organik, kacang tanah, mutu benih, lahan kering masam
PENDAHULUAN Kacang tanah merupakan kacang-kacangan penting sebagai sumber protein dan lemak nabati selain kedelai. Penggunaan kacang tanah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (bahan pangan), namun juga sebagai bahan baku industri dan bahan pakan ternak. Kebutuhan kacang tanah Indonesia terus meningkat rata-rata 900.000 ton dengan produksi rata-rata 783.110 ton setiap tahun, sehingga produksi nasional hanya mampu memenuhi sekitar 87,01% dari kebutuhan kacang tanah. Pada tahun 2011, produksi dalam negeri sebesar 691.289 ton yang diperoleh dari luas panen 539.459 ha. Rendahnya produksi kacang tanah tersebut disebabkan oleh rendahnya produktivitas yang hanya mencapai 1,28 t/ha (Ditjen Tanaman Pangan 2012). Di Indonesia, umumnya kacang tanah di usahakan di lahan kering sehingga tidak jarang mengalami kekeringan dan tertular penyakit daun (Puslitbangtan 2000). Sebaran
359
Agus Habianto: Aplikasi Pupuk Organik Terhadap …..
areal pengembangan kacang tanah yang paling luas adalah di lahan kering Alfisol, yang umumnya memiliki kendala dangkalnya solum tanah, daya simpan lengas tanah rendah, kadar bahan organik rendah, kahat hara makro dan mikro dan tingkat kesuburan hayati rendah (Wijanarko et al. 2013). Pengembangan kacang tanah juga potensial dilakukan di lahan kering masam yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Pengembangan kacang tanah pada lahan tersebut menguntungkan diantara tanaman pangan lainnya (Kasno dan Trustiah 2013). Lahan kering tergolong masam jika tanahnya memiliki pH < 5 dan kejenuhan basa < 50%. Pada lahan dengan kondisi demikian, terdapat kendala antara lain kandungan Al tinggi, KTK rendah, dan miskin elemen biotik. Namun demikian, kendala teknis tersebut dapat diatasi dengan pengapuran, pemupukan dan pengelolaan bahan organik. Kendala teknis lainnya yaitu ketersediaan air terutama pada musim kemarau, yang memungkinkan diatasi dengan pompanisasi (Mulyani 2006). Secara umum kacang tanah dapat dibudidayakan pada berbagai jenis tanah. Pada lahan yang subur, melalui perbaikan kesuburan tanah dan cara budidaya produktivitas kacang tanah mencapai 2,5-4 t/ha. Sedangkan pada lahan marjinal, perbaikan kesuburan tanah dan cara budidaya produktivitas tanah dapat mencapai 1,8 – 2,5 t/ha (Wijanarko et al. 2013). Perbaikan kesuburan tanah memungkinkan tanah yang akan diusahakan memiliki struktur tanah yang ringan dan mengandung unsur hara makro dan mikro yang cukup. Kondisi demikian mendukung diperolehnya pertumbuhan dan produksi yang optimal. Tingkat kemasaman tanah yang optimal untuk pertumbuhan kacang tanah adalah pH 5,0 – 6,5. Tanah yang gembur dan berstruktur ringan akan memudahkan masuknya ginofor ke dalam tanah, akar dan polong dapat berkembang optimal, dan memudahkan saat panen (Yurnalis 2006). Pertumbuhan tanaman yang baik akan memungkinkan untuk menghasilkan benih yang
bermutu.
Selain
kesuburan
tanah,
komponen
lingkungan
tumbuh
yang
mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan adalah kelembaban, suhu, penyinaran dan posisi atau letak benih pada tanaman. Kondisi tanah yang mengandung hara mencukupi untuk kebutuhan tanaman, akan menentukan mutu terutama ukuran benih yang sangat diperlukan selama proses pengisian biji (Copeland dan McDonald 1996). Mengingat potensi lahan kering masam yang potensial untuk pengembangan kacang tanah, maka diperlukan inovasi teknologi untuk mengatasi berbagai kendala budidaya sehingga memungkinkan untuk memproduksi benih kacang tanah yang bermutu.
360
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
LAHAN KERING MASAM Secara umum, lahan kering dapat didefinisikan sebagai suatu hamparan lahan yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun. Lahan kering masam adalah lahan yang mempunyai sifat-sifat seperti pH rendah, kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB) dan Corganik rendah, kandungan aluminium (kejenuhan Al) tinggi, fiksasi P tinggi, kandungann besi dan mangan mendekati batas meracuni tanaman, peka erosi, dan miskin unsur biotik. Variasi iklim dan curah hujan yang relatif tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia mengakibatkan tingkat pencucian basa di dalam tanah cukup intensif, sehingga kandungan basa-basa rendah dan tanah menjadi masam. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar tanah di lahan kering bereaksi masam (pH 4,6-5,5) dan miskin unsur hara, yang umumnya terbentuk dari tanah mineral (Mulyani et al. 2010). Selain itu, tanah-tanah yang terbentuk umumnya merupakan tanah berpenampang dalam, berwarna merah-kuning, dan mempunyai kesuburan alami yang rendah. Lahan kering bertanah masam dicirikan dengan pH < 5,0 dan kejenuhan basa < 50%, yang tergolong pada tanah-tanah yang mempunyai sifat distrik. Sebaliknya lahan yang bertanah tidak masam adalah lahan dengan pH > 5,0 dan kejenuhan basa > 50%, yang tergolong pada tanah-tanah yang bersifat eutrik (Hidayat dan Mulyani 2002). Hasil penilaian dan arahan penggunaan lahan kering masam di masing-masing provinsi disajikan pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa potensi lahan kering masam untuk pertanian mencapai 55,99 juta hektar yang tersebar diseluruh Indonesia. Luas lahan kering masam yang sesuai untuk tanaman pangan semusim di dataran rendah (palawija, sayuran dan buah-buahan semusim) sekitar 18,3 juta ha, dengan sebaran lahan terluas di Kalimantan, Sumatera, dan Papua (Mulyani et al. 2010). Keberhasilan usahatani di lahan kering masam ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya kondisi lahan dan iklim, teknologi budidaya, ketersediaan sarana produksi, penanganan pascapanen, jaminan pasar, modal, kebiasaan petani, kelembagaan dan komoditas yang diusahakan. Namun demikian, potensi lahan tersebut dari tahun ke tahun mengalami perubahan seiring dengan pesatnya perluasan perkebunan kelapa sawit dan karet (Mulyani 2006). Antisipasi masalah biofisik lahan kering masam yang utama adalah menjinakkan pengaruh negatif Al, Fe, dan pH dengan ameliorasi lahan menggunakan kapur, menambah bahan organik, meningkatkan hara P dan K, dan menggunakan varietas toleran lahan masam agar penggunaan bahan amelioran, terutama kapur dapat dihemat 361
Agus Habianto: Aplikasi Pupuk Organik Terhadap …..
(Kasno 2006). Cara lain untuk mengatasi keracunan Al adalah dengan pemberian bahan organik ke dalam tanah, karena adanya senyawa organik dapat larut terutama asam-asam fulvik yang biasanya terdapat pada bahan organik dapat mengurangi keracunan Al (Kasno 2006).
362
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 1. Potensi lahan kering masam untuk pertanian tanaman semusim dan tahunan
Dataran rendah Provinsi
Iklim basah TP
Sumatera Jawa
Sulawesi Papua+Maluku Indonesia
Iklim kering
TT
TP
TT
Iklim kering
Iklim basah Ternak
TP
TT
Jumlah
TT
4.311.236
13.070.113
41.787
142.909
136.763
198.067
545.137
43.898
18.489.910
192.130
1.504.651
0
62.746
0
123.144
164.113
16.840
2.063.624
0
155
3.728
1.856
0
3.046
0
0
8.785
9.687.668
12.379.023
0
0
0
592.098
325.668
0
22.984.457
17.024
1.803.315
39.957
181.176
0
70.761
846.480
0
2.958.713
4.074.171
4.861.284
97.430
283.049
0
30.470
146.588
14
9.493.006
18.282.229
33.618.541
182.902
671.736
136.763
1.017.586
2.027.986
60.752
55.998.495
Bali+NT Kalimantan
Dataran tinggi
Keterangan : TP : tanaman semusim, TT : tanaman tahunan Sumber : Mulyani et al., 2010
363
Agus Habianto: Aplikasi Pupuk Organik Terhadap …..
MUTU FISIOLOGIS BENIH Mutu fisiologi merujuk kepada kemampuan benih berkecambah (tumbuhnya bagian-bagian penting kecambah) pada periode tertentu. Kondisi ini merupakan prasyarat untuk perkembangan suatu tanaman yang produktif. Mutu fisiologis benih mencakup viabilitas dan karakteristik yang berhubungan dengan dormansi dan vigor. Mutu fisiologis dipengaruhi oleh kondisi tumbuh (tersedianya air, hara dan tidak adanya penyakit selama stadia pengisian biji, tidak adanya hujan yang berlebihan selama pemasakan biji sampai panen), metode pemanenan dan perontokan yang mengakibatkan kerusakan mekanis dan kondisi simpan benih. Empat faktor utama yang mempengaruhi mutu benih dalam penyimpanan yaitu suhu dan kelembaban ruang simpan, periode simpan, faktor biotik (fungi, insek, tikus). Pada kadar air benih tinggi, efek langsung fungi yaitu mengkonsumsi jaringan benih, sedangkan efek tidak langsung yaitu pemanasan yang timbul akibat respirasi oleh fungi. Secara umum kadar air dan suhu tinggi menstimulasi proses metabolik dalam benih yang berkurangnya berat, akumulasi metabolit beracun, dan berkurangnya vigor kecambah, viabilitas menurun dan akhirnya mati (Satriyas 2010). Mutu fisiologis berhubungan dengan viabilitas dan vigor benih. Viabilitas dan vigor dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, sebagai berikut: (1) pertumbuhan pohon induk, (2) kemasakan benih, (3) kadar air benih dan suhu selama penyimpanan, dan (4) kerusakan benih. Kondisi lingkungan tumbuh pohon induk dapat mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan. Dari pohon yang tumbuh di lingkungan yang sesuai akan dihasilkan benih bermutu tinggi. Pertumbuhan pohon induk antara lain dipengaruhi oleh pemupukan. Pemupukan yang optimum akan menghasilkan produksi benih yang optimum dengan mutu benih yang tinggi (Ilyas 2010). Masak fisiologi merupakan stadia pertumbuhan penting bagi tanaman, karena biasanya berhubungan dengan akumulasi maksimum berat kering benih dan hasil yang maksimum. Indikator visual masak fisiologi akan sangat bermanfaat bagi peneliti dan produsen (Ilyas 2010). Tingkat kemasakan benih saat dipanen akan sangat mempengaruhi mutu benih. Mutu benih akan mencapai maksimum pada saat masak fisiologi yang dicirkan oleh berat kering benih maksimum karena cadangan makanan benih sudah terbentuk sempurna dan vigor benih maksimum. Walaupun benih yang belum masak sudah bisa berkecambah, tetapi vigornya rendah dan kecambahnya lebih lemah dibandingkan benih yang sudah
364
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
mencapai masak fisiologi. Apabila benih dipanen setelah masak fisiologi vigor benih akan menurun karena mengalami deteriorasi selama dibiarkan di lapang (Ilyas 2010). TOLERANSI KACANG TANAH TERHADAP LAHAN KERING MASAM Penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbiumbian (Balitkabi) tahun 2006 untuk uji laboratorium menggunakan 225 genotipe yang dievaluasi pada tiga lingkungan: L1 (0 ppm Al, pH netral), L2 (0 ppm Al, pH 4), L3 (60 ppm Al, pH 4), dan dilakukan pewarnaan akar dengan menggunakan hematoxilin. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa genotipe kacang tanah yang diuji menunjukkan keragaman dan perbedaan toleransi terhadap cekaman alumunium pada stadia perkecambahan. Pemberian larutan Al 60-70 ppm menurunkan panjang akar dan bobot kering akar perkecambahan kacang tanah. Dari 225 genotipe yang dievaluasi, terpilih 50 genotipe kacang tanah yang toleran cekaman Al pada stadia kecambah. Pengujian lanjut di lapang dilakukan pada MK 2007 di lahan masam Jasinga (Bogor) di dua lingkungan, E1 (lingkungan masam) dan E2 (lingkungan masam dengan penambahan kapur), menggunakan sebanyak 50 genotipe kacang tanah hasil penelitian di laboratorium. Genotipe yang diuji menunjukkan keragaman pada hasil dan terdapat interaksi antara genotipe dengan lingkungan. Hasil polong pada lingkungan E1 (masam, pH tanah 4,4, dan kejenuhan Al 91,5%) dan E2 (pemberian dolomit 2 t/ha, pH tanah 5,4, kejenuhan Al 61,1%) masing-masing adalah 1,27 dan 1,44 t/ha. Terdapat dua genotipe yang konsisten memiliki nilai indeks toleransi cekaman dan hasil tertinggi pada lingkungan masam (E1 dan E2), yaitu MLGA 0297 dan MLGA 0112 dengan hasil 2,11-2,21 t/ha (Trustinah et al. 2009). Penelitian Koesrini et al. (2003) dilakukan untuk memilih 5 galur harapan kacang tanah yang berpotensi hasil tinggi, mutu biji baik dan adaptif di lahan masam Kalimantan Selatan. Hasil uji multilokasi kacang tanah di lahan lebak dangkal pada MK 2003 menunjukkan bahwa kacang tanah cukup adaptif di agroekosistem tersebut. Hasil skoring pertumbuhan baik fase vegetatif maupun fase generatif menunjukkan rata-rata skor 1 (baik) yaitu tanaman tumbuh subur, daun hijau dan bervigor. Hasil analisis ragam terhadap hasil dan komponen hasil menunjukkan adanya variasi hasil diantara galur/varietas yang diuji. Berdasarkan rataan hasil ada tujuh galur yaitu GH-1, GH-2, GH5, GH-6, GH-9, GH-11-dan GH-12 yang berproduksi lebih dari 3 t/ha dan satu galur diantaranya yaitu GH 2 berproduksi lebih tinggi daripada varietas cek Jerapah dan lokal. 365
Agus Habianto: Aplikasi Pupuk Organik Terhadap …..
Pada penelitian lanjutan yang dilakukan pada MH 2003/04, menunjukkan bahwa daya adaptasi lima belas galur/varietas yang diuji baik yang di lahan kering maupun di lahan pasang surut rata-rata cukup baik dengan skor pada fase vegetatif 1-2 (baik-agak baik). Persentase daya tumbuh cukup tinggi yaitu lebih dari 90 %. Tingkat serangan penyakit karat dan bercak daun relatif rendah (<5%). Pertanaman bebas dari penyakit daun sampai umur 50 hst (Koesrini et al. 2003). Selanjutnya, pada MK 2004 diuji sebanyak 7 galur kacang tanah dan 3 varietas cek (Jerapah, Singa dan Lokal) di lahan lebak dangkal pada tiga lokasi yang berbeda tingkat cekaman lingkungannya yaitu Desa Tambangan-Kecamatan Daha SelatanKandangan, di desa Panggang Marak-Kecamatan Labuhan Amas Selatan-Barabai dan di desa Setiap-Kecamatan Pandawan-Barabai pada MK 2004. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kacang tanah cukup adaptif terhadap cekaman lingkungan terutama cekaman kemasaman tanah di lahan lebak. Terdapat tiga galur yaitu GH-5, GH-8 dan GH-11 memiliki daya hasil lebih tinggi daripada varietas cek Jerapah, memiliki mutu biji baik dan adaptif di lahan lebak (Koesrini et al. 2009).
PENGARUH PUPUK ORGANIK Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Tanah Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair, yang dapat mensuplai/menyediakan senyawa karbon dan sebagai sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia dan biologi tanah (Hartatik dan Setyorini 2010). Pupuk organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama. Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi humus atau bahan organik tanah. Bahan organik berfungsi sebagai “pengikat” butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami dan sekam memberikan pengaruh yang lebih besar pada perubahan sifat-sifat fisik tanah dibanding bahan organik yang telah terdekomposisi seperti kompos (Badan Litbang Pertanian 2005).
366
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Penelitian Hartatik dan Setyorini (2010) pada lahan masam selama tiga musim tanam yaitu sejak MK I 2007, MK II 2007 dan MH 2007/2008 diperoleh hasil bahwa perlakuan pupuk organik meningkatkan kadar C-organik tanah. Kadar C-organik pada MK I 2007 berkisar 1,1 – 1,5% meningkat pada MK II berkisar 1,8 – 2,1% selanjutnya masih meningkat pada MH 2007/2008 menjadi berkisar 2,21 – 2,35%. Pemberian perlakuan pupuk organik 10 -20 t/ha selama 3 musim tanam mampu meningkatkan kadar C-organik dari 1,73% menjadi 2,21 – 2,35%. Sejalan dengan kadar C-organik tanah, perlakuan pupuk organik sedikit meningkatkan kadar N-total tanah, walaupun kadar N-total tanah tersebut masih tergolong rendah dan karena adanya serapan N oleh tanaman. Kadar Ntotal pada MK I 2007 berkisar 0,10 – 0,16% kemudian meningkat pada MK II berkisar 0,15 – 0,17% selanjutnya masih meningkat pada MH 2007/2008 menjadi berkisar 0,17 – 0,22%. Namun perlakuan pupuk organik yang diberikan menurunkan K dapat ditukar setelah panen MH 2007/2008, karena kebutuhan tanaman masih lebih tinggi dari ketersediaan K dari tanah dan pupuk. Untuk mempertahankan status hara K tanah, diperlukan pemilihan pupuk organik yang kaya hara K selain jerami untuk mengantisipasi adanya pengurasan K dapat ditukar. Aplikasi pupuk kandang jangka panjang meningkatkan K tersedia.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Tanaman Komposisi fisik, kimia dan biologi pupuk organik sangat bervariasi dan manfaatnya bagi tanaman umumnya tidak secara langsung sehingga respon tanaman relatif lambat. Pupuk organik diperlukan dalam takaran yang relatif tinggi (minimal 2 t/ha/MT), sehingga seringkali menyulitkan dalam hal transportasi dan pengadaannya. Dampak negatif yang harus diwaspadai dari penggunaan pupuk organik adalah: (a) penggunaan pupuk organik dengan bahan yang sama secara terus-menerus dapat menimbulkan ketidakseimbangan hara, (b) penggunaan kompos yang belum matang dapat mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman, (c) kemungkinan adanya kandungan logam berat yang melebihi ambang batas (Suriadikarta et al. 2005). Fungsi biologis bahan organik adalah sebagai sumber energi dan makanan mikroorganisme tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang sangat bermanfaat dalam penyediaan hara tanaman. Dengan demikian pemberian pupuk organik pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Badan Litbang Pertanian 2005).
367
Agus Habianto: Aplikasi Pupuk Organik Terhadap …..
Hasil penelitian Mohanty et al. (2005), pemberian pupuk organik pada tanaman kacang tanah dan jagung, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan unsur P dibandingkan dengan pupuk superphosphate tunggal dan kontrol. Kandungan unsur P tertinggi dan penyerapannya pada kacang tanah adalah pada aplikasi pemberian limbah ternak, dimana limbah dari peternakan ayam menunjukkan penyerapan hara P tertinggi dari tanah. Pupuk organik juga dapat meningkatkan jumlah bintil akar pada kacang tanah, sebagaimana hasil penelitian Sucahyono D. dan Soedarjo M. (2007) bahwa tanaman kacang tanah yang diberi 5 ton Pupuk Kandang + 36 kg P2O5 + 45 kg K2O/ha mempunyai jumlah bintil akar lebih banyak daripada yang diberi perlakuan lainnya tetapi masih di bawah tanaman yang dipupuk 1,5 t Ca + 36 kg P2O5 + 45 kg K2O/ha (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh pemupukan terhadap jumlah bintil akar per tanaman pada enam varietas kacang tanah yang ditanam di tanah Ultisol Lampung. Balitkabi (Sucahyono 2007) Pemupukan/ha 36 kg P2O5+45 kg K2O 22,2 N+36 kg P2O5+45 kg K2O 5 t PK+36 kg P2O5+45 kg K2O 1,5 t Ca+36 kg P2O5+45 kg K2O Tanpa pemupukan Rerata varietas
Domba
Kancil
Tuban
Jerapah
Bison
Lokal Lampung
Rerata pupuk
14,7 hi
97,3 b
16,7 ghi
78,7 c
8,33 jk
24,0 fg
39,9 c
21,7 fgh
47,0 d
12,0 ij
48,0 d
25,33 f
6,33 k
26,7 e
21,0 fgh
103,7 b
45,3 d
105,7 b
45,00 d
11,67 ij
55,4 b
45,3 d
120,7 a
65,7 c
102,7 b
35,00 e
47,33 d
69,4 a
23,3 fg
76,3 c
19,3 fgh
17,0 ghi
19,00 fgh
26,00 f
30,2 d
25,2 d
89,0 a
31,8 c
70,4 b
26,5 d
23,1 e
DMRT 5 % : Varietas = 3.997, pemupukan = 3,649, interaksi = 8,939 KK (%) : 7,14 Angka-angka selajur dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%. Hst = hari setelah tanam, PK = pupuk kandang, Ca = dolomit. Data ditransformasi menggunakan (x+0,5)
Hasil penelitian tersebut serupa dengan penelitian Yurnalis (2006) bahwa perlakuan menggunakan Multiflora Tanah Multiguna (MTM) dengan takaran 200 g/ha menunjukkan jumlah bintil akar tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. MTM lebih baik dari pupuk mikroorganisme yang lain seperti inokulan rhizobium tunggal maupun kombinasi dengan pupuk anorganik karena memberikan pengaruh positif terhadap pembentukan dan perkembangan bintil akar. Menurut Saraswati dan Kobayashi 368
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
(1992) dalam Yurnalis (2006) beberapa bakteri mampu berasosiasi dalam pembentukan akar serta efektif dan efisien dalam membentuk bintil akar pada tanaman dan melarutkan unsur hara, serta jumlah populasi mikroba yang membentuk bintil akar. Menurut Brewin dan Kardailsky (1977) dalam Yurnalis (2006), selama perkembangan bintil akar, gen lektin berada di tiga tempat yaitu di permukaan akar rambut, di dalam bintil akar muda, dan di dalam bintil dewasa serta di permukaan akar rambut. Gen lektin berfungsi merangsang berkumpulnya bakteri untuk melakukan infeksi akar, dan di bintil akar muda gen lektin berfungsi merangsang aktivitas mitosis, sedangkan di di bintil akar dewasa berfungsi menyalurkan cadangan nitrogen sehingga jumlah bintil yang terbentuk lebih banyak. Bahan organik pada tingkat tertentu harus dipertahankan di dalam tanah tropis yang memiliki struktur remah dan gembur, dimana kacang tanah tumbuh. Tanaman kacang tanah memiliki sistem akar yang ekstensif yang memungkinkan untuk mengeksplorasi tanah dalam volume yang besar dan karena itu residu pupuk organik dari tanaman sebelumnya dapat dimanfaatkan. Kacang tanah dapat dibudidayakan dengan pemberian pupuk NPK yang seimbang. Kalsium harus ditambahkan ke tanah dengan pH rendah (asam) untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas benih. Kekurangan Kalsium menyebabkan persentase benih yang gagal (polong kosong) menjadi tinggi dan pengisian polong tidak sebagaimana seharusnya (Ntare et al. 2010). Pengaruh Pemupukan Terhadap Mutu Benih Pertumbuhan pohon induk antara lain dipengaruhi oleh pemupukan. Pemupukan yang optimum akan menghasilkan produksi benih yang optimum dengan mutu benih yang tinggi (Ilyas 2010). Hasil penelitian Yurnalis (2006) menyimpulkan bahwa semua tolok ukur viabilitas potensial dan vigor benih kacang tanah tidak dipengaruhi oleh perlakuan pemupukan organik dan anorganik karena pada saat panen viabilitas dan vigor benih dari berbagai perlakuan tidak berbeda. Namun, aplikasi pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk anorganik menghasilkan benih yang sama tingginya dengan pupuk anorganik dosis rekomendasi, yaitu 17,3–22,03 g/tanaman. Meskipun demikian, perlakuan inokulum rhizobium dan biokompos menunjukkan hasil yang nyata lebih rendah yaitu 12,27–13,57 g/tanaman dibandingkan dengan dosis rekomendasi pupuk anorganik (Tabel 3). Mikroflora Tanah Multiguna (MTM) adalah perlakuan terbaik yang memberikan hasil benih tertinggi dan penampilan/keragaman yang lebih baik, dimana empat tolok ukur
369
Agus Habianto: Aplikasi Pupuk Organik Terhadap …..
pertumbuhan tanaman yang meliputi jumlah cabang, luas daun, berat basah, dan berat kering nodul akar nyata lebih tinggi dibandingkan pemupukan anorganik yang direkomendasikan. Untuk viabiltas dan vigor benih sebagai peubah mutu benih, tidak ada perbedaan yang nyata antar semua perlakuan.
Tabel 3. Nilai rata-rata beberapa tolok ukur produksi kacang tanah pd aplikasi pupuk organik dan anorganik (Yurnalis 2006)
P1
Bobot Brangkasan kering/tan (gr) 23,02
P2
Perlakuan
Jml polong/tan
Bobot polong/tan
Bobt biji/tan (g)
Bobot 100 butir (g)
33,00
48,86
23,85 a
51,24
27,17
29,53
48,95
21,22 a
47,76
P3
28,93
30,20
47,58
20,43 a
50,57
P4
19,25
25,40
39,65
13,57 bc
49,41
P5
19,75
31,63
47,40
18,90 ab
45,18
P6
19,08
26,07
37,71
12,27 c
47,91
P7
23,18
28,63
43,78
19,65 a
50,78
P8
28,93
32,40
53,42
22,02 a
49,80
P9
21,00
26,77
40,65
17,30 abc
48,90
Ket. : Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan dengan taraf nyata 5% P1 = pupuk anorganik dosis rekomendasi (20 kg/ha urea, 45 kg/ha TSP, 50 kg/ha KCl); P2 = pupuk kandang kambing (5 ton/ha); P3 = pupuk kandang kambing (5 ton/ha) & pupuk anorganik P1; P4 = Inokulum rhizobium (40 g/2000 m2); P5 = Inokulum rhizobium (40 g/2000 m2) & pupuk aorganik 10 Urea, 22,5 TSP, 25 KCl; P6 = Biokompos (5 t/ha); P7 = Inokulum rhizobium (40 g/2000 m2), biokompos (5 t/ha); P8 = MTM (200 g/ha); P9 = MTM (200 g/ha) dan pupuk anorganik 20 urea, 22,5 TSP, 25 KCl
Pemberian pupuk kandang dan kapur bertujuan untuk memperbaiki sifat biologi tanah (meningkatkan populasi mikroba tanah termasuk rhizobium), meningkatkan pH dan bahan organik, menetralisir kelarutan Mn, Fe, dan Al serta sebagai sumber Ca dan Mg. Hampir seluruh kebutuhan nitrogen tanaman kacang tanah dicukupi dari hasil penambatan N oleh rhizobium (Sucahyono dan Soedarjo 2007). Tillman and Wright (2009) menyatakan bahwa unsur hara K sangat penting dalam produksi benih kacang tanah. Kekurangan unsur K dalam tanah akan menghasilkan benih dengan daya berkecambah rendah, demikian juga hasil polong dan kualitasnya. Unsur K harus tersedia pada wilayah serapan kacang tanah (3 inchi dari permukaaan tanah) karena nutrisi harus diserap secara langsung oleh ginofor dan polong. Tidak ada dari 370
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
unsur K yang diserap oleh akar tanaman yang ditranslokasi melalui tanaman ke ginofor dan polong yang sedang berkembang. Seringkali kekurangan unsur K terlihat melalui tanda black heart, yaitu embrio hitam meskipun cotyledon sehat. Demikian juga jika kandungan K dalam benih cukup rendah untuk memperlihatkan black heart, daya berkecambah kemungkinan akan tetap dibawah standar.
RHIZOBIUM Semua rhizobium adalah bakteri nodul akar, gram negative, tidak membentuk spora, berkuran sedang, mengandung enzim komplek. Pembentukan simbiosis antara legum dengan rhizobia diperlukan penyesuaian mikrosimbion bakteri pada epidermis akar yang diikuti dengan inisiasi infeksi dan pembentukan organ nodul (Zhang et al. 2002). Ca dan N diketahui secara kuat dan mandiri mempengaruhi pembintilan pada akar tanaman. Inokulasi tanah tidak mempengaruhi pembungaan, ginofor ataupun produksi polong, namun dipengaruhi oleh perlakuan Ca dan N secara tunggal. Sinergisme antara Ca dan N tampaknya mempengaruhi pembentukan ginofor tetapi tidak berpengaruh terhadap pembentukan polong. Selain itu, keberadaan inokulum tanah rhizobium tidak meningkatkan pembentukan polong. Keberadaan inokulum tanah rhizobium yang dimaksudkan untuk mendorong pembentukan bintil, tidak terkait erat dengan produksi buah tetapi berhubungan dengan pertumbuhan bagian aerial tanaman (Taylor and Moshrefi 1987).
MUTU BENIH KACANG TANAH OLEH PERLAKUAN LAINNYA Ketersediaan Air Lahan kering umumnya juga menghadapi masalah dalam penyediaan air. Usaha pertanian pada lahan-lahan kering di Kalimantan Selatan, hingga saat ini mengandalkan hujan sebagai sumber pengairan bagi tanaman yang diusahakan karena belum tersedianya sarana irigasi. Oleh karena itu, salah satu masalah lahan kering adalah adanya cekaman kekeringan. Efek tidak langsung dari kekurangan air adalah menurunkan kemampuan ginofor menembus tanah karena meningkatnya kekuatan tanah yang didorong oleh proses pengeringan pada permukaan tanah. Belum ada pengetahuan yang berhubungan dengan pengaruh pada efek terkait ditentukan oleh produksi ginofor dan variabel status air 371
Agus Habianto: Aplikasi Pupuk Organik Terhadap …..
tanaman. Perlakuan cekaman air telah mendorong penurunan jumlah biji sebesar 66% (rata-rata perlakuan dan percobaan), yang menyebabkan penurunan serupa terhadap hasil benih (seed yield) sebesar 73% (Haro et al. 2008). Oleh karena itu, dalam usahatani kacang tanah dengan pengolahan tanah minimum kemampuan ginofor untuk menembus tanah melalui residu tanaman penutup menjadi perhatian utama banyak petani dan dapat menghambat adopsi dalam praktek produksi kacang tanah (Rowland et al., 2007).
Penggunaan Herbisida Hasil penelitian Bradley et al. (2002) menggunakan perlakuan berbagai pengendalian gulma, yaitu mulai cara manual (hand weeded), herbisida pra tumbuh (preemergence
herbicides)
hingga
purna
tumbuh
(postemergence
herbicides)
menunjukkan bahwa penggunaan herbisida memberikan sedikit pengaruh atau bahkan tidak
berpengaruh
terhadap
parameter
kualitas
benih,
diantaranya
prosentase
perkecambahan, munculnya pathogen maupun terhadap konsentrasi protein dan minyak (oil) pada benih.
KESIMPULAN Pupuk organik berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah khususnya di lahan kering masam yang kurang subur, sehingga mendorong terbentuknya perakaran yang baik dan memudahkan ginofor masuk ke dalam tanah. Peran pupuk organik juga penting dalam pembentukan bintil akar, yang merupakan penyedia unsur hara N utama bagi tanaman kacang tanah. Varietas yang adaptif di lahan masam juga telah tersedia. Namun demikian, pupuk organik tidak menunjukkan adanya peran langsung terhadap mutu fisiologis benih, walaupun dalam jangka panjang memberikan pengaruh terhadap unsur K tersedia dalam tanah yang penting bagi mutu benih kacang tanah.
372
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian, 2005. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Volume 27 nomor 6. Pusat Penyebaran Informasi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Deptan Bradley C. A., Hartman G. L., Wax L. M., and Pedersen W. L. 2002. Quality of harvested seed associated with soybean cultivars and herbicides under weed-free conditions. Plant Dis. 86:1036-1042 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Road Map Peningkatan Produksi Kacang tanah dan Kacang Hijau Tahun 2010 – 2014. Haro RJ., Dardanelli JL., Otegui ME., Collino DJ., 2008. Seed Yield Determination of Peanut Crops Under Water Deficit: Soil Strength Effects On Pod Set, The Source– Sink Ratio And Radiation Use Efficiency. Field Crops Research - Elsevier 109 (2008) 24–33 (30 Oktober 2010) Hartatik W. dan Setyorini D., 2010. Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah Dan Produksi Tanaman Padi Sawah Organik. www.balittanah.litbang.deptan.go.id Hidayat A. dan A. Mulyani. 2002. Lahan kering untuk pertanian. hlm. 1-34 dalam Abdurachman et al. (Ed.). Buku Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor Kasno A., 2006. Buletin Palawija No. 11: 1–6 tahun 2006. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian Kasno dan Trustiah, 2013. Galur-galur Kacang Tanah Produktif dan Adaptif pada Lahan Kering Masam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Bogor Koesrini, Noor A. dan Sumanto, 2003. Uji Multilokasi Kacang Tanah Di Lahan Masam. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian Koesrini, M. Sabran, R.D. Ningsih, 2009. Pertumbuhan Dan Hasil Galur-Galur Kacang Tanahdi Lahan Lebak. http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id Mohanty S., Paikaray N.K., Rajan R., 2005. Availability and Uptake of Phosphorus From Organic Manures In Groundnut (Arachis hypogea L.)–corn (Zea mays L.) Sequence Using Radio Tracer Technique. Jurnal Online Elsevier (18 Oktober 2010) Mulyani A, 2006. Potensi Lahan Kering Masam untuk Pengembangan Pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 28, No. 2.
373
Agus Habianto: Aplikasi Pupuk Organik Terhadap …..
Mulyani A., Rachman A., dan Dairah A., 2010. Penyebaran Lahan Masam, Potensi dan Ketersediaannya untuk Pengembangan Pertanian. www.balittanah.litbang. deptan.go.id/dokumentasi/buku Ntare B.R., Diallo A.T., Ndjeunga J. and Waliyar F., 2010. Groundnut Seed Production Manual. http://www.icrisat.org/tropicallegumesII/groundnut_manuals/Groundnut Seed_English.pdf Robert G. Taylor and Karim Moshrefi, 1987. Peanut Science Vol. 14:31-33. www.peanutscience.com/doi/pdf/10.3146 Rowland DL., Faircloth WH., and Butts CL., 2007. Peanut Science Volume 34:85–95. Satriyas I., 2010. Diktat Kuliah Ilmu dan Teknologi Benih, Bab VI. Mayor Ilmu dan Teknologi Benih. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor Sucahyono D. dan Soedarjo M., 2007. Pengaruh Varietas Dan Pemupukan Terhadap Infektivitas Dan Efektivitas Rhizobium Endogen Kacang Tanah Di Tanah Ultisol Lampung. Prosiding Seminar Nasional ”Inovasi Teknologi Kacang-Kacangan Dan Umbi-Umbian Mendukung Kemandirian Pangan & Kecukupan Energi”. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian Suriadikarta D.A., Prihatini T., Setyorini D. dan Hartatik W. 2005. Teknologi Pengelolaan Bahan Organik Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Tillman, B.L. and D.L. Wright. 2009. Producing Quality Peanut Seed. IFAS Extension University of Florida. Dokumen nomor SS-AGR-187 Trustinah, Kasno A., dan Wijanarko A. 2009. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Volume : PP28/03/2009. Wijanarko A, Rahmianna A.A, Sudaryono. 2013. Status Kesuburan Lahan kering Alfisol dan Usaha Peningkatan Produktivitas Kacang Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Bogor Yurnalis. 2006. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk An Organik terhadap Pertumbuhan, produksi serta mutu benih kacang tanah. Thesis. Institut Pertanian Bogor. Zhang H, D’Aoust F, Charles TC, Driscoll BT, Prithiviraj B, Smith DL, 2002, Bradyrhizobium japonicum Mutants Allowing Improved Soybean Yield In Short Season Area With Cool Spring Soil Temperatures, Crop Sciens 42: 1186-1190
374