Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013
86
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDENGAR RADIO DALAM PENYEBARAN INFORMASI DI WILAYAH KEPULAUAN (KASUS KECAMATAN WEDA SELATAN, KABUPATEN HALMAHERA TENGAH, MALUKU UTARA) THE FACTORS OF INFLUENCE LISTENING RADIO BROADCAST ON DIFFUSION OF INFORMATION IN ARCHIPEAGO (CASE OF WEDA SELATAN DISTRICT, HALMAHERA TENGAH GERENCY, MALUKU UTARA) AA Kusumadinata1a 1 Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No. 1
Kotak Pos 35 Ciawi Bogor 16720
a Korespondensi: Ali Alamsyah Kusumadinata, Email:
[email protected]
(Diterima: 09-07-2013; Ditelaah: 11-07-2013; Disetujui: 14-09-2013)
ABSTRACT The aims of this research were: (1) determining the farmer’s behavior on listening radio broadcast about diffusion of wet rice technology information on Maluku Utara; (2) analyzing the factors that influence farmers behavior on listening radio broadcast. This research used survey method. Purposive approach was used act to determine the location and sample of thus research. Thirty farmers have been chosen from two farmers groups. This research was conducted in Weda Selatan District, Maluku Utara province. This research was taken pleace from May 2013. The findings from this research shows that farmers have a high frequent on listening radio broadcast (five time on a week with average on hours a day). The factors that extremely influencing the farmers behavior on listening radio broadcast were age, institutional support, content from the broadcast, time from the broadcast, program format, the announcer style of broadcast, interpersonal media, printed media, television, and sosial status. Key words: radio broadcast, internal and eksternal factors.
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio berupa penyebaran informasi teknologi pertanian di wilayah kepulauan; (2) menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi perilaku petani mendengarkan siaran radio dalam penyebaran informasi teknologi pertanian di wilayah kepulauan. Penelitian ini menggunakan metode survei penentuan lokasi dalam sampel penelitian ini adalah dengan purposive, yaitu 30 petani yang berasal dari dua kelompok tani. Lokasi penelitian ialah Kecatamatan Weda Selatan, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio yakni frekuensi mendengarkan cukup tinggi yaitu lima kali dalam satu minggu dengan waktu mendengarkan rata-rata 1 jam, isi siaran dirasakan bermanfaat terkait teknologi budidaya pada sawah. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio adalah umur, dukungan kelembagaan, isi siaran, waktu siaran, format acara, gaya penyampaian, media interpersonal, media cetak, media TV, dan status sosial. Kata kunci: siaran radio, faktor internal dan eksternal. Kusumadinata AA. 2013. Faktor-faktor yang memengaruhi pendengar radio dalam penyebaran informasi di wilayah kepulauan (kasus Kecamatan Weda Selatan, Kabupaten Halmahera, Maluku Selatan). Jurnal Sosial Humaniora 4(2): 86-100.
Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013
PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu provinsi kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang lebih luas jika dibandingkan dengan daratan. Karakteristik wilayahnya gugus pulau, pedalaman Halmahera, pegunungan, pesisir, dan dominan lintas laut. Masyarakat pertanian dengan berbagai macam tantangan diharapkan dapat mengembangkan pertanian di Maluku Utara sejajar dengan komoditi lainnya. Tantangan yang sangat dirasakan saat ini adalah mendiseminasikan informasi pertanian ke wilayah-wilayah yang terpencil dan sulit terjangkau karena terletak pada remote area dengan keterbatasan infrastruktur umum maupun infrastruktur pertanian yang masih rendah, seperti fasilitas jalan tani, jalan usaha tani, sumber informasi tani, media komunikasi, dan lain-lain dengan tingkat aksesibilitas yang minim. Oleh karena itu, dibutuhkan penyelesaian yang tepat sesuai dengan metode dalam penyampaian informasi dan komunikasi. Pada aspek sumber daya manusia masih relatif rendah sehingga menambah tantangan dalam menerima penyampaian komunikasi, baik melalui media massa seperti siaran radio, siaran televisi, surat kabar, dan media lainnya. Masyarakat pertanian di Maluku Utara dengan kondisi agroekologinya dan kultur yang beragam tentu menjadi masalah untuk setiap kegiatan program yang dikembangkan. Berbagai bentuk media massa yang dapat digunakan untuk membantu pemerintah dalam hal penyebar luasan informasi, antara lain televisi, radio, surat kabar, dan majalah. Dengan proses penyebaran informasi dari berbagai media massa, maka teknologi pertanian diharapkan akan mudah dipahami, dimengerti, dan sekaligus dapat diadopsi. Penyebaran informasi mengenai teknologi pertanian harus disesuaikan dengan kondisi karakteristik wilayah setempat atau teknologi spesifik lokasi. Dengan teknologi yang spesifik lokasi, yang dicanangkan melalui program pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup petani beserta keluarganya melalui berbagai cara, salah satunya dengan memperbanyak media untuk penyebaran informasi, salah satunya adalah lebih intensif melakukan penyuluhan, temu lapang, siaran radio, siaran televisi, dan surat kabar.
87
Berangkat dari kondisi yang ada, maka selain media cetak, masyarakat Maluku Utara masih menjadikan radio sebagai media yang paling esensial dan cukup efektif dalam fungsinya untuk memeroleh informasi pertanian jika dibanding dengan media massa lainnya. Menurut Wiraatmadja (1997), radio mampu memberikan pendidikan terhadap petani melalui program siaran pedesaan sebagai salah satu bentuk metode penyuluhan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Penggunaan siaran radio merupakan langkah awal pada tahap kesadaran, artinya dengan adanya siaran radio maka petani diharapkan dapat tertarik dan sadar adanya suatu inovasi teknologi. Sifat dari pemberian informasi ini adalah massal dengan target semua pendengar atau populasi. Setelah adanya pemahaman dan ketertarikan petani diharapkan muncul motivasi individu dan kelompok untuk mencari solusi, baik melalui penyuluhan maupun petugas teknik lainnya yang kemudian mencoba dan pada akhirnya stimulus teknologi padi sawah dapat diadopsi. Upaya untuk mewujudkan peran radio sebagai media siaran tersebut perlu adanya peran serta pemerintah, khususnya masyarakat petani itu sendiri. Peran serta ketiga elemen tersebut dapat dibangun melalui komunikasi yang informatif, persuasif, dan edukatif yang dilakukan secara timbal balik. Melalui komunikasi seperti itu, petani akan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha taninya. Kondisi real dilapangan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Maluku Utara masih menjadikan radio sebagai media pendidikan nonformal yang paling penting dalam mengakses suatu informasi dan teknologi. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio berupa penyebaran informasi teknologi pertanian di wilayah Kepulauan?; (2) faktorfaktor apa sajakah yang memengaruhi perilaku petani terhadap siaran radio dalam penyebaran informasi teknologi pertanian di wilayah Kepulauan? Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio berupa penyebaran infromasi teknologi pertanian di wilayah Kepulauan, dan (2) menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi perilaku petani mendengarkan
88
Kusumadinata
siaran radio dalam penyebaran informasi teknologi pertanian di wilayah Kepulauan.
Kerangka Pemikiran
Penelitian tentang pengaruh siaran radio dalam penyebaran informasi teknologi budi daya padi sawah ini menggunakan acuan konsep proses komunikasi Rogers (2003). Komponen komunikasi inovasi pertanian yang akan diteliti meliputi sumber, pesan, saluran, penerima, dan efek. Komponen komunikasi dalam penelitian yang dimaksud antara lain: 1) sumber inovasi adalah sumber yang mengkomunikasikan inovasi pertanian melalui siaran radio, 2) pesan adalah inovasi pertanian, 3) saluran komunikasi adalah media yang dapat digunakan petani untuk memeroleh inovasi pertanian yang terdiri dari siaran radio, surat kabar, dan media komunikasi interpersonal, 4) penerima adalah petani dalam hal ini adalah kelompok tani, dan 5) efek adalah keefektifan siaran radio sebagai media diseminasi komunikasi pembangun pertanian. Pengaruh siaran radio dalam proses penyebaran informasi adalah tingkat pencapaian tujuan komunikasi tentang inovasi pertanian melalui siaran radio. Rogers (2003) mengemukakan bahwa apabila sumber atau komunikator hanya berkeinginan untuk memberitahu seseorang tentang suatu inovasi, maka lebih tepat kalau memilih media massa sebagai saluran komunikasi karena lebih cepat, efisien, dan pendengarnya banyak tersebar di wilayah yang luas. Pendapat ini diperjelas dengan pernyataan bahwa dalam komunikasi inovasi, media massa digunakan pada tahap pengenalan dengan efek yang diharapkan adanya perubahan pengetahuan. Peranan siaran radio yang merupakan salah satu dari media massa juga mempunyai tujuan terdapatnya perubahan pengetahuan pada penerima dalam proses komunikasi inovasi pertanian yang diselenggarakannya. Konsep tersebut menjadi acuan penelitian ini mengenai peranan siaran radio dalam tingkat pengetahuan petani terhadap inovasi pertanian yang sudah disiarkan radio. Munthe (1996) mengungkapkan bahwa penggunaan siaran radio amat praktik. Seseorang yang menghidupkan pesawat radionya dapat segera mendengarkan. Apabila
Perilaku petani mendengarkan radio pertanian
seseorang tidak menyenangi program yang didengar, pendengar dapat memutar atau menekan tombol pengubah gelombang dan mencari siaran yang memenuhi seleranya. Demikian banyak khalayak stasiun pemancar radio, terutama di perkotaan, sehingga memberikan kemudahan bagi khalayak untuk mencari program yang disukai. Selanjutnya, salah satu khalayak yang merupakan penikmat media elektronik radio adalah kalangan muda yang biasa disebut remaja. Pada kenyataannya, banyak kalangan usia muda menjadi pendengar setia acara siaran radio. Hal ini karena radio berfungsi sebagai alat memberikan informasi (fungsi informatif, artinya melalui isinya seseorang dapat mengetahui dan memahami sesuatu), alat mendidik (fungsi edukatif, artinya dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan moral seseorang), dan alat menghibur (fungsi entertainment, artinya melalui siaran isinya seseorang dapat disenangkan hatinya, dipenuhi hobinya, dan diisi waktu luangnya). Peranan siaran radio ini berhubungan dengan berbagai komponen komunikasi yaitu sumber, pesan, saluran, dan penerima. Berlo (1960) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang menentukan efektivitas proses komunikasi dari sumber adalah tingkat pengetahuan, baik mengetahui tentang materi yang akan disampaikan, sikapnya sendiri, maupun tentang ciri-ciri penerimaannya. Faktor-faktor dari komponen pesan yang menentukan antara lain: (1) tingkat kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan informasi penerima, (2) tingkat kesesuaian bentuk penyajian dengan bentuk yang diharapkan penerima, dan (3) tingkat kesesuaian waktu penyajian pesan dengan waktu yang diharapkan penerima (Lionberger dan Gwin 1982). Komponen saluran komunikasi yang diduga berpengaruh pada tingkat efektivitas siaran radio adalah (1) frekuensi penggunaan siaran radio sebagai media komunikasi inovasi pertanian, (2) frekuensi penggunaan media massa lain yaitu siaran televisi, surat kabar, dan media komunikasi interpersonal. Media massa lain dan komunikasi interpersonal ini dapat memengaruhi tingkat efektivitas siaran radio seperti hasil penelitian Shingi dan Mody dalam Rogers (1985) yang berhubungan dengan siaran televisi di India.
Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013
Gambar 1. Hubungan variabel faktor-faktor yang memengaruhi pendengar radio dalam penyebaran informasi di wilayah kepulauan.
MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Weda Selatan yang merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam remote area lingkaran RRI Ternate, Kabupaten Hamahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Dasar pertimbangan memilih desa ini adalah waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 Penelitian menggunakan metode survei. Metode survei melaksanakan penelitian, satu informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner, dengan dibatasi pada pengertian survey sampel sebagai informasi dari sebagian populasi yang mewakili seluruh pupolasi yang ada. Materi siaran pedesaan disusun oleh peneliti dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang berada di lokasi penelitian dan sesuai dengan kebutuhan responden tentang budi daya pada sawah. Setelah materi dibuat, materi dibawa ke pihak stasiun RRI Ternate untuk disiarkan. Populasi di sini adalah petani padi sawah di Kecamatan Weda Selatan yang mendengarkan radio. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representatif untuk mewakili populasi yang bersangkutan (Sugiono 2008). Penentuan lokasi dan sampel penelitian ini adalah dengan purposive, yaitu 30 petani yang berasal dari dua kelompok tani. Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data yang berkaitan dengan peubah bebas dan terikat. Data tersebut diperoleh dari anggota petani padi sawah yang sudah ditetapkan sebagai petani sampel,
89
sedangkan data sekunder didapat dari dinasdinas lingkup pertanian Kabupaten Halmahera Tengah sebagai sumber informasi teknologi yang disiarkan melalui RRI Ternate. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan keadaan geografi dan demografis lokasi penelitian serta pengaruh siaran radio dalam mengakses berbagai macam informasi instrumentasi yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian berupa kuesioner terstruktur yang berisi daftar pertanyaan dan pertanyaan yang relevan dengan peubah yang teliti. Kuesioner terdiri atas indikator-indikator yang terkait dengan variabel-variabel sebagai berikut: faktor internal, fackor eksternal, penilaian petani terhadap siaran radio, dan perilaku petani dalam mendengarkan radio.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik responden terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi umur, pendidikan, dan status sosial. Faktor eksternal meliputi keterjangkauan sumber informasi dan dukungan kelembagaan. Hasil penelitian mengenai sebaran karakteristik responden disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Persentase Responden Berdasarkan Karakteristik Internal Responden No 1 2 3
Karakteristik Internal Umur 18 - 36 tahun 37 - 56 tahun 54 - 70 tahun Pendidikan Tidak sekolah SD SLTP SLTA Status Sosial Rendah Sedang Tinggi
Persen 50 25 25 10 50 30 10 60 20 20
Tabel 1 menunjukkan sebuah karakteristik responden berdasarkan faktor internal. Terlihat setengah dari responden berusia relatif masih muda yakni 19 sampai 36 tahun, seperempat lainnya berusia antara 37 sampai 53 tahun, dan seperempat lainnya berusia 57 sampai 70 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan petani padi dengan umur produktif. Sebagaimana hasil pengamatan di
90
Kusumadinata
lokasi penelitian, kebanyakan masyarakat yang mengelola usaha tani sawah melakukan kegiatan bertani sebagai mata pencaharian utama dengan usia yang relatif masih muda. Hal ini disebabkan ketersediaan lahan yang cukup banyak dan pengetahuan, serta keterampilan yang dimiliki kebanyakan adalah tentang berusaha tani pada sawah sehingga sektor ini lebih menjanjikan dibanding sektor lain. Umur merupakan suatu faktor yang memengaruhi kemampuan fisik seseorang baik dalam berfikir maupun dalam bekerja, serta menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat adanya keragaman perilaku. Semakin lanjut usia seseorang (di atas 50 tahun), maka kemampuannya akan berkuranga. Hal ini disebabkan oleh kerja otot semakin menurun, lamban untuk mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa dilakukannya. Ada dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang berhubungan dengan umur yaitu (1) mekanisme belajar dan kematangan otak, organ-organ sensual, dan organ-organ tertentu, serta (2) akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar yang lain. Tingkat pendidikan formal responden sebagian besar adalah Sekolah Dasar (SD), yakni sekitar setengah dari seluruh responden. Pendidikan yang rendah lebih mendominasi di wilayah ini dengan menamatkan Sekolah Dasar sebesar 50%. Kondisi tersebut terjadi karena sulitnya akses masyarakat terhadap pendidikan dimana letak sekolah setingkat SLTA berada di luar desa dengan jarak menuju sekolah yang relatif jauh. Selain itu, sarana transportasi sangat terbatas sehingga mobilitas warga juga sangat terbatas. Kecamatan Weda Selatan hanya memiliki fasilitas pendidikan setingkat SLTP dengan jumlah guru yang belum memadai sehingga dapat dikatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan di desa ini bukanlah karena ketidakmampuan warga membiayai keperluan sekolah tetapi lebih karena keterbatasan sarana pendidikan. Keterbatasan pendidikan tersebut tentunya merupakan hal yang cukup krusial mengingat pendidikan adalah jalan yang paling baik untuk memajukan masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Houle dalam Halim (1992) bahwa pendidikan merupakan proses pengembangan pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang dapat dilakukan secara
Perilaku petani mendengarkan radio pertanian
terencana sehingga diperoleh perubahan dalam meningkatkan taraf hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan seseorang dalam memeroleh atau mendapatkan pengetahuan. Pendidikan menggambarkan tingkat kemampuan kognitif dan derajat ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang. Status sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana keterlibatan responden terhadap lembaga atau organisasi yang ada, baik formal maupun informal. Indikator yang digunakan adalah pengurus inti, pengurus biasa, dan anggota. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan dalam Tabel 1 yang menunjukkan bahwa status sosial responden sebagian besar adalah rendah. Artinya, tingkat keterlibatan responden dalam lembaga ataupun organisasi baik formal maupun informal rendah. Rendahnya status sosial responden tidak lepas dari rendahnya tingkat pendidikan yang menyebabkan kurangnya pengetahuan serta keterampilan dalam hal organisasi dan kelembagaan. Variabel karakteristik eksternal responden berupa kejangkauan sumber informasi sebagaimana dalam Tabel 1 yang menunjukkan bahwa dari lima media yang dapat diakses, hanya radio yang kebanyakan responden menjawab mudah atau cukup mudah diakses, media televisi, koran, majalah, dan leaflet merupakan media yang sulit dijawab responden. Dari hasil wawancara di lokasi penelitian, warga masyarakat kebanyakan tidak dapat mengakses koran, majalah, dan leaflet. Hal ini juga terlihat dari kepemilikan mereka terhadap media tersebut, sebagian besar warga tidak pernah memiliki majalah atau koran. Siaran radio yang dapat diakses berasal dari stasiun RRI Samarinda, Gorontalo, dan Ternate. Format acara berupa siaran pedesaan melalui acara yang kebanyakan responden menyatakan mendengarkan siaran pedesaan melalui acara yang disiarkan oleh stasiun radio tersebut. Meskipun disiarkan oleh RRI dari luar wilayah Maluku Utara, namun acara tersebut dirasakan memberikan informasi yang cukup dibutuhkan oleh responden. Berikut Tabel 2 tentang persentase penilaian responden terhadap keterjangkauan akses informasi.
Tabel No 1
2
3
4
5
2.
Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013
Persentase Penilaian Responden terhadap Keterjangkauan Akses Informasi
Keterjangkauan Akses Informasi Televisi
Radio
Koran
Majalah
Leaflet
Penilaian
Sangat Sulit Sulit Cukup Sulit Mudah Sangat Mudah Sangat Sulit Sulit Cukup Sulit Mudah Sangat Mudah Sangat Sulit Sulit Cukup Sulit Mudah Sangat Mudah Sangat Sulit Sulit Cukup Sulit Mudah Sangat Mudah Sangat Sulit Sulit Cukup Sulit Mudah Sangat Mudah
Persen
25 10 25 25 15 10 10 60
terpencil. Demikian juga dengan persuratkabaran pedesaaan yang mapan dan berdasar luas dapat sangat membantu dalam mendidik, memotivasi, dan mengembangkan opini publik bagi pembangunan. Pada Tabel 3 berikut disajikan persentase penawaran responden berdasarkan tingkat dukungan kelembagaan.
Tabel 3. Persentase Penawaran Responden Berdasarkan Tingkat Dukungan Kelembagaan No 1
Dukungan Kelembagaan Usaha Tani BPP
15 5 45 15 30 5 5
2
KUD
60 20 10 5 5
65 30 5 0 0
Media yang kebanyakan dimiliki adalah radio dengan tingkat kepemilikan hampir seratus persen, televisi (80%), dan selebihnya tidak memiliki media lain sebagai sumber informasi. Menurut Jahi (1988), media siaran yang memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan pedesaan di dunia ketiga adalah radio dan televisi karena dapat dengan mudah menjangkau massa yang berada di tempat
91
3
Kelompok Tani
Penilaian
Persen
Sangat tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Agak bermanfaat Bermanfaat Sangat bermanfaat Sangat tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Agak bermanfaat Bermanfaat Sangat bermanfaat Sangat tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Agak bermanfaat Bermanfaat Sangat bermanfaat
5
10 20 15 50 10 15 10 40 25 0 0
30 15 55
Hasil penelitian seperti ditampilan dalam Tabel 3 menunjukkan dukungan dari beberapa lembaga yang ada termasuk baik. Hal ini terlihat dari pernyataan responden dari sebagian besar menyatakan bahwa dukungan lembaga-lembaga tersebut bermanfaat atau sangat bermanfaat dalam pengelolaan usaha tani mereka. Dukungan dari BPP dirasakan sangat bermanfaat oleh setengah dari seluruh responden. Demikian pula dengan dukungan yang diberikan oleh KUD dinyatakan bermanfaat dan dukungan kelompok tani
92
Kusumadinata
dinyatakan sangat bermanfaat oleh setengah dari seluruh responden. Sebagaimana pengamatan yang dilakukan di lokasi penelitian, ketiga lembaga tersebut cukup berperan dalam membantu petani mengelola usaha tani padi. BPP misalnya, lembaga tersebut sangat membantu petani dalam memperkenalkan metode-metode maupun teknologi baru yang berkaitan dengan pertanian. Petani memeroleh pengetahuan melalui penyuluhan maupun percontohan yang dilakukan oleh pihak BPP. Selain itu, lembaga keuangan desa atau KUD merupakan wadah petani untuk memeroleh bantuan yang berkaitan dengan keuangan atau peralatan pertanian, seperti alat mekanisasi, bibit, pupuk, maupun pestisida. Hal ini dirasakan sangat membantu petani, mengingat prosedur pengajuan bantuan yang diberlakukan tidak begitu rumit seperti halnya lembaga keuangan formal pemerintah. Oleh karena itu, keberadaan lembaga tersebut perlu terus dipertahankan melalui pemberian pelatihan dengan manajemen baik keuangan maupun organisasi bagi pengurus. Demikian pula dukungan lembaga kelompok tani dirasakan sangat bermanfaat bagi petani. Kelompok tani menjadi wadah belajar bagi petani, terutama dalam mengatasi masalah yang ditemukan di lahan. Lembaga ini juga merupakan tempat petani bersosialisasi, menghidupkan suasana kekeluargaan, sekaligus menjadi media komunikasi dengan pemerintah maupun organisasi non pemerintah.
Penilaian Responden terhadap Siaran Radio
Penilaian petani terhadap siaran radio yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian petani terhadap tingkat kesesuaian isi siaran, waktu siaran, format siaran, dan gaya penyampaian siaran dengan kondisi yang ada dan dirasakan oleh petani padi sawah. Hasil penelitian tenang penilaian petani terhadap siaran radio disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap isi siaran lebih dari setengah dari seluruh responden menyatakan cukup sesuai, sedangkan kurang dari seperlima menilai sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Hal ini berarti bahwa isi siaran yang disampaikan oleh stasiun radio yang menyiarkan program siaran pedesaan dirasakan masih kurang sesuai dengan kebutuhan petani.
Perilaku petani mendengarkan radio pertanian
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Penilaian Persentase Siaran Radio No 1
2
3
4
Siaran Radio Isi Siaran
Waktu Siaran
Format/ Kemasan Siaran
Gaya Penyampaian Siaran
Penilaian Sangat tidak sesuai Tidak sesuai Cukup sesuai Sesuai Sangat sesuai Sangat tidak sesuai Tidak sesuai Cukup sesuai Sesuai Sangat sesuai Sangat tidak sesuai Tidak sesuai Cukup sesuai Sesuai Sangat sesuai Sangat sidak sesuai Tidak sesuai Cukup sesuai Sesuai Sangat sesuai
Jumlah
Persen
3
10
3 2
10 7
1
21 0
3
70 0
0
0
6 0
20 0
18 1
60 3
0
0
9 2
30 7
18 1
60 3
3
10
18 2
60 7
6
20
Jika dicermati lebih lanjut, isi siaran yang disampaikan masih berkisar tentang teknik budi daya padi sawah, sementara petani padi di lokasi penelitian sudah mengerti betul tentang teknis budi daya. Petani pada umumnya menginginkan materi yang memberikan informasi tentang bibit atau benih unggul, informasi harga, baik harga padi maupun harga
Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013
peralatan pertanian seperti pupuk dan pestisida yang disajikan pada Tabel 4 di atas. Penilaian petani terhadap waktu siaran sebagaimana disajikan dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa 80% responden menilai sesuai. Hasil tersebut berarti bahwa sebagian besar responden menginginkan penyesuaian waktu siaran dengan waktu yang dimiliki petani. Waktu yang tepat menurut mereka adalah pada pagi hari lebih awal dan sore hari selepas magrib. Waktu-waktu tersebut lebih sesuai karena secara umum petani sedang berada di rumah. Sebagian besar petani juga menilai cukup sesuai terhadap format atau kemasan siaran pedesaan yang menyiarkan materi pertanian. Secara keseluruhan, format siaran yang digunakan cukup bervariasi, dimana terdapat bentuk dialog, narasi, maupun interaktif. Namun demikian, petani mengalami kesulitan dalam mengikuti format interaktif, dimana rata-rata petani tidak dapat berpartisipasi dalam acara karena keterbatasan sarana komunikasi. Demikian halnya dengan penilaian petani dengan tentang gaya penyajian siaran. Sebagaimana tersaji dalam Tabel 4, sebagian besar menilai cukup sesuai dengan keinginan petani. Gaya penyampaian dalam hal ini terkait dengan penggunaan bahasa, suara penyiar maupun suara-suara pendukung seperti jingle dan back sound. Informasi pertanian yang disampaikan lewat siaran radio cukup dirasakan manfaatnya oleh petani, apalagi jika materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang dimiliki petani. Oleh karena itu, keberadaan siaran pedesaan dan program-program pendukungnya perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan kualitasnya agar masyarakat khususnya petani dapat memeroleh informasi untuk meningkatkan usaha taninya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Van Den Ban dan Hawkins (1999) bahwa media massa dapat digunakan untuk mengubah pola perilaku, terutama yang kecil dan kurang penting, atau perubahan untuk memenuhi keinginan yang ada. Media tersebut selain untuk menyampaikan informasi, juga untuk menyampaikan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada orang lain. Selain itu, Asian Institute of Journalism (1988) menyebutkan bahwa penting untuk memperkokoh sumber media yang ada agar masyarakat lebih banyak kesempatan untuk memeroleh informasi seperti program pembangunan yang diprioritaskan, mendidik penduduk pedesaan seperti para pemuda yang tidak bersekolah dan kelompok-kelompok yang miskin, dan menggerakkan rakyat ke arah pertumbuhan dan pembangunan yang berswadaya.
Keterdedahan terhadap Media Lain
Hasil penelitian tentang keterdedahan terhadap media lain disajikan dalam Tabel 5. Keterdedahan petani terhadap media interpersonal berdasarkan hasil penelitian cukup tinggi. Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar petani melihat informasi yang disampaikan melalui interaksi personal dalam hal ini penyuluh cukup sesuai atau sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan. Penyuluh merupakan salah satu sumber informasi penting bagi petani karena penyuluh adalah petugas dari instansi pemerintah yang memang ditugaskan untuk membantu petani menyelesaikan masalah yang ditemui bagi lahan usaha taninya. Interaksi secara langsung tersebut cukup efektif bagi berlangsungnya proses komunikasi karena petani dapat menanyakan secara langsung maupun melihat secara langsung pesan yang disampaikan oleh penyuluh.
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Penilaian Responden terhadap Media Massa Lain No Keterdedahan Reponden 1 Keterdedahan terhadap media interpersonal (PPL) 2
Keterdedahan terhadap media cetak
93
Penilaian Sangat tidak sesuai
Tidak sesuai Cukup sesuai Sesuai Sangat sesuai Sangat tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Cukup bermanfaat Bermanfaat Sangat bermanfaat
Jumlah 0 1 17 12 0 10 0 14 4 2
Persen 0 3 57 40 0 33 0 47 13 7
94
3
Kusumadinata
Keterdedahan terhadap media televisi
Keterdedahan petani terhadap media cetak menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah dari seluruh responden menyatakan keberadaan media cetak cukup bermanfaat, namun hampir setengah lagi menyatakan tidak bermanfaat. Hal ini berarti bahwa keberadaan media cetak belum dirasakan manfaatnya oleh petani. Kebanyakan media cetak yang ada di lokasi penelitian tidak memberikan porsi yang cukup untuk informasi pertanian. Rubrik semacam ini masih jarang ditemukan dalam kolom media cetak lokal, seperti koran. Informasi yang ada lebih banyak tentang publik maupun tindak kriminal, padahal media cetak seperti koran, leaflet, dan semacamnya merupakan media yang tergolong murah dan mudah menjangkau petani. Bagaimana dikemukakan oleh Van Den Ban dan Hawkins (1999) bahwa surat kabar dan media cetak lainnya merupakan media yang paling murah untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Keterdedahan petani terhadap media televise berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai media televisi cukup bermanfaat dan bermanfaat dalam menambah informasi yang dibutuhkan. Namun, bila ditinjau lebih jauh, televisi lebih berfungsi sebagai hiburan bagi petani. Meskipun 85% responden telah memiliki pesawat televisi, namun media tersebut tidak dapat mengjangkau siaran televisi lokal sehingga informasi spesifik tentang budi daya padi tidak dapat diperoleh.
Perilaku Petani dalam Mendengarkan Siaran Radio
Perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio yang dimaksud dalam penelitian ini adalah (1) frekuensi petani mendengarkan siaran radio yang berkaitan dengan siaran pedesaan dalam waktu satu minggu, dan (2) jumlah waktu (jam) yang dicurahkan petani untuk mendengarkan setiap siaran yang disajikan dalam setiap acara terhadap kesesuaian dengan kebutuhan petani. Acara siaran pedesaan yang didengarkan oleh petani disiarkan oleh RRI Ternate yang disiarkan setiap dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Hasil penelitian tentang perilaku
Perilaku petani mendengarkan radio pertanian
Sangat tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Cukup bermanfaat Bermanfaat Sangat bermanfaat
0 1 14 7 8
petani dalam mendengarkan disajikan dalam Tabel 6.
0 3 47 23 27
siaran radio
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Mendengarkan Siaran Radio No 1
Variabel Frekuensi (kali/ minggu)
2
Jumlah waktu (jam/ minggu)
3
Isi Siaran
Kategori Tidak mendengarkan 1 - 2 kali 3 - 4 kali 5 - 6 kali Lebih dari 6 kali Tidak mendengarkan 1 - 2 jam 3 – 4 jam 5 – 6 jam Lebih dari 6 jam Sangat tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Netral Cukup bermanfaat Bermanfaat
Jumlah 0
% 0
3 6 12 9
10 20 40 30
4 5 10 11
13 17 33 37
0
0
0
0
7 11 12
0
0
23 37 40
Frekuensi mendengarkan siaran radio oleh petani sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 6 menunjukkan sebagian besar petani mendengarkan siaran radio khususnya acara siaran pedesaan di atas lima jam dalam satu minggu. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa hampir setiap hari petani meluangkan waktu untuk mendengarkan siaran pedesaan. Minat petani untuk mendengarkan siaran pedesaan cukup tinggi. Kondisi tersebut merupakan peluang yang sangat baik untuk mengembangkan petani melalui media siaran radio. Oleh karena itu, perlu upaya yang lebih maksimal dari pihak penyelenggara siaran untuk meningkatkan kualitas siaran, khususnya berkaitan dengan transmisi siaran mengingat kondisi siaran radio sering terganggu sehingga menyulitkan petani untuk mendengarkan siaran.
Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013
Jumlah waktu yang digunakan petani untuk mendengarkan siaran pedesaan juga tergolong tinggi. Hal ini terkait dengan frekuensi petani mendengarkan siaran pedesaan, dimana dalam sehari siaran pedesaan disiarkan dua kali yakni pagi, sore, atau malam. Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, petani memilih satu waktu siaran dalam sehari yaitu pagi atau sore, dimana siaran tersebut berdurasi selama satu jam. Pemilihan waktu tersebut terkait dengan format acara karena acara sore merupakan pengulangan acara pagi, sehingga bagi kebanyakan petani yang telah mendengarkan acara tersebut pagi hari tidak lagi mendengarkannya pada siaran sore atau malam. Penilaian petani terhadap isi siaran berdasarkan Tabel 6 sebagian besar menyatakan bermanfaat. Hal ini menunjukkan bahwa petani merasakan adanya manfaat yang dirasakan terkait perbaikan usaha tani yang mereka kerjakan. Kebanyakan petani mendapatkan informasi tambahan setelah mendengarkan siaran radio pedesaan. Isi siaran dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh petani, misalnya menyederhanakan istilah-istilah dengan menggunakan bahasa setempat. Siaran radio memiliki peranan penting untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam mengelola usaha taninya. Hal tersebut terkait beberapa keunggulan yang dimiliki radio sebagai media yang mudah dan murah sebagaimana dikemukakan oleh Jahi (1988). Jahi (1988) mengemukakan bahwa radio merupakan satu-
satunya alat komunikasi yang efektif untuk menghubungi tempat-tempat terpencil. Selain itu, radio tidak terhambat oleh tingkat ketidakmampuan baca dan tulis penduduk pedesaan.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Petani dalam Mendengarkan Siaran Radio
Beberapa variabel yang diidentifikasi berhubungan dengan perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio yaitu umur, pendidikan, status sosial, akses informasi, dukungan kelembagaan, penilaian petani terhadap siaran radio (isi, waktu, format, gaya penyampaian), dan keterdedahan terhadap media lain (interpersonal, media cetak, dan media TV). Berdasarkan Tabel 7 di bawah ini, beberapa variabel yang menunjukkan hubungan sangat signifikan pada a= 0,01 terhadap penilaian petani terhadap siaran radio dan perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio adalah umur, dukungan kelembagaan, isi siaran, waktu siaran, format acara, gaya kepemimpinan, media interpersonal, media cetak, dan media TV. Hal tersebut berarti bahwa variabel-variabel tersebut memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam menciptakan perilaku mendengarkan radio bagi petani atau dengan kata lain terjadi peningkatan dari variabelvariabel tersebut dapat meningkatkan perilaku petani mendengarkan siaran radio.
Tabel 7. Perilaku Responden dalam Mendengarkan Siaran Radio No
1 2 3 1 2 1 2 3
Variabel
Faktor Internal Umur Pendidikan Status Sosial Faktor Eksternal Akses Informasi Dukungan Kelembagaan Keterdedahan Media Media Interpersonal Media Cetak Media TV
Keterangan: *Signifikan pada a = 0,05
95
Koefisien Korelasi Spearman Perilaku Mendengarkan Radio Frekuensi Waktu Acara
0,590* 0,430* 0,514*
0,601* 0,330* 0,469
0,600* 0,325* 0,505*
0,817* 0,822* 0,868*
0,859* 0,863* 0,863*
0,915* 0,828* 0,828*
0,187 0,729*
0,098 0,758*
0,007 0,757*
96
Kusumadinata
Umur Hasil uji korelasi spearman untuk hipotesis 1 (umur) menunjukkan semakin bertambah umur, maka semakin baik penilaian dan perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio. Hal ini diasumsikan bahwa semakin bertambah umur petani, maka semakin memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap siaran radio khususnya yang berkaitan dengan siaran pedesaan. Padmowihardjo (1994) mengungkapkan bahwa kemampuan umum untuk belajar berkembang secara gradual semenjak dilahirkan sampai saat kedewasaan. Asumsi ini dapat diketahui bahwa umur lebih lanjut orang akan belajar lebih cepat dan berhasil mempertahankan retensi dalam jumlah besar daripada usia lebih muda. Akan tetapi, setelah mencapai umur tertentu, kemampuan belajar akan berkurang secara gradual dan terasa nyata setelah mencapai umur 55 ataupun 60 tahun dan setelah ini penurunan akan lebih cepat lagi.
Pendidikan
Pendidikan yaitu jenjang pendidikan bersifat formal dan non formal yang pernah responden tempuh. Dilihat dari segi pendidikan formal, sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Pendidikan responden dinilai cukup berpengaruh di dalam perilaku mendengarkan radio dengan frekuensi mendengarkan radio 0,430. Waktu yang digunakan untuk mendengarkan radio responden dari hasil penelitian menunjukkan 0,330, sedangakn pilihan acara yang dinikmati oleh responden dalam mendengarkan radio hanya sebesar 0,32. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dianggap kurang berpengaruh bagi responden dalam mendengarkan radio.
Status sosial
Status sosial adalah tingkatan sosial responden dalam masyarakat dan tingkat pendapatan yang diperoleh pertahun. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Kluting Jaya menunjukkan bahwa frekuensi mendengarkan radio dianggap cukup berpengaruh terhadap status sosial karena dari hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi responden mendengarkan radio menunjukkan 0,514, sedangkan waktu yang dimiliki responden mendengarkan radio menunjukkan 0,469 dan pilihan acara yang
Perilaku petani mendengarkan radio pertanian
sering didengarkan oleh responden menunjukkan 0,505. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kepulauan masih menggunakan radio sebagai media untuk mengakses informasi.
Akses Informasi
Variabel akses informasi tidak menunjukkan hubungan signifikan terhadap penilaian dan perilaku petani mendengarkan siaran radio. Artinya, variabel tersebut tidak dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan perilaku petani. Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, pendidikan petani umumnya adalah SD, namun demikian tidak menjadi faktor pembatas bagi petani untuk mendengarkan siaran radio. Hal ini terkait dengan sifat radio yang bersifat aural sehingga tidak diperlukan keterampilan baca tulis bagi pendengarnya. Selain itu, pesan yang disampaikan dalam siaran tersebut telah dikemas sedemikian rupa sehingga bagi petani dengan tingkat pendidikan rendah dapat memahami pesan atau siaran yang dimaksud. Petani di lokasi penelitian juga umumnya telah memiliki pesawat radio yang memadai untuk mendapatkan siaran yang disiarkan oleh pemancar radio setempat. Oleh karena itu, akses informasi tidak menjadi kendala bagi petani khususnya siaran radio.
Dukungan Kelembagaan
Korelasi sangat signifikan juga terjadi pada variabel dukungan kelembagaan. Artinya, semakin baik dukungan yang diberikan oleh lembaga yang berkaitan dengan petani padi sawah, maka semakin baik penilaian dan perilaku petani mendengarkan radio. Kelembagaan yang teridentifikasi di lokasi penelitian adalah KUD, BPP, dan kelompok tani. Ketiga lembaga ini dirasakan manfaatnya bagi petani dalam membantu mengelola usaha tani mereka. Dampak dukungan tersebut cukup baik bagi petani sehingga kebutuhan untuk semakin memajukan usaha taninya mendorong petani untuk lebih giat mencari informasi terkait pertanian khususnya padi sawah. Salah satu informasi tersebut adalah siaran radio pedesaan. Dukungan kelembagaan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa petani cukup berpengaruh terhadap frekuensi mendengarkan radio sebanyak 0,729, sedangkan pilihan dalam hal waktu yang paling sesuai adalah 0,758, serta pilihan acara yang
Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013
dianggap paling sesuai adalah 0,757. Selain dari mendengarkan radio, masih ada dukungan lembaga lain dirasakan petani sangat bermanfaat. Menurut Slamet (2003), kebutuhan-kebutuhan dasar manusia bisa merupakan sumber motivasi yang kuat untuk mendorong para petani mau mempelajari Tabel 8. Penilaian Petani terhadap Siaran Radio No
1 2 3 1 2 1 2 3
Variabel
Faktor Internal Umur Pendidikan Status sosial Faktor Eksternal Akses informasi Dukungan kelembagaan Keterdedahan Media Media interpersonal Media cetak Media TV
Keterangan: *signifikan pada a =0,05
Isi Siaran
Kesesuaian isi siaran dengan kebutuhan petani mendorong petani berusaha mendengarkan siaran radio. Isi siaran pada prinsipnya merupakan paket yang dipersiapkan khusus bagi petani terutama yang berkaitan dengan kegiatan petani sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isi siaran mempunyai hubungan yang nyata dengan frekuensi petani mendengarkan siaran radio 0,681. Hasil penelitian menunjukkan hubungan peneliti dalam mendengarkan radio semuanya dinilai signifikan.
Waktu Siaran
Waktu yang digunakan untuk siaran sebagian petani menyatakan sesuai dengan waktu luang yang dimiliki sehingga petani dapat mendengarkan siaran radio tanpa mengganggu waktu kerja di lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu siaran mempunyai hubungan dengan frekuensi petani dalam mendengarkan siaran radio signifikan 0,639, sedangkan waktu siaran juga dinilai mempunyai hubungan dengan jumlah waktu yang dimiliki petani dalam mendengarkan siaran radio signifikan 0,591 dan pilihan acara yang dimiliki petani pada saat siaran waktunya dinilai juga signifikan yaitu 0,555. Koefisien Rank Spearman
97
sesuatu yang baru dan berbeda dengan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaannya. Orang akan belajar yaitu berusaha mengubah perilakunya sendiri bila ia tahu bahwa dengan belajar tersebut dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.
Koefisien Korelasi Spearman Penilaian Petani terhadap Siaran Radio Isi Waktu Format Gaya 0,630* 0,270 0,461*
0,722* 0,265 0,474*
0,520* 0,188 0,566*
0,613* 0,403 0,581*
0,632* 0,751* 0,700*
0,592* 0,746* 0,693
0,906* 0,750* 0,866
0,747* 0,804* 0,841
211 0,725*
120 0,583*
031 0,760*
258 0,757*
perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio dimulai dari frekuensi, jumlah waktu, dan pilihan acara pada saat siaran dinilai semuanya signifikan.
Format Siaran
Dunia siaran merupakan penentuan format sangat penting bagi sebuah stasiun radio untuk mengelompokkan pendengar sehingga sesuai dengan sasaran. Format siaran juga dinilai sesuai oleh petani. Format siaran dibuat sederhana dengan gaya penyampaian yang cukup komunikatif sehingga tidak menyulitkan petani mencerna makna pesan yang disampaikan serta menyesuaikan dengan bahasa setempat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa format siaran radio mempunyai hubungan dengan perilaku petani dalam mendengarkan radio demikian pula terhadap format siaran, pemilihan acara yang dimiliki dalam perilaku petani mendengarkan radio.
Gaya Penyampaian
Materi siaran radio harus mampu menarik pendengar. Untuk itu, materi harus memiliki daya tarik. Daya tarik materi ini dapat dilihat melalui topik materi yang aktual, lengkap, dan terperinci, serta sesuai dengan kebutuhan, mampu memecahkan masalah, menguntungkan
98
Kusumadinata
berdasarkan fakta, sesuai dengan yang diharapkan pendengar, mampu menjawab keingintahuan, sesuai dengan kemampuan petani, sesuai dengan tradisi daerah setempat, mampu merangsang petani untuk melakukan perubahan, dan bersifat praktis. Materi yang disiarkan oleh si pembawa pesan dalam hal ini pihak RRI (penyiar) dapat dicerna dan diterima oleh petani tidak terlepas dari bagaimana penyiar dengan lihai membawakan materi yang disampaikannya. Penyiar harus pandai meramu bahasa dan vokal untuk menarik simpati pendengar atas materi yang disampaikan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi petani dalam mendengarkan siaran radio berkorelasi positif terhadap gaya penyampaian pesan dari pihak RRI 0,860 dan jumlah waktu yang dimiliki petani juga berpengaruh terhadap gaya penyampaian pesan dengan jumlah waktu mendengar sebanyak 0,836, sedangkan pilihan acara yang dinikmati oleh petani dari gaya penyampaian pesan oleh RRI 0,771 perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio. Penilaian yang secara umum baik tersebut berkorelasi dengan perilaku petani, di mana petani memiliki minat yang cukup tinggi untuk mendengarkan siaran radio. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan dimana secara umum waktu yang dialokasikan petani untuk mendengarkan siaran radio cukup banyak hingga mencapai di atas satu jam sehari dengan rata-rata hampir setiap hari dalam satu minggu dan pilihan acara yang umumnya bertajuk siaran pedesaan. Minat yang baik dari petani untuk mendengarkan siaran radio tidak terlepas dari beberapa kelebihan yang dimiliki radio siaran seperti yang dikemukakan oleh Peigh et.al (1979) bahwa akses terhadap media massa radio cukup mudah karena masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup besar dan hanya bermodalkan baterai saja yang harganya tidak terlalu mahal sehingga petani dapat menjangkaunya. Kelebihan lain dari radio ialah sifatnya santai, lebih mudah menyampaikan pesan dalam bentuk acara menarik, dan gaya pikat untuk dapat melancarkan pesan.
Media Interpersonal
Sumber informasi media interpersonal yang biasa dimanfaatkan oleh petani adalah petani lain sesama anggota kelompok dan PPL. Petani sering menggunakan waktunya untuk berdiskusi di lahan pada sore hari dan biasa
Perilaku petani mendengarkan radio pertanian
juga pada malam hari tergantung waktu luang yang ada bagi mereka. Keterdedahan terhadap media menunjukkan korelasi sangat signifikan dengan penelitian dan perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio. Media dimaksud adalah media interpersonal dalam hal ini penyuluh, media cetak, dan media TV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media interpersonal mempunyai hubungan dengan frekuensi 0,817 dan waktu yang digunakan untuk mendengarkan radio mempunyai waktu 0,859, sedangkan pilihan acara yang diminati untuk didengar oleh petani 0,915. Hal ini berarti semakin baik keterdedahan terhadap media tersebut, maka semakin baik perilaku petani dalam mendengarkan radio. Dapat pula diasumsikan bahwa petani dengan keterdedahan media yang baik memiliki perilaku yang baik dalam mendengarkan radio. Petani umumnya merasakan manfaat yang baik dengan keberadaan media tersebut, khusunya penyuluh karena diketahui bahwa media cetak masih terbatas di Desa Kluting Jaya dan media TV secara umum masih berfungsi sebagai hiburan bagi petani sebab tayangan tentang pertanian masih sangat kurang. Namun demikian, media-media tersebut cukup memberikan kontribusi bagi pengembangan wawasan dan kesadaran petani dalam menjalankan kehidupan mereka sebagai petani. Menurut Schramm (1984), segala macam media mulai dari yang mahal dan rumit sampai kepada yang paling sederhana dan murah dapat digunakan dengan efektif untuk mengajarkan tentang pembangunan. Van den Ban dan Hawnkins (1999) mengemukakan bahwa media dapat memengaruhi pikiran dan pembicaraan walaupun tidak dapat memutuskan yang harus dipikirkan. Gagasan baru yang disebar melalui media lebih cepat diterima. Beberapa macam pengetahuan dapat dialihkan melalui media. Variabel lain yang menunjukkan hubungan signifikan terhadap penelitian dan perilaku petani mendengarkan siaran radio adalah status sosial. Hal tersebut berarti bahwa peningkatan status sosial petani dapat meningkatkan penelitian dan perilaku petani mendengarkan siaran radio, walaupun dinilai kurang berpengaruh secara nyata. Status sosial dimaksud adalah keterlibatan petani dalam suatu organisasi, baik organisasi formal maupun nonformal. Petani yang bergabung dalam sebuah informasi memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk selalu mendapatkan informasi dalam memajukan pertanian.
Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013
Penyuluh Pertanian Lapangan (LPP)
Sebagian ujung tombak pembangunan pertanian PPL adalah merupakan perpanjangan tangan dari Departemen Pertanian untuk membantu petani dalam hal berusaha tani. Kegiatan pengembangan kemandirian petani oleh penyuluh tidak lepas dari dukungan penyuluh pertanian formal maupun nonformal.
99
Keterbatasan anggota PPL karena jarak dari lokasi dari kelompok yang satu kekelompok yang lainnya sering mengakibatkan PPL terlambat untuk mengjangkau lokasi binaan. Korelasi antara penilaian petani terhadap siaran radio dengan perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio disajikan dalam Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Hubungan Penilaian Responden dengan Perilaku Responden Mendengarkan Siaran Radio No 1 2 3 4
Variabel
Isi siaran Waktu Siaran Format Siaran Gaya Penyampaian
Keterangan: *signifikan pada a= 0,05
Koefisien Rank Spearman Perilaku Petani dalam Mendengarkan Siaran Radio Frekuensi Jumlah waktu Pilihan acara 0,750* 0,744* 0,681* 0,639* 0,591* 0,555* 0,838* 0,882* 0,824* 0,860* 0,836* 0,771*
Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat korelasi sangat signifikan antara penilaian petani terhadap siaran radio dengan perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio. Hal tersebut berarti bahwa semakin baik penilaian petani terhadap siaran radio, maka semakin baik perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio. Sebagian besar petani menilai baik atau sangat baik atas komponen penyiaran yang meliputi isi siaran, waktu siaran, format siaran, dan gaya penyampaian pesan.
Media Televisi
Untuk pemanfaatan media elektronik televisi bagi masyarakat Desa Kluting Jaya dirasakan sangat bermanfaat. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yaitu frekuensi petani mendengar mempunyai hubungan yang signifikan 0,868 dan waktu luang yang digunakan petani untuk menonton TV 0,862, sedangkan pilihan acara yang diminati oleh petani adalah 0,859. Semua ini dinilai signifikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Namun demikian, kepemilikan media TV ini oleh masyarakat Desa Kluting Jaya sangat ditunggutunggu karena kondisi infrastruktur belum terlalu memungkinkan untuk mengakses informasi dari TV. Hal ini disebabkan belum adanya listrik masuk desa sehingga TV yang dimiliki hanya sebagian pajangan dan terkadang menggunakan gen set sebagai alat penerangan pada malam hari dan hanya digunakan sebagai media hiburan.
Media Cetak Kurang dimanfaatkannya sumber informasi dari media cetak disebabkan di samping oleh tidak terjangkaunya bahan media cetak (brosur, surat kabar, leaflet, maupun majalah) bukan berarti petani tidak bisa membaca, tetapi akses media ini cukup lama tiba di lokasi tersebut. Namun demikian, jika seandainya media tersebut dapat dengan segera diakses oleh petani makan dengan demikian media cetak juga dianggap cukup berpengaruh di Desa Kluting Jaya untuk mengakses informasi terbukti dari hasil penilaian menunjukkan bahwa media cetak berhubungan dengan frekuensi petani membaca sebanyak 0,82 dan waktu yang digunakan untuk membaca pun menunjukkan nilai yang cukup tinggi yaitu 0,863, sedangkan pilihan acara yang sering dibaca pun cukup tinggi yaitu 0,828.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Kesimpulan Radio merupakan media komunikasi yang penting bagi masyarakat kepulauan. Media ini masih diminati dan informasinya dimanfaatkan untuk perkembangan agribisnisnya. Secara lebih rinci penelitian ini dapat disimpulkan: 1) perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio yakni frekuensi mendengarkan cukup tinggi, lebih dari lima kali dalam satu minggu dengan waktu mendengarkan ratarata satu jam, dan isi siaran dinilai sangat
100
Kusumadinata
bermanfaat terkait teknologi budi daya padi sawah; 2) faktor-faktor yang memengaruhi perilaku petani mendengarkan siaran radio umur, pendidikan, status sosial, akses informasi, dan ditambah lagi adanya dukungan kelembagaan. Faktor lainnya yang memengaruhi adalah penilaian petani terhadap siaran radio baik terhadap isi, format, gaya penyampaian, dan keterdedaahan terhadap media lain berupa interpersonal, media cetak, dan media TV. Implikasi Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Diharapkan adanya program interaktif antara pendengar dan program radio agar menghasilkan program yang diunggulkan; 2) Lebih memperhatikan faktor-faktor pendengar dalam meminati siaran program radio; 3) Penelitian lebih lanjut tentang siaran radio dengan kapasitas yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Asian Institute of Journalism. 1988. Media Komunikasi: Kasus dari Philippine. (Editor: Oepen M dan Kingham. Penerjemah: Basalim U). Guna Aksara, Jakarta. Berlo DK. 1960. The Process of Communication: An introduction to Theory and Practive. Holt Rinehart and Winston Inc., New York.
Perilaku petani mendengarkan radio pertanian
Jahi A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. PT Gramedia, Jakarta. Lionberger dan Gwin. 1982. Pengertian Inovasi. Diunduh 01 Juli 2013 dari www.google.com. Munthe MG. 1996. Media Komunikasi Radio (Kumpulan Karangan). Edisi kesatu. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Padmowihardjo S. 1994. Psikologi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka, Jakarta. Peigh TD et al. 1979. The Use of Radio in Sosial Development. The Community and Family Study Center, The University of Chicago, Chicago. Rogers C. 1985. Komunikasi Pembangunan: Perspektif Kritis. LP3ES, Jakarta. Rogers EM. 2003. Communication and Development. Diffusion of innovations. Fifth Edition. The Free Fress, New York. Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R & D. Alfabeta Bandung, Bandung. Schramm W. 1984. Media Besar Media Kecil: Alat dan Teknologi untuk Pendidikan. (Penerjemah: Agafur). IKIP Semarang Press, Semarang. Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. (Penyunting: Yustina I & Sudrajat A). IPB Press, Bogor. Van den Ban. AW & Hawkins HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. (Penerjemah: Herdiasti AD). Kanisus, Yogyakarta. Wiraatmadja S. 1997. Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. Yasagun, Jakarta.