Jurnal Sainsmat, Maret 2013, Halaman 65-78 ISSN 2086-6755 http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat
Vol. II, No. 1
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dalam Pencapaian Kecakapan Ilmiah Mahasiswa Tingkat Pertama Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar Application of Problem Based Learning Model Through Guided Inquiry Approach in Achieving Student Scientific Skills of First Instance Physical Education Studies Program, University of Muhammadiyah Makassar Usman Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar Jl. Daeng Tata Raya, Makassar
Received 12 Desember 2012 / Accepted 20 Februari 2013 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri terbimbing dan pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional (2) mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri terbimbing . Penelitian ini disebut penelitian populasi dengan metode pre–eksperimental design dan bersifat deskriptif, teknik pengumpulan data melalui test, angket dan observasi. Teknik analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif yang meliputi nilai rata-rata, standar deviasi dan analisis presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional dan mahasiwa memberikan respon positif terhadap pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri terbimbing. Kata kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Pendekatan Inkuiri Terbimbing, Kecakapan Ilmiah Mahasiswa.
Korenspondensi: email:
[email protected]
65
Usman (2013)
ABSTRACT
This study aims to (1) determine the achievement of scientific skills of students who are taught with a problem-based learning model through guided inquiry approach and achievement of scientific skills of students who are taught by conventional learning models (2) mengeahui student responses to the implementation of problem-based learning through guided inquiry approach. The study is called the study population with pre-experimental design methods and is descriptive, data collection techniques through tests, questionnaires and observation. Techniques of data analysis done with descriptive statistics that include mean value, standard deviation and percentage analysis. The results showed that the achievement of students' scientific skills are taught with a problem-based learning model through inquiry approach higher than students taught with conventional teaching and the students responded positively to the implementation model of problem-based learning through guided inquiry approach. Key words: Problem Based Learning Model, Guided Inquiry Approach, Student Scientific Skills PENDAHULUAN Pembelajaran fisika, khususnya yang berkaitan dengan proses mempersiapkan calon pengajar perlu dirancang sedemikian rupa dengan model-model pembelajaran inovatif sehingga materi yang diajarkan tidak hanya dikuasai dengan baik, tapi dapat mentransfer pengetahuan yang dipelajarinya pada situasi baru, artinya mahasiswa harus dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dan dapat menolong dirinya dengan menggunakan pengetahuan yang dikuasainya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan mentransfer menjadi inti dari proses pembelajaran dan membuka kemungkinan memperluas dan memperdalam pengetahuan mahasiswa. Fisika merupakan materi pelajaran yang mempunyai karakteristik tersendiri. Karakteristik tersebut berkaitan dengan konsep-konsep mengenai gejala dan fenomena alam. Oleh sebab itu dalam pembelajaran fisika diperlukan metode pembelajaran yang mampu mengaktifkan
66
siswa dalam menguatkan kemampuan kognitif. Salah satu Model pembelajaran yang digunakan dalam fisika adalah model pembelajaran Berbasis Masalah atau PBM, dalam model ini, siswa dapat menumbuhkan keterampilan menyelesaikan masalah, dimana siswa bertindak sebagai pemecah masalah dan dalam pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi (Akinoglu dan Ozkardes, 2007). Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) merupakan po la pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalaah nyata yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Model ini tidak dirancang untuk membantu siswa menerima informasi sebanyak-banyaknya, tetapi dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, belajar berbagi peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri, lingkungan belajar dan system manajemen PBM dicirikan oleh lingkungan kelas yang
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing
terbuka dan peran aktif siswa, sehingga guru dalam PBM berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog dan pemberi fasilitas pembelajaran (Ibrahim dan Nur, 2005). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dalam upaya mengatasi permasalahan mahasiswa diperlukan suatu data empiris tentang penggunaan model pembelajaran yang lebih mengaktifkan mahasiswa dalam proses belajar mengajar dan diharapkan dapat meningkatkan pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa. Salah satu model pembelajaran yang perlu diteliti dalam proses belajar mengajar adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan Pendekatan Inkuiri, sehingga di peroleh bukti data empiris tentang bagaimana pelaksanaan model PBM dalam pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa. Model pembelajaran berbasis masalah yang dipadukan dengan pendekatan inkuiri terbimbing akan memberikan ciri yang baru tetapi tetap menggunakan sintaks PBM yang baku. Hal tersebut telah disampaikan oleh (Ibrahim dan Nur, 2005) bahwa PBM juga memiliki karakteristik yakni : (1) pengajuan pertanyaan atau masalah; (2) fokus pada keterkaitan antara disiplin; (3) penyelidikan autentik; (4) kerjasama (5) menghasilkan produk yang hampir sama dengan pendekatan Inkuiri. Belajar dengan problem-based learning dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Keterampilan-keterampilan pemecahan masalah sangat bermanfaat dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Belajar dengan problem basedlearning berangkat dari permasalahan dalam konteks nyata yang dikaitkan dengan pemecahan masalah secara
matematis. Model ini memungkinkan mahasiswa mempelajari pengetahuan baru dari penyelesaian masalah yang mereka hadapi sebagai pengganti materi yang sulit. Sanjaya (2006) menjelaskan bahwa PBM memiliki 3 ciri utama, yakni: (1) PBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya kegiatan yang harus dilakukan siswa; (2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyele-saikan masalah, artinya tanpa masalah maka tak mungkin ada proses pembelajan atau masalah merupakan kata kunci dari proses pembelajaran; dan (3) Pemecahan masalah di lakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing adalah pembelajaran yang mengikuti sintaks PBM baku dengan menekankan pendekakatan inkuiri terbimbing pada tahap penyelidikan individu atau kelompok, pada tahap ini diharapkan mahasiswa menemukan penyelesaian permasalahan yang disajikan pengajar dengan mengikuti langkahlangkah pembelajarn yang dituangkan dalam Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) yang di implementasikan dengan metode eksperimen, sedangkan pada PBM biasa bebas menggunakan metode atau pendekatan pada tahap penyelidikan individu atau kelompok yang dikehendaki, Sintaks PBM dengan pendekatan inkuiri dapat dilihat pada tabel 1. Kecakapan ilmiah menurut (Kustijono, Rudy, 2011) yaitu kemampuan melakukan prosedur ilmiah, yang memadai dan dilakukan melalui proses yang menuntut sikap ilmiah dari mahasiswa seperti berfikir kritis, memecahkan masalah, jujur, bekerja sama, terbuka dan lain-lain.
67
Usman (2013)
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Tahap
Kegiatan Pengajar
Tahap -1 Orientasi mahasiswa pada masalah
Pengajar memandu mahasiswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengajukan pertanyaan tentang perlengkapan penting yang dibutuhkan logistik yang dibutuhkan, serta memotivasi mahasiswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap -2 Mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar
Pengajar Membimbing mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut dengan mengajukan pertanyaan penuntun melalui LKM
Tahap -3 Membimbing penyeledikan individu maupun kelompok
Pengajar mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, membimbing mahasiswa melaksanakan eksperimen berdasarkan LKM untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. (pendekatan inkuiri terbimbing).
Tahap -4 Mengembangkan dan menyaji kan hasil karya
Pengajar membimbing mahasiswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan, video, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan teman lainnya.
Tahap -5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
Pengajar membantu mahasiswa untuk melaksanakan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan dengan memperhatikan pertanyaan-pertanyaan yang telah dimunculkan dan diselesaikan dalam proses pembelajaran.
Lebih lanjut Kustijono, mengatakan mahasiswa mempunyai kecakapan ilmiah jika mampu melakukan prosedur ilmiah (menganalisis problema, mengumpulkan informasi, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan, menarik kesimpulan, dan mempresentasikan hasil percobaan) dan dilatih untuk bersikap ilmiah (berfikir kritis, memecahkan masalah, jujur, bekerja sama, terbuka dan lain-lain). 68
Istilah kecakapan ilmiah digunakan sebagai pengganti kecakapan proses sains, untuk menegaskan bahwa kecakapan ini bukan semata-mata merupakan keterampilan yang otomatis, tetapi lebih merupakan proses-proses yang diperlukan mahasiswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sains dan menyelesaikan persoalanpersoalan eksperimental. Istilah kecakapan ilmiah digunakan untuk menyatakan prosedur-prosedur, proses-proses dan
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing
metode-metode paling penting yang digunakan para ilmuan ketika mereka mengkonstruksi pengetahuan sains dan ketika menyelesaikan persoalan-persoalan eksperimental (Eugene Etkina et al, 2006). Kecakapan ilmiah meliputi : (1) Kecakapan untuk mempresentasikan proses-proses fisis dalam berbagai cara; (2) Kecakapan untuk menentukan dan menguji eksplansi kualitatif atau hubungan kuantitatif; (3) Kecakapan untuk memodifikasi suatu eksplansi kualitatif atau hubungan kuantitatif; (4) Kecakapan untuk mendesain suatu penyelidikan yang bersifat eksperimental dan (5) Kecakapan untuk mengumpulkan dan menganalisis data; (6) Kemampuan untuk mengevaluasi prediksi dan eksperimental, klaim konseptual, solusi persoalan dan model; (6) Kecakapan untuk berkomunikasi. Untuk mengimplementasikan pendekatan inkuiri, salah satu cara yang paling efektif yang digunakan adalah metode eksperimen. Dalam pendidikan fisika, kegiatan laboratorium/praktikum mutlak ada karena merupakan penunjang dalam menambah pemahaman konsep fisika. Di samping itu, mahasiswa dapat dilatih keterampilan-keterampilan yang mendasari eksperimen seperti keterampilan menggunakan alat-alat ukur, keterampilan memilih metode pengambilan data pengukuran yang tepat, keterampilan mengolah data pengukuran yang diperoleh dan sebagainya. “Tujuan praktikum ditetapkan berdasarkan fungsi praktikum yaitu latihan, umpan balik, dan memperbaiki motivasi mahasiswa. Sebagai fungsi latihan, praktikum dapat dimanfaatkan untuk melatihkan tiga keterampilan yaitu (1) keterampilan kognitif yang tinggi meliputi:
memperdalam teori yang telah diperoleh agar lebih dimengerti, dan mengembangkan strategi kognitif; (2) b. keterampilan afektif meliputi: belajar merencanakan kegiatan secara mandiri,dan belajar bekerja sama; (3) keterampilan psikomotor meliputi: belajar memasang peralatan tertentu sehingga betul-betul berjalan dan belajar memakai peralatan/instrument tertentu Utomo & Rujkes (dalam Kustijono, 2011)”. Untuk menghasilkan kecakapan ilmiah mahasiswa yang maksimal, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat agar semua potensi yang dimiliki mahasiswa dapat berkembang maksimal pula. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan pembelajaran yang inovatif yang dapat mengembangkan kecakapan ilmiah mahasiswa secara maksimal. Di samping itu mahasiswa dapat dilatih keterampilanketerampilan yang mendasari eksperimen seperti keterampilan menggunakan alatalat ukur, keterampilan memilih metode pengambilan data pengukuran yang tepat, keterampilan mengolah data pengukuran yang diperoleh dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut di atas maka kecakapan ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecakapan untuk mengumpulkan dan menganalisa data, mengevaluasi prediksi dan eksperimental, klaim konseptual, solusi persoalan dan model serta kecakapan berkomunikasi. Masalah yang dikaji dan diteliti dalam penelitian ini adalah (1) apakah pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan kecakapan ilmiah mahasiswa yang diajar melalui model pembelajaran konvensional? 69
Usman (2013)
(2) bagaimanakah gambaran tanggapan mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing?. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri terbimbing dan pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa yang diajar melalui model pembelajaran konvensional, (2) mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri terbimbing. Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan batasan istilah sebagai berikut. a. Pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing adalah suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan aktivitas mahasiswa dalam memahami suatu konsep, prinsip dan keterampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah meliputi proses orientasi mahasiswa pada masalah, mengorganisir mahasiswa, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, menganalisis dan mengevaluasi proses dari hasil pemecahan masalah, dan menekankan pada proses belajar kritis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan pada sesi penyeledikan individu maupun kelompok.
70
b. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan aktivitas mahasiswa dengan langkah-langkah: memberikan tugas, mengikuti praktikum, pengajar sebagai pusat sumber informasi dan mahasiswa sebagai penerima informasi. c. Keecakapan ilmiah mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan mendesain suatu penyelidikan bersifat eksperimental, kecakapan untuk mengolah dan menganalisa data, kecakapan mengevaluasi prediksi eksperimental dan kecakapan berkomunikasi METODE Penelitian ini disebut penelitian populasi, dengan metode pre – eksperimental design dan bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran kecakapan ilmiah mahasiswa dan tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (Independent Variablel) dan variabel terikat (Dependent Variabel) yang termasuk variabel bebas adalah penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional pada mata kuliah fisika dasar, sedangkan variabel terikat adalah kecakapan ilmiah mahasiswa Desain penelitian yang digunakan adalah desain perbandingan kelompok utuh
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing
(Intact Group Comparasion Design). Dalam desain ini digunakan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol secara utuh sebagai pembanding yang dipilih secara acak. Selanjutnya kedua kelas diberi Eksperimen
R
Kontrol
R
perlakuan yang berbeda dan diakhiri pemberian tes akhir dengan perangkat tes yang sama. Baharuddin (dalam Rahmini, 2005) menyatakan bentuk desainnya sebagaii berikut : X
O1 O2
Keterangan : R : Pemilihan kelas secara acak - - - - : Kelas secara utuh O1 = O2 : Tes kelas eksperimen sama dgn tes kelas kontrol X : Pembelajaran fisika dengan Model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen : Pembelajaran konvensional.
Populasi penelitian sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat pertama Program Studi Pendidikan Fisika semester II tahun akademik 2011/2012 pada Universitas Muhammadiyah Makassar yang berjumlah 81 orang yang terdiri dari kelas A berjumlah 40 orang dan kelas B berjumlah 41 orang. Untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen dipilh secara acak (Acak kelas). Hasil pemilihan secara acak didapatkan kelas A menjadi kelas kontrol dan kelas B sebagai kelas eksperimen. Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab permasalahan penelitian, yaitu: a. Tes kecakapan ilmiah dengan indikator kecakapan berupa mendesain suatu penyelidikan bersifat eksperimental, mengumpulkan dan menganalisa data, serta membuat prediksi sebanyak 15 butir soal dan khusus kecakapan berkomunikasi skor penguasaan
kecakapan ilmiah diambil langsung pada saat mempresentsekan hasil praktikum. Tes kacakapan ilmiah mahasiswa, adalah tes yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda. b. Observasi dilaksanakan dalam kelas pada saat proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri terbimbing dilaksanakan oleh pengajar dan peneliti. Observasi merekam atau menulis secara lengkap kegiatan yang dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan tiga macam pengambilan data, yaitu (1) melalui tes untuk mendapatkan skor kecakapan ilmiah mahasiswa; (2) angket dan (3) observasi digunakan untuk mendapatkan tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri terbimbing. Dalam pengambilan data terlebih dahulu
71
Usman (2013)
menentukan sumber data, kemudian jenis data, dan instrumen yang digunakan. Berdasarkan analisis validitas butir soal, reliabilitas test, dari 28 item soal kecakapan ilmiah mahasiswa berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan, diperoleh 15 item butir soal yang valid dan 13 item butir soal tidak valid. Dari 15 item butir soal kecakapan ilmiah diperoleh 6 soal kecakapan mendesain penelitian, 5 soal kecakapan menganalisis data 5 soal kecakapan mengevaluasi prediksi dan rata-rata nilai reliabilitas soal tinggi (0.65) Untuk mendaptakan gambaran pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri terbimbing dengan pembelajaran konvensional akan dilakukan dengan statistik deskriptif yang meliputi nilai ratarata, standar deviasi dan analisis persentase. HASIL A. Pencapaian Kecakapan Ilmiah Mahasiswa Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa. Dalam penelitian ini kelas eksperimen digunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing sedangkan kelas kontrol digunakan model pembelajaran konvensional. Data kuantitatif yang diperoleh dalam penelitian ini berupa kecakapan ilmiah mahasiswa. Berikut ini disajikan hasil test pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa berdasarkan analisis deskriptif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada Tabel 2.
72
Kecakapan ilmiah mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diukur melalui test yaitu kecakapan mendesain suatu penyelidikan bersifat eksperimental, kecakapan menganalisis data, kecakapan mengevaluasi prediksi sedangkan kecakapan berkomunikasi diukur melalui observasi. Hasil pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa disajikan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 diperoleh bahwa nilai ratarata pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa pada kelas kontrol yakni kelas eksperimen sebesar 70.40 dan kelas kontrol sebesar 57.83. Selanjutnya tergambar juga nilai ratarata pencapaian kecakapan mendesain suatu penyelidikan bersifat eksperimental dan kecakapan mengevaluasi prediksi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan. Pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa terbesar terdapat pada indikator menganalisis data yaitu sebesar 75,00, sedangkan pencapaian kecakapan imiah mahasiswa paling rendah terdapat pada indikator kecakapan mengevaluasi prediksi, yaitu sebesar 60.97 pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol sebesar 40.83. Selanjutnya perbedaan pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa paling besar terdapat pada indikator kecakapan mendesain penyelidikan bersifat eksperimental dan kecakapan mengevaluasi prediksi. Khusus untuk kecakapan menganalisis data pencapaian nilai rata-rata pada kelas eksperimen sebesar 75.00, kelas kontrol sebesar 74.38, dan kecakapan berkomunikasi pencapaian nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 74,09 dan kelas kontrol adalah 72,78. Dari data tersebut
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing
memberikan gambaran bahwa kedua indikator kecakapan ilmiah mahasiswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol pencapainnya hampir sama, dengan indikasi bahwa baik mahasiswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol
telah memiliki tersebut karena pengetahuan pada tata cara membuat laporan praktikum.
kecakapan-kecakapan telah mendapatkan semester satu tentang laporan dan penyajian
Tabel 2. Pencapaian Kecakapan Ilmiah mahasiswa No
Indikator Kecakapan ilmiah mahasiswa
Nilai Eksperimen
Kontrol
1
Kecakapan mendesaian suatu penyelidikan bersifat eksperimental
71.54
43.33
2
Kecakapan menganalisis data
75.00
74.38
3
Kecakapn mengevaluasi prediksi
60.97
40.83
4
Kecakapan berkomunikasi
74.09
72.78
70.40
57.83
Rata-rata Kecakapan Ilmiah Mahasiswa Dari data tersebut di atas, maka dapat dinyatakan bahwa secara umum pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang diajaar dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan karena dalam model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri, mahsiswa melakukan eksperimen melalui percobaan-percobaan. Dalam melakukan eksperimen mahasiswa dilatih agar mempunyai kecakapan ilmiah yaitu mampu melakukan prosedur ilmiah (menganalisis problem, mengumpulkan gambaran, menyusun hipotesis,
merencanakan percobaan, menarik kesimpulan,dan mempresentasikan hasil percobaan) dan dilatih untuk bersikap ilmiah (berfikir kritis, memecahkan masalah, jujur, bekerja sama, terbuka dan lain-lain). Untuk menghasilkan kecakapan mahasiswa yang maksimal, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat agar semua potensi yang dimiliki mahasiswa dapat berkembang maksimal pula. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan pembelajaran yang inovatif yang dapat mengembangkan kecakapan ilmiah mahasiswa secara maksimal. Dalam pendidikan fisika, kegiatan laboratorium/praktikum mutlak ada karena
73
Usman (2013)
merupakan penunjang dalam menambah pemahaman konsep fisika. Di samping itu, mahasiswa dapat dilatih keterampilanketerampilan yang mendasari eksperimen seperti keterampilan menggunakan alat-alat ukur, keterampilan memilih metode pengambilan data pengukuran yang tepat, keterampilan mengolah data pengukuran yang diperoleh dan sebagainya. Data lain yang mendukung kesimpulan analisis deskriptik, bahwa pencapaian kecakapan ilmiah mahasiswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol adalah berpijak darti istilah kecakapan ilmiah mahasiswa adalah pengganti kecakapan proses sains adalah Barrows (Ibrahim dan Nur 2005) menyatakan bahwa “PBL dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan proses sains”. Keterampilan proses ini dilatihkan kepada siswa pada tahap menuliskan tindakan kerja yang dilakukan dalam sintaks model pembelajarean problem based learning. Menurut Dudung (2009 : 82) model pembelajaran bebasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbibmbing dapat meningkatkan kecakapan ilmiah siswa. Sejalan dengan hal tersebut sesuai apa yang dinyatakan Sund dalam Suryosubroto ( 2002; 193 ) mengatakan bahwa inkuiri merupakan perluasan proses diskoveri yang digunakan lebih mendalam karena mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merancang eksperimen, mengumpulkan data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu dan terbuka”. Dari Tabel 2 diperoleh pula gambaran bahwa perbedaan pencapaian kecakapan 74
ilmiah mahasiswa kelas eksperimen dan keals kontrol paling tinggi terjadi pada kecakapan mendesain suatu penyelidikan bersifat eksperimental dan kecakapan mengevaluasi prediksi. Hal tersebut disebabkan karena pada kelas eksperimen proses pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri mahasiswa melakukan kegiatan-kegiatan eksperimental secara langsung di laboratorium, melakukan kegiatan diskusi, dan membuat kesimpulan secara bersama-sama yang berimplikasi dengan munculnya keterampilan-keterampilan berupa kecakapan mendesain suatu penyelidikan bersifat eksperimental, kecakapan mengevaluasi prediksi. Kecakapan kecakapan tersebut tidak akan muncul apabila mahasiswa tidak merancang dan melakukan sendiri kegiatan tersebut, sedangkan pada kealas kontrol mahasiswa hanya melakukan pembelajaran konvensional. B. Respon Mahasiswa terhadap Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melaui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Angket diberikan kepada 41 mahsiswa kelas eksperimen dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran respon mahasiswa terhada model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiriterbimbing. Angket mahasiswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing diberikan 6 pernyataan. Hasil respon mahasiswa terhadap pernyataan terseb disajikan pada tabel 3. Respon mahasiswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri terbimbing dapat dilihat pada tabel 5.
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh gambaran bahwa ada 68.29% mahasiswa yang merespon positif terhadap penyajian masalah sesuai dengan kehidupan seharihari pada awal pembelajaran, hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukan oleh
Suradijono (2004) bahwa PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru . .
Tabel 3 Respon Mahasiswa terhadap Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Melaui Pendekatan Inkuiri Terbimbing No
Komponen Pernyataan
1
Saya merasakan penyajian masalah sesuai dengan kehidupan sehari-hari pada awal pembelajaran. Saya merasa dalam kegiatan belajar berkelompok dapat diberi kesempatan belajar berinteraksi dengan teman, bertukar pikiran dan saling membantu dalam kesulitan, melatih kecakapan sosial seperti mengungkapkan pendapat, memberi dan meminta penjelasan pada teman Saya merasa kegiatan eksperimen yang diselenggarakan dalam proses pembelajaran dapat melatih keterampilan mendesain suatu penyelidakan yang bersifat eksperimental . Saya merasa kegiatan esperimen yang diselenggarakan dalam proses pembelajaran dapat melatih keterampilan mengumpulkan data, mengolah dan menganalis data baik bersifat perhitungan, membuat grafik dll. Saya merasa dalam penyajian hasil percobaan dapat melatih kecakapan ber komunikasi
2
3
4
5
6
Saya merasa dalam kegitan diskusi saya dapat melatih kecakapan mengevaluasi prediksi.
Selanjutnya 92,68 % mahasiswa menyatakan sangat setuju dengan model pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri terbimbing dengan kegiatan belajar berkelompok dapat diberi
Respon Positif
Respon Negatif
Tidak Menjawab
68.29%
24.39%
7.32%
92.68%
0.00%
7.32%
95.12%
0.00%
4.88%
92.68%
0.00%
7.32%
90.24%
0.00%
9.76%
92.68%
0.00%
7.32%
kesempatan belajar berinteraksi dengan teman, bertukar pikiran dan saling membantu dalam kesulitan, melatih kecakapan sosial seperti mengungkapkan
75
Usman (2013)
pendapat, memberi dan meminta penjelasan pada teman. Pada tabel 3 disajikan data 95,21 % mahasiswa menyatakan setuju dengan kegiatan eksperimen yang diselenggarakan dalam proses pembelajaran dapat melatih keterampilan mendesain suatu penyelidakan yang bersifat eksperimental, dan 92,68 % mahasiswa menyatakan bahwa menyatakan bahwa dengan kegiatan eksperimen dapat melatih keterampilan mengumpulkan data, mengolah dan menganalis data baik bersifat perhitungan, membuat grafik dan lain-lain. Tidak ketinggalan pula memberikan respon sangat setuju bahwa dengan kegiatan penyajian hasil percobaan dapat melatih kecakapan berkomunikasi dan kegitan berdiskusi saya dapat melatih kecakapan mengevaluasi prediksi. Hal ini disebabkan karena melalui kegiatan eksperimen di laboratorium mahasiswa dapat melihat gejala-gejala fisika yang dibahas, baik yang sesungguhnya maupun yang berbentuk model sehingga daya serap mahasiswa terhadap materi lebih meningkat. Menurut Barrows (Tan, 2004), Siswa menginvestigasi masalah, memecahkan masalah, mengumpulkan data, dan mengkomunikasikan hasil kegiatan melalui kegiatan eksperimen dengan diterapkan model pembelajaran berbasis masalah. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan terkait dengan pembelajaran fisika berbasis masalah menemukan bahwa secara eksplisit pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan penguasaan konsep pada stuktur kognitif dan keterampilanproses (Tan, 2004). Disamping itu kegiatan eksperimen dapat memupuk sikap mandiri, etos kerja 76
dan sikap ilmiah dikalangan mahasiswa.: Manfaat kegiatan praktikum di laboratorium antara lain adalah memupuk sikap mandiri dan tempat melatih keterampilan, mengembangkan keterampilan proses seperti merancang dan melakukan penyelidikan, mengukur, merekam data, menganalisa dan menafsirkan hasil percobaan. Lebih lanjut mahasiswa merasakan secara langsung pada saat menyajikan hasil penyelidikan dimana mahasiswa dapat menuangkan ideide yang dia pikirkan. Bedasarkan respon mahasiswa tersebut tersebut sejalan apa yang diungkapkan Akhmad (2011) bahwa pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: (1) siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut; (2) melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi; (3) pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna; (4) siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalahmasalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajari; (5) menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara siswa; dan (6) pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing
KESIMPULAN 1.
2.
Pencapaian kecapan ilmiah mahasiswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah melalui pendekatan inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Tanggapan mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing adalah positif (setuju), yaitu mahasiswa merasakan manfaat belajar melatih kecakapan sosial, belajar secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, berlatih kecakapan ilmiah dan merasa aktif dalam proses pembelajaran.
SARAN-SARAN 1.
Berdasarkan manfaat yang diperoleh dari implementasi model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing direkomendasikan agar model pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan di perguruan tinggi. 2. Penelitian ini berfokus kepada empat indikator kecakapan ilmiah mahasiswa dari 8 indikator yang ada. Oleh karena itu masih diperlukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua indikator kecakapan ilmiah mahasiswa. 3. Perlunya penelitian lebih lanjut penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri pada mata kuliah lain agar kita dapat lebih banyak referensi untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kecakapan ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA Akhmad. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. akhmadsudrajat. wordpress.com. Akinoglu O dan Ozkardes, R.T. 2007. The Effects of Problem-Based Active Learning in scince Education on Student’ academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal Of Mathematics, Science & Technology Education. 3(1): 71-81. Dudung. 2009. Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Penguasaan konsep Listrik Dinamis dan Kecakapan Ilmiah Siswa SMA. [Tesis]. Bandung: SPS UPI Bandung Etkina E. (2006). “Scientific Abilities and Their Assessment”Physical Review Special Topics- Physics Education Research. 2: 20103 Ibrahim M dan Nur M. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press. Kustijono, Rudy. 2011. Implementasi Student Centered Learning dalam Praktikum Fisika Dasar. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA). 1(2). Rahmini. 2005. Metodologi Penelitian, Diktat Kuliah Jurusan Fisika UNM tidak diterbitkan. Sanjaya W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan Jakarta: Kencana Prenada Group. Suradijono SHR. 2004. Problem-based learning: Apa dan bagaimana? Makalah Seminar Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran: Pendekatan ProblemBased Learning berbasis ICT (Information and Communication Technology). Yogyakarta Suryosubroto B.2002.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
77
Usman (2013)
Tan, Oon Seng. (2004). Enhancing Thinking through Problem Based Learning Approaces. Singapore: Thomson Learning
78