Jurnal Konstruksi UNSWAGATI CIREBON
ISSN : 2085-8744
JURNAL KONSTRUKSI Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb 35.138 – Km. Crb 50.050 Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat Tatang Suharta*, Arief Firmanto**, Fatur Rohman.** *) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon **) Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
ABSTRAK Kondisi sebuah jembatan dapat dinilai berdasarkan bobot kerusakan pada setiap komponen jembatan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap kondisi jembatan berikut komponennya serta memberikan informasi kondisi dan usulan prioritas penanganan pada suatu jembatan. Lokasi penelitian dilakukan di pada ruas jalan Cirebon-Bandung, KM Cirebon 35.138 - KM Cirebon 50.050 Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan untuk menilai kondisi kerusakan jembatan pada penelitian ini adalah metode NYSDOT (New York State Department of Transportation) yang dilengkapi dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Procedure). Berdasarkan hitungan analisis dapat diurutkan prioritas penanganan dari ketiga jembatan, dimana jembatan Cilutung dengan nilai indeks NYSDOT : BCR = 5,76; AHP : BCR = 5,79 mendapat prioritas penanganan pertama dari jembatan Cideres Deet dengan nilai indeks NYSDOT : BCR = 5,84; AHP : BCR = 5,92 dan jembatan Cikeruh dengan nilai indeks NYSDOT : BCR = 5,93; AHP : BCR = 5,97. Hasil hitungan analisis lendutan yang terjadi pada gelagar jembatan dengan pembebanan yang berpedoman pada RSNI T-02 2005, diperoleh nilai lendutan pada jembatan Cilutung dan Cikeruh adalah sebagai berikut: untuk jembatan Cilutung 0,981 cm > 0,5625 cm (Δ 0 ijin ) dan jembatan Cikeruh = 0,855 cm > 0,5625 cm (Δ0 ijin). Sehingga untuk mengatasi hal tersebut disarankan adanya penambahan gelagar memanjang arah melintang. Kata kunci : Penyelidikan, Jembatan, NYSDOT. Abstract The condition of a bridge can be assessed based on the weight of each component of damage to the bridge. This study aims to provide an assessment of the condition of the bridge following its components as well as provide information and suggestion priority handling conditions on a bridge. Location of the research carried out in the streets Cirebon-Bandung, Cirebon KM 35 138 - 50 050 KM Majalengka Cirebon West Java Province. The method used to assess the condition of bridge damage in this study was the method NYSDOT (New York State Department of Transportation) equipped with AHP (Analytical Hierarchy Procedure). Based on the analysis can be sorted priority handling of third bridge, where the bridge Cilutung with index values NYSDOT: BCR = 5.76; AHP: BCR = 5.79 handling gets first priority of the bridge Cideres Deet with NYSDOT index value: BCR = 5.84; AHP: BCR = 5.92 and bridges Cikeruh with index values NYSDOT: BCR = 5.93; AHP: BCR = 5.97. Results count deflection analysis which occurs in girder bridge with a load that based on the RSNI T02 in 2005, earned value and the deflection in the bridge Cilutung Cikeruh are as follows: to bridge Cilutung 0,981 cm > 0.5625 cm (Δ0 permission) and bridge Cikeruh = 0.855 cm > 0.5625 cm (Δ0 permission). So to overcome this suggested the addition of longitudinal girder transverse direction. Keywords: Investigation, Bridge, NYSDOT
Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober 2013 | 157
Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb 35.138 – Km. Crb 50.050...
1.
PENDAHULUAN
1.3
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan informasi serta untuk mengetahui kondisi jembatan berikut elemennya guna mempersiapkan strategi penanganan dari setiap individual jembatan berdasarkan komponen kerusakannya. Dalam penelitian ini diambil sampel tiga jembatan yaitu Jembatan Cikeruh, Jembatan Cideres Deet dan Jembatan Cilutung untuk merangking kondisi jembatan berdasarkan hitungan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Jembatan Cikeruh, jembatan Cideres Deet dan jembatan Cilutung merupakan jembatan yang dibangun oleh Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Barat pada tahun delapan puluhan. Untuk mengetahui apakah jembatan tersebut masih dapat berfungsi sesuai dengan umur layanannya, maka perlu dilakukan studi analisis kerusakan struktur jembatan pada umumnya dan struktur pelat lantai kendaraan khususnya, untuk dapat dinilai tingkat kerusakannya dan segera dilakukan tindakan, baik berupa perbaikan maupun pencegahan terjadinya kerusakan yang berlanjut. 1.1
Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh: a. Informasi kerusakan jembatan dengan konsep peringkatnya. b. Gambaran kondisi jembatan Cikeruh, jembatan Cideres Deet, dan jembatan Cilutung. dengan komponen- komponen penilaian kinerja jembatan. c. Penyusunan program prioritas penilaian d. kondisi jembatan. e. Penyusunan program prioritas komponenkomponen jembatan. 1.2
Batasan Masalah
Batasan masalah diuraikan dengan: a. Penelitian dilaksanakan di kabupaten Majalengka pada ruas jalan nasional terhadap 3 Jembatan yaitu jembatan Cikeruh, jembatan Cideres Deet, dan jembatan Cilutung. b. Analisis jenis kerusakan pada struktur atas jembatan. c. Penilaian kondisi existing dengan pengamatan visual di lapangan menggunakan format NYSDOT. d. Penilaian visual ditinjau 13 komponen: Gelagar utama, abutmen, pilar (pier), lantai jembatan (deck), dudukan jembatan (bridge seat), perletakan (bearings), dinding Belakang (backwall), dinding sayap (wingwalls), gelagar anak/sekunder, sambungan (expansion joint), lapisan permukaan/perkerasan (wearing surface), trotoar (sidewalk) dan curb adalah untuk menentukan kondisi secara keseluruhan.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Bridge Condition Rating (BCR) adalah indeks kondisi jembatan dipergunakan pada metode NYSDOT (New York State Departement of Transportation) dalam Bridge Management dan Inventory Manual. Penilaian secara keseluruhan kondisi jembatan dapat dirumuskan sebagai: BCR =
(1.1)
BCR : Indeks kondisi jembatan Component rating : rasio komponen yang merupakan kondisi tiap jembatan Weight : bobot komponen
Manfaat 2.1
Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui kondisi struktur existing jembatan dengan mengumpulkan data secara visual di lapangan, mendukung usulan penanganan jembatan baik penggantian jembatan maupun pembangunan jembatan baru berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis. b. Sebagai masukan bagi instansi yang berwenang yaitu PU BINA MARGA Propinsi Jawa Barat dalam mempersiapkan urutan prioritas penanganan perbaikan Jembatan.
Penilaian Kondisi Jembatan
Penilaian kondisi jembatan dilakukan untuk memperoleh Component Rating yang merupakan elemen penting untuk menentukan kondisi existing jembatan. Ada 9 tingkat penilaian kondisi yang diberikan oleh NYSDOT pada Bridge and Tunnels Annual Condition Report, yaitu dari 1 sampai 9, namun yang sering diberikan hanya dari 1 sampai 7, untuk nilai 9 adalah kondisi komponen tidak diketahui (tidak terlihat), seperti pondasi jembatan dan tiang- tiang yang tertanam, nilai 8 adalah bila kondisi jembatan tidak mempunyai
Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober 2013 | 158
Tatang Suharta, Arief Firmanto, Fatur Rohman.
komponen yang ditinjau. Penilaian secara umum dapat dibedakan sebagai berikut: c. a.
Nilai 1 adalah penurunan kondisi dalam keadaan gagal, terjadi kerusakan penurunan kondisi secara keseluruhan. b. Nilai 3 adalah jembatan tidak dapat berfungsi seperti desain yang direncanakan, terjadi kerusakan penurunan kondisi serius. c. Nilai 5 adalah terjadi kerusakan (penurunan kondisi) minor. d. Nilai 7 adalah kondisi baru : tidak terjadi penurunan kondisi. e. Sedang nilai 2,4 dan 6 adalah nilai antara nilai-nilai kondisi diatas. Pengelompokan persentase kerusakan dapat dilihat pada tabel 2.1 : Tabel 2.1 Jenis kerusakan berdasarkan tingkatannya
Kerusakan Minor Moderate Severe Very Severe
Persentase < 10 % 10 – 50 % 50 – 80 % > 80 %
Sumber: (Bridge and Tunnels Annual Condition Report, NYSDOT 2003)
2.2
Pembobotan Komponen
Pembobotan komponen dalam metode NYSDOT dalam analisis BCR (Bridge Condition Rating) digunakan 13 komponen. Bobot 13 komponen itu dapat diuraikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Bobot komponen Jembatan (NYSDOT, 1997) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Komponen Gelagar Utama (Primary members) Abutmen (Abutment) Pilar (Pier) Lantai (Deck) Dudukan Jembatan (Bridge seat) Tumpuan (Bearings) Dinding Sayap (Wingwalls) Dinding belakang (Backwalls) Gelagar sekunder (Secondary members) Sambungan (Joint) Lapis permukaan (wearing surface) Trotoar (sidewalk) Kurb (Curb)
Bobot 10 8 8 8 6 6 5 5 5 4 4 2 1
Sumber: (Bridge Inventory Manual, NYSDOT 2004)
Sedangkan pada analisis AHP (Analytical Hierarcy Process) pembobotan komponen dapat diurai sebagai berikut: a. Bobot komponen jembatan dihitung dengan AHP. b. Komponen-komponen yang dihitung disusun dengan matriks perbandingan
2.3
berpasangan dengan mengacu pada nilai kepentingan. Pembobotan komponen jembatan digunakan beban pembobotan komponen jembatan. 1. Kategori pertama komponen struktur menerima beban lalulintas secara langsung (komponen yang mendistribusikan beban lalulintas) sebagai prioritas awal dimana nilai kepentingannya lebih tinggi. 2. Kategori kedua yang menerima beban tidak langsung dari beban lalu lintas. 3. Kategori ketiga merupakan komponen non struktur. Bobot Setiap Komponen Jembatan
Dihitung komponen jembatan dengan perbandingan berpasangan’ menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process) (Saaty, 1970 dan 1983). Komponen diurut berdasarkan urutan NYSDOT mulai dari gelagar utama (GU), Abutmen (AB), Pilar (PL), Dek (DK), Dudukan (DD), Tumpuan (TP), Gelagar sekunder (GS), Dinding Sayap (DS), Dinding Belakang (DB), Join (JO), Perkerasan (PK), Trotoar (TR) dan Kurb (CR). Perbandingan komponen berpasangan dapat diurai menjadi: a. Kriteria pertama (GU, AB dan PL), ketiga komponen ini sama penting dan memegang peranan pokok dalam keutuhan jembatan, jika ini bernilai buruk, secara otomatis jembatan harus dibuat ulang, sebab dapat menyebabkan keruntuhan jembatan, perbandingan pasangannya 1/1. b. Kriteria pertama (GU, AB dan PL) sedikit lebih penting daripada kriteria kedua (DK), perbandingan pasangannya 3/1. c. Kriteria pertama (GU, AB dan PL) jelas lebih penting daripada kriteria ketiga (DD, TP, GS), perbandingan pasangannya 5/1 dan seterusnya perbandingan berpasangan sehingga didapat matriks seperti pada Gambar 1. Pada setiap matriks baris diperkalikan satu sama lain, lalu dipangkatkan dengan satu per ukuran matriks, hasilnya diperoleh bobot perkomponen, hasil hitungan disajikan pada lampiran skripsi. Diperoleh hasil hitungan seperti lampiran dalam skripsi yaitu: CR = 0.026 ≤ 0.1 berarti memenuhi syarat.
Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober 2013 | 159
Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb 35.138 – Km. Crb 50.050...
rencana, kurva kerusakan dan pengaruh lalu lintas.
Gambar 2.1 Perhitungan kompenen jembatan dengan perbandingan berpasangan
Keterangan: GU : Kriteria pertama AB : Kriteria kedua DD : Kriteria ketiga JO : Kriteria keempat TR : Kriteria kelima : Pertemuan sesama kriteria
2.4
Sumber: (Bridge and Tunnels Annual Condition Report, NYSDOT 2003) Gambar 2.2 BMS Deterioration Model
Umur ekuivalen dirumuskan seperti persamaan (1.2) berikut ini:
Sistim Penilaian Akhir EA =
Sistim penilaian jembatan secara visual dengan BCR dihasilkan nilai kondisi akhir jembatan. Hasil akhir ini digunakan 3 angka dibelakang koma agar hasilnya lebih teliti. Kriteria yang digunakan oleh BCR menurut NYSDOT dalam Bridge and Tunnels Annual Condition Report untuk penilaian akhir diuraikan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3 Nilai akhir kondisi jembatan (NYSDOT, 1997 dan 2003) BCR 1,000 - 3,000 3,001 - 4,999 5,000 - 6,000 6,001 - 7,000
Kondisi Jembatan Buruk (poor) Sedang (fair) Baik (good) Sangat baik (very good)
Usulan Penanggulangan Penggantian Rehabilitasi Pemeliharaan rutin -
Sumber: (Bridge and Tunnels Annual Condition Report, NYSDOT 2003)
Prioritas penanganan jembatan perlu dibuat karena keterbatasan anggaran dalam pengelolaan jembatan. Dengan prioritas akan membantu pengambil keputusan untuk mengalokasikan dana yang terbatas tersebut kepada jembatan yang memang perlu didahulukan penanganannya. Dalam Sistem Informasi Manajemen Jembatan ini prioritas didasarkan pada nilai condition rating dari pengamatan visual. IBMS (Interrurban Bridge Management System) mempunyai rumusan untuk keperluan analisa prediksi umur layanan jembatan. Jembatan diasumsikan mempunyai umur rencana selama n tahun dan akan mengalami kerusakan mulai dari kondisi terjelek sampai terbaik pada akhir umur rencana n tahun. Untuk setiap elemen utama terdapat perkiraan mengenai umur
x Umur Rencana
(1.2)
Dimana: CM = Condition Mark ( Nilai Kondisi ); a= 4.66 EA = Equivalent Age; b= 1,9051
Dengan meminjam Persamaan 2 dan penilaian yang digunakan IBMS untuk kondisi sebuah jembatan yaitu 0 berarti jembatan baru yang berarti sama dengan condition rating = 7 dan 5 berarti jembatan hancur yaitu sama dengan condition rating = 1 maka dapat kita tentukan perkiraan waktu jembatan menjadi hancur. Hubungan antara condition rating dan condition mark yang digunakan IBMS dapat dituliskan sebagai berikut: CM =
(7 CR )
(1.3)
Sehingga Persamaan 1.2 di atas dapat ditulis seperti Persamaan 1.4 di bawah ini:
EA =
x Umur Rencana
(1.4) 2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) Ada beberapa prinsip dalam menyelesaikan proses AHP yaitu: decomposition, comparative judgement, synthesis of priority & logical consistency (Saaty, 1970).
Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober 2013 | 160
Tatang Suharta, Arief Firmanto, Fatur Rohman.
a.
b.
c.
d.
Decomposition: yaitu suatu proses pemecahan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya, jika ingin didapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan. Comperative judgement: Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya, penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen elemen. Hasil dari penilaian ini akan lebih baik bila dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise Comparison. Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i, disamping itu perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, berarti sama penting, dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting, jika terdapat n elemen maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran n x n. Synthesis of priority: Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigen vectornya untuk mendapatkan local priority, karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki, pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan pengurutan prioritas. Logical Consistency: Obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman, relevansi dan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.
Langkah-langkah dasar dalam metode AHP meliputi: a. b.
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diizinkan. Membuat struktur hirarkhi yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan-sub tujuan, kriteria dan
c.
d.
e.
f. g.
h.
kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan paling bawah. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menyeguhkan kontribusi relatif oleh pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria setingkat diatasnya, perbandingan dilakukan dengan berdasarkan ”judgment” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x ((n-1)/2) buah, dimana n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Menghitung elemen eigen value dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk setiap tingkat hirarkhi. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan, nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen, langkah ini untuk mensistesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarkhi terendah sampai penentuan tujuan. Menilai konsistensi hirarki, jika nilanya lebih dari 10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki.
Proses yang paling mudah dengan membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria dan alternatif dinilai melalui ’perbandingan berpasangan’. Menurut Saaty (1970), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala penilaian perbandingan pasangan dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Perbandingan Berpasangan
Nilai 1 3 5 7 9
Perbandingan Kriteria A sama penting dengan kriteria B A sedikit lebih penting dari pada B A Jelas lebih penting dari pada B A Sangat jelas lebih penting dari pada B A mutlak lebih penting dari pada B
Sumber: ((NYSDOT, 1997)
Nilai 2, 4, 6 dan 8 adalah nilai antara dua nilai pertimbagan yang berdekatan.
Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober 2013 | 161
Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb 35.138 – Km. Crb 50.050...
2.6
perbandingan dapat diminimumkan. Persamaan untuk indeks konsistensi :
Bobot Elemen
Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan dengan suatu matriks. Misalkan dalam suatu sub sistem operasi terdapat n elemen operasi yaitu elemen-elemen operasi A1, A2, . . . . An, maka hasil perbandingan secara berpasangan elemen-elemen operasi tersebut akan membentuk matriks perbandingan. Perbandingan berpasangan dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar dibuatnya perbandingan berpasangan seperti matriks berikut: A1 A1 a11 A2 a21 …. …. An an1
A2 a12 a22 …. an2
A1 1 a21 …. an1
A2 a12 1 …. an2
A1 A2 …. An
…. An …. a1n …. a2n …. …. …. ann
…. …. …. …. ….
An a1n a2n …. 1
λmaks > n Perbandingan CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai rasio Konsistensi (CR) =
3.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penilaian jembatan didasarkan pada data visual dilapangan, dengan menggunakan format dari NYSDOT, menetapkan penilaian tingkat kerusakan sesuai petunjuk, mengambil foto-foto untuk menyesuaikan kondisi eksisting komponen-komponen jembatan. 3.1
Analisis Jembatan Cikeruh (Lampiran Tabel 3.1)
Tabel 3.2 Hasil penilaian komponen jembatan Cikeruh metode BCR : AHP
i,j = 1,2,… n
Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk tingkat hirarki yang sama. Misalnya unsur a11 adalah perbandingan kepentingan operasi A1 dengan elemen operasi A1 sendiri, sehingga diperoleh nilai unsur a11 adalah sama dengan 1. Nilai unsur a12 adalah perbandingan kepentingan operasi A1 terhadap elemen operasi A2 dengan unsur 1 sebagai diagonal matriks.
2.7
dimana: λmaks : eigenvalue maksimum n : ukuran matriks
Untuk memperoleh nilai RI, dapat dilihat pada lampiran TA. Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensi < 0,1.
Matriks Anxn merupakan matriks reciprocal dan diasumsikan terdapat n elemen, yaitu w1, w2, . . . . wn yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai (judgement) perbandingan secara berpasangan antara (wi,wj) dapat dipresentasikan dalam matriks tersebut. = aij,
CI =
Konsistensi
Pengukuran konsistensi dari suatu matriks didasarkan atas suatu eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa dihasilkan matriks
Berdasarkan metode NYSDOT : BCR = 5,931 bernilai baik (good). Metode BCR : AHP = 5,976 Selisih BCR metode AHP dengan NYSDOT = 0,0456, menghasilkan penilaian yang Baik (good) dengan usulan pemeliharaan rutin dan berkala. 3.2
Analisis Jembatan Cideres Deet (Lampiran Tabel 3.3)
Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober 2013 | 162
Tatang Suharta, Arief Firmanto, Fatur Rohman.
Tabel 3.4 Hasil penilaian komponen jembatan Cideres Deet metode BCR : AHP
Berdasarkan hitungan analisis dari ketiga yang ditinjau dapat disimpulkan berdasarkan metode NYSDOT : BCR dan metode BCR : AHP adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Nilai akhir kondisi jembatan Nama Jembatan Cikeruh Cideres Deet Cilutung
Berdasarkan metode NYSDOT : BCR = 5,844 bernilai baik (good). Metode BCR : AHP = 5,924 Selisih BCR metode AHP dengan NYSDOT = 0,080, menghasilkan penilaian yang Baik (good) dengan usulan pemeliharaan rutin dan berkala. 3.3
Analisis Jembatan Cilutung (Lampiran Tabel 3.5)
Tabel 3.5 Hasil penilaian komponen jembatan Cilutung metode BCR : AHP
Metode NYSDOT : BCR BCR : AHP 5,931 5,976 5,844 5,924 5,764 5,787
Tabel 4.2 Lendutan yang terjadi pada gelagar jembatan Cilutung dan jembatan Cikeruh
Lendutan yang terjadi (Δ0) cm
Jembatan 0,981 Cilutung Jembatan 0,855 Cikeruh (hitungan ada di lampiran Skripsi) 4.2
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Dari hasil penyelidikan ditemukan beberapa komponen yang memerlukan rehabilitasi dengan nilai sedang, diantaranya untuk jembatan Cikeruh: bagian sambungan (joint), lapis permukaan, trotoar dan kerb. Pada jembatan Cideres Deet: terdapat pada joint, lapis permukaan, dan trotoar. Pada jembatan Cilutung: terdapat pada bagian atas abutment, dudukan jembatan, lapis permukaan, trotoar dan kerb.
Baik (Good) Baik (Good) Baik (Good)
Dari nilai akhir kondisi jembatan di atas dapat diurutkan prioritas penanganan dari ketiga jembatan tersebut yaitu: jembatan Cilutung, Cikeruh, dan Cideres Deet dengan usulan pemeliharaan rutin secara berkala. Hasil hitungan analisis lendutan yang terjadi pada gelagar jembatan dengan pembebanan yang berpedoman pada RSNI T-02 2005, serta mutu bahan yang diasumsikan diperoleh nilai lendutan pada jembatan Cilutung dan Cikeruh tersaji dalam tabel 4.2 dibawah :
Nama Jembatan
Berdasarkan metode NYSDOT : BCR = 5,764 bernilai baik (good). Metode AHP : BCR = 5,787 Selisih BCR metode AHP dengan NYSDOT = 0,023, menghasilkan penilaian sama, Baik (good) dengan usulan pemeliharaan rutin dan berkala.
Kondisi
Lendutan yang diizinkan (Δ0 ijin) cm 0,5625 0,5625
Saran
Beberapa saran yang perlu mendapat perhatian untuk pengembangan metode NYSDOT dalam sistem transportasi di Indonesia. 1. Penelitian ini mengambil sampel jembatan yang berada di ruas jalan kabupaten. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang penilaian kondisi secara visual dengan metode Bridge Condition Rating yang telah dikembangkan oleh NYSDOT agar sesuai dengan karakteristik sistem transportasi di Indonesia. 2. Dengan diperolehnya penilaian indeks jembatan Cilutung yang lebih rendah dari jembatan Cikeruh dan jembatan Cideres Deet perlu diambil langkah-langkah untuk mengadakan penyelidikan lebih lanjut untuk penanganan dan penanggulangannya. 3. Dikarenakan lendutan yang terjadi pada jembatan Cilutung dan jembatan Cikeruh melebihi lendutan izinnya, maka perlu
Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober 2013 | 163
Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb 35.138 – Km. Crb 50.050...
4.
adanya penambahan gelagar memanjang pada kedua jembatan tersebut dengan jarak (s) maksimal 1,80 m. Diperlukan data sekunder yang mutakhir, sehingga inspektor dapat menilai kondisi yang sebenarnya dan mendapatkan kondisi akhir yang tepat.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Gatot
Subagjo, Andreas Triwiyono, Imam Satyarno, 2008, Sistem Manajemen Jembatan Berbasis WEB Dengan Bridge Condition Rating.
Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 2009, Pedoman Konstruksi dan Bangunan “Pemeriksaan Jembatan Rangka Baja”. Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 2009, Pedoman Penentuan Nilai Sisa kapasitas Jembatan. Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 1993, Sistem Manajemen Jembatan. Marsuki M, Andreas Triwiyono, Hary Cristady, 2009, Penilaian Kondisi Jembatan Dengan Metode NYSDOT. RSNI T-02-2005, Pembebanan Untuk Jembatan. RSNI T-03-2005, Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan. Stuart H. Mann, 1997, Using The Analytic Hierarchy Process For Decision Making In Engineering Applications: Some Challenges. Thomas L. Saaty, 2008, Decision making with the analytic hierarchy process. Thamrin Nasution, Ir. 2012, Struktur Baja II “Modul 2: Pembebanan Jembatan”. Departemen Teknik Sipil, FTSP, ITM
Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober 2013 | 164
Tatang Suharta, Arief Firmanto, Fatur Rohman.
LAMPIRAN Tabel 3.1 Hasil penilaian komponen jembatan Cikeruh metode NYSDOT : BCR Komponen
Bobot
CR
Bobot x CR
Kondisi
Gambar
Keterangan
Gelagar Utama (Primary members)
10
6
60
Baik (Good)
sebagian cat mengelupas, banyak tumpukan sampah sehingga rawan terhadap korosi.
Abutmen (Abutment)
8
6
48
Baik (Good)
tidak terdapat kerusakan pada abutmen
Pilar (Pier)
8
6
48
Baik (Good)
Lantai (Deck)
8
6
48
Baik (Good)
Dudukan Jembatan (Bridge seat)
Tumpuan (Bearings)
6
6
6
7
36
Baik (Good)
42
Sangat Baik (Very Good)
Dinding Sayap (Wingwalls)
5
6
30
Baik (Good)
Dinding Belakang (Backwalls)
5
6
30
Baik (Good)
Gelagar Sekunder (Secondarymembers)
5
6
30
Baik (Good)
Sambungan (Joint)
4
5
20
Sedang (Fair)
Lapis Permukaan (Wearing surface)
4
5
20
Sedang (Fair)
Trotoar (sidewalk)
Kurb (Curb) Total Bobot Total Bobot x CR BCR Kondisi Usulan Equivalent of Age Waktu layan
2
1
5
5
10
5
Sedang (Fair)
Sedang (Fair)
72 427 5,931 Baik(Good) Pemeliharaan rutin dan berkala 15,601 Tahun 34,399 Tahun
Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober 2013 | 165
adanya material yang hilang pada bagian footing akibat gerusan air tidak terdapat kerusakan pada dek
tidak terdapat kerusakan pada dudukan
tidak terdapat kerusakan pada semua tumpuan
tidak terdapat kerusakan pada dinding
tidak terdapat kerusakan pada struktur sekunder
permukaan aspal retak dan berlubang akibat pergerakan sambungan permukaan aspal berlubang akibat gesekan roda kendaraan sebagian permukaan terkelupas akibat air hujan sebagian beton mengalami pengelupasan akibat buruknya campuran beton
Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb 35.138 – Km. Crb 50.050...
Tabel 3.3 Hasil penilaian komponen jembatan Cideres Deet metode NYSDOT:BCR Komponen
Bobot
CR
Bobot x CR
Kondisi
Gelagar Utama (Primary members)
10
6
60
Baik (Good)
Keterangan sebagian cat mengelupas, banyak tumpukan sampah sehingga rawan terhadap korosi.
48
Baik (Good)
pelapukan beton akibat penuaan, lumut, dan sampah
48
Baik (Good)
36
Baik (Good)
36
Baik (Good)
korosi minor pada perletakan tumpuan akibat sampah
30
Baik (Good)
sebagian material hilang akibat pengikisan air pada musim hujan
30
Baik (Good)
30
Baik Good)
20
Sedang (Fair)
Abutmen (Abutment)
Lantai (Deck)
Dudukan Jembatan (Bridge seat)
Tumpuan (Bearings)
Dinding Sayap (Wingwalls) Dinding Belakang (Backwalls) Gelagar Sekunder (Secondarymembers)
Sambungan (Joint)
8
8
6
6
5
5
5
4
6
6
6
6
6
6
6
5
Lapis Permukaan (Wearing surface)
4
5
20
Sedang (Fair)
Trotoar (sidewalk)
2
5
10
Sedang (Fair)
Kurb (Curb)
1
6
6
Baik (Good)
Total Bobot Total Bobot x CR BCR Kondisi Usulan Equivalent of Age Waktu layan
Gambar
64 374 5,844 Baik (Good) Pemeliharaan rutin dan berkala 16,746 Tahun 33,254 Tahun
Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober 2013 | 166
tidak terdapat kerusakan pada dek
tidak terdapat kerusakan pada dek
sebagian dinding terkikis akibat air sungai tidak terdapat kerusakan pada struktur sekunder permukaan berlubang dan retak pada aspal akibat pergerakan sambungan permukaan berlubang pada sisi perkerasan aspal akibat genangan air hujan; kalitas aspal rendah; sebagian besar permukaan trotoar terkelupas akibat air hujan; kualitas beton rendah tidak ada kerusakan pada curb
Tatang Suharta, Arief Firmanto, Fatur Rohman.
Tabel 3.5 Hasil penilaian komponen jembatan Cilutung metode NYSDOT : BCR Komponen
Bobot
CR
Bobot x CR
Kondisi
Gambar
Keterangan
Gelagar Utama (Primary members)
10
6
60
Baik (Good)
sebagian cat mengelupas, banyak tumpukan sampah sehingga rawan terhadap korosi.
Abutmen (Abutment)
8
5
40
Rehabilitasi
terjadi retak pada abutmen bagian atas akibat beban kendaraan
Pilar (Pier)
8
6
48
Baik (Good)
adanya kehilangan material dasar bagian atas footing akibat gerusan air
Lantai (Deck)
8
6
48
Baik (Good)
Korosi permukaan pada plat baja dan gelagar retak akibat korosi tulangan baja; terlalu tipisnya selimut beton; kualitas beton rendah korosi minor pada pelat dasar akibat tumpukan sampah
Dudukan Jembatan (Bridge seat)
6
5
30
Sedang (Fair)
Tumpuan (Bearings)
6
6
36
Baik (Good)
5
6
30
Baik (Good)
Dinding Belakang (Backwalls)
5
6
30
Baik (Good)
sebagian dinding rusak akibat gerusan air pada saat banjir
Gelagar Sekunder (Secondarymembers)
5
6
30
Baik (Good)
Korosi permukaan pada pada pelat baja
Sambungan (Joint)
4
7
28
Sangat Baik (Very Good)
tidak terjadi kerusakan pada join
Dinding Sayap (Wingwalls)
-
Lapis Permukaan (Wearing surface)
4
5
20
Sedang (Fair)
Trotoar (sidewalk)
2
5
10
Sedang (Fair)
Kurb (Curb)
1
5
5
Sedang (Fair)
Total Bobot Total Bobot x CR Bridge Condition Rating Kondisi Usulan Equivalent of Age Waktu layan
72 415 5,764 Baik(Good) Pemeliharaan rutin dan berkala 17,782 Tahun 32,218 Tahun
Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober 2013 | 167
permukaan berlubang dan retak pada permukaan; terlalu tipisnya lapisan perkerasan; kualitas aspal rendah terkelupasnya bagian permukaan beton; terlalu tipisnya selimut beton; kualitas beton rendah terkelupasnya bagian permukaan beton; terlalu tipisnya selimut beton; kualitas beton rendah
Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb 35.138 – Km. Crb 50.050...
Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober 2013 | 168