ISSN 1858-1226
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 2, Desember 2008
Diterbitkan Oleh : Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN ISSN 1858-1226 Terbit Dua Kali Setahun pada Bulan Juli dan Desember, Berisi Artikel Ilmiah Hasil Penelitian dan Pemikiran di Bidang Pemberdayaan Sosial, Ekonomi dan Teknik Pertanian Terapan Ketua Penyunting M. Adlan Larisu Penyunting Pelaksana Abdul Hamid Ananti Yekti Miftakhul Arifin Agus Wartapa Mitra Bestari Masyhuri (Universitas Gadjah Mada) Aziz Purwantoro (Universitas Gadjah Mada) E. W. Tri Nugroho (Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa) Sapto Husodo (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang) Zulkarnain (Universitas Jambi)
Sekretariat Asnuri Alamat Penyunting dan Sekretariat : Redaksi Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta, Jalan Kusumanegara No. 2 Yogyakarta K o d e P o s 5 5 1 6 7 Te l p o n ( 0 2 7 4 ) 3 7 3 4 7 9 F a x i m i l e ( 0 2 7 4 ) 3 7 5 5 2 8 E Mail:
[email protected] JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta. Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam penerbitan lain. Naskah diketik atas kertas HVS kuarto spasi ganda sepanjang lebih kurang 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman kulit dalam belakang (pedoman penulisan naskah). Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata penulisan lainnya tanpa merubah esensi naskah. Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapatkan lima eksplar cetak lepas dan satu nomor bukti pemuatan. Artikel yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan. Harga berlangganan termasuk ongkos kirim Rp. 50.000,00 per tahun untuk dua nomor penerbitan.
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 2, Desember 2008
ISSN 1858-1226
DAFTAR ISI Urgensi Pembangunan Pedesaan dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional
75 – 86
Sunarru Samsi Hariadi Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian di Kabupaten Gunungkidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
87 – 98
Ropingi dan Yanwar Sudartono Penyebaran Teknologi Konservasi Lahan Kering melalui Pemuka Pendapat di Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
99 – 108
R. Kunto Adi Dampak Pengelolaan Hutan Rakyat terhadap Kondisi Ekonomi Rumah Tangga Petani (Di Desa Soronalan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang)
109 – 119
Pantja Siwi VR Ingesti Aspek Hukum Konservasi Sumber Daya Alam Hayati melalui Pengembangan Ekowisata (ecotourism) (Studi di Desa Wisata Ketingan, Desa Tirtoadi, Mlati, Sleman, DIY)
120 – 127
Budi Handojo Studi Penelusuran Tugas dan Kinerja Alumni STPP Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta
128 – 137
Miftakhul Arifin, Ina Fitria Ismarlin, Nani Tri Iswardayati, Abdul Hamid Analisis Pemasaran Susu Sapi Perah di Kabupaten Boyolali
138 – 153
Setyowati Pengaruh Pemanasan dan Pengeringan Daging Buah Kelapa terhadap Asam Lemak Bebas pada Pembuatan Tepung Kelapa Hadi Santoso
154 – 160
138 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 4, Nomor 2, Desember 2008
ANALISIS PEMASARAN SUSU SAPI PERAH DI KABUPATEN BOYOLALI (Milk Marketing Analysis in Boyolali District) Setyowati ABSTRACT The research aims to (1) discover the marketing network of milk in Boyolali District, (2) analyse the margin, cost, and profit of marketing at the marketing institution level in Boyolali (3) analyse the efficiency of milk marketing from the economic point of view in Boyolali. Using descriptive method, the research was undertaken in Musuk SubDistrict, Boyolali. Through proportional random sampling, 19 farmers from Sukorejo Village and 11 farmers from Karanganyar Village have been selected, while trader samples were selected through snowball sampling. The result of research proved that there are two types of milk marketing network as follows: Type I: Farmer - KUD Musuk (Village Level Cooperative) - GKSI - Consumer (IPS); Type II: Farmer - KUD Musuk Middleman Consumer. The Type I network is more commonly applied as for 19 farmers used such network, while Type II was only applied by 11 farmers. The marketing cost in Type I was Rp. 371,66 per liter and in Type II was Rp. 998,63 per liter. The profit for Type I was Rp 128,34 per liter and Rp. 451.37 per liter for Type II. The marketing margin for Type I was 24.39% as for Type II was 48.33%. Farmer's share of Type I was 76% and for Type II was 52%. Type I was more efficient than Type II for having a lower marketing margin (24.39%<48.33%) and higher value of farmer's share (76%>52%). Key words : margin, cost, profit, marketing efficiency PENDAHULUAN
Hingga saat ini umumnya belum banyak
Pemerintah melalui Departemen
didapati usaha peternakan sapi yang dikelola
Pertanian sebagai penanggung jawab dan simpul
secara maju demi mengejar keuntungan.
koordinasi dalam pembangunan pertanian, telah
Menurut Budihardjo (1988), sejarah peternakan
menetapkan grand strategy, untuk berpartisipasi
sapi sama tuanya dengan sejarah pertanian
menggerakkan ekonomi nasional dengan tetap
karena peternakan sapi pada tingkat rakyat
mengacu pada GBHN 1999-2004. Salah satunya
menyatu dengan usahatani sehingga ada pola
adalah pembangunan subsistem usahatani yaitu
simbiosis petani-peternak dimana usahatani
pembangunan dalam kegiatan yang
merupakan usaha pokok yang ditunjang oleh
menggunakan barang-barang modal dan sumber
peternakan.
daya alam untuk menghasilkan komoditas
Sapi perah merupakan salah satu
pertanian primer, termasuk dalam hal ini adalah
komoditas peternakan yang potensial terutama
usaha tanaman pangan dan peternakan (Saragih,
peranannya dalam memenuhi kebutuhan gizi
2003).
masyarakat, khususnya protein hewani yang Peternakan sapi di Indonesia menurut
berasal dari susu sapi. Sejalan dengan upaya
Pane (1986), sejak jaman dahulu telah
pemerintah mengandalkan sektor pertanian
berkembang sebagai suatu usaha sampingan.
sebagai tulang punggung perekonomian, maka
Setyowati — Analisis Pemasaran Susu Sapi Perah
139
usaha sapi perah sangat prospektif mengingat
produk lain yang lebih tahan lama, sehingga
permintaan susu masih belum dapat dipenuhi
memungkinkan dipasarkan dalam jarak yang
(Anonim, 1999).
lebih jauh. Susu sapi perah merupakan salah satu
Jawa Tengah merupakan salah satu
bagian dari produk peternakan, pada waktu
propinsi yang menjadi pusat pengembangan
tertentu produksinya melimpah dan cepat rusak,
ternak sapi perah dengan populasi dan produksi
sehingga dalam waktu relatif singkat harus
susu peringkat ketiga setelah Jawa Barat dan
berhasil dijual. Oleh karena itu tingginya
Jawa Timur. Populasi sapi di Jawa Tengah
produksi susu sapi perah tidak memberikan
menurut Dinas Peternakan Propinsi Jawa
keuntungan yang tinggi tanpa disertai
Tengah pada tahun 2005 mencapai 97.520 ekor
pemasaran yang baik dan efisien.
dengan produksi susu 65.124.921 liter.
Untuk dapat menjangkau pemasaran
Penyebarannya terutama di 4 kabupaten yaitu
susu sapi perah yang luas maka produsen tidak
Kabupaten Boyolali (52.820 ekor), Semarang
akan mampu bila hanya mengendalikan
(22.030 ekor), Klaten (5.787 ekor) dan Kodya
penjualan secara langsung kepada konsumen.
Semarang (3.769 ekor) (Anonim, 1999).
Untuk itu diperlukan adanya saluran distribusi
Usaha peternakan sapi perah di
yang berupa lembaga-lembaga penyalur agar
Kabupaten Boyolali masih diusahakan dengan
dapat menyalurkan produk dengan cepat dan
cara tradisional sebagai usaha tani ternak sapi
tepat.
perah dan masih dijadikan sebagai usaha
Pemasaran susu sapi perah merupakan
sampingan. Selama tahun 2006, produksi susu di
salah satu faktor penting dalam mempengaruhi
Kabupaten Boyolali sebesar 29.461.368 liter,
tingkat harga produk, yang pada gilirannya
sebagaimana tercantum dalam tabel 1.
menentukan tingkat pendapatan produsen susu
Tabel 1. Produksi Susu di Kabupaten Boyolali Tahun 2002-2006. Tahun Produksi Susu (liter) 2002 30.216.749 2003 30.564.853 2004 28.921.368 2005 26.541.286 2006 29.461.368 Sumber: BPS Kabupaten Boyolali.
sapi perah. Harga yang tinggi belum tentu dapat memberikan keuntungan yang tinggi bagi produsen. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan produksi perlu diperhatikan efisiensi pemasarannya. Tingginya biaya pemasaran akan berpengaruh terhadap harga yang dibayar oleh konsumen dan harga pada tingkat produsen. Masalah pemasaran ini
Produk ternak seperti juga produk
sebenarnya bukan semata-mata terletak pada
pertanian lainnya mempunyai permasalahan
panjang dan pendeknya saluran pemasaran
penting yang terkait dengan sifat komoditas
tetapi saluran mana yang dapat memberikan
yang mudah rusak. Penanganan pasca panen
tingkat biaya, margin dan keuntungan yang
akan dapat merombak produk-produk menjadi
wajar serta efisiensi pemasaran, menjadikan
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
140 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 4, Nomor 2, Desember 2008
produk mampu bersaing di pasar dengan harga
pemasaran beras III adalah saluran paling efisien
yang layak dan kualitas baik.
bila dibandingkan dengan lainnya bila dilihat
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas,
dari sudut pandang konsumen karena nilai
maka perumusan masalah yang diambil adalah:
margin-nya paling rendah yaitu 59,14%. Selain
(1).Bagaimana saluran pemasaran susu sapi
dilihat dari margin pemasarannya, efisiensi
perah di Kabupaten Boyolali?.(2).Berapa biaya,
pemasaran dapat dilihat dari farmer's share-nya.
keuntungan dan marjin pemasaran susu sapi
Pada saluran pemasaran beras di Kecamatan
perah di Kabupaten Boyolali?. (3). Berapa
Delanggu, saluran pemasaran yang memiliki
tingkat efisiensi pemasaran susu sapi perah di
farmer's share tertinggi adalah saluran ke III
Kabupaten Boyolali?
dengan nilai 40,85% berarti saluran ini
Tujuan Penelitian ini adalah untuk
merupakan saluran pemasaran beras
yang
mengetahui saluran pemasaran susu sapi perah
paling efisien dilihat dari sudut pandang
di Kabupaten Boyolali, menganalisis biaya,
konsumen. Sedangkan saluran yang memiliki
keuntungan dan marjin pemasaran susu sapi
total keuntungan terbesar adalah saluran
perah di Kabupaten Boyolali, serta menganalisis
pemasaran I yaitu sebesar Rp 1.396,96 /kg,
tingkat efisiensi pemasaran susu sapi perah
sehingga saluran pemasaran beras I dikatakan
secara ekonomis di Kabupaten Boyolali.
paling efisien bila dilihat dari sudut pandang
Hasil penelitian Ari Wibowo (2003)
pedagang.
mengenai efisiensi pemasaran beras (Kasus di
Marketing atau pemasaran yaitu meliputi
Wilayah Kecamatan Delanggu Kabupten
segala kegiatan usaha yang diutamakan atau
Klaten) menyatakan bahwa saluran pemasaran
diperlukan agar barang-barang hasil produksi
beras di Kecamatan Delanggu Kabupaten
dimungkinkan mengalir secara lancar ke sektor
Klaten yaitu :
konsumsi (Kartasapoetra, 1992). Menurut
Saluran I
: Petani-Penebas-Penggilingan
Breimeyer (cit: Sudiyono, 2002) bahwa
Padi-Pedagang Besar- Pengecer-
pemasaran pertanian adalah kegiatan yang
Konsumen.
terjadi diantara usahatani dan konsumen.
Saluran II : P e t a n i - P e n g g i l i n g a n P a d i -
Definisi ini menegaskan bahwa pemasaran
P e d a g a n g b e s a r- P e n g e c e r-
pertanian terjadi setelah usahatani dan produksi
Konsumen.
terjadi pada usahatani. Dengan demikian
Saluran III : P e t a n i - P e n g g i l i n g a n P a d i -
pemasaran pertanian hanya mempelajari aliran
Pengecer- Konsumen.
komoditi hasil-hasil pertanian yang terjadi
Saluran IV : Petani-Penebas-Penggilingan
antara usahatani dan konsumen akhir. Ditinjau
Padi- Pengecer- Konsumen.
dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran
Efisiensi pemasaran dapat dilihat dari
pertanian dikatakan sebagai kegiatan produktif
besarnya margin pemasaran, sehingga saluran
sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan
Setyowati — Analisis Pemasaran Susu Sapi Perah
guna waktu (time utility), guna tempat (place
saluran tersebut adalah :
utility), guna bentuk (form utility) dan guna
a. Produsen- Konsumen akhir
pemilikan (possesion utility).
b. Produsen - Pengecer - Konsumen Akhir
Saluran pemasaran merupakan sekelompok lembaga yang ada diantara berbagai
141
c. Produsen-Pedagang Besar - PengecerKonsumen Akhir
lembaga yang mengadakan kerjasama untuk
d. Produsen- Agen - Pengecer- Konsumen Akhir
mencapai suatu tujuan. Tujuan dari saluran
e. Produsen-Agen - Pedagang Besar - Pengecer
pemasaran adalah untuk mencapai pasar-pasar
Konsumen Akhir (Swastha, 1991)
tertentu, jadi kegiatan penting untuk mencapai
Saluran pemasaran adalah lembaga-
tujuan, yaitu mengadakan penggolongan produk
lembaga pemasaran yang mempunyai kegiatan
dan mendistribusikannya (Swastha, 1991)
untuk meyalurkan/ penyampaian barang-
Dalam hal melancarkan penyampaian dan
barang/ jasa-jasa dari produsen ke konsumen.
memindahtangankan barang-barang dari
Distributor-distributor/ penyalur ini bekerja
produsennya ke pasar (para konsumen) peranan
secara aktif untuk mengusahakan perpindahan
lembaga-lembaga pemasaran (marketing
bukan hanya secara phisik tetapi dalam arti agar
institutions) adalah besar (Kartasapoetra, 1992).
barang-barang tersebut dapat dibeli oleh
Saluran pemasaran merupakan jalur dari
konsumen (Niti Semito, 1993).
lembaga-lembaga penyalur yang mem-punyai
Menurut Soekartawi (1993) biaya
kegiatan meyalurkan barang dari produ-sen ke
pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk
konsumen. Penyalur ini secara aktif akan
keperluan pemasaran. Biaya pemasaran
mengusahakan perpindahan bukan hanya secara
meliputi biaya angkut, biaya pengeringan,
fisik tapi dalam arti agar barang-barang tersebut
penyusutan, retribusi dan lainnya. Besarnya
dapat dibeli konsumen (Stanton, 1993: 69).
biaya ini berbeda satu sama lain disebabkan
Lembaga pemasaran adalah orang atau
karena: macam komoditi, lokasi pemasaran dan
badan usaha atau lembaga yang secara langsung
macam lembaga pemasaran dan efektivitas
terlibat didalam mengalirkan barang dari
pemasaran yang dilakukan.
produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga
Biaya pemasaran suatu macam produk
pemasaran ini dapat berupa tengkulak, pedagang
biasanya diukur secara kasar dengan marjin atau
pengumpul, pedagang besar dan pedagang
spread. Marjin adalah suatu istilah yang
pengecer (Sudiyono, 2002).
digunakan untuk menyatakan perbedaan harga
Secara luas terdapat lima macam saluran
yang dibayar kepada penjual pertama dan harga
dalam pemasaran barang-barang konsumsi.
yang dibayar oleh pembeli terakhir (Hanafiah
Pada masing-masing saluran, produsen
dan Saefuddin: 1983).
mempunyai alternatif untuk menggunakan
Seringkali komoditi pertanian yang
kantor dan cabang penjualan. Kelima macam
nilainya tinggi diikuti dengan biaya pemasaran
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
142 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 4, Nomor 2, Desember 2008
yang tinggi pula. Peraturan pemasaran di suatu
kelompok atau satu tim operasi, maka marjin
daerah juga kadang-kadang berbeda satu sama
dapat dinyatakan sebagai suatu pembayaran
lain. Begitu pula macam lembaga pemasaran
yang diberikan kepada mereka atas jasa-jasanya.
dan efektivitas pemasaran yang dilakukan.
Jadi, margin merupakan suatu imbalan, atau
Makin efektif pemasaran yang dilakukan, maka
harga atas suatu hasil kerja. Apabila ditinjau
akan semakin kecil biaya pemasaran yang
sebagai pembayaran atas jasa-jasa, margin men-
dikeluarkan (Soekartawi, 1993).
jadi suatu elemen yang penting dalam strategi
Keuntungan pemasaran didefinisikan
pemasaran. Konsep marjin sebagai suatu
sebagai selisih harga yang dibayarkan produsen
pembayaran pada penyalur mempunyai dasar
dan harga yang diberikan oleh konsumen.
logis dalam konsep tentang nilai tambah. Marjin
Masing-masing lembaga ingin mendapatkan
didefinisikan sebagai perbedaan antara harga
keuntungan, maka harga yang dibayarkan oleh
beli dengan harga jual (Swastha, 1992).
masing-masing lembaga pemasaran juga
Pengukuran efisiensi pemasaran
berbeda. Semakin maju tingkat pengetahuan
pertanian yang menggunakan perbandingan
produsen, lembaga pemasaran dan konsumen
output pemasaran dengan biaya pemasaran pada
terhadap penguasaan informasi pasar, maka
umumnya dapat digunakan untuk memperbaiki
semakin merata distribusi marjin pemasaran
efisiensi pemasaran dengan mengubah
yang diterima (Soekartawi, 1993).
keduanya. Upaya perbaikan efisiensi pemasaran
Pertimbangan lain dalam menetapkan
dapat dilakukan dengan meningkatkan output
mata rantai saluran pemasaran adalah dengan
pemasaran atau mengurangi biaya pemasaran
jalan membandingkan biaya-biaya yang harus
(Sudiyono, 2002).
dikeluarkan. Secara umum maka menggunakan
Secara sederhana konsep efisiensi dapat
yang selalu
didekati dengan rasio output input. Suatu proses
panjang akan menimbulkan biaya-biaya yang
pemasaran dikatakan efisien apabila : (a).
lebih besar sehingga mendorong harga jual yang
Output tetap konstan dicapai dengan input yang
lebih tinggi, sehingga kelancaran penjualan
lebih sedikit.(b).Output meningkat sedangkan
barang-barang tersebut dapat terganggu. Hal ini
input yang digunakan tetap konstan.(c).
dapat dimaklumi sebab setiap mata rantai
Output dan input sama-sama mengalami
menginginkan keuntungan yang layak sebagai
kenaikan, tetapi laju kenaikan output lebih cepat
kegiatan imbalan mereka. Untuk dapat menekan
daripada laju input (d).Output dan input sama-
harga penjualan agar tidak terlalu tinggi maka
sama mengalami penurunan, tetapi laju penu-
perusahaan harus merelakan agar komisi dari
runan output lebih lambat daripada laju penu-
mata rantai tersebut menjadi lebih kecil (Niti
runan input (Sudiyono, 2002).
mata rantai saluran pemasaran
Semito, 1993). Saluran pemasaran ditinjau sebagai satu
Pemasaran dianggap efisien bila memenuhi dua syarat
yaitu : (1) mampu
Setyowati — Analisis Pemasaran Susu Sapi Perah
143
menyampaikan hasil produksi dari produsen
perah semakin tidak efisien; (3) Diduga bahwa
kepada konsumen dengan biaya yang semurah-
masing-masing mata rantai pemasaran susu sapi
murahnya dan (2) mampu mengadakan
perah pada saluran pemasaran hasil penelitian
pembagian yang adil dari keseluruhan harga
memiliki tingkat efisiensi masih rendah.
yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang terkait dalam kegiatan pemasaran tersebut (Mubyarto, 1979).
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian
Faktor-faktor yang dapat sebagai ukuran
ini adalah deskriptif. Metode deskriptif diartikan
efisiensi pemasaran adalah sebagai berikut:
sebagai prosedur pemecahan masalah yang
(a).Keuntungan pemasaran (b). Harga yang
diselidiki, dengan menggambarkan atau
diterima konsumen (c). Tersedianya fasilitas
melukiskan keadaan objek penelitian pada saat
fisik pemasaran yang memadai untuk
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak
malancarkan transaksi jual beli barang,
atau sebagaimana adanya. Adapun pelaksanaan
penyimpanan, transportasi (d). Kompetisi pasar,
penelitian ini menggunakan metode survei.
persaingan diantara pelaku pemasaran
Metode survei adalah penelitian yang dilakukan
(Soekartawi, 1993).
pada populasi besar maupun kecil, tetapi data
Biaya pemasaran suatu barang niaga
yang dipelajari adalah data dari sample yang
terdiri dari jumlah pengeluaran produsen,
diambil dari populasi tersebut (Nawawi dan
jumlah pengeluaran pedagang dan laba (profit)
Martini, 1996).
yang diterima masing-masing lembaga yang
Kabupaten Boyolali sengaja dipilih
bersangkutan. Biaya pemasaran yang tinggi
sebagai daerah penelitian (purposive), karena
akan berpengaruh terhadap harga eceran dan
daerah ini mempunyai populasi sapi perah yang
harga pada tingkat produsen. Untuk mengetahui
terbesar dibandingkan kabupaten/kota lain di
biaya pemasaran dan marjin pemasaran di
Jawa Tengah dengan jumlah populasi sapi perah
tingkat lembaga dalam saluran pemasaran
pada tahun 2002 sebanyak 63.848 ekor.
digunakan alat analisis biaya dan marjin
Dari tingkat Kabupaten Boyolali dipilih
pemasaran (cost margin analysis) yaitu dengan
satu kecamatan secara sengaja dengan
menghitung besarnya biaya, keuntungan dan
pertimbangan memiliki jumlah peternak sapi
marjin pemasaran tiap lembaga perantara
perah terbanyak dibandingkan kecamatan lain,
berbagai saluran pemasaran.
maka terpilih Kecamatan Musuk sebagai
Hipotesis dari penelitian ini adalah (1)
kecamatan sampel dengan jumlah peternak sapi
Diduga terdapat beberapa saluran pemasaran
perah sebanyak 8.712 orang dengan populasi
susu sapi perah di Kabupaten Boyolali; (2)
ternak tertinggi yaitu sebanyak 16.368 ekor
Diduga bahwa semakin panjang saluran
(BPS Kabupaten Boyolali, 2006).
pemasaran sapi perah maka pemasaran susu sapi
Dari kecamatan terpilih, diambil dua
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
144 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 4, Nomor 2, Desember 2008
desa sample secara sengaja dengan pertimbangan desa-desa tersebut memiliki jumlah produksi susu sapi perah terbanyak. Berdasarkan data maka terpilih Desa Sukorejo dan Desa Karanganyar sebagai desa sample. Populasi penelitian ini adalah peternak
Tabel 2. Jumlah Sampel Peternak Susu Sapi Perah. No Desa Jumlah Sampel Peternak 1. Sukorejo 608 19 2. Karanganyar 428 11 Jumlah 1.036 30 Sumber: Data Primer.
sapi perah. Menurut Singarimbun dan Effendi
Pedagang perantara diperoleh dengan
(1989), data yang dianalisis harus menggunakan
metode snowball yaitu didapat dari informasi
sample yang cukup besar sehingga dapat
produsen susu sapi perah lalu menelusiri
mengikuti distribusi normal. Sample yang
pedagang-pedagang yang terkait dengan
jumlahnya besar dan berdistribusi normal adalah
pemasaran susu sapi perah. Oleh karena itu
sample yang jumlahnya
pengambilan responden pedagang dilakukan
30. Jumlah sample
yang diambil sebanyak 30 peternak sapi perah.
dengan cara mengikuti/menelusuri saluran
Pengambilan sampel peternak dengan
pemasaran susu sapi perah yang ada di daerah
proportional random sampling yaitu
sample, mulai dari produsen susu sapi perah
mempertimbangkan jumlah peternak dari kedua
sampai ke konsumen.
desa terpilih, sehingga sample peternak susu
Konseptualisasi dan pengukuran
sapi perah di Kecamatan Musuk Kabupaten
variabel adalah sebagai berikut: (1).Produsen
Boyolali dengan menggunakan rumus sebagai
susu sapi perah adalah produsen yang
berikut:
menampung dan mengusahakan susu sapi perah dari peternak sapi perah. (2).Konsumen adalah
Nk Ni = x30 N Keterangan : Ni : Jumlah sample peternak susu sapi perah pada lokasi terpilih Nk : Jumlah populasi peternak susu sapi perah pada lokasi terpilih N : Jumlah populasi peternak susu sapi perah di Kecamatan Musuk
jumlah yang besar. (4).Pedagang pengecer
Berdasarkan rumus di atas, daerah
adalah pedagang yang menjual susu sapi perah
sample kecamatan yang terpilih adalah
dalam jumlah kecil secara langsung kepada para
Kecamatan Musuk dan Desa terpilih sebagai
konsumen akhir. (5).Harga susu sapi perah
sampel yaitu Desa Sukorejo dan Desa
adalah harga susu sapi perah yang diterima
Karanganyar. Adapun proporsi sample produsen
peternak, pedagang dan konsumen yang berlaku
susu sapi perah dari dua desa tersebut dapat
saat terjadi proses jual beli pada waktu penelitian
dilihat pada tabel 2 berikut.
diukur dalam rupiah/liter. (6).Pemasaran adalah
orang yang membeli susu sapi perah dari pedagang dan masih berada di wilayah Kabupaten Boyolali. (3).Pedagang besar adalah pedagang yang melakukan pembelian susu sapi perah dari produsen susu sapi perah dalam
proses penyampaian barang dari produsen ke
Setyowati — Analisis Pemasaran Susu Sapi Perah
145
konsumen. (7).Biaya pemasaran adalah biaya
masing-masing lembaga pemasaran,
yang dikeluarkan selama proses pemasaran
dirumuskan sebagai berikut:
berlangsung, mulai produk terjual dari tangan produsen hingga diterima konsumen akhir
Bp = Bpl + Bp2 + …. + Bpn
pemasaran adalah merupakan penjumlahan dari
Keterangan : Bp : Biaya pemasaran susu sapi perah Bp1, Bp2, …Bpn : Biaya pemasaran tiap-tiap lembagpemasaran susu sapi perah
keuntungan yang diterima oleh masing-masing
Keuntungan pemasaran merupakan
lembaga pemasaran dinyatakan dalam
penjumlahan dari keuntungan yang diterima
rupiah/liter. (9).Marjin pemasaran adalah
setiap rantai pemasaran, dirumuskan sebagai
perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen
berikut:
diukur dalam rupiah/liter. (8).Keuntungan
terakhir dengan harga yang diterima produsen,
Kp = Kp1 + Kp2 + … + Kpn
lembaga yang berusaha dalam bidang
Keterangan : Kp : Keuntungan pemasaran susu sapi perah Kp1, Kp2, … Kpn : Keuntungan tiap-tiap lembaga pemasaran susu sapi perah
pemasaran, menggerakkan barang dari produsen
Marjin Pemasaran merupakan
ke konsumen melalui proses jual beli. (11).
perbandingan harga yang dibayarkan konsumen
Saluran pemasaran adalah rangkaian-rangkaian
dengan harga yang diterima produsen susu sapi
lembaga pemasaran yang dilalui barang dalam
perah, secara sistematis dapat dirumuskan
penyalurannya dari produsen ke konsumen.
sebagai berikut:
diukur dengan rupiah/liter. (10).Lembaga pemasaran adalah badan-badan atau lembaga-
(12). Efisiensi pemasaran adalah kemampuan dalam pemasaran yang efisien baik secara teknis maupun secara ekonomis. Teknik pengumpulan data mengguna-
Mp = Pr - Pf Keterangan : Mp: Marjin pemasaran susu sapi segar Pr : Harga susu sapi perah di tingkat konsumen Pf : Harga susu sapi perah di tingkat produsen
kan metode observasi dan wawancara. Untuk
Marjin pemasaran yang diperoleh
Mengetahui biaya pemasaran, marjin pemasar-
pedagang perantara terdiri dari sejumlah biaya
an, keuntungan pemasaran serta tingkat efisiensi
pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan
saluran pemasaran susu sapi perah digunakan
yang diterima oleh pedagang perantara,
analisis biaya pemasaran, keuntungan pemasar-
dirumuskan :
an, marjin pemasaran dan efisiensi ekonomis di
Mp = Bp + Kp
Biaya pemasaran adalah biaya yang
Keterangan Mp : Marjin pemasaran susu sapi perah Bp : Biaya pemasaran susu sapi perah Kp : Keuntungan pemasaran susu sapi perah
dikeluarkan untuk memasarkan suatu komoditi
Efisiensi ekonomis dari masing-masing
dari produsen kepada konsumen. Biaya
saluran pemasaran susu sapi perah dapat
pemasaran merupakan penjumlahan biaya dari
dihitung dengan nilai persentase marjin
tiap lembaga pemasaran dengan rumus sebagai berikut:
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
146 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 4, Nomor 2, Desember 2008
pemasaran dan nilai persentase bagian yang
yang dihasilkan banyak akan sia-sia jika
diterima produsen susu sapi perah. Untuk
pemasarannya berjalan lambat. Lembaga
menghitung nilai persentase margin pemasaran
pemasaran ini membeli langsung dari peternak
dari masing-masing saluran pemasaran
dan mendistribusikannya baik kepada
digunakan rumus sebagai berikut:
konsumen (IPS) ataupun pedagang pengepul.
P r P f M p = x1 0 0 % P r Keterangan : Mp: Margin pemasaran susu sapi perah Pr : Harga susu sapi perah di tingkat konsumen Pf : Harga susu sapi perah di tingkat produsen
Identitas responden lembaga pemasaran dalam pemasaran susu sapi perah di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel 3. Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa umur responden lembaga pemasaran masih tergolong
Bagian yang diterima peternak susu sapi
dalam umur produktif. Hal ini akan berpengaruh
perah dapat dihitung dengan menggunakan
pada kemampuan kerja karena mereka harus
rumus :
menyalurkan susu sapi perah ke berbagai
Mp ù é F= 1x100% ê ú ëPr û
tempat. Diharapkan juga, mereka mampu
Keterangan : F : Bagian yang diterima peternak susu sapi perah. Mp: Marjin pemasaran susu sapi perah. Pr : Harga susu sapi perah di tingkat konsumen. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran susu sapi perah dianggap efisien secara ekonomis adalah masing-masing saluran pemasaran mempunyai nilai persentase margin pemasaran yang rendah dan mempunyai nilai persentase bagian yang diterima produsen susu sapi perah yang tinggi.
berusaha secara penuh mengurusi KUD Musuk atau GKSI yang mereka kelola serta lebih mudah dalam menerima pembaharuan dalam upayanya meningkatkan efisiensi pemasaran susu sapi perah. Tingkat pendidikan pengusaha susu sapi perah (pengurus KUD Musuk dan GKSI) adalah sarjana. Pendidikan sarjana ini menunjukkan KUD Musuk
dan GKSI ini telah memiliki
pendidikan yang baik sehingga diharapkan dapat membaca informasi pasar yang ada dan bisa lebih mudah untuk menerima perubahan teknologi yang ada.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Lembaga Pemasaran Dalam kegiatan pendistribusian barang dari produsen ke konsumen terdapat pedagang perantara atau disebut juga sebagai lembaga pemasaran. Lembaga ini mempunyai peran yang penting dalam kegiatan pemasaran. Jika barang
Lama berusaha akan mempengaruhi pengalaman mereka dalam memasarkan susu sapi perah. Semakin lama berusaha semakin mudah bagi mereka untuk memasarkan produksi mereka karena mereka sudah cukup dikenal oleh konsumen. KUD Musuk dan GKSI Boyolali adalah koperasi yang menjalankan usaha penampungan
Setyowati — Analisis Pemasaran Susu Sapi Perah
Tabel 3. Frekuensi Rata-rata Penyebaran Teknologi Konservasi. No Uraian Jumlah Lembaga Pemasaran 1. Umur (tahun) a. 41-50 1 b. 51-60 1 Jumlah 2 2. Pendidikan a. SLTP b. SLTA a. Sarjana 2 Jumlah 2 3. Lama berusaha (tahun) a. 20-30 1 b. 30-40 1 Jumlah 2 4. Status Koperasi 2 Jumlah 2
147
% 50 50 100 100 100 50 50 100 100 100
Sumber: Analisis data primer.
susu sapi perah yang bersumber dari peternak
komoditi
sapi perah di Boyolali. Mereka menyetorkan
konsumen, baik konsumen yang berada di luar
produksi susu sapi perahnya ke KUD Musuk
kota maupun konsumen industri pengolahan
melalui pos-pos penampungan susu yang
susu yaitu KUD Musuk dan GKSI :
disediakan oleh KUD dan tersebar di desa-desa
1. KUD Musuk (Koperasi Unit Desa Musuk)
se Kabupaten Boyolali. Kemudian susu dari pos-
adalah koperasi primer yang bergerak dalam
pos tersebut dibawa ke KUD untuk diproses
bidang persusuan atau disebut KUD Unit
sehingga siap untuk dipasarkan ke konsumen.
Susu. Dalam kegiatan usahanya KUD Musuk
B. Lembaga Pemasaran
ini menampung susu sapi perah dari peternak
Dalam rangka memperlancar arus komoditi susu sapi perah dan mempertinggi
susu sapi perah dari peternak ke
susu di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali.
kegunaan hasil usahatani yaitu kegunaan
2. GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia),
tempat, waktu, bentuk dan kegunaan
adalah koperasi sekunder yang bergerak
kepemilikan maka kehadiran lembaga
dalam bidang persusuan. Koperasi ini
pemasaran sebagai lembaga perantara sangat
beranggotakan koperasi primer antara lain
dibutuhkan guna melaksanakan fungsi
KUD Unit Susu, Koperasi Susu dan Koperasi
pemasaran. Fungsi pemasaran itu antara lain
Peternakan Sapi Perah.
fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik dan fungsi pelancar.
C. Saluran Pemasaran Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Dalam penelitian ini lembaga pemasaran
dilaksanakan dapat diuraikan mengenai pola
yang terlibat dalam proses penyampaian
saluran pemasaran susu sapi perah di Kabupaten
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
148 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 4, Nomor 2, Desember 2008
Boyolali. Pengumpulan data untuk mengetahui
perahnya ke KUD Musuk. Baik saluran
berbagai saluran pemasaran susu sapi perah
pemasaran I maupun saluran II, peternak susu
yang digunakan, diperoleh dengan cara
sapi perah menjual produksinya dengan
penelusuran jalur pemasaran susu sapi perah
membawanya langsung ke KUD Musuk. Bila
mulai dari peternak sampai pada KUD Musuk
sapi sudah diperah maka produksi susu sapi
dan GKSI Musuk. Saluran pemasaran I banyak
perahnya setiap hari disetorkan ke KUD Musuk
digunakan peternak susu sapi perah yaitu
melalui pos-pos penampungan susu yang telah
sebanyak 11 orang (36,7%), dan saluran
disediakan oleh KUD Musuk dan tersebar di
pemasaran II sebanyak 19 orang
peternak
desa-desa di Kecamatan Musuk sehingga akan
(63,3%). Konsumen dalam hal ini adalah
memudahkan peternak untuk menyetorkan hasil
konsumen yang membeli susu sapi perah masih
perahan susunya ke pos-pos penampungan susu
berada dalam batas Kabupaten Boyolali, sebab
dan di sana sudah ada petugas dari KUD yang
penelitian susu sapi perah ini dibatasi hanya di
bertugas mengontrol
Kabupaten Boyolali.
menguji berapa kadar berat jenis susu sapi dan
kualitas susu dengan
Berikut ini merupakan gambar tipe
mendata volume susu sapi yang disetor oleh
saluran pemasaran I dan II yang digunakan
peternak. Kemudian susu yang di tampung di
peternak susu sapi perah di Kabupaten Boyolali.
pos-pos penampungan susu diambil oleh
Dari bagan saluran pemasaran susu sapi
petugas dari KUD Musuk dengan menggunakan
perah di Kabupaten Boyolali, peternak susu sapi
truk susu dua kali sehari yaitu setiap pagi dan
perah semuanya menjual produksi susu sapi
siang hari. Harga yang ditawarkan oleh KUD
Peternak
KUD Musuk
GKSI
Konsumen (IPS)
Gambar 1. Bagan Saluran I Pemasaran Susu Sapi Perah di Kabupaten Boyolali
Peternak
KUD Musuk
P. Pengumpul
Konsumen (luar kota)
Gambar 2. Bagan Saluran II Pemasaran Susu Sapi Perah di Kabupaten Boyolali Musuk yaitu sebesar Rp 1.550,- per liter susu
Di KUD Musuk hasil perolehan susu sapi
dan peternak akan mendapatkan hasil penjualan
dari pos-pos penampungan dikontrol kualitas
susu sapinya setiap 10 hari sekali berarti setelah
susunya kemudian dimasukkan ke dalam coolin
peternak menyetorkan 10 kali ke pos
(pendingin) selama 2-3 jam setelah itu untuk
penampungan susu karena peternak
saluran pemasaran I dengan truk tanki susu
menyetorkan susu setiap hari.
dibawa ke GKSI untuk di tampung dan diukur
Setyowati — Analisis Pemasaran Susu Sapi Perah
149
kualitasnya lebih lanjut sebelum akhirnya di
Semarang dan IM (Indo Milk) Jakarta.
kirim ke Industri Pengolahan Susu (IPS)
Sedangkan pada saluran II untuk memenuhi
terutama dikirim ke IM (Indo Milk) Jakarta.Dan
permintaan susu sapi perah konsumen luar kota
untuk saluran pemasaran II susu sapi dari KUD
Boyolali. Pemasaran susu ke IPS dalam volume
Musuk sebagian kecil dibeli oleh pedagang
yang besar yaitu lebih dari satu juta liter susu
pengepul untuk dijual kepada konsumen luar
sedangkan pemasaran susu ke luar kota dalam
kota terutama ke pedagang eceran di Kota Solo.
volume yang kecil yaitu kurang dari satu juta
Pada saluran pemasaran I komoditi susu sapi perah untuk memenuhi permintaan Industri Pengolahan Susu (IPS) diantaranya adalah FFI
liter susu. D. B i a y a , M a r j i n d a n K e u n t u n g a n Pemasaran
(Frisian Flag Indonesia) Jakarta, SGM (Sari
Untuk mengetahui biaya, keuntungan
Husada) Yogyakarta, CN (Cita Nasional)
dan marjin pemasaran di tingkat lembaga
Tabel 4. Rata-Rata Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran Susu Sapi Perah di Kabupaten Boyolali pada Saluran Pemasaran I. No 1.
2.
3.
4. 5.
Uraian Peternak a. Harga di tingkat peternak b. Biaya pengangkutan c. Biaya tenaga kerja d. Biaya plastik e. Jumlah biaya KUD Musuk a. Harga beli b. Biaya pengangkutan c. Biaya retribusi d. Biaya listrik f. Biaya sanitasi g. Jumlah biaya h. Keuntungan k. Marjin pemasaran GKSI Musuk a. Harga beli b. Biaya pengangkutan c. Biaya tenaga Kerja d. Jumlah biaya e. Keuntungan f. Marjin pemasaran Harga beli konsumen (IPS) Total Marjin Pemasaran a. Total biaya b. Total keuntungan c. Farmer’s share
Rp/Ltr
%
1.550 14,58 164,61 7,03 186,22
0.71 8.02 0.34 9.08
1.550 40 5 12 5 62 288 350
1.95 0.24 0.58 0.24 3.02 14.05 17.07
1.900 111,48 11,96 123,44 26,56 150 2.050 500 371,66 128,34
5.43 0.58 6.02 1.29 7.31 100 24.39 18.12 6.26 76
Sumber: Analisis data primer.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
150 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 4, Nomor 2, Desember 2008
pemasaran pada ke dua saluran yang digunakan
kehendaki oleh IPS sehingga di GKSI sebelum
peternak susu sapi perah dapat dilihat pada Tabel
dipasarkan, susu sapi diuji dahulu dengan
4 dan 5.
beberapa alat diantaranya : rektometer yang
Dari Tabel 4, dapat diketahui harga yang
digunakan untuk mengukur total solid dan angka
diterima peternak sebesar Rp.1550 per liter dan
kuman, dan milkana yang digunakan untuk
biaya pemasaran yang dikeluarkan peternak
mengukur kadar lemk, SNF (solid non fat), berat
sebesar Rp. 186,22 per liter, kemudian peternak
jenis, kadar protein dan kadar air.
menjual susu sapi ke KUD Musuk dengan harga
Berdasarkan data Tabel 5 diketahui
jual Rp.1550 per liter. KUD Musuk menjual
bahwa saluran pemasaran II lembaga pemasaran
susu sapi perah pada GKSI dengan harga jual
yang terlibat adalah KUD Musuk yang langsung
Rp.1900 per liter. Dan GKSI menjual susu sapi
menjualnya pada konsumen dalam kota.
perah pada Industri Pengolahan Susu (IPS)
Konsumen disini merupakan konsumen yang
dengan harga jual Rp.2050 per liter dan besarnya
membeli susu sapi perah untuk dikonsumsi
biaya pemasaran yang dikeluarkan sebesar
sendiri.
Rp.123,44 per liter sehingga keuntungan yang
Pada saluran pemasaran II, harga yang
diperoleh sebesar Rp.26,56 per liter dan marjin
diterima peternak sebesar Rp.1.550 per liter dan
pemasarannya sebesar Rp.150 per liter. Jadi total
biaya pemasaran yang dikeluarkan peternak
biaya pemasaran saluran I sebesar Rp.371,66 per
sebesar Rp.284,07 per liter, kemudian peternak
liter, total keuntungan pemasaran sebesar
menjual susu sapi perah ke KUD Musuk dengan
Rp.128,34 per liter, total marjin pemasaran
harga jual Rp.1.550 per liter. KUD Musuk
Rp.500 per liter dan total farmer's share 76 %.
menjual susu sapi perah
pada pedagang
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pengepul dengan harga jual Rp.1.800 per liter
saluran pemasaran I adalah KUD Musuk dan
dan besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan
GKSI. KUD Musuk membeli susu sapi perah
sebesar Rp.62 per liter sehingga keuntungan
milik peternak kemudian ditampung dan
yang diperoleh sebesar Rp.188 per liter dan
dikontrol kualitasnya sehingga menjadi susu
marjin pemasarannya sebesar Rp.250 per liter.
sapi segar siap jual ke GKSI dan dari GKSI
Pedagang pengepul menjual susu sapi perah
kemudian dijual ke Industri Pengolahn Susu
pada konsumen luar kota dengan harga jual
(IPS) yaitu FFI (Frisian Flag Indonesia) Jakarta,
Rp.3000 per liter dan besarnya biaya pemasaran
SGM (Sari Husada) Yogyakarta, CN (Cita
yang dikeluarkan sebesar Rp.652,56 per liter
Nasional) Semarang dan IM (Indo Milk) Jakarta,
sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar
berdasarkan informasi dari GKSI produksi susu
Rp.797,44 per liter dan marjin pemasarannya
sapi sebagian besar di pasarkan ke IM (Indo
sebesar Rp.1.450 per liter.
Milk) Jakarta. Susu sapi yang di pasarkan GKSI
Jadi total biaya pemasaran saluran II
ke IPS harus memenuhi standart kualitas yang di
sebesar Rp. 998,63 per liter, total keuntungan
Setyowati — Analisis Pemasaran Susu Sapi Perah
151
pemasaran sebesar Rp.451,37 per liter, total
pemasaran I adalah 76% dan saluran pemasaran
marjin pemasaran Rp.1.450 per liter dan total
II adalah 52 %. farmer's share yang terdapat
farmer's share 52 %.
pada ke dua saluran pemasaran tersebut lebih
E. Efisiensi Pemasaran
dari 50% sehingga dapat dikatakan bahwa
Untuk melihat perbandingan saluran pemasaran susu sapi perah di Kabupaten Boyolali
pemasaran susu sapi perah di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali sudah efisien.
mana yang lebih efisien dapat
Dari Tabel 6 dapat dilihat perbandingan
diketahui dengan cara membandingkan
biaya, keuntungan dan marjin pemasaran serta
besarnya total biaya pemasaran, total marjin
farmer's share dari masing-masing saluran yang
pemasaran dan besarnya farmer's share seperti
ada, total biaya tertinggi terdapat pada saluran II
dapat dilihat pada Tabel 6.
sebesar Rp.998.63 per liter, sedangkan total
Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa
keuntungan tertinggi pada saluran II sebesar
farmer's share yang terdapat pada saluran
Rp.451.37 per liter, total marjin pemasaran
Tabel 5. Rata-rata Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran Susu Sapi Perah di Kabupaten Boyolali pada Saluran Pemasaran II. No Uraian Rp/kg % 1. Peternak a. Harga di Tingkat Peternak 1.550 b. Biaya Pengangkutan 41,07 1.36 c. Biaya Tenaga Kerja 214,44 7.14 d. Biaya Plastik 28,56 0.95 e. Jumlah Biaya 284,07 9.4 2. KUD Musuk a. Harga Beli 1.550 b. Biaya Pengangkutan 40 1.33 c. Biaya Retribusi 5 0.16 d. Biaya Listrik 12 0.40 e. Biaya Sanitasi 5 0.16 f. Jumlah Biaya 62 2.06 g. Keuntungan 188 6.26 h. Marjin Pemasaran 250 83.33 3. Pedagang Pengepul a. Harga Beli 1.800 b. Biaya Pengangkutan 570,43 19.01 c. Biaya Tenaga Kerja 82,13 2.73 d. Jumlah Biaya 652,56 21.75 e. Keuntungan 547.44 18.25 f. Marjin pemasaran 1200 40 4. Harga beli konsumen (luar kota) 3.000 100 5. Total Marjin Pemasaran 1450 48.33 a. Total biaya 998.63 33.29 b. Total Keuntungan 451.37 15.04 c. Farmer’s Share 52 Sumber: Analisis data primer. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
152 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 4, Nomor 2, Desember 2008
tertinggi pada saluran II sebesar 48.33%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Sedangkan farmer's share terbesar ada pada
Dalam pemasaran susu sapi perah di
saluran I yaitu sebesar 76 %. Jika dilihat dari
Kabupaten Boyolali terdapat dua saluran
kedua saluran pemasaran susu sapi perah, maka
pemasaran yaitu :
saluran I memiliki nilai marjin yang lebih kecil
a. Saluran Pemasaran I:
dan mempunyai nilai farmer's share yang lebih
Peternak→KUDMusuk → GKSI→ Konsumen
besar dibandingkan saluran II, maka dapat dika-
(IPS)
takan bahwa saluran pemasaran I merupakan
b. Saluran Pemasaran II:
saluran yang lebih efisien secara ekonomis. Tabel 6. Perbandingan Total Biaya, Total Keuntungan dan Total Marjin Pemasaran serta Farmer's Share dari Kedua Saluran Pemasaran Susu Sapi Perah di Kabupaten Boyolali. Saluran Pemasaran Uraian I (Rp/lt) II (Rp/lt) 1. Total Biaya 371,66 998.63 2. Total Keuntungan 128,34 451.37 3. Marjin Pemasaran (%) 24.39 48.33 Farmer’s Share (%) 76 52 Sumber: Analisis data primer.
setempat kepada peternak-peternak sapi perah Petani → KUD Musuk → Pedagang Pengepul → tentang bagaimana cara beternak yang lebih baik Konsumen (luar kota) Biaya pemasaran pada Saluran
dan benar agar ternak sapi perah jumlahnya
Pemasaran II (Rp. 998,63 per liter) lebih besar
berkembang, produksi susu lebih meningkat dan
dari pada Saluran Pemasaran I (Rp. 371,66 per
kualitas susu yang dihasilkan lebih bisa
liter). Keuntungan pemasaran pada Saluran
memenuhi standard kualitas susu baik untuk
Pemasaran II (Rp. 451,37 per liter) lebih besar
permintaan Industri Pengolahan Susu (IPS)
dari pada Saluran Pemasaran I (Rp. 128,34 per
maupun konsumen luar kota.
liter). Marjin Pemasaran pada Saluran Pemasaran II (Rp. 1.450 per liter) lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
dari pada Marjin Saluran Pemasaran I (Rp. 500
Anonim. 1999. Pakan Sapi Perah Laktasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Semarang.
per liter). Ditinjau dari segi ekonomis Saluran Pemasaran I lebih efisien dibandingkan Saluran Pemasaran II karena mempunyai Marjin Pemasaran lebih rendah (24.39%) dan nilai farmer's share yang lebih tinggi (76 %). Dari hasil penelitian diharapkan ada pembinaan yang lebih intensif oleh pemerintah
Ari Wibowo. 2003. Efisiensi Pemasaran Beras (Kasus di Wilayah Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten). UNS. Surakarta. Budihardjo. 1988. Pengembangan Peternakan Sapi Tradisional sebagai Bagian Integral di Dalam Ekofarming Daerah Aliran Sungai. UNS Press. Surakarta. Daniel M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian.
Setyowati — Analisis Pemasaran Susu Sapi Perah
Bumi Aksara. Jakarta. Hanafiah dan Saefudin, 1983. Tata Niaga Perikanan. UI Press. Jakarta __________. 1986. Tata Niaga Perikanan. UI Press. Jakarta Kartasapoetra. 1992. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Rineka Cipta. Jakarta. Kotler, P. 1992. Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan dan Pengendalian (Diterjemahkan Oleh : Jaka Wasana). Erlangga. Jakarta. Mubyarto. 1979. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. LP3ES. Yogyakarta. ________. 1997. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Nawawi H dan Mini Martini, 1996. Penelitian Terapan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Niti Semito, A. 1993. Marketing. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pane, I. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia. Jakarta. Rasyaf. 2000. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.
153
Singarimbun, M., S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Bogor. _________. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran. Hasil-Hasil Pertanian Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo. Jakarta. Sudiyono, Armand. 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah Malang. Malang. _________. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang. Sumardi. 2002. Kabupaten Brebes. Kompas Edisi Jumat 8 Februari 2002. Jakarta. Stanton, W. S. 1993. Prinsip Pemasaran Jilid 2 (Diterjemahkan Oleh : Sadu Sundaru). Erlangga. Jakarta. Swastha, Basu. 1991. Konsep dan Strategi Analisa Kuantitatif Saluran Pemasaran. BPFE. Yogyakarta. Yusuf dkk. 1999. Analisis Efisiensi Produksi dalam Pemasran Jambu Mete di Kabupaten Flores Timur. Agro Ekonomi Vol. VI/No 1 Juni 1999. Faperta UGM. Yogyakarta
Saragih, B. 2003. Makalah: Pembangunan Agribisnis dalam Menghadapi Pasar Global. Disampaikan pada Seminar Nasional HIMASETA FAPERTA UNS Surakarta 10 Mei 2003.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
INDEKS PENGARANG ILMU-ILMU PERTANIAN 2008
B Penentuan Komponen Kualitas dan Bahan Baku Optimal Produk Kecap Organik Berbasis Off Line Quality Control Bernadetta Budi Setiawati Aspek Hukum Konservasi Sumber Daya Alam Hayati melalui Pengembangan Ekowisata (ecotourism) (Studi di Desa Wisata Ketingan, Desa Tirtoadi, Mlati, Sleman, DIY) Budi Handojo G Evaluasi Program Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 Gunawan Yulianto, Cucuk Redono, Fx. Agus dan Joni Kurniawan H Pengaruh Pemanasan dan Pengeringan Daging Buah Kelapa terhadap Asam Lemak Bebas pada Pembuatan Tepung Kelapa Hadi Santoso Studi Patogenitas Metarhizium anisopliae (metch.) Sor Hasil Perbanyakakan Medium Cair Alami terhadap Larva Oryctes rhinoceros Heriyanto dan Suharno I Revolusi Pemberdayaan Petani/Kelompok Tani Imawan Eko Handriyanto Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Kulon Progo, Gunungkidul, Sleman dan Bantul di Era Otonami Daerah Istiningsih M Studi Penelusuran Tugas dan Kinerja Alumni STPP Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta Miftakhul Arifin, Ina Fitria Ismarlin, Nani Tri Iswardayati, Abdul Hamid P Dampak Pengelolaan Hutan Rakyat terhadap Kondisi Ekonomi Rumah Tangga Petani (Di Desa Soronalan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang) Pantja Siwi VR Ingesti
R Penyebaran Teknologi Konservasi Lahan Kering melalui Pemuka Pendapat di Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta R. Kunto Adi Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian di Kabupaten Gunungkidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Ropingi dan Yanwar Sudartono S Membangun Sistem Keprofesian Penyuluh Pertanian Sapto Husodo Analisis Pemasaran Susu Sapi Perah di Kabupaten Boyolali Setyowati Promoting Social Capital for Rural Community Development Subejo Urgensi Pembangunan Pedesaan dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional Sunarru Samsi Hariadi
INDEKS KOMULATIF ILMU-ILMU PERTANIAN 2008 Promoting Social Capital for Rural Community Development
1–7
Subejo Penentuan Komponen Kualitas dan Bahan Baku Optimal Produk Kecap Organik Berbasis Off Line Quality Control
8 – 19
Bernadetta Budi Setiawati Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Kulon Progo, Gunungkidul, Sleman dan Bantul di Era Otonami Daerah
20 – 37
Istiningsih Membangun Sistem Keprofesian Penyuluh Pertanian
38 – 46
Sapto Husodo Studi Patogenitas Metarhizium anisopliae (metch.) Sor Hasil Perbanyakakan Medium Cair Alami terhadap Larva Oryctes rhinoceros
47 – 54
Heriyanto dan Suharno Revolusi Pemberdayaan Petani/Kelompok Tani
55 – 60
Imawan Eko Handriyanto Evaluasi Program Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007
61 – 74
Gunawan Yulianto, Cucuk Redono, Fx. Agus dan Joni Kurniawan Urgensi Pembangunan Pedesaan dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional
75 – 86
Sunarru Samsi Hariadi Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditias Pertanian di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
87 – 98
Ropingi dan Yanwar Sudartono Penyebaran Teknologi Konservasi Lahan Kering melalui Pemuka Pendapat di Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
99 – 108
R. Kunto Adi Dampak Pengelolaan Hutan Rakyat terhadap Kondisi Ekonomi Rumah Tangga Petani (Di Desa Soronalan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang) Pantja Siwi VR Ingesti
109 – 119
Aspek Hukum Konservasi Sumber Daya Alam Hayati melalui Pengembangan Ekowisata (ecotourism) (Studi di Desa Wisata Ketingan, Desa Tirtoadi, Mlati, Sleman, DIY)
120 – 127
Budi Handojo Studi Penelusuran Tugas dan Kinerja Alumni STPP Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta
128 – 137
Miftakhul Arifin, Ina Fitria Ismarlin, Nani Tri Iswardayati, Abdul Hamid Analisis Pemasaran Susu Sapi Perah di Kabupaten Boyolali
138 – 153
Setyowati Pengaruh Pemanasan dan Pengeringan Daging Buah Kelapa terhadap Asam Lemak Bebas pada Pembuatan Tepung Kelapa Hadi Santoso
154 – 160
PEDOMAN PENULISAN NASKAH DALAM JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN Naskah dalam Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, dengan gaya bahasa efektif dan akademis. Naskah dapat berupa hasil penelitian atau studi pustaka yang diketik komputer (MS–Word atau yang kompatibel dengan MS-Word) meggunakan spasi ganda, tulisan disertai intisari (abstract). Panjang tulisan berkisar antara 16 sampai dengan 20 halaman kuarto (A4). Naskah hasil penelitian mengikuti susunan sebagai berikut; halaman judul, nama penulis, alamat penulis, intisari, kata kunci, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar pustaka. Naskah konseptual tersusun atas halaman judul, pendahuluan, isi tulisan, penutup, daftar pustaka. Grafik dan gambar garis dapat gambar dengan tinta cina atau menggunakan program grafik (komputer), grafik dan gambar diutamakan tidak berwarna (hitam putih). Judul gambar diletakkan di bawah gambar, diberi nomor urut sesuai dengan letaknya dan dicetak tebal. Masingmasing gambar diberi keterangan singkat dengan nomor urut yang diletakkan di luar bidang gambar. Gambar dan grafik diletakkan di dalam naskah. Gambar fhotografis diutamakan tidak berwarna (hitam putih) dan dicetak di atas kertas mengkilap, jelas dan tidak kabur. Nama lain (binomial), kata asing, latin dan bukan kata dalam Bahasa Indonesia dicetak miring. Judul harus singkat dan jelas menunjukkan identitas subyek, indikasi tujuan studi dan memuat kata-kata kunci. Jumlah kata seyogyanya berkisar antara 6 - 12 buah, dituliskan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Nama atau namanama penulis ditulis tanpa gelar. Abstarct (intisari), harus dapat memberi informasi mengenai seluruh isi karangan, ditulis dengan singkat, padat dan jelas dan tidak melebihi 250 kata, ditulis dalam Bahasa Inggris (untuk naskah dalam Bahasa Indonesia) dan Bahasa Indonesia (untuk naskah dalam Bahasa Inggris), intisari disertai key words (kata kunci). Pendahuluan, berisi latar belakang, masalah dan tinjauan teori secara ringkas.
Metode penelitian, berisi penjelasan mengenai bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian (kalau ada), waktu, tempat dan rancangan percobaan (teknik analisis). Hasil dan pembahasan, disajikan secara ringkas (dapat dibantu dengan tabel, grafik atau fhoto-fhoto). Pembahasan merupakan tinjauan terhadap hasil penelitian secara singkat tetapi jelas dan merujuk pada literatur terkait. Kesimpulan dan saran, berisi hasil nyata ataupun keputusan dari penelitian yang dilakukan dan saran tindakan lanjut untuk bahan pengembangan penelitian berikutnya. Daftar pustaka, memuat semua pustaka yang digunakan dalam penulisan karangan. Daftar pustaka ditulis dalam urutan abjad secara kronologis (urut tahun). Penulisan pustaka untuk buku dengan urutan; nama pokok (keluarga) dan inisial pengarang, tahun terbit, judul, jilid, edisi, nama penerbit dan tempat terbit. Setiap bagian diakhiri dengan tanda titik. Penulisan pustaka untuk karangan dalam buku, majalah, surat kabar, proseding atau terbitan lain bukan buku, ditulis dengan urutan; nama pokok dan inisial pengarang, tahun terbit, judul karangan, inisial dan nama editor, judul buku, halaman pertama dan akhir karangan, nama penerbit dan tempat terbit. Redaksi mempunyai hak untuk mengubah dan memperbaiki ejaan, tata tulis dan bahasa yang dimuat tanpa mengubah esensi. Naskah yang telah ditulis dan sesuai dengan pedoman penulisan jurnal ilmu-ilmu pertanian diterima paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan, dalam bentuk hard printing (cetak printer) dan soft printing (file). Naskah dikirimkan kepada M. Adlan Larisu, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta, Jalan Kusumanegara Nomor 2 Yogyakarta Kode Pos 55167 Telpon (0274) 373479 Faximile (0274) 375528. EMail:
[email protected]