Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.2 (2016) : 66-76 ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/JPH
ISSN : 2443-3608
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN GANDA (MULTIPLE INTELLEGENCE) PADA KONSEP EKOSISTEM SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BARABAI Raihanah1, Rabiatul Adawiyah1 1
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Banjarmasin, Jl. Sultan Adam Kompleks. H. Iyus Blok A No.18 RT.23
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan ganda (Multiple Intellegences) siswa, pemahaman siswa, aktivitas guru, dan mengetahui respons siswa kelas VII SMP Negeri 4 Barabai pada konsep Ekosistem.Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri atas 2 kali pertemuan, subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 4 Barabai Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 24 orang. Jenis data dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu data kuantitatif (pretes dan postes) dan data kualitatif (hasil observasi kecerdasan ganda (Multiple Intellegences) siswa, aktivitas guru, dan angket respons siswa).Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penilaian kecerdasan ganda (multiple intelegences) pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 1,94 kategori cukup meningkat pada siklus II menjadi 2,7 kategori baik. Jadi, secara keseluruhan kecerdasan ganda memperoleh nilai tuntas pada siklus II sesuai dengan indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan yaitu kategori baik. (2) Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 4 Barabai pada siklus I dan II yaitu berupa hasil ketuntasan belajar. Persentase ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus I masih belum mencapai indikator keberhasilan yaitu sebesar 79,16% dan meningkat pada siklus II sebesar 91,66% Hal ini berarti sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu ≥ 85%. (3) Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatifyang dilakukan oleh guru pada siklus I masih tergolong baik yaitu dengan rata-rata 2,2 dan meningkat pada siklus II menjadi kategori sangat baik dengan rata-rata sebesar 3,3. (4) Siswa memberikan respon positif terhadap pelaksanaan kegiatan pembembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu 88% siswa menjawab ”Ya” sedangkan 12% menjawab ”Tidak”. Hal ini berarti siswa menyukai belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif yang dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa dapat memahami materi pada konsep Ekosistem. Kata kunci: STAD, kecerdasan ganda (Multiple Intellegences), ekosistem
Publised : Juni 2016
PENDAHULUAN Pembelajaran IPA Biologi dapat dilakukan dengan berbagai metode pembelajaran, namun kenyataan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih mengandalkan cara-cara lama yang hanya mementingkan aspek akademik sehingga memberikan tekanan pada perkembangan intelegensi yang hanya terbatas pada aspek kognitif. Kecenderungan belajar seperti ini akan menciptakan generasi muda yang kurang kreatif, takut salah, dan kurang percaya diri, sehingga tidak mengembangkan potensi kecerdasan siswa. Guru perlu mengembangkan suatu program pembelajaran
66
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegence) Pada Konsep Ekosistem Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Barabai
yang dapat memberdayakan dan mengembangkan intelegensi-intelegensi tersebut (Winataputra, 2008). Berdasarkan hasil diskusi dengan guru IPA Biologi SMP Negeri 4 Barabai proses pembelajaran dilaksanakan lebih banyak menggunakan metode ceramah dan latihan soal secara individu dalam proses pembelajaran.Hal ini kurang sesuai dengan anjuran pemerintah tentang pentingnya penanaman pendidikan karakter pada siswa, khususnya nilai-nilai bersahabat dan komunikatif (Depdiknas, 2011). Akibatnya aktivitas siswa masih rendah yang berdampak pada rendahnya nilai siswa, dan ketuntasan belajar secara klasikal sebanyak 85% belum bisa dicapai. Guru seharusnya mampu menciptakan suatu proses pembelajaran yang kondusif dan bermakna sesuai dengan metode yang digunakan sehingga mampu meningkatkan perhatian, minat, dan motivasi belajar siswa (Uno, 2012). Guru merupakan ujung tombak keberhasilan kegiatan pembelajaan di kelas yang terlibat langsung dalam merancanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru harus mengetahui kekuatan dan kelemahan siswanya, melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, agar dapat mengembangkan intelegensi siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efesien diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses pembelajaran (Susilo, 2007).Penelitian ini berjudul ”Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegences) Pada Konsep Ekosistem Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Barabai”. METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Jenis data dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu data kuantitatif, ialah data yang dikumpulkan dari hasil belajar siswa yang diambil dari pretes dan postes. Sedangkan data kualitatif dihasilkan dari lembar observasi kecerdasan ganda (Multiple Intelligences) siswa, aktivitas guru, dan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan angket respon siswa terhadap proses belajar mengajar. Hasil datadaripelaksanaan pembelajaran yang meliputi data kuantitatif (hasil pretes dan postes), dan data kualitatif (hasil observasi kecerdasan ganda (Multiple Intelligences) siswa, aktifitas guru, dan aktivitas siswa) dianalisis secara deskriptif untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
a. Kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan visual-spasial dengan menganalisis hasil observasi dalam pelaksanaan pembelajaran, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi sangat baik, baik, cukup, dan kurang.
b. Pemahaman konsep Ekosistem dilihat dari hasil belajar siswa dan dianalisis dengan teknik persentasi. Untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan rumus berikut. 67
Raihanah & Adawiyah R/ Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.2 (2016) : 66-76
Ketuntasan
Individu
Ketuntasan Klasikal
Jumlah jawaban Jumlah soal
soal yang seluruhnya
benar
100
Jumlah siswa yang tuntas secara perorangan 100 % Jumlah siswa seluruhnya
(Sumber: Usman dan Setiawati, 2000) Keterangan: Ketuntasan individual : apabila siswa mencapai ketuntasan belajar ≥ 65 Ketuntasan klasikal : apabila 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan belajar individual
c. Aktivitas guru dengan menganalisis tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi sangat baik, baik, cukup, dan kurang.
d. Aktivitas siswa dengan menganalisis hasil lembar observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
e. Respons siswa dengan menganalisis hasil angket respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif yang digunakan. Penelitian ini dikatakan berhasil dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan visual-spasial menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan perolehan kategori baik berdasarkan Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Kriteria Penilaian kecerdasan ganda (Multiple Intellegences) Nilai Angka Huruf 3,1 – 4 A 2,1 – 3 B 1,1 – 2 C 1 D (Sumber: Syah, 2001)
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang
2. Peningkatan pemahaman siswa dengan tercapainya ketuntasan belajar klasikal yaitu ≥ 85% dari keseluruhan siswa yang mencapai ketuntasan individual, nilai tuntas apabila siswa mencapai nilai 65 atau lebih. 3. Terjadinya peningkatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran yang ditandai dengan kategori baik dalam lembar observasi berdasarkan Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Kriteria Penilaian Kualitas Kinerja Guru Nilai Angka 3,1 – 4 2,1 – 3 1,1 – 2 1
Huruf A B C D
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang 68
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegence) Pada Konsep Ekosistem Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Barabai (Sumber: Syah, 2001)
4. Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan berkurangnya frekuensi kegiatan siswa di luar pembelajaran, karakter dan keterampilan sosial siswa ditandai dengan kategori baik. 5. Respons siswa dikatakan baik apabila mencapai skor ≥ 51 atau dengan keterangan baik yang diukur dengan dikategori seperti pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Kriteria Penilaian Respons Siswa Selama Pembelajaran Skor Kategori 76 – 100 Sangat Baik 51 – 75 Baik 26 - 50 Cukup < 26 Kurang (Sumber: Arikunto, 2010)
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Hasil Penilaian Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegences) Siklus I dan II Hasil penilaian kecerdasan Kecerdasan verbal/bahasa
yang meliputi bertanya dan
mentumbangkan ide/pendapat, kecerdasan interpersonal meliputi kerjasama dan komunikasi dan kecerdasan visual-spasial pengamatan gambar pada siklus I dan Siklus II seperti pada Tabel 4 berikut ini Tabel 4.Perbandingan Data Hasil Penilaian Kecerdasan Ganda (MultipleIntellegences) Siklus I dan Siklus II Kecerdasan Ganda Kecerdasan verbal/bahasa Kecerdasan Interpersonal
Aspek yang dinilai Bertanya
Siklus I P1 P2 2,04 2,41
Menyumbangkan ide/pendapat Kerjasama
1,54
1,70
1,95
2,12
2,04 1,54
2,08 2
9,11 1,82 C
10,3 2,06 C
Komunikasi Kecerdasan Pengamatan Visual-Spasial gambar Jumlah Rata-rata Kategori
69
Ratarata 2,22
K B C
1,62
C
2,03 2,06
C C
1,77 9,7 1,94 C
Siklus II P1 P2 2,66 3,29
Rata-rata
K
2,97
B
2,45
2,54
2,5
B
2.33 2,45
3,12 2,66
2,72 2,55
B B
2,62
2,83
2,72
B
12,5 2,50 B
14,4 2,9 B
13,5 2,7 B
Raihanah & Adawiyah R/ Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.2 (2016) : 66-76
Pemahaman Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II Pemahaman siswa terhadap konsep ekosisem menggunakan model dilihat dari hasil belajar siswa (pretes dan Postes). Hasil pretes dan postes pada siklus I dan siklus II seperti pada Gambar 1 berikut. 100
66.66 37.5
50
79.16 54.16
79.17 62.5
91.66 50 pretes postes
0 SIKLUS I PERTEMUAN SIKLUS I PERTEMUAN SIKLUS II PERTEMUAN SIKLUS II PERTEMUAN 1 2 1 2
Gambar 1. Grafik perbandingan ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal dari pretes dan postes siklus I dan II
Hasil Penilaian Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II Penilaian aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dilihat dari keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Hasil penilaian kualitas kinerja guru pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar2 berikut ini.
Presentasi
4 2
3.2 1.95
3.3
2.4 angka
0 SIKLUS I PERTEMUAN 1
SIKLUS I PERTEMUAN 2
SIKLUS II PERTEMUAN 1
SIKLUS II PERTEMUAN 2
Gambar 2. Grafik perbandingan aktivitas guru siklus I dan siklus II
Hasil Penilaian Aktivitas Siswa yang tidak Terlibat dalam Kegiatan Pembelajaran (Off task) Siklus I dan Siklus II Aktivitas siswa yang tidak terlibat dalam kegiatan pembelajaran meliputiberbicara yang tidak relevan, mengerjakan pekerjaan lain, dan membuat coret-coretan di kertas, dan lain-lain Hasil observasi aktivitas siswa yang tidak terlibat dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II dapat dilihat pada Gambar3 berikut ini.
70
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegence) Pada Konsep Ekosistem Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Barabai
8,78%
Siklus I Pertemuan 1
6.46%
5,08%
Siklus I Pertemuan 2
3.23%
Siklus II Pertemuan 1
Siklus II Pertemuan 2
Gambar 3. Grafik perbandingan aktivitas siswa Siklus I dan Siklus II Hasil Penilaian Perilaku Berkarakter Siklus I dan Siklus II Perilaku berkarakter yng diamati meliputi tanggung jawab dan peduli sosial. Hasil penilaian perilaku berkarakter pada siklus I dan siklus II seperti pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Data Hasil Penilaian Perilaku Berkarakter Siklus I dan Siklus II No
Aspek yang dinilai
1.
Tanggung jawab
2.
Peduli Sosial Jumlah Rata-rata Kategori
Siklus I P1 P2 2,33 2,22 2,12 2,08 4,3 4,45 2,15 2,22 B B
Ratarata K 2,27 B 2,1 B 4,37 2,18 B
Siklus II P1 P2 3 2,37 2,66 2,20 4,57 5,66 2,28 2,83 B B
Ratarata 2,68 2,43
K B B 5,11 2,55 B
Hasil Penilaian Keterampilan Sosial Siklus I dan Siklus II Keterampilan sosial yang diamati meliputi menjadi pendengar yang baik danmenghargai pendapat teman. Hasil penilaianketerampilan sosial siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Data Hasil Penilaian Keterampilan Sosial Siklus I dan Siklus II No 1. 2.
Aspek yang dinilai Menjadi pendengar yang baik Menghargai pendapat teman Jumlah Rata-rata Kategori
Siklus I P1 P2
Ratarata
K
Siklus II P1 P2
Ratarata
K
2
2,33
2,16
B
2,45
2,54
2,5
B
1,54
1,70
1,62
C
1,87
2,16
2,01
C
2,03 1,02 C
4,03 2,02 C
4,32 2,16 B
4,7 2,35 B
71
3,78 1,89 C
4,51 2,25 B
Raihanah & Adawiyah R/ Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.2 (2016) : 66-76
Respons Siswa mengenai Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Tabel 7. Respons Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Pertanyaan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B.
Saya menyenangi pelajaran IPA biologimenggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegences) Saya memiliki kemauan yang tinggi untuk memanfaatkan waktu belajar dengan baik Saya menjadi lebih mudah dalam berkomunikasi (bertanya) dengan guru atau teman untuk memahami pelajaran pada konsep Ekosistem Saya menjadi lebih mudah memahami materi pelajaran menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada konsep ekosistem Model pembelajaran kooperatif membuat belajar menjadi lebih mudah dan tidak membosankan Saya dapat menguasai beberapa istilah ilmiah dalam materi Ekosistem Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar saya Saya berani mengemukakan pendapat saya Saya dapat membantu teman yang kesulitan dalam memahmi pelajaran Saya dapat meningkatkan hasil belajar Jumlah Persentase
Jawaban Ya Tidak 19
5
22
2
20
4
22
2
19
5
24 24 18 20 23 211 88%
0 0 6 4 1 29 12%
Pembahasan
Hasil Penilaian Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegences) Penilaian kecerdasan ganda (Multiple Intellegences) berdasarkan hasil observasi selama pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil penilaian yang diperoleh pada siklus I dengan kategori cukup didasarkan pada fakta yang terlihat siswa masih malu-malu, takut salah, kurang percaya diri untuk berbicara dan menyumbangkan ide/pendapat sementara itu siswa masih terlihat kesulitan dalam merangkai kalimat dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti. Hal ini disebabkan mereka terbiasa duduk pasif dibangku dan menjadikan guru sebagai pusat informasi. Kecenderungan belajar seperti ini akan menciptakan siswa yang kurang kreatif sehingga tidak mengembangkan potensi kecerdasan siswa. Kemudian guru meminta siswa menulis pertanyaan atau saran di selembar kertas kemudian membacanya. Hal ini dilakukan guru agar siswa terlibat aktif dan kemampuan berbahasa siswa dapat dikembangkan. Pendapat ini sejalan dengan Sardiman (2008) bahwa dalam kegiatan belajar mengajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Hasil penilaian yang diperoleh pada siklus II dengan kategori baik didasarkan pada fakta yang terlihat siswa mulai berani mengemukakan pendapat, saran ataupun pertanyaan secara lisan dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami di depan temannya pada saat proses pembelajaran. Selain itu, siswa yang pandai dan kurang pandai sudah mau berkolaborasi dengan baik pada saat bediskusi dalam 72
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegence) Pada Konsep Ekosistem Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Barabai
kelompok, dan melakukan pengamatan gambar secara tertib sehingga tercipta suasana belajar menyenangkan. Menurut Sanjaya, 2010 Dengan pengamatan gambar diharapkan siswa dapat melatih kemampuannya untuk berimajinasi sehingga dapat merangsang perkembangan mental dan kecerdasan siswa, Dalam hai ini guru dapat menfasilitasi siswa untuk belajara secara kelompok sehingga dapat memberikan pengalaman pada siswa agar mampu bersosialisasi atau mampu berhubungan sosial dengan orang lain.
Peningkatan kualitas pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam
mengarahkan dan mengembangkan potensi siswa sesuai dengan fungsinya sebagai fasilitator pembelajaran. Pemahaman Belajar Siswa Dilihat dari Hasil Tes Pemahaman siswa dilihat berdasarkan hasil tes menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. hasil postes siklus I pertemuan 1 diperoleh nilai ketuntasan klasikal 66,66% dan postes siklus I pertemuan 2 mengalami sedikit peningkatan yaitu dengan nilai ketuntasan klasikal 79,16% tetapi masih belum mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan berupa ketuntasan klasikal sebesar 85%. Ketidaktuntasan tersebut disebabkan siswa malas belajar, kesulitan memahami materi yang dipelajarai,siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru, dan kekurangan yang berasal dari guru adalah belum optimal dalam melaksanaakan skenario pembelajaran. Hasil postes siklus II pertemuan 1 diperoleh nilai ketuntasan klasikal 79,16% dan postes siklus II pertemuan 2 mengalami peningkatan yaitu dengan nilai ketuntasan klasikal 91,66%. Dengan adanya peningkatan siklus II dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 maka secara umun bahwa hasil ketuntasan klasikal siklus II telah mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus II ini dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif siswa dapat berperan sebagai pembicara dan pendengar dengan baik. Sehingga semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan materi pelajaran dapat lebih diterima oleh siswa dibandingkan belajar dari mendengarkan ceramah dari guru. Menurut Uno (2012) bahwa pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran yang harus diciptakan guru untuk mengaktifkan siswa bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan sehingga tercipta suasan pembelajaran yang menyenangkan. Hasil Penilaian Aktivitas Guru Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif siklus I masih tergolong baik yaitu dengan rata-rata 2,2 dan meningkat pada siklus II menjadi kategori sangat baik dengan rata-rata sebesar 3,4. Pada siklus I pertemuan 1dan 2 guru masih terlihat kaku dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan kecerdasan ganda siswa, hal ini terlihat pada materi yang disampaikan sedikit menyimpang dari topik yang direncanakan, pengaturan
waktu
yang
belum
maksimal
mengakibatkan
minimnya
kesempatan
siswa
mempresentasikan hasil diskusinya, guru masih banyak memberikan waktu pada siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
73
Raihanah & Adawiyah R/ Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.2 (2016) : 66-76
Sedangkan pada siklus II guru sudah mampu memperbaiki kekurangan pada siklus I. Peningkatan aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana menggunakan model pembelajaran kooperatif menyebabkan meningkatnya pemahaman siswa pada siklus II. Pada kegiatan pembelajaran guru intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam belajar, memberi penguatan dan penghargaan kepada kelompok siswa yang kinerjanya bagus yang dilakukan guru mampu meningkatkan minat, perhatian, partisipasi, dan presentasi siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil observasi aktivitas guru yang melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif dengan baik sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar. Kondisi tersebut di atas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kunandar (2008) bahwa guru harus mampu menyusun dan melaksanakan model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) yang menggairahkan motivasi belajar siswa. Hasil Penilaian Aktivitas Siswa yang tidak Terlibat dalam Kegiatan Pembelajaran (Off task) Pada siklus I pertemuan 1 masuh banyak ditemukan kekurangan terutama dalam pengelolaan kelas sehingga perhatian siswa kurang terhadap pembelajaran. Dari sembilan kategori yang seharusnya tidak dilakukan oleh siswa hanya satu saja yang tidak dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan siswa belum sepenuhnya fokus terhadap model pembelajaran Kooperatif. Pada siklus I pertemuan 2 menunjukan kekurangan persentasi aktivitas yang seharusnya tidak dilakukan siswa, karena mulai adanya minat dan perhatian siswa. Namun masih banyak siswa yang berbicara tidak relevan, membuat coret-coret dikertas, keluar dari tempat duduk, melakukan pekerjan lain dan mengganggu teman. Aktivitas yang seharusnya tidak dilakukan siswa dalam pembelajaran pada siklus II menurun dibanding pada siklus I. Pada siklus I rata-rata yang seharusnya tidak dilakukan oleh siswa sebesar 7.62% namun pada siklus II menurun menjadi 4.15%. Hal ini menunjukkan minat siswa sudah membaik dan bisa beradabtasi selama proses pembelajaran berlangsung. Penurunan aktivitaas yang seharusnya tidak dilakukan oleh siswa juga didukung oleh usaha guru yang terus memberikan motivasi dan bimbingan sehingga aktivitas siswa lebih terarah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kunandar (2008) bahwa keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Hasil Penilaian Perilaku Berkarakter Penilaian perilaku berkarakter meliputi tanggung jawab dan peduli sosial siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator keberhasilan.Sesuai dengan fakta bahwa menggunakan model pembelajaran Kooperatif mampu membangkitkan motivasi individu peserta didik untuk bekerjasama dengan baik kepada sesama kelompok yang lebih pandai sudah mau menerima dan berbagi dengan murid yang kurang pandai, karena mereka mempunyai tanggung jawab
74
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegence) Pada Konsep Ekosistem Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Barabai
yang sama, mengahargai kemampuan peserta didik yang lain, sebaliknya peserta didik yang kurang pandai mempunyai tanggung jawab untuk dapat berperan dalam kelompok secara maksimal dengan segenap keterbatasannya. . Hasil Penilaian Keterampilan Sosial Penilaian keterampilan sosial meliputi menjadi pendengar yang baik dan menghargai pendapat teman. Hasil penilaian keterampilan sosial siswa siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, dengan perolehan kategori baik pada siklus II. Berdasarkan pada fakta yang terlihat pada siklus I siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru pada saat proses pembelajaran, banyak siswa yang berbicara tidak relevan, tidak menghargai teman bahkan ada siswa yang mengejek pada saat temannya menyampaikan pendapat. Pada siklus II terjadi peningkatan yang ditandai dengan fakta penilaian keterampilan sosial siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator keberhasilan. Didasarkan pada fakta yang terlihat siswa dapat menghargai pendapat teman dan tidak memotong
saat
berbicara/berpendapat, saran ataupun pertanyaan secara lisan dengan bahasa yang jelas dan sesuai topik di depan temannya pada saat proses pembelajaran. Respons Siswa mengenai Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menggunakan model pembelajaran kooperatif mendapat respons yang positif dari siswa yaitu 88% siswa menjawab ”Ya” sedangkan 12% menjawab ”Tidak”. Hal ini berarti siswa menyukai belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada konsep Ekosistem.Respons siswa yang baik menunjukkan adanya minat siswa dalam belajar dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif, model ini dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan. Menurut Uno (2012) Motivasi siswa terhadap pembelajaran dipengaruhi oleh minat dan perhatian siswa. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang aktif dan menyenagkan sesuai dengan konsep materi agar siswa mau terlibat langsung dalam pembelajaran
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Penerapan Pembelajaran kooperatif untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda (Multiple Intellegences) Pada Konsep Ekosistem Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Barabai dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Hasil penilaian kecerdasan ganda (multiple intelegences) pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 1,94 kategori cukup meningkat pada siklus II menjadi 2,7 kategori baik. Jadi, secara keseluruhan kecerdasan ganda memperoleh nilai tuntas pada siklus II sesuai dengan indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan yaitu kategori baik. b. Pembelajaran menggunakan model kooperatif dapat meningkatkan pemahaman pada. Persentase 75
Raihanah & Adawiyah R/ Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.2 (2016) : 66-76
ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus I yaitu sebesar 79,16 % dan meningkat pada siklus II sebesar 91,66%. Dengan demikian untuk ketuntasan klasikal dari siklus I ke siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu ≥ 85%. c. Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh guru pada siklus I masih tergolong baik yaitu dengan rata-rata 2,2 dan meningkat pada siklus II menjadi kategori sangat baik dengan rata-rata sebesar 3,4. d. Aktivitas siswa yang tidak seharusnya dilakukan menurun dari siklus I ke siklus II, hal ini membuktikan bahwa siswa mulai meningkatkan perhatiannya pada saat pembelajaran berlangsng. Sedangkan untuk karakter dan keterampilan sosial siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu segnifikan yaitu dengan kategori baik. e. Siswa memberikan respon positif terhadap pelaksanaan kegiatan pembembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu 88% siswa menjawab ”Ya” sedangkan 12% menjawab ”Tidak”. Hal ini berarti siswa menyukai belajar model pembelajaran kooperatif yang dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa dapat memahami materi pada konsep Ekosistem.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan pengalaman di Satuan Pendidikan Riuntisan). Jakarta: Puskurbuk. Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Syah, Muhibbin. 2001. Psikology Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Uno, B. Hamzah. 2012. Belajar Dengan Pendekatan Pailkem. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, Moh. Uzer dan Setiawati. 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosdakarya. Winataputra, Udin.S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
76