Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.3 (2016) : 147-154 ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/JPH
ISSN : 2443-3608
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 2 PADANG BATUNG PADA KONSEP EKOSISTEM DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
Aidy Firman, Nana Citrawati Lestari Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Banjarmasin Dosen Prodi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Banjarmasin Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 2 Padang Batung. Permasalahan yang terdapat pada sekolah ini, kurangnya pengetahuan guru terhadap model pembelajaran, aktivitas siswa yang tidak aktif, dan hasil belajar secara klasikal masih rendah. Penelitian dilakukan untuk meningkatkan, aktivtas siswa, hasil belajar, dan kinerja guru. Penelitian terdiri dari dua siklus dengan 4 kali pertemuan, data yang diambil dalam penelitian ini berupa data hasil belajar yaitu pretes dan postes, aktivitas siswa dalam pembelajaran, sikap, sosial, aktivitas guru, dan respon siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah. Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan rumus dan penskoran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil dan aktivitas siswa SMP Negeri 2 Padang Batung. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar pada siklus I mencapai ketuntasan 57% dan pada siklus II menjadi 90,5%. Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I hanya mencapai 42,86% meningkat pada siklus II menjadi 81,48%, penilain sikap pada siklus I sebesar 65,4 (kurang) menjadi 79,8 (cukup) pada siklus II, penilaian sosial 49,6 dengan kriteria kurang meningkat menjadi 77,7 kriteria cukup. Respon siswa dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mendapat respon yang sangat positif.
Kata kunci: hasil belajar, pembelajaran berbasis masalah
Publised : September 2016
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu yang sangat penting dan mendasar bagi setiap individu, karena akan mudah untuk bersosialisasi baik dengan sesama maupun dengan lingkungan alam sekitar. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia DISDIKNAS No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara“. Guru memegang peranan penting dalam
147
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Vii Smpn 2 Padang Batung Pada Konsep Ekosistem Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
sebuah pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai, maka sangat diperlukannya kreatifitas guru. Kreatifitas yang dimiliki guru harus mengacu pada keberhasilan tujuan dari pembelajaran di kelas. Penggunaan model pembelajaran juga sangat menentukan keberhasilan belajar di kelas. Umumnya guru juga sangat jarang menggunakan model pembelajaran dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas dikarenakan kurangnya pemahaman guru tentang model-model pembelajaran. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di SMP Negeri 2 Padang Batung dengan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran masih belum menggunakan model pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran masih berpusat pada guru dan biasanya hanya menggunakan metode ceramah sehingga aktivitas belajar siswa tidak berjalan. Pelaksanaan pembelajaran juga masih kekurangan buku pelajaran, sehingga pembelajarannya kurang efektif. Pemerintah dan sekolah harus secepatnya mengatasi masalah ini, agar pembelajaran di kelas dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini terindikasi pada kegiatan belajar mengajar IPA kelas VII pada konsep ekosistem, bahwa pembelajaran IPA yang dilakukan lebih dominan kepada aspek pengetahuan dan pemahaman konsep. Pembelajaran kelas yang diimplementasikan kurang menampakan prosedur dan struktur yang menunjang pendekatan pembelajaran yang berorienatasi kepada keaktifan siswa. Kondisi dan situasi belajar yang dikembangkan guru menunjukkan kegiatan siswa yang tidak memungkinkan siswa aktif mencari dan mengolah pengetahuannya. Hasil belajar yang mereka peroleh pun hanya mencapai 50% sehingga berada dibawah ketuntasan klasikal yaitu 85% dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni 65. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, dapat memilih model pembelajaran dan media yang digunakan. Model pembelajaran yang baik digunakan menurut peneliti adalah model Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Model ini merupakan model pembelajaran yang menyajikan suatu masalah sehingga merangsang siswa untuk belajar mencari suatu jawaban. Model Pembelajaran Berbasis masalah memiliki keunggulan antara lain membuat siswa termotivasi menemukan jawaban masalah yang diberikan guru, keakifan siswa akan meningkat, siswa akan berinteraksi dengan siswa lain dalam menjawab masalah. Setelah dapat memecahkan masalah yang diberikan guru siswa akan mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka, tentu ini sangat memotivasi para siswa. Kecakapan karakter, sosial dan psikomotor akan sangat terlihat menggunakan model pembelajaran berbasis masalah karena tahap-tahap pembelajarannya mengacu pada aktivitas siswa.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk 148
Firman A & Lestari NC / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.3 (2016) : 147-154
memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Padang Batung kelas VII tahun ajaran 2014/2015 Semester II (genap). Lama penelitian selama 2 minggu dengan 4 kali pertemuan yaitu hari Selasa dan Rabu pukul 08.00 s.d. 09.20 WITA. Jumlah siswa kelas VII ada 21 orang, terdiri dari 13 laki-laki dan 8 perempuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Hasil Penelitian Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah memperoleh data
sebagai berikut, yaitu: hasil penilaian produk (pretes dan postes), hasil penilaian proses pembelajaran, hasil penilaian perilaku berkarakter, hasil penilaian perilaku sosial, hasil penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran, dan respon siswa. Data tersebut diperoleh dari hasil postes, pretes, lembar observasi dan angket respon siswa. Hasil penilaian siklus I dapat dilihat pada beberapa Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1 Ringkasan Hasil Belajar Siklus I II
Pertemuan
Tes
Skor maksimal
1 2 3 4
Pretes Postes Pretes Postes
100 100 100 100
Skor Ratarata 38,0 65,4 45,5 73,9
Hasil belajar Tidak Tuntas tuntas 0 21 10 11 0 21 19 2
Jumlah Siswa 21 21 21 21
Presentase Ketuntasan Klasikal (%) 0 57,1 0 90,5
Tabel 2 Ringkasan Hasil Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indikator Menyiapkan diri sebelum melakukan pembelajaran Mengamati gambar/video yang ditampilkan Menyimak penjelasan guru Berdiskusi sesama anggota kelompok dalam mengerjakan LKPD Mengumpulkan data/informasi melalui buku-buku pembelajaran Menyiapkan laporan diskusi Mempresentasikan hasil diskusi kelompok Mencatat apa yang dipelajari Membuat kesimpulan Jumlah Rata-rata presentase per pertemuan Kriteria
Siklus I Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4 (%) (%) (%) (%) 38,09
42,85
57,14
71,42
47,61
57,14
71,42
85,71
61,91
61,91
76,19
95,23
33,34
47,61
57,14
71,42
23,81
42,85
38,09
76,19
38,09
28,57
57,14
76,19
19,04
38,09
38,09
57,14
28,57 28,57 319,03 35,45 Tidak aktif
33,34 33,34 385,7 42,86 Tidak aktif
149
71,42 100 100 100 566,63 733,30 62,96 81,48 Cukup aktif Sangat aktif
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Vii Smpn 2 Padang Batung Pada Konsep Ekosistem Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Tabel 3 Ringkasan Hasil Penilaian Perilaku Berkarakter No 1 2 3
Aspek yang dinilai Kejujuran Disiplin Tanggung Jawab Rata-rata Kriteria
Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 67,8 70,0 69,0 69,0 57,1 57,1 64,6 65,4 Kurang Kurang
Siklus II Pertemuan 3 Pertemuan 4 76,2 89,3 76,2 77,4 65,6 72,6 72,6 79,8 Cukup Cukup
Tabel 4 Ringkasan Hasil Penilaian Perilaku Sosial No 1 2 3
Aspek yang dinilai Bertanya/Menjawab Menyumbang Ide KerjaSama Rata-rata Kriteria
Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 38,0 44,1 33,3 36,9 67,8 67,8 46,4 49,6 Sangat Kurang Sangat Kurang
Siklus II Pertemuan 3 Pertemuan 4 67,8 78,6 53,5 67,1 75,1 86,9 65,5 77,5 Kurang Cukup
Tabel 5 Hasil Penilaian Kinerja Guru dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah No 1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Aspek yang dinilai Guru membuka dengan salam, membaca daftar hadir siswa Memberikan apersepsi/motivasi untuk menarik perhatian dan mengarahkan siswa untuk memperhatikan Membimbing siswa untuk bertanya Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru menampilkan gambar yang menarik perhatian siswa Guru bersama siswa menentukan masalah dalam pembelajaran Guru membagi siswa kedalam kelompok yang heterogen Guru memberikan LKPD kepada kelompok yang telah terbentuk Guru membimbing siswa yang kesulitan dalam memahami pembelajaran Guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Guru memberikan penguatan tentang materi Guru bersama siswa membuat kesimpulan Guru memberikan tugas rumah Guru menyampaikan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya Guru memberikan salam Jumlah Persentase (%) Kriteria
Siklus I Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4 2
3
3
3
2
3
3
3
3 4
3 3,5
3 3
3 3,5
4
3
3
4
3
3
3
3
4
4
3,5
4
2
2,5
3,5
4
4
3
3
3
2,5
3,5
3,5
4
2
2
4
4
2 2 1
1 2 1
3 3 4
3 3 4
1
3
3
3
4 42,5 66,4 Cukup Aktif
4 4,5 69,5 Cukup Aktif
4 107 83,5 Aktif
4 111 86,7 Sangat Aktif
150
Firman A & Lestari NC / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.3 (2016) : 147-154
B.
Pembahasan Hasil penelitian memberikan informasi bahwa:
1.
Hasil Belajar Siklus I secara klasikal sebelum dilakukannya proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah sangat rendah seperti pada Tabel 1 pertemuan 1 ketuntasan klasikal 0%. Hasil tersebut harus ditindak lanjuti agar hasil belajar siswa dapat memenuhi standar ketuntasan minimal. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, didapat data pada siklus I pertemuan 2 ketuntasan klasikal meningkat sebesar 57,1%. Hasil belajar siklus II pada Tabel 1 setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah persentase ketuntasan mencapai 90,5%. Peningkatan ini disebabkan siswa sudah dapat memahami dan beradaptasi dengan model pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan hasil penelitian siklus I dan siklus II, ketuntasan belajar siswa secara klasikal meningkat pada setiap pertemuan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan penelitian telah dikuasai dan tercapai dengan terpenuhnya indikator keberhasilan untuk ketuntasan belajar. Ketuntasan dianggap berhasil jika 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan minimal 65. Berdasarkan data hasil analisis tersebut memberikan informasi bahwa model pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan pemahaman sebagai hasil belajar dan siswa dapat beradaptasi dengan langkah-langkah model tersebut. Hamalik (2001) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perubahan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik. Lebih lanjut, Sudjana (2014) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya (Kunandar, 2013). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sari (2014) yang menjelaskan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan ketuntasan secara klasikal dapat tercapai. Menurut Rusman (2012) ketercapaian ini terlaksana karena model pembelajaran memiliki beberapa keunggulan antaranya pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran, dapat menantang kemampuan siswa dan, mengembangkan minat dalam siswa untuk terus belajar. 2.
Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis masalah ada 9 aspek yang diamati
dapat dilihat pada Tabel 2.
Siklus I pertemuan 1 proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah, aktivitas siswa mencapai 35,45% kriteria tidak aktif. Angka terendah dalam aktivitas siswa adalah 19,05% ada pada aspek mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pertemuan ke 2, aktivitas pembelajaran meningkat walau tidak signifikan yaitu 42,86% kriteria tidak aktif. Hasil aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis masalah siklus I tidak bisa dijadikan acuan keberhasilan, maka peneliti melanjutkan pada siklus berikutnya dengan beberapa evaluasi yang dilakukan. 151
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Vii Smpn 2 Padang Batung Pada Konsep Ekosistem Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Siklus II pertemuan 1 aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat 62,96% kreteria cukup aktif. Aspek terendah dalam pembelajaran ini 38,09% pada mengumpulkan data/informasi dan presentasi, tetapi aspek lain sudah meningkat. Pertemuan ke 2 aktivitas siswa sudah sesuai dengan presentase 81,48% kreteria sangat aktif. Hal ini dapat terjadi karena dorongan motivasi siswa untuk mendapatkan nilai ketuntasan pada materi ekosistem. Ketercapaian ini terlaksana karena model pembelajaran memiliki beberapa keunggulan antaranya melibatkan siswa secara aktif dan pengondisian siswa dalam belajar kelompok saling berinteraksi (Putra, 2013). Data tersebut didukung Mariani (2014), dan Sari (2014) bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkat aktvitas siswa dalam proses pembelajaran. Ditambahkan oleh Rusman (2012) yang menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibandingkan pendekatan yang lain. 3.
Perilaku Berkarakter Perilaku berkarakter ada 3 aspek yang diamati oleh peneliti, yaitu kejujuran, disiplin, dan
tanggung jawab. Siklus I pertemuan 1 ketercapaian rata-rata siswa sikap kejujuran sebesar 67,8, disiplin 69,0, dan tanggung jawab 57,1 dengan rata-rata 64,6. Pertemuan ke 2 aspek kejujuran 70,0, disiplin 69,0, dan tanggung jawab 57,1 dengan rata-rata 65,4. Aspek terendah adalah tanggung jawab, guru harus memberikan motivasi lebih bagi siswa dan menjelaskan pentingnya perilaku tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.Siklus II perilaku berkarakter siswa meningkat dapat dilihat pada Tabel 3. Pertemuan 1 nilai aspek kejujuran 76,2, disiplin 76,2 dan tanggung jawab 65,5, pertemuan 2 perilaku siswa mengalami peningkatan dengan nilai aspek kejujuran 89,3, disiplin, 77,4, dan tanggung jawab 72,6. Hal ini menggambarkan siswa telah belajar melakukan perubahan tingkah laku dari segi sikap untuk memiliki sikap jujur, disiplin dan tanggung jawab. Data pengamatan ini menginformasikan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat dibuktikan bahwa perilaku karakter siswa menjadi lebih baik, dan siswa termotivasi menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan oleh Putra (2013) ketercapaian ini terlaksana karena model pembelajaran memiliki keunggulan yaitu siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran dan menjadikan siswa lebih mandiri. 4.
Perilaku Sosial Pengamatan perilaku sosial pada siklus I pertemuan 1 menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 nilai rata-rata perilaku siswa 46,4, dengan perilaku terendah yaitu bertanya/menjawab dan menyumbang ide. Pertemuan 2 peningkatannya hanya sedikit dengan rata-rata nilai pertemuan 49,6. Mengatasi masalah ini guru harus pandai-pandai menyiasatinya agar siswa aktif dalam perilaku sosial. Siklus II pada terjadi peningkatan yaitu pada pertemuan 1 nilai rata-rata yang dicapai dalam perilaku sosial 65,5, dan pertemuan 2 meningkat dengan nilai 77,5.
152
Firman A & Lestari NC / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.3 (2016) : 147-154
Hasil penelitian ini serupa dengan Mariani (2014), dan Sari (2014) dapat meningkatkan aktivitas sosial siswa kearah yang lebih baik. Data hasil penelitian mempertegas pendapat Putra (2013) pengukuran perilaku sosial adalah pengamatan perilaku sosial yang sangat perlu diperhatikan, karena salah satu ciri dan karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah membuat suatu kelompok kecil dan bekerja sama dalam menyelesaikam masalah. 5.
Kinerja Guru Berdasarkan pada Tabel 5 kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah dengan metode diskusi, tanya jawab, kerjasama, tugas dan latihan siklus I pertemuan 1 adalah 66,4% dan untuk pertemuan 2 siklus I adalah 68,5% dengan kriteria cukup aktif. Berarti guru masih kurang memiliki kecakapan sebagai pengelola berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran. Peran guru dalam menjalankan pembelajaran sangat berpengaruh, jika guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik bukan tidak mungkin hasil belajar siswa akan selalu baik. Hasil Observasi kinerja guru pada siklus II pertemuan ke 3 melakukan tahapan pembelajaran sesuai dengan RPP dan memperoleh presentase 83,50% kriteria aktif. Pertemuan ke 4 semua aspek pembelajaran juga dapat dilaksanakan dengan baik, dan mengalami peningkatan dengan presentase 86,71% dan kriteria yang didapat sangat aktif. Hal ini dikarenakan matangnya persiapan guru sebelum mengajar, serta pengalaman mengajar dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang sebelumnya dilaksanakan. Data penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Mariani (2014), dan Sari (2014) dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Ketercapaian ini terlaksana karena dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Keunggulan pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kinerja guru adalah guru dituntut harus benar-benar mengarahkan siswa untuk melaksanakan langkah pembelajaran, dimana setiap langkah pembelajaran guru harus mengarahkan untuk menyelesaikan masalah yang telah dibuat (Putra, 2013).
SIMPULAN Penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada kelas VII SMPN 2 Padang Batung pada konsep ekosistem, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada konsep memahami saling ketergantungan dalam ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar siswa, pada siklus I ketuntasan klasikal 57% meningkat pada siklus II yaitu 90,5%.
2.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran pada setiap siklus juga mengalami peningkatan, pada aktivitas pembelajaran sebesar 81,48%
3.
Penilaian perilaku berkarakter setiap siklusnya mengalami peningkatan hingga kriteria yang didapat cukup dengan nilai rata-rata 79,8. 153
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Vii Smpn 2 Padang Batung Pada Konsep Ekosistem Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
4.
Penilaian perilaku sosial mengalami peningkatan kriteria yang didapat cukup dengan nilai ratarata 77,5.
5.
Kinerja guru dalam mengelola pembelajaran setiap siklusnya mengalami peningkatan. Siklus I sebesar 69,50% dengan kriteria cukup aktif, meningkat menjadi 86,71% dengan kriteria sangat aktif pada siklus II. Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan kepada para pembaca dapat menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa, aktivitas siswa, kinerja guru dan respon siswa terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan.
DAFTAR RUJUKAN
Hamalik, Oemar. 2001. Proses BelajarMengajar. Jakarta: BumiAksara. Kunandar, 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Mariani, 2014. Meningkatkan Katerampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Ekosistem menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Pendekatan Scientific. Banjarmasin: STKIP PGRI Putra, 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: DIVA Press Rusman, 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok: PT. Raja Grafindo Persada Sari, Nidia, Najah. 2014. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep Ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah di kelas VII SMP Negeri 2 Angkinang kabupaten Hulu Sungai Selatan. Skripsi STKIP PGRI BANJARMASIN. Tidak dipublikasikan. Sudjana, 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
154