Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN Yuli Susanti dan Bunandi Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Internasional Batam ABSTRACT Going concern is one of essential things for user to make a financial decision. This research is aim to explore factors that caused the issuance of going concern audit report by auditor. This research uses a Regression Logistic Analysis to determine the relationship of each variable. These variables are liquidity, solvability, profitability, cash flow, audit firm size, and audit committee. Different from previous researches, the results of this research show that liquidity, solvability, profitability, cash flow, and audit committee are significant to influence the issuance of audit opinion, while audit firm size is not significant to influence the issuance of audit opinion. Key word:
Going concern opinion, liquidity, solvability, profitability, cash flow, audit firm size and audit committee PENDAHULUAN
Dalam mengambil keputusan keuangan, kelangsungan hidup (going concern) merupakan intisari dari pertimbangan para pengguna informasi laporan keuangan. Sebuah opini going concern yang relevan harusnya dapat mendeteksi masalah atau kegagalan finansial suatu perusahaan. Namun terdapat juga perusahaan yang dinyatakan mendapat opini wajar tanpa pengecualian, tetapi mengahadapi krisis usaha dan akhirnya berhenti beroperasi. Bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh kasus kegagalan bisnis di Amerika. Hal ini terjadi karena adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor eksternal. Arthur Anderson dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pengadilan karena melakukan mark up pendapatan dan menyembunyikan hutang melalui business partnership. Pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah karena berkaitan erat dengan reputasi auditor. Penghakiman terhadap akuntan publik sering dilakukan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah dengan melihat kondisi bangkrut tidaknya perusahaan yang diaudit. Hal ini seolah-olah menunjukkan bahwa nasib akuntan publik dipertaruhkan pada jatuh bangun bisnis perusahaan kliennya. KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Menon dan Schwartz (1987) menggunakan variabel independen current ratio, perubahan current ratio, laba ditahan/total aktiva, kewajiban/total aktiva, pendapatan/total aktiva, rugi operasional dan arus kas/total kewajiban dalam menguji pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap variabel dependen opini going concern. Populasi penelitian di ambil dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Wall Street Journal Index tahun 1974-1980. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Koh (1991) model prediksi kebangkrutan Altman dijadikan sebagai tolak ukur dalam menerbitkan opini going concern. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian adalah net worth to total liabilities, arus kas operasional/total kewajiban, current ratio, total kewajiban/total aktiva, pendapatan sebelum pajak/penjualan bersih, dan kewajiban jangka panjang/total aktiva. Populasi dalam penelitian ini diperoleh dari 330 data perusahaan COMPUSTAT tahun 1979-1985. Penelitian Carcello dan Neal (1997) menggunakan variabel dependen opini audit going concern dan variabel independen komite audit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keberadaan komite audit berpengaruh terhadap penerbitan opini going concern. Sampel penelitian diperoleh dari 217 perusahaan manufaktur yang terdaftar di SEC database tahun 1994. Vanstraelen (1999) dalam penelitiannya menguji pengaruh kondisi keuangan, audit lag, auditor switch, masa penugasan, audit fee, client loss dan informasi dari board director serta aplikasi regulasi Belgia terhadap pengeluaran opini going concern. Populasi data diambil dari data laporan keuangan tahun 1996-1997 yang tercatat di Belgian National Bank.
123
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 Geiger dan Rama (2006) menggunakan variabel independen ukuran KAP untuk mengetahui apakah skala ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh terhadap penerbitan opini going concern (variabel dependen). Sampel penelitian diperoleh dari 1042 data laporan keuangan perusahaan yang terdaftar dalam Wall Street Journal Index dalam kurun tahun 1990-2000. Dalam menguji pengaruh ukuran KAP terhadap pengeluaran opini audit going concern, Ryu dan Young Roh (2007) menggunakan proksi pengelompokan KAP skala big four dan non-big four untuk mengukur variabel independen ukuran KAP. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern. Populasi data diperoleh dari laporan keuangan 1332 perusahaan financial distress yang terdaftar di PC COMPUSTAT tahun 1997 dan 1999. Januarti dan Fitrianasari (2008) dalam penelitiannya menguji pengaruh variabel independen rasio likuiditas, profitabilias, aktivitas, leverage, pertumbuhan penjualan, nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi auditor , opini sebelumnya, masa penugasan dan audit lag terhadap variabel dependen pengeluaran opini going concern. Sampel penelitian adalah 282 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2000-2005. Dalam menguji pengaruh berbagai model prediksi hasil revolusi terhadap pengeluaran opini going concern, Zhao (2009) menggunakan variabel dependen opini going concern dengan likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, arus kas, debt default, opini tahun sebelumnya, ukuran perusahaan, ukuran KAP, financial distress, dan masa penugasan sebagai variabel independen. Populasi penelitian ini diambil dari database perusahaan United States dan Australia tahun 2003-2006. Susanto (2009) dalam penelitiannya memakai variabel independen arus kas, likuiditas, solvabilitas, quick ratio, Hutang jangka panjang/total aktiva, kewajiban/total aktiva, kualitas audit, opini tahun sebelumnya, debt default dan kondisi keuangan untuk mengukur pengaruh kesepuluh variabel tersebut terhadap pengeluaran opini audit going concern (variabel dependen). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005-2008. Masyitoh dan Adhariani (2010) menggunakan variabel independen likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, arus kas perusahaan, komite audit serta ukuran KAP dalam penelitian yang menguji faktor determinasi opini audit going concern (variabel dependen). Populasi penelitian diambil dari 228 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2005. Abelaziz dan Moalla (2010) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern di Tunisia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian adalah profitabilitas, likuiditas, ukuran KAP, jumlah kewajiban, dan ukuran perusahaan, dengan opini going concern sebagai variabel dependen. Populasi penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di bursa efek Tunisia dengan sampel 64 perusahaan. Matarneh (2011) menguji pengaruh rasio keuangan terhadap opini auditor dengan menggunakan variabel indepedenden likuiditas, solvabilitas, pofitabilitas, market ratio, dan activity ratio. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengeluaran opini going concern. Metode pengujian penelitian dilakukuan dengan 2 cara, yaitu dengan analisis statistik dan pembagian kusioner. Kusioner dibagikan kepada 486 auditor eksternal yang ada di Jordania. Maggina dan Tsaklanganos (2011) dalam penelitian ”Predicting Audit Opinions Evidence From The Athens Stock Exchange” menggunakan 10 variabel independen, yaitu ROA, likuiditas, quick ratio, aktiva lancar/penjualan, equity to debt ratio, piutang/persediaan, working capital/total asset, leverage, pendapatan bersih/penjualan, dan sales/working capital untuk menguji kemampuan variabel-variabel tersebut dalam memprediksi pengeluaran opini going concern (variabel dependen). Sampel data diperoleh dari 286 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Yunani tahun 2007. Warninda (2011) dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern menggunakan variabel independen rasio likuiditas, rasio solvabilitas, price earning ratio, serta ukuran perusahaan untuk mengetahui pengaruh sejumlah variabel tersebut terhadap penerimaan opini going concern (variabel dependen). Populasi perusahaan diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009. Hao et al. (2011) menguji pengaruh variabel independen current ratio, arus kas operasional, tingkat pengembalian aset, ukuran perusahaan, leverage, kerugaian perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, biaya audit, dan ukuran KAP terhadap variabel dependen opini going concern. Populasi penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek China tahun 2004-2007. Foroghi dan Shahshahni (2012) dalam penelitian ”Audit Firm Size and Going Concern Reporting Accuracy” mengukur pengaruh variabel independen ukuran KAP terhadap akurasi pengeluaran opini going concern (variabel dependen). Foroghi dan Shahshahni menggunakan variabel dummy penggolongan KAP dalam Organisasi audit Iran dengan populasi data perusahaan yang mengalami kebangkrutan di Iran tahun 2001-2010.
124
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 Muttaqin dan Sudarsono (2012) menguji pengaruh variabel independen likuiditas, profitabilitas, aktivitas, leverage, pertumbuhan penjualan, nilai pasar, ukuran perusahaan, ukuran KAP, opini sebelumnya, masa penugasan, pergantian auditor, dan audit lag terhadap opini going concern (variabel dependen). Populasi data diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010. Rouhi et al. (2012) menguji pengaruh variabel independen rasio keuangan, total debt to total asset, debt default, arus kas operasional, rugi operasional, dan penerapan Auditing Standard no 57 terhadap pengeluaran opini going concern (variabel dependen). Populasi penelitian adalah akuntan publik yang terdapat di Iran, dan metode pengujian yang digunakan adalah metode pembagian kusioner. Astuti dan Darsono (2012) dalam menganalisis pengaruh rasio keuangan dan faktor non-keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern menggunakan variabel independen likuiditas, profitabilitas, aktivitas, leverage, pertumbuhan penjualan, nilai pasar, ukuran perusahaan ukuran KAP, opini sebelumnya, masa penugasan, pergantian auditor, dan audit lag untuk menguji pengaruhnya terhadap opini going concern (variabel dependen). Populasi data diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010. Vuko dan Berket (2012) dalam menganalisa faktor pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern menggunakan 8 variabel independen. Variabel-variabel tersebut adalah quick ratio, rasio hutang, negative- stockholder, ROA, rasio arus kas operasional, arus kas negatif dari operasional, total accruals, ukuran perusahaan dan ukuran KAP. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah going conceern qualification. Populasi penelitian diambil dari data laporan keuangan perusahaan non-finansial di pasar modal Zagreb. Perumusan Hipotesis H1 : Likuiditas perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern H2 : Solvabilitas perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern H3 : Profitabilitas perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern H4 : Arus kas perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern H5 : Komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern H6 : Ukuran KAP berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern RANCANGAN PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan maka penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian dasar yang merupakan pedekatan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teori. Sedangkan penelitian berdasarkan permasalahannya dapat diklasifikasiakan kedalam penelitian kausal komparatif (causal comparative research) yang merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Peneliti biasanya melakukan pengamatan terhadap konsekuensi yang timbul dan menelusuri fakta yang secara masuk akal sebagai faktor- faktor penyebab menurut Indriantoro dan Supomo (1999). Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tercatat dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Alasan pemilihan perusahaan manufaktur dalam penelitian ini karena mendukung penulis dalam kalkulasi pengujian rasio keuangan, dengan metode pemilihan sample berdasarkan kriteria tertentu atau purposive sampling dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2007 - 2011 2. Menerbitkan laporan keuangan yang disertai opini auditor selama periode 2007-2011per tanggal 31 Desember 3. Laporan keuangan yang diterbitkan dalam mata uang IDR selama periode 2007-2011per tanggal 31 Desember Variabel dependen opini audi going concern dalam penelitian ini didefinisikan sebagai opini auditor dengan paragraf penjelasan mengenai pertimbangan auditor bahwa terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya pada masa mendatang. semua jenis opini audit yang berhubungan dengan kelangsungan usaha perusahaan, baik opini yang berkualifikasi dengan paragraf penjelas, opini yang ditolak, maupun opini yang kurang sesuai dengan prinsip auditor. Variabel ini diukur secara kualitatif dengan menggunakan variabel dummy, di mana angka ”1” untuk opini audit going concern dan ”0” untuk opini audit non-going concern. Likuiditas Perusahaan Likuiditas merupakan salah satu dari variabel independen penentu opini audit going concern yang merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk menutupi semua kewajiban jangka pendeknya dengan
125
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Likuiditas perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui current ratio, di mana: Current Ratio = Aktiva lancar/Hutang lancar Solvabilitas Perusahaan Solvabilitas perusahaaan adalah variabel independen penentu opini audit yang merupakan tingkat resiko perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjangnya dengan observasi melalui struktur modal perusahaan tersebut. Solvabilitas dalam penelitian ini diukur melalui Total Debt to Equity ratio, di mana: Total Debt to Equity Ratio = Total hutang/Ekuitas pemegang saham Profitabilitas perusahaan Profitabilitas perusahaan adalah variabel independen penentu opini audit going concern yang merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari kegiatan operasional perusahaan yang ada. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur melalui Net Profit Margin, dimana: Net Profit Margin = Laba setelah pajak/Penjualan bersih Arus kas perusahaan Arus kas (operasional) ini merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam menutupi semua kewajibannya dengan kas yang diperoleh dari kegiatan operasional. Dalam penelitian ini, arus kas diukur melalui Operatiomal cash flow ratio, dengan asumsi perusahaan menutupi semua obligasinya dengan kas yang diperoleh dari kegiatan operasional, dimana: Operational Cash Flow Ratio = Arus kas operasi/ Total hutang Komite Audit Komite audit merupakan komite yang terdiri dari sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan yang telah terpilih atau terseleksi yang memegang peranan pengawasan terhadap kualitas dari laporan keuangan yang diaudit oleh auditor. Komite audit dalam penelitian ini diukur melalui variabel dummy, di mana “1” merupakan identifikasi perusahaan yang memiliki komite audit menurut pengungkapan struktur perusahaan pada laporan tahunan data penelitian. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP ) Ukuran KAP adalah variabel independen faktor opini audit going concern yang merupakan skala kantor akuntan publik dari segi reputasi dan standar prosedur audit yang mampu mengeluarkan opini yang independen. Ukuran KAP dalam penelitian ini diukur melalui kategori The big-four audit firms yang di mana di Indonesia penulis menggunakan survey KAP yang berafiliasi dengan The big-four audit firms, yaitu Sahari & Rekan (Price Waterhouse Coopers); Prasetio, Sarwoko, & Sandjaja (Ernst&Young); Osman Ramli & Rekan (Deloitte Thomatsu); Sidharta, Sidharta&Widjaja (KPMG), dengan variabel dummy ’1” sebagai kategori The big-four audit firm dan “0” sebagai The non-big-four audit firm. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia peroide 2007 sampai dengan 2011. Jumlah perusahaan yang dipilih dan melampirkan laporan keuangan berturut-turut dari periode 2007 sampai dengan 2011 adalah 80 perusahaan. Hasil Uji Mann-Whitney Tabel 1 Hasil Uji Hasil Uji Uji Mann-Whitney Likuiditas Solvabilitas Profitabilitas Arus_Kas
Komite _Audit
Ukuran_ KAP
126
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2tailed)
1290,000 1755,000 -6,215 0,000
1867,000 2332,000 -4,970 0,000
1761,500 1820,500 3288,000 4128,000 2226,500 2285,500 42069,000 4593,000 -5,198 -5,070 -2,235 -0,106 0,000 0,000 0,025 0,915
Sumber: Data sekunder diolah (2013). Uji Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui perbedaan antara perusahaan yang mendapat opini going concern dan perusahaan yang tidak mendapat opini going concern. Karena hasil pengujian sebelumnya menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal, maka jenis uji univariate yang digunakan adalah nonparametrik, dengan mengadopsi uji Mann-Whitney. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa hasil signifikansi (2-tailed) pada likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, arus kas operasional, yang kurang dari 0,05 (α = 5%). Hal ini menyimpulkan bahwa adanya perbedaan signifikan antara tingkat rasio kelima variabel tersebut terhadap perusahaan yang menerima opini going concern dan yang meneriman opini non-going concern, sedangkan signifikansi pada variabel komite dan ukuran KAP yang lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada komite audit perusahaan yang menerima opini going concern dan opini non-going concern serta ukuran KAP pada penerimaan opini going concern dan opini nongoing concern. Hasil Uji Nagelkerke R Square Tabel 2 Hasil Uji Nagalkerke R Square -2 Log likelihood
Step
Cox & Snell R Square
90,013a
1
Nagelkerke R Square
0,293
0,620
Sumber:Data sekunder diolah (2013). Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variabel dependen. Dalam pengujian non-parametrik, nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R square pada regresi berganda (Ghozali, 2005). Hasil penelitian Nagelkerke R Square menunjukkan nilai 0,447 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 44,7%, dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang ada di luar penelitian. Hasil Uji Hipotesis (Uji Hosmer dan Lemeshow) Tabel 3 Hasil Uji Hosmer-Lemeshow Df
Sig.
1
0,010 0,252
0,263 15.828 1
0,000 0,351
Profitabilitas -16,281
4,686 12.071 1
0,001 0,000
Arus_Kas
-3,941
1,906 4.276
1
0,039 0,019
Komite _Audit(1)
-1,253
0,635 3.893
1
0,048 0,286
Ukuran_KAP -1,211 (1)
0,633 3.665
1
0,056 0,298
Constant
0,994 6.144
1
0,013 11,744
Step 1a Likuiditas Solvabilitas
B
S.E.
-1,379
0,539 6.560
-1,047
2,463
Wald
Exp(B)
127
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487
Df
Sig.
1
0,010 0,252
Solvabilitas -1,047 0,263 15.828 1 Sumber: Data sekunder diolah (2013)
0,000 0,351
Step 1
a
Likuiditas
B
S.E.
Wald
-1,379
0,539 6.560
Exp(B)
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Regresi Binary Logistic dengan uji Hosmer dan Lemeshow karena variabel dependen dalam penelitian ini adalah dummy, di mana variabel independen lainnya berskala rasio dan nominal. Dalam hal ini uji normalitas tidak diperlukan, karena normalitas antara data berskala nominal (berdasarkan kategori) dan rasio tidak dapat terpenuhi. Hasil dari uji regresi logistik ini dapat dilihat dari nilai signifikansi, di mana nilai yang kurang dari 0,05 menunjukkan adanya signifikansi.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan 1. Hasil pengujian pada hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran opini audit going concern. Hal ini mengidinkasikan bahwa tinggi rendahnya tingkat kemampuan perusahaan untuk menutupi semua kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran opini audit going concern. Semakin tinggi tingkat likuiditas, semakin kecil kemungkinan dikeluarkannya opini audit going concern, dan juga sebaliknya. Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian Koh (1991), LaSalle dan Anandarajan (1996), Kruppu et al. (2002), Ryu dan Roh (2007), Januarti dan Fitrianasari (2008), Zhao (2009), Susanto (2009), Abelaziz dan Moalla (2010), Maggina dan Tsaklanganos (2011), dan Warninda (2011), namun tidak konsisten dengan Menon dan Schwartz (1987), Masyitoh dan Adhariani (2010), Matarneh (2011), serta Muttaqin dan Sudarsono (2012). 2. Hasil pengujian pada hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa solvabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap pengeluaran opini audit going concern. Hal ini mengidinkasikan bahwa tinggi rendahnya tingkat resiko perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjangnya dengan struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran opini audit going concern. Hasil pengujian ini konsisten dengan Koh (1991), Green dan Marquette (1991), LaSalle dan Anandarajan (1996), Zhao (2009), Masyitoh dan Adhariani (2010), Matarneh (2011), serta Vuko dan Berket (2012), namun tidak konsisten dengan Susanto (2009), dan Warninda (2012). 3. Hasil pengujian pada hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran opini audit going concern. Hal ini mengidinkasikan bahwa tinggi rendahnya tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari kegiatan operasional perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap pengeluaran opini audit going concern. Semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin kecil kemungkinan dikeluarkannya opini audit going concern. Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian Koh (1991), Susanto (2009), Zhao (2009), Abelaziz dan Moalla (2010), namun tidak konsisten dengan LaSalle & Anandarajan (1996), Masyitoh dan Adhariani (2010), Januarti dan Fitrianasari (2008), serta Matarneh (2011). 4. Hasil pengujian pada hipotesis keempat (H4) menunjukkan bahwa arus kas operasional berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran opini audit going concern. Hal ini mengidinkasikan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam menutupi semua kewajibannya dengan kas yang diperoleh dari kegiatan operasional berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap pengeluaran opini audit going concern. Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian LaSalle & Anandarajan (1996), Zhao (2009), Matarneh (2011), Rouhi et al. (2012), serta Vuko dan Berket (2012), namun tidak konsisten dengan Masyitoh dan Adhariani (2010), namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Ryu dan Roh (2007), Susanto (2009), serta Masyitoh dan Adhariani (2010). 5. Hasil pengujian pada hipotesis kelima (H5) menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran opini audit going concern. Hal ini mengidinkasikan bahwa keberadaan komite audit dalam peranannya menjaga indepedensi auditor berpengaruh signfikan terhadap pengeluaran opini audit going concern. Hasil pengujian ini konsisten dengan Carcello dan Neal (1997), namun tidak konsisten dengan Ramadhany dan Tucker (2004), serta Masyitoh dan Adhariani (2010).
128
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 6.
Hasil pengujian pada hipotesis keenam (H6) menunjukkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran opini audit going concern. Hal ini mengidikansikan bahwa besar kecilnya skala KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran opini audit going concern, karena kualitas pelaporan tidak secara langsung berkaitaan dengan auditor dalam KAP big four (Geiger daan Rama, 2006). Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian Geiger dan Rama (2006), Ryu dan Young Roh (2007), Zhao (2009), serta Abelaziz dan Moalla (2010), namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Citraon & Taffler (1992), Ramadhany dan Tucker (2004), Susanto (2009), Foroghi dan ShahShahni (2012), Muttaqin dan Sudarsono (2012), serta Vuko dan Berket (2012).
Keterbatasan 1. Jumlah sampel perusahaan yang dijadikan objek penelitian terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak dapat mengeneralisir hasil penelitian pada semua perusahaan go public yang terdaftar di BEI. 2. Skala tahun pengambilan data yang terbatas dari tahun 2007-2011, sehingga tidak mencerminkan hasil penelitian yang mutlak pada semua periode laporan keuangan. 3. Penggunaan variabel dalam penelitian ini hanya ada 6, yaitu: likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, arus kas perusahaan, komite audit dan ukuran KAP. Variabel yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan terbatas pada faktor likuiditas, profitabilitas, arus kas perusahaan, dan komite audit. Rekomendasi 1. 2. 3.
Menambah populasi perusahaan dari semua jenis industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menambah interval tahun pengambilan data penelitian menjadi 10 tahun Menggunakan faktor lain dalam menguji pengaruh terhadap opini audit going concern, seperti: opini audit tahun sebelumnya, audit lag, auditor switch, dan lain sebagainya. DAFTAR PUSTAKA
Abelaziz, A. & Moalla, H. (2010). The determinants of the qualified audit opinion: an empirical analysis in Tunisia. Astuti, I. R. & Darsono. (2012). Pengaruh faktor keuangan dan non keuanagan terhadap penerimaan opini audit going concern. Journal of Accounting 1(2), 1-10. Belkaoui, A. R. (2006). Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Boritz, J. E & Sur, J. (2004). Predicting going concern risks in Canada. Journal of Practice & Theory 3, 17-30. Carcello Joseph V. & Neal Terry L. (1997). Audit committee characteristics and auditor reporting. Citron, D. B. & Taffler, R. J. (1992). The audit report under going concern uncertainties. Accounting and Business Research, 337-345. Foroghi, D. & Shahshahni, A. M. (2012). Audit Firm Size and Going Concern Reporting Accuracy. Interdisciplinary Journal od Contemporary Research in Business 3(9). Geiger, Marshall A. & Rama, Dasaratha V. (2006). Audit firm size and going concern reporting accuracy. Accounting Horizons 20(1), 1-17. Green, B. P. & Marquette, R. P. (1991). Going concern evaluations of non profit organizations. Ohio CPA Journal 50(3), 32. Hao, Q., Zhang, X. L., Wang, Y. Q., Yang, C. L., Zhao, G. Q. (2011). Audit quality and independence in china. International Journal of Business, Humanities and Technology 1(2). Januarti, I. & Fitrianasari, E. (2008). Analisis rasio keuangan dan rasio non keuangan yang mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern pada auditee. Jurnal Maksi 8(1), 43-58. Koh, H. C. (1991). Model predictions and auditor assessments of going concern status. Accounting and Business Research 21(84), 331-338. Kruppu, N., Laswad, F., Oyelere, P. (2002). The efficacy of liquidation and bankruptcy prediction moedels for assessing going concern. Centre of Accounting Education and Research. LaSalle, R. E. & Anandarajan, A. (1996). Auditor's view on the type of audit report issued to entities with going concern uncertainties. American Accounting Association 10(2), 51-72, Maggina, A. & Tsaklanganos, A. A. (2011). Predicting audit opinions evidence from the athens stock exchange. The Journal of Applied Business Research 27(4).
129
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 Masyitoh & Adhariani. (2010). The analysis of determinants of going concern audit report. Journal of Modern Accounting and Auditing 6(4). Matarneh, G. F. (2011). Effect of using financial ratios on the auditor's opinion: evidence from Jordan. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences Menon, K. & Schwartz, K. B. (1987). An empirical investigation of audit qualification decision in the presence of going concern uncertainties. Contemporary Accounting Research 3(2), 302-315. Muttaqin, A. N. & Sudarsono. (2012). Analisis pengaruh rasio keuangan dan faktor non keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern. Journal of Accounting. Ramadhany, A. (2004). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress di bursa efek Jakarta. Rouhi, A., Keighobadi, A. R., Touski, F. H. (2012). Reviewing the theoritical contradiction of going concern (auditing standard no. 57) with views of independent auditors. International Research Journal of Applied and Basic Sciences 3(5). Ryu dan Young Roh. (2007). The Auditor going concern's opinion decision. International Journal for Business and Economics. Susanto, Y. K. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan public sektor manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 11(3) 155-173. Vuko, T. & Berket, N. (2012). Analysis of auditors going concern judgment. The Business Review, Cambridge 19(2). Warninda. (2009). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Jurnal Bisnis dan Akuntansi
130