Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 ANALISIS PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED RISK, PERCEIVED PRICE DAN PERCEIVED VALUE TERHADAP PURCHASE INTENTION PADA PRODUK SMARTPHONE DI BATAM
Riki Surianto dan Rahmanita Program Studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Internasional Batam
ABSTRACT This study aims to determine the effect of variable perceived usefulness, perceived risk, perceived price on purchase intention toward smartphones based on operating system (OS) with the intervening variable perceived value. Samples from this study were taken from the internet user penetration in Batam through the results of a survey undertaken by the Association of Indonesian Internet service providers in 2012 (APJJI) the determination of the minimum sample based Krejcie and Morgan (1970), which is based on the method selected by using purposive sampling nonprobabilitas sampling. The data have been obtained will be tested with multiple linear regression. SPSS version 21 were used in the testing of this research. The results of this study indicate that the variable perceived usefulness, perceived risk, perceived price significantly influence the perceived value and perceived value significantly influence the purchase intention. Keyword: Perceived Usefulness, Perceived risk, Perceived price, Perceived value, Purchase intention. PENDAHULUAN Mobile Operating System atau sistem operasi genggam (disingkat Mobile OS) adalah suatu sistem operasi yang mengontrol sistem dan kinerja pada Barang elektronik handphone, mirip dengan fungsi Windows, Mac OS X, dan Linux pada Desktop PC atau Laptop/Notebook tetapi lebih Sederhana. Biasa penggunaannya hadir di ponsel pintar (Smartphone), PDA, tablet komputer, dan PMP. Misalnya smartphone Samsung yang memiliki OS Android, Apple memiliki OS iOS, Nokia memiliki OS Windowsphone, dll. Penjualan per unit smartphone berdasarkan Operating System dikuartal ketiga tahun 2013, terlihat bahwa terdapat 3 jenis OS smartphone yang memiliki penjualan terbanyak pada kuartal ketiga tahun 2013, yaitu pertama Android dengan total penjualan 205.022,7 unit, kedua iOS dengan total penjualan 30.330 unit, dan ketiga Microsoft (Windows phone) dengan total penjualan 8.912,3 unit (http://www.gartner.com/newsroom). Niat pembelian (purchase intention) ponsel pintar berbasis OS dikalangan masyarakat umumnya identik dengan persepsi yang dinilainya (value), terhadap apa yang dirasakan atau apa yang harus dikorbankan untuk memiliki sebuah ponsel. Lebih sederhananya adalah keuntungan (benefit) atau pengorbanan (sacrifice) yang didapat dilihat dari segi keuntungan mengenai kegunaan ponsel tersebut (usefulness) sedangkan dari segi pengorbanan seperti resiko (risk) dan harga (price) untuk memiliki produk ponsel tersebut. KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Purchase Intention Banyak penelitian telah menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi niat konsumen untuk melakukan pembelian. Penelitian telah difokuskan pada faktor-faktor seperti product packaging (Shafiq et al. 2011). Berkenaan dengan literatur produk nilai, Dodds dan Monroe (1985) dalam Chang dan Hsiao (2011) dieksplorasi konsep dasar yang berkaitan dengan nilai produk, dan mengusulkan bahwa konsumen akan membeli produk dengan nilai tinggi, sebaliknya, konsumen memiliki keinginan membeli produk dengan nilai rendah. Nilai tidak menunjukkan harga produk, tapi persepsi konsumen terhadap nilai riil suatu produk. Nilai produk secara langsung dapat mempengaruhi kesediaan membeli Dodds et al. (1991) dalam Chang dan Hsiao (2011). Mengambil Ponsel pintar sebagai contoh, ketika sebuah ponsel memiliki nilai utilitas, termasuk peningkatan status pribadi, perilaku pembelian akan terjadi. Namun demikian, individu yang berbeda memiliki perbedaan persepsi nilai produk yang sama, yang merupakan hasil dari kognisi sendiri subyektif mereka. Dalam Chang dan Hsiao (2011) mengutip Monroe (2002)
4
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 mengungkapkan konsep nilai customer perceived sebagai rasio antara manfaat yang dirasakan dan pengorbanan dirasakan. Berdasarkan saran dari Monroe (2002) dan Dodds et al. (1991) dalam kutipan Chang dan Hsiao (2011), manfaat yang dirasakan pertama memiliki pengaruh yang positif terhadap konsumen persepsi nilai produk, dan setelah itu dapat mempengaruhi konsumen niat beli. Sebaliknya, pengorbanan dirasakan memiliki pengaruh negatif pada konsumen persepsi nilai produk, dan setelah itu dapat mempengaruhi konsumen niat beli. Hubungan Perceived Usefulness terhadap Perceived Value Perceived benefit harus mampu secara langsung mempengaruhi persepsi konsumen terhadap nilai produk (value). Manfaat yang dirasakan adalah manfaat positif. Pada saat keputusan tersebut memberikan manfaat, individu akan cenderung untuk memilih pilihan yang paling menguntungkan (Chang & Hsiao 2011). Sehingga semakin dirasakan keuntungan dan kegunaan dari produk (perceived usefulness) maka perceived value terhadap produk akan semakin tinggi. Seperti juga dalam penelitian hasil dari Mukaiwa et al. (2013), Chang dan Hsiao (2011), Kim et al. (2007), Chu dan Lu (2007), dan Snoj et al. (2004), yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel independen usefulness terhadap variabel mediasi perceived value. Peneliti juga memasukkan ketegori variabel perceived quality dalam golongan usefulness (kegunaan), dimana sebuah kualitas produk yang baik pasti akan berguna untuk konsumen. Hubungan Perceived Risk terhadap Perceived Value Perceived risk berarti pengorbanan manfaat yang ada pada individu dan akan menurunkan nilai yang dirasakan (perceived value). Naumann, (1995) dalam Chang dan Hsiao, (2011) menunjukkan bahwa perceived risk meliputi biaya transaksi dan risiko. Sebagai akibatnya, perceived sacrifice ke dalam dua faktor utama perceived risk dan perceived price. Perceived risk mengacu pada kemungkinan bahwa perilaku konsumen dapat menyebabkan hasil yang tidak terduga, dan setidaknya beberapa hasil akan merugikan Bauer (1960) dalam Chang dan Hsiao (2011). Penelitian perilaku telah melakukan analisis yang ekstensif dari berbagai jenis risiko, termasuk risiko kinerja, risiko waktu, risiko kenyamanan, dan risiko informasi, dll Kaplan et al, (1974), Peter dan Tarpey Sr (1975), Murray dan Schlacter (1990), Dowling dan Stalin (1994) dalam Chang dan Hsiao (2011). Hubungan Perceived Price terhadap Perceived Value Perceived price adalah harga moneter nyata yang dibayar oleh konsumen ketika membeli produk, dan dapat dianggap sebagai pengorbanan keuangan. Ketika seorang konsumen harus mengorbankan uang, ini akan mempengaruhi perceived value menurut Chang dan Hsiao (2011). Selain itu, harga dianggap memiliki pengaruh langsung pada perceived value. Hasil yang berpengaruh dan signifikan antara perceived price terhadap perceived value juga ditemukan pada penelitian Mukaiwa et al. (2013), Dobre et al. (2011), Lu dan Shiu (2009), Hsu et al. (2007), Aleksandra dan Borut (2007), Kim et al. (2007), Chu dan Lu (2007), Cengiz dan Kirkbir (2007), wu dan Hsing (2006), Agarwal Sanjeev dan Teas R. Kenneth (2004), Zhan Chen dan Alan J. Dubinsky (2003), Baker et al. (2002). Hubungan Perceived Value terhadap Purchase Intention Niat untuk membeli ponsel menunjukkan kemungkinan yang sangat tinggi bahwa konsumen akan membeli ponsel pintar. Perceived value adalah mediator dalam model ini, perceived value didefinisikan dalam penelitian ini sebagai berikut: pandangan konsumen dari mobile OS mencerminkan manfaat yang dirasakan dan pengorbanan dirasakan. Chang dan Hsiao, (2011) menyarankan bahwa meningkatkan nilai (value) akan memiliki efek positif pada niat beli konsumen. penelitian perceived value berpengaruh dan signifikan terhadap niat untuk membeli (purchase intention) didapati dalam hasil penelitian Nguyen et al. (2013), Mukaiwa et al. (2013), Chang dan Chen (2012), Shafid et al. (2011), Dobre et al. (2011), Shaharudin et al. (2010), Lu dan Shiu (2009), HsinKung et al. (2008), Hsu et al. (2007), Kim et al. (2007), Chu dan Lu (2007), wu dan Hsing (2006), Zhan Chen dan Alan J. Dubinsky (2003). Huang et al. (2013), mendapati hasil didalam penelitiannya yang berkaitan dengan decision making style yang berpengaruh dan signifikan antara perceived value terhadap decision making style. Model Penelitian dan Hipotesis Berdasarkan kerangka teoritis di atas, model yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
5
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487
Gambar 1 Model Penelitian Berdasarkan pembahasan kerangka teoretis dan model penelitian di atas, maka rumusan hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Perceived usefulness memiliki pengaruh signifikan terhadap perceived value. H2: Perceived risk memiliki pengaruh signifikan terhadap perceived value. H3: Perceived price memiliki pengaruh signifikan terhadap perceived value. H4: Perceived value memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention.
METODE PENELITIAN Berdasarkan tujuannya penelitian ini merupakan dasar dengan tujuan untuk mengembangkan dan mengevaluasi konsep–konsep teoritis. Penelitian dasar diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori (Indriantoro & Supomo, 1999). Berdasarkan karakteristik masalahnya, penelitian ini termasuk dalam penelitian kausal komparatif (Causal-Comparative Research) dengan karakteristik masalah berupa hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini meneliti hubungan variabel independent perceived usefulness, perceived risk, perceived price terhadap variabel dependent purchase intention dengan variabel intervening perceived value. Adapun obyek dalam penelitian ini adalah konsumen pengguna Smartphone yang ada di Batam, karena peneliti ingin mengetahui persepsi yang dirasakan oleh konsumen disaat ingin membeli sebuah produk smartphone. Smartphone yang menjadi kriteria adalah berbasis OS Android, OS iOS dan OS Windows phone. Karena ketiga OS ini memiliki penjualan tertinggi pada kuartal 3 tahun 2013 (http://www.garther.com). Pengumpulan sampel pada penelitian menggunakan metode nonprobabilitas sampling atau secara tidak acak yaitu elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Indriantoro & Supomo, 1999). Pengambilan sampelnya dengan teknik purposive sampling yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Indriantoro & Supomo, 1999). Kriteria yang diharapkan yaitu responden merupakan salah satu pengguna Smartphone dengan berbasis OS Mobile yang telah ditentukan penulis. Jumlah sampel diambil dari penetrasi pengguna internet di Batam melalui hasil survey yang di lakukan oleh Asosiasi Penyelenggara jasa internet Indonesia tahun 2012 (APJJI) yang mendapatkan hasil bahwa dari populasi kota batam sebanyak 1.033.000 penduduk terdapat pengguna internet sebanyak 263.000 pengguna dengan 27 persen dari total pengguna internet adalah mengakses melalui smartphone sehingga kesimpulan dari hasil survey yaitu ada sekitar 71.010 pengguna smartphone di Batam dan dari hasil tersebut dengan menggunakan tabel sampel yaitu jumlah populasi pengguna smartphone diatas maka minimal sampel adalah 381 responden dengan jumlah 18 pertanyaan (Krejcie & Morgan, 1970). Variabel perceived usefulness, perceived risk, perceived price, perceived value, purchase intention diukur dengan menggunakan kuesioner yang diadopsi dari Chang dan Hsiao (2011). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert 5 point, yaitu dengan meminta pendapat responden tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan objek yang sedang diteliti. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kuesioner dibagikan sebanyak 410 set dengan tingkat pengembalian 100%. Dari 410 kuesioner yang ada, penulis menyatakan bahwa semua dapat dipergunakan untuk analisis selanjutnya. Responden berdasarkan jenis kelamin terdiri dari responden pria sebanyak 184 orang (44,9%). Sedangkan responden wanita sebanyak 226 orang (55,1%). Berdasarkan usia, responden yang berusia 18-20 sebanyak 21 orang (5,1%), yang berusia 21-30 tahun
6
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 sebanyak 257 orang (62,7%), yang berusia 31-40 tahun sebanyak 105 orang (25,6%) dan yang usia diatas 41 tahun sebanyak 27 orang (6,6%). Berdasarkan jenis OS Smartphone, responden paling banyak pengguna Android sebanyak 227 orang (55,4%), dan responden paling sedikit pengguna Windows Phone sebanyak 41 orang (10%) dan penggunaan iOS sebanyak 142 orang (34,6%). Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda pertama adalah independen (perceived usefulness, perceived risk, perceived price) terhadap intervening sebagai dependen (perceived value), regresi kedua adalah antara perceived value terhadap purchase intention. Hasil Uji F Hasil uji F pada Tabel 1 diperoleh tingkat signifikan sebesar 0,000b nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang artinya variabel independen perceived usefulness, perceived risk, perceived price berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yakni perceived value. Tabel 1 Uji F Regresi Perceived Usefulness, Perceived Risk, Perceived Price terhadap Perceived Value Model F Regression 118,997 Sumber: Data primer yang diolah (2014).
Sig. 0,000 b
Keterangan Signifikan
Hasil Uji t Hasil uji t pada Tabel 2 menunjukkan bahwa signifikan perceived usefulness adalah 0,042 atau nilai probabilitas berada dibawah 0,05. Oleh karena itu, perceived usefulness berpengaruh terhadap perceived value. Signifikan perceived risk adalah 0,000 atau nilai probabilitas berada dibawah 0,05. Oleh karena itu, brand awareness berpengaruh terhadap perceived value. Signifikan perceived price adalah 0,000 atau nilai probabilitas berada dibawah 0,05 yang artinya perceived price berpengaruh terhadap perceived value. Tabel 2 Uji t Model Perceived Usefulness, Perceived Risk, Perceived Price terhadap Perceived Value Variabel t Sig. Keterangan 1. Konstanta 3,895 0,000 Perceived usefulness 2,037 0,042 H1 Signifikan Perceived risk 10,341 0,000 H2 Signifikan Perceived price 8,170 0,000 H3 Signifikan Sumber: Data primer yang diolah (2014). Hasil uji t regresi kedua pada Tabel 3 menunjukan signifikansi regresi antara perceived value terhadap purchase intention, dimana signifikansi perceived value adalah 0,000<0,05 maka terdapat pengaruh yang signifikan antara perceived value terhadap purchase intention. Hasil tersebut mampu menjelaskan adanya pengaruh yang signifikan karena batas signifikansi adalah <0,05 (Ghozali, 2002). Dari sini pula dapat disimpulkan bahwa variabel purchase intention dipengaruhi oleh perceived value. Secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa disaat perceived value dari seseorang meningkat maka akan mampu mempengaruhi meningkatnya suatu purchase intention atau niat membeli dari seseorang. Tabel 3 Uji t Model Perceived Value terhadap Purchase Intention Variabel t Sig. 1. Konstanta 13,652 0,000 Perceived value 13,173 0,000 Sumber: Data primer yang diolah (2014).
Keterangan H4 Signifikan
7
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Berdasarkan hasil uji adjusted R Square pada Tabel 4 diperoleh nilai adjusted R Square sebesar 0,464 berarti 46,4% variabel perceived value dijelaskan oleh perceived usefulness, perceived risk and perceived price sebagai variabel independen. Sedangkan sisanya 53,6% (100%-46,4%=53,6%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Sedangkan nilai SEE (Standard Error of Estimate) sebesar 1,55925 berarti tingkat kesalahan penafsiran dari regresi adalah sebesar 1,55925. Tabel 4 Uji R2 regresi Perceived Usefulness, Perceived Risk, Perceived Price terhadap Perceived Value Model
Adjusted R Square SEE 1 0,464 1,55925 Sumber: Data primer yang diolah (2014). Berdasarkan hasil uji adjusted R Square pada table 5 diperoleh nilai adjusted R Square sebesar 0,297 berarti 29,7% variabel purchase intention dijelaskan oleh Perceived value sebagai variabel independen. Sedangkan sisanya 70,3% (100%-29,7%=70,3%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Sedangkan nilai SEE (Standard Error of Estimate) sebesar 1,55853 berarti tingkat kesalahan penafsiran dari regresi adalah sebesar 1,55853. Tabel 5 Uji R2 Perceived Value terhadap Purchase Intention Model
Adjusted R Square 1 0,297 Sumber: Data primer yang diolah (2014).
SEE 1,55853
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisa pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Hasil pengujian pada hipotesis pertama (H1) dengan regresi berganda menyatakan bahwa perceived usefulness berpengaruh terhadap perceived value. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mukaiwa et al. (2013), Chang dan Hsiao (2011), Kim et al. (2007), Chu dan Lu (2007), dan Snoj et al. (2004). b. Hasil pengujian pada hipotesis Kedua (H2) dengan regresi berganda menyatakan bahwa perceived risk berpengaruh terhadap perceived value. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mukaiwa et al. (2013), Chang dan Hsiao (2011), Lu dan Shiu (2009), HsinKung et al. (2008), Snoj et al. (2004), Agarwal Sanjeev dan Teas R. Kenneth (2004), Chen dan Dubinsky (2003), Agarwal Sanjeev dan Teas R. Kenneth (2001). c. Hasil pengujian pada hipotesis Ketiga (H3) dengan regresi berganda menyatakan bahwa perceived price berpengaruh terhadap perceived value. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mukaiwa et al. (2013), Chang dan Hsiao (2011), Dobre et al. (2011), Lu dan Shiu (2009), Hsu et al. (2007), Aleksandra dan Borut (2007), Kim et al. (2007), Chu dan Lu (2007), Cengiz dan Kirkbir (2007), wu dan Hsing (2006), Agarwal Sanjeev dan Teas R. Kenneth (2004), Chen dan Dubinsky (2003), Baker et al. (2002). d. Hasil pengujian pada hipotesis keempat (H4) dengan regresi berganda menyatakan bahwa perceived value berpengaruh terhadap purchase intention. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nguyen et al. (2013), Mukaiwa et al. (2013), Chang dan Chen (2012), Chang dan Hsiao (2011), Shafid et al. (2011), Dobre et al. (2011), Shaharudin et al. (2010), Lu dan Shiu (2009), HsinKung et al. (2008), Hsu et al. (2007), Kim et al. (2007), Chu dan Lu (2007), wu dan Hsing (2006), Chen dan Dubinsky (2003).
8
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 Keterbatasan Keterbatasan merupakan suatu hal yang dihadapi peneliti didalam melakukan penelitian, adapun beberapa hal yang dihadapi peneliti sebagai berikut. a. Ruang lingkup penelitian yang ditujukan hanya pada masyarakat pengguna smartphone kota Batam dan tidak pada kota lain di indonesia khususnya. b. Pengaruh variabel independen regresi berganda variabel perceived usefulness, perceived risk, perceived price hanya mampu mempengaruhi variabel dependen perceived value sebesar 46,4% , sedangkan sisanya yang 53,6% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat pada model penelitian. c. Pengaruh variabel independen regresi berganda variabel perceived value hanya mampu mempengaruhi variabel dependen purchase intention sebesar 29,7% , sedangkan sisanya yang 70,3% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat pada model penelitian. Rekomendasi Rekomendasi merupakan saran-saran yang peneliti berikan untuk penelitian selanjutnya dari pihak ingin melakukan penelitian yang sama dan juga saran yang diberikan kepada perusahaan produk smartphone untuk pengembangan produk selanjutnya agar lebih bisa menarik minat pembelian konsumen, sebagai berikut. a. Ruang lingkup penelitian diperluas dan cakupan penelitian diperbanyak lagi agar bisa mendapatkan data yang lebih akurat dan keterwakilan sampel penelitian juga akan mampu menggambar kondisi sesungguhnya. b. Penelitian kedepan untuk regresi berganda variabel perceived usefulness, perceived risk, perceived price peneliti ini disarankan menambah variabel independen lain yang menjadi faktor yang akan dapat menjelaskan variabel dependen lebih akurat seperti variabel, perceived ease of use, perceived quality, perceived playfulness, enjoyment, technicality, dan customer knowledge, . c. Penelitian kedepan untuk regresi berganda perceived value juga disarankan menambah variabel independen lain yang menjadi faktor yang akan dapat menjelaskan variabel dependen lebih akurat seperti variabel, Trust, behavior dan attitude. d. Bagi perusahaan smartphone, agar lebih meminimalkan resiko pengguna smartphone baik secara langsung maupun secara tidak langsung. misalnya menambah lebih banyak aplikasi edukasi yang lebih bermanfaat agar konsumen kalangan muda bisa lebih teredukasi dalam penggunaan smartphone dan bukan hanya untuk hiburan yang tidak bermakna yang bisa beresiko ketinggalan pengetahuan. e. Bagi perusahaan smartphone, perlu lebih mempertimbangankan harga produk smartphone yang akan dipasarkan agar konsumen kalangan menengah ke bawah bisa terus menikmati dan mengikuti perkembangan teknologi tanpa harus mengkuatirkan pengeluaran yang besar pada pembelian smartphone. f. Bagi perusahaan smartphone, agar terus meningkatkan kualitas dan kegunaan pada produk smartphone yang ada untuk selalu bisa menarik minat beli konsumen. DAFTAR PUSTAKA Agarwal, S. dan Teas, R.K. (2001). “Perceived Value: Mediating Role of Perceived Risk”. Journal of Marketing Theory and Practice; Fall 2001; 9, 4; ProQuest Central pg.1. Agarwal, S. dan Teas, R.K. (2004). “Cross-national applicability of a perceived risk-value model”. Journal of Product & Brand Management Volume 13 · Number 4 · 2004 pp. 242-256. APJII. (2012). “Profil Pengguna Internet Indonesia”. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pg. 28-37. Azwar, S. (1999). “Reliabilitas dan Validitas: Seri Pengukuran Psikologi”. Yogyakarta: Sigma Alpha. Baker, J., Parasuraman, A., Grewal, D. dan Voss, G.B. (2002). “The Influence of Multiple Store Environment Cues on Perceived Merchindise Value and Patronage Intentions”. Journal of Marketing; Apr 2002; 66, 2; ProQuest Central pg. 120. Beneke, J., Flynn, R., Greig, T. dan Mukaiwa, M. (2013). “The influence of perceived product quality, relative price and risk on customer value and willingness to buy: a study of private label merchandise”. Journal of Product & Brand Management Vol. 22 · Number 3 · 2013 · 218–228. Chang, T.S. dan Hsiao, W.H. (2011). “Consumers’ automotive purchase decisions: The significance of vehicle based infotainment systems”. African Journal of Business Management Vol.5 (11), pp. 4152-4163 Chen, Y.S. dan Chang, C.H. (2012). “Enhance green purchase intentions: The roles of green perceived value, green perceived risk, and green trust”. Emerald Management Decision Vol. 50 No 3, 2012 pp, 502-520
9
Journal Of Acounting & Management Research Vo. 9 No 1 2014 ISSN : 1907-6487 Chen, Z. dan Dubinsky, A.J. (2003). “A Conceptual Model of Perceived Customer Value in E-Commerce: A Preliminary Investigation”. Psychology & Marketing; Apr 2003; 20, 4; ProQuest Central pg. 323. Chi, H., Yeh, H.R., Chien, S. dan Yang, Y. (2008). “Applying Theory of Reasoned Action and Technology Acceptance Model to Investigate Purchase Behavior on Smartphone”. In Taiwan. Chu, C.W. dan Lu, H.P. (2007). “Factors influencing online music purchase intention in Taiwan: An empirical study based on the value-intention framework”. Internet Research Vol. 17 No. 2, 2007 pp. 139-155. Dobre, C., Dragomir, A. dan Isac, F.L. (2011). “Duality, asymmetry and the placebo effect of the sale price. The relationship between the perceived prices and perceived value of products in the marketing literature”. RRM – 4/2011. Ghozali, I. (2001). “Analisis Multivanate dengan program SPSS”. Edisi ke 2. Universitas Diponegoro. Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L. dan Black, W.C. (1998). “Multivariate Data Analysis”. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall. Huang, J., Sun, C. dan Su, S. (2013). “Cultural value, perceived value, and consumer decision-making style in China: A comparison based on an urbanization dimension”. Nankai Business Review International Vol. 4 No. 3, 2013 pp. 248-262. Indriantoro dan Supomo. (1999). “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Kim, H.W., Chan, H.C. dan Gupta, S. (2007). “Value-based adoption of mobile internet: An empirical investigation”. Decis. Support. Syst. 43: 111-126. Krejcie, R.V. dan Morgan, D.W. (1970). “Ditermining Sample Size for Research Activities”, Educational and Psychological Measurment. Vol. 30: 607-610. Lu, L.Y. dan Shiu, J.Y. (2009). “Customers’ Behavioral Intentions in the Service Industry: An Empirical Study of Taiwan Spa Hotels”. The Asian Journal on Quality / Vol. 10, No. 3. Nguyen, H.L., Nguyen, H.T. dan Nguyen, T.V. (2013). “National identity and the perceived values of foreign products with local brands: The case of local wine in Vietnam”. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics Vol. 25 No. 5, 2013 pp. 765-783. Pisnik Korda, A. dan Milfelner, B. (2007). “Perceived Value As Mediating Variable In Hotel Services Perception: The Case Of Slovenia”. Public Agency for Research and Ministry for Economic Affairs, Republic of Slovenia, Grant No. V5-0206ARRS-RI-CRP-VP-2007-II. Shafiq, R., Raza, I. dan Rehman, M.Z. (2011). “Analysis of the factors affecting customers’ purchase intention: The mediating role of perceived value”. African Journal of Business Management Vol. 5(26), pp. 10577-10585. Shaharudin, M.R., Pani, J.J., Mansor, S.W. dan Elias, S.J. (2010). “Purchase Intention of Organic Food; Perceived Value Overview”. Canadian Social Science Vol. 6, No. 1, 2010, pp. 70-79. Snoj, B., Pisnik Korda, A. dan Mumel, D. (2004). “The Relationships Among Perceived Quality, Perceived Risk and Perceived Product value”. The Journal of Product and Brand Management; 2004; 13, 2/3; ProQuest Central pg. 156. Wu, C. dan Hsing, S. (2006). “Less is more: How Scarcity Influences Consumers’ Value Perceptios and Purchase Intents Through Mediating Variables”. Journal of American Academy of Business, Cambridge; Sep 2006; 9, 2; Proquest Central pg.125. Yen, J.R., Rhoades, D.L. dan Hsu, G.Y. (2007). “Evaluating the Perceived Value of Service Delivered by Taiwanese Airlines in the Domestic Market”. Best Practices in Service Industry Paper #: 06-04 Page- 2 /6. http://www.ciptamedia.org/profil-pengguna-ponsel-pintar-indonesia/ (2014) http://www.gartner.com/newsroom/id/2623415 (2013)
10