Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
PENGARUH BAHAN AJAR MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI KIMIA ORGANIK I The Effect of Interactive Multimedia to Student’s Learning Outcomes in Organic Chemistry I Courses Mohammad Arfi Setiawan1), I Wayan Dasna2), dan Siti Marfu’ah3) Program Pascasarjana Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2,3) Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang HP. 085655780917; e-mail:
[email protected]
1)
Abstrak Pemahaman konseptual materi kimia berhubungan dengan penyajian tingkat representasi makroskopis, submikroskopis dan simbolik. Namun, penggunaan ketiga representasi tersebut tidak terlaksana dengan baik dalam pembelajaran sehingga mahasiswa kesulitan dalam memahami suatu konsep dan bahkan menimbulkan miskonsepsi. Penggunaan multimedia diduga dapat mengatasi permasalahan tersebut karena mengintegrasikan objek media seperti teks, grafik, video, animasi, dansuarauntuk mewakilidanmenyampaikan informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan ajar multimedia interaktif terhadap hasil belajar mahasiswa pada materi kimia organik. Desain penelitian berupa eksperimen semu dengan 60 mahasiswa sebagai sampel. Data penelitian dianalisis dengan membandingkan hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan:(1) ada perbedaan secara signifikan hasil belajar kelas yangmenggunakan bahan ajar multimedia dan kelas tanpa bahan ajar multimedia.(2) multimedia interaktif berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa yang dibuktikan dengan hasil belajar kelas yangmenggunakan bahan ajar multimedia lebih tinggi daripada kelas tanpa bahan ajar multimedia. Kata kunci: multimedia interaktif, kimia organik, hasil belajar, eksperimen semu Abstract Conceptual understanding of organic chemistry related to the representation of the macroscopic, submicroscopicand symbolic level. However, the use of three representations are not performing well in learning accordingly, there are many difficulties in understanding a concept and misconceptions on the university student.The use of multimedia could be expected to overcome these problems because it integrates media objects such as text, graphics, video, animation, and sound to represent and convey the information. This study aims to determine the effect of interactive multimedia teaching materials to the learning outcomes of students in organic chemistry. The study used the quasi-experimental research design with 60 university students as a sample. Data were analyzed by comparing the experimental class learning outcomes and control using the ttest. The results showed: (1) there were significant differences of learning outcomes a class with multimedia and without multimedia. (2) there was significant effect of multimedia interactive on student learning outcomes that shown by the results of class with multimediawas higher than without multimedia. Key words: interactive multimedia, organic chemistry, learning outcomes, quasiexperiment
379
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
PENDAHULUAN Secara umum, materi kimia berupa konsep yang menjelaskan hal-hal abstrak sehingga dalam memahaminya membutuhkan penggunaan representasi tingkat makroskopis, submikroskopis dan simbolik. Namun, penggunaan ketiga representasi tersebut tidak terlaksana dengan baik dalam pembelajaran yang mengakibatkan kesulitan dalam memahami suatu konsep dan bahkan menimbulkan miskonsepsi.Gabel (1993) menyatakan beberapa kesulitan yang sering terjadi dalam memahami kimia yaitu (1) pengajaran kimia biasanya hanya menekankan tingkat simbolik dan pemecahan masalah, (2)pengajaran kimia yang berlangsung pada tingkat makroskopik, mikroskopik, dan simbolik tidak disertai dengan penjelasan mengenai hubungan antara ketiga jenis tingkatan tersebut, serta fenomena yang diajarkan tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh dari dosen pengampu, rata-rata hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Kimia Organik I masih rendah yaitu 58,12. Penggunaan representasitingkatmakroskopis, submikroskopis dansimbolik yang kurang dalambahan ajar merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar. Upaya peningkatan hasil belajar dapat dilakukan dengan memasukkan multimedia ke dalam bahan ajar sehingga menjadi bahan ajar multimedia. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dan pembelajar dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Depdiknas, 2008). Sedangkan definisi multimedia menurut Smaldino dkk. (2005) merupakan penggunaan berbagai macam format media (program berbasis komputer) seperti audio, video, grafik, teks, animasi dan lain sebagainya secara bersamaan dalam satu kemasan yang utuh dan sinergis untuk dapat memberikan presentasi atau pembelajaran mandiri.Bahan ajar multimedia merupakan suatu bahan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan memadukan berbagai media audio, video, grafik, teks, animasi dan lain sebagainya secara bersamaan. Menurut Metilda (2012), multi media menyajikan peluang yang signifikan untuk program pendidikankimia serta merupakan alat yang bermanfaat dan efektif dalam pengembangan metodedan teknik baru. Hasrul (2011) menyebutkan bahwa penggunaan multimedia diharapkan mampu membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar mahasiswa, membantu keefektifan proses pembelajaran, menarik dan mengarahkan perhatian mahasiswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran, memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi yang diberikan, pembelajaran menjadi lebih menarik, membawa kesegaran dan variasi baru bagi pengalaman belajar mahasiswa sehingga mahasiswa tidak bosan dan tidak bersikap pasif. Menurut Smaldino dkk. (2005), penggunaan multimedia dalam pembelajaran memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut. 1. Multimedia dapat mengkombinasikan teks, audio, grafik, gambar diam maupun bergerak serta video dalam satu kesatuan sistemsehingga dapat digunakan secara bersamaan (Multiple media). 2. Multimedia memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga dapat mengkondisikan pembelajar agar senantiasa terpusat dan berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran (Learner participation).
380
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
3.
Multimedia memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk belajar secara mandiri dan berulang-ulang, sehingga memungkinkan terjadinya proses pengayaan pemahaman konsep dalam diri pembelajar (Individualization). 4. Multimedia memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk membuat pilihan bagian yang terlebih dahulu akan dipelajari dari menu-menu yang tersedia (Flexibility). 5. Program animasi dalam multimedia dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan simulasi proses dinamis suatu objek konkret maupun abstrak, sehingga memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada pembelajar dengan seolah-olah melihat secara langsung objek yang sedang dipelajari (Simulations). Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan pada uraian di atas, peneliti melakukan penelitian dengan judul ―Pengaruh Bahan Ajar Multimedia Interaktif terhadap Hasil Belajar Mahasiswapada Materi Kimia Organik I‖. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan ajar multimedia interaktif terhadap hasil belajar mahasiswa pada materi Kimia Organik I. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pada matakuliah Kimia Organik I. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen semu yang berupa Non-Equivalent Control Group Design yaitu dengan membentuk dua kelas. Kelas eksperimen merupakan kelas yang diajar dengan menggunakan bahan ajar multimedia sedangkan kelas kontrol merupakan kelas yang diajar dengan bahan ajar yang sudah ada.Rancangan eksperimen semu yang digunakan dalam uji coba lapangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rancangan Eksperimen Semu,Non-Equivalent Control Group Design Subjek Pretes Perlakuan Postes Eksperimen O1 X1 O2 Kontrol
O1
X2
O2
Keterangan: O1 : Tes sebelum pembelajaran O2 : Tes setelah pembelajaran X1 : Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar multimedia X1 : Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang telah ada Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 orang mahasiswa semester 2 Universitas Negeri Malangyang menempuh mata kuliah Kimia Organik I. Kelas dengan 31 orang mahasiswa menjadi kelas eksperimen sedangkan kelas dengan29 orang mahasiswa menjadi kelas kontrol.Instrumen yang digunakan berupa soal tes uraian sebanyak 5 soal yang divalidasi oleh ahli. Hasil validasi soal tes dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Rata-rata Hasil Validasi Soal Validator Hasil Validasi Kriteria Validator 1 Sangat Tinggi 97,8 % Validator 2
97,8 %
381
Sangat Tinggi
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan uji t untuk menguji hipotesis penelitian berikut: Hipotesis nol (H0): Tidak ada perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang diajar menggunakan bahan ajar multimedia dengan mahasiswa yang diajar menggunakan bahan ajar yang sudah ada. Hipotesis alternatif (H1): Ada perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang diajar menggunakan bahan ajar multimedia dengan mahasiswa yang diajar menggunakan bahan ajar yang sudah ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil tes sebelum dilakukan perlakuan (pretes)menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes kelas eksperimen sedikit lebih rendah daripada rata-rata hasil tes kelas kontrol yaitu, 17,76 dan 19,03. Sedangkan uji t terhadap hasil tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dapat diketahui dari signifikasi lebih tinggi dari α (0,404 > 0,05). Hal ini menandakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang setara, sehingga kelas tersebut dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh bahan ajar multimedia terhadap hasil belajar. Ratarata hasil pretes dan hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Hasil Pretes dan Hasil Uji t
Kelas
N
Rata-rata pretes
Eksperimen
31
17,76
Kontrol
29
19,03
t
df
Sig. (2-tailed)
-0,840
58
0,404
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh bahan ajar multimedia interaktif terhadap hasil belajar mahasiswa pada materi Kimia Organik I, maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah dikemukakan. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji t pada hasil tes setelah dilakukan perlakuan (postes) dan uji t gain score yaitu uji t selisih skor postes dan pretes. Rata-rata hasil postes kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil postes kelas kontrol yaitu, 61,97 dan 54,72. Hasil ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap materi Kimia Organik I pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Uji t terhadap hasil postes menghasilkan signifikansi lebih rendah dari α (0,047 < 0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang diajar menggunakan bahan ajar multimedia dengan mahasiswa yang diajar menggunakan bahan ajar yang sudah ada atau dengan kata lain H0 ditolak. Rata-rata hasil postes dan hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Hasil Postes dan Hasil Uji t Kelas
N
Rata-rata hasil postes
Eksperimen Kontrol
31
61,97
29
54,72
382
t
df
Sig. (2-tailed)
2,030
58
0,047
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Gambar 1. Grafik Rata-rata Hasil Postes
Rata-rata gain score (selisih nilai postes dan pretes) kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil postes kelas kontrol yaitu, 44,21 dan 35,69. Hasil ini menunjukkan bahwa kenaikan hasil belajar kelas yang diajar dengan bahan ajar multimedia lebih tinggi daripada kelas yang diajar dengan bahan ajar yang ada. Uji t terhadap gain scoremenghasilkan signifikansi lebih rendah dari α (0,006< 0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan gain scoreantara mahasiswa yang diajar menggunakan bahan ajar multimedia dengan mahasiswa yang diajar menggunakan bahan ajar yang sudah ada atau dengan kata lain H0 ditolak. Rata-rata gain scoredan hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Gain Scoredan Hasil Uji t Kelas
N
Eksperimen Kontrol
31 29
Rata-ratagain score
t
df
Sig. (2-tailed)
44,21 35,69
2,859
58
0,006
Gambar 2. Grafik Rata-rataGain Score
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang diajar menggunakan bahan ajar multimedia dengan mahasiswa yang diajar menggunakan bahan ajar yang sudah ada. Hasil belajar mahasiswa yang diajar dengan bahan ajar multimedia lebih tinggi daripada hasil belajar mahasiswa yang diajar dengan bahan ajar yang sudah ada. Selain itu, peningkatan nilai sebelum dan setelah diberikan perlakukan 383
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
menujukkan perbedaan yaitu mahasiswa yang diajar dengan bahan ajar multimedia lebih tinggi daripada mahasiswa yang diajar dengan bahan ajar yang sudah ada.Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa bahan ajar multimedia lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan bahan ajar biasa. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehLoudkk. (2012) dan Azziz dkk. (2013). Lou dkk. (2012) menguji efektivitas bahan ajar multimedia praktikum kimia organik untuk siswa SMA. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa nilai postes kelompok yang menggunakan video dan animasi lebih tinggi dari pada kelompok yang hanya menggunakan gambar diam. Sedangkan Azziz dkk. (2013) menggunakan modul multimedia pada pembelajaran Kimia Organik materi mekanisme reaksi SN1 dan SN2. Hasil belajar mahasiswa yang menggunakan modul IMCM (Interactive Multimedia Chemistry Module) lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak menggunakan modul. Bahan ajar yang menggabungkan berbagai media terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar khususnya pada materi yang dalam pemahaman konseptualnya berhubungan dengan representasitingkatmakroskopis, submikroskopis dansimbolik seperti kimia.Menurut Johnstone (1993), representasi makroskopik merupakan representasi kimia yang diperoleh melalui pengamatan terhadap suatu fenomena yang dapat dilihat dan dipersepsi oleh panca indra atau dapat berupa pengalaman sehari-hari pembelajar. Representasi submikroskopik yaitu representasi kimia yang menjelaskan tentang struktur dan proses pada level partikel (atom/molekular) terhadap fenomena makroskopik yang diamati. Representasi simbolik yaitu representasi kimia secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu berupa rumus kimia, diagram, gambar, persamaan reaksi, stoikiometri dan perhitungan matematik. Ketika hubungan terbentuk antara tiga tingkat representasi tersebut, mahasiswa lebih mudah memahami dan mudah belajar dalam kimia. Secara umum materi-materi dalam lingkup sains memerlukan pemahaman konseptual yang menghubungkan representasi tingkat makroskopis, submikroskopis dan simbolik sehingga multimedia sesuai untuk pembelajaran sains. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa bahan ajar multimedia efektif untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Multimedia sesuai untuk pembelajaran sains yang secara umum materi-materi dalam lingkup sains memerlukan pemahaman konseptual yang menghubungkan representasi tingkat makroskopis, submikroskopis dan simbolik. Saran Untuk penelitian lebih lanjut, sebaiknya dilakukan penelitian yang melibatkan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendahuntuk mengetahui pengaruh bahan ajar multimedia terhadap hasil belajar mahasiswa dengan berbagai kemampuan awal. Selain itu, data mengenai motivasi mahasiswa setelah diajar menggunakan bahan ajar multimedia sangatlah diperlukan karena untuk mengetahui motivasi mahasiswa selama diajar dengan bahan ajar tersebut.
384
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
DAFTAR PUSTAKA Azziz, S. S. S. A., Suhairun, A. A., Siais, S., Talib, O., Zain, N. Z. M., Shariman, T. P. N. T., Tajudin, N. M., Bakar, N. A., & Jusoff, K. 2013. The Effectiveness of Multimedia Organic Chemistry Module: SN1 and SN2 Reaction Mechanism. Asia Pacific Journal of Educators and Education, 28: 53-68. Depdiknas. 2008.Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Gabel, D. L. 1993. Use of Particle Nature of Matter in Developing Conceptual Understanding. Journal of Chemical Education, 70 (3): 193-194. Hasrul. 2011. Desain Media Pembelajaran Animasi Berbasis Adobe Flash Cs3 Pada Mata Kuliah Instalasi Listrik 2. Jurnal MEDTEK, 3 (2). Johnstone, A.H. 1993. The development of chemistry teaching.Journal of Chemical Education, 70 (9): 701-705 Lou Shi-Jer, Lin Hui-Chen, Shih Ru-Chu, & Tseng Kuo-Hung. 2012. Improving The Effectiveness of Organic Chemistry Experiments Through Multimedia Teaching Materials for Junior High School Students. The Turkish Online Journal of Educational Technology, 11 (2): 135-141. Metilda, A. V. 2012. Inclusion of Multimedia Technology as a Catalyst in Teaching Chemistry at Higher secondary level. International Multidisciplinary e-Journal, 6368. Smaldino, S. E., Russel, J. D., Heinich, R., & Molenda, M. 2005. Instructional Technology and Media for Learning. New Jersey: Pearson Education, Inc.
385