178 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 178-186
Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII-4 di SMPN 1 Probolinggo
Karyatin Pendidikan Dasar IPA-Pascasarjana Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Email:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui kegiatan di laboratorium untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar kognitif IPA (biologi) siswa. Deskripsi keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari masalah-masalah yang dihadapi di kelas untuk dicari pemecahannya dengan dukungan data empiris dari lapangan. Penelitian juga dimaksudkan untuk mengungkapkan permasalahan secara menyeluruh dan kontekstual dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen kunci. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan 2x40 menit. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, tes hasil belajar, dokumentasi, dan catatan lapangan. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VIII SMP sejumlah 28 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium melalui penerapan keterampilan proses IPA mengalami peningkatan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium dapat meningkatkan keterampilan proses IPA dan hasil belajar IPA (biologi) siswa kelas VIII SMP. Kata kunci: inkuiri terbimbing berbasis laboratorium, keterampilan proses IPA, hasil belajar
B
elajar merupakan suatu proses atau aktivitas yang bertujuan memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada siswa, sehingga ada perubahan cara berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertindak (psikomotorik). Selama proses belajar siswa diharapkan tidak hanya terlibat secara fisik, tetapi secara mental dan emosional juga ikut terlibat, sehingga belajar menjadi memiliki makna mendalam (meaningfull). Hakikat keberhasilan proses belajar tidak hanya murni ditentukan oleh adanya perubahan pengetahuan yang dinyatakan dengan nilai tetapi yang terpenting adalah adanya perubahan sikap dan perilaku yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan jangka panjang di masyarakat. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran biologi yang termuat dalam permen 22 tahun 2006 mengisyaratkan pentingnya inkuiri, lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inkuiri) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau 178
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam sekitar. Kegiatan pembelajaran di laboratorium memiliki peran khusus dan penting pada mata pelajaran IPA, karena banyak manfaat yang akan diperoleh, terutama siswa dapat terlibat secara langsung dalam kegiatan laboratorium tersebut (Hofstein & Lunetta, 1982; Lunetta, 1998 dalam Hofstein,dkk, 2001). Kegiatan belajar yang terpusat pada laboratorium (inquiry laboratory) juga memiliki potensi untuk membangun konsep belajar siswa, meningkatkan pemahaman konseptual, dan pemahaman tentang sifat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berdasarkan hasil observasi di lapangan, guruguru IPA di SMP Negeri 1 Probolinggo, sudah mem-
Karyatin, Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium...
berikan materi pelajaran yang berorientasi pada kegiatan untuk melibatkan siswa secara aktif baik di kelas maupun di laboratorium, akan tetapi hasil belajar baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam bentuk kecakapan dan kemampuan penerapan keterampilan proses IPA masih rendah. Misalnya pada aspek keterampilan proses yang paling sederhana, yaitu melakukan pengamatan pada materi keanekaragaman makhluk hidup. Siswa kurang teliti untuk mengamati secara menyeluruh baik pengamatan kualitatif maupun kuantitatif, sehingga data awal sebagai dasar untuk melakukan identifikasi, deskripsi, dan pengelompokkan yang diperoleh tidak lengkap. Hal tersebut akan berdampak pada kemampuan keterampilan proses IPA yang lain, karena keterampilan proses melakukan pengamatan sebagai dasar untuk menguasai keterampilan proses yang lain. METODE
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui kegiatan di laboratorium untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar kognitif IPA (biologi) siswa. Deskripsi keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari masalah-masalah yang dihadapi di kelas untuk dicari pemecahannya dengan dukungan data empiris dari lapangan. Penelitian juga dimaksudkan untuk mengungkapkan permasalahan secara menyeluruh dan kontekstual dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen kunci. Berdasarkan keadaan di atas maka pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini memiliki karakteristik antara lain: (1) masalah yang diteliti berupa masalah praktik pembelajaran sehari-hari di kelas yang dihadapi oleh guru, (2) diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk memecahkan masalah tersebut dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, (3) terdapat perbedaan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan PTK, dan (4) guru sendiri yang berperan sebagai peneliti (Susilo, 2009). Pada penelitian ini, kehadiran peneliti mutlak diperlukan, karena peneliti berperan sebagai pengajar, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti selama 3 bulan, yaitu bulan September sampai Nopember 2012. Kegiatan yang dilakukan meliputi, studi pendahuluan melalui wawancara baik
179
kepada guru IPA maupun siswa untuk mengumpulkan informasi dan permasalahan di lapangan. Pelaksanaan tindakan di kelas dengan menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium dilakukan selama lima kali pertemuan siklus I, terdiri empat kali pertemuan pemberian materi untuk sistem gerak pada manusia dan satu kali pertemuan ulangan harian akhir siklus I. Siklus II terdiri atas lima kali pertemuan, terdiri atas empat kali pertemuan pemberian materi sistem pencernaan makanan pada manusia dan satu kali pertemuan ulangan harian akhir siklus II. Penelitian dilaksanakan pada kelas VIII.4 Tahun Pelajaran 2012-2013 di SMP Negeri 1 Probolinggo, jalan Imam Bonjol No. 49 Probolinggo. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Kota Probolinggo yang menerapkan pembelajaran IPA dengan bahasa pengantar bilingual (Indonesia-Inggris). Kegiatan pembelajaran dilakukan di ruang Laboratorium IPA. Alat dan bahan selama kegitan pembelajaran yang dilakukan di laboratorium dapat memenuhi kebutuhan siswa selama pelaksanaan tindakan. Siswa sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.4 Tahun Pelajaran 2012-2013 sejumlah 28 siswa, terdiri 15 orang siswa laki-laki dan13 orang siswa perempuan. Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam bentuk kelompok kecil. Satu kelas terbagi menjadi 7 kelompok dengan jumlah tiap anggota 4 orang siswa, dengan kemampuan heterogen. Analisis data dilakukan secara kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif pada data keterlaksanaan pembelajaran, kemampuan keterampilan proses IPA dan hasil belajar siswa. Uraian analisis data pada masing-masing data adalah sebagai berikut. Keterlaksanaan Pembelajaran Tahapan (sintaks) pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium yang dipadu dalam kegiatan pembelajaran yang biasa digunakan pada pembelajaran IPA (Biologi). Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dipersentase dengan rumus sebagai berikut.
P
10% x X 80% x Y 10% x Z x100% Q
Keterangan : P = persentase keterlaksanaan pembelajaran X = jumlah skor kegiatan pendahuluan
180 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 178-186 Y = jumlah skor kegiatan inti Z = jumlah skor kegiatan penutup Q = jumlah skor maksimum kegiatan pembelajaran
Kemampuan Keterampilan Proses IPA Data kemampuan keterampilan proses IPA siswa diperoleh dengan memberikan skor penilaian terhadap masing-masing indikator pada masing-masing aspek keterampilan proses IPA sesuai dengan rubrik penilaian yang telah ditentukan. Selanjutnya menghitung jumlah skor yang didapatkan pada masing-masing aspek kemampuan keterampilan proses IPA dan mempresentasekan hasilnya berdasarkan persamaan berikut.
P
F x100% A
(Arikunto, 2002:46) Keterangan : P = persentase keberhasilan keterampilan proses sains F = jumlah skor keterampilan proses sains yang diperoleh siswa A = jumlah skor maksimum keterampilan proses sains
Persentase keberhasilan keterampilan proses IPA siswa dibandingkan antara siklus 1, dan siklus 2 sehingga diketahui persentase peningkatan keberhasilan. Data Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar kognitif siswa berdasarkan skor ulangan harian yang diberikan setelah masingmasing siklus. Ketuntasan belajar siswa dilihat berdasarkan: 1) ketuntasan perorangan (individu), siswa dianggap telah “tuntas belajar” apabila daya serap mencapai 75%, dan 2) ketuntasan kelompok (klasikal), dianggap telah “tuntas belajar” apabila mencapai 80% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 75%, menggunakan rumus sebagai berikut.
K
A x100 % B
Keterangan : K= persentase keberhasilan A = jumlah siswa yang memperoleh skor di atas 75% B= jumlah seluruh siswa
Seluruh data yang diperoleh kemudian digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan kriteria keberhasilan tindakan yang sudah dilakukan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan digunakan tabel persentase taraf keberhasilan tindakan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Keberhasilan Tiap Siklus Persentase Keberhasilan (%)
Kriteria
80 – 100 60 – 79 40 – 59 10 – 39 0–9
Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik
HASIL
Paparan Data dan Temuan Siklus I Pada siklus I kegiatan yang dilakukan meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi tindakan di manamasing-masing kegiatan dijelaskan sebagai berikut. Perencanaan Tindakan Siklus I Kegiatan perencanaan tindakan siklus I dilakukan berdasarkan hasil studi pendahuluan, antara lain wawancara kepada guru pengajar dan siswa, serta mengamati kegiatan pembelajaran di kelas maupun laboratorium. Rencana tindakan ini berbentuk langkah-langkah perencanaan yaitu mempersiapkan tindakan dan observasi untuk memperoleh data. Tindakan yang direncanakan pada siklus I adalah pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium dengan menerapkan metode percobaan, diskusi, presentasi dan tanya jawab untuk meningkatkan kemampuan keterampilan proses IPA siswa yang ditunjukkan dalam aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran dilakukan. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun. Pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium dan terdiri atas lima tahapan. Tahapan pembelajaran meliputi: 1) tahap mendefinisikan atau merumuskan masalah (serta menyusun hipotesis) dan mengajukan pertanyaan yang relevan, 2) tahap merencanakan kegiatan/percobaan, 3) tahap melakukan percobaan, 4) tahap pengamatan fenomena, 5) mengumpulkan, menganalisa, menginterpretasi data, dan menyimpulkan. Kelima tahap pembelajaran inkuiri ini dipadukan dalam kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan dalam pembelajaran IPA antara lain: 1) kegiatan pendahuluan dengan apersepsi dan motivasi melalui pemberian ilustrasi dan contoh dalam kehidupan seharihari, 2) penyampaian tujuan pembelajaran, 3) tanya
Karyatin, Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium...
jawab, 4) diskusi kelompok dan diskusi kelas/presentasi presentasi kelas, 5) penguatan dan kegiatan penilaian proses. Selama proses pembelajaran berlangsung observer melakukan pengamatan dan penilaian terhadap keterampilan proses IPA siswa dan pelaksanaan pembelajaran inkuiri dengan menggunakan lembar observasi pembelajaran inkuiri terbimbing yang berbasis kegiatan laboratorium. Observasi Tindakan Siklus I Pelaksanaan tahap observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu oleh 7 orang observer. Seluruh observer adalah guru SMP Negeri 1 Probolinggo. Observasi tersebut dilakukan meliputi segala aspek penilaian proses yang sesuai dengan penelitian pada format yang sudah disiapkan, yaitu keterlaksanaan proses pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium, catatan lapangan selama proses belajar mengajar, dan observasi penilaian terhadap keterampilan proses IPA siswa. Refleksi Tindakan Siklus I Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium pada siklus I masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki agar tujuan penelitian berkaitan dengan kemampuan keterampilan proses IPA dan hasil belajar IPA (biologi) tercapai. Kekurangan-kekurangan yang dapat teridentifikasi pada siklus I sebagai berikut. Pertama, siswa masih belum terbiasa melakukan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing yang berbasis kegiatan laboratorium secara utuh dan menyeluruh. Siswa terlihat masih bingung terutama pada tahap merumuskan masalah dan pengajuan hipotesis, serta menganalisa dan menyimpulkan hasil kegiatan/ percobaan, sehingga waktu yang tersedia tidak mencukupi untuk menyelesaikan seluruh kegiatan dalam skenario pembelajaran. Kedua, pembelajaran dilaksanakan pada jadwal jam terakhir, sehingga ketika kegiatan penutup bersamaan dengan 5 menit waktu sebelum bel pulang berbunyi, sebagian besar siswa sudah gelisah dan refleksi pembelajaran kurang maksimal. Ketiga, buku referensi siswa yang digunakan sebagian masih menggunakan bahasa Indonesia, sementara kegiatan/percobaan keseluruhan diharapkan siswa menggunakan bahasa Inggris. Kendala bahasa inilah yang menyebabkan waktu mengerjakan analisa data menjadi lebih lama. Keempat, ada sebagian siswa yang kurang aktif pada saat mengerjakan LKS, masih cenderung
181
menggantungkan anggota kelompoknya dan menyalin jawabannya. Kelima, secara umum siswa sudah aktif pada tahap melakukan kegiatan/percobaan, tetapi masih enggan menyampaikan pendapat, bertanya, atau menjawab. Guru masih harus menunjuk atau memanggil nama siswa untuk menjawab atau maju ke depan kelas. Keenam, pada saat perwakilan kelompok presentasi, kelompok yang lain kurang memperhatikan dan sibuk melengkapi LKSnya sehingga kurang memberikan masukan dan tanggapan. Ketujuh, ketuntasan belajar klasikal siswa dari hasil tes kognitif siklus I adalah 54%, hal ini dapat dijelaskan bahwa siswa belum sepenuhnya memahami metode pembelajaran inkuiri terbimbing yang berbasis kegiatan laboratorium dengan menerapkan keterampilan proses IPA. Berdasarkan kekurangan-kekurangan dan temuan pada siklus I, beberapa hal yang dilakukan sebagai upaya perbaikan antara lain sebagai berikut. (a) Memberikan bimbingan secara maksimal kepada seluruh siswa setiap tahap pembelajaran yang harus dilakukan. (b) Memaksimalkan pelaksanaan pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun dan memperketat alokasi waktu yang sudah ditentukan. (c) Mewajibkan setiap kelompok minimal memiliki dua referensi buku berbahasa Inggris dan menganjurkan siswa untuk selalu memperbaharui informasi dari berbagai sumber misalnya browsing internet dan membaca materi sebelum pelaksanaan pembelajaran. (d) Memberi kesempatan kepada siswa yang kurang aktif untuk memberikan ide, pendapat, dan menjawab pertanyaan dengan menunjuk atau memanggil namanya, untuk mendorong kemandirian siswa agar tidak selalu tergantung pada kelompok. (e) Guru lebih banyak aktif berkeliling ke setiap kelompok untuk mengecek hasil diskusi dan kegiatan yang dilakukan masing-masing kelompok, memberi reward kelompok yang paling kompak menyelesaikan tugas yang diberikan. (f) Merancang LKS yang lebih memaksimalkan keterlibatan siswa dalam merencanakan kegiatan/percobaan, yaitu dengan mengosongi prosedur/langkah-langkah kegiatan/percobaan, guru memberi penjelasan singkat kemudian siswa menuliskan sendiri berdasarkan pemahaman dan mendiskusikan bersama hal-hal yang belum jelas. (g) Pada saat salah satu kelompok presentasi, kelompok yang lain diwajibkan menyimak dan memberikan tanggapan atau masukan serta guru memberikan penegasan/penguatan materi. (h) Guru melakukan penilaian proses semaksimal mungkin dan
182 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 178-186
memberikan penjelasan lebih baik kepada siswa mengenai konsep yang perlu dikembangkan maka pertanyaan-pertanyaan yang ada dibagian akhir LKS dibahas bersama siswa. Paparan Data dan Temuan Siklus II Perencanaan Tindakan II Kegiatan perencanaan tindakan siklus II ini hampir sama dengan perencanaan tindakan siklus I. Beberapa hal yang dilakukan pada perencanaan tindakan siklus II sebagai berikut ini. (a) Menentukan materi pembelajaran siklus II, yaitu tentang sistem pencernaan manusia dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing yang berbasis kegiatan laboratorium melalui penerapan keterampilan proses IPA. (b) Menyusun perangkat pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (c) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing yang berbasis kegiatan laboratorium. (d) Menyiapkan lembar observasi penelitian meliputi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi dan penilaian keterampilan proses IPA, dan lembar catatan lapangan. (e) Menyusun kisi-kisi tes hasil belajar kognitif siklus II, soal tes kognitif, kunci jawaban, dan kriteria penilaian tes hasil belajar. (f) Menyiapkan alat dan bahan kegiatan/percobaan untuk memperlancar proses pembelajaran.
siklus II merupakan hasil perbaikan dari temuan-temuan pada siklus I, sehingga keterlaksanaan proses pembelajaran mengalami peningkatan. Secara keseluruhan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium melalui penerapan keterampilan proses IPA di SMP Negeri 1 Probolinggo pada siklus II, memberikan gambaran adanya peningkatan kemampuan keterampilan proses IPA siswa pada aspek melakukan pengamatan, menyusun hipotesis, merencanakan kegiatan/percobaan, melakukan kegiatan/percobaan, mengkomunikasikan hasil kegiatan/ percobaan, dan menyimpulkan hasil kegiatan/percobaan. Peningkatan hasil belajar kognitif pada siklus II memberikan gambaran bahwa ada keterlibatan siswa secara aktif dan memperoleh pengalaman belajar secara langsung melalui penerapan keterampilan proses IPA. Pengalaman belajar yang sangat bermakna dengan melibatkan seluruh kemampuan baik kemampuan fisik maupun emosional terutama ketika siswa memulai belajar untuk merumuskan masalah, mencoba mencari jawaban sendiri dari berbagai referensi dan pengalaman belajar yang dimiliki, serta membuktikan/menguji jawaban sementara dengan merencanakan dan melakukan kegiatan/percobaan merupakan dasar bagi siswa untuk mengumpulkan data, menganalisa, dan menyimpulkannya. Perbandingan Peningkatan Siklus I dan Siklus II
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Keterlaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Tindakan Siklus II dilakukan sebanyak empat kali pertemuan masing-masing 2x40 menit, yaitu Rabu 7 Nopember 2012, Sabtu 10 Nopember 2012, Rabu 14 Nopember 2012, dan Sabtu 17 Nopember 2012.
Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium melalui penerapan keterampilan proses IPA siswa, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Persentase peningkatan keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing yang berbasis kegiatan laboratorium dari siklus I ke siklus II ditunjukkan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa, peningkatan keterlaksanaan pembelajaran dari siklus I ke siklus II sebesar 3,75%. Berdasarkan kriteria/ta-
Observasi Tindakan Siklus II Tahap observasi tindakan pada siklus II ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, observasi meliputi seluruh kegiatan belajar yang dilakukan guru maupun siswa. Observasi dibantu oleh 7 guru sebagai observer, dan untuk memudahkan merekam data hasil observasi sudah disiapkan format observasi keterlaksanaan pembelajaran, format penilaian dan observasi keterampilan proses IPA siswa, dan catatan lapangan. Refleksi Tindakan Siklus II Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium yang diterapkan pada
Tabel 2. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Ketercapaian (%) Perubahan (%) Siklus I
Siklus II
93,75
96,00
Keterangan: + adalah peningkatan
+ 3,75
Karyatin, Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium...
raf keberhasilan tindakan, keterlaksanaan pembelajaran tersebut dalam kategori sangat baik. Perbandingan Peningkatan Keterampilan Proses IPA Siswa Hasil penelitian pada pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium, kemampuan keterampilan proses IPA siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Perbandingan persentase kemampuan keterampilan proses IPA siswa pada siklus I dan siklus II disajikan dalam Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa rata-rata kemampuan keterampilan proses IPA seluruh aspek pada siklus I sebesar 75,75%, siklus II sebesar 87,92%, sehingga terjadi peningkatan kemampuan keterampilan proses IPA siswa sebesar 12,17%. Mengacu dari kriteria keberhasilan tindakan, siklus I dengan kriteia baik, sedangkan ada peningkatan kriteria pada siklus II yaitu kriteria sangat baik. Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Peningkatan persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kemampuan keterampilan proses IPA siswa juga diikuti dengan peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada siklus I dan siklus II. Perbandingan hasil belajar kognitif pada siklus I dan siklus II tersebut, disajikan dalam Tabel 4.
183
Berdasarkan Tabel 4 tersebut, persentase ketuntasan meningkat sebesar 10% (dari 54,00% menjadi 64,00%), sedangkan nilai rata-rata kelas meningkat sebesar 4% (dari 75,00 menjadi 79,00). Mengacu dari kriteria keberhasilan tindakan siklus I dengan kriteria cukup baik dan siklus II terdapat peningkatan dengan kriteria baik. PEMBAHASAN
Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Kegiatan Laboratorium Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium pada kelas VIII.4 di SMP Negeri 1 Probolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013 terdiri atas dua siklus dengan alokasi waktu masingmasing empat kali pertemuan siklus I dan empat kali pertemuan siklus II. Pembelajaran dilaksanakan secara utuh dan lengkap menggunakan tahapan (sintaks) pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium dengan menerapkan keterampilan proses IPA sebagai sarana untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar. Secara umum tahapan (sintaks) pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium tersebut, diimplementasikan pada waktu kegiatan inti sebagai berikut. 1) Mendefinisikan masalah (merumuskan masalah) dan pengajuan hipotesis, pada ta-
Tabel 3. Persentase tiap Aspek Kemampuan Keterampilan Proses IPA Siswa dari Siklus I ke Siklus II Aspek Melakukan Pengamatan Menyusun Hipotesis Merencanakan kegiatan/percobaan Melakukan kegiatan/percobaan Mengkomunikasikan hasil kegiatan/percobaan Menyimpulkan kegiatan/percobaan Keseluruhan Aspek
Persentase(%) Siklus I Siklus II 82,70 87,70 74,70 87,10 73,80 85,30 80,80 89,70 75,80 87,70 66,70 90,00 75,75 87,92
Peningkatan (%) +5,00 +12,40 +11,50 +8,90 +11,90 +23,30 +12,17
Keterangan: + adalah peningkatan
Tabel 4. Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I dan Siklus II Aspek Jumlah siswa yang tuntas mencapai KKM Persentase ketuntasan Nilai rata-rata
Siklus I
Siklus II
Peningkatan Siklus I ke II
13
18
+5
54,00 75,00
64,00 79,00
+10 +4,00
Keterangan: + adalah peningkatan
184 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 178-186
hap ini siswa diberikan ilustrasi/kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran dan materi yang dibahas. Guru memancing dan memberikan arahan sehingga siswa dapat menemukan masalah dan mencoba mencari jawaban sementara (hipotesis) berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya. 2) Merencanakan kegiatan/percobaan, pada tahap ini siswa berpikir secara sistematis tentang langkah-langkah kegiatan/percobaan yang akan dilakukan, memilih alat dan bahan kegiatan/percobaan dengan benar, menentukan ketepatan waktu untuk menyelesaikan setiap langkah kegiatan/percobaan sehingga dapat mengumpulkan data hasil kegiatan/percobaan dengan cermat, cepat, dan tepat waktu. 3) Melakukan kegiatan/percobaan, tahap ini merupakan kelanjutan dari tindakan yang harus dilakukan setelah menyusun langkah kegiatan. Kegiatan awal pembelajaran yang relatif membutuhkan waktu lama terjadi pada pertemuan ke-1 siklus I, setelah guru memotivasi dengan memberi pertanyaan-pertanyaan siswa sangat antusias menjawab dan menanggapi. Memasuki tahap 1 pembelajaran inkuiri terbimbing, untuk membuat rumusan masalah dan mengajukan hipotesis, siswa belum mampu mengaitkan dengan ilustrasi yang diberikan guru di awal pembelajaran. Siswa masih enggan menyampaikan pendapat dan gagasannya untuk menuliskan di papan tulis atau menyampaikan secara lisan. Guru harus menunjuk dengan memanggil nama atau menyebutkan kelompoknya, untuk “memaksa” siswa lebih aktif dan termotivasi untuk menyampaikan jawabannya. Berdasarkan penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium yang terlaksana sudah mencapai kriteria/target yang diharapkan, baik pada proses keterlaksanaannya, proses keterlibatan siswa dengan menerapkan keterampilan proses IPA, maupun terhadap peningkatan hasil belajar kognitif siswa. Keterlaksanaan pembelajaran ratarata pada siklus I mencapai 93,75% dan meningkat menjadi 96,00% pada siklus II, keterlibatan siswa pada keterampilan proses yang diobservasi rata-rata mencapai 75,75% siklus I dan meningkat menjadi 87,92% siklus II, sedangkan untuk hasil belajar kognitif rata-rata nilai siswa pada siklus I mencapai 75 dan meningkat menjadi 79 pada siklus II. Guru yang bertindak sebagai peneliti dan pengajar juga belum pernah secara utuh menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan labora-
torium tersebut, sehingga pelaksanaan dan pengelolaan waktu yang sudah direncanakan pada skenario pembelajaran masih kurang optimal dalam pelaksanaannya di lapangan. Kendala waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing ini sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Sanjaya (2006), bahwa salah satu kelemahan metode pembelajaran inkuiri kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sering sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. Peningkatan Keterampilan Proses IPA melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Kegiatan Laboratorium Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang dialami oleh siswa. Siswa akan mendapatkan pengalaman belajar manakala guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada perolehan keterampilan belajar kepada siswa, karena proses dan hasil belajar merupakan dua hal yang sangat penting. Jika proses pembelajaran dilaksanakan dengan baik maka hasilnya pun akan baik, implementasinya dalam kegiatan pembelajaran adalah dengan melibatkan siswa secara totalitas (raga dan pikiran). Kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas seluruh kemampuan siswa yang dapat diterapkan adalah melalui pendekatan keterampilan proses, antara lain dengan melatihkan keterampilan proses IPA. Keterampilan proses IPA yang dilatihkan dalam penelitian tindakan ini meliputi, keterampilan proses dasar yaitu mengamati dan mengkomunikasikan hasil kegiatan/percobaan. Data penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses mengamati yang terdiri dari tiga aspek penilaian hasilnya sebagai berikut. (1) Aspek kemampuan menggunakan alat indera secara umum dari empat kali pertemuan rata-rata persentase yang diperoleh siswa sebesar 85,9% pada siklus I sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 90,4%. (2) Aspek melakukan pengamatan secara kualitatif dan kuantitatif siklus I mencapai hasil 82,6% dan pada siklus II meningkat menjadi 89,7%. (3) Aspek kemandirian melakukan pengamatan, siklus I menunjukkan hasil 79,7% dan siklus II meningkat menjadi 83,0%. Secara umum keterampilan proses mengamati yang dilakukan siswa sudah mencapai kriteria baik.
Karyatin, Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium...
Peningkatan Hasil Belajar Kognitif melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Kegiatan Laboratorium dan Penerapan Keterampilan Proses IPA Usman (1996) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Lebih lanjut Usman menjelaskan bahwa tolok ukur keberhasilan belajar mengajar adalah: (1) daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik individu maupun kelompok, (2) perilaku yang digunakan dalam tujuan pembelajaran khusus yang telah dicapai baik individu maupun kelompok. Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian ini diketahui bahwa metode pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan kemampuan keterampilan proses IPA dan hasil belajar kognitif siswa. Analisis data siklus I hasil belajar kognitif siswa yang mencapai nilai rata-rata 75 adalah 15 siswa atau 54% dari jumlah seluruh siswa. Siklus II nilai rata-rata yang dicapai siswa meningkat menjadi 79, dan siswa yang mencapai nilai diatas rata-rata sebesar 18 orang atau 64%. Merujuk dari kriteria keberhasilan tindakan, pencapaian tersebut dalam kategori/kriteria “baik”, ada peningkatan sebesar 10% berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Secara umum pada masing-masing siswa nilai yang diperoleh juga mengalami peningkatan, pada siklus I nilai terendah yang diperolah siswa adalah 48 dan nilai tertinggi adalah 94. Siklus II mengalami peningkatan, nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 53 dan nilai tertinggi adalah 96. SIMPULAN & SARAN
Simpulan Simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium meningkat sebesar 3,75% dari siklus I ke siklus II. Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium yang diterapkan di kelas VIII.4 SMP Negeri 1 Probolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013 pada siklus I sebesar 93,75% dari rencana pembelajaran. Sedangkan keterlaksanaan pembelajaran pada siklus II mencapai 96,00%. Kriteria keberhasilan yang dicapai pada siklus I dan II diperoleh kriteria sangat baik.
185
(2) Pembelajaran inkuiri terbimbing yang berbasis kegiatan laboratorium dapat meningkatkan kemampuan keterampilan proses IPA siswa pada kelas VIII.4 di SMP Negeri 1 Probolinggo Tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata persentase kemampuan keterampilan proses IPA siswa untuk semua aspek sebesar 75,75% pada siklus I dan siklus II sebesar 87,92% atau meningkat sebesar 12,17%. (3) Pembelajaran inkuiri terbimbing yang berbasis kegiatan laboratorium dengan penerapan keterampilan proses IPA siswa dapat meningkatkan hasil belajar kognitif IPA (biologi) siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 1 Probolinggo Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan nilai ratarata siklus I sebesar 75,00 menjadi 79,00 pada siklus II. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diberikan beberapa saran sebagai berikut. (1) Pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium dapat digunakan sebagai alternatif metode pembelajaran oleh guru terutama untuk mata pelajaran eksakta, karena dapat menjadikan siswa sebagai subjek belajar bukan sebagai objek belajar, siswa dapat terlibat secara aktif dan langsung dalam proses belajar mulai dari merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, merencanakan kegiatan/percobaan, melakukan kegiatan/percobaan, mengumpulkan, menganalisis, serta menyimpulkan hasil kegiatan/percobaan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan keterampilan proses dan hasil belajar kognitif IPA (biologi) siswa. (2) Kelemahan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium antara lain, pada pelaksanaannya memerlukan waktu yang lebih lama sehingga disarankan untuk pengelolaan waktu supaya diperhatikan dan direncanakan lebih matang oleh guru yang ingin menerapkan metode pembelajaran tersebut dengan harapan akan dapat diperoleh hasil yang lebih baik. (3) Pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kegiatan laboratorium yang sudah dilaksanakan terbatas pada materi sistem gerak pada manusia dan sistem pencernaan pada manusia untuk mengetahui kemampuan keterampilan proses IPA dan hasil belajar kognitif siswa, disarankan dapat digunakan sebagai acuan untuk penerapan pada materi lain dan untuk mengukur tingkat kemampuan dan hasil belajar yang lain (afektif dan psikomotorik) siswa.
186 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 178-186
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara. Hofstein, A. N, Tami L, Shore, R. 2001. Assessment of the Learning Environment of Inquiry-Type Laboratories in High School Chemistry. Learning Environments Research . Kluwer Academic Publishers. (Online), 4: 193-201, (http://journal. student.uny. ac.id/jurnal/artikel), diakses 27 Desember 2012. Rustaman, N. 2005. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia bekerjasama dengan FPMIPA UPI Bandung. 22-23 Juli 2005. Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Susilo, H. 2009. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayu Media Publishing. Usman, U.M. 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.