IV. BUDIDAYA IKAN BERSIRIP
A. Pendahuluan Berdasarkan kriteria pemilihan ternyata banyak jenis ikan (finfish) baik jenis ikan asli maupun ikan introduksi memenuhi syarat sebagai ikan budidaya. Namun belum seluruh ikan asli Indonesia yang dibudidayakan. Pemeliharaan ikan dalam wadah apapun, kolam atau jaring apung sudah menyangkut pengelolaan atau manajemen yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan atau proses dan evaluasi pada hasil panenan. Perencanaan meliputi perencanaan waktu, dana, tenaga kerja, proses dan sarana produksi yaitu benih, pakan, pupuk dan sebagainya. Pelaksanaan pemeliharaan mulai dan persiapan kolam atau jaring apung sampai dengan pemanenan dan penanganan hasil. Sering kali para pembudaya melupakan pelaksanaan pemanenan dan penanganan yang harus dilakukan agar kualitas memenuhi syarat permintaan pasar. Untuk mendapatkan produksi yang baik diperlukan pengelolaan yang baik pula.
B. Jenis dan Sifat 1. Jenis ikan Di Indonesia terdapat berbagai jenis-jenis ikan air tawar karena terletak di antara benua Asia dan Australia sehingga menerima jenis-jenis ikan dan kedua benua tersebut. Jenis-jenis ikan air tawar di kepulauan Indonesia secara umum terbagi menjadi tiga daerah penyebaran sesuai dengan pembagian oleh garis Wallace yakni daerah Sunda (barat), Sahul (timur) dan Sulawesi, Maluku dan NTB (tengah). Jenis ikan air tawar asli paling banyak terdapat di daerah Sunda kurang lebih 500 jenis ikan, diikuti daerah Sahul 93 jenis dan daerah Sulawesi sekitar 46 (Schuster 1950 dalam Ondara 1981) seperti terlihat pada tabel 2. Belum seluruhnya ikan asli Indonesia yang dibudidayakan, jenis terbanyak yang telah dibudidayakan adalah Mas-masan, lele-lelean dan labyrinth. Table 2 : Jenis Ikan air tawar asli Indonesia
Universitas Gadjah Mada
1
Tabel 2 : Jenis ikan air tawar asli Indonesia Jenis Mas-masan Lele-lelean Labyrin Kakap-kakapan Bersirip lunak Mua-muaan Belut-belutan Pisau-pisauan Cendro-cendroan Belanak-belanakan Seribu-seribuan Sebelah Puntang-puntangan
Cyprinoidea Siluroidea Labyrinthici Percoformes Isospondyli/Malacopterygi Apodes Synbranchoidea Solenicthtyes Synenthognathi Percesosces Microcypiri Heterosomata Gobiodea
Sunda 196 125 36 12 22 11 2 9 7 11 3 6 65
Jumlah jenis Sahul Sulawesi 8 29 8 21 2 12 2 6 7 6 8 12 26 2 -
Oleh karena alasan sifat baik atau unggul dalam segi budidaya, banyak jenis ikan introduksi dari luar negeri dan telah dikembangkan sebagai ikan budidaya. Ikan mas (Cyprinus carpio) didatangkan dari China dan telah mengalami persilangan diantaranya menghasilkan varietas: Si Nyonya, flavipinnia, karper punen dan lain-lain. Jenis Iainnya koki atau gold fish (Carrasius auratus) dan koan (Ctenopharyngodon dan idellus) dari China ikan, ikan seribu (1927), varietas karper kaca dari Eropa (1927 1930), ikan forel (Trutta iridea dan T. fario) dari Zelandia Baru dan Denmark (1929, 1937 dan 1939), sepat siam (Trichogaster pectoralis) dari Thailand, famili Cichlidae (Percomorphi), berbagai genus Tilapia/Oreochromis asli dari Afrika seperti nila hitam (Oreochromis niloticus) dan berbagai hibridanya termasuk nila merah (Oreochromis sp.) seperti hibrida nila merah Singapura, Taiwan, Citralada (Tailand), nila hitam GIFT. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dan jambal siam dari Thailand (Pangasius sutchi)
2. Sifat ikan Dari segi budidaya sifat ikan dapat digolongkan berdasarkan jenis makanannya, yaitu Herbivora, kamivora dan omnivora. Herbivora adalah jenis ikan pemakan tumbuhan, untuk ikan budidaya asli antara lain: gurami (Osphronemus goramy), tawes (Puntius javanicus), koan (Ctenophaiyngodon idellus), karnivora: pemakan daging seperti lele (Clarias batrachus), gabus (Ophiocephalus sp.), sedangkan omnivora: pemakan segala contohnya karper (Cyprinus carplo). Jenis ikan herbivora paling efisien dari segi energi dibanding jenis karnivora maupun omnivora. Sering pula dicantumkan jenis ikan yang suka makan plankton (plankton feeder) seperti nila, nilem, silver carp.
Universitas Gadjah Mada
2
Disamping itu, sifat ikan untuk budidaya dapat dilihat atas dasar ketahanannya pada Iingkungan geografis, lingkungan air dan kepadatan, ketahanan pada penyakit, pertumbuhan dan ukuran. Ikan karper, nila dan udang galah untuk saat ini termasuk jenis ikan yang memiliki kelebihan-kelebihan sifat unggul dibanding jenis lain, meskipun mungkin ada kekurangannya.
C. Teknik Budidaya 1. Kolam a. Persiapan kolam Kolam yang baru digunakan pematangnya sering berlubang, keminingannya longsor dan ditumbuhi rumput yang lebat. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pematang termasuk pengecekan pintu air dan kelengkapan saringan sebelum digunakan untuk pemeliharaan berikutnya. Perbaikan dimulai dengan pembersihan rumput dan akarnya pada sisi miring pematang. Rumput tersebut harus dikumpulkan dan dikeringkan di atas pematang kolam, apabila sudah kering dapat dimasukkan ke dalam kolam sebagai pupuk. Bila ada lubang pada pematang harus dilakukan penggalian, kemudian ditutup dengan tanah yang padat. Setelah pematang bersih dari rumput dan akarnya serta lubang sudah ditutup, menimbun pematang dengan tanah liat yang basah dan padat. Penimbunan pematang harus memperhatikan kemiringan yang diinginkan. Pekerjaan selanjutnya adalah memperbaiki dasar kolam. Apabila terdapat endapan lumpur organik maupun anorganik yang banyak, harus diangkat untuk ke atas pematang. Kemudian tanah dasar kolam diolah dengan mencangkul dan membalik tanah. Apabila kolamnya luas, pengolahan dapat dilakukan dengan menggaru menggunakan tenaga ternak sapi. Dasar kolam dibuat miring dan caren atau saluran dalam kolam diperdalam. Setelah selesai perbaikan dan pengolahan dasar kolam dikapur dengan menebar kapur pertanian (CaCO3) atau limestone) secara merata di atas permukaan dasar sebanyak 0,1-0,15 kg/m2. Pengapuran disamping untuk memberantas organisme parasit dan penyakit. Selain itu pengapuran berfungsi untuk meningkatkan alkalinitas dan kesadahan sehingga pH air naik dan stabil, mendorong reaksi kimia Iebih cepat dan unsur hara Iebih tersedia. Selanjutnya dasar kolam diberi pupuk organik berupa kotoran ayam kering sebanyak 5.000-7.500 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP (triple super phosphat) juga diberikan dengan dosis masing-masing 4 kg/ha dan 10 kg/ha. Pupuk urea mengandung unsur N = 42-45%, sedangkan TSP mengandung unsur P = 32-64%.
Universitas Gadjah Mada
3
Kedua pupuk anorganik tersebut dicampur terlebih dahulu, kemudian ditebar merata pada dasar kolam untuk menumbuhkan sejumlah makanan alami ikan. Pakan alami ini sangat diperlukan benih ikan karena mempunyai nilai gizi (protein) yang tinggi dan mudah dicerna. Kolam kemudian dikeringkan selama 3-5 hari. Pengeringan dan pengolahan tanah tersebut bertujuan untuk memperbaiki aerasi tanah, sehingga proses pembongkaran bahan organik bisa berjalan cepat dan gas beracun lepas, serta mematikan organisme penyebab penyakit, organisme perantara, larva dan insekta air yang merupakan hama dan parasit ikan. Setelah dipupuk, kolam diisi air sedalam 10 cm dan dibiarkan selama 3-5 hari proses dekomposisi pupuk organik berjalan secara aerob, pengisian pori tanah oleh air dan jasad renik tumbuh. Kemudian air ditambah menjadi sedalam 50 cm dan air mulai ditumbuhi fitoplankton yang ditandai dengan warna air kolam menjadi kuning hijau. Disamping itu, di dasar kolam banyak terdapat jasad renik seperti kutu air, udang renik, larva insekta, cacing dan sebagainya.
b. Pengairan kolam Pengairan kolam pada dasarnya terdiri atas dua tahap, yaitu pertama pengisan yang kedua adalah menambah air untuk menjaga level air ataupun untuk mengganti guna perbaikan kualitas air. Kebutuhan air secara kuantitas tergantung sistem budidaya yang diterapkan, yaitu sistem semi- intensif atau intensif.
1) Semi-intensif Pada sistem semi-intensif biasanya gerakan air statis (stagnant). Air disamping media hidup bagi ikan juga media pertumbuhan bagi pakan alami ikan, dan ikan yang dipelihara sedikit sehingga kebutuhan akan oksigen dapat tercukupi dan limbah yang terbuang tidak berpengaruh menurunkan kualitas air atau air secara
alami dapat
menjernihkan sendiri. Pergantian air tidak harus terus menerus, cukup mengganti air yang hilang karena merembes (horizontal), mengendap (vertikal) dan menguap. Pada kolam berkonstruksi permanen atau dasarnya dilengkapi bahan kedap air (bentonit atau plastik), pengisian kembali hanya untuk mengganti air yang menguap. Sebelum air dialirkan ke kolam, monik (pintu air keluar) ditutup rapat dengan lapisan plastik dan diisi tanah yang padat sehingga tidak akan bocor. Isikan air ke dalam kolam dengan penyaringan sampai kedalaman 30-50 cm dan biarkan selama 57 hari sehingga ditumbuhi plankton yang ditandai dengan warna air kolam menjadi coklat-hijau atau sudah timbul lubang cacing pada tanah dasar kolam. Setelah
Universitas Gadjah Mada
4
plankton mulai tumbuh, tambahkan air untuk meningkatkan level air seperti yang dikehendaki (80-120 cm). Penambahan air selanjutnya dilakukan apabila level air turun atau pertumbuhan plankton terlalu melimpah sehingga perlu pengenceran.
2) Sistem intensif Pada budidaya sistem intensif, air selalu mengalir (running water) sejak pengisisan dengan debit tertentu. Dalam sistem budidaya air mengalir, air berfungsi disamping sebagai media hidup, juga untuk perbaikan kualitas air yaitu penyedia oksigen dan membuang limbah, sehingga kualitas air menjadi Iebih baik. Oleh karena itu air harus tersedia terus menerus. Pergantian air dipengaruhi oleh kepadatan dan spesies organisme yang dipelihara serta frekuensi penggantiannya. Untuk kolam berkapasitas 100 m3 dan aliran rendah sampai sedang diperlukan debit air 10-50 liter/detik, sedangkan bila aliran cepat debit airnya lebih dan 100 liter/detik. Keadaan kualitas air selama pemeliharaan harus diperhatikan oleh seorang pembudidaya, yaitu dengan melakukan mimonitoring.
c. Benih ikan dan penebaran Ukuran dan umur benih merupakan varibel-variabel pertama yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan. Keduanya penting mengingat bahwa beberapa ikan memijah pada umur muda. Masa untuk pertumbuhan somatik hanya pendek, sedang masa lainnya banyak untuk pertumbuhan gonade. Umur dan ukuran ikan harus diketahui, sebagai contoh nila merah dalam kondisi kolam yang baik, benih umur 1 bulan sudah dapat mencapai ukuran 10 gram, sedangkan umur 1,5-2 bulan beratnya sekitar 25 gram. Baiknya, permintaan pasar ikan konsumsi nila merah di dalam negeri adalah 150-300 gram per ekor, yang dapat dicapai dalam pembesaran selama 4-6 bulan, sedangkan ukuran 500 umurnya berkisar 6-8 bulan dan ukuran 800 gram umurnya berkisar 9-12 bulan. Dalam populasi yang tinggi dari supai makanan terbatas, benih umur tua dengan ukuran yang masih kecil (kerdil) hanya 30 gram sudah dapat berkembangbiak. Benih yang dipilih harus sehat, seragam ukuran dan warnanya. Tanda-tanda benih yang sehat adalah bersifat responsif terhadap ransangan, tidak cacat fisik dan tidak membawa bibit penyakit dan parasit. Apabila benih berasal dari tempat lain dan jaraknya jauh, benih harus diadaptasikan terhadap lingkungan selama 2-3 hari. Jumlah ikan yang dipelihara tiap satuan luas atau kepadatan ikan tergantung pada daya dukung (carrying capacity) kolam, kecepatan tumbuh benih dan pengelolaannya.
Universitas Gadjah Mada
5
Untuk menjamin pertumbuhan ikan cepat dan mencapai ukuran berat yang diminta pasar dalam waktu 3-6 bulan yang tersedia haruslah dipilih kepadatan yang rendah dan pengelolaan yang tepat, apakah dengan input pupuk anorganik, pupuk organik ataupun pakan buatan. Apabila jumlah benih yang ditebarkan lebih besar dan daya dukung, akan dihasilkan ikan yang ukuran kecil atau kerdil, sedangkan apabila penebaran di bawah daya dukung akan menghasilkan ikan ukuran besar tetapi tidak efisien karena sumber pakan tidak dapat digunakan secara maksimum. OIeh karena itu perlu dicari penebaran secara optimum, yaitu yang sesuai dengan daya dukungnya. Kecepatan tumbuh relatif adalah relatif terhadap berat tubuh ikan, pada ikan muda (ukuran kecil) lebih cepat daripada ikan tua (ukuran besar). Dalam praktek biasanya untuk berat biomas tertentu, makin besar kepadatan ikan yang dipelihara makin besar hasil panennya asal pakan dicukupi. Namun penebaran berdasarkan berat sering ikan menjadi kerdil apabila ukuran individu ikan yang ditebar kecil, karena jumlah benih tiap berat yang ditebar banyak dan tercapai pada daya dukungnya ketika ukuran individu masih kecil. Secara teknis jumlah benih yang ditebarkan tergantung pada luas kolam, perkiraan berat panen, ukuran ikan saat ditebar dan ukuran ikan saat panen serta keluluhidupan ikan. Kepadatan (stocking density = SD) benih yang ditebarkan menurut rumus Shang (1980) adalah sebagai berikut:
Keterangan: SD
= kepadatan (ekor)
A
= luas kolam (m2)
Q
= perkiraan berat panen (kg) (CC = carting capacity atau daya dukung)
W1
= ukuran benih ditebar (g)
W2
= ukuran ikan dipanen (g)
H
= jumlah ikan hidup (%)
d. Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan ketersedian unsur hara, sumber energi dan subtrat bagi pertumbuhan jasad renik dalam air yang Iangsung atau tidak lansung
Universitas Gadjah Mada
6
menjadi makanan alami ikan di kolam. Jenis pupuk yang biasanya digunakan dalam pertanian dapat digunakan pula dalam budidaya nila merah di kolam. Jenis pupuk yang biasa digunakan dalam budidaya ikan di kolam ada 2 (dua) jenis, yakni pupuk anorganik atau pupuk kimia dan pupuk organik. Pupuk anorganik merupakan buatan pabrik bisa mengandung unsur tersedia tunggal: Nitrogen, Fosfor atau Kalium ataupun majemuk mengandung lebih dan satu unsur hara tersebut. Pupuk organik terdiri atas kotoran temak (pupuk kandang) dan tumbuhan (pupuk hijau). Pupuk organik digunakan sebagai subtrat hidup organisme heterotrop (bakteri) untuk mengambil energi dan nutrisi, yang kemudian menjadi pakan untuk organime bentik, protozoa, larva insekta, cacing-cacingan. Melepas unsur hara secara bertahap, yang digunakan untuk pertumbuhan fltoplankton. Pupuk organik memperbaiki struktur tanah dan menutup pori-pori tanah. Kelemahan pupuk organik antara lain: kandungan unsur hara rendah, menurunkan kualitas air dan kandungan oksigen dan menaikkan populasi jasad pathogen. Oleh karena unsur hara terkandung dalam pupuk anorganik lebih tersedia, pertumbuhan jenis tumbuhan seperti fitoplankton dan tumbuhan air lainnya lebih cepat. Pupuk
organik
membutuhkan
waktu
dan
oksigen
untuk
perombakannya,
penggunaannya harus sudah kering dengan rasio C:N kurang dari 10. Dalam budidaya ikan pemakan plankton seperti Oreochromis, kedua jenis pupuk tersebut digunakan secara bersama-sama agar jenis makanan alami, terutama plankton yang tumbuh lebih cepat, jenisnya bervariasi dan keberadaannya lebih tahan lama. Pemupukan dilakukan sebagai pupuk dasar dan susulan. Sebelum dipupuk seyogyanya dasar kolam ditaburi kapur merata. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan pH air kolam
bersifat netral, berkisar
7.0-8.0 sehingga proses
pembongkaran cepat dan unsur hara lebih tersedia, terutama P serta mencegah serangan penyakit. Penggunaan pupuk harus dilakukan secara rutin untuk menjamin ketersediaan plankton, yaitu dengan frekuensi tiap 2 minggu sekali atau kurang tergantung pada nilai kecerahan air menggunakan Sechii disk Apabila kecerahan berkisar 10-15 cm menunjukkan pertumbuhan plankton cukup memadai untuk kehidupan ikan, tetapi bila lebih dan 15 cm berarti keberadaan plankton jarang dan diperlukan pemupukan susulan.
Universitas Gadjah Mada
7
e. Pemberian pakan Ada 3 (tiga) alasan mengapa budidaya ikan memerlukan pakan: 1. Luasan kolam sempit maka untuk memperoleh produksi yang tinggi ditebari benih ikan yang padat dan memerlukan pakan. 2. Air kolam yang digunakan tidak subur sehingga tidak tersedia makanan alami, 3. Usaha budidaya ikan bisa dilaksanakan secara komersial dengan skala besar sehingga untuk mendapatkan keuntungan diperlukan produktivitas tinggi, waktu yang cepat dan kontinyu. Dalam pemberian pakan harus diusahakan agar pakan dapat dikonsumsi oleh ikan secara utuh. Hal ini penting diperhatikan untuk mengurangi polusi air lingkungan dan untuk menjamin bahwa ikan memperoleh pakan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dan kuantitasnya. Pakan kering buatan pabrik yang berbentuk pelet, baik yang tenggelam maupun terapung, keduanya dapat digunakan untuk pakan ikan. Untuk menyatukan bahan baku dan menjaga keutuhan dalam air diberi penambahan bahan pengikat (binder) dalam proses pembuatannya. Jenis pakan tenggelam pada umumnya dibuat dengan sistem kompresor, sedangkan jenis pakan terapung dengan sistem extruder. Dengan kualitas bahan baku yang sama, proses pembuatan extruder (penambahan uap dan suhu tinggi) menghasilkan jenis pakan yang lebih baik daripada proses non-extruder, karena kecernaan dan daya rekat pakan Iebih sempurna. Namun akibat biaya pembuatan yang Iebih mahal pada proses extruder, maka harga jenis pakan terapung Iebih mahal daripada pakan tenggelam. Ikan cenderung memakan pakan dengan memamah daripada menelan. Pakan yang tidak disukai biasanya dimasukkan ke dalam mulut, kemudian dikeluarkan beberapa kali sebelum dimakan atau dibuang. Ukuran pakan pelet yang diberikan pada ikan tergantung pada ukuran ikan. Untuk ikan sampai ukuran konsumsi 300- 500 gram per ekor, ukuran diameter pelet berkisar 3-4 mm, sedangkan panjangnya10 mm. Jenis pakan berbentuk tepung atau remah digunakan untuk benih ikan ukuran 3-5 cm (fry), sampai ukuran 8-12 cm (yuwana). Pakan untuk budidaya pembesaran ikan secara intensif mengandung protein 2428%, lemak 8-13%, dan karbohidrat 49-50% dengan kadar air 10-13%. Pakan yang diberikan jenis tenggelarn ataupun terapung dapat diberikan, yang penting cara pemberiannya harus diperhatikan. Untuk jenis ikan surface feeder (makan di permukaaan), maka jenis pakan terapung lebih cocok daripada jenis tenggelam. Pemberiannya harus dilakukan sedikit demi sedikit dan merata untuk menghindari kelebihan pakan dan ikan tidak saling berebut. Oleh karena pakan terapung lebih
Universitas Gadjah Mada
8
mudah diketahui habis atau tidaknya pakan yang diberikan. Pada kolam deras, hendaknya dipasang tempat pakan untuk menghindari pakan terbawa oleh arus air. Apabila pakan yang diberikan jenis tenggelam, jumlah tiap hari sebanyak atau ransum 3-5% berat ikan, frekuensi pemberiannya 3 kali, yaitu sekitar pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 dan cara pemberiannya harus ditabur merata. Perubahan ransum pakan dilakukan tiap 10 — 14 hari dengan cara pengambilan contoh ikan 3-5 kali, yang masing-masing ditimbang beratnya dan dihitung jumlahnya sehingga dapat dihitung rata-rata berat individu ikan. Dengan diketahuinya jumlah total ikan yang ditebarkan dan jumlah ikan yang mati, maka dapat diketahui jumlah total yang masih hidup. Perkalian antara jumlah ikan yang hidup dengan berat rata-rata individu ikan pada waktu tertentu menghasilkan berat ikan total.
f.
Pengendalian hama, penyakit ikan dan gulma air Persiapan kolam yang baik, pemilihan benih yang sehat dan pengelolaan yang
teratur akan menjamin kesehatan ikan selama pemeliharaan. Kematian ikan karena perubahan lingkungan yang baru, terjadi pada awal pemeliharaan. Biasanya karena penanganan selama pengangkutan atau penyiapan sebelum-nya kurang baik menyebabkan ikan luka dan dengan mudah terserang jamur atau parasit. Kehilangan ikan juga bisa terjadi karena dimangsa oleh hama atau predator. Pengendalian predator seperti: ikan gabus, ular hendaknya langsung ditangkap dan dimatikan. Seperti telah diuraikan dalam pemupukan, bahwa penambahan unsur hara dan pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan phytoplankton dan tanaman air tingkat tinggi. Pertumbuhan yang melimpah berakibat jelek terhadap kualitas air, khusus tanaman tingkat tinggi akan mengurangi volume air dan ruang gerak ikan serta dapat menjerat ikan. Oleh karena itu diperlukan tindakan pengendalian, salah satu indikator untuk melihat
pertumbuhan
plankton
adalah
dengan
pengamatan
kecerahan
air
menggunakan Sechii disk.
g. Pemanenan Ikan yang sudah besar, yaitu yang sudah mencapai ukuran pasar dapat diseleksi untuk ditangkap terlebih dahulu. Hal ini dimaksud agar ikan yang lebih kecil mempunyai kesempatan tumbuh lebih besar. Cara panen ini disebut sebagai panen sebagian/selektif. Pada akhirnya panenan dilakukan dengan menguras air kolam untuk memanen sisa ikan seluruhnya. Sebaliknya bila ukuran ikan seragam petumbuhannya dan mencapai ukuran pasar yang sama, maka pemanennya sebaiknya dilakukan
Universitas Gadjah Mada
9
secara total. Paling sedikit empat jam sebelum panen, ikan tidak diberi pakan agar perut ikan sudah kosong. Sementara untuk ikan yang dipelihara di bawah pemupukan berat, jarak waktu antara penghentian pemupukan dengan waktu panen harus cukup lama (5-7 hari) agar ikan sudah bersih.
2. Keramba dan Keramba Jaring Apung a. Persiapan janing apung Sesudah panen, keramba ataupun jaring apung pembesaran tetap ada di lokasi, maka apabila ada ikan liar yang sempat masuk harus dilepas. Namun jaring hapa ataupun waring biasanya dilepas dan kerangka dan dipasang ketika akan digunakan. Lubang kisi-kisi ataupun mata jaring harus dicek kalau-kalau ada yang bergeser sehingga lubangnya menjadi lebar, akibatnya benih yang ditebar bisa keluar. Kisi-kisi keramba yang terlalu besar dipasangi belahan bambu tambahan, sedangkan pada lubang jaring harus diikat. Disamping itu, apabila ada jaring yang terlipat terutama di pojok diratakan.
b. Penebaran benih Jenis ikan yang cocok untuk pemeliharaan keramba jaring apung secara komersial adalah karper dan nila. Ukuran dan umur benih harus diketahui pasti. Untuk pembesaran diperlukan benih yang seragam, sehat dan tidak membawa parasit. Ukuran benih untuk pembesaran adalah 25-30 gram/ekor. Masalah yang sering dihadapi adalah jumlah yang banyak (200-300 kg/petak), harus dipenuhi dan beberapa sumber dan waktunya biasanya tidak sama. Oleh karena itu, usaha komersial pembesaran
di
jaring
apung
harus
didukung
kawasan
pembenihan
atau
mengusahakan pembenihan sendiri. Oleh karena itu, untuk mendapatkan benih yang sesuai ukuran dilakukan pendederan dan benih ukuran 3-5 cm dan dilakukan seleksi/grading ukuran 2-3 kali selama 1,5-2 bulan.
c. Pemberian pakan Budidaya ikan dalam keramba jaring apung atau keramba yang airnya tidak subur mengandalkan pada pakan buatan yang diberikan. Jenis, bentuk dan jumlah pakan diberikan tergantung pada umur dan ukuran ikan. Berbagai merek pakan pabrik di pasaran. Untuk pembesaran bisa menggunakan pakan bentuk pelet yang mengandung protein 25-30% dengan ransum 3-5% berat ikan per hari. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari, tetapi dapat pula dilakukan dengan frekuensi lebih sering sebanyak ikan
Universitas Gadjah Mada
10
mau (add satiasi) yang biasanya mencapai 17% berat ikan per hari. Pemberian pakan ini akan memperpendek waktu pemeliharaan. Sementara untuk pendederan, pakan komersial berbentuk butiran mengandung protein 30-35% diberikan dengan ransum menurun 10-5% berat ikan per hari. Frekuensi pemberian 3-5 kali per hari, juga dapat lebih sering. Perubahan ransum pakan dilakukan tiap 10 — 14 hari dengan cara pengambilan contoh ikan 3-5 kali, yang masing-masing ditimbang beratnya dan dihitung jumlahnya sehingga dapat dihitung rata-rata berat individu ikan. Dengan diketahuinya jumlah total ikan yang ditebarkan dan jumlah ikan yang mati, maka dapat diketahui jumlah total ikan yang masih hidup. Perkalian antara jumlah ikan yang hidup dengan berat rata-rata individu ikan pada waktu tertentu menghasilkan berat ikan total. Untuk mencegah pakan lepas dan tenggelam, pemberian pada tempat pakan berupa kotakan persegi tanpa alas kira-kira 20% luas jaring, 20 cm masuk air dan 30 cm di atas air dibuat dan waring atau papan kayu. Tempat pakan juga bisa tenggelam berupa lembaran waring sebagai alas kira-kira 20% luas jaring, dimasukkan ke dalam air dan pojok-pojoknya diikatkan pada kerangka dan diberi pemberat.
d. Perawatan Perawatan yang harus dilakukan selama pemeliharaan adalah menjaga posisi jaring apung, mengumpulkan dan membuang sampah yang menempel pada jaring dan memonitor kondisi air. Posisi jaring apung bisa berubah karena angin besar. Disamping itu, posisi bisa berubah karena tali jangkar terlalu kendur karena air surut, sebaliknya ketika air pasang tali jangkar sangat tegang. Sampah biasanya berasal dari luar perairan masuk bersama aliran air. Sementara sampah berupa ikan yang mati bisa digunakan untuk makan ikan karnifora seperti bawal air tawar yang dipeliharan menggunakan keramba kawat. Monitor kondisi air dilakukan dengan pengamatan kualitas air dan mencermati adanya kemungkinan terjadi up welling biasanya ketika air waduk sudah surut, kandungan bahan organik di dasar peratran tinggi, suhu udara dan air panas serta diikuti hujan. Air biasanya berbau menyengat, berasap dan timbul gelembung-gelembung udara. Upaya penyelamatan ikan yang ada adalah dengan aerasi menggunakan blower, namun bila tidak bisa mengatasi ikan segera dipanen dan untuk selanjutnya harus mengatur kembali waktu tebar dan panenannya.
e. Pengendalian hama dan penyakit Hama yang biasanya ada di jaring apung meskipun tidak banyak adalah biawak, ular dan burung. Cara mengatasinya memburu dan membunuhnya. Gangguan lainnya
Universitas Gadjah Mada
11
adalah pencurian ikan, khususnya sudah menjelang panen. Oleh karena itu, harus ada penjaga selama siang dan malam hari. Penyakit ikan yang khusus mewabah di dalam jaring apung jarang terjadi, biasanya karena bawaan dan darat. Oleh karena itu, selama pengangkutan airnya diberi garam dapur untuk mencegah timbulnya jamur. Perut ikan menggelembung dan mata bengkak terkadang timbul terutama ketika keadaan air surut dan kualitas air menurun.
f.
Panenan Panenan ikan dalam budidaya intensif dilakukan secara total. Ukuran ikan yang
menonjol kecil biasanya dalam jumlah kecil. Ikan ini bisa dipilih dan dipisahkan untuk dikonsumsi. Paling sedikit 4 jam atau semalam sebelum panen ikan tidak diberi pakan untuk menjaga kualitas tetapi terjadi penurunan berat yang signifikan.
D. Rangkuman Di Indonesia terdapat berbagai jenis-jenis ikan air tawar. Jenis-jenis ikan air tawar di Indonesia terbagi menjadi tiga daerah penyebaran sesuai dengan pembagian oleh garis Wallace, yakni daerah Sunda (barat) lebih dan 500 jenis, Sahul (timur) 93 jenis dan Sulawesi, Maluku dan NTB (tengah) sekitar 46 jenis. Berdasarkan jenis makanannya, yaitu herbivora, karnivora dan omnivora. Teknik pemeliharaan ikan dalam kolam adalah secara berurutan meliputi: persiapan kolam, pengairan, penebaran benih, pemberian pakan dan pemupukan susulan, pengendalian hama dan pemanenan hasil. Sementara teknik pemeliharaan ikan dalam jaring apung meliputi pekrjaan persiapan jaring apung, penebaran benih, pemberian pakan, pengendalian hama dan monitoring kualitas air serta pemanenan.
E. Latihan Soal-soal 1.
Bagimana cara mengoptimalkan makanan alami yang terbentuk dan pemupukan di kolam tanah untuk pemeliharaan ikan?
2.
Apa tujuan persiapan pengolahan, pengeringan tanah, pengapuran dan pemberian pupuk dasar pada pemeliharaan di kolam?
3.
Bagaimana cara menentukan padat penebaran ikan dalam pemeliharaan ikan di kolam atau jaring apung?
4.
Sebutkan secara berurutan kegiatan pemeliharaan ikan di dalam keramba jaring apung di waduk!
Universitas Gadjah Mada
12
F. Daftar Buku Bacaan
Bardach, J.E., J.H. Ryther and W.O. McLarney, 1972. Aquaculture: The Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organisms, John Wiley and Sons Inc.Toronto. 868 p. Beveridge, M.C.M., 1987. Cage Aquaculture. Fishing News Books Ltd. Farnham Surrey Si p. Egna, H. S., dan C. E. Boyd (eds.), 1997. Dynamics of ponds Aquaculture. CRC Press, New York. 437 p. Ondara, 1981. Beberapa Catatan Tentang Perairan Tawar dan Fauna lkannya di Indonesia. Pros. Seminar Perikanan Perairan Umum Jakarta 19-21 Agustus 1981. Balitbang Pertanian, Puslitbang Perikanan. Hal 13—32. Schmittou, ‘H. R., 1991. Budidaya Keramba: Suatu Metode Produksi Ikan di Indonesia. FRDP, Puslitbang Perikanan, Jakarta. 126 hal. Shang, Y. C. 1980. Aquaculture Economics: Basic Concepts and Methods of Analysis. West view Press Inc. Colorado. 152 hal.
Universitas Gadjah Mada
13
Universitas Gadjah Mada
14