OUTLOOK ISSNKOPI 1907-1507 2015
OUTLOOK KOPI
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
i
2015
ii
OUTLOOK KOPI
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
OUTLOOK KOPI
ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 96 halaman
Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi.
Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc. Ir. Noviati, MSi.
Naskah : Rhendy Kencana Putra W, S.Si
Design Sampul : Victor Saulus Bonavia
Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
iii
2015
iv
OUTLOOK KOPI
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
KATA PENGANTAR
Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditi Perkebunan. Publikasi Outlook Kopi Tahun 2015 menyajikan keragaan data series komoditi kopi secara nasional dan internasional selama 10-20 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun dapat dengan mudah diperoleh atau diakses melalui portal e-Publikasi Kementerian Pertanian di alamat http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/. Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi kopi secara lebih lengkap dan menyeluruh. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran
dari
segenap
pembaca
sangat
diharapkan
guna
dijadikan
dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.
Jakarta, Oktober 2015 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Dr. Ir. Suwandi, MSi. NIP.19670323.199203.1.003
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
v
2015
vi
OUTLOOK KOPI
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ........................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................. vii DAFTAR TABEL .............................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................... xix BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1 1.1. LATAR BELAKANG ............................................................ 1 1.2. TUJUAN ........................................................................ 2 1.3. RUANG LINGKUP .............................................................. 3 BAB II. METODOLOGI ........................................................................ 5 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ............................................. 5 2.2. METODE ANALISIS............................................................. 4 BAB III. KERAGAAN KOPI NASIONAL .................................................... 13 3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI DI INDONESIA ..........................................................13 3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia ..................13 3.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia .....................15 3.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia ...............16 3.1.4. Sentra Produksi Kopi di Indonesia ...............................17 3.2. PERKEMBANGAN HARGA KOPI DI INDONESIA ............................30 3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI KOPI DI INDONESIA.........................31 3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI INDONESIA ................32 3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia.................32 3.4.2. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia .................32 3.4.3. Neraca Perdagangan Kopi Indonesia ............................33
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
vii
2015
OUTLOOK KOPI
BAB IV. KERAGAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA ...........................................35 4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI ASEAN DAN DUNIA ............................... 35 4.1.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Negara-negara ASEAN ............................................ 35 4.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Negara-negara ASEAN ..... 37 4.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN 38 4.1.4. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia .... 40 4.1.5. Perkembangan Produksi Kopi Dunia ............................ 41 4.1.6. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia ...................... 43 4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI ASEAN DAN DUNIA ...... 44 4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi ASEAN ...... 44 4.2.2. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN .......... 47 4.2.3. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia ....... 47 4.2.4. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia ........... 50 4.3. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA ............ 51 4.3.1. Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN ..................... 51 4.3.2. Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia...................... 52 BAB V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KOPI ............................. 53 5.1. PROYEKSI PENAWARAN KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019 ...... 53 5.2. PROYEKSI PERMINTAAN KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019 ...... 54 5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019 56 5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI ASEAN TAHUN 2015-2019 ......... 57 5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI DUNIA TAHUN 2015-2019 ......... 58 BAB VI. KESIMPULAN ....................................................................... 61 6.1. KESIMPULAN ................................................................. 61 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................... 65
viii
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 2.1.
Sumber Data dan Informasi yang Digunakan ............................. 5
Tabel 5.1.
Hasil Proyeksi Produksi Kopi di Indonesia, 2015-2019 ................. 54
Tabel 5.2.
Hasil Proyeksi Konsumsi Kopi di Indonesia, 2015-2019 ................ 55
Tabel 5.3.
Proyeksi Surplus Kopi di Indonesia, 2015-2019 ......................... 56
Tabel 5.4.
Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di ASEAN, 2015-2019 ............... 57
Tabel 5.5.
Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di Dunia, 2015-2019 ................ 58
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
ix
2015
OUTLOOK KOPI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1.
Perkembangan Luas Areal Kopi Indonesia Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, 1980-2013 .................................13
Gambar 3.2.
Perkembangan Luas Areal Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001-2013...................................................14
Gambar 3.3.
Perkembangan Produksi Kopi Menurut Status Pengusahaan, 1980-2013 ..................................................................15
Gambar 3.4.
Perkembangan Produksi Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001-2013...................................................16
Gambar 3.5.
Perkembangan Produktivitas Kopi Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, 2003-2013 .................................17
Gambar 3.6.
Provinsi Sentra Produksi Kopi Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata 2009-2013 ........................................18
Gambar 3.7.
Provinsi Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata 2009-2013 ........................................19
Gambar 3.8.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Lampung, Tahun 2013 ......................................20
Gambar 3.9.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2013 ............................21
Gambar 3.10. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Bengkulu, Tahun 2013 ......................................22 Gambar 3.11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013 ...................................23 Gambar 3.12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2013 ..............................24 Gambar 3.13. Provinsi Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata 2009-2013 ........................................25 Gambar 3.14. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2013 ..............................26
x
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 3.15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Aceh, Tahun 2013 .................................. 27 Gambar 3.16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2013 ............................. 28 Gambar 3.17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2013 .............................. 29 Gambar 3.18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2013 ....................... 29 Gambar 3.19. Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri, 2007-2013 .... 30 Gambar 3.20. Perkembangan Konsumsi Kopi Per Kapita Per Tahun, 2002-2014 .................................................................. 31 Gambar 3.21. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia, 1980-2013 ......... 32 Gambar 3.22. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia, 1980-2013 .......... 33 Gambar 3.23. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Perdagangan Kopi Indonesia, 1980-2013 .............................................. 34 Gambar 4.1.
Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2013 ........................................................ 35
Gambar 4.2.
Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2009-2013 ............................................ 36
Gambar 4.3.
Perkembangan Produksi Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2013 ...... 37
Gambar 4.4.
Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2009-2013 ...................................................... 38
Gambar 4.5.
Perkembangan Produktivitas Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2013 .................................................................. 39
Gambar 4.6.
Produktivitas Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2009-2013 .................................................................. 39
Gambar 4.7.
Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, 1980-2013 .................................................................. 40
Gambar 4.8.
Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Rata-rata 2009-2013 .................................................................. 41
Gambar 4.9.
Perkembangan Produksi Kopi Dunia, 1980-2013 ..................... 42
Gambar 4.10. Sentra Produksi Kopi Dunia, Rata-rata 2009-2013 ................... 43 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xi
2015
OUTLOOK KOPI
Gambar 4.11. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia, 1980-2013................43 Gambar 4.12. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2012 ..........................................44 Gambar 4.13. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata 2008-2012 ......................................................45 Gambar 4.14. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata 2008-2012 ......................................................46 Gambar 4.15. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2012.........................................................47 Gambar 4.16. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia, 2008-2012 ..................................................................48 Gambar 4.17. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata 2008-2012 ..................................................................49 Gambar 4.18. Negara-negara Importir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata 2008-2012 ..................................................................50 Gambar 4.19. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, 1980-2012 ....51 Gambar 4.20. Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN, 1980-2012 ...............52 Gambar 4.21. Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia, 1980-2012 ................52
xii
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 1980-2015. ............................................. 67
Lampiran 2.
Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001-2013 ...... 68
Lampiran 3.
Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 1980-2015 .............................................. 69
Lampiran 4.
Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan ..................... 70
Lampiran 5.
Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 2003-2015................................................ 71
Lampiran 6.
Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, 2009-2013 ..................................... 72
Lampiran 7.
Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, 2009-2013 ............................. 72
Lampiran 8.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Lampung, 2013 ........................................................... 73
Lampiran 9.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Selatan, 2013.............................................. 73
Lampiran 10.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Bengkulu, 2013 ....................................................... 74
Lampiran 11.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Jawa Timur, 2013 .................................................... 74
Lampiran 12.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, 2013 ................................................ 75
Lampiran 13.
Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, 2009-2013 ........... 75
Lampiran 14.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara, 2013 ................................................... 76
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xiii
2015
OUTLOOK KOPI
Lampiran 15.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Aceh, 2013 ............................................................76
Lampiran 16.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sulawesi Selatan, 2013 .................................................. 77
Lampiran 17.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, 2013 ...................................................77
Lampiran 18.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Nusa Tenggara Timur, 2013 ............................................78
Lampiran 19.
Perkembangan Harga Kopi Menurut Jenis Kopi di Pasar Dalam Negeri, 1997–2012..............................................78
Lampiran 20.
Perkembangan Konsumsi Kopi di Indonesia, 2002-2015 ..........79
Lampiran 21.
Perkembangan Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Kopi Indonesia, 1980-2013 ............................................80
Lampiran 22.
Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN, 1980-2013 .........81
Lampiran 23.
Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2008-2012 .......................82
Lampiran 24.
Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2008-2012 ................................................................82
Lampiran 25.
Negara-negara dengan Produktivitas Kopi Terbesar di ASEAN, 2008-2012 ......................................................83
Lampiran 26.
Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi Dunia, 1980-2013 ................................84
Lampiran 27.
Negara-negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Terbesar di Dunia, 2009-2013 ........................................85
Lampiran 28.
Negara-negara dengan Produksi Kopi Terbesar di Dunia, 2009-2013 ................................................................85
Lampiran 29.
Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN, 1980-2012 ......................................................86
Lampiran 30.
Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, 2008-2012 ................................................................87
xiv
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
Lampiran 31.
2015
Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, 2008-2012 ................................................................ 87
Lampiran 32.
Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, 1980-2012 ....................................................... 88
Lampiran 33.
Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia, 2008-2012 .... 89
Lampiran 34.
Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Dunia, 2008-2012 ..... 89
Lampiran 35.
Perkembangan Ketersediaan Kopi di ASEAN, 1980-2012 ......... 90
Lampiran 36.
Perkembangan Ketersediaan Kopi di Dunia, 1980-2012 .......... 91
Lampiran 37.
Hasil Analisis ARIMA untuk Produksi Kopi di Indonesia ........... 92
Lampiran 38.
Hasil Analisis Pemulusan Eksponensial Berganda untuk Konsumsi Kopi di Indonesia ........................................... 93
Lampiran 39.
Hasil Analisis ARIMA untuk Ketersediaan Kopi di ASEAN.......... 93
Lampiran 40.
Hasil Analisis ARIMA untuk Ketersediaan Kopi di Dunia .......... 94
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xv
2015
xvi
OUTLOOK KOPI
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
RINGKASAN EKSEKUTIF
Berdasarkan
Angka
Tetap
Statistik
Perkebunan
Indonesia
(Ditjen
Perkebunan, 2014), produksi kopi Indonesia di tahun 2013 tercatat sebesar 675.882 ton. Produksi ini berasal dari 1.241.713 ha luas areal perkebunan kopi dimana 96,16% diantaranya diusahakan oleh rakyat (PR) sementara sisanya diusahakan oleh perkebunan besar milik swasta (PBS) sebesar 1,82% dan perkebunan besar milik negara (PBN) sebesar 2,02%. Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan, maka kopi robusta mendominasi produksi kopi Indonesia di tahun 2013. Dari 675.882 ton produksi kopi Indonesia, sebanyak 75,39% atau 509.557 ton adalah kopi robusta sementara sisanya sebanyak 24,61% atau 166.325 ton adalah kopi arabika. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia pada tahun 2013 adalah Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Timur, dan Sumatera Barat. Adapun sentra produksi kopi arabika ditahun yang sama terdapat di Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Harga kopi robusta tahun 2013 di pasar domestik Indonesia rata-rata adalah Rp.14.976 per kg, lebih rendah jika dibandingkan harga kopi arabika yang mencapai rata-rata Rp.20.491 per kg. Tingkat konsumsi kopi pada tahun 2014 berdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan oleh BPS mencapai 1,35 kg/kapita/tahun. Berdasarkan data FAO, di antara negara-negara kawasan ASEAN, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar kedua setelah Vietnam. Namun demikian, Indonesia adalah importir kopi terbesar ketiga di ASEAN setelah Malaysia dan Filipina. Di dunia, Indonesia tercatat sebagai penghasil kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Tetapi dalam hal ekspor kopi, Indonesia adalah eksportir kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Hasil proyeksi produksi kopi di tahun 2019 mencapai 727.973 ton. Sementara proyeksi konsumsi langsung kopi ditahun yang sama mencapai 434.922 ton. Proyeksi konsumsi ini belum menggambarkan permintaan kopi dikarenakan proyeksi disusun menggunakan data konsumsi dari SUSENAS. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xvii
2015
xviii
OUTLOOK KOPI
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Kopi merupakan komoditas tropis utama yang diperdagangkan di seluruh dunia dengan kontribusi setengah dari total ekspor komoditas tropis. Popularitas dan daya tarik dunia terhadap kopi, utamanya dikarenakan rasanya yang unik serta didukung oleh faktor sejarah, tradisi, sosial dan kepentingan ekonomi (Ayelign et al, 2013). Selain itu, kopi adalah salah satu sumber alami kafein (Nawrot et al, 2003) zat yang dapat menyebabkan peningkatan kewaspadaan dan mengurangi kelelahan (Smith, 2002). Minuman kopi, minuman dengan bahan dasar ekstrak biji kopi, dikonsumsi sekitar 2,25 milyar gelas setiap hari di seluruh dunia (Ponte, 2002). Pada tahun 2013, International Coffee Organization (ICO) memperkirakan bahwa kebutuhan bubuk kopi dunia sekitar 8,77 juta ton (ICO, 2015). Tanaman kopi (Coffea spp.) termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan
genus
Coffea.
Linnaeus
merupakan
orang
pertama
yang
mendeskripsikan spesies kopi arabika (Coffea arabica) pada tahun 1753 (Panggabean, 2011). Kini lebih dari 120 spesies kopi telah diidentifikasi namun hanya satu spesies yaitu Coffea canephora atau kopi robusta yang dibudidayakan mendekati kuantitas kopi arabika di seluruh dunia (Hoffman, 2014). Mekuria et al (2004) menyatakan bahwa 66% produksi kopi dunia merupakan jenis kopi arabika dan sisanya berasal dari kopi robusta. Dalam the Coffee Book: Anatomy of an Industry from Crop to the Last Drop disebutkan bahwa kopi pertama kali ditemukan antara tahun 575-850 M oleh suku Galla di Ethiopia yang memanfaatkan kopi sebagai sejenis makanan penambah energi “energy bar”. Pada masa kejayaan Islam, para pedagang Islam menyebarkan kopi, minuman yang dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan dan penahan rasa kantuk, ke negara-negara dibawah kekaisaran Ottoman. Tahun 1650, Kedai kopi (coffee house) pertama dibuka di London menandakan penyebaran kopi secara luas di dunia, termasuk Indonesia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
1
2015
OUTLOOK KOPI
Kopi di Indonesia pertama kali dibawa oleh pria berkebangsaan Belanda sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arab (Prastowo et al, 2010). Tanaman kopi kemudian ditanam hingga tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Namun setelah timbul serangan penyakit karat daun (coffee leaf rust), maka Pemerintah Hindia Belanda saat itu mendatangkan jenis kopi robusta yang berasal dari Kongo, Afrika pada tahun 1900. Kopi jenis ini lebih tahan penyakit dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan, dengan hasil produksi yang jauh lebih tinggi. Hal inilah yang menyebabkan kopi jenis ini lebih cepat berkembang di Indonesia (Panggabean, 2011). Lebih dari 80% dari luas areal pertanaman kopi Indonesia saat ini merupakan jenis kopi Robusta (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014). Berdasarkan data dari FAO, pada tahun 2013, Indonesia tercatat sebagai produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Meskipun demikian, ekspor kopi dari Indonesia diperkirakan tidak lebih banyak daripada ekspor kopi Brazil, Vietnam dan Kolombia. Di dunia, Indonesia dikenal dengan dengan specialty coffee melalui berbagai varian kopi dan kopi luwak. Kopi arabika yang dikenal dari Indonesia diantaranya kopi lintong dan kopi toraja. Dengan keunikan cita rasa dan aroma kopi asal Indonesia, Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan perdagangan kopinya di dunia. Outlook komoditas kopi ini, menyajikan keragaan komoditas kopi di Indonesia dan dunia, serta hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan kopi di Indonesia pada periode 2015-2019, yang diharapkan dapat berguna sebagai data mentah maupun bagian dari pengawasan terhadap kebijakan yang telah ada. 1.2. TUJUAN Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Kopi yang berisi keragaan data series secara nasional dan dunia, yang dilengkapi dengan hasil proyeksi penawaran dan permintaan nasional.
2
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
1.3. RUANG LINGKUP Ruang lingkup yang dicakup dalam Buku Outlook Komoditi Kopi adalah: •
Keragaan luas tanaman menghasilkan, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor, impor, harga, situasi komoditas kopi di dalam dan di luar negeri.
•
Analisis komoditi kopi pada situasi nasional dan internasional serta penyusunan proyeksi komoditi kopi tahun 2015-2019.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
3
2015
4
OUTLOOK KOPI
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
BAB II. METODOLOGI
2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI Outlook Komoditi Kopi tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Data-data yang digunakan dalam outlook ini dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan No. 1.
2.
Variabel Luas Tanaman Menghasilkan, Produktivitas dan Produksi Kopi Indonesia Sentra Produksi Kopi Robusta dan Arabika di Indonesia
Periode
Sumber Data
Keterangan
1980-2013
Ditjen Perkebunan
- Produksi dalam wujud kopi berasan
2009-2013
Ditjen Perkebunan
- Produksi dalam wujud kopi berasan
3.
Konsumsi Kopi di Indonesia
2002-2014
BPS
- Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
4.
Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri
2007-2013
Ditjen Perkebunan
-
5.
Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Kopi Indonesia
1980-2013
Ditjen Perkebunan
6.
Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi ASEAN dan Dunia
1980-2013
FAO
7.
Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN dan Dunia
1980-2012
FAO
- Kode HS : 0901111000; 0901119000; 0901121000; 0901129000; 0901211000; 0901212000; 0901221000; 0901222000; 0901901000; 0901902000. - Produksi dalam wujud biji kopi mentah - Negara Anggota ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam - Produksi dalam wujud biji kopi mentah - Negara Anggota ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
5
OUTLOOK KOPI
2015
2.2. METODE ANALISIS 2.2.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif atau perkembangan komoditas kopi dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang yang mencakup indikator luas areal
dan
luas
tanaman
menghasilkan,
produktivitas,
produksi,
konsumsi, ekspor-impor serta harga domestik dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan baik untuk data series nasional maupun dunia. 2.2.2. Analisis Penawaran Analisis penawaran dilakukan berdasarkan analisis fungsi produksi. Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi tersebut dilakukan dengan pendekatan deret waktu (time series analysis) melalui metode ARIMA (Auto-Regressive Integrated Moving Average). Dalam pendekatan deret waktu, produksi kopi di Indonesia pada tahun tertentu dianggap memiliki keterkaitan dengan produksi kopi pada tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan model yang dibangun dengan ARIMA, pada dasarnya menggunakan nilai amatan pada masa lalu dan sekarang untuk kemudian model tersebut digunakan dalam peramalan atau proyeksi. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis deret waktu dengan pendekatan ARIMA adalah stasioner atau tidaknya data deret waktu yang digunakan. Dalam model ARIMA, aspek-aspek AR dan MA hanya berkenaan dengan deret waktu yang stasioner. Stasioneritas berarti tidak terdapat pertumbuhan atau penurunan pada data. Dengan kata lain, fluktuasi data berada di sekitar suatu nilai rata-rata yang konstan, tidak tergantung pada waktu, dan varians dari fluktuasi tersebut pada dasarnya tetap konstan setiap waktu. Suatu deret waktu yang tidak stasioner harus diubah menjadi data stasioner dengan melakukan
differencing
(pembedaan).
Yang
dimaksud
dengan
differencing adalah menghitung perubahan atau selisih nilai observasi.
6
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Apabila hasil differencing ini belum stasioner, maka perlu dilakukan differencing kembali hingga menjadi stasioner. Secara umum model ARIMA dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu: model autoregressive (AR), moving average (MA) dan model campuran ARIMA (autoregressive integrated moving average) yang mempunyai karakteristik dari dua model pertama. Model ARIMA biasa dituliskan dengan notasi ARIMA (p, d, q) dimana notasi p adalah ordo model autoregressive (AR), notasi d adalah jumlah differencing yang dilakukan dan notasi q adalah ordo model moving area (MA). 1. Model autoregressive (AR) Bentuk umum model autoregressive dengan ordo p (AR(p)) atau model ARIMA (p,0,0) dinyatakan sebagai berikut:
X t = µ '+ φ1 X t −1 + φ2 X t − 2 + K + φ p X t − p + et dimana:
µ ' = suatu konstanta φ p = parameter autoregressive ke-p et
= nilai kesalahan pada saat t
2. Model moving average (MA) Bentuk umum model moving average ordo q (MA(q)) atau ARIMA (0,0,q) dinyatakan sebagai berikut:
X t = µ '+ et − θ1et −1 − θ 2 et − 2 − K − θ q et − k dimana:
µ ' = suatu konstanta
φ1 sampai φq adalah parameter moving average et − k = nilai kesalahan pada saat t-k
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
7
2015
OUTLOOK KOPI
3. Model campuran (ARIMA) a. Proses ARMA Model umum untuk campuran proses AR(1) murni dan MA(1) murni, atau ARIMA (1,0,1) dinyatakan sebagai berikut:
X t = µ '+ φ1 X t −1 + et − θ1et −1 atau
(1 − φ1B ) X t = µ '+ (1 − θ1B ) et AR(1)
MA(1)
b. Proses ARIMA Apabila deret waktu yang digunakan tidak stasioner dan dilakukan differencing, maka model umum ARIMA (p,d,q) terpenuhi. Persamaan untuk kasus sederhana ARIMA (1,1,1) adalah sebagai berikut:
(1 − B )(1 − φ1B ) X t = µ '+ (1 − θ1B ) et pembedaan pertama
AR(1)
MA(1)
Dalam hal terdapat faktor musiman pada data, maka factor musiman tersebut didefinisikan sebagai suatu pola yang berulang-ulang dalam selang waktu yang tetap. Untuk data yang stasioner, factor musiman
dapat
ditentukan
dengan
mengidentisfikasi
koefisien
autokorelasi pada dua atau tiga time-lag yang berbeda nyata dari nol. Autokorelasi yang secara signifikan berbeda dari nol menyatakan adanya suatu pola dalam data. Dengan demikian, autokorelasi yang tinggi pada data merupakan suatu tanda adanya factor musiman. Notasi umum untuk ARIMA dengan factor musiman adalah sebagai berikut:
ARIMA ( p, d , q )( P, D, Q )
S
dimana P, D dan Q adalah bagian musiman dan S adalah jumlah periode. 8
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
2.2.3. Analisis Permintaan Analisis permintaan komoditas perkebunan merupakan analisis permintaan langsung masyarakat terhadap komoditas perkebunan yang dikonsumsi oleh rumahtangga konsumen dalam bentuk tanpa diolah dan telah diolah. Sama halnya seperti pada analisis penawaran, analisis permintaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan deret waktu (time series analysis) namun dalam outlook ini akan digunakan metode pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing). Pemulusan eksponensial
adalah
suatu
metode
yang
secara
terus
menerus
memperbaiki peramalan dengan merata-ratakan data masa lalu dari suatu data deret waktu secara eksponensial. Dalam pemulusan eksponensial berganda terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu: 1. Metode Linier Satu Parameter dari Brown’s Metode ini pada dasarnya serupa dengan metode rata-rata bergerak namun untuk data dengan unsur trend maka akan terjadi lag antara nilai pemulusan dan data sebenarnya. Dalam metode Brown, perbedaan nilai tersebut ditambahkan pada nilai pemulusan dan disesuaikan untuk pola trend. Bentuk umum metode Brown adalah sebagai berikut:
S 't = α p X t + (1 − α p ) S 't −1 S ''t = α p S 't + (1 − α p ) S ''t −1 at = S 't + ( S 't − S ''t ) = 2 S 't − S ''t −1 bt =
αp ( S 't − S ''t ) 1−α p
Ft + m = α t + bt m
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
9
2015
OUTLOOK KOPI
dimana:
S 't = Nilai pemulusan eksponensial tunggal S ''t = Nilai pemulusan eksponensial ganda
α p = Parameter pemulusan eksponensial at , bt = Konstanta pemulusan Ft + m = Hasil peramalan untuk periode kedepan 2. Metode Dua Parameter dari Holt Dengan metode ini, nilai trend tidak dimuluskan dengan pemulusan berganda secara langsung, tetapi dilakukan dengan menggunakan parameter berbeda dengan parameter pemulusan data sebenarnya. Secara matematis, metode ini ditulis dengan tiga persamaan. Bentuk umum ketiga persamaan ini adalah sebagai berikut: •
Pemulusan total : St = α X t + (1 − α )( St −1 + Tt −1 )
•
Pemulusan trend : Tt = β ( St − St −1 ) + (1 − β ) Tt −1
•
Peramalan
: Ft + m = St + Tt × m
dimana,
St
= Nilai pemulusan tunggal pada waktu ke-t
Xt
= Data sebenarnya pada waktu ke-t
Tt
= Nilai pemulusan trend pada waktu ke-t
Ft + m
= Nilai ramalan = Periode dimasa dating = Konstanta dengan nilai antara 0 dan 1
m
α,β
2.2.4. Kelayakan Model Model deret waktu yang diperoleh baik melalui pendekatan analisis regresi ataupun ARIMA dapat digunakan apabila nilai error dari model bersifat random atau tidak memiliki pola tertentu. Untuk menguji apakah nilai error yang diperoleh mengikuti pola tertentu atau tidak maka dilakukan pengujian dengan menggunakan salah satu uji berikut: 10
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
1. Uji Q Box dan Pierce Statistik uji untuk pengujian ini adalah: m
Q = n ' ∑ rk2 k =1
2. Uji Ljung-Box Statistik uji untuk pengujian ini adalah:
rk2 Q = n ' ( n '+ 2 ) ∑ k =1 ( n '− k ) m
Nilai kedua statistik uji diatas menyebar mengikuti distribusi Chi Square ( χ 2 ) dengan derajat bebas ( k − p − q − P − Q ) dimana: n'
= n-(d+SD)
d
= ordo differencing non musiman
D
= ordo differencing musiman
S
= jumlah periode per musim
m
= lag waktu maksimum
rk
= autokorelasi untuk lag waktu ke- 1, 2, 3, 4, …, k
Kriteria pengujian adalah -
Jika Q ≤ χ (2α ,db ) , maka nilai error bersifat random (model dapat diterima)
-
Jika Q > χ (2α ,db )
, maka nilai error tidak bersifat random (model
tidak dapat diterima)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
11
OUTLOOK KOPI
2015
Selain pengujian keberartian model, untuk menentukan model terbaik yang dapat digunakan adalah dengan membandingkan standard error estimate melalui persamaan sebagai berikut:
SSE S= n − n p
1
2
n ∑ Yt − Yˆt = t =1 n − np
(
)
2
1
2
dimana:
Yt
= nilai sebenarnya pada waktu ke-t
Yˆt
= nilai dugaan pada waktu ke-t
Model terbaik adalah model yang memiliki standard error estimate (S) yang paling kecil. Statistik lain yang biasa digunakan untuk menentukan model terbaik adalah nilai rata-rata presentase error peramalan atau mean average percentage error (MAPE). Persamaan matematis untuk statistik ini adalah: T
MAPE =
∑ t =1
Yt − Yˆt Yt T
× 100%
dimana:
T
12
= banyaknya periode peramalan/dugaan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
BAB III. KERAGAAN KOPI NASIONAL
3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI DI INDONESIA 3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Pengusahaan kopi di Indonesia sebagian besar diusahakan oleh rakyat. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 3.1, dimana luas areal untuk kopi PR (Perkebunan Rakyat) dari tahun 1980 hingga 2013, berimpit dengan luas areal kopi Indonesia. Luas areal kopi di Indonesia sendiri pada periode tahun 1980-2013 cenderung mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1980 luas areal kopi Indonesia hanya mencapai 707.464 ha, maka pada tahun 2013, luas areal kopi Indonesia meningkat menjadi 1.241.713 ha atau meningkat sebesar 75,52%. Meskipun demikian, ratarata laju pertumbuhan luas areal kopi di Indonesia dalam periode tahun 1980-2013 tidak terlalu tinggi. Secara rata-rata, pertumbuhan luas areal kopi Indonesia sejak 1980 hingga 2013 hanya mencapai 1,80% per-tahun atau bertambah 16.186 ha per-tahunnya. Data perkembangan luas areal kopi di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1.
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kopi Indonesia Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, 1980–2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
13
2015
OUTLOOK KOPI
Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan, pada Gambar 3.2 terlihat bahwa mayoritas pekebun kopi di Indonesia menanam kopi jenis robusta. Meskipun demikian dari Gambar 3.2 terlihat bahwa luas areal kopi robusta berkenderungan menurun sementara luas areal kopi arabika berkecenderungan meningkat. Pada tahun 2001, luas areal kopi robusta di Indonesia mencapai 1.232.551 ha dan menurun di tahun 2013 menjadi hanya 916.053 ha atau terjadi penurunan sebesar 25,68% dibandingkan luas areal pada tahun 2001. Sementara luas areal kopi arabika pada tahun 2001 hanya mencapai 82.807 ha, kemudian luasan ini meningkat sebesar 293% pada tahun 2013 menjadi 325.659 ha. Data luas areal kopi di Indonesia berdasarkan jenis kopi yang diusahakan secara rinci disajikan pada Lampiran 2.
Gambar 3.2. Perkembangan Luas Areal Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001–2013
14
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
3.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Sejalan dengan pola perkembangan luas areal kopi di Indonesia, produksi kopi Indonesia juga mengalami kecenderungan peningkatan produksi pada periode 1980–2013 (Gambar 3.3) dengan rata-rata pertumbuhan produksi kopi mencapai 3,12%. Pertumbuhan produksi kopi tertinggi pada periode tersebut terjadi pada tahun 1998. Di tahun 1998 produksi kopi Indonesia mencapai 514.451 ton atau lebih tinggi 20,08% dibandingkan produksi kopi pada tahun sebelumnya yang mencapai 428.418 ton. Secara lengkap, perkembangan produksi kopi menurut status pengusahaan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Status Pengusahaan,1980-2013 Sama halnya dengan pola luas areal kopi, produksi kopi menurut jenis kopi yang diusahakan didominasi oleh kopi dari jenis robusta. Terlihat pada Gambar 3.4, produksi kopi robusta lebih tinggi setiap tahunnya dibandingkan kopi berjenis arabika. Secara rata-rata, pada tahun 2001-2013, kontribusi kopi robusta terhadap produksi kopi nasional mencapai 84,62% setiap tahunnya. Namun demikian, jika diperhatikan Gambar 3.4, maka produksi kopi robusta di Indonesia memiliki kecenderungan menurun pada setiap tahunnya. Adapun untuk kopi arabika, Gambar 3.4 menunjukkan adanya trend peningkatan produksi dalam periode yang sama. Hal ini sesuai dengan perkembangan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
15
2015
OUTLOOK KOPI
luas areal kopi berdasarkan jenis kopi yang diusahakan. Secara lengkap, produksi kopi Indonesia berdasarkan jenis kopi yang diusahakan dapat dilihat pada Lampiran 4.
Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001-2013
3.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Dari sisi produktivitas, produktivitas kopi di Indonesia terlihat berfluktuatif pada setiap tahunnya (Gambar 3.5) terutama untuk perkebunan
besar
swasta.
Meskipun
demikian,
pertumbuhan
produktivitas kopi di Indonesia pada periode 2003-2013 tidak mengalami perubahan
signifikan.
meningkatnya
luas
Hal
ini
tanaman
sangat
mungkin
menghasilkan
yang
disebabkan
oleh
berakibat
pada
peningkatan produksi kopi. Pada tahun 2003, produktivitas kopi di Indonesia mencapai 725 kg/ha dan hanya meningkat 1,95% di tahun 2013 menjadi 739 kg/ha. Data perkembangan produktivitas kopi di Indonesia pada tahun 2003-2015 disajikan secara lengkap pada Lampiran 5.
16
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Kopi Menurut Status Pengusahaan, 2003-2013 3.1.4. Sentra Produksi Kopi di Indonesia Berdasarkan data rata-rata selama 5 tahun terakhir (2009-2013), sebesar 21,46% produksi kopi rakyat berasal dari Provinsi Lampung (Gambar 3.6). Pada periode tersebut, produksi kopi secara rata-rata di Provinsi Lampung mencapai 142.111 ton. Pada periode yang sama, Provinsi Sumatera Selatan dengan kontribusi 20,18% dari produksi kopi rakyat di Indonesia secara rata-rata mampu menghasilkan 133.645 ton kopi setiap tahunnya. Data provinsi sentra produksi kopi rakyat tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Lampiran 6.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
17
2015
OUTLOOK KOPI
Gambar 3.6. Provinsi Sentra Produksi Kopi Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata 2009-2013 Jika dilihat berdasarkan jenis kopi yang dibudidayakan, maka sentra produksi kopi robusta di perkebunan rakyat di Indonesia pada periode tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Gambar 3.7 dengan data disajikan pada Lampiran 7. Sentra produksi kopi robusta di perkebunan rakyat di Indonesia secara rata-rata tahun 2009-2013 terpusat di 5 provinsi. Kelima provinsi ini berkontribusi sebesar 74,10% produksi kopi robusta Indonesia. Provinsi sentra produksi kopi robusta di Indonesia dengan kontribusi mencapai 27,93% adalah provinsi Lampung dengan rata-rata produksi mencapai 139.295 ton kopi robusta setiap tahunnya. Tidak jauh berbeda dengan Provinsi Lampung. Provinsi Sumatera Selatan dalam periode yang sama tercatat mampu memproduksi 136.093 ton kopi robusta setiap tahunnya. Produksi kedua provinsi ini secara total menyumbang 55,93% dari produsi kopi robusta di Indonesia. Provinsi penghasil kopi robusta terbesar lainnya adalah Bengkulu dengan produksi mencapai 53.612 ton setiap tahun, Jawa Timur dengan produksi 24.741 ton per tahun dan Sumatera Barat dengan produksi 15.786 ton per tahun.
18
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 3.7. Provinsi Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata 2009-2013 Sebagaimana disampaikan, sentra produksi kopi robusta di perkebunan rakyat di Indonesia pada tahun 2009-2013 sebagian besar berasal dari Provinsi Lampung. Di provinsi ini pada tahun 2013 produksi kopi robusta mencapai 127.057 ton dengan sentra produksi berasal dari Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Pringsewu (Gambar 3.8 dan Lampiran 8). Kelima kabupaten ini menyumbang 95,20% produksi kopi robusta di Provinsi Lampung. Produksi kopi robusta dari Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2013 mencapai 52.573 ton atau 41,38% dari total produksi kopi robusta di Provinsi Lampung. Kabupaten sentra selanjutnya adalah Kabupaten Tanggamus yang memberikan kontribusi 24,16% dengan produksi kopi robusta mencapai 30.702 ton. Kabupaten Way Kanan kemudian memberikan kontribusi produksi kopi robusta terbesar ketiga di Provinsi Lampung dengan produksi sebesar 17.450 ton atau 13,73%. Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Pringsewu adalah kabupaten sentra produksi kopi robusta terakhir dengan produksi masing-masing 12.254 ton dan 7.985 ton.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
19
2015
OUTLOOK KOPI
Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Lampung, Tahun 2013 Di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2013, produksi kopi robusta sebagian besar diperoleh dari Kabupaten OKU Selatan dengan produksi mencapai 33.175 ton atau 23,74% produksi kopi robusta di Provinsi Sumatera Selatan (Gambar 3.9). Kabupaten penghasil kopi robusta terbesar lainnya di Provinsi Sumatera Selatan adalah Kabupaten Empat Lawang dengan produksi 26.005 ton kopi robusta (18,61%), Kabupaten Muara Enim dengan produksi 25.213 ton, Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan produksi 19.941 ton, dan Kabupaten Lahat dengan produksi 19.692 ton. Keempat kabupaten ini bersama dengan Kabupaten OKU Selatan berkontribusi sebesar 88,75% terhadap produksi kopi robusta di Provinsi Sumatera Selatan sementara 11,25% sisanya terdapat di kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Sumatera Selatan. Data produksi kopi robusta di perkebunan rakyat Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2013 disajikan pada Lampiran 9.
20
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2013 Sebagai penghasil kopi robusta di perkebunan rakyat terbesar ketiga di Indonesia sejak tahun 2009 hingga 2013, kopi robusta di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 tercatat sebagian besar dihasilkan dari Kabupaten Kepahiyang dan Kabupaten Rejang Lebong dengan kontribusi produksi kopi robusta dari keduanya mencapai 57,90% dari total produksi kopi robusta di Provinsi Bengkulu (Gambar 3.10). Produksi kopi robusta perkebunan rakyat dari Kabupaten Kepahiyang pada tahun 2013 mencapai 18.153 ton atau 33,21% dari total produksi kopi robusta perkebunan rakyat di Provinsi Bengkulu. Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2013 tercatat sebagai kabupaten dengan produksi kopi robusta terbesar kedua di Provinsi Bengkulu dengan produksi mencapai 13.500 ton atau 24,70% dari total produksi kopi robusta Provinsi Bengkulu. Tiga kabupaten penghasil kopi robusta terbesar lainnya yaitu Kabupaten Kaur,
Kabupaten
Lebong
dan
Kabupaten
Seluma
masing-masing
menyumbang tidak lebih dari 10% produksi kopi robusta di Provinsi Bengkulu. Kabupaten Kaur pada tahun 2013 hanya memproduksi 5.390 ton, sementara Kabupaten Lebong mampu memproduksi 4.915 ton dan Kabupaten Seluma mampu memproduksi 4.908 ton selama tahun 2013.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
21
2015
OUTLOOK KOPI
Gambar 3.10. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Bengkulu, Tahun 2013 Produksi kopi robusta dengan wujud produksi kopi berasan dari perkebunan rakyat di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 sebagian besar berasal dari Kabupaten Malang (Gambar 3.11). Kontribusi dari kabupaten ini pada total produksi kopi robusta di Provinsi Jawa TImur mencapai 29,18% atau sekitar 7.785 ton kopi robusta (Lampiran 11). Sentra produksi lainnya di Provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Banyuwangi. Dari Kab. Banyuwangi, sekitar 16,37% produksi kopi robusta Provinsi Jawa Timur berasal. Pada tahun 2013 produksi kopi robusta dari kabupaten ini mencapai 4.367 ton. Kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Timur dengan produksi kopi robusta terbesar adalah Kab. Jember dan Kab. Lumajang dengan produksi kopi robusta di tahun 2013 masingmasing mencapai 2.516 ton, serta diikuti oleh Kab. Bondowoso dengan produksi mencapai 2.109 ton. Secara lengkap data kabupaten sentra produksi kopi robusta di Provinsi Jawa TImur dapat dilihat pada Lampiran 11.
22
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 3.11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013 Sentra kopi robusta di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 terdapat di 5 kabupaten (Gambar 3.12). Dengan wujud produksi kopi berasan, kabupaten produsen kopi robusta terbesar di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 adalah Kab. Solok. Kontribusi kabupaten ini terhadap produksi kopi Provinsi Sumatera Barat mencapai 40,10% dengan produksi 6.695 ton. Produksi kopi robusta dari kabupaten ini jauh lebih besar dari keempat kabupaten sentra lainnya yang rata-rata hanya mampu berkontribusi 11,48% terhadap produksi kopi Provinsi Sumatera Barat. Kab. Agam, Kab. Solok Selatan, Kab. Pasaman Barat, dan Kab. Tanah Datar adalah kabupaten-kabupaten lain penghasil kopi robusta terbesar di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013. Namun demikian produksi kopi robusta dari kabupaten-kabupaten ini masingmasing hanya 1.998 ton, 1876 ton, 1876 ton, dan 1.564 ton. Data lengkap sentra produksi kopi robusta pada tahun 2013 di Provinsi Sumatera Barat disajikan pada Lampiran 12.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
23
2015
OUTLOOK KOPI
Gambar 3.12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2013 Untuk kopi arabika, pada tahun 2009-2013, Provinsi Sumatera Utara tercatat sebagai produsen kopi arabika terbesar di Indonesia (Gambar 3.13). Dengan rata-rata produksi kopi arabika sebesar 47.560 ton setiap tahunnya, Provinsi Sumatera Utara berkontribusi 32,05% dari produksi kopi arabika nasional. Provinsi penghasil kopi arabika terbesar lainnya adalah Provinsi Aceh dengan rata-rata produksi sebesar 43.177 ton setiap tahunnya. Secara total, kedua provinsi ini berkontribusi hingga 61,15% terhadap produksi kopi arabika di Indonesia yang mencapai 148.373 ton setiap tahunnya. Secara lengkap data produksi kopi arabika di 5 provinsi produsen terbesar di Indonesia pada tahun 2009-2013 disajikan pada Lampiran 13.
24
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 3.13. Provinsi Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata 2009-2013 Pada tahun 2013, Kab. Tapanuli Utara tercatat sebagai kabupaten penghasil
kopi
arabika
terbesar
di
Provinsi
Sumatera
Utara
(Gambar 3.14). Produksi kopi robusta dari kabupaten ini di tahun 2013 mencapai 10.123 ton. Dengan produksi ini, Kab. Tapanuli Utara menyumbang 20,64% dari total produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara. Selain Kab. Tapanuli Utara, sentra penghasil kopi arabika pada tahun 2013 di Provinsi Sumatera Utara adalah Kab. Dairi, Kab. Simalungun, Kab. Karo, dan Kab. Hunbang Hasundutan. Produksi kopi arabika dari Kab. Dairi di tahun 2013 mencapai 9.583 ton atau 19,54% dari total produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara. Produksi kopi arabika di Kab. Simalungun, Kab. Karo, dan Kab. Hunbang Hasundutan pada tahun 2013 masing-masing adalah 8.475 ton, 6.848 ton dan 5.899 ton. Produksi kopi arabika dari kelima kabupaten ini menyumbang 83,44% produksi kopi arabika Provinsi Sumatera Utara di tahun 2013. Secara lengkap data produksi kopi arabika tahun 2013 di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Lampiran 14.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
25
2015
OUTLOOK KOPI
Gambar 3.14. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2013 Sebagai penghasil kopi arabika terbesar kedua di Indonesia, Provinsi Aceh hanya memiliki dua kabupaten sebagai sentra produksi kopi arabika di tahun 2013, yaitu Kab. Aceh Tengah dan Kab. Bener Meriah (Gambar 3.15). Berdasarkan data Angka Tetap Perkebunan tahun 2013, produksi kopi arabika di Kabupaten Aceh Tengah mencapai 27.079 ton atau berkontribusi 64,35% terhadap total produksi kopi arabika di Provinsi Aceh. Untuk produksi kopi arabika dari Kabupaten Bener Meriah, pada tahun 2013, produksi kopi arabika di kabupaten ini mencapai 15.000 ton. Secara lengkap data produksi kopi arabika di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah di tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran 15.
26
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 3.15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Aceh, Tahun 2013 Selama tahun 2009-2013, perkebunan rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan rata-rata memproduksi 13,18% kopi arabika Indonesia atau setara dengan 19.550 ton kopi arabika pertahun. Untuk tahun 2013 saja, kopi arabika hasil produksi perkebunan rakyat di provinsi ini mencapai 19.333 ton. Produksi ini tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan, namun lima kebupaten dengan produksi kopi arabika terbesar adalah Kab. Enrekang, Tana Toraja, Gowa, Toraja Utara, dan Luwu dengan kontribusi kelima kabupaten ini terhadap produksi kopi arabika Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 81,57% (Gambar 3.16). Kabupaten Enrekang pada tahun 2013 tercatat memproduksi 7.915 ton kopi berasan arabika atau 40,49% produksi kopi arabika Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten penghasil kopi arabika terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Tana Toraja dengan produksi 2.573 ton (13,16% dari produksi kopi arabika Provinsi Sulawesi Selatan), Kabupaten Gowa dengan produksi 2.120 ton (10,84%), Kabupaten Toraja Utara sebesar 2.065 ton (10,56%), dan Kabupaten Luwu dengan produksi mencapai 1.273 ton (6,51%). Data produksi kopi arabika di 5 kabupaten sentra Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran 16.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
27
2015
OUTLOOK KOPI
Gambar 3.16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2013 Sentra produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 3.17 dengan data di Lampiran 17. Di provinsi ini, kabupaten dengan produksi kopi terbesar adalah Kabupaten Solok Selatan sebesar 4.263 ton kopi berasan atau 28,25% dari total produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Barat. Diikuti oleh Kabupaten Pasaman dengan produksi sebesar 2.236 ton (14,82%), Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 1.931 ton (12,80%), Kabupaten Agam sebesar 1.745 ton (11,57%), Kabupaten Solok sebesar 1.587 ton (10,52%), dan sebanyak 22,04% produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Barat diperoleh dari kabupaten lainnya.
28
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 3.17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2013 Dari Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2013, seperti terlihat pada Gambar 3.18 dan Lampiran 18, produksi kopi arabika dari perkebunan rakyat hanya berasal dari 5 (lima) kabupaten saja yaitu Kabupaten Ngada dengan produksi mencapai 51,35% dari total produksi kopi arabika di provinsi ini atau sebesar 3.298 ton kopi berasan, Kabupaten Ende dengan produksi sebesar 1.814 ton (28,25%), Kabupaten Manggarai dengan produksi 623 ton (9,70%), Kabupaten Manggarai Timur dengan produksi hanya 560 ton (8,72%), dan Kabupaten Nagekeo dengan produksi hanya 127 ton (1,98%).
Gambar 3.18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
29
OUTLOOK KOPI
2015
3.2. PERKEMBANGAN HARGA KOPI DI INDONESIA Perkembangan harga kopi pada beberapa pasar dalam negeri di Indonesia berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan (Anonim, 2014) dalam Buku Statistik Perkebunan Indonesia : Kopi 2013-2015 periode tahun 2007-2013 disajikan pada Lampiran 19 dengan grafik seperti pada Gambar 3.19. Secara umum, harga kopi arabika lebih tinggi dibandingkan harga kopi robusta. Pada tahun 2011, terlihat terdapat lonjakan harga kopi arabika hingga mencapai 83,66% dibandingkan harga kopi arabika tahun sebelumnya. Tidak diketahui secara pasti penyebab lonjakan harga ini. Jika
dilihat
pada
Gambar
3.19,
harga
kopi
di
Indonesia
berkecenderungan meningkat pada periode tahun 2007-2013. Untuk kopi arabika, pada tahun 2007 rata-rata harga satu kilogram kopi arabika di Indonesia adalah Rp.10.850,- sementara ditahun yang sama harga kopi robusta mencapai Rp.10.013,- per kilogram. Harga ini kemudian meningkat pada tahun 2013 menjadi Rp.21.620,- per kilogram untuk kopi arabika atau meningkat hampir dua kali lipat (99,26%) dibandingkan harga kopi arabika tahun 2007. Sementara untuk kopi robusta, pada tahun 2013 terjadi peningkatan harga sebesar 63,20% dibandingkan harga pada tahun 2007 atau menjadi Rp.16.341,per kilogram.
Gambar 3.19. Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri, 2007–2013
30
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI KOPI DI INDONESIA Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) oleh BPS, permintaan kopi untuk konsumsi rumah tangga pada umumnya berupa kopi bubuk/kopi biji. Selama tahun 2002-2014, konsumsi kopi per kapita terlihat tidak mengalami perubahan yang signifikan (Gambar 3.20). Pada tahun 2002, konsumsi kopi per kapita per tahun sebesar 1,298 kg dan hanya meningkat 3,78% atau menjadi 1,347 kg pada tahun 2014. Selama periode tersebut, terjadi penurunan konsumsi kopi tertinggi di tahun 2012. Pada tahun 2012 konsumsi kopi Indonesia tercatat 1,064 kg/kapita/tahun atau menurun 22,14% dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2011 konsumsi kopi Indonesia mencapai 1,366 kg/kapita/tahun. Namun demikian setelah penurunan konsumsi kopi di tahun 2012, konsumsi kopi ditahun 2013 kembali meningkat dengan pertumbuhan mencapai 28,92% atau meningkat menjadi 1,371 kg/kapita/tahun.
Gambar 3.20. Perkembangan Konsumsi Kopi Per Kapita Per Tahun, 2002–2014
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
31
2015
OUTLOOK KOPI
3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI INDONESIA 3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia Perkembangan volume ekspor kopi Indonesia pada tahun 1980– 2013 cukup berfluktuatif namun cenderung meningkat (Gambar 3.21) dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,57% per tahun. Jika pada tahun 1980 volume ekspor kopi Indonesia sebesar 238.677 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 656 juta, maka tahun 2013 volume ekspor meningkat menjadi 534.023 ton atau senilai US$ 1.174 juta.
Gambar 3.21. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia, 1980–2013 3.4.2. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia Gambar 3.22 menyajikan keragaan perkembangan volume impor kopi Indonesia tahun 1980-2013. Dari Gambar 3.22 terlihat bahwa impor kopi Indonesia cenderung meningkat pertahunnya. Pada periode 19802013, impor kopi Indonesia meningkat rata-rata 172,36% pertahun atau 463 ton per tahun. Impor kopi Indonesia pada tahun 1980 hanya sebesar 46 ton dan meningkat menjadi sebesar 15.800 ton pada tahun 2013. Adapun volume impor kopi tertinggi Indonesia terjadi ditahun 2012 dengan volume impor mencapai 52.645 ton atau senilai US$ 117.175 ribu. Data volume dan nilai impor kopi Indonesia disajikan pada Lampiran 21.
32
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 3.22. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia, 1980–2013 3.4.3. Neraca Perdagangan Kopi Indonesia Perbedaan volume ekspor dan impor yang besar menjadikan Indonesia selalu mengalami surplus pada neraca perdagangan, yang berarti dapat menyumbang devisa negara. Neraca perdagangan kopi Indonesia dari tahun 1980-2013 mengalami peningkatan dengan ratarata per tahun sebesar 8,16% (Gambar 3.23). Surplus kopi terbesar terjadi pada tahun 2013 sebesar US$ 1.135,2 juta, sedangkan surplus terendah
terjadi
pada
tahun
2001
sebesar
US$
183,41
juta.
Perkembangan volume, nilai dan neraca perdagangan kopi Indonesia tahun 1980-2013 secara rinci disajikan pada Lampiran 21.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
33
2015
OUTLOOK KOPI
Gambar 3.23. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Perdagangan Kopi Indonesia, 1980-2013
34
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
BAB IV. KERAGAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA
4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI ASEAN DAN DUNIA 4.1.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Negara-negara ASEAN Berdasarkan data yang bersumber dari FAO, secara umum perkembangan luas tanaman menghasilkan (harvested area) kopi di antara negara-negara anggota ASEAN (Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) selama periode tahun 1980–2013 cenderung meningkat (Gambar 4.1). Tahun 1980 total luas tanaman menghasilkan kopi di negara-negara anggota ASEAN hanya sebesar 649.472 ha dan meningkat menjadi 2.069.144 ha ditahun 2013 atau meningkat sebesar 218,59% dibandingkan dengan tahun 1980. Secara rata-rata laju pertumbuhan luas tanaman menghasilkan kopi di kawasan ASEAN adalah 3,79% per tahun. Data luas tanaman menghasilkan kopi di antara negara-negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 22.
Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Kawasan ASEAN, 1980–2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
35
2015
OUTLOOK KOPI
Jika dilihat dari data rata-rata luas tanaman menghasilkan kopi tahun 2009-2012 yang bersumber dari FAO, diantara negara-negara anggota ASEAN, Indonesia tercatat sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar di kawasan ASEAN dengan rata-rata luas sebesar 912.342 ha atau berkontribusi sebesar 44,39% dari rata-rata total luas tanaman menghasilkan kopi di ASEAN (Gambar 4.2). Posisi Indonesia ini lebih baik dibandingkan dengan Vietnam yang dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi dunia. Vietnam secara rata-rata dari tahun 2009-2013 hanya memiliki luas tanaman menghasilkan kopi sebesar 544.033 ha atau lebih rendah 40,37% dibandingkan luas tanaman menghasilkan kopi Indonesia. Luas tanaman menghasilkan kopi Vietnam berkontribusi sebesar 26,47% dari total luas tanaman menghasilkan kopi di ASEAN. Negara-negara dengan luasan tanaman menghasilkan kopi terbesar selanjutnya adalah Filipina, Laos dan Thailand dengan kontribusi masing-masing negara hanya 5,84%, 2,65% dan 2,60%. Secara rinci, data negara-negara anggota ASEAN dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar dapat dilihat pada Lampiran 23.
Gambar 4.2 Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2009-2013
36
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
4.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Negara-negara ASEAN Perkembangan produksi kopi (wujud produksi biji kopi mentah) negara-negara
di
kawasan
ASEAN
sepanjang
tahun
1980–2013
menunjukkan pola yang hampir sama dengan perkembangan luas tanaman menghasilkan. Selama periode ini telah terjadi peningkatan produksi kopi diantara negara-negara anggota ASEAN dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,40% per tahun (Gambar 4.3 dan Lampiran 22). Jika pada tahun 1980 produksi kopi di kawasan ASEAN hanya sebesar 453.504 ton, maka pada akhir tahun 2013 produksi kopi di ASEAN tercatat sebesar 2.402.522 ton.
Gambar 4.3 Perkembangan Produksi Kopi di Kawasan ASEAN, 1980–2013 Berbeda dengan luas tanaman menghasilkan kopi tahun 20092013, diantara negara-negara anggota ASEAN terdapat perbedaan posisi negara dengan produksi kopi terbanyak jika dibandingkan dengan negara-negara sentra luas tanaman menghasilkan. Dalam daftar ini, Vietnam menempati urutan pertama sebagai negara dengan produksi kopi terbesar di kawasan ASEAN dengan rata-rata produksi sebesar 1.293.229 ton atau berkontribusi sebesar 58,88% dari total produksi kopi di kawasan ASEAN (Gambar 4.4). Indonesia sendiri dari sisi produksi hanya mampu memproduksi secara rata-rata 675.060 ton kopi pada tahun 2009-2013. Kontribusi produksi kopi Indonesia di kawasan ASEAN
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
37
2015
OUTLOOK KOPI
hanya mencapai 30,73%. Negara penghasil kopi terbesar di ASEAN selanjutnya adalah Filipina dengan produksi kopi sebesar 89.360 ton diikuti oleh Laos dan Thailand dengan produksi masing-masing mencapai 64.133 ton dan 47.825 ton atau berkontribusi 2,92% dan 2,18% dari total produksi kopi di kawasan ASEAN. Rata-rata produksi kopi di kawasan ini mencapai 2.196.514 ton. Secara rinci, data produksi kopi dari negaranegara di kawasan ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 24.
Gambar 4.4 Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2009-2013 4.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN Jika ditinjau dari sisi produktivitasnya, tingkat produktivitas kopi pada periode tahun 1980-2013 di kawasan ASEAN, memiliki pola yang berfluktuasi setiap tahunnya (Gambar 4.5) namun berkecenderungan meningkat. Pada periode tersebut, laju pertumbuhan produktivitas kopi hanya sebesar 1,74% per tahun (Lampiran 22) dengan produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 1.189 kg/ha.
38
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2013 Produktivitas
tanaman
kopi
tertinggi
di
kawasan
ASEAN
berdasarkan rata-rata tahun 2009-2013 disajikan pada Gambar 4.6. Terlihat dari Gambar 4.6, produktivitas kopi tertinggi di kawasan ini terdapat di negara Vietnam dengan produktivitas mencapai 2.365 kg/ha. Indonesia sendiri pada periode yang sama tercatat sebagai negara dengan
produktivitas
terendah
kedua
setelah
negara
Myanmar.
Produktivitas kopi Indonesia hanya sebesar 740 kg/ha.
Gambar 4.6. Produktivitas Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2009-2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
39
2015
OUTLOOK KOPI
4.1.4. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia Perkembangan luas tanaman menghasilkan kopi dunia pada periode tahun 1980–2013 mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya dan terlihat tidak terdapat trend peningkatan yang signifikan (Gambar 4.7). Rata-rata laju pertumbuhan luas tanaman menghasilkan kopi dunia sejak tahun 1980–2013 hanya sebesar 0,05% pertahun. Berdasarkan data dari FAO, total luas tanaman menghasilkan kopi dunia pada tahun 2013 mencapai angka 10.142.885 ha. Luasan ini tidak banyak berubah dari sejak tahun 1999 dengan luas tanaman menghasilkan kopi mencapai 10.209.479 (Lampiran 26).
Gambar 4.7. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, 1980–2013 Luas tanaman menghasilkan kopi dunia berdasarkan data FAO selama periode 2009-2013, rata-rata terpusat di negara Brazil dengan kontribusi sebesar 21,34% dari luas tanaman menghasilkan kopi dunia atau mencapai 2.129.934 ha (Gambar 4.8). Luas tanaman menghasilkan kopi dunia secara rata-rata tahun 2009-2013 mencapai 9.982.089 ha. Indonesia tercatat sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar selanjutnya dengan luasan mencapai 912.342 ha atau sekitar setengah dari luas tanaman menghasilkan kopi Brazil. Vietnam, negara anggota ASEAN lainnya, tercatat sebagai sentra luas tanaman
40
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
menghasilkan kopi terbesar kelima di dunia dengan rata-rata luas tanaman menghasilkan mencapai 544.033 ha pada periode yang sama. Secara kumulatif, kelima negara dalam daftar negara-negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar dunia mencakup 50,61% luas tanaman menghasilkan kopi dunia. Data luas tanaman menghasilkan kopi dari negara-negara sentra penanaman kopi dunia dapat dilihat pada Lampiran 27.
Gambar 4.8. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Rata-rata 2009-2013 4.1.5. Perkembangan Produksi Kopi Dunia Perkembangan produksi kopi dunia (wujud produksi biji kopi mentah) dari tahun 1980 hingga 2013 terlihat berfluktuasi namun terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya (Gambar 4.9). Pada tahun 1980, produksi kopi di dunia mencapai 4.839.219 ton dan meningkat di tahun 2013 menjadi 8.920.840 ton. Rata-rata pertumbuhan produksi selama periode tersebut adalah sebesar 2,34%. Menurut data dari FAO, produksi kopi dunia tertinggi pada tahun 2012 yang mencapai 9.209.761 ton (Lampiran 26).
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
41
2015
OUTLOOK KOPI
Gambar 4.9. Perkembangan Produksi Kopi Dunia, 1980–2013 Produksi kopi dunia sebagian besar dihasilkan oleh negara Brazil dengan rata-rata produksi selama periode tahun 2009-2013 mencapai 2.809.987 ton kopi atau menyumbang 32,54% rata-rata produksi kopi dunia di periode tahun yang sama (Gambar 4.10). Negara-negara penghasil kopi terbesar selanjutnya adalah Vietnam dengan kontribusi 14,98% atau rata-rata menghasilkan 1.293.229 ton kopi selama periode 2009-2013 disusul oleh Indonesia dengan rata-rata produksi mencapai 679.066 ton (7,86%) selama periode tahun 2009-2013, Kolombia dengan produksi 517.560 ton (5,99%), dan Ethiopia dengan produksi 311.678 ton (3,61%). Data negara-negara penghasil kopi terbesar dunia dapat dilihat pada Lampiran 28.
42
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 4.10 Sentra Produksi Kopi Dunia, Rata-rata 2009-2013 4.1.6. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia Laju pertumbuhan produktivitas kopi dunia dari tahun 1980 hingga 2013 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 2,21% (Gambar 4.11). Menurut data dari FAO, produktivitas tertinggi kopi dunia tercapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 912 kg/ha. Sementara pada tahun 2013, produktivitas kopi dunia mencapai 880 kg/ha atau lebih rendah 3,52% dibandingkan tahun 2012. Data perkembangan produktivitas kopi dunia periode 1980-2013 dapat dilihat pada Lampiran 26.
Gambar 4.11. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia, 1980-2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
43
2015
OUTLOOK KOPI
4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI ASEAN DAN DUNIA 4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi ASEAN Berdasarkan data FAO, volume ekspor dan impor kopi dari negaranegara anggota ASEAN pada periode tahun 1980-2012 terlihat sangat berbeda dari tahun ke tahun (Gambar 4.12). Volume ekspor kopi dari kawasan ini terlihat selalu lebih tinggi dibandingkan dengan volume impor kopi ke negara-negara kawasan ini. Sejak tahun 1980 hingga 2003 volume impor kopi ke negara-negara anggota ASEAN sangat rendah jika dibandingkan volume ekspornya. Namun demikian volume impor ke negara-negara ini meningkat setelah tahun 2003 meskipun tetap jauh dibawah volume ekspornya. Hal ini cukup beralasan mengingat dua negara sentra produksi kopi dunia adalah anggota ASEAN yaitu Vietnam dan Indonesia. Secara rata-rata pertumbuhan volume ekspor kopi dari negara-negara ASEAN pada tahun 1980-2012 mencapai 229,39% per tahunnya. Laju pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan volume impor kopi pada periode yang sama. Rata-rata pertumbuhan volume impor kopi ke negara-negara ASEAN pada tahun 1980-2012 mencapai 621,79% per tahunnya. Data volume ekspor dan volume impor kopi dari negara-negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 29.
Gambar 4.12. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2012
44
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Jika dilihat berdasarkan rata-rata volume ekspor kopi diantara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2008-2012 terdapat hanya dua negara yang mampu melakukan ekspor kopi dengan kontribusi diatas 20% terhadap volume ekspor kopi kawasan ASEAN. Kedua negara tersebut adalah Vietnam dan Indonesia (Gambar 4.13). Pada tahun 2012, menurut FAO, Vietnam telah mengekspor kopinya hingga mencapai 1.732.156 ton atau 74% terhadap volume ekspor kopi dari kawasan ASEAN. Di tahun yang sama, Indonesia tercatat mampu mengekspor hingga 448.591 ton kopi atau 24% dari volume ekspor kopi negara-negara anggota ASEAN. Kedua negara tersebut secara rata-rata pada periode tahun 2008-2012 mampu berkontribusi 98% dari total volume ekspor kopi di kawasan ini. Secara lengkap data negara-negara eksportir kopi terbesar dikawasan ASEAN disajikan pada Lampiran 30.
Gambar 4.13. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata 2008-2012
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
45
2015
OUTLOOK KOPI
Adapun untuk negara importir kopi terbesar di kawasan ASEAN pada periode tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Gambar 4.14 dan Lampiran 30. Berdasarkan data FAO, selama periode tahun 2008-2012, Malaysia tercatat sebagai negara terbesar dalam melakukan impor kopi dibandingkan negara-negara lain dikawasan ini. Malaysia pada tahun 2012 melakukan impor kopi hingga mencapai 69.407 ton. Secara ratarata, selama tahun 2008 sampai 2012 Malaysia telah melakukan impor kopi sebesar 55.689 ton atau 39,83% dari total impor kopi di ASEAN. Negara lain yang melakukan impor kopi terbesar adalah Filipina dengan jumlah impor kopi ditahun 2012 mencapai 30.118 ton. Rata-rata volume impor kopi Filipina pada periode tahun 2008-2012 adalah 25.723 ton atau 18,39% total impor kopi dikawasan ASEAN. Indonesia, meski tercatat sebagai salah satu eksportir kopi terbesar di kawasan ini, namun disisi lain juga tercatat sebagai negara importir kopi terbesar ketiga di ASEAN. Ditahun 2012, FAO mencatat volume impor kopi di Indonesia mencapai 52.645 ton dan secara rata-rata pada periode tahun 2008-2012, volume impor kopi Indonesia mencapai 23.570 ton atau 16,85% dari total impor kopi di ASEAN. Secara lengkap negara-negara importir terbesar di ASEAN disajikan pada Lampiran 31.
Gambar 4.14. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata 2008-2012
46
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
4.2.2. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN Gambar 4.15 menunjukkan perkembangan nilai ekspor dan impor kopi di kawasan ASEAN pada periode 1980-2012. Sejalan dengan keragaan volume ekspor dan impor kopi di kawasan ASEAN sebelumnya, terlihat bahwa nilai ekspor kopi di kawasan ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impornya. Nilai ekspor kopi tertinggi dari negara-negara anggota ASEAN terjadi pada tahun 2012 dengan nilai perdagangan mencapai US$ 486 juta. Data nilai ekspor dan impor kopi negara-negara anggota ASEAN disajikan secara lengkap pada Lampiran 29.
Gambar 4.15. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, 1980-2012
4.2.3. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia Perkembangan volume ekspor dan impor kopi dunia sepanjang tahun 1980-2012 terlihat tidak terlalu berfluktuasi dari tahun ke tahun (Gambar 4.16). Dari Gambar 4.16 terlihat volume ekspor dan impor kopi dunia
memiliki
kecenderungan
meningkat
setiap
tahunnya.
Kecenderungan peningkatan volume ekspor dan impor kopi dunia ini menunjukkan bahwa kopi merupakan komoditi yang relatif aktif diperdagangkan oleh dunia. Lebih jauh, Lampiran 32 menyajikan data perkembangan volume ekspor dan impor kopi dunia.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
47
2015
OUTLOOK KOPI
Gambar 4.16. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia, 1980-2012 Jika dilihat volume ekspor per negara di dunia, secara rata-rata pada periode tahun 2008-2012, negara Brazil tercatat sebagai negara eksportir kopi terbesar didunia dengan rata-rata volume ekspor mencapai 1,66 juta ton pertahun atau 24% dari total volume ekspor kopi dunia (Gambar 4.17). Negara lainnya yang tercatat sebagai negara eksportir terbesar kopi di dunia adalah Vietnam dengan rata-rata volume ekspor kopi pada tahun 2008-2012 mencapai 1,29 juta ton per tahun atau 19% dari total volume ekspor kopi dunia. Indonesia sendiri tercatat sebagai negara eksportir terbesar keempat didunia dengan rata-rata volume ekspor kopi Indonesia pada periode tahun 2008-2012 mencapai 440 ribu ton pertahunnya atau 6,62% dari total volume ekspor kopi dunia. Secara lengkap, negara-negara dengan volume ekspor terbesar didunia disajikan pada Lampiran 33.
48
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 4.17. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata 2008-2012 Adapun negara-negara dengan volume impor kopi terbesar di dunia pada tahun 2008-2012 disajikan pada Gambar 4.18. Dari Gambar 4.18 terlihat bahwa Amerika Serikat adalah negara importir kopi terbesar didunia dengan rata-rata volume impor kopi sebesar 1,32 juta ton per tahun atau 20,9% dari total volume impor dunia. Negara lainnya adalah Jerman dengan volume impor kopi sebesar 1,09 juta ton per tahunnya atau 17,23% dari total volume impor kopi dunia. Indonesia sendiri dalam daftar negara-negara dengan volume impor kopi terbesar dunia menempati posisi 39 dengan volume impor kopi mencapai 21.792 ton kopi per tahunnya. Secara lengkap negara-negara dengan volume impor kopi terbesar di dunia disajikan pada Lampiran 34.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
49
2015
OUTLOOK KOPI
Gambar 4.18. Negara-negara Importir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata 2008-2012 4.2.4. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia Berbeda dengan keragaan nilai ekspor dan impor kopi dari negaranegara anggota ASEAN, nilai impor kopi dunia umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor kopi dunia. Hal ini terlihat pada Gambar 4.19 yang menunjukkan perkembangan nilai ekspor dan impor kopi dunia pada periode 1980-2012. Terlihat dari gambar tersebut bahwa dunia dalam periode tahun 1980-2012 secara umum mencatatkan defisit perdagangan kopi pada hampir disetiap tahunnya. Nilai impor kopi tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan nilai perdagangan mencapai US$ 28,31 miliar. Data nilai ekspor dan impor kopi dunia disajikan secara lengkap pada Lampiran 32.
50
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Gambar 4.19. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, 1980-2012
4.3. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA 4.3.1. Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN Ketersediaan kopi di antara negara-negara anggota ASEAN diperoleh dari produksi dikurangi ekspor dan ditambah impor kopi ASEAN. Perkembangan ketersediaan kopi di antara negara-negara anggota ASEAN disajikan dalam Gambar 4.20 dan Lampiran 35. Dari Gambar 4.20 terlihat bahwa diantara negara-negara ASEAN ketersediaan kopi cenderung meningkat meskipun di tahun-tahun tertentu terjadi penurunan ketersediaan. Jika dilihat kembali volume ekspor, volume impor dan produksi kopi di antara negara-negara ASEAN terlihat bahwa sumber utama penurunan ini adalah adanya peningkatan volume ekspor kopi dari negara-negara ASEAN. Sebagai contoh pada tahun 2009 terjadi penurunan ketersediaan kopi sebesar 28,30% atau 145.095 ton dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dilihat dari volume ekspor kopi ASEAN pada tahun tersebut, dapat dilihat bahwa volume ekspor kopi dari ASEAN pada tahun tersebut meningkat 148.235 ton dibandingkan pada tahun sebelumnya. Peningkatan volume ekspor sebesar ini justru diikuti penurunan produksi kopi dan peningkatan volume impor yang jauh lebih kecil dari volume ekspor. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
51
2015
OUTLOOK KOPI
Gambar 4.20. Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN, 1980-2012 4.3.2. Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia Sama halnya dengan ketersediaan kopi di ASEAN, ketersediaan kopi di dunia selama periode tahun 1980-2011 cenderung mengalami kenaikan meskipun pada beberapa tahun ketersediaan kopi dunia mengalami penurunan (Gambar 4.21). Jika diperhatikan Gambar 4.21 dan Lampiran 36 yang menyajikan keragaan dan data ketersediaan kopi di dunia, terdapat kesamaan pola perkembangan ketersediaan kopi. Pada tahun 2009, ketersediaan kopi di dunia mengalami penurunan sebagaimana ketersediaan kopi di ASEAN.
Gambar 4.21. Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia, 1980-2012 52
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
BAB V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN
5.1.
PROYEKSI PENAWARAN KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019 Dalam outlook ini, proyeksi penawaran kopi akan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan produksi kopi (dalam wujud kopi berasan) untuk masing-masing jenis pengusahaan dan metode analisis deret waktu (time series analysis). Adapun data yang digunakan pada proyeksi ini adalah data Angka Tetap produksi kopi tahun 1980-2014, dengan data tahun 2014 adalah data Angka Sementara bersumber dari Direktorat Jenderal Perkebunan. Dengan mempertimbangkan tujuan analisis penawaran kopi yang hanya ingin mengetahui proyeksi produksi kopi di tahun 2015 hingga 2019 dan melihat adanya kecenderungan unsur-unsur auto regresi, rata-rata bergerak serta tidak stationernya data produksi kopi per pengusahaan, maka penulis memutuskan untuk menggunakan metode analisis Autoregresive Integrated Moving Average (ARIMA) dengan jumlah series data sebanyak 35 titik. Meskipun demikian, penulis tidak menemukan adanya indikasi musiman pada data produksi kopi per pengusahaan, sehingga model yang akan penulis gunakan adalah model ARIMA non-seasonal. Hasil analisis ARIMA dengan data produksi kopi tahun 1980-2014 dapat dilihat pada Lampiran 37. Dengan statistik uji Ljung-Box Q untuk ketiga model yang tidak berarti pada taraf nyata 5%, maka ketiga model memiliki error yang acak sehingga dapat dianggap cukup untuk menjelaskan variasi pada data sebenarnya. Nilai MAPE sebesar 2,75, 14,43 dan 13,38 untuk setiap masingmasing model PR, PBN dan PBS adalah yang terkecil diantara model-model lainnya. Dengan demikian, maka hasil proyeksi yang diperoleh melalui modelmodel ARIMA ini dianggap cukup untuk digunakan. Hasil ini selanjutnya digunakan sebagai proyeksi produksi tahun 2015-2019. Hasil proyeksi produksi kopi tahun 2016-2019 dapat dilihat pada Tabel 5.1. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
53
2015
OUTLOOK KOPI
Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Kopi di Indonesia, 2015-2019
2015
662.062
14.816
16.846
693.724
Pertumb. Produksi Indonesia (%) 1,26
2016
670.091
15.244
17.145
702.480
1,26
Hasil Proyeksi
2017
678.119
15.504
17.444
711.067
1,22
Hasil Proyeksi
2018
686.147
15.661
17.743
719.551
1,19
Hasil Proyeksi
2019
694.176
15.755
18.042
727.973
1,17
Hasil Proyeksi
Produksi (Ton)
Tahun
PR
PBN
PBS
Indonesia
Rata-rata Pertumbuhan 2015 - 2019 :
Keterangan Hasil Proyeksi
1,22
Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa hingga tahun 2019 diperkirakan produksi kopi di Indonesia akan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 1,22% pertahun. Jika dibandingkan dengan produksi kopi tahun 2014 (angka sementara Ditjen Perkebunan) yang mencapai 685.089 ton, maka produksi kopi di tahun 2019 diperkirakan akan meningkat sebesar 6,26% atau menjadi 727.973 ton. 5.2. PROYEKSI PERMINTAAN KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019 Proyeksi permintaan kopi diperoleh dengan melakukan analisis Pemulusan Eksponensial Berganda terhadap data konsumsi langsung rumah tangga. Data yang digunakan dalam proyeksi ini adalah data konsumsi kopi tahun 2002-2014 yang bersumber dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS seperti terdapat dalam Buletin Konsumsi terbitan Pusdatin. Dalam buletin tersebut telah tersedia proyeksi konsumsi kopi hingga tahun 2017, namun untuk keperluan penulisan outlook ini proyeksi kopi akan diperpanjang hingga tahun 2019. Pemilihan analisis Pemulusan Eksponensial Berganda dikarenakan analisis ini mampu memberikan nilai akurasi terbaik. Permintaan kopi tahun 2015-2019 diperoleh dengan mengalikan proyeksi konsumsi langsung kopi rumah tangga dengan proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun 2015-2019. Proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun 20152019 diperoleh dari BPS.
54
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Hasil analisis Pemulusan Eksponensial Berganda untuk konsumsi kopi tahun 2018-2019 dapat dilihat pada Lampiran 38. Dengan menggunakan analisis ini diperoleh nilai MAPE sebesar 6,683. Nilai ini adalah yang terkecil diantara model-model lain yang tersedia sehingga model ini adalah model terbaik yang akan digunakan untuk memproyeksikan konsumsi kopi di Indonesia. Proyeksi konsumsi kopi tahun 2015–2019 dengan menggunakan model ini disajikan pada Tabel 5.2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa konsumsi langsung rumah tangga untuk kopi kopi diproyeksi akan meningkat di tahun 2015 dan pada tahun-tahun berikutnya. Pada Tabel 5.2 juga disajikan proyeksi jumlah penduduk dengan data yang bersumber dari BPS. Dalam proyeksi ini, jumlah penduduk pada tahun 2015-2019 diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya. Dengan demikian permintaan rumah tangga di Indonesia akan kopi akan meningkat setiap tahunnya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Konsumsi Kopi di Indonesia, 2015-2019 Tahun
Konsumsi (Kg/Kapita)
2015
1,444
Jumlah Penduduk (000 Kapita) *) 255.462
2016
1,476
2017 2018 2019
Permintaan Kopi (Ton)
Pertumbuhan (%)
368.887
8,60
258.705
381.849
3,51
1,508
261.891
394.932
3,43
1,553
265.015
411.568
4,21
1,623
267.974
434.922
5,67
Rata-rata Pertumbuhan 2015 - 2019
5,09
Keterangan : *) Hasil proyeksi BPS
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
55
2015
OUTLOOK KOPI
5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KOPI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019 Dalam menerjemahkan hasil proyeksi konsumsi dalam outlook ini, perlu diingatkan kembali bahwa data konsumsi yang digunakan adalah data konsumsi kopi hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Dimana dari survei tersebut, data yang diperoleh hanyalah data konsumsi langsung rumah tangga di Indonesia sementara data permintaan dari sektor industri dan pariwisata belum termasuk dalam data ini. Untuk mengetahui permintaan dari sektor industri dan yang lainnya disarankan untuk menggunakan informasi persentase penggunaan kopi di setiap sektor terkait yang terdapat pada Tabel Input Output tahun 2005 untuk komoditas kopi. Tabel 5.3 menyajikan hasil proyeksi produksi dan permintaan serta kondisi surplus atau defisit pasokan kopi Indonesia. Dari hasil proyeksi produksi dan permintaan kopi di Indonesia pada tahun 2015-2019, diketahui bahwa pada periode tersebut Indonesia akan mengalami surplus kopi hingga mencapai rata-rata 312.528 ton kopi pertahunnya. Pada tahun 2015 surplus kopi di Indonesia diperkirakan sebesar 324.837 ton namun di tahun 2019 diproyeksikan menurun menjadi 293.051 ton. Tabel 5.3. Proyeksi Surplus Kopi di Indonesia, 2015-2019 Proyeksi (Ton) Tahun
56
Surplus (Ton) Produksi
Permintaan
2015
693.724
368.887
324.837
2016
702.480
381.849
320.631
2017
711.067
394.932
316.135
2018
719.551
411.568
307.983
2019
727.973
434.922
293.051
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI ASEAN TAHUN 2015-2019 Demi menghadapi era perdagangan bebas dan free trade agreement diantara
negara-negara
dunia,
maka
diperlukan
gambaran
mengenai
ketersediaan suatu komoditas dimasa akan datang. Proyeksi ketersediaan ini akan membantu penggiat ekspor komoditas bersangkutan didalam negeri untuk ambil bagian dalam perdagangan domestik dan/atau dunia. Dalam outlook ini disediakan proyeksi ketersediaan komoditas kopi di kawasan domestik (Asia Tenggara) dan dunia. Data yang digunakan dalam proyeksi ini adalah data yang bersumber dari FAO dimana negara-negara Asia Tenggara yang dimaksud dalam outlook ini adalah negara-negara anggota ASEAN seperti tercantum dalam Tabel 2.1 pada awal buku outlook ini. Untuk mengetahui proyeksi ketersediaan kopi di negara-negara ASEAN, dalam outlook ini digunakan analisis deret waktu dengan metode ARIMA tanpa musiman. Hasil analisis ARIMA untuk proyeksi ketersediaan kopi di negaranegara ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 39. Model yang diperoleh dengan metode ini memberikan nilai MAPE terkecil diantara model lainnya yaitu sebesar 19,986. Model ini cukup baik dan dapat digunakan mengingat model ini memberikan nilai R2 yang cukup tinggi yaitu 86,7% dan seluruh penduga parameternya berarti pada taraf nyata 5%. Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di ASEAN, 2015-2019
Tahun
Proyeksi Ketersediaan (000 Ton)
Pertumb. (%)
2015
554.494
17,92
2016
483.232
-12,85
2017
425.249
-12,00
2018
474.287
11,53
2019
514.188
8,41
Rata-rata Pertumbuhan (%)
2,60
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
57
2015
OUTLOOK KOPI
Proyeksi ketersediaan kopi diantara negara-negara ASEAN periode tahun 2015-2019 disajikan pada Tabel 5.4. Dari tabel tersebut terlihat bahwa ketersediaan kopi diantara negara-negara ASEAN pada tahun 2019 menurun sebesar -7,27% dibandingkan tahun 2015. Pada tahun 2015 ketersediaan kopi diantara negara-negara ASEAN mencapai 554.494 ton kopi dan menurun menjadi 514.188 ton kopi di tahun 2019.
5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI DUNIA TAHUN 2015-2019 Tidak berbeda dengan proyeksi ketersediaan kopi ASEAN, dalam melakukan proyeksi ketersediaan kopi di dunia, penulis kembali menggunakan analisis deret waktu dengan metode ARIMA tanpa factor musiman. Hasil analisis menggunakan model ini dapat dilihat pada Lampiran 40. Penelurusan model ARIMA untuk data ketersediaan kopi dunia menunjukkan bahwa model ARIMA (1,1,0) adalah model terbaik dengan nilai MAPE hanya sebesar 5,823. Penilaian terhadap kelayakan model, untuk model ini, menunjukkan hasil yang cukup baik dengan nilai R2 sebesar 88,9% dan seluruh penduga parameter berarti pada taraf nyata 5%. Dengan hasil ini maka model dapat digunakan untuk proyeksi ketersediaan kopi dunia. Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi Dunia, 2015-2019
Tahun
Proyeksi Ketersediaan (000 Ton)
2015
8.375.056
-1,80
2016
8.483.283
1,29
2017
8.415.547
-0,80
2018
8.465.895
0,60
2019
8.436.963
-0,34
Rata-rata Pertumbuhan (%)
58
Pertumb. (%)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
-0,21
OUTLOOK KOPI
2015
Ketersediaan kopi dunia pada periode tahun 2015-2019 (Tabel 5.5) secara rata-rata diproyeksikan akan menurun sebesar 0,21% pada setiap tahunnya. Namun demikian ketersediaan kopi di dunia pada tahun 2019 diperkirakan akan meningkat jika dibandingkan ketersediaan kopi pada tahun 2015. Jika pada tahun 2015 ketersediaan kopi didunia diperkirakan hanya mencapai 8.375.056 ton maka pada tahun 2019, kopi didunia diperkirakan tersedia 8.436.963 ton atau meningkat 0,74%.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
59
2015
60
OUTLOOK KOPI
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
BAB VI. KESIMPULAN
6.1.
KESIMPULAN Di Indonesia, kopi dibudidayakan sebagian besar oleh perkebunan
rakyat dimana jenis kopi yang banyak dibudidayakan adalah jenis kopi robusta. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia terdapat di Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa TImur, dan Sumatera Barat. Adapun sentra produksi kopi arabika adalah Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Harga kopi robusta di pasar domestik di Indonesia rata-rata adalah Rp.14.976 per kg, lebih rendah jika dibandingkan harga kopi arabika yang mencapai rata-rata Rp.20.491 per kg. Konsumsi kopi pada tahun 2014 berdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan oleh BPS mencapai 1,35 kg/kapita. Konsumsi ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,37 kg/kapita. Berdasarkan data FAO, di antara negara-negara kawasan ASEAN, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar kedua setelah Vietnam. Namun demikian, FAO mencatat Indonesia adalah importir kopi terbesar ketiga di ASEAN setelah Malaysia dan Filipina. Di dunia, Indonesia tercatat sebagai penghasil kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Namun demikian dalam hal ekspor kopi, Indonesia adalah eksportir kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Untuk proyeksi produksi kopi dengan menggunakan metode analisis deret waktu (ARIMA) diketahui bahwa produksi kopi Indonesia akan meningkat sebesar 6,26% atau menjadi 727.973 ton di tahun 2019 dibandingkan produksi kopi ditahun 2014 yang hanya mencapai 685.089 ton. Proyeksi produksi ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan permintaan kopi ditahun yang sama. Permintaan kopi di tahun 2019 mencapai 434.922 ton sehingga diperkirakan akan terjadi surplus pasokan kopi di Indonesia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
61
2015
62
OUTLOOK KOPI
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, Edi. 2008. Proyeksi Penawaran dan Permintaan Beras 20072010. Jurnal Ekonomi : Media Ilmiah Indonusa. Vol. 30 No. 1, hlm. 186192. Ayelign, A., K. Sabally. 2013. Determination of Chlorogenic Acids (CGA) in Coffee Beans Using HPLC. American Journal of Research Communication. Vol 1 (2), halaman 78-91. Dicum, G., Nina Luttinger. 1999. The Coffee Book: Anatomy of an Industry from Crop to the Last Drop. New Press. New York. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2009-2011. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2010-2012. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2011-2013. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2012-2014. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2013-2015. Kementerian Pertanian. Jakarta. Ellis, Markman. 2011. The Coffee-House: a Cultural History. Hachette. United Kingdom. Food
and Agriculture Organization of United http://faostat.fao.org [terhubung berkala]
Nation
(FAO).
2015.
Hoffman, James. 2014. The World Atlas of Coffee: From Beans to Brewing – Coffees Explored, Explained and Enjoyed. Octopus Publishing Group Limited. London. International Coffee Organization (ICO). 2015. ICO Annual Review 2013-2014. International Coffee Organization. London.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
63
2015
OUTLOOK KOPI
Kustiari, Reni. 2007. Perkembangan Pasar Kopi Dunia dan Implikasinya Bagi Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 25 No. 1, halaman 43-55 Listyati, Dewi., Bedy Sudjarmoko, Abdul Muis Hasibuan. 2013. Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Adopsi Benih Unggul Kopi di Lampung. Buletin Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Ristri). Vol. 4 No. 2, halaman 165-174. Makridakis, Spyros. , Steven C. Wheelwright, dan Victor E. McGee. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Erlangga. Jakarta. Mekuria, T., Neuhoff, D., Kopke, U. 2004. The Status of Coffee Production and The Potential For Organic Conversion in Ethiopia. Conference on International Agricultural Research for Development. Berlin. Nawrot, P., S. Jordan., J. Eastwood., J. Rotstein., A. Hugenholtz., M. Feeley. 2003. Effects of Caffeine on Human Health. Food Additives and Contaminants. Vol. 20, No. 1, halaman 1-30. Smith, A. 2002. Effects of Caffeine on Human Behavior. Food and Chemical Toxicology. Vol. 40, halaman 1243-1255. Pandergrast, Mark. 1999. Uncommon Grounds: The History of Coffee and How it Transformed Our World. Basic Books. New York. Panggabean, Edy. 2011. Buku Pintar Kopi. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Ponte, Stefano. 2002. The ‘Latte Revolution’? Rekopition, Markets and Consumption in the Global Coffee Chain. World Development. Vol. 30, No. 7, halaman 1099-1122. Prastowo, Bambang., Elna Karmawati., Rubijo., Siswanto., Chandra Indrawanto., S. Joni Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Outlook Komoditi Kopi. Kementerian Pertanian. Jakarta. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2015. Basisdata Ekspor-Impor Jakarta. Komoditas Pertanian. Kementerian Pertanian. http://database.deptan.go.id/eksim/index1.asp [terhubung berkala]
64
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
65
2015
66
OUTLOOK KOPI
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
Lampiran 1.
2015
Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 1980–2015 Luas Areal (Ha)
Tahun
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014*)
PR
663.601 749.829 759.182 766.134 837.488 874.340 888.862 908.584 969.789 984.234 1.014.125 1.063.289 1.076.474 1.090.050 1.080.532 1.109.499 1.103.615 1.105.114 1.068.064 1.059.245 1.192.322 1.258.628 1.318.020 1.240.222 1.251.326 1.202.392 1.255.104 1.243.429 1.236.842 1.217.506 1.162.810 1.184.967 1.187.669 1.194.081 1.198.962 1.206.243
Pertumb. (%) 12,99 1,25 0,92 9,31 4,40 1,66 2,22 6,74 1,49 3,04 4,85 1,24 1,26 -0,87 2,68 -0,53 0,14 -3,35 -0,83 12,56 5,56 4,72 -5,90 0,90 -3,91 4,38 -0,93 -0,53 -1,56 -4,49 1,91 0,23 0,54 0,41
2015**) 0,61 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%)
PBN
Pertumb.
20.925 23.016 23.635 24.426 22.440 23.499 23.593 24.280 25.484 21.800 25.834 25.891 26.092 26.325 26.593 25.616 24.169 32.232 39.139 39.316 40.645 26.954 26.954 26.597 26.597 26.641 26.644 23.721 22.442 22.794 22.681 22.572 22.565 22.556 22.581 22.599
PBS
(%) 9,99 2,69 3,35 -8,13 4,72 0,40 2,91 4,96 -14,46 18,50 0,22 0,78 0,89 1,02 -3,67 -5,65 33,36 21,43 0,45 3,38 -33,68 0,00 -1,32 0,00 0,17 0,01 -10,97 -5,39 1,57 -0,50 -0,48 -0,03 -0,04 0,11 0,08
22.938 24.001 20.211 24.427 34.283 33.290 22.744 28.776 30.674 30.516 29.889 30.674 31.332 31.192 33.260 32.396 31.295 32.682 46.166 28.716 27.720 27.801 27.210 25.091 26.020 26.239 26.983 28.761 35.826 25.935 24.873 26.159 25.056 25.076 25.266 25.540
Pertumb. (%) 4,63 -15,79 20,86 40,35 -2,90 -31,68 26,52 6,60 -0,52 -2,05 2,63 2,15 -0,45 6,63 -2,60 -3,40 4,43 41,26 -37,80 -3,47 0,29 -2,13 -7,79 3,70 0,84 2,84 6,59 24,56 -27,61 -4,09 5,17 -4,22 0,08 0,76 1,08
INDONESIA
707.464 796.846 803.028 814.987 894.211 931.129 935.199 961.640 1.025.947 1.036.550 1.069.848 1.119.854 1.133.898 1.147.567 1.140.385 1.167.511 1.159.079 1.170.028 1.153.369 1.127.277 1.260.687 1.313.383 1.372.184 1.291.910 1.303.943 1.255.272 1.308.731 1.295.911 1.295.110 1.266.235 1.210.364 1.233.698 1.235.290 1.241.713 1.246.809 1.254.382
Pertumb. (%) 12,63 0,78 1,49 9,72 4,13 0,44 2,83 6,69 1,03 3,21 4,67 1,25 1,21 -0,63 2,38 -0,72 0,94 -1,42 -2,26 11,83 4,18 4,48 -5,85 0,93 -3,73 4,26 -0,98 -0,06 -2,23 -4,41 1,93 0,13 0,52 0,41 0,61
1980-2015**)
1,80
0,76
1,59
1,73
1980-2013
1,88
0,80
1,63
1,80
1980-2000
3,06
3,86
2,77
3,01
2001-2015**)
0,13
-3,37
0,01
0,01
Sumber :
Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Ket
PR : Perkebunan Rakyat
:
PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta *)
: Tahun 2014 Angka Sementara
**)
: Tahun 2015 Angka Estimasi
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
67
2015
OUTLOOK KOPI
Lampiran 2.
Tahun
Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001–2013 Luas Areal Kopi Robusta (Ha)
PR
PBN
PBS
Luas Areal Kopi Arabika (Ha) Robusta
PR
PBN
PBS
Arabika
2001
1.182.693
26.928
22.930
1.232.551
75.935
26
6.846
82.807
2002
1.232.857
26.928
21.106
1.280.891
85.163
26
6.104
91.293
2003
1.241.932
26.928
21.106
1.289.966
85.589
26
6.149
91.764
2004
1.135.114
19.925
21.705
1.176.744
116.212
6.672
4.315
127.199
2005
1.112.597
19.969
21.393
1.153.959
89.795
6.672
4.846
101.313
2006
1.089.951
19.972
21.699
1.131.622
165.154
6.672
5.284
177.110 162.841
2007
1.018.573
16.549
23.355
1.058.477
153.884
6.500
2.457
2008
970.677
15.270
23.266
1.009.213
266.165
7.172
12.560
285.897
2009
946.791
15.622
22.425
984.838
270.715
7.172
3.510
281.397
2010
920.790
15.509
22.483
958.782
242.021
7.172
2.390
251.583
2011
902.341
15.400
22.443
940.184
282.626
7.172
3.716
293.514
2012
902.548
15.404
22.448
940.400
282.691
7.174
3.717
293.582
2013
879.117
15.384
21.552
916.053
314.963
7.172
3.524
325.659
Rata-rata
1.041.229
19.214
22.147
1.082.591
186.993
5.356
5.032
197.381
Share (%)
96,18
1,77
2,05
100,00
94,74
2,71
2,55
100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
68
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
Lampiran 3.
2015
Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 1980–2015 Produksi (Ton)
Tahun
PR
1980
276.295 290.401 262.247 287.183 291.291 288.404 329.605 367.835 362.311 376.579 384.464 399.088 408.808 410.048 421.682 429.569 435.757 396.155 469.671 493.940 514.896 541.476 654.281 644.657 618.227 615.556 653.261 652.336 669.942 653.918 657.909 616.429 661.827 645.346 654.034 706.770
1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014*)
Pertumb. (%) 5,11 -9,69 9,51 1,43 -0,99 14,29 11,60 -1,50 3,94 2,09 3,80 2,44 0,30 2,84 1,87 1,44 -9,09 18,56 5,17 4,24 5,16 20,83 -1,47 -4,10 -0,43 6,13 -0,14 2,70 -2,39 0,61 -6,30 7,36 -2,49 1,35
2015**) 8,06 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%)
PBN
Pertumb.
13.212 16.189 13.297 10.147 14.775 12.635 17.664 13.043 16.072 13.466 15.566 16.755 16.890 17.266 17.468 16.824 13.184 21.050 25.759 26.208 29.754 18.111 18.128 17.007 17.025 17.034 17.017 13.642 17.332 14.387 14.065 9.099 13.577 13.945 14.106 14.690
(%) 22,53 -17,86 -23,69 45,61 -14,48 39,80 -26,16 23,22 -16,21 15,59 7,64 0,81 2,23 1,17 -3,69 -21,64 59,66 22,37 1,74 13,53 -39,13 0,09 -6,18 0,11 0,05 -0,10 -19,83 27,05 -16,99 -2,24 -35,31 49,21 2,71 1,15 4,14
PBS
5.466 8.309 5.707 8.318 9.423 10.359 9.553 7.791 12.712 11.003 12.737 12.462 11.232 11.554 11.041 11.408 10.265 11.213 19.021 11.539 9.924 9.647 9.610 9.591 12.134 7.775 11.880 10.498 10.742 14.385 14.947 13.118 15.759 16.591 16.949 17.545
Pertumb. (%) 52,01 -31,32 45,75 13,28 9,93 -7,78 -18,44 63,16 -13,44 15,76 -2,16 -9,87 2,87 -4,44 3,32 -10,02 9,24 69,63 -39,34 -14,00 -2,79 -0,38 -0,20 26,51 -35,92 52,80 -11,63 2,32 33,91 3,91 -12,24 20,13 5,28 2,16 3,52
INDONESIA
294.973 314.899 281.251 305.648 315.489 311.398 356.822 388.669 391.095 401.048 412.767 428.305 436.930 438.868 450.191 457.801 459.206 428.418 514.451 531.687 554.574 569.234 682.019 671.255 647.386 640.365 682.158 676.476 698.016 682.690 686.921 638.646 691.163 675.882 685.089 739.005
Pertumb. (%) 6,76 -10,69 8,67 3,22 -1,30 14,59 8,93 0,62 2,54 2,92 3,76 2,01 0,44 2,58 1,69 0,31 -6,70 20,08 3,35 4,30 2,64 19,81 -1,58 -3,56 -1,08 6,53 -0,83 3,18 -2,20 0,62 -7,03 8,22 -2,21 1,36 7,87
1980-2015**)
2,92
2,77
6,33
2,85
1980-2013
2,81
2,78
6,54
2,75
1980-2000
3,37
6,61
6,71
3,41
2001-2015**)
2,32
-2,35
5,83
2,12
Sumber :
Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Ket
PR : Perkebunan Rakyat
:
PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta *)
: Tahun 2014 Angka Sementara
**)
: Tahun 2015 Angka Estimasi
Wujud Produksi : Kopi berasan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
69
2015
OUTLOOK KOPI
Lampiran 4.
Tahun
Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, 2001–2013 Produksi Kopi Robusta (Ton)
PR
PBN
PBS
Produksi Kopi Arabika (Ton) Robusta
PR
PBN
PBS
Arabika
2001
519.262
26.928
22.930
569.120
22.214
-
857
23.071
2002
629.962
18.128
8.813
656.903
24.319
-
797
25.116
2003
606.386
12.549
8.964
627.899
38.271
4.458
627
43.356
2004
569.104
12.564
10.492
592.160
49.123
4.460
1.642
55.225
2005
560.979
12.574
6.557
580.110
54.576
4.460
1.218
60.254
2006
565.234
12.559
9.592
587.385
88.027
4.458
2.288
94.773
2007
532.010
8.974
8.101
549.085
120.326
4.668
2.397
127.391
2008
529.794
12.617
8.509
550.920
140.148
4.715
2.233
147.096
2009
512.211
9.634
13.116
534.961
141.707
4.753
1.170
147.630
2010
517.397
9.262
13.621
540.280
140.512
4.803
1.326
146.641
2011
472.022
5.741
12.045
489.809
144.407
3.358
1.073
148.838
2012
485.689
5.907
12.394
503.990
148.588
3.455
1.104
153.147
2013
486.421
8.796
14.340
509.557
158.925
5.149
2.251
166.325
Rata-rata
537.421
12.018
11.498
560.937
97.780
3.749
1.460
102.989
Share (%)
95,81
2,14
2,05
100,00
94,94
3,64
1,42
100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan
70
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
Lampiran 5.
2015
Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 2003-2015 Produktivitas (Kg/Ha)
Tahun
Pertumb.
PR
2003
728 664 687 697 702 729 734 780 707 744 736 738 789
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014*)
PBN
(%) -8,79 3,46 1,46 0,72 3,85 0,69 6,21 -9,31 5,21 -1,02 0,20
7,00 2015**) Rata-rata Laju Pertumbuhan (%)
696 697 697 696 721 985 797 946 531 774 783 823 855
Pertumb.
PBS
(%) 0,14 0,00 -0,14 3,59 36,62 -19,09 18,73 -43,86 45,62 1,16 5,18 3,92
589 702 449 655 502 515 706 763 652 671 828 838 856
Pertumb.
INDONESIA
(%) 19,19 -36,04 45,88 -23,36 2,59 37,09 8,07 -14,55 2,91 23,41 1,16 2,16
Pertumb. (%)
725 666 683 696 714 729 734 796 717 761 739 741 792
-8,14 2,55 1,90 2,59 2,10 0,69 8,43 -9,95 6,15 -2,84 0,32 6,82
2003-2015**)
0,81
4,32
5,71
2003-2010
1,08
5,69
7,63
1,45
2011-2015**)
0,42
2,40
3,02
0,10
Sumber :
Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Ket
PR : Perkebunan Rakyat
:
0,88
PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta *)
: Tahun 2014 Angka Sementara
**)
: Tahun 2015 Angka Estimasi
Wujud Produksi : Kopi berasan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
71
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 6.
Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, 2009-2013 Tahun (Ton)
No.
Provinsi 2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
Share
Kumulatif
(%)
Share (%)
1
Lampung
145.220
145.025
144.526
148.711
127.073
142.111
21,46
21,46
2
Sumatera Selatan
131.601
138.385
127.397
131.086
139.754
133.645
20,18
41,65
3
Sumatera Utara
54.355
55.753
56.834
58.479
57.604
56.605
8,55
50,20
4
Bengkulu
55.418
55.992
53.818
55.376
56.142
55.349
8,36
58,55
5
Aceh
50.171
47.739
52.281
53.795
48.282
50.454
7,62
66,17
6
Jawa Timur
54.012
56.200
37.396
38.479
30.022
43.222
6,53
72,70
191.813
187.830
166.396
171.215
186.469
180.745
27,30
100,00
682.590 686.924 638.648 657.141 645.346
662.130
100,00
7
Prov. Lainnya Indonesia
Sumber
: Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Wujud Produksi : Kopi berasan
Lampiran 7.
Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, 2009-2013 Tahun (Ton)
No.
Provinsi 2009
2010
2011
2013
Rata-rata
Share
Kumulatif
(%)
Share (%)
1
Lampung
145.191
145.009
144.516
134.701
127.057
139.295
27,93
27,93
2
Sumatera Selatan
131.601
138.385
127.397
143.328
139.754
136.093
27,29
55,22
3
Bengkulu
53.011
54.112
52.045
54.228
54.664
53.612
10,75
65,97
4
Jawa Timur
27.113
28.951
16.541
24.422
26.677
24.741
4,96
70,93
5
Sumatera Barat
16.658
15.111
15.203
15.259
16.697
15.786
3,17
74,10
138.637
135.831
116.322
133.571
121.570
129.186
25,90
100,00
512.211 517.399 472.024 505.509 486.419
498.712
100,00
7
Prov. Lainnya Indonesia
Sumber
: Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Wujud Produksi : Kopi berasan
72
2012
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
Lampiran 8.
No 1 2 3 4 5
2015
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Lampung, 2013
Kab/Kota Kab. Lampung Barat Kab. Tanggamus Kab. Way Kanan Kab. Lampung Utara Kab. Pringsewu Lainnya Lampung
Produksi (ton)
Share (%)
52.573 30.702 17.450 12.254 7.985 6.093
41,38 24,16 13,73 9,64 6,28 4,80
127.057
100,00
Share Kumulatif (%) 41,38 65,54 79,28 88,92 95,20 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan
Lampiran 9.
Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Selatan, 2013
No
Kab/Kota
1 2 3 4 5
Kab. OKU Selatan Kab. Empat Lawang Kab. Muara Enim Kab. Ogan Komering Ilir Kab. Lahat Lainnya Sumatera Selatan
Produksi (ton)
Share (%)
33.175 26.005 25.213 19.941 19.692 15.728
23,74 18,61 18,04 14,27 14,09 11,25
139.754
100,00
Share Kumulatif (%) 23,74 42,35 60,39 74,66 88,75 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
73
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 10. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Bengkulu, 2013
No 1 2 3 4 5
Kab/Kota
Produksi (ton)
Kab. Kepahiyang Kab. Rejang Lebong Kab. Kaur Kab. Lebong Kab. Seluma Lainnya Bengkulu
Share (%)
18.153 13.500 5.390 4.915 4.908 7.798
33,21 24,70 9,86 8,99 8,98 14,27
54.664
100,00
Share Kumulatif (%) 33,21 57,90 67,76 76,76 85,73 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan
Lampiran 11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Jawa Timur, 2013
No
Kab/Kota
1 2 3 4 5
Kab. Malang Kab. Banyuwangi Kab. Jember Kab. Lumajang Kab. Bondowoso Lainnya Jawa Timur
Produksi (ton)
Share (%)
7.785 4.367 2.516 2.516 2.109 7.384
29,18 16,37 9,43 9,43 7,91 27,68
26.677
100,00
Share Kumulatif (%) 29,18 45,55 54,98 64,42 72,32 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan
74
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, 2013
No 1 2 3 4 5
Produksi (ton)
Kab/Kota Kab. Solok Kab. Agam Kab. Solok Selatan Kab. Pasaman Barat Kab. Tanah Datar Lainnya Sumatera Barat
Share (%)
6.695 1.998 1.876 1.876 1.564 2.688
40,10 11,97 11,24 11,24 9,37 16,10
16.697
100,00
Share Kumulatif (%) 40,10 52,06 63,30 74,53 83,90 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan
Lampiran 13. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, 2009-2013 Tahun (Ton) No.
Provinsi 2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
Share
Kumulatif
(%)
Share (%)
1
Sumatera Utara
45.483
46.657
47.794
48.813
49.052
47.560
32,05
32,05
2
Aceh
41.592
39.457
44.975
47.784
42.079
43.177
29,10
61,15
3
Sulawesi Selatan
16.964
21.798
19.383
20.270
19.333
19.550
13,18
74,33
4
Sumatera Barat
15.873
14.788
14.836
14.877
15.068
15.088
10,17
84,50
5
Nusa Tenggara Timur
6
Prov. Lainnya Indonesia
Sumber
5.154
4.878
5.269
6.255
6.422
5.596
3,77
88,27
16.642
12.933
12.149
18.318
26.971
17.403
11,73
100,00
141.708 140.511 144.406 156.317 158.925
148.373
100,00
: Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Wujud Produksi : Kopi berasan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
75
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 14. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara, 2013
No
Kab/Kota
1 2 3 4 5
Kab. Tapanuli Utara Kab. Dairi Kab. Simalungun Kab. Karo Kab. Hunbang Hasundutan Lainnya Sumatera Utara
Produksi (ton)
Share (%)
10.123 9.583 8.475 6.848 5.899 8.124
20,64 19,54 17,28 13,96 12,03 16,56
49.052
100,00
Share Kumulatif (%) 20,64 40,17 57,45 71,41 83,44 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan
Lampiran 15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Aceh, 2013
No
Kab/Kota
Produksi (ton)
1 2
Kab. Aceh Tengah Kab. Bener Meriah Aceh
27.079 15.000 42.079
Share Kumulatif (%) 64,35 64,35 35,65 100,00 100,00
Share (%)
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan
76
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sulawesi Selatan, 2013
No 1 2 3 4 5
Kab/Kota Kab. Enrekang Kab. Tana Toraja Kab. Gowa Kab. Toraja Utara Kab. Luwu Lainnya Sulawesi Selatan
Produksi (ton) 7.915 2.573 2.120 2.065 1.273 3.604 19.550
Share (%) 40,49 13,16 10,84 10,56 6,51 18,43 100,00
Share Kumulatif (%) 40,49 53,65 64,49 75,05 81,57 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan
Lampiran 17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, 2013
No 1 2 3 4 5
Kab/Kota Kab. Solok Selatan Kab. Pasaman Kab. Pesisir Selatan Kab. Agam Kab. Solok Lainnya Sumatera Barat
Produksi (ton) 4.263 2.236 1.931 1.745 1.587 3.326 15.088
Share (%) 28,25 14,82 12,80 11,57 10,52 22,04 100,00
Share Kumulatif (%) 28,25 43,07 55,87 67,44 77,96 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
77
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Nusa Tenggara Timur, 2013
No 1 2 3 4 5
Produksi (ton)
Kab/Kota Kab. Ngada Kab. Ende Kab. Manggarai Kab. Manggarai Timur Kab. Nagekeo Nusa Tenggara Timur
3.298 1.814 623 560 127 6.422
Share (%) 51,35 28,25 9,70 8,72 1,98 100,00
Share Kumulatif (%) 51,35 79,60 89,30 98,02 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan
Lampiran 19. Perkembangan Harga Kopi Menurut Jenis Kopi di Pasar Dalam Negeri, 1997-2012 Tahun
Kopi Arabika
Pertumbuhan
(Rp/kg)
(%)
Kopi Robusta
Pertumbuhan
(Rp/kg)
(%)
2007
10.850
-
10.013
-
2008
17.936
65,31
14.775
47,56
2009
18.180
1,36
15.351
3,90
2010
18.820
3,52
16.264
5,95
2011
34.565
83,66
15.133
-6,95
2012
21.464
-37,90
16.952
12,02
2013
21.620
0,73
16.341
-3,60
Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 2007-2013
19,45
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
78
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
9,81
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 20. Perkembangan Konsumsi Kopi di Indonesia, 2002-2015 Tahun
Konsumsi
Pertumbuhan (%)
(ons/kapita/minggu)
(kg/kapita/tahun)
2002
0,249
1,298
2003
0,221
1,152
-11,24
2004
0,233
1,215
5,43
2005
0,246
1,283
5,58
2006
0,220
1,147
-10,57
2007
0,246
1,283
11,82
2008
0,238
1,241
-3,25
2009
0,227
1,184
-4,62
2010
0,247
1,288
8,81
2011
0,262
1,366
6,07
2012
0,204
1,064
-22,14
2013
0,263
1,371
28,92
2014
0,258
1,347
-1,75
Rata-rata
0,240
1,249
1,09
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Badan Pusat Statistik
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
79
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 21. Perkembangan Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Kopi Indonesia, 1980-2013 Ekspor Tahun
Impor
Neraca
Volume
Pertumb.
Nilai
Pertumb.
Volume
Pertumb.
Nilai
Pertumb.
Nilai
Pertumb.
(Ton)
(%)
(000 US$)
(%)
(Ton)
(%)
(000 US$)
(%)
(000 US$)
(%)
1980
238.677
8,39
656.005
6,80
46
-8,00
349
48,51
655.656
6,78
1981
210.595
-11,77
345.943
-47,27
71
54,35
492
40,97
345.451
-47,31
1982
226.985
7,78
341.701
-1,23
54
-23,94
301
-38,82
341.400
-1,17
1983
241.238
6,28
427.258
25,04
36
-33,33
227
-24,58
427.031
25,08
1984
294.471
22,07
265.261
-37,92
19
-47,22
151
-33,48
265.110
-37,92
1985
282.671
-4,01
556.203
109,68
41
115,79
83
-45,03
556.120
109,77
1986
298.124
5,47
818.387
47,14
75
82,93
259
212,05
818.128
47,11
1987
286.316
-3,96
535.566
-34,56
103
37,33
207
-20,08
535.359
-34,56
1988
298.998
4,43
550.237
2,74
42
-59,22
113
-45,41
550.124
2,76
1989
357.035
19,41
493.549
-10,30
39
-7,14
112
-0,88
493.437
-10,30
1990
421.833
18,15
377.154
-23,58
96
146,15
273
143,75
376.881
-23,62
1991
380.666
-9,76
372.431
-1,25
1.365
1.321,88
820
200,37
371.611
-1,40
1992
269.352
-29,24
236.774
-36,42
1.208
-11,50
1.081
31,83
235.693
-36,58
1993
349.916
29,91
344.208
45,37
1.663
37,67
915
-15,36
343.293
45,65
1994
289.288
-17,33
745.744
116,66
901
-45,82
1.238
35,30
744.506
116,87
1995
230.201
-20,42
606.369
-18,69
377
-58,16
1.299
4,93
605.070
-18,73
1996
366.602
59,25
595.268
-1,83
309
-18,04
573
-55,89
594.695
-1,71
1997
313.430
-14,50
511.284
-14,11
10.226
3.209,39
13.890
2.324,08
497.394
-16,36
1998
357.550
14,08
584.244
14,27
2.825
-72,37
3.962
-71,48
580.282
16,66
1999
352.967
-1,28
467.858
-19,92
2.917
3,26
3.303
-16,63
464.555
-19,94
2000
340.887
-3,42
326.256
-30,27
13.748
371,31
11.227
239,90
315.029
-32,19
2001
250.818
-26,42
188.493
-42,23
8.294
-39,67
5.085
-54,71
183.408
-41,78
2002
325.009
29,58
223.916
18,79
7.637
-7,92
4.413
-13,22
219.503
19,68
2003
323.520
-0,46
258.795
15,58
4.396
-42,44
5.892
33,51
252.903
15,22
2004
344.077
6,35
294.113
13,65
5.690
29,44
6.867
16,55
287.246
13,58
2005
445.829
29,57
503.836
71,31
3.195
-43,85
6.220
-9,42
497.616
73,24
2006
413.500
-7,25
586.877
16,48
6.404
100,44
11.406
83,38
575.471
15,65
2007
321.404
-22,27
636.319
8,42
49.994
680,67
78.314
586,60
558.005
-3,04
2008
468.749
45,84
991.458
55,81
7.582
-84,83
18.442
-76,45
973.016
74,37
2009
433.600
-7,50
814.300
-17,87
19.760
160,62
34.850
88,97
779.450
-19,89
2010
433.595
0,00
814.311
0,00
19.755
-0,03
34.852
0,01
779.459
0,00
2011
346.493
-20,09 1.036.671
27,31
18.108
-8,34
49.119
40,94
987.552
26,70
2012
448.591
29,47 1.249.520
20,53
52.645
190,73
117.175
138,55
1.132.345
14,66
2013
534.023
19,04 1.174.029
-6,04
15.800
-69,99
38.838
-66,85
1.135.191
0,25
Rata-rata Laju
4,57 8,00 172,36 Pertumbuhan (%) Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Kode HS : 0901111000; 0901119000; 0901121000; 0901129000; 0901211000; 0901212000; 0901221000; 0901222000; 0901901000; 0901902000
80
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
108,29
8,16
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 22. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN, 1980-2013 Tahun
Luas Tanaman
Pertumb.
Produktivitas
Pertumb.
Produksi
Pertumb.
Menghasilkan (Ha)
(%)
(Kg/Ha)
(%)
(Ton)
(%)
1980
649.472
11,17
698
(1,04)
453.504
1981
700.972
7,93
707
1,23
495.502
10,01 9,26
1982
711.766
1,54
694
(1,77)
494.227
(0,26)
1983
739.343
3,87
669
(3,62)
494.805
0,12
1984
745.045
0,77
636
(4,91)
474.130
(4,18)
1985
836.982
12,34
602
(5,36)
504.090
6,32
1986
881.161
5,28
653
8,37
575.123
14,09
1987
890.394
1,05
674
3,23
599.938
4,31
1988
966.165
8,51
651
(3,36)
629.111
4,86
1989
994.416
2,92
675
3,67
671.294
6,71
1990
1.046.676
5,26
684
1,32
715.866
6,64
1991
1.081.220
3,30
664
(2,92)
717.868
0,28
1992
1.130.167
4,53
691
4,01
780.447
8,72
1993
1.145.485
1,36
690
(0,14)
789.932
1,22
1994
1.148.177
0,24
744
7,83
853.767
8,08
1995
1.211.503
5,52
752
1,16
911.289
6,74
1996
1.247.836
3,00
774
2,94
966.184
6,02
1997
1.265.352
1,40
858
10,78
1.085.392
12,34
1998
1.331.453
5,22
867
1,12
1.154.913
6,41
1999
1.448.898
8,82
891
2,76
1.291.478
11,82
2000
2.028.824
40,03
794
(10,91)
1.611.102
24,75
2001
2.079.442
2,49
805
1,43
1.674.845
3,96
2002
2.161.208
3,93
748
(7,16)
1.616.148
(3,50)
2003
2.160.471
(0,03)
782
4,51
1.688.419
4,47
2004
2.080.780
(3,69)
861
10,16
1.791.435
6,10
2005
2.038.862
(2,01)
837
(2,83)
1.705.651
(4,79)
2006
2.080.915
2,06
904
8,04
1.880.753
10,27
2007
2.058.628
(1,07)
1.040
15,05
2.140.545
13,81
2008
2.065.449
0,33
954
(8,25)
1.970.457
(7,95)
2009
2.038.044
(1,33)
963
0,95
1.962.739
(0,39) 2,05
2010
2.041.254
0,16
981
1,89
2.003.050
2011
2.079.640
1,88
1.020
3,94
2.121.171
5,90
2012
2.049.059
(1,47)
1.217
19,29
2.493.089
17,53
2013
2.069.144
0,98
1.161
(4,57)
2.402.522
(3,63)
Rata-rata Pertumbuhan (%) 1980-2013
4,01
1,67
5,53
Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
81
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 23. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2008-2012 No
Luas Tanaman Menghasilkan (Ha)
Negara
2009
2010
2011
2012
2013
Share
Kumulatif
(%)
Share (%)
Rata-rata
1
Indonesia
929.530
881.391
909.162
927.220
914.407
912.342
44,39
44,39
2
Vietnam
507.200
511.900
543.865
572.600
584.600
544.033
26,47
70,86
3
Filipina
122.645
121.399
119.657
119.999
116.532
120.046
5,84
76,70
4
Laos
52.430
50.595
54.775
56.875
57.500
54.435
2,65
79,34
5
Thailand
58.454
57.518
51.663
48.978
51.000
53.523
2,60
81,95
Lainnya
367.785
418.451
400.518
323.387
345.105
371.049
18,05
100,00
ASEAN
2.038.044
2.041.254
2.079.640
2.049.059
2.069.144
2.055.428
100,00
Sumber : FAO, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar.
Lampiran 24. Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata 2008-2012 No
Produksi (Ton)
Negara 2009
1
Vietnam
2
Indonesia
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
Share
Kumulatif
(%)
Share (%)
1.057.540
1.105.700
1.276.506
1.565.400
1.461.000
1.293.229
58,88
58,88
682.690
686.921
638.646
691.163
675.881
675.060
30,73
89,61
3
Filipina
96.433
94.536
88.526
88.943
78.364
89.360
4,07
93,68
4
Laos
46.035
46.290
52.010
87.330
89.000
64.133
2,92
96,60
5
Thailand
56.315
48.955
42.394
41.461
50.000
47.825
2,18
98,78
Lainnya
23.726
20.648
23.089
18.792
48.277
26.906
1,22
100,00
1.962.739
2.003.050
2.121.171
2.493.089
2.402.522
2.196.514
100,00
ASEAN
Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar.
82
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 25. Negara-negara dengan Produktivitas Kopi Terbesar di ASEAN, 2008-2012 No
Negara
Produktivitas (Kg/Ha) 2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
1
Vietnam
2.085
2.160
2.347
2.734
2.499
2.365
2
Malaysia
817
786
2.930
2.438
2.925
1.979
3
Laos
878
915
950
1.535
1.548
1.165
4
Thailand
963
851
821
847
980
892
5
Kamboja
833
850
832
849
920
857
6
Filipina
786
779
740
741
672
744
7
Indonesia
734
779
702
745
739
740
8
Myanmar
670
676
694
667
660
673
ASEAN
963
981
1.020
1.217
1.161
1.068
Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
83
2015
OUTLOOK KOPI
Lampiran 26. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi Dunia, 1980-2013 Tahun
Luas Tanaman
Pertumb.
Produktivitas
Pertumb.
Produksi
Pertumb.
Menghasilkan (Ha)
(%)
(Kg/Ha)
(%)
(Ton)
(%)
1980
10.070.964
2,91
481
-5,44
4.839.219
-2,69
1981
10.402.252
3,29
585
21,70
6.083.218
25,71
1982
9.818.634
-5,61
503
-13,95
4.940.877
-18,78
1983
10.142.877
3,30
550
9,37
5.582.080
12,98
1984
10.163.535
0,20
514
-6,65
5.221.504
-6,46
1985
10.350.551
1,84
563
9,53
5.824.530
11,55
1986
10.515.268
1,59
498
-11,49
5.237.224
-10,08
1987
10.741.073
2,15
594
19,36
6.385.156
21,92
1988
11.037.982
2,76
511
-13,96
5.645.491
-11,58
1989
11.131.913
0,85
531
3,77
5.908.041
4,65
1990
11.157.067
0,23
543
2,39
6.063.096
2,62
1991
10.876.561
-2,51
561
3,22
6.100.776
0,62
1992
10.432.234
-4,09
583
4,01
6.086.471
-0,23
1993
10.093.304
-3,25
550
-5,69
5.553.907
-8,75
1994
9.857.708
-2,33
581
5,60
5.727.857
3,13
1995
9.675.269
-1,85
572
-1,60
5.532.059
-3,42 12,31
1996
9.716.962
0,43
639
11,83
6.212.939
1997
9.744.938
0,29
615
-3,82
5.992.638
-3,55
1998
9.942.679
2,03
667
8,50
6.633.826
10,70
1999
10.209.479
2,68
665
-0,33
6.789.530
2,35
2000
10.696.238
4,77
712
7,03
7.613.342
12,13
2001
10.643.702
-0,49
694
-2,46
7.389.740
-2,94
2002
10.409.589
-2,20
767
10,43
7.980.954
8,00
2003
10.310.536
-0,95
688
-10,24
7.095.678
-11,09
2004
10.878.173
5,51
728
5,77
7.918.237
11,59
2005
10.680.066
-1,82
698
-4,15
7.451.701
-5,89
2006
10.764.661
0,79
757
8,56
8.153.497
9,42
2007
10.773.085
0,08
756
-0,22
8.142.133
-0,14
2008
10.622.901
-1,39
800
5,86
8.499.041
4,38
2009
10.537.388
-0,80
739
-7,62
7.788.621
-8,36
2010
10.561.154
0,23
802
8,47
8.467.720
8,72
2011
10.143.063
-3,96
828
3,23
8.394.802
-0,86
2012
10.102.319
-0,40
912
10,15
9.209.761
9,71
2013
10.142.835
0,40
880
-3,52
8.920.840
-3,14
Rata-rata Pertumbuhan 1980-2013
0,14
Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk
84
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
1,99
2,19
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 27. Negara-negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Terbesar di Dunia, 2009-2013
No
Luas Tanaman Menghasilkan (Ha)
Negara
1
Brazil
2
Indonesia
Rata-rata
Share
Kumulatif
(% )
Share (%)
2009
2010
2011
2012
2013
2.135.508
2.159.785
2.148.775
2.120.080
2.085.522
2.129.934
21,34
21,34
929.530
881.391
909.162
927.220
914.407
912.342
9,14
30,48
3
Kolombia
765.345
778.052
723.921
696.023
771.728
747.014
7,48
37,96
4
Meksiko
765.697
741.410
688.208
695.350
700.117
718.156
7,19
45,16
5
Vietnam
507.200
511.900
543.865
572.600
584.600
544.033
5,45
50,61
Lainnya
5.119.933
5.126.538
4.774.844
4.822.166
4.809.568
4.930.610
49,39
100,00
Total
10.223.213
10.199.076
9.788.775
9.833.439
9.865.942
9.982.089
100,00
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
Lampiran 28. Negara-negara dengan Produksi Kopi Terbesar di Dunia, 2009-2013
No
Produksi (Ton)
Negara 2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
Share
Kumulatif
(%)
Share (%)
1
Brazil
2.440.056
2.907.265
2.700.540
3.037.534
2.964.538
2.809.987
32,54
2
Vietnam
1.057.540
1.105.700
1.276.506
1.565.400
1.461.000
1.293.229
14,98
47,52
3
Indonesia
682.591
684.076
638.600
691.163
698.900
679.066
7,86
55,38
4
Kolombia
468.720
535.380
468.540
462.000
653.160
517.560
5,99
61,37
5
Ethiopia
265.469
370.569
376.823
275.530
270.000
311.678
3,61
64,98
Lainnya
2.944.650
2.914.326
2.999.177
3.270.198
2.990.068
3.023.684
35,02
100,00
Total
7.859.026
8.517.316
8.460.186
9.301.825
9.037.666
8.635.204
100,00
32,54
Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
85
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 29. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN, 1980-2012
Ekspor Tahun
Volume (Ton)
Impor
Pertumb. Nilai Pertumb. (%) (000 US$) (%)
Volume (Ton)
Neraca
Pertumb. Nilai Pertumb. Nilai Pertumb. (%) (000 US$) (%) (000 US$) (%)
1980
291.493
6,78
801.501
6,28
9.039
-46,36
25.167
-30,59
776.334
8,14
1981
287.361
-1,42
491.055
-38,73
23.820
163,52
41.803
66,10
449.252
-42,13
1982
325.181
13,16
516.301
5,14
36.856
54,73
67.079
60,46
449.222
-0,01
1983
331.212
1,85
617.763
19,65
45.417
23,23
94.724
41,21
523.039
16,43
1984
409.173
23,54
835.902
35,31
65.411
44,02
148.486
56,76
687.416
31,43
1985
406.224
-0,72
824.265
-1,39
50.115
-23,38
119.547
-19,49
704.718
2,52
1986
475.943
17,16 1.332.962
61,72
74.279
48,22
218.227
82,54 1.114.735
58,18
1987
419.722
-11,81
803.861
-39,69
47.327
-36,28
94.882
-56,52
708.979
1988
468.757
11,68
874.164
8,75
33.331
-29,57
62.755
-33,86
811.409
14,45
1989
534.237
13,97
763.567
-12,65
25.131
-24,60
35.662
-43,17
727.905
-10,29
1990
654.861
22,58
606.090
-20,62
67.121
167,08
63.591
78,32
542.499
-25,47
1991
591.716
-9,64
565.384
-6,72
70.371
4,84
61.736
-2,92
503.648
-7,16
1992
536.434
-9,34
449.013
-20,58
94.320
34,03
72.496
17,43
376.517
-25,24
1993
622.556
16,05
587.992
30,95
90.883
-3,64
80.712
11,33
507.280
34,73
1994
699.074
12,29 1.479.867
151,68
107.485
18,27
201.191
149,27 1.278.676
152,07
1995
652.482
-6,66 1.663.878
12,43
57.928
-46,11
155.735
-22,59 1.508.143
17,95
1996
767.517
17,63 1.211.431
-27,19
40.252
-30,51
59.146
-62,02 1.152.285
-23,60
1997
835.508
8,86 1.169.773
-3,44
66.612
65,49
90.101
52,34 1.079.672
-6,30
1998
837.997
0,30 1.331.114
13,79
48.604
-27,03
77.987
-13,44 1.253.127
16,07
1999
898.050
-14,95
44.473
-8,50
59.602
-23,57 1.072.474
-14,42
2000
1.159.929
29,16
888.895
-21,48
59.693
34,22
51.730
-13,21
837.165
-21,94
2001
1.273.508
9,79
629.185
-29,22
57.509
-3,66
38.735
-25,12
590.450
-29,47
2002
1.074.321
-15,64
567.147
-9,86
71.889
25,00
45.059
16,33
522.088
-11,58
2003
1.099.630
2,36
782.655
38,00
36.201
-49,64
29.641
-34,22
753.014
44,23
2004
1.259.992
14,58
966.751
23,52
49.901
37,84
43.257
45,94
923.494
22,64
2005
1.375.273
9,15 1.281.863
32,59
74.826
49,95
90.650
109,56 1.191.213
28,99
2006
1.436.617
4,46 1.860.458
45,14
72.088
-3,66
113.429
25,13 1.747.029
46,66
2007
1.588.434
10,57 2.612.399
40,42
129.298
79,36
239.672
111,30 2.372.727
35,81
2008
1.551.625
-2,32 3.161.778
21,03
93.934
-27,35
218.170
-8,97 2.943.608
24,06
2009
1.699.860
9,55 2.581.046
-18,37
104.792
11,56
172.152
-21,09 2.408.894
-18,17
2010
1.674.465
-1,49 2.726.732
5,64
133.089
27,00
225.902
31,22 2.500.830
3,82
2011
1.636.968
-2,24 3.902.122
43,11
155.409
16,77
384.968
70,41 3.517.154
40,64
2012
2.206.926
34,82 5.008.099
28,34
202.959
30,60
486.556
26,39 4.521.543
28,56
Rata-rata Pertumb. 1980-2012
7,17 1.132.076
-36,40
7,16
10,87
17,44
Sumber : FAO, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar.
86
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
19,43
10,76
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 30. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, 2008-2012 No
Negara
1
Vietnam
2
Indonesia
3
Laos
4
Singapura
5
Malaysia
Ekspor (Ton) 2008
2010
2011
2012
Rata-rata
Share
Kumulatif
(%)
Share (%)
1.060.884
1.168.000
1.217.868
1.256.400
1.732.156
1.287.062
74,00
74,00
468.749
433.600
433.595
346.493
448.591
426.206
24,50
98,50
14.316
16.507
17.088
25.008
20.535
18.691
1,07
99,58
6.020
3.714
5.208
7.326
3.763
5.206
0,30
99,87
768
1.142
1.099
1.318
1.343
1.134
0,07
99,94
1.618
308
421
824
2.065
1.047
0,06
100,00
1.552.355
1.623.271
1.675.279
1.637.369
2.208.453
1.739.345
100
Lainnya Total
2009
Sumber : FAO, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar.
Lampiran 31. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, 2008-2012 No
Negara
Impor (Ton) 2008
2009
2010
2011
2012
Rata-rata
Share
Kumulatif
(%)
Share (%)
1
Malaysia
42.126
39.747
60.268
66.896
69.407
55.689
39,83
39,83
2
Filipina
18.170
30.971
25.849
23.508
30.118
25.723
18,40
58,23
3
Indonesia
7.582
19.760
19.755
18.108
52.645
23.570
16,86
75,09
4
Thailand
14.542
6.214
14.268
34.374
28.682
19.616
14,03
89,12
5
Singapura
12.559
10.436
9.091
9.094
12.410
10.718
7,67
96,78 100,00
Lainnya Total
590
3.590
4.231
3.919
10.162
4.498
3,22
95.569
110.718
133.462
155.899
203.424
139.814
100
Sumber : FAO, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
87
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 32. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, 1980–2012
Ekspor
Impor
Neraca
Tahun
Volume (Ton)
1980
3.677.327
-1,66 12.081.220
2,73 3.712.880
-2,85
13.650.468
3,83 -1.569.248
1981
3.665.271
-0,33 8.193.761
-32,18 3.733.043
0,54
9.865.288
-27,73 -1.671.527
6,52
1982
3.885.540
6,01 8.961.209
9,37 3.796.135
1,69
9.964.024
1,00 -1.002.815
-40,01
1983
3.947.416
1,59 9.018.151
0,64 3.892.872
2,55
10.159.677
1,96 -1.141.526
1984
4.128.038
4,58 10.502.088
16,46 3.939.093
1,19
11.146.624
9,71
-644.536
1985
4.301.787
4,21 10.822.005
3,05 4.083.036
3,65
11.412.820
2,39
-590.815
-8,33
1986
3.977.453
-7,54 14.563.861
34,58 4.106.012
0,56
16.095.458
41,03 -1.531.597
159,23
1987
4.366.142
9,77 9.799.965
-32,71 4.426.946
7,82
11.583.279
-28,03 -1.783.314
16,43
1988
4.111.915
-5,82 9.942.559
1,46 4.119.112
-6,95
10.960.183
-5,38 -1.017.624
-42,94
1989
4.654.696
13,20 9.034.170
-9,14 4.533.620
10,06
10.525.128
-3,97 -1.490.958
46,51
1990
4.844.245
4,07 7.004.524
-22,47 4.729.942
4,33
8.081.607
-23,22 -1.077.083
-27,76
1991
4.642.133
-4,17 6.627.766
-5,38 4.640.942
-1,88
7.790.658
-3,60 -1.162.892
7,97
1992
4.723.159
1,75 5.359.040
-19,14 4.885.846
5,28
6.766.984
-13,14 -1.407.944
21,07
1993
4.689.186
-0,72 5.786.884
7,98 4.688.635
-4,04
6.570.074
-2,91
-783.190
1994
4.566.236
-2,62 10.782.829
86,33 4.549.717
-2,96
11.211.548
70,65
-428.719
-45,26
1995
4.239.715
-7,15 12.286.744
13,95 4.324.888
-4,94
14.465.252
29,02 -2.178.508
408,14
1996
4.831.064
13,95 10.408.663
-15,29 4.720.428
9,15
11.592.395
-19,86 -1.183.732
-45,66
1997
4.899.446
1,42 13.208.964
26,90 4.861.082
2,98
14.352.434
23,81 -1.143.470
-3,40
1998
4.907.825
0,17 11.959.867
-9,46 4.860.733
-0,01
13.105.610
-8,69 -1.145.743
1999
5.260.286
7,18 9.786.470
-18,17 5.048.088
3,85
10.283.078
-21,54
-496.608
-56,66
2000
5.498.689
4,53 8.460.087
-13,55 5.204.204
3,09
9.142.737
-11,09
-682.650
37,46
2001
5.440.431
-1,06 5.435.203
-35,75 5.132.796
-1,37
6.271.515
-31,40
-836.312
22,51
2002
5.492.472
0,96 5.086.706
-6,41 5.245.649
2,20
5.629.261
-10,24
-542.555
-35,13
2003
5.229.484
-4,79 5.710.124
12,26 5.237.577
-0,15
6.465.560
14,86
-755.436
39,24
2004
5.615.493
7,38 7.162.231
25,43 5.525.119
5,49
7.549.408
16,76
-387.177
-48,75
2005
5.576.667
-0,69 9.733.251
35,90 5.470.103
-1,00
10.276.227
36,12
-542.976
40,24
2006
5.921.511
6,18 11.439.208
17,53 5.740.133
4,94
11.870.120
15,51
-430.912
-20,64
2007
6.157.521
3,99 13.596.997
18,86 5.894.170
2,68
13.876.824
16,91
-279.827
-35,06
2008
6.339.195
2,95 16.587.722
22,00 6.037.767
2,44
17.031.689
22,73
-443.967
58,66
2009
6.304.195
-0,55 14.366.572
-13,39 6.036.065
-0,03
15.187.111
-10,83
-820.539
84,82
2010
6.581.894
4,40 17.929.507
24,80 6.251.158
3,56
18.157.606
19,56
-228.099
-72,20
2011
6.727.923
2,22 27.145.582
51,40 6.447.053
3,13
28.311.642
55,92 -1.166.060
411,21
2012
7.146.779
6,23 24.198.307
-10,86 6.573.632
1,96
24.800.797
Rata-rata Pertumb. 1980-2012
Pertumb. Nilai Pertumb. (%) (000 US$) (%)
2,11
Volume (Ton)
5,08
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
88
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Pertumb. (%)
1,73
Nilai (000 US$)
Pertumb. Nilai Pertumb. (%) (000 US$) (%)
-12,40 4,48
-602.490
13,15
13,83 -43,54
-44,37
0,20
-48,33 23,31
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 33. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia, 2008-2012 No
Negara
Ekspor (Ton) 2008
2009
2010
2011
2012
Rata-rata
Share
Kumulatif
(%)
Share (%)
1
Brazil
1.566.921
1.639.392
1.791.064
1.791.207
1.503.713
1.658.459
24,91
2
Vietnam
1.060.884
1.168.000
1.217.868
1.256.400
1.732.156
1.287.062
19,33
24,91 44,25
3
Kolombia
602.879
457.728
410.493
433.646
396.365
460.222
6,91
51,16
4
Indonesia
468.019
510.189
432.781
346.092
447.064
440.829
6,62
57,78
5
Jerman
286.267
297.950
328.464
348.584
370.930
326.439
4,90
62,69
6
Peru
224.648
197.472
229.654
293.638
265.468
242.176
3,64
66,32
7
Guatemala
230.208
234.017
235.410
261.775
226.704
237.623
3,57
69,89
8
Honduras
199.364
198.513
215.314
252.928
317.247
236.673
3,56
73,45
9
Belgia
265.337
222.608
214.298
205.244
192.036
219.905
3,30
76,75
10
India
149.624
126.330
177.926
231.087
216.703
180.334
2,71
79,46
11
Ethiopia
179.283
129.833
211.840
159.135
203.652
176.749
2,66
82,11
12
Uganda
183.128
174.227
151.715
185.775
169.038
172.777
2,60
84,71
13
Meksiko
109.423
128.746
102.601
112.452
160.771
122.799
1,84
86,55
14
Nikaragua
91.257
80.360
101.901
87.190
119.631
96.068
1,44
88,00
15
Kosta Rika
109.777
78.337
74.218
76.400
87.148
85.176
1,28
89,28
Lainnya
633.891
693.441
719.361
724.235
798.089
713.803
10,72
100,00
Total
6.360.910
6.337.143
6.614.908
6.765.788
7.206.715
6.657.093
100
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
Lampiran 34. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Dunia, 2008-2012 No
Negara
Impor (Ton) 2008
2009
2010
2011
2012
Rata-rata
Share
Kumulatif
(%)
Share (%)
1
Amerika Serikat
1.311.217
1.255.598
1.280.298
1.376.620
1.371.338
1.319.014
20,87
20,87
2
Jerman
1.054.681
1.052.694
1.090.006
1.105.436
1.141.145
1.088.792
17,23
38,10
3
Italia
456.604
456.987
469.482
473.431
497.261
470.753
7,45
45,55
4
Jepang
387.538
390.938
410.530
416.805
379.982
397.159
6,29
51,84
5
Belgia
362.681
313.524
312.088
302.332
292.599
316.645
5,01
56,85
6
Spanyol
254.136
255.398
267.486
255.259
267.889
260.034
4,12
60,96
7
Perancis
223.208
253.689
261.986
251.431
252.927
248.648
3,93
64,90
8
Kanada
129.335
124.278
138.157
147.607
147.472
137.370
2,17
67,07
9
Inggris
121.027
127.878
137.990
146.032
137.767
134.139
2,12
69,20
10
Swiss
103.635
110.276
120.906
131.094
130.942
119.371
1,89
71,09
11
Algeria
125.786
122.775
69.159
115.684
126.461
111.973
1,77
72,86
12
Swedia
110.295
107.506
117.637
103.450
103.141
108.406
1,72
74,57
13
Korea Selatan
97.820
96.928
107.152
116.396
100.228
103.705
1,64
76,21
14
Polandia
59.850
97.170
100.929
107.240
108.484
94.735
1,50
77,71
15
Rusia
64.751
78.632
89.663
98.605
109.654
88.261
1,40
79,11
Lainnya
1.205.096
1.227.796
1.326.016
1.360.192
1.481.309
1.320.082
20,89
100,00
Total
6.067.660
6.072.067
6.299.485
6.507.614
6.648.599
6.319.085
100
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
89
2015
OUTLOOK KOPI
Lampiran 35. Perkembangan Ketersediaan Kopi di ASEAN, 1980 – 2012 Tahun
Produksi
Pertumb.
Vol. Ekspor
Pertumb.
Vol. Impor
Pertumb.
Keter.
Pertumb.
(Ton)
(%)
(Ton)
(%)
(Ton)
(%)
(Ton)
(%)
1980
453.504
10,01
291.493
6,78
9.039
(46,36)
171.050
9,58
1981
495.502
9,26
287.361
(1,42)
23.820
163,52
231.961
35,61 (11,23)
1982
494.227
(0,26)
325.181
13,16
36.856
54,73
205.902
1983
494.805
0,12
331.212
1,85
45.417
23,23
209.010
1,51
1984
474.130
(4,18)
409.173
23,54
65.411
44,02
130.368
(37,63)
1985
504.090
6,32
406.224
(0,72)
50.115
(23,38)
147.981
13,51
1986
575.123
14,09
475.943
17,16
74.279
48,22
173.459
17,22
1987
599.938
4,31
419.722
(11,81)
47.327
(36,28)
227.543
31,18
1988
629.111
4,86
468.757
11,68
33.331
(29,57)
193.685
(14,88)
1989
671.294
6,71
534.237
13,97
25.131
(24,60)
162.188
(16,26)
1990
715.866
6,64
654.861
22,58
67.121
167,08
128.126
(21,00)
1991
717.868
0,28
591.716
(9,64)
70.371
4,84
196.523
53,38
1992
780.447
8,72
536.434
(9,34)
94.320
34,03
338.333
72,16 (23,67)
1993
789.932
1,22
622.556
16,05
90.883
(3,64)
258.259
1994
853.767
8,08
699.074
12,29
107.485
18,27
262.178
1,52
1995
911.289
6,74
652.482
(6,66)
57.928
(46,11)
316.735
20,81 (24,57)
1996
966.184
6,02
767.517
17,63
40.252
(30,51)
238.919
1997
1.085.392
12,34
835.508
8,86
66.612
65,49
316.496
32,47
1998
1.154.913
6,41
837.997
0,30
48.604
(27,03)
365.520
15,49
1999
1.291.478
11,82
898.050
7,17
44.473
(8,50)
437.901
19,80
2000
1.611.102
24,75
1.159.929
29,16
59.693
34,22
510.866
16,66
2001
1.674.845
3,96
1.273.508
9,79
57.509
(3,66)
458.846
(10,18)
2002
1.616.148
(3,50)
1.074.321
(15,64)
71.889
25,00
613.716
33,75
2003
1.688.419
4,47
1.099.630
2,36
36.201
(49,64)
624.990
1,84
2004
1.791.435
6,10
1.259.992
14,58
49.901
37,84
581.344
(6,98) (30,30)
2005
1.705.651
(4,79)
1.375.273
9,15
74.826
49,95
405.204
2006
1.880.753
10,27
1.436.617
4,46
72.088
(3,66)
516.224
27,40
2007
2.140.545
13,81
1.588.434
10,57
129.298
79,36
681.409
32,00
2008
1.970.457
(7,95)
1.551.625
(2,32)
93.934
(27,35)
512.766
(24,75)
2009
1.962.739
(0,39)
1.699.860
9,55
104.792
11,56
367.671
(28,30)
2010
2.003.050
2,05
1.674.465
(1,49)
133.089
27,00
461.674
25,57
2011
2.121.171
5,90
1.636.968
(2,24)
155.409
16,77
639.612
38,54
2012
2.493.089
17,53
2.206.926
34,82
202.959
30,60
489.122
(23,53)
Rata-rata Pertumbuhan 1980-2012
5,81
7,16
Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar.
90
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
17,44
6,87
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 36. Perkembangan Ketersediaan Kopi di Dunia, 1980 – 2012 Tahun
Produksi
Pertumb.
Vol. Ekspor
Pertumb.
Vol. Impor
Pertumb.
Ketersediaan
Pertumb.
(Ton)
(%)
(Ton)
(%)
(Ton)
(%)
(Ton)
(%)
1980
4.839.219
(2,69)
3.677.327
(1,66)
3.712.880
(2,85)
4.874.772
(3,58)
1981
6.083.218
25,71
3.665.271
(0,33)
3.733.043
0,54
6.150.990
26,18
1982
4.940.877
(18,78)
3.885.540
6,01
3.796.135
1,69
4.851.472
(21,13)
1983
5.582.080
12,98
3.947.416
1,59
3.892.872
2,55
5.527.536
13,94
1984
5.221.504
(6,46)
4.128.038
4,58
3.939.093
1,19
5.032.559
(8,95)
1985
5.824.530
11,55
4.301.787
4,21
4.083.036
3,65
5.605.779
11,39
1986
5.237.224
(10,08)
3.977.453
(7,54)
4.106.012
0,56
5.365.783
(4,28)
1987
6.385.156
21,92
4.366.142
9,77
4.426.946
7,82
6.445.960
20,13
1988
5.645.491
(11,58)
4.111.915
(5,82)
4.119.112
(6,95)
5.652.688
(12,31)
1989
5.908.041
4,65
4.654.696
13,20
4.533.620
10,06
5.786.965
2,38
1990
6.063.096
2,62
4.844.245
4,07
4.729.942
4,33
5.948.793
2,80
1991
6.100.776
0,62
4.642.133
(4,17)
4.640.942
(1,88)
6.099.585
2,53
1992
6.086.471
(0,23)
4.723.159
1,75
4.885.846
5,28
6.249.158
2,45
1993
5.553.907
(8,75)
4.689.186
(0,72)
4.688.635
(4,04)
5.553.356
(11,13)
1994
5.727.857
3,13
4.566.236
(2,62)
4.549.717
(2,96)
5.711.338
2,84
1995
5.532.059
(3,42)
4.239.715
(7,15)
4.324.888
(4,94)
5.617.232
(1,65)
1996
6.212.939
12,31
4.831.064
13,95
4.720.428
9,15
6.102.303
8,64
1997
5.992.638
(3,55)
4.899.446
1,42
4.861.082
2,98
5.954.274
(2,43)
1998
6.633.826
10,70
4.907.825
0,17
4.860.733
(0,01)
6.586.734
10,62
1999
6.789.530
2,35
5.260.286
7,18
5.048.088
3,85
6.577.332
(0,14)
2000
7.613.342
12,13
5.498.689
4,53
5.204.204
3,09
7.318.857
11,27 (3,23)
2001
7.389.740
(2,94)
5.440.431
(1,06)
5.132.796
(1,37)
7.082.105
2002
7.980.954
8,00
5.492.472
0,96
5.245.649
2,20
7.734.131
9,21
2003
7.095.678
(11,09)
5.229.484
(4,79)
5.237.577
(0,15)
7.103.771
(8,15)
2004
7.918.237
11,59
5.615.493
7,38
5.525.119
5,49
7.827.863
10,19
2005
7.451.701
(5,89)
5.576.667
(0,69)
5.470.103
(1,00)
7.345.137
(6,17)
2006
8.153.497
9,42
5.921.511
6,18
5.740.133
4,94
7.972.119
8,54
2007
8.142.133
(0,14)
6.157.521
3,99
5.894.170
2,68
7.878.782
(1,17)
2008
8.499.041
4,38
6.339.195
2,95
6.037.767
2,44
8.197.613
4,05
2009
7.788.621
(8,36)
6.304.195
(0,55)
6.036.065
(0,03)
7.520.491
(8,26)
2010
8.467.720
8,72
6.581.894
4,40
6.251.158
3,56
8.136.984
8,20
2011
8.394.802
(0,86)
6.727.923
2,22
6.447.053
3,13
8.113.932
(0,28)
2012
9.209.761
9,71
7.146.779
6,23
6.573.632
1,96
8.636.614
6,44
Rata-rata Pertumbuhan 1980-2012
2,35
2,11
1,73
2,09
Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
91
2015
OUTLOOK KOPI
Lampiran 37. Hasil Analisis ARIMA untuk Produksi Kopi di Indonesia Model Description Model Type
Model ID
92
PR
Model_1
ARIMA(0,1,0)
PBN
Model_2
ARIMA(1,0,0)
PBS
Model_3
ARIMA(0,1,1)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
2015
Lampiran 38. Hasil Analisis Pemulusan Eksponensial Berganda untuk Konsumsi Kopi di Indonesia
Lampiran 39. Hasil Analisis ARIMA untuk Ketersediaan Kopi di ASEAN
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
93
2015
OUTLOOK KOPI
Lampiran 40. Hasil Analisis ARIMA untuk Ketersediaan Kopi di Dunia
94
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KOPI
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
2015
95