Jurnal Biosains Vol. 3 No. 1. Maret 2017
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
PENDEKATAN MORF OMETRI, MORFOLOGI, JENIS KELAMIN TUKA Zulfahmi, Mufti Sudibyo Program Studi Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan (Unimed), Indonesia
[email protected] ABSTRAK Tuka memiliki nilai ekonomi yang tinggi terutama pada bagian badan yang melebar dan sepasang sirip dada yang menyatu dengan sisi kiri-kanan kepalanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis morfologi, morfometri dan status konservasi Tuka di Sumatera Bagian Utara. Sampel penelitian diambil dari Pusat Pasar Ikan di Jl. Cemara No. 1 Sampali Medan. Terdapat 2 sampel yang ditemukan, diantaranya dianalisis menggunakan regresi berganda dengan metode stepwise. Parameter yang diukur adalah panjang diskus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara morfologi, Ikan Tuka yang ditemukan adalah dari jenis Okamejei cf boesemani, Dipturus sp. Secara morfometri, ukuran panjang atau jarak yang memberikan kontribusi terhadap panjang diskus adalah panjang jarak interorbital (X2) (r= 0,573), interpace celah insang pertama (X12) (r= 0,671), interorbital (X5) (r= 0,276), jarak prenarial (X7) (r=0,756), serta jarak prenarial (X9) (r=0,785). Status konservasi dari kedua spesies tuka yang diperoleh adalah Okamejei cf boesemani dan Dipturus sp termasuk dalam status Dalam Daftar Merah IUCN: Belum dievaluasi (NE) Kata Kunci : Tuka, Sirip, Dada, Kepala, Konservasi ABSTRACT Skate has a high economic value, especially on their broader body and a pair of pectoral fins that attach on the left and right side of their head. The aim of this research is to analyzed the morphology, morphometry and conservation status of skate in the North area of Sumatera. The sample was taken from the Central Fish Market that located on Cemara Street Sampali Medan. There were found 2 samples of skate, they were analyzed using multiple regression with a stepwise method. Parameters measured is the length of the disc. The results of this study show that in fish morphology, Skate found was of a kind Okamejei cf boesemani, Dipturus sp. In morfometri, length or distance which contributed do the length of the disc is (X2) (r=0,573), the first gill slit interpace (X12) (r=0,671), interorbital (X5) (r=0,276), distance of prenarial (X7) (r=0,756), as well of preoral (X9) (r=0,785). The conservation status of the two species of Skate gained is Okamejei cf boesemani, Dipturus Sp, and included in the IUCN Red list : Not evaluated (NE) Keywords : Skate, Pair, Pectoral, Fins, Head Pendahuluan Indonesia dikenal sebagai salah satu negara bahari yang ada di dunia. Kekayaan laut yang dimiliki bangsa Indonesia sangat beragam baik yang dapat diperbaharui seperti perikanan. Terdapat 7,5 persen (6,4 juta ton/tahun) dari potensi lestari total ikan laut dunia berada di Indonesia. Ikan-ikan tersebut berada dalam keadaan bebas maupun dibudidayakan. Ikan yang dibudidayakan antara lain udang, kerapu, bandeng dan lain-lain, sedangkan ikan yangditemukan di perairan laut Indonesia salah satunya adalah Pari(Effendi, 1997). Ikan Tuka merupakan salah satu ikan yang tidak dibudidayakan. Ikan Tuka termasuk kelompok elasmobranchii, yaitu ikan yang bertulang rawan dan juga kelompok cartilaginous. Ikan ini mempunyai bentuk badan yang melebar dan sepasang sirip dada yang menyatu dengan sisi kirikanan kepalanya. Selain itu, Ikan Pari memiliki ekor yang panjang dan
runcing menyerupai cemeti. Ikan ini berkembang biak dengan cara melahirkan dan habitat hidupnya berada di dasar laut. Ikan Tuka mengeluarkan bau yang kurang sedap sehingga tidak banyak dikonsumsi orang. Bau ini terjadi akibat tingginya kandungan ammonia yang berasal dari penguraian protein dari tubuh ikan tersebut. Kandungan ammonia yang tinggi mempercepat proses pembusukan dan dapat menurunkan mutu ikan sehingga mengubah bau, tekstur, dan rasanya. Ikan bertulang rawan ini juga memiliki karakteristik berbeda terhadap ikan bertulang sejati dari strategi reproduksinya yang relatif lebih rendah sehingga dalam perkembangannya memiliki strategi hidup yang berbeda(Steven et al.,2000),kondisi ini berpengaruh terhadap populasi ikan bertulang rawan. Beberapa jenis telah mengalami status konservasi endangered(berbahaya) seperti Depturus batis, (di timur atlantik dan Mediterania) dan
38
Jurnal Biosains Vol. 3 No. 1. Maret 2017
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
beberapa diantaranya berstatus endemik seperti Dipturus innominatusdiNew Zealand (Dulvy & Reynolds, 2002). Di Laut Utara bagian tengah dan barat laut antara periode 1929-1956 dan 1981-1995 menunjukkan bahwa beberapa spesies telah menurun dalam kelimpahannya (umumnya tuka dan pari Thornback), sedang yang lain (pari bintang) telah meningkat(Walker and Hislop, 1998). Tinggi tingkat eksploitasi Ikan Tuka di Indonesia telah memberikan predikat pada negara ini sebagai negara dengan total produksi ikan-ikan Elasmobranchii yang terbesar di dunia. Akan tetapi, upaya pengelolaan dan konservasi terhadap sumber daya tersebut di Indonesia belum terlaksana disebabkan minimnya informasi dan data yang mendukung baik biologi maupun perikananIkan vertebrata akuatis dan bernafas dengan insang (beberapa) jenis ikan bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/gelembung udara dan mempunyai otak yang terbagi menjadi regio-regio. Otak itu dibungkus dalam kranium (tulang kepala) yang berupa kartilago (tulang rawan atau tulang-menulang). Ada sepasang mata kecuali ikan-ikan siklostomata, mulut ikan itu di sokong oleh rahang (agnatha=ikan tak berahang), telinga hanya terdiri dari telinga dalam, berupa saluran-saluran semisirkular, sebagai organ keseimbangan (equilibrum), jantung berkembang baik, sirkulasi menyangkut aliran seluruh bagian tubuh lain,memiliki tipe ginjal yang disebut pronefrus dan mesonefrus. Ikan bertulang rawan adalah ikan berahang mempunyai sirip berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik,jantung,beruang dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan bukan tulang sejati. Mereka dibagi menjadi dua sub kelas : Elasmobranchii (Hiu,pari dan skate) dan Holochepali (Kimera, hiu hantu). Bentuk tubuh Ikan Tuka seperti cakram dengan bentuk ekor yang mempunyai 1 atau 2 sirip. Sirip dada hampir selalu sangat lebar menyerupai sayap yang sisi depannya bergabung secara mulus di kepalanya, sirip perut dan dua clasper (Sepasang alat kelamin jantan). Ikan Tuka mempunyai ekor yang panjang seperti cambuk, panjang ekornya melebihi panjang tubuhnya dan terdapat duri yang berbisi dan sirip yang melekat sekitar ekor. Mulut Ikan Tuka terdapat di sisi bawah kepalanya sehingga lumpur dan pasir dapat tersedot kedalam bersama-sama dengan arus pernafasan, tetapi hal tersebut dapat diatas dengan menarik air masuk melalui dua lubang besar di belakang matanya. Pada beberapa jenis Ikan Tuka berukuran besar yang hidup di lautan terbuka, bernafas normal yaitu dengan menarik air masuk melalui mulutnya. Gigi-gigi disepanjang rahang biasanya berwarna cokelat tua dan abu-abu dengan pola bervariasi.
Pada Ikan Tuka jantan mempunyai Mixopterygia” atau penjepit, yaitu suatu tonjolan sirip pinggunl yang telah mengalami perubahan, digunakan untuk memasukan sperma ke dalam kloaka betina sewaktu kawin. Ikan Tuka sangat jarang di teliti karena perkembangan dari ikan ini tidak begitu pesat perkembangannya dibandingkan dengan Spesies Ikan yang lainnya. Nilai ekonomis yang hari ini dihasilkan oleh Ikan Tuka ini berpotensi untuk meningkatkan penghasilan nelayan yang memburu Ikan Tuka tersebut. Bahan dan Metode Lokasi, waktu penelitian, dan prosedur penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Taksonomi Hewan Universitas Negeri Medan. Adapun waktu penelitian selama kurun waktu kurang lebih 4 bulan yakni pada bulan September sampai Desember 2016. Prosedur Penelitian Di Lapangan Pengambilan sampel Tuka yang utuh dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang telah ditentukan dan mengambil gambar masing-masing jenis ikan tuka. Selanjutnya membawa beberapa sampel ikan ke laboraatorium Di Laboratorium Mengidentifikasi morfologi tuka meliputi moncong, bentuk diskus/badan, bentuk ekor, warna badan, bentuk klasper, bentuk mulut, bentuk celah insang, ada/tidaknya sirip punggung pertama dan ke dua, ada/tidaknya taji pada ekor, bentuk ujung ekor. Selanjutnya Morfometri Tuka mencakup : panjang total, lebar badan, panjang badan, panjang preorbital, panjang mata, jarak interorbital, jarak prespirakel, panjang pre narial, jarak internarial, jarak preoral, lebar mulut, interspace celah insang pertama, interspace celah insang ke lima, jarak dari ujung moncong ke pembukaan celah insang pertama, jarak dari ujung moncong ke pembukaan celah insang ke lima, jarak dari ujung moncong ke cloaca, jarak dari cloaca ke ujung ekor. Analisa Statistik Pengujian pendugaan pola penetapan taksa ordo, famili, genus, dengan menetapkan faktor penentu berdasarkan analisis regresi berganda dengan metode Stepwise yang diolah dengan bantuan sofware IBM SPSS Statistics 20 mengikuti formulasi : Y1= b0 + b1Xa+ b2Xb+ b3Xc+ b4Xd+..........bqXq + ε Keterangan: Y1= Panjang total pari (cm) b0 = Nilai intersep
39
Jurnal Biosains Vol. 3 No. 1. Maret 2017
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
b1 = Nilai koefisien regresi ke i 1.Xa = Lebar diskus (cm) 2.Xb = Panjang diskus (cm) 3.Xc = Panjang pre orbital (cm) 4.Xd = Panjang mata (cm) 5.Xe = Jarak interorbital (cm) 6.Xf = Jarak prespirakel (cm) 7.Xg = Jarak pre narial (cm) 8.Xh = Jarak internarial (cm) 9.Xi = Jarak preoral (cm) 10.XJ = Lebar mulut (cm) 11.Xk = Interspace celah insang pertama (cm) 12.Xl = Interspace celah insang ke lima (cm) 13.Xm = Jarak dari ujung moncong ke pembukaan ke pembukaan celah insang pertama (cm) 14.Xn = Jarak dari ujung moncong ke pembukaan ke pembukaan celah insang ke lima (cm) 15.XP = Jarak dari cloaca ke ujung ekor (cm) HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Tuka Berdasarkan hasil penelitian, Tuka yang ditemukan di Sumatera Bagian Utara yakni: 1. Okamejei cf boesemani (Ishihara, 1987)
Gambar 1. (a) Okamejei cf boesemani Sumber White et al, 2006
Gambar 2. Okamejei cf boesemani hasil penelitian Ciri umum: (i) sirip perut terbagi atas dua cuping yang jelas. (ii) Sirip pada bagian ekor terdiri dari duri-duri kecil. (iii) moncong ditunjang oleh tulang rawan yang kuat. (iv) moncong berbentuk segitiga melebar, agak memanjang (panjang preorbital <3 kalidiameter orbit). (v) permukaan punggung bintik-bintik kecil berwarna hitam. Ukuran: Panjang tubuh dapat mencapai 55 cm.
Sebaran: Ditengarai merupakan jenis endemik di selatan dan timur Indonesia. merupakan hewanovipar seperti jenis lain dari suku ini. Makanannya belum diketahui. Aspek perikanan: Tertangkap dengan sangat jarang oleh pancing rawa dasar diperairan Jawa. Bagian tubuh yang dapat digunakan adalah daging. 2.Dipturus sp (Stevens, 2000)
Gambar 3. Dipturus sp sumber White et al, 2006
Gambar 4. Dipturus sp hasil penelitian Ciri umum: (i) sirip perut terbagi atas dua cuping yang jelas (ii) moncong ditunjang oleh tulang rawan yang kuat (iii) moncong berbentuk segitiga melebar dan agak memanjang (panjang preorbital <4kali diameter orbit) (iv) permukaan punggung tertutup bercak dan bintik-bintik berwarna pucat Ukuran: Panjang tubuh dapat mencapai 20-55 cm. Sebaran: merupakan jenis endemik di selatan Jawa. Aspek perikanan: Tertangkap dengan sangat jarang oleh pancing rawai dasar diperairan Jawa dan Sumatera. Bagian tubuh yang dapat digunakan adalah dagingnya. Morfometri Tuka Secara keseluruhan, pengukuran yang dilakukan terhadap dua jenis Tuka di Sumatera Bagian Utara yaitu : 1. Okamejei cf boesemani (Ishihara, 1987) Berdasarkan penelitian Tuka Okamejei cf boesemani memiliki ukuran Lebar Diskus (X1) yaitu ( 22,5±15,7) dengan interpace celah insang Pertama (X12) yaitu (5,5±2,4). Dapat dilihat bahwasannya Lebar diskus (X1) merupakan faktor berpengaruh terhadap interpace celah insang Pertama (X12). Berdasarkan hasil penelitian Tuka (Okamejei cf boeseman) diperoleh semua berjenis kelamin betina, jarak Prenarial 2,0-4,1 cm. Sehingga dapat
40
Jurnal Biosains Vol. 3 No. 1. Maret 2017
dinyatakan bahwa data Tuka (Okamejei cf boeseman) yang didapat berdasarkan hasil penelitian adalah termasuk tuka anakan (kecil). 2. Dipturus sp (Stevens, 2000) Berdasarkan penelitian Tuka Dipturus sp memiliki ukuran Lebar Diskus (X1) yaitu ( 22,5±15,7) dengan interpace celah insang Pertama (X12) yaitu (5,5±3,2). Dapat dilihat bahwasannya Lebar diskus (X1) merupakan faktor berpengaruh terhadap interpace celah insang Pertama (X12). Berdasarkan hasil penelitian, Tuka Dipturus sp ukuran Lebar Diskus (X1) mencapai 22,5 cm, pada ikan jantan memiliki ukuran 17,7-22,5 cm dan pada ikan betina 16,3-18,4 cm. Sehingga dapat dinyatakan bahwa Tuka Dipturus sp yang didapat berdasarkan penelitian adalah yang berjenis kelamin jantan sebagian besar dewasa dan yang berjenis kelamin betina termasuk anakan. Hubungan Antara Morfologi dan Morfometri Pengenalan morfometri tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Mengetahui bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta ukuran-ukuran yang dapat digunakan dalam identifikasi (Wahyuningsih dan barus, 2006). Berdasarkan penelitian, morfologi Tuka yang ditemukan memiliki 5 perbandingan yang sangat berpengaruh terhadap pengukuran Morfometri dari 2 spesies Tuka dengan jumlah masing-masing 40 ekor Tuka yg memiliki nama Dipturus sp dan 40 ekor Tuka yang bernamaOkamejei cf boesemani. Tabel 4.1. Pengukuran Morfometri Tuka yang ditemukan di Sumatera Bagian Utara NO Morfometri Jenis Tuka Okamejei cf Dipturus sp boesemani 1. Y 52,3±2,1 53,6±20,0 2. X1 22,5±15,7 22,5±15,7 3. X2 22,5±15,7 22,5±15,7 4. X3 3,6±1,9 3,6±1,9 5. X4 4,1±2,0 3,8±2,0 6. X5 4,0±2,0 4,1±2,2 7. X6 4,1±2,0 4,1±2,0 8. X7 4,1±2,0 4,1±2,0 9. X8 41,2±2,0 3,9±2,0 10. X9 4,4±2,0 4,5±2,0 11. X10 3,3±2,0 2,8±2,0 12. X11 5,5±3,2 5,5±2,4 13. X12 8,4±4,0 8,4±4,3 14. X13 5,5±2,9 5,5±3,1 15. X14 8,4±3,4 8,3±4,0 16. X15 17,2±11,0 17,2±11,0
Hubungan Antara Morfometri dan Taksonomi
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online) Morfometri memiliki kaitan yang erat dengan identifikasi. Melalui pengukuran berbagai karakteristik dapat mengidentifikasi suatu spesies. Identifikasi berhubungan dengan ciri taksonomi dalam jumlah sedikit akan membawa sampel ke dalam suatu urutan kunci identifikasi. Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Jadi dalam melakukan identifikasi, harus selalu berhubungan dengan kunci identifikasi. Dalam identifikasi, spesiesyang beranekaragam di alam dikelompokan dalam kelompok yang mudah dikenal, kemudian ditetapkan ciri-ciri penting dan senantiasa dicari pembeda yang tetap antara kelompok itu, kemudian diberi nama ilmiah. Berdasarkan penelitian, kedua jenis tukayang ditemukan di Sumatera Bagian Utara hanya diketahui dua nama umum dari masing-masing spesies. Kemudian dilakukan proses identifikasi mulai dari morfologi dan morfometri menggunakan kunci identifikasi suku (Key to families) (White et al, 2006). Sehingga ditemukan nama ilmiah dari kedua spesies Ikan Tuka yang ditemukan karena ciri dan ukurannya yang membuat kedua Tuka tersebut berada dalam satu famili. Morfometri memiliki kegunaan dalam bidang taksonomi, salah satunya diketahui salah satu ukuran panjang maka dapat menentukan ukuran yang tidak ada atau dalam kondisi rusak (White et al,2006). Dengan mengetahui koefisien panjang ikan, ini dapat menunjukkan kegemukan atau kemontokan ikan tersebut (Mauck dan Summerfelt, 1970). Juga diperlukan dalam manajemen perikanan yaitu untuk mengetahui selektivitas alat agar ikan no-target (ikan-ikan yang ukurannya tidak dikehendaki) tidak ikut tertangkap (Vanichul dan Hongskul, 1966). Pengaruh Tingkat Bahaya Tuka Tuka memiliki tingkat bahaya dalam ukuran dan tingkat kedewasaan, terutama pada bagian ekor atau taji (duri) memiliki zat berbahaya yang membawa dampak bahaya terhadap manusia. Apabila zat berbahaya (racun) terkena tangan maka menyebabkan bengkak, gatal-gatal dan nyeri pada sendi. Hal itu yang menunjukkan bahwa ukuran suatu ikan dapat digunakan indikator dalam menentukan tingkat bahaya (White et al, 2006). Tuka yang berukuran sedang sering dimanfaatkan oleh pemburu, karenanya satwa yang mencapai tingkat dewasa perlu juga dilindungi. Beberapa jenis Tuka masuk ke dalam Red list IUCN: Rentan mengalami kepunahan (VU), (White et al, 2006). Kesimpulan Simpulan dari penelitian adalah:
41
Jurnal Biosains Vol. 3 No. 1. Maret 2017
1.
2.
Berdasarkan penelitian morfologi dari kedua jenis Tuka yang ditemukan memiliki Kesamaan karakteristik yaitu semuanya memiliki Panjang Diskus dan Lebar Diskus yang memiliki kesamaan pada saat pengukuran diikuti panjang mata,jarak pre sprirakel yang memiliki ukurang tidak jauh berbeda. Faktor yang sangat mempengaruhi terhadap Morfologi dan Morfometri ikan Tuka yaitu Panjang Diskus (X2), Jarak interorbital (X5), Jarak Prenarial (X7), Jarak Preoral (X9), Interpace celah insang Pertama (X12). Untuk keragaman jenis kelamin Ikan Tuka memiliki perbandingan 3:1. Status konservasi dari kedua spesies tuka yang diperolehadalahOkamejei cf boesemanidanDipturus sp termasuk dalam status Dalam Daftar Merah IUCN: Belum dievaluasi (NE).
Daftar Pustaka Akhiles K.V., U. Ganga, N.G.K. Pillari, E.Vivekanandan, K.K Bineesh, C.P.R Shanis and Hasyim, 2011. Deep-Sea fishing for chondrichtyan resources and sustainability concerns a case study from southwest coast of India. Indian journal of GeoMarine Sciences 40(3): 347- 355 Associate Professor Malcolm Tull, 2009.The History of Shark Fishing in Indonesia.A HMAP Asia Project Paper Working Paper No. 158. Murdoch Bailey C., A. Dwiponggo and F. Marahudin, Indonesian marine capture fisheries, ICLARM Studies and Reviews 10, (Manilla, 1987), p.16. 10 Dudley, S. F. J. and C. A. Simpfendorfer, 2006. Population status of 14 shark species caught in the protective gillnets off KwaZulu-Natal beaches, South Africa, 1978-2003. Marine and Freshwater Research, 57:225-240. Dulvy N.K, S.L. Fowler, J.A. Musick, R.D. Cavanagh, P.M. Kyne, L.R. Harrison, J.K. Carlson, L.N.D. Davidson, S.V. Fordham, M.P. Francis, 2014. Extinction risk and conservation of the world’s sharks and rays. eLife 3:e00590. doi: 10.7554/eLife.00590. Effendi, M.I, 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Nusatama. Yogyakarta
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online) Fegan B., 2003. “Olundering the sea”, insiden indonesia 72(januari-march): 21-3 and J. G. Butcher, ‘Bringing The state int Eplantion of Fisheries Depletions in Indonesia’, July 79 2005, Amsterdam Hoffmann et al., 2010. The impact of conservation on the status of the world's vertebrates. Science, 33 :1503-1509 Ishiara,1987. Resilience and recovery of overexploited marine populations. Science, 340:347-349. Serena F. 2005. Field identification guide to the Sharks and Rays of the mediterranean and Black Sea. Food and agriculture organization of the united nations, Rome, 2005. Simpfendorfer C. A., M. R. Heupel , W. T. White and N. K. Dulvy, 2011. The importance of research and public opinion to conservation management of sharks and rays: a synthesis. Marine and Freshwater Research, , 62: 518– 527. Stevens, J. D., R. Bonfil, N. K Dulvy, and P. A. Walker, 2000. The effects of fishing on sharks, rays, and chimaeras (chondrichthyans), and the implications for marine ecosystems. – ICES Journal of Marine Science, 57: 476–494. Sudarso, Junardi , 2007. Kajian Biologi Ikan Pari Batu (Himantura gerrardi) Famili Dasyatidae yang didaratkan di PPN Penjajab, Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan 12 (1): 30-35. Sulak K.J., P.D. MacWhirter, K.E. Luke, A.D. Norem, J.M. Miller, J.A. Cooper and L.E. Harris. 2009. Identification guide to skates (Family Rajidae) of the Canadian Atlantic and adjacent regions Fisheries and Oceans Canada Maritimes Region St. Andrews Biological Station 531 Brandy Cove Road St. Andrews, New Brunswick E5B 2L9. Walker P. A. 1996. Ecoprofile Rays and Skates on the Dutch Continental Shelf and North Sea. NIOZ/RWS Report No.3053, 69 pp.
42