ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 29 ………...…………………………………………….………………………………………………… UNSUR PENUNJANG PARIWISATA KAWASAN SENGGIGI DITINJAU DARI PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL Oleh : Siluh Putu Damayanti Dosen PNS dpk pada AKPAR Mataram Abstract : This research entitles the perception of Senggigi People towards the existence of Bar as a supporting aspect of tourism. It aims at (1) explaining the perception of senggigi people towards the existence of Bar as a supporting aspect of tourism, (2) whether it contributes to the equality of job opportunity and venture to the people, (3) whether it can contributes to the development of local culture of West Nusa Tenggara.The data of this research are collected using the qualitative approach with an interactive method along with a case study design. However, observation and interview method are practically applied. The subjects of this research are those of social, religious, and youth figures, and also the local residents who originally settle in Senggigi. The samples are cosidered to take contextually as this research is a qualitative one.Based on the analysis, it reveals that (1) the people of senggigi are those who value their religion highly, so that it needs long time to bring about bar there. However, as the time is going, they apparently can permit the existence of bars around their area because they realize that wothout having the night entertainment, tourists will not stay longer. As a sequence, it will effect to the other sector in tourism, (2) the existence of bars in senggigi has contributed to the job opportunity for the youths because they can become security officers, cleaning servants, waiters and waitress or other jobs at bars. At other side, the venture of the people such as room and housing rents, traditional restaurants grow rapidly as the people who work in tourism need them to support their work, (3) however, its contribution to the development of local culture of West Nusa Tenggara is still recognized little, because the local arts and culture are rarely presented in bar live show. Key words: perception of people, bar PENDAHULUAN Undang Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional mengamanatkan bahwa tujuan pembangunan pariwisata nasional adalah : (1) mengembangkan dan memperluas diversifikasi produk dan kualitas wisata nasional; (2) berbasis pada pemberdayaan masyarakat, kesenian, dan sumber daya alam local dengan memperhatikan kelestarian seni budaya tradisional serta kelestarian lingkungan hidup setempat da (3) mengembangkan serta memperluas pasar wisata , terutama pasar luar negeri. Perekonomian masyarakat Indonesia juga sangat tergantung pada sektor pariwisata , dapat kita lihat dunia pariwisata memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan dapat memberikan lapangan pekerjaan pada masyarakat Indonesia. Dunia pariwisata tidak sebatas dunia perhotelan saja, tetapi juga dapat kita lihat dunia periwisata terdiri dari berbagai sektor, antara lain sektor Travel,Restoran,Transportasi, Art Shop ataupun Bar. Masyarakat dan kebudayaannya cenderung mengalami perubahan yang diakibatkan oleh keberadaan pariwisata disuatu kawasan. Beberapa tahun terakhir ini sektor pariwisata ini mengalami pasang surut.Banyak faktor yang mempengaruhi turunnya jumlah wisatawan asing berkunjung ke Indonesia khususnya ke pulau Lombok . Bar sebagai sarana yang menyediakan
makan dan minuman khususnya,baik minuman yang beralkohol maupun yang non alkohol. Sudah seharusnya ditingkatkan dan dikembangkan dengan memberikan fasilitas dan pelayanan yang baik. Di Negara lain khususnya Negara - Negara Eropa dan Amerika , bar sangat banyak dikunjungi dan diminati wisatawan karena kehidupan malam yang penuh dengan keglamoran dan hura hura .Tempat tempat seperti Bar dan Cafe digunakan untuk berkumpul dan melakukan pertemuan dengan kerabat.Bar ataupun cafe di Eropa dan Amerika sudah menjadi salah satu tempat hiburan yang paling diminati untuk bersantai dan bersenang senang. Saat ini sektor bar di Indonesia umumnya di Lombok terutama di kawasan senggigi Lombok Barat masih sangat kurang, selain karena belum banyak investor yang ingin membuka usaha bar ,juga dikarenakan persepsi atau pandangan masyarakat yang masih tabu terhadap keberadaan bar dan dianggap tidak sesuai dengan kebudayaan Timur yang selama ini dianut oleh masyarakat Indonesia . Dalam kegiatannya , Bar sangat identik dengan kehidupan malam yang penuh dengan kemewahan, kehidupan yang glamor dan hura hura . Kenyataan ini memunculkan persepsi atau pandangan negatif dari masyarakat dan tidak cocok untuk budaya Indonesia .
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 6, Desember 2012
30 Media Bina Ilmiah Setelah memperhatikan permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat kawasan (lokal) Senggigi terhadap keberadaan Bar sebagai salah satu aspek penunjang pariwisata, untuk mengetahui apakah keberadaan Bar disekitar kawasan Senggigi dapat memberikan kontribusi terhadap pemerataan kesempatan kerja maupun usaha kepada masyarakat sekitar dan juga untuk mengetahui apakah keberadaan Bar disekitar kawasan Senggigi dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan kebudayan lokal daearah Nusa Tenggara Barat . TINJAUAN PUSTAKA Kata pariwisata memiliki pengertian sangat beragam ,pariwisata ditinjau dari arti kata etimologi berasal dari kata sansekerta yaitu”Pari” yang berarti banyak, berkali kali atau berputar putar , dan wisata berarti perjalanan , bepergian dalam hal ini bersinonim dengan kata travel yang dalam bahasa inggris berarti perjalanan .Atas dasar itu maka pariwisata diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali kali atau berputar putar dari satu tempat ke tempat yang lain, (Yoeti ,1993). Pendapat lain dari pakar pariwisata juga mengatakan dalam bukunya yang berjudul ”Anatomi Pariwisata ” memberikan pengertian pariwisata bahwa pariwisata adalah gejala yang kompleks dalam masyarakat dimana didalamnya ada hotel, obyek wisata,sovenir, pramuwisata, angkutan wisata, biro perjalanan, rumah makan dan banyak lainnya , disamping itu pula terdapat wisatawan dengan berbagai tingkah lakunya. Masyarakat dan kebudayaan cenderung mengalami perubahan yang diakibatkan oleh keberadaan pariwisata .Tingkah laku manusia adalah hasil dari belajar, pola tindakan tentu dapat berubah lebih cepat dari pada perubahan yang terjadi pada bentuk dari organismenya, bila pola perilaku dan kehidupan kolektif serangga (lebah) maupun bentuk sarangnya tidak berubah ratusan tahun atau sejak serangga itu ada di bumi, tidak demikian halnya dengan pola tingkah laku manusia. Menurut pakar antropologi (koentjaraninggrat,2005) tingkah laku dan kehidupan manusia beberapa tahun yang lalu jauh berbeda dengan sekarang,ini dapat dilihat dari contoh kehidupan empat dasa warsa orang Indonesia, perubahan yang terjadi dalam jangka waktu beberapa angkatan keturunan tidak sama pada kolektif manusia lainnya. Disamping itu juga dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial budaya oleh Smith ( Pitana, 2009) pada intinya ingin menjawab tiga pertanyaan yaitu tentang karakteristik interaksi wisatawan dengan
ISSN No. 1978-3787 masyarakat lokal, menjadikan masyarakat dan budaya lokal sebagai tuan rumah serta apakah perubahan itu menguntungkan ataukah merugikan masyarakat. Pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat merupakan konsep pariwisata alternatif yang mempunyai pengertian ganda , di satu sisi dianggap sebagai salah satu bentuk kepariwisataan yang ditimbulkan sebagai reaksi terhadap dampak dampak negatif dari pengembangan dan perkembangan pariwisata konvensional untuk menunjang kelestarian lingkungan ( Myra, 1997 ). Masyarakat dan kebudayaan cenderung mengalami perubahan yang diakibatkan oleh keberadaan pariwisata. Penelitian terhadap dampak pariwisata terhadap sosial budaya cenderung memberikan hasil yang kontradiktif. Namun dalam kondisi dan tempat tertentu pariwisata menimbulkan dampak positif bagi kondisi sosial budaya ( Diarta dan Pitana ,2002) mengatakan bahwa dampak pariwisata pada suatu daerah pada sektor ekonomi tuan rumah yang cenderung berakibat positif. Lain lagi pendapat James Spilence konsep pariwisata adalah sebagai perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang guna mencari keseimbangan, keserasian,kebahagiaan, dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,budaya, alam,dan lingkungan ilmu pengetahuan, (Murdana, 2005). Happy Marpaung memberikan pengertian tentang pariwisata yaitu ” perpindahan sementara yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan rutin, keluar dari kediamannya .Aktivitas mereka di lakukan selama mereka tinggal ditempat yang mereka tuju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka (Marpaung,2002) .Berbicara pariwisata kita tidak dapat berpaling dari dampak sosial yang ditimbulkannya karena setiap daerah tidak bisa kita sama ratakan akibat yang ditimbulkan dari kegiatan pariwisata tersebut. Beberapa daerah tujuan wisata (Pitana dan Diarta,2006) mampu mengembangkan kebudayaan lokalnya akibat keberadaan dan interaksi dengan pariwisata hal ini bisa dilihat dari semakin suburnya kesenian tradisionalnya,namun beberapa daeraha tujuan wisata justru sebaliknya yaitu pariwisata menggilas kebudayaan lokal yang digantikan dengan kebudayaan import atau bila masih bertahan akan segara berubah menjadi kesenian yang berorientasi komersial, dijual demi uang semata. Pengertian persepsi adalah berasal dari dari bahasa inggris yaitu ”perception” yang berarti daya memahami atau penglihatan tentang suatu obyek masalah.Tentang pengertian persepsi yang dikemukakan Husaini yang dikutip oleh Murdana adalah ”penangkapan obyek disekitar kita melelui alat indra dan diproyeksikan
____________________________________ Volume 6, No. 6, Desember 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 31 ………...…………………………………………….………………………………………………… pada bagian tertentu dalam otak sehingga kita dapat mengamati obyek tersebut”, (Murdana,1991).Lain pula pengertian yang dikemukakan oleh Hary W.Karna bahwa perespsi adalah suatu kesadaran yang terpilih dan terorganisisasi terhadap perangsang yang muncul dari luar tubuh manusia (Hary W.Karna,1995). Sedangkan atensi adalah sebagai salah satu aspek persepsi ,tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan terutama penafsiran atas suatu rangsangan agama ,ideologi, tingkat ekonomi, pekerjaan .Dengan demikian persepsi itu terkait oleh budaya, menurut Larry A Samovar dan Ricard E( 2009) ada 6 (enam ) unsur yang mempengaruhi persepsi kita ketika kita berkomunikasi dengan orang yang berasal dari budaya lain yaitu : kepercayaan ( beliefs), nilai (values),sikap (attitude),pandangan dunia (work view),tabiat manusia (human nature), dan persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and other),sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa perspsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya.( Mar’at, 1981) Dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan persepsi adalah suatu proses aktifitas penilaian manusia tentang suatu obyek melalui alat indranya dan diteruskan ke otak sehingga memberikan tanggapan tentang obyek yang dimaksud. Pengertian bar di Amerika Serikat bagian timur atau daerah Boston tahun 1825 dibukalah sebuah kedai minuman ( tavern ) yang pertama oleh Sammuel Coles.Nama bar itu sendiri berasal dari barrier yaitu sebuah counter terbuat dari kayu yang sangat kuat , berbentuk meja panjang, berguna sebagai pemisah antara penjual minuman (bartender) dan tamu sekaligus sebagai meja pajangan yang berisi minuman, letaknya persis didepan tempat percampuran minuman. Menurut Farly Lumanauw Bar adalah ”tempat usaha komersial diman orang berkumpul sambil duduk bersantai menikmati alunan musik dan minuman yang dijual terutama yang beralkohol” (Lumanauw,2000) Dalam ketentuan pasal 1 sub J, Peraturan Pemerintah N0 24 tahun 1979, dikemukakan adalah Bar merupakan usaha komersil yang ruang lingkupnya menghidangkan minuman keras atau beralkohol dan minuman lainnya untuk umum ditempat usahanya. METODE PENELITIAN DATA
DAN ANALISIS
Penelitian ini mempergunakan pendekatan kualitatif, menurut Moleong (1997) penelitian dengan pendekatan kualitatif mengandung karakteristik yaitu : berakar pada latar alamiah
sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analitis data secara induktif, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data ,rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak ; peneliti dan yang diteliti. Muhajir (2000) mengatakan penelitian kualitatif adalah penelitian dengan paradigma naturalistic. Sedangkan penelitian ini adalah deskriptif naturalistik. Fokus peneilian ini adalah profil wanita pesisir pantai Ampenan dalam menunjang ekonomi keluarga. Sasaran yang diteliti adalah prilaku kaum wanita, proses kegiatan sektor informal yang dilakukan wanita, dan dimensi dimensi yang terkait dengan kegiatan wanita di pesisir pantai Ampenan. Selain itu ingin pula dilihat implikasi kegiatan wanita pesisir pada peran wanita pada umumnya . Selanjutnya dalam upaya menjaring informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian ini, dilakukan pemilihan informan. Pemilihan informan didasarkan pada beberapa pertimbanagan antara lain: subyek tersebut benar benar menguasai permasalahan yang akan ditanyakan oleh peneliti. Pemilihan subyek penelitian, berdasarkan pada hakekat penelitian kualitatif bahwa yang dipentingkan dalam pemilihan informan adalah kontekstual, bukan besarnya populasi atau besarnya jumlah informan. a.
Metode Pengumpulan Data Untuk menentukan jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data, terlebih dahulu penulis mengetahui terlebih dahulu jenis penelitian dan desain penelitian yang akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Riyanto(1996) yang mengatakan jenis metode yang dipilih dalam pengumpulan data, tentunya harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan, selanjutnya Riyanto mengemukakan bahwa kwalifikasi data perlu dipertimbangkan . Berdasarkan pada pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yakni kualitatif dengan desain case study, maka tehnik yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tehnik pengamatan (observasi) dan tehnik wawancara mendalam. Selain itu untuk mendukung data yang diperoleh juga digunakan metode dokumentasi sebagaii pendukung kedua tehnik yang digunakan. untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (trianggulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 6, Desember 2012
32 Media Bina Ilmiah konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Agar hasil penelitian itu memperoleh hasil yang kredibilitas, maka Lincoln dan Guba (Riyanto, 2003) merekemondasikand tujuh teknik yang perlu dilakukan oleh para peneliti yang melakukan : Prolonged Engagemen, Presistent Observatio, Triangulation, Peer Debrieffing, Negative Case Analysis, Referencial Adeguec Cheks, dan Member Check. b.
Analisis Data Jenis data yang akan dianalisis dapat menentukan apakah dalam menganalisis data menggunakan statistik atau non statistik. Menggunakan analisa statistik bila data yang telah dikumpulkan berupa angka angka atau bisa disebut dengan data kuantitatif, menggunakan non statistik bila data dikumpulkan berupa kata kata, deskriptif uraian, penjelasan verbal, atau bisa disebut data kualitatif (Nasution, 1988 ). Sesuai dengan karakteristik data yang dikumpulkan peneliti akan menggunakan pendekatan analisis kualitatif yaitu : (1) Reduksi data, (2) Display data, dan (3) Verifikasi data dan mengambil kesimpulan (Nasution, 1988). HASIL DAN PEMBAHASAN Kawasan Senggigi adalah bagian wilayah dari kecamatan Batu layar, desa Senggigi terdiri dari 4(empat ) dusun yaitu : dusun Loco, dusun Senggigi, dusun Mangsit dan dusun Kerandangan.Kalau Luas Desa senggigi dengan jumlah penduduk sebanyak 1.380.kepala keluarga ,dari jumlah tersebut terdapat 35% penduduknya menggantungkan hidupnya pada industri pariwisata serta 65% penduduk menggantungkan hidup sebagai nelayan, tukang bangunan, buruh tani, pengerajin dan lain lain. Tabel di dawah ini menggambarkan profile pendudk Senggigi berdasarkan mata pencaharian sebagai berikut : Tabel 1. Profile Penduduk Senggigi Berdasarkan Matapencaharian No 1 2 3 4 5 6 7 8
Pekerjaan Prosentase Nelayan 20% Petani dan buruh tani 5% Tukang bangunan 23% Pedagang dan swasta 7% Pengerajin 2% Pegawai Negeri 1,5% Pelaku Pariwisata 35% Lain lain 6,5% TOTAL 100 % Sumber: Monografi desa senggigi, tahun 2005
ISSN No. 1978-3787 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa penduduk lokal yang menggantungkan hidupnya di dunia pariwisata adalah sebanyak 35% artinya yang menggeluti pariwista sebagai penopang ekonomi rumah tangganya. Meraka bekerja tersebar di berbagai sektor seperti biro perjalanan, pedagang asongan, penjaga pantai, pegawai hotel dan restorant, usaha rent car dan usaha jasa wisata lainnya. Mengubah paradigma masyarakat Senggigi untuk mau menerima industi pariwisata di wilayahnya membutuhkan waktu yang cukup lama mengingat begitu dinamisnya kehidupan pariwisata terlebih dengan efek ganda yang ditimbulkan baik yang berdimensi positif maupun negative. Dari hasil Observasi yang dilakukan peneliti tentang kehidupan masyarakat di kawasan Senggigi memperlihatkan pemahaman mereka belum merata tentang pariwisata khususnya tentang keberadaan Bar, Seperti apa yang digambarkan oleh warga sekitar dusun loco, ”warga kawasan Senggigi pada umumnya sebagian besar masih menjadi penonton dari maraknya kehidupan pariwisata, menurut saya mengapa terjadi seperti itu karena kalah bersaing dengan warga luar yang memang mempunyai keterampilan yang sesuai kebutuhan lapangan pekerjaan industri Pariwisata”, (Nng, 45th/ ,2-11-10) a.
Persepsi masyarakat kawasan Senggigi terhadap keberadaan Bar sebagai salah satu penunjang pariwisata.
Masyarakat kawasan Senggigi khususnya dan masyarakat Lombok pada umumnya berlatar belakang budaya islami yang kuat, maka pantaslah kalau keberadaan Bar memerlukan waktu yang panjang untuk dapat di terima oleh masyarakat kawasan Senggigi pada khususnya, kondisi ini disampaikan oleh tokoh masyarakat sekitar Senggigi yang mengatakan, “ masyarakat kami adalah masyarakat yang taat pada nilai nilai agama yang dijunjungnya sehingga keberadaan Bar disekitar kami memerlukan waktu yang lama untuk dapat diterima,namun seiring dengan waktu secara perlahan keberadaan bar bisa diterima dengan catatan masyarakat lokal tidak terlibat langsung dengan aktivitas tersebut.” (H.Mhsn,60th/2-11-10) Pernyataan diatas juga didukung oleh tokoh agama lainnya yang berada disekitar dusun Mangsit yang pernyataannya kurang lebih sama, “bar boleh saja ada asal tidak merekrut tenaga dari masyarakat sekitar, biarlah
____________________________________ Volume 6, No. 6, Desember 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 33 ………...…………………………………………….………………………………………………… mereka yang bekerja di bar itu orang dari luar kawasan Senggigi saja“( Mhrp,H.Arfn,67th/3-11-10). Namun seiring dengan berjalannya waktu sikap masyarakat sekitar kawasan Senggigi mulai melunak, sikap ini awalnya ditunjukkan oleh tokoh muda yang mulai terbuka wawasannya terhadap perkembangan pariwisata umumnya,seperti apa yang disampaikannya pada pertemuan dengan peneliti, “Bar memang identik dengan kehidupan malam yang hiruk pikuk dan selalu dilakukan pada malam hari, boleh boleh saja asal mereka tidak menggangu ketertiban lingkungan dan ada jam jam tertentu untuk memulai aktivitas tersebut artinya dimulai ketika masyarakat umum sudah tidak beraktivitas dan berakhir sebelum masyarakat berkativitas” (Mnjh 45 th/ 6-1110) Saat ini kegiatan Bar pada malam hari, hampir rata rata ada pada setiap Hotel di kawasan senggigi, kondisi ini sudah mulai dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat sekitar kawasan Senggigi, paradigma ini mulai dirasa sebagai hal yang wajar yang menjadi bagian dari aktifitas pariwisata yang notabene menjadi kebutuhan wiastawan di waktu malam hari. Hal ini dikuatkan oleh penuturan tokoh masyarakat sekitar seperti apa yang disampaikan pada kami, “ Keberadaan Bar di sekitar kawasan Senggigi saat ini mulai dapat diterima oleh tokoh agama , pemuda dan masyarakat awam pada umumnya, ini disebabkan karena masyarakat sekitar sekarang paham akan kebutuhan wisatawan di malam hari, sebab tanpa hiburan malam wisatawan akan memperpendek waktu tinggalnya di kawasan Senggigi, sehingga ini akan berdampak pada sektor jasa pariwisata yang lainnya” (Sptn,36th/7-11-10). Menilik dari apa yang disampaikan informan maupun hasil observasi dilapangan yang dilakukan peneliti tentang keberadaan Bar di sekitar kawasan Senggigi, memang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para pakar tentang masyarakat bahwa, “Masyarakat dan kebudayaan cenderung mengalami perubahan yang diakibatkan oleh keberadaan pariwisata. Penelitian terhadap dampak pariwisata terhadap sosial budaya cenderung memberikan hasil yang kontradiktif. Namun dalam kondisi dan tempat tertentu pariwisata menimbulkan dampak positif bagi kondisi sosial budaya (Diarta dan Pitana ,2002).
Keberadaan Bar disekitar kawasan Senggigi dapat memberikan kontribusi terhadap pemerataan kesempatan kerja maupun usaha kepada masyarakat sekitar. Efek multiplier merupakan efek ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi pariwisata terhadap kegiatan ekonomi secara keseluruhan di suatu wilayah. Namun sejujurnya telah diakui oleh beberapa tokoh agama sekitar kawasan Senggigi dan praktisi hotel bahwa kualitas sumber daya manusia lokal yang bergerak di sektor pariwisata masih jauh dari harapan sebagaimana yang dungkapkan olehnya, “ Tenaga kerja lokal memang harus menyadari bahwa tenaga kerja luar yang nota bene yang sudah mengenal pariwisata lebih lama , wajar saja kalau mereka mendapat posisi yang sesuai dengan keahliannya .Ketidak mampuan tenaga kerja yang berasal dari kawasan Senggigi ini adalah dalam penguasaan bahasa asing, sehingga hal ini jugalah yang mendorong mereka untuk belajar bahasa asing untuk mereka sekedar bisa berkomunikasi dengan wisatawan” ( Rmia glh,40 th/15-11-10 ) Masyarakat sekitar kawasan senggigi seperti yang sudah digambarkan diatas adalah sebagian bermata pencaharian di bidang usaha jasa pariwisata. Dengan kondisi sumber daya manusia serta kompetensi yang dimiliki sebagian besar masyarakat kawasan Senggigi mereka sudah menyadari dan menerima kebutuhan tenaga Bar Seperti yang dituturkan oleh tokoh masyarakat di sekitar dusun loco, “Masyarakat Senggigi pada umumnya sudah mulai dapat menerima keberadaan bar, karena kegiatannya berlangsung pada malam hari,sehingga tidak mengganggu aktifitas keseharian warga disamping itu dengan adanya bar banyak tenaga kerja lokal direkrut untuk minimal di pekerjakan sebagi satpam, waiter di bar tersebut”,(Mnjh,45th/611-10). Demikian juga hal senada disampaikan oleh tokoh pemuda Senggigi yang mengatakan, “ Untuk para tokoh muda sekitar kawasan Senggigi sudah mulai terbuka wawasan kami tentang pariwisata kami menyambut baik keberdaan bar di kawasan ini sebab menurut kami selain kami diberikan kesempatan sebagi tenaga kerja ( Satpam, waiter, supplier ) pengamatan kami juga usaha jasa penyewaan rumah kos juga tumbuh dengan baik karena banyak tenaga kerja bidang industri jasa pariwisata yang
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 6, Desember 2012
34 Media Bina Ilmiah menyewa rumah disekitar Senggigi”, (Sptn Hrsm, 35th/ 16-11-10) Mencermati apa yang disampaikan oleh nara sumber tentang keberadaan Bar di sekitar kawasan Senggigi bila dilihat dari perspektif pemerataan kesempatan kerja dan usaha masyarakat sekitar, dapat dikatakan bahwa kondisi ini sangat membantu memberi kesempatan kepada angkatan kerja untuk diterima /direkrut sebagai tenaga keamanan, tenaga cleaning service,bagi yang tingkat pendidikannya rendah , sementara bagi mereka yang mempunyai keterampilan vokasi bidang jasa pariwisata, mereka direkrut sebagai waiter maupun bidang lain yang masih berhubungan dengan jasa pariwisata khususnya bar. Pernyataan dari nara sumber yang telah disampaikan diatas juga di kuatkan oleh tokoh pemuda lainnya yang mengatakan, “daerah kerandangan dan mangsit adalah kawasan pariwisata yang mulai berkembang belakangan ini, namun kebaradaan bar disini awalnya ditentang oleh sebagian tokoh masyarakat, namun karena banyak tenaga kerja yang dapat direkrut untuk dipekerjakan di usaha bar ini sebagai satpam, cleaning service maka keberdaan bar akhirnya dapat diterima walau dengan catatan untuk keberadaan café masih menjadi pertentangan diantara mereka”, ( Nsrj, 38th/ 20-11-10) Dari apa yang dipaparkan oleh nara sumber bila di kaitkan dengan teori yang dikemukakan Cohen bahwa dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dilihat dari peningkatan pendapatan masyarakat dan tersedianya kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar daerah wisata tersebut adalah sangat sejalan sehingga keberadaan bar di sekitar kawasan Senggigi Keberadaan bar di sekitar kawasan Senggigi memberikan kontribusi terhadap perkembangan kebudayaan lokal daerah Nusa Tenggara Barat. Masyarakat dan kebudayaannya cenderung mengalami perubahan yang diakibatkan oleh keberadaan pariwisata di suatu kawasan. Dampak pariwisata pada sisi sosial budaya cenderung memberikan hasil yang kontradiktif, beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam kondisi dan tempat tertentu pariwisata menimbulkan dampak positif bagi kondisi sosial budaya. “ Bila saya cermati keberadaan seni budaya lokal yang ada saat ini di Kawasan Senggigi khususnya dan Lombok pada umumnya, sangatlah memprihatinkan karena Bar disekitar kawasan ini jarang / tidak rutin menampilkan kesenian lokal seperti,gandrung, gendang beleq,
ISSN No. 1978-3787 peresean,rudat pada acara Live show’nya, ini mungkin karena atraksi seni budaya tersebut tidak sesuai dengan suasana Bar ataukah karena pihak manjemen Bar tidak mengakomodir kesenian lokal yang ada padahal animo wisatawan sangat besar terhadap kesenian tradisional”.(Mhrp 46 th/ 20-11-10 ) Apa yang digambarkan diatas sejalan dengan penyampaian seorang tokoh masyarakat yang memang pemerhati budaya, “ Kesenian dan budaya lokal yang berkembang saat ini saya katakan tidak terlalu menggembirakan, walau oleh pemerintah telah dilaksanakan sebuah program atau event setiap tahun yang disebut festival Senggigi yang menampilkan budaya lokal, namun menurut saya gebyarnya hanya pada saat festival saja, setelah itu redup lagi”.( Jll arzk,67 th/21-1110 ) Kalau kita simak pernyataan diatas artinya kebudayaan lokal masih dipandang sebelah mata sehingga eksistensinya stagnan. Dari kalangan tokoh masyarakat juga tidak ada terobosan yang dilakukan . Kalau kita amati kondisi ini masih terjadi yang disebabkan karena peran tokoh agama ( Tuan Guru) sebagai tokoh panutan tidak dilibatkan secara intens. Disisi lain pemerintah kurang serius dalam mensosialisasikan pariwisata di kalangan mereka, kondisi ini di benarkan oleh seorang pengamat kebudayaan Lombok yang mengatakan, “ pengenalan pariwisata perlu diperluas dikalangan tokoh agama/ ulama dan tokoh masyarakat lainnya agar tidak hanya menyentuh pencitraan negatif saja yang selama ini terbangun , melainkan sesuatu yang seutuhnya mengenai pariwisata, ajak mereka berkunjung ke destinasi pariwisata yang masyarakatnya juga adalah masyarakat agamais seperti ke daerah Jawa Barat misalnya karena itulah yang cocok dan sesuai dengan kondisi yang ada di Lombok khususnya dan Nusa Tenggara Barat pada umumnya”.( Jll Arzk, 67 th/22-11-10 ) SIMPULAN Berdasarkan tujuan dan beberapa pokok permasalahan yang dikemukakan pada latar belakang penelitian yang berjudul Persepsi Masyarakat Kawasan Senggigi Terhadap Keberadaan Bar Sebagai Salah Satu Penunjang Pariwisata, maka setelah proses penelitian
____________________________________ Volume 6, No. 6, Desember 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 35 ………...…………………………………………….………………………………………………… dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang dilakukan dan mendapatkan data yang relevan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Masayarakat kawasan Senggigi pada khususnya adalah masyarakat yang taat pada nilai nilai agama yang dijunjungnya sehingga keberadaan Bar memerlukan waktu yang lama untuk dapat diterima , karena menurut pandangan mereka bar identik dengan kehidupan malam yang hiruk pikuk, namun seiring dengan berjalannya waktu keberdaan Bar mulai dapat diterima oleh tokoh agama, pemuda dan masyarakat sekitar karena mereka paham akan kebutuhan wisatawan di malam hari 2. Keberadaan Bar di sekitar kawasan Senggigi dapat memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja maupun usaha kepada masyarakat sekitar. Keberadaan Bar dari perspektif pemerataan kesempatan kerja dan usaha masyarakat sekitar dapat dikatakan sangat membantu memberi kesempatan kerja kepada angkatan muda untuk diterima sebagai tenaga keamanan , tenaga cleaning service , ataupun tenaga waiter maupun bidang lain yang masih berhubungan dengan jasa pariwisata khususnya. 3. Kontribusi keberadaan Bar di kawasan Senggigi terhadap perkembangan kebudayaan lokal daerah Nusa Tenggara Barat, bahwa dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di lapangan masih ada tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda yang memberi pandangan bahwa kebudayaan lokal masih menjadi tamu di rumah sendiri hal ini dapat dilihat dari belum rutinnya kesenian lokal ataupun budaya setempat dipentaskan pada kegiatan live show di Bar, kalaulah ada pementasan kesenian dan gelar budaya secara kolosal itu hanyalah terjadi ketika ada festival Senggigi, setelah itu kegiatan tersebut kembali jalan ditempat.
DAFTAR PUSTAKA Bachtiar
,H.W.(1985).Budaya Dan Manusia Indonesia .Yogya karta : Hanindita
Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah NTB,(2004)Menyusun Strategi Pembangunan Manusia ,Bappeda
Bogdan,Robert & Sari Knopp Biklen.(1984) .Qualitative Research For Education to Theory and Methods.Boston: Allyn Bacon,Inc Farky,Lumanuw.(2000). Bar dan Minuman .Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Koentjararaninggrat.( 2005), Pengantar Antropologi, Jakarata, Rineka Cipta Monografi Desa Senggigi , tahun 2005 Marpaung Happy.(2000), Pengetahuan Pariwisata .Bandung .Alvabeta . Moleong,Lexy.j.(1994).Metodologi Kualitatif.Bandung: Tarsito
Penelitian
Murdana ,I Made.(2005).Regency club Sebagai alternative Dalam Memberikan Penanganan Terhadap Wisatawan Di Hotel Bali Hyatt Sanur Bali.Akademi Pariwisata Mataram Nasution S.91988).Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif .Bandung: Tarsito Oka, Yoeti.(1993). Pengantar Ilmu Pariwisata ,Bandung .PT Angkasa Pedia Wiki.(2007),Ensiklopedia Bebas berbahasa Indonesia .Goggle Pitana, I Gde, I Ketut Surya Diarta. (2009), Pengantar Ilmu Pariwisata, Jogyakarta. Penerbit ANDI Religi.(2008), Majalah Dua Mingguan Volume 2 No 19/1,Mataram. Religi Guna Mandiri
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 6, Desember 2012