ISSN: 2085-5079
ISSN: 2085-5079
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KH. MOHAMMAD KHOLIL BANGKALAN Zainal Anshari Marli STAIFAS Kencong Jember
Abstrak Latar belakang geneologi intelektual KH. Mohammad Kholil Bangkalan. Secara genetik akademis, beliau “berdarah-nasab” akademis kepada Sunan Gunung Jati Jawa Barat. Melalui jalur sang ayah KH. Abd. Latief. Kemudian dilanjutkan pada Tuan guru Dawuh/ Bujuk Dawuh, berlanjut kepada Tuan guru Agung/ bujuk Agung. Bersambung pada; KH. Mohammad Noer desa Mandungan, Widang, Tuban. KH. Asyik Cangaan Bangil Jawa Timur. Kiai Arif, pesantren Darus Salam, Kebon Candi, Pasuruan. KH. Noer Hasan Sidogiri Pasuruan, Jatim. KH. Abdul Bashar, Banyuwangi, Jatim. Syaih Imam Muhammad Nawawi Al Bantani, Syaih Umar Khatib Bima, Syaih Muhammad Khotib Sambas Bin Abdul Ghafur Al Jawi dan Syaih Ali Rahbini. Sedangkan pemikiran pendidikan Islam KH. Mohammad Kholil Bangkalan, yang diramu beliau dalam tiga aspek. pertama, pemikiran pendidikan Islam dengan karakteristik tasawuf/ ahlak. Kedua, pemikiran pendidikan Islam dengan karakteristik fikih/ibadah. Ketiga, pemikiran pendidikan Islam dalam keluarga. Sedangkan corak pemikiran pendidikan Islam KH. Mohammad Kholil Bangkalan, adalah pemikirannya konservatif. Dan menurut Abdurrahman Assegaf, corak pemikiran spiritualisme. Sedangkan menurut Abdul Haris dan Kivah Aha Putra,
corak pemikiran konservatif.
pendidikan
Islam
aliran
agamis
Kata kunci: Pemikiran pendidikan Islam, Mohammad Kholil Bangkalan, dan pendidikan pesantren. PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia, pada abad 19-20, bangsa Indonesia dalam kondisi dijajah Belanda. Ternyata pada masa itu, dunia pendidikan pondok pesantren memiliki figur intelektual yang ikut berpartisipasi dalam melakukan gerakan social (social force). Bahkan figur itu menjadi bagian terpenting munculnya gerakan sosial keagamaan dan kemasyarakatan yang hingga kini masih tetap eksis. Sosok itu, dikenal dengan nama KH. Mohammad Kholil Bangkalan, yang kemudian lebih populer dengan nama Syaikhona Kholil Bangkalan.1 KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur), menyebut Syaikhona Kholil Bangkalan sebagai ulama’ yang berhasil menggabungkan kedua kecenderungan fikih dan tarekat dalam dirinya, dalam sebuah keseimbangan yang tidak meremehkan kedudukan fikih. Keduanya harus berjalan seimbang, dan saling melengkapi, demikian kata Said Aqil Siradj, dalam sebuah pengantar berjudul Menyingkap Jejak Syaikhona Kholil Bangkalan.2 Abdurrahman Mas’ud, menilai figur Syaikhona Kholil Bangkalan sebagai sosok ahli strategi pengembangan pendidikan pondok pesantren.3 Kenyataan itu dibuktikan dengan banyaknya 1 RKH. Fuad Amin Imron, Syaikhona Kholil Bangkalan Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama (Surabaya: Khalista dan Pena Insani, 2012), dan dalam Saifur Rahman, Biografi dan Karamah KH. Mohammad Kholil Bangkalan; Surat Kepada Anjing Hitam (Jakarta: Pustaka Cinganjurs, 2001), 6. 2 Said Aqil Sirajd, Menyingkap Jejak Syaikhona Kholil Bangkalan dalam Proses Pendirian NU, (Surabaya: Khalista dan Pena Insani, 2012), viii. 3 Abdurrahman Mas’ud, Tradisi Intelektual Pesantren, (Yogyakarta: LKIS, 1998), buku tersebut diterbitkan ulang dengan judul Dari Haramain Ke Nusantara; Jejak Intelektual Arsitek Pesantren, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006).
Zainal Anshari Marli santri Syaikhona Kholil Bangkalan yang menjadi panutan atau tokoh inti di dalam masyarakat, bahkan lahirnya organisasi Islam terbesar di Indonesia (NU), dipelopori oleh beberapa santri Syaikhona Kholil Bangkalan.4 Syaikhona Kholil Bangkalan, sebagai intelektual muslim Nusantara yang berdarah pesantren, memiliki nasab intelektual dengan jaringan ulama di Timur Tengah (sebagian berasal dari Nusantara). Sebagian mereka belajar dan mengajar disana. Hal itu, menjadi semakin nyata untuk menguraikan tentang pemikiran pendidikan Islam dan coraknya yang dikembangkan Syaikhona Kholil Bangkalan. Setidaknya, dalam catatan Said Aqil Siradj, ada beberapa ulama yang cukup berpengaruh secara intelektual dan spiritual dalam membentuk jati diri Syaikhona Kholil Bangkalan. Para ulama tersebut diantaranya; 1) Syaikh Muhammad Nawawi AlBantani (1813-1897), 2) Syaikh Umar Khotib Bima, 3) Syaikh Ahmad Khatib Bin Abdul Ghaffar Al-Jawi Al-Sambasi (wafat 1875).5 Berikut sekilas kutipan pemikiran pendidikan Islam Syaikhona Kholil Bangkalan, dalam bingkai ilmu tasawuf, yang dirangkai dalam sebuah syair arab. Inilah prinsip-prinsip inti yang dipakai Syaikhona Kholil dalam mendidik para santrinya.6 4
Misalkan KH. Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Hasbullah, Kiai As’ad Syamsul Arifin, Kiai Abdul Karim, Kiai Mas Nawawi Bin Noerhasan, Kiai Ridwan Abdullah, Kiai Bisri Syansuri, Kiai Ma’sum, Kiai Kholil Harun, Kiai Muhammad Siddiq, Kiai Muhammad Hasan, Kiai Abdullah Mubarok dan Kiai Munawwir, dsb Said Aqil Siradj, Menyingkap Jejak Syaikhona Kholil Bangkalan dalam Proses Pendirian NU, vi. 5 Said Aqil Siradj, Menyingkap Jejak Syaikhona Kholil Bangkalan, viii. 6 Ada yang memngatakan bahwa syair-syair ini dikutip dari kitab Hayatul Hayawan. Akan tetapi, dalam konteks ini, penulis berkeyakinan, walaupun beliau mereformulasi ulang pemikiran tersebut, setidaknya Syaikhona Kholil Bangkalan setuju atau bahkan meng-amini gaya pemikiran tersebut untuk dipraktekkan kepada santrinya di Demangan Bangkalan Madura. Memang sebenarnya tidak ada pemikiran yang benar-benar murni dari seseorang itu, tanpa ada pengaruh atau bahkan ter-pengarug oleh pemikiran orang lain, sebagaimana ulama-ulama nusantara lainnya yang juga mengalami “pengaruh pemikiran” dari gurunya masingmasing.
Bahkan hingga laporan ini di tulis, para santri Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Demangan Bangkalan Madura, tetap membaca syair-syair ini setiap selesai melakukan pengajian kitab kuning, baik di pagi hari maupun di malam hari. Berikut ini syair-syair arabnya; ِ ِ ك َربِّي اَدفَع َ ك َو ِسي لَة * فَبِا ِالفِت َقا ِر الَي َ َما لِي ِس َوى فَ ق ِري الَي Artinya: Tiada kebutuhan bagiku kepada-Mu selain menjadi pelantaraku dengan diri-Mu # maka dengan kebutuhan itulah aku menyerahkan diri kepada-Mu (Tuhan).7 Sebenarnya, syair tersebut sangat dalam maknanya, dalam arti bagaimana seorang manusia (hamba-santri-murid) agar selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt sebagai Tuhan Pencipta yang selalu dibutuhkan pertolongan dan solusi-solusinya bagi “ke-ruwetan” yang dihadapi manusia sebagaio seorang hamba. Dalam perspektif pendidikan Islam, tentu gugahan syair Syaikhona Kholil Bangkalan ini, mengarahkan cara berfikir manusia atau peserta didik untuk tidak berpaling kepada Tuhan. Model-model pendidikan demikian, merupakan penegasan dari corak pendidikan spiritual-konservatif,8 yang menjadikan Tuhan dan akhirat sebagai akhir dari gerbang kehidupan yang sebenarnya. Hal ini tentu cukup menarik ketika konsep ini ber vis a vis dengan konsep ateisme yang meniadakan peran Tuhan dalam kehidupan umat manusia. Tetapi yang cukup membanggakan, ternyata pendidikan pesantren menjadi ikon kekuatan Islam Nusantara, sebagaimana dikomentari Nurholis Majid berikut ini; Seandainya negeri ini tidak mengalami penjajahan, mungkin pertumbuhan sistem pendidikannya akan mengikuti jalur-jalur yang ditempuh pesantren itu. 7 Muhammad Kholil Bangkalan, “Kumpulan Syair-Syair Sufi” (lembaran naskah tidak dipublikasikan). 8 Abd. Haris dan Kivah Aha Putra, Fildafat Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2012), 120-131.
Zainal Anshari Marli Sehingga perguruan tinggi yang ada sekarang, tidak akan berupa UI, ITB, IPB, UGM, UNAIR atau yang lainnya. Tetapi mungkin namanya Universitas Tremas, Krapyak, Tebuireng, Bangkalan, Lasem dan seterusnya.9 Menurut hemat peneliti, masih ada berapa kiai lagi yang belum terdata oleh beberapa peneliti dan penulis tersebut? Penulis memperkirakan, bahwa mayoritas kiai-kiai di tanah Jawa dan Madura berguru kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Sebab, pada abad 18 pertengahan menjelang akhir itu, pendidikan pesantren merupakan corak pendidikan unggul (excellent school) dibandingkan pendidikan ala Belanda. Karena ternyata, masyarakat pribumi memilih pesantren sebagai pilihan pendidikan utama.10 Belanda, menjajah Indonesia bukan hanya menjarah kekayaan sumber daya alam, namun mereka juga menjarah karya intelektual ulama Nusantara. Sebagaimana ditulis Abu Bakar Aceh sebagai berikut; “Demikian beberapa catatan yang kita kutip dari kitab Al Haddad. Ternyata bahwa penyelidikan tidak boleh dihentikan mengenai sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Banyak buku-buku yang dikumpulkan orangorang Barat mengenai bahan-bahan sejarah tanah air kita, baik yang dikumpulkan oleh orang-orang Inggris di Malaya sebagai diceritakan oleh Abdullah Munsyi dalam
9 Ingat ! Nurholis Majid menulis “Tetapi mungkin namanya Universitas Tremas, Krapyak, Tebuireng, Bangkalan, Lasem”, Bangkalan merujuk pada Pesantren Syaikhona Kholil Demangan Bangkalan Madura. Nurcholis Majid, Merumuskan Kembali Tujuan Pendidikan Pesantren (Jakarta: P3M, 1985), 3. Dalam M. Dawam Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren; Membangun Dari Bawah (Jakarta: P3M, 1985). 10 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta: LP3ES, 1994). Dan lihat Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta; INIS, 1994), 03. Dan Maman Imanul Haq Fakih, Fatwa dan Canda Gus Dur,(Jakarta: Kompas, 2010), 62.
hikayatnya tentang Malaka, baik yang dikumpulkan oleh orang-orang Belanda, sebagaimana diceritakan oleh Al-Haddad dalam brosur di atas, sudah tidak kita miliki lagi. Abdullah Munsyi dalam hikayatnya tentang Malaka pada abad 13 H, menceritakan sebagai berikut; di tanah Melayu pada zaman itu, ada perkumpulan yang anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang Melayu, Keling, Arab dan bermacam-macam pedagang Tionghoa dan lain-lain. Waktu itu orang-orang Belanda mengumpulkan buku-buku dan hikayat-hikayat yang banyaknya kira-kira 70 jilid, yang dikumpulkan dari Riau, Langka, Pahang, Trengganu dan Kelantan”. “Demikian cerita Munsyi. Maka sekarang pertanyaan kita ialah, kemana buku-buku itu sekarang? Jika dari tempat tersebut Belanda mengumpulkan buku-buku 70 jilid banyaknya, betapa banyaknya buku-buku yang yang dikumpulkan dari Sumatera, Jawa, pulau-pulau Sela dan Maluku? Tentu banyak pula, mungkin sampai ratusan atau ribuan banyaknya. Kemanakah semuanya itu? Al-haddad bercerita lebih lanjut, pada tahun 1341 H, saya sampai di Jawa dan menanyakan dan mencari buku-buku sejarah Jawa. Orang-orang menasehatkan saya supaya jangan menyebut-nyebut tentang itu, karena pemerintah Belanda mengharuskan setiap orang yang memiliki buku-buku sejarah kuno untuk menyerahkan buku-buku tersebut kepada sebuah badan yang dibentuk oleh Belanda khusus untuk itu”.11 Selain itu, Syaikhona Kholil Bangkalan, memiliki beberapa karya tulis ilmiah yang dapat kita kaji, di antaranya, per11 Abu Bakar Aceh, Sekitar Masuknya Islam Ke Indonesia (Semarang: CV. Ramadhani, 1971), 11-12.
Zainal Anshari Marli tama, Al Matnu Asy Syarif (kitab fikih dasar).12 Karya tersebut menguraikan dasar-dasar pemahaman keagamaan dalam Islam. Kedua, As Shilah Fi Bayani An Nikah.13 Ketiga, Sholawat Syaikhona Kholil, terdapat dalam kitab Saadatud Daroini Fis Sholati Ala An Nabiyyi As Shaqolaini, ditulis KH. Kholid Muhammad Jember, awalnya diberi nama I’anatur Roqibin sebagaimana ditulis Saifur Rahman.14 Keempat, Asmaul Husna yang benbentuk Nadhom (syair). Kelima, kumpulan wirid. Keenam, kumpulan doa dan hizib. Ketujuh, ijazah Barzakhiyah. Dan Kedelapan kitab terjemah Alfiyah.15 Dalam hemat peneliti, tentu masih banyak karya tulis ilmiah yang dihasilkannya, baik berupa kitab atau manuskripmanuskrip. Oleh karenanya, peneliti tertarik untuk mencermati desain pemikiran pendidikan Islam dan berbagai kegiatan pendidikan yang dilakukan Syaikhona Kholil Bangkalan, dengan judul penelitian; Pemikiran Pendidikan Islam KH. Mohammad Kholil Bangkalan. KAJIAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan syaikhona Kholil Bangkalan, Pertama; penelitian berupa disertasi yang ditulis oleh Abdurrahman Mas’ud dengan judul Tradisi Intelektual Pesantren dan Dari Haramain ke Nusantara; Jejak Intelektual Arsitek Pesantren. Penelitian kualitatif dengan multi kasus tersebut menemukan hal-hal sebagai berikut, adanya peran yang cukup besar ulama-ulama Nusantara dalam mengem-
12 Mohammad Kholil Bin Abdul Latif Al-Bangkalani, Al-Matnu As Syarif, (Surabaya: Maktabah Khalid Bin Ahmad Bin Nabhan, tt). 13 Mohammad Kholil Bin Abdul Latif Al-Bangkalani, As Shilah Fi Bayani An Nikah, (Surabaya: Awadh Bin Abdillah At Tamimiy, tt). 14 Saifur Rahman, Biografi dan Karamah, 66-68. 15 Dalam Saifur Rahman temuan tentang karya KH. Mohammad Kholil Bangkalan sebanyak 7 macam. Namun setelah penulis melakukan penelitian pendahuluan, penulis menemukan sekitar 8 karya.
bangkan tradisi ilmu pengetahuan, baik yang berkembang di Nusantara maupun di Timur Tengah.16 Kedua, penelitian yang dilakukan Alzani Zulmi M, dengan judul; Tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah Syaikhona Mohammad Kholil Bangkalan tahun 1834-1925.17 Dalam penelitian tersebut mendeskripsikan tentang hal-hal berikut; Syaikhona Kholil merupakan seorang ulama yang berasal dari Madura, yang masih tetap dikenang dan dihormati oleh masyarakat sampai sekarang. Syaikhona Kholil tidak hanya terkenal di Madura, tetapi juga di luar Madura, hal ini dikarenakan perjuangannya dalam menyebarkan ajaran agama Islam. Sementara penelitian yang akan dilakukan, mengambil fokus hanya pada konteks pemikiran pendidikan Islam Syaikhona Kholil Bangkalan. Baik mengenai latar belakang keluarganya, pendidikan, kehidupan, pengabdian melalui Pesantren Demangan (kini diberi nama pesantren Syaikhona Kholil) dan karangankarangan yang dihasilkan Syaikhona Kholil Bangkalan. METODE PENELITIAN Pendekatan dan jenis penelitian Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan jenis library research (studi pustaka) sehingga hasil deskripsinya bersifat deskriptif analitis kualitatif yang menyeluruh. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian pemikiran ini adalah pendekatan emik (emic view) dan pendekatan etik (etic view). Dalam perspektif etik, peneliti diperbolehkan menginterpretasikan data-data tersebut
16 Abdurrahman Mas’ud, Tradisi Intelektual Pesantren (Yogyakarta: LKIS, 1998) dan Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain ke Nusantara; Jejak Intelektual Arsitek Pesantren (Jakarta: Kencana, 2006). 17 Alzani Zulmi M, Tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah Syaikhona Mohammad Kholil Bangkalan tahun 1834-1925, (Surabaya: Jurnal Avatara, Vol. 1, No. 2. Mei 2013), 89.
Zainal Anshari Marli berdasarkan pengalaman dan pengetahuan dari berbagai sumber dan hasil studi terdahulu. Tentu semuanya yang terkait dan relevan dengan substansi penelitian yang dilakukan. Sumber data dan tehnik penggalian data Data-data yang akan menjadi objek deskripsi penelitian ini, berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui serangkaian kegiatan pelacakan atau pencarian karya tulis Syaikhona Kholil Bangkalan, baik berupa karangan, terjemah, syarah, syair, hizib, wirid dan lain sebagainya. Karya-karya Syaikhona Kholil Bangkalan adalah pertama, Al Matnu Asy Syarif (kitab fikih dasar).18 Kedua, As Shilah Fi Bayani An Nikah.19 Ketiga, Sholawat Syaikhona Kholil, terdapat dalam kitab Saadatud Daroini Fis Sholati Ala An Nabiyyi As Shaqolaini, ditulis KH. Kholid Muhammad Jember, awalnya diberi nama I’anatur Roqibin sebagaimana ditulis Saifur Rahman.20 Keempat, Asmaul Husna yang benbentuk Nadhom (syair). Kelima, kumpulan wirid. Keenam, kumpulan doa dan hizib. Ketujuh, ijazah Barzakhiyah. Dan Kedelapan kitab terjemah Alfiyah.21 Selain data primer, ada juga data sekunder, di antaranya adalah; karya intelektual orang lain, baik berupa penelitian skripsi, tesis, disertasi atau penelitian lainnya. Bahkan tulisa-
18 Mohammad Kholil Bin Abdul Latif Al-Bangkalani, Al-Matnu As Syarif, (Surabaya: Maktabah Khalid Bin Ahmad Bin Nabhan, tt). Kitab Syaikhona Kholil Bangkalan ini, diterbitkan bersamaan kitab berjudul Aqidatut Tauhid, karya KH. Muhammad Hasan Genggong (santri Syaikhona Kholil Bangkalan). Kitab fikih Al-Matnus Syarif ini tidak banyak diketahui peneliti dan penulis tentang Syaikhona Kholil Bangkalan. Bahkan Abdurrahman Mas’ud, Saifur Rahman, Mohammad Rifa’i, Ibnu Assayuthi Ar Rifai, RKH. Fuad Amin Imron dan Jajad Burhanuddin, tidak mengemukakan. 19 Mohammad Kholil Bin Abdul Latif Al-Bangkalani, As Shilah Fi Bayani An Nikah, (Surabaya: Awadh Bin Abdillah At Tamimiy, tt). 20 Saifur Rahman, Biografi dan Karamah, 66-68. 21 Dalam Saifur Rahman temuan tentang karya KH. Mohammad Kholil Bangkalan sebanyak 7 macam. Namun setelah penulis melakukan penelitian pendahuluan, penulis menemukan sekitar 8 buah karya, kemungkinan karya tersebut masih akan terus bertambah.
tulisan lepas tentang Syaikhona Kholil Bangkalan turut menjadi data sekunder dalam penelitian ini. Metode analisis data Data-data yang diperoleh, akan dilakukan analisis dengan model deskriptif analitis. Proses lebih lanjut dengan mengakategorisasi dan diseleksi secara mendalam. Data-data ini, pada tahapan selanjutnya, akan dilakukan analisis dan penafsiran. Oleh karena penelitian ini bersifat pemikiran seorang tokoh ulama Jawa dan Madura, maka unit analisis dilakukan pada hasil-hasil karya tulis ilmiah yang dihasilkan Syaikhona Kholil Bangkalan, kemudian disanding-sandingkan dengan berbagai teori pendidikan Islam yang telah berkembang oleh para pemikir pendidikan Islam. Sedangkan langkah-langkah sebelum melakukan analisis dan interpretasi data, terlebih dahulu dilakukan hal-hal sebagai berikut; pertama, mengumpulkan bahan tentang Syaikhona Kholil Bangkalan. Kedua, selanjutnya menilai kelayakan sumbersumber yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian. Ketiga, menganalisis saling hubungan antar bahan yang diperoleh dari beberapa sumber, baik dokumentasi karya tulis ilmiahnya ataupun pengamatan. Keempat, selanjutnya mengambil kesimpulan dengan cara melakukan sintesis. Uji validitas data Dalam melakukan pengujian keabsahan data, peneliti mengajukan dua model, yakni triangulasi sumber dan diskusi dengan teman sejawat. Triangulasi sumber diperlukan untuk mengecek kebenaran data tersebut dengan membandingkannya dengan beberapa sumber yang lain. Sedangkan teman sejawat, dalam tradisi penelitian ilmiah sering di sebut dengan FGD (focus group discution). Paparan data dan temuan penelitian
Zainal Anshari Marli Latar Belakang Geneologi Intelektual KH. Mohammad Kholil Bangkalan Sebagaimana kiai atau ulama Nusantara pada umumnya, mereka memiliki garis atau geneologi intelektual yang saling bertautan antara ulama yang satu dengan yang lainnya. Tidak terkecuali Syaikhona Kholil Bangakalan. Beliau juga memilki sanad keilmuan yang dapat kita ketahui hingga hari ini. Ada banyak versi yang menulis tentang garis geneologi intelektual Syaikhona Kholil Bangkalan yang peneliti temui, di antaranya, Saifur Rahman, Mohammad Rifa’i, Said Aqil Sirajd, RKH. Fuad Amin, Ibnu Assayuthi Ar-Rifai, dan versi Majalah Ijtihad (edisi 32/tahun XVII/Rabiul Awwal-Rajab/1431 H, 29-31), serta Mokh. Syaiful Bahri.22 Beberapa guru Syaikhona Kholil Bangkalan selama di Nusantara adalah sebagai berikut; Pertama, belajar dasar-dasar ilmu agama dalam lingkungan keluarganya sendiri.23 Pandangan ini mendekatkan kepada Syaikhona Kholil Bangkalan termasuk dalam kategori ulama yang memiliki corak pemikiran pendidikan Islam beraliran konservatif/ tradisional. Kedua, Tuan guru Dawuh, yang dikemudian hari dikenal dengan Bujuk Dawuh, yang bermukim di desa Malajeh Bangkalan.24 Cara mengajarnya di sembarang tempat, unik, kondisional dan spontan. Ketiga, Tuan guru Agung, yang
22
Mokh. Syaiful Bahri, Syaikhona Cholil Bangkalan; Ulama Legendaris Dari Madura, (Pasuruan: Cipta Pustaka Utama, 2006). Dan karya dari penulis yang sama, Mokh. Syaiful Bahri, Syaikhona Cholil Bangkalan; Riwayat Hidup Dan Karya Tulis, (Pasuruan: Cipta Pustaka Utama, 2008). 23 Pandangan ini diperkuat atas laporan kajian yang dilakukan Saifurrahman (1999 dan 2001), kemudian diperkuat juga oleh RKH. Fuad Amin. 24 Data ini diperoleh dari hasil kajian Saifurrahman (1999 dan 2001). Bahkan hampir semua tulisan, baik berupa penelitian atau tulisan biografi yang ditulis oleh para ilmuwan, 90 % penggalian datanya banyak mengadopsi kerangka historis yang telah disusun Sifurrahman. Bandingkan dengan Majalah Ijtihad (edisi 32/tahun XVII/Rabiul Awwal-Rajab/1431 H., 29-31).
kemudian dikenal dengan bujuk Agung. Guru ini bukan hanya alim dalam ilmu lahir, tapi beliau juga alim dalam ilmu batin.25 Keempat, KH. Mohammad Noer, desa Mandungan, Widang, Tuban. Kiainya wafat tahun 1870 M. Syaikhona Kholil Bangkalan berada di langitan selama 3 tahun.26 Kelima, KH. Asyik, Cangaan, Bangil Jawa Timur. Beliau termasuk ulama yang sangat alim dalam ilmu alat dan fikih.27 Keenam, Kiai Arif, pesantren Darus Salam, Kebon Candi, Pasuruan. Kiai Arif termasuk seorang ulama yang sangat alim dan waro’ (berhati-hati dari perkara syubhat, apalagi yang jelas-jelas haram).28 Ketujuh, KH. Noer Hasan, Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur. Beliau termasuk ulama fikih yang sangat alim dan waro’. Uniknya lagi, pesantren Sidogiri, termasuk kategori pesantren yang memberikan perhatian lebih kepada para santri untuk belajar ilmu-ilmu alat seperti Nahwu dan Shorrof dan Al-Qur’an. Kedelapan, KH. Abdul Bashar, Banyuwangi, Jawa Timur.29 Menurut sebuah catatan tentang beliau ketika belajar di pesantren Banyuwangi, itulah awal ia memulai menata untuk berangkat ke tanah haram, Mekkah-Madinah. Kesembilan, Syaih Imam Muhammad Nawawi Al Bantani, pertemuan belajarnya berada di kota Mekkah. Kesepuluh, Syaih Umar Khatib Bima. Kesebelas, Syaih Muhammad Khotib Sambas Bin Abdul Ghafur Al Jawi. Kedubelas, Syaih Ali Rahbini.30 Sedangkan laporan menurut versi majalah Ijtihad, majalah 6 bulanan PP. Sidogiri, Pasuruan Jawa Timur, berikut 25 Lihat dalam Saifurrahman, Surat Kepada Anjing Hitam, 80-181. Ada 40 hikayah yang telah di-tasheh, terkait dengan karomah Syaikhona Kholil Bangkalan. 26 Saifurrahman, Biografi dan Karamah, 16. 27 Saifurrahman, Biografi dan Karamah, 18. 28 Saifurrahman, Biografi dan Karamah, 19. 29 Selama di pesantren ini, Syaikhona Kholil Bangkalan sambil bekerja memanjat pohon Kelapa, milik kiai dan masyarakat sekitar. Upah dari memanjat pohon Kelapa ini, menjadi bagian kisah melanjutkan studi ke Mekkah Al Mukarromah. 30 Saifurrahman, Biografi dan Karamah, 16.
Zainal Anshari Marli adalah beberapa gurunya pertama, Kiai Sholeh, PP. Bunga Gersik. Kedua, KH. Asyik, PP. Cangaan Bangil Pasuruan. Ketiga, Kiai Arif, PP. Keboncandi Pasuruan. Keempat, Kiai Abu Dharrin atau mbah Tugu. Kelima, KH. Noer Hasan Bin Nawawi. Keenam, Kiai Tirmis, Banyuwangi.31 Ada nama guru Syaikhona Kholil Bangaklan yang tidak disebutkan dalam tulisan Saifurrahman, di antaranya, ada nama Kiai Abu Dharrin atau mbah Tugu, yang hanya disebutkan oleh Majalah Sidogiri, sementara penulis lain tidak menyebutkannya.32 Pemikiran pendidikan Islam KH. Mohammad Kholil Bangkalan Berikut ini akan peneliti uraikan beberapa pemikiran pendidikan Islam Syaikhona Kholil Bangkalan yang bercorak konservatif-tradisionalisme berbasis spritualisme. Beberapa pemikiran tersebut, peneliti gali dari naskah-naskah tulisan tangan Syaikhona Kholil Bangkalan, baik berupa syair atau kitabkitab beliau, yang sudah dipublikasikan. Pertama, Al Matnu Asy Syarif (kitab fikih dasar).33 Karya tersebut menguraikan dasar-dasar pemahaman keagamaan dalam Islam. Kedua, As Shilah Fi Bayani An Nikah.34 Ketiga, Sholawat Syaikhona Kholil, terdapat dalam kitab Saadatud Daroini Fis Sholati Ala An Nabiyyi As Shaqolaini, ditulis KH. Kholid Muhammad Jember, awalnya diberi nama I’anatur Roqibin sebagaimana ditulis Saifur Rahman.35 Keempat, Asmaul Husna yang benbentuk Nadhom (syair). Kelima, kumpulan wirid. Keenam, kumpulan doa dan hizib.
31
Majalah Ijtihad, edisi 32/tahun XVII/Rabiul Awwal-Rajab/1431 H., 29-31. Bandingkan antara Saifurrahman, Biografi dan Karamah, 16 dan Majalah Ijtihad, edisi 32/tahun XVII/Rabiul Awwal-Rajab/1431 H., 29-31. 33 Mohammad Kholil Bin Abdul Latif Al-Bangkalani, Al-Matnu As Syarif, (Surabaya: Maktabah Khalid Bin Ahmad Bin Nabhan, tt). 34 Mohammad Kholil Bin Abdul Latif Al-Bangkalani, As Shilah Fi Bayani An Nikah, (Surabaya: Awadh Bin Abdillah At Tamimiy, tt). 35 Saifur Rahman, Biografi dan Karamah, 66-68. 32
Ketujuh, ijazah Barzakhiyah. Dan Kedelapan kitab terjemah Alfiyah.36 Dan kesepuluh syair sufistik, yang terdiri dari 13 bait syair. Akan tetapi, setelah peneliti melakukan kajian dan diskusi dengan beebrapa teman sejawat, termasuk menerima arahan dari pakar yang kapasitas keilmuannya cukup memadai dalam hal ini, maka kemudian peneliti mengklasifikasi pemikiran pendidikan Islam yang diramu beliau dalam tiga aspek, diantaranya; pertama, pemikiran pendidikan Islam, dengan karakteristik tasawuf oriented atau sufistik, dan atau lebih tepatnya pendidikan ahlak. Kedua, pemikiran pendidikan Islam, dengan karakteristik fikih oriented. Dan, ketiga, pemikiran pendidikan Islam dalam keluarga. Pemikiran pendidikan Islam, berkarakteristik tasawuf/ Ahlak Hal ini dapat kita lihat melalui syair-syair sufistik Syaikhona Kholil Bangkalan. Adapun kalimat syair sufistik tersebut dimulai dengan kalimat sebagai berikut;
ُضَرخُةُ َشْي َخنَاُاملرحومُُكياهيُحممدُخليلُبنُعبدُالطيف رمحهُاهللُتعاىل َُو َج ْدتُُخِب خ َ َّطُ َح واعادُعليناُمنُعلومهُُكاتهُآمنيُ–ُمانصُعباديه
Artinya: dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Kata Kiai Abdullah Aschal, saya menemukan catatan ini, berdasarkan tulisan dari Hadratis Syaikhina al-mahrum Kiai Muhammad Kholil Bin Abdul Latif Rohimahullahu Ta’ala. Semoga ilmu dan barokahnya mengalir kepada kami semua. Berikut teks syair sufistiknya;
ُبُيَ ْس َمع ُابُ َر ي ُص َح خ ُلىُ َو َسلَّ َُمُلخلنخ ي َُّ ص ْ َ َواْالَ خُلُ َواْال#َُُّبُحمَ َّمد َ
36 Dalam Saifur Rahman temuan tentang karya KH. Mohammad Kholil Bangkalan sebanyak 7 macam. Namun setelah penulis melakukan penelitian pendahuluan, penulis menemukan sekitar 8 buah karya, kemungkinan karya tersebut masih akan terus bertambah.
Zainal Anshari Marli Artinya: semoga sholawat dan salam ditetapkan atas Nabi Muhammad Saw, # beserta keluarga dan sahabatnya oleh Tuhan (Allah) Dzat Maha Mendengar.37 Dari satu bait syair di atas, menunjukkan bahwa pola dan pemikiran pendidikan Islam Syaikhona Kholil Bangkalan masih terkoptasi dengan nilai-nilai spritualitas dalam kehidupan. Sebagaimana diuraikan dalam kajian teoritik, bahwa model dan gaya berfikir demikian, merupakan potret model berfikir aliran konservatif-tradisionali. Sebab Tuhan menjadi segala tumpuan dan tempat curhat dalam menghadapi segala problem kehidupan. Misalkan ditegaskan dengan kalimat rabbun yasma’u (Allah dzat maha mendengar).
ُتُالْم َعدُُلخك يُلُ َماُيَتَ َوقَّع َُ ْاَن#ُُض خم ْخُيُ َويَ ْس َمع ُيَاُ َم ُْنُيََرىُ َماُ خ َ ْفُال
Artinya: wahai Dzat yang Maha Melihat isi hati hambanya dan Dzat Yang Maha Mendengar # Engkaulah tempat “gantungan” setiap sesuatu yang terjadi. Model pendekatan manusia kepada Tuhan untuk memperoleh anugrah (ilmu, hikmah dan berkah), yang dapat dilihat dari narasi syair sufistik ini adalah, bahwa Syaikhona Kholil memahami bahwa Tuhan Dzat yang maha mendengar dan maha mengetahui sesuatu yang ada dalam hati hambanya, maka oleh karenanya, hanya kepada Tuhan seorang manusia harus meminta. Narasi syair sufistik di atas, mengajarkan manusia agar dalam hidup hanya harus bergantung kepada Tuhan. Dengan untaian syair di atas, manusia dalam hal ini, menurut konsepsi pendidikan Syaikhona Kholil Bangkalan harus meng-gantung-kan harapan hidup, khususnya dalam setiap
37 Muhammad Kholil Bangkalan, “Kumpulan Syair-Syair Sufistik” (lembaran naskah tidak dipublikasikan). Lembaran syair sufistik ini, sampai hari ini, ketika penelitian ini dilakukan pada Juli 2013, bacaan tersebut tetap di pakai oleh santrisantri Syaikhona Kholil dalam setiap selesai melakukan pengajian kitab kuning, di Musholla Syaikhona Kholil Bangkalan.
persoalan hidup yang terjadi. Kemudian, dilanjutkan dengan bait syair sebagai berikut;
خ ُيُاَُ َم ُْنُاخلَُْيخُهُالْم ْشتَ َكىُ َواْمل ْفَزع# َّدائخ خدُُكلي َها َ يَاُ َم ُْنُي ْر َحيُُللش َ
Artinya: wahai Dzat yang diharapkan pertolongannya untuk setiap kesulitan # wahai Dzat yang hanya kepada-Mu pengaduan kami sampaikan dan kami keluhkan.
ُاْلَْي َُرُ خعْن َد َُكُاَ ْْجَع ُيَاُ َم ُْنُ َخَزائخنُُ خرْزقخخُهُ خ ْ ُا ْمن ُْنُفَاخ َُّن# فُقَ ْوخلُُك ُْن
Artinya: Wahai Dzat yang perbendaharaan rizkinya berada dalam kata Kun #penuhilah kebaikan bagi kami, karena segala kebaikan berada pada-Mu.
ُِبُاَ ْدفَع ُْكُ َري َُ فَبخاْ خالفخْت َقا خُرُاخلَْي# ُكُ َو خسْي لَة َُ يُاخلَْي ُْ لُ خس َوىُفَ ْق خر ُْ َماُخ
Artinya: Tiada kebutuhan bagiku kepada-Mu selain menjadi pelantaraku dengan diri-Mu # maka dengan kebutuhan itulah aku menyerahkan diri kepada-Mu (Tuhan).38
ُابُاَقْ َرع َُيُبَ خ َُّ فَلَئخ ُْنُرخد ْدتُُفَأ#ُكُ خحْي لَة َُ الُ خس َوىُقَ ْر خع ُْيُلخبَابخ ُْ َم خ
Artinya: Sebuah usaha yang aku lakukan akan membuka pintu kepada-Mu # jika kamu (Tuhan) menolak aku, lalu aku harus masuk dari pintu mana?39
يُاَدع ُوُواْهتخفُُبخ ْخ خ َّ خ ُكُ َع ُْنُفَ َق ْخي َُكُُيْنَع َُ ضل ْ َا ْنُُ َكا َُنُف#اْسخُه َ ْ ْ ُْ َوَم خُنُالذ
Artinya: Dan demi dzat yang kami berkomunikasi dengan nama-Nya # bagaimana jika dikau (Tuhan) menolak memberikan anugrah kepada kami?40
ح خ خ ط ُع خ ُضلُُاَ ْجَزلُُ َوالْ َم َو خاهبُُاَْو َسع ْ اَلْ َف#اصيًا َ َ َ َُ اشاُِل ْود َُكُاَ ُْنُت َقني
38 Muhammad Kholil Bangkalan, “Kumpulan Syair-Syair Sufistik” (lembaran naskah tidak dipublikasikan). 39 Muhammad Kholil Bangkalan, “Kumpulan Syair-Syair Sufi”, 40 Muhammad Kholil Bangkalan, “Kumpulan Syair-Syair Sufi”,
Zainal Anshari Marli Artinya: mudah-mudahan Tuhan engkau tidak memutus asakan orang-orang yang bermaksiat # kepada keutamaan, keagungan dan keluasan anugerah-Mu.41
ُكُيَْن َفع َُ اَ َُّنُالتَّ َذلَّلُُ خعْن َُدُبَابخ#كُ َعالخ ًما َُ َبخالذ يُلُقَ ْد َواُفَ ْيتُُبَاب
Artinya: dengan kerendahan hati, saya sungguh akan menyempurkan kepada pintu-Mu dengan pengetahuan # karena sesungguhnya merendahkan diri di “samping” pintu-Mu itu jauh lebih luas.
ُضَّرع ُ تُُ َك خف ُْيُ َسائخ ُ كُتَ َوك َُ يُ َعلَْي ُْ َو َج َعلْتُُم ْعتَ َم خد َ َلًُاَت ْ َ َوبَ َسط#ًل
Artinya: dan peganganku hanya bertawakkal kepadaMu # dan aku betul-betul menengadahkan tanganku kepada-Mu.
ُتُ َد ْع َوَُةُ َمْنبخُهَُيَتَ َشفَّع َُ َجْب ْ فَبخ َح يُقُ َم ُْنُأ َ َوأ#َُحبَْبتَهُُ َوبَ َعثْتَه
Artinya: dan dengan haknya orang-orang yang engkau cintai dan engkau utus # dan engkau mengabulkan permohonannya orang-orang akan meminta syafaat kepada kekasih-Mu.
خ خ ُفُبخنَاُيَاُ َم ُْنُاخلَْي خُهُالْ َم ْرخج َع ُْ َوالْط#ضْيقَُُمََْر ًجا َ ُا ْج َع ُْلُلَنَاُم ْنُُك يُل
Artinya: wahai tuhan-Ku, berilah kami jalan keluar dalam setiap kesulitan # dan perkenankanlah kami akan kembali kepada-Mu wahai Dzat yang menjadi tempat tumpuan kami.
َُّشفَّع ُ َخ ْخُيُاْالَنَ خ#َّبُ َواَلخخُه ُلىُالنخ ي َُ الصلَةُُ َع َّ َُُّث َ امُ َوَم ُْنُبخخُهُنَت
Semoga sholawat dan salam tetap atas Nabi Muhammad Saw dan keluarganya # manusia terbaik tempat kami akan meminta syafaat.
خ حم َّمدُُرسولُُ ُخ ُظُفَكلُُ َحافخظُُإخ َمامُُانتهىُحبروفهُبدون ُْ اح َف َُّ ص ْ َلىُاهللُُ َعلَْي ُهُ َو َسلَّ َُمُف َ ُاهلل ْ َ َ
.1412ُُرمضان14ُتغييُوالُحتريفُبنكلن
41
Muhammad Kholil Bangkalan, “Kumpulan Syair-Syair Sufi”,
Artinya: Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah, hafalkanlah syair ini, maka sesungguhnya setiap penghafal itu akan menjadi pemimpin. Syair ini selesai ditulis dengan tanpa merubah sedikitpun dari redaksi aslinya (Bangkalan, 14 Ramadlan 1412).42 Pemikiran pendidikan Islam, dengan karakteristik fikih ibadah Doa-doa yang diajarkan Syaikhona Kholil Bangakalan, merupakan pencerminan pendidikan berkarakter fikih oriented (fikih ibadah) yang diterapkan Syaikhona Kholil Bangkalan kepada para santri dan masyarakat Bangkalan Madura dan sekitarnya, termasuk Jawa dan Bali. Kumpulan do’a-do’a tersebut, selain ditemukan dalam dua kitab karya Syaikhona Kholil Bangkalan, yakni kitab Al-Matnusy Syarif Al-Mulaqqob Bifathil Latiif dan As Shilah Fi Bayanin Nikah, juga terdapat dalam beberapa lembaran surat yang dikirimkan Syaikhona Kholil kepada orangorang tertentu, dengan maksud tertentu pula. Moh. Ali Ghafir ZA, berinisiatif mengumpulkan doa-doa Syaikhona Kholil Bangkalan, beserta dengan amalan-amalan yang masih terwariskan kepada seseorang. Dan ternyata usaha tersebut berhasil, sehingga melahirkan buku berjudul Doa Syaikhona; berisikan doa dan amalan Syaikhona Mohammad Kholil Bin Abd. Latif.43
ص َو ُخ ُشوْ عٍ ثُ َّم َدعَا بَ ْع َدهَا ِ َ َم ْن قَ َرأَ هَ ِذ ِه ْالق:قَا َل بَعْضُ ْال ُعلَ َما ِء َر ِح َمهُ ُم هللا ُ تَ َعال َى42 ٍ َص ْي َد ِة الْ َم ْذ ُكوْ َر ِة بِاِ ْخال ْك َوهللاُ اَ ْعلَ ُم اَللَّهُ َّم ا ْغفِر َ ِب َحيَا ِة ْال َحيَ َوا ِن َوالَ يَ ْنبَ ِغ ْي ِالَ َح ٍد اَ ْن يَ ُش َّك َر فِى َذل َ ُْب ُدعَا ُؤهُ َك َذا َذ َك َره َ اُ ْستُ ِجي ِ صا ِحبُ ِكتَا .1316 شعبان10 . َارى َوالسَّا ِم ِع َو ْال ُم ْستَ ِم ُع َو ْال ُم ِسلِ ِميْنَ اَ ِميْن ِ َلِ ْلكَاتِبِ َو ْالق Artinya: sebagian ulama rohimahullahu ta’ala berpendapat, barangsiapa membaca syair-syair tersebut dengan ikhlas dan khusu’ kemudian berdo’a setelah itu, maka Allah akan mengabulkan do’a orang tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam kitab “Hayatul Hayawan”. Dan sepatutnya seseorang bersyukur dengan hal tersebut. Allah Dzat maha mengetahui. Semoga Allah mengampuni dosanya orang yang membaca dan orang yang mendengar serta orang yang mendengarkan dan kaum muslimin, amin. 43 Moh. Ali Ghafir ZA, Doa Syaikhona; berisikan doa dan amalan Syaikhona Mohammad Kholil Bin Abd. Latif, (Bangkalan: Laziswa Sidogiri Cabang Bangkalan, 2012), 1-38.
Zainal Anshari Marli Adapun do’a-do’a yang diajarkan Syaikhona Kholil Bangkalan, adalah sebagai berikut; 1. Do’a naik Kapal Laut,44
ُ الرخحْي خُم ُ ُبخ ْس خُم َّ ُالر ْمحَ خُن َّ ُاهللخ
ُومادرواُاهللُحقُقدرهُواالرضُْجيعا#بسمُاهللُجمر هاُومرساهاُانُرِبُلغفورُرحيم ُ #قبضتهُيومُالقيمةُوالسمواتُمطوياتُبيمينهُسبحانهُوتعاىلُعماُيشركون
ُ ُإباجُتلُُكاليهُسياعُماملُسلمتُدريُغرقُحرقُسرقُإنشاءُاهلل ُستيمفلُشيخناُُكياهيُحممدُخليل Do’a di atas merupakan do’a yang dibaca ketika sesorang mau naik Kapal Laut, kata Syaikhona Kholil Bangkalan “e becah tello kaleh siang malem, insyaallah salamet dari tasellem ben kacopetan, Insyaallah. Satempel Syaikhona Kiai Muhammad Kholil” (dibaca 3 kali siang dan malam, insyaallah akan diberi keselamatan dari tenggelam dan pencurian, disetempel Syaikhona Kholil). 2. Bacaan masuk Kamar Mandi,45
ُث ُثُ َوا ْْلَبَائخ خ ُاْلب خ َُ ِنُاَع ْوذبخ ُاَللَّه َُّمُاخ ي ْ ُكُ خم َُن
3. Bacaan Setelah Cewok,46
ص ُنُفَرخج ُيُ خم ُنُالْ َفو خ اح خ ُش ُبُ خم َُنُالني َف خ ُْ اَللَّه َُّمُطَ يه ُْرُقَ ْلخ َ َ ْ ْ ْ اقُ َو َح ي
4. Bacaan keluar dari kamar mandi,47
ُ ْاِن ُ ِنُاْألَ َذىُ َو َعافَ خ ُْبُ َع ي َُ يُاَ ْذ َه ُْ كُا ْْلَ ْمدُُلخلَّخُهُالَّ خذ َُ َغ ْفَران
44
Doa ini berhasil temukan di pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan pada 17 Ramadlan 1434 H, bersamaan dengan syair-syair sufistik Syaikhona Kholil Bangkalan. 45 Mohammad Kholil Bin Abd. Latif, Al-Matnu Al-Syarif; Al-Mulaqqab Bi Fath alLathif, (Surabaya: Maktabah Khalid Bin Ahmad Bin Nabhan, 1409 H), 5. 46 Ibid. 47 Ibid.
5. Bacaan setelah berwudhu’,48
ُِن ُْ اج َعلْ خ َُ ْاَ ْش َهدُُاَ ُْنُالَاخلَُهَُاخالَّاهللُُ َو ْح َدهُُالَ َش خري ْ ُكُلَهُُ َواَ ْش َهدُُاَ َُّنُحمَ َّم ًداُ َعْبدهُُ َوَرس ْولهُُاَللَّه َُّم َُّكُاللَّه َُّمُ َوخحبَ ْم خد َُكُاَ ْش َهدُُاَ ُْنُالَاخلَُهَُاخ ُال َُ َنيُسْب َحان َُْ الصاْلخخ ُْ اج َعلْ خ َُْ خم َُنُالت ََّّوابخ َّ ُِنُ خم ُْنُ خعبَ خاد َُك ْ نيُ َو َُ تُاَ ْستَ ْغ خفرَُكُ َواَت ْوبُُاخلَْي ك َُ ْاَن
6. Dan lain sebagainya Inilah sekilas tentang panduan-panduan do’a yang ditulis Syaikhona Kholil Bangkalan. Sebagaimana kita ketahui, sebagian dari do’an tersebut merupakan bacaan di dalam AlQur’an Al-Karim, namun ada juga yang merupakan tuntunan di dalam hadist Nabi Muhammad Saw. Namun ada yang memang betul-betul baru dalam sebuah konsep yang dihasilkan Syaikhona Kholil Bangkalan. Itulah sekilas model pemikiran pendidikan Islam berbasis spritualitas yang digagas oleh Syaikhona Kholil Bangkalan. Pemikiran pendidikan Islam dalam keluarga Sebagai benteng pertahanan pertama dalam pendidikan Islam, ternyata Syaikhona Kholil juga sudah memberikan perhatian kepada pendididikan di dalam rumah tangga, mulai dari pembahasan memilih calon pasangan yang baik dan berkomitmen, tanggung jawab suami kepada istri, dan tanggung jawab istri kepada suami, dan lain sebagainya. Kitab As Shilah Fi Bayani An Nikah, merupakan konstruksi pendidikan rumah tangga yang sangat mendasar, sebab dalam kitab tersebut selain uraiannya berbentuk soal dan langsung jawaban, ternyata isinya juga sangat mendasar dan mudah dicerna oleh kalangan masyarakat umum.
48
Ibid, 7.
Zainal Anshari Marli Pandangan ini berada pada posisi yang sangat moderat dan tengah-tengah dalam konteks memilih pasangan hidup. Jika dikaitkan dengan kondisi dan realitas masyarakat Indonesia sekarang, pandanga-pandangan Syaikhona Kholil Bangkalan tersebut “tidak dianut oleh masyarakat kebanyakan”, sebab pilihan-pilihan masyarakat saat ini lebih bersifat fisikle dan berbasis materialisme. Do’a sebelum berhubungan antara suami istri, turut menjadi bagian dari kajian pemikiran pendidikan keluarga Syaikhona Kholil Bangkalan. Bahkan yang juga nenarik, Syaikhona Kholil berusaha menampilkan khutbatu al nikah yang dibacakan baginda Nabi Muhammad Saw ketika menikahkan Fatimatu Azzahro dengan Sayyidina Ali Ra. Termasuk do’a nikah yang dibacakan Nabi Muhammad ketika prosesi akad nikah tersebut. Hari ini, ketika banyak masyarakat gamang dengan “institusi perkawinan”, maka perlu kiranya merefleksikan karya Syaikhona Kholil di tengah-tengah masyarakat, untuk membangun institusi rumah tangga yang lebih baik dan lebih bermartabat. Ketika institusi perkawinan dan rumah tangga tidak lagi dinilai sebagai sesuatu yang sangat sakral dalam kehidupan manusia, maka situasi ini akan semakin mendekatkan kepada model kehidupan yang free seks, free life dan liberalisme orientasi kehidupan. Dalam konteks ini, peneliti menilai bahwa apa yang dihasilkan Syaikhona Kholil Bangkalan dari sisi karya tulis ilmiah memang kecil dan sangat sederhana. Namun yang perlu dipahami, jika isinya dilaksanakan dengan baik dan istiqomah, maka insyaallah kehidupan rumah tangga yang kita bina, akan melahirkan generasi baik dan berkualitas. Corak pemikiran pendidikan Islam KH. Mohammad Kholil Bangkalan
Setelah melakukan pembacaan dan analisis terhadap geneologi intelektual Syaikhona Kholil Bangkalan, serta melakukan pembacaan terhadap pemikiran pendidikan Islam Syaikhona Kholil Bangkalan, maka ada tiga aspek yang peneliti nilai sebagai bagian dari mengkerangkai pendidikan Islam dalam bentuknya yang sangat praktis. Atau corak pemikiran pendidikan Islam Syaikhona Kholil Bangkalan, kita bagi menjadi 3 fokus pemikiran Syaikhona Kholil. Setelah melakukan kajian dan pembacaan di atas, maka corak pemikiran Syaikhona Kholil Bangkalan dapat dikategorisasi dalam 3 corak atau model pemikiran pendidikan Islam, yakni sebagai berikut; pemikiran pendidikan Islam, dalam bidang tasawuf/ sufistik/ ahlak. Pemikiran pendidikan Islam, dengan karakteristik fikih. Dan, Pemikiran pendidikan Islam dalam institusi keluarga. Sebagaimana beberapa corak aliran dalam pemikiran pendidikan Islam, para ahli pendidikan Islam-pun berbeda-beda di dalam mendeskripsikan beberapa aliran tersebut. Peneliti mengajukan tiga pandangan tokoh pendidikan Islam, salah satunya konsen dalam pengembangan filsafat pendidikan Islam, diantaranya pandangan yang ditulis Mahmud Arif, ia mguraikan berikut ini; Pada prinsipnya, kata Arif, aliran pendidikan Islam yang pernah berkembang pada masa keemasan, dengan berpijak pada pendapat Jawwad Ridla, secara garis besar dipetakan menjadi dua macam, yaitu aliran konservatif dan aliran rasional. Dalam konteks ini, peneliti menilai bahwa kecenderungan berfikir Syaikhona Kholil Bangkalan, lebih pada corak yang pertama, yakni aliran konservatif. Sebagaimana diuraikan lebih lanjut oleh Arif, sebelum Syaikhona Kholil Bangkalan, sebelumnya memang sudah terdapat beberapa ulama atau intelektual muslim yang kecenderungan atau corak berfikirnya masuk kelompok yang
Zainal Anshari Marli pertama. Diantara tokoh pendidikan muslim yang masuk aliran pertama adalah; Ibnu Sahnun (202-256 H), Al-Qobisi (342-403 H), Al-Ghazali (450-505 H), dan Nashiruddin At Thusi (597-672 H). Beberapa tokoh tersebut, diklasifikasi menurut disiplin keilmuan dan karya-karya tulis ilmiahnya, serta kecenderungan corak berfikirnya. Arif menguraikan, yang termasuk pada aliran pemikiran pendidikan Islam corak kedua adalah; Al-Farabi (w. 339 H), Ibnu Shina (370-428 H), Ikhwanus Shofa, Ibnu Maskawaih (320-421 H), dan Al-Mawardi (364-450 H).49 Yang termasuk dalam kategori aliran corak pemikiran pendidikan yang kedua lebih dominan peran rasionalitas dalam pengembangannya, peran hati tidak lebih dominan daripada peran yang pertama. Corak pemikiran yang pertama, lebih dominan pada peran hati, sedangkan yang kedua lebih banyak berperan pada penguatan potensi rasionalitas. Kedua, menonjolkan keluhuran spritual, sehingga mengecilkan akan hal-hal yang bersifat duniawi, kebahagiaan akhirat adalah garis inti tujuan ilmu. Kriteria ini juga ada dalam corak pemikiran Syaikhona Kholil Bangakalan, dengan ditandai oleh doa’-do’a yang diajarkan Syaikhona Kholil Bangkalan, syairsyair spiritual dan beberapa amalan lainnya. Ketiga, menganggap ilmu hanya untuk ilmu, ilmu secara instrinsik dipandang bernilai, meski tanpa digunakan untuk pengabdian kepada sesama. Kriteria-kriteri tersebut sebagaimana dirumuskan oleh Mahmud Arif, pada bab 2 di atas. Sedangkan aliran rasional, keduanya berbeda dalam hal cara pandang tentang masalah wacana pendidikan. Aliran rasional menggunakan analisis rasional filosofis secara signifikan. Sehingga pendidikan dalam pandangan mereka merupakan
49
Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, 108-109.
ikhtiyar yang harus dioptimalkan untuk menggali potensi setiap individu.50 Sedangkan Assegaf membagi corak pemikiran pendidikan Islam menjadi 5 pandangan, diantaranya; 1) pandangan materialisme, orang yang berpandangan matrialistik, akan berimplikasi pada gaya hidupnya yang juga materialistik. Tujuan hidupnya hanya materi semata. Pola pikir ini akan tercermin pada model pesta pora dan hura-hura. 2) pandangan spiritualisme, bagi mereka, hakikat manusia adalah roh atau jiwa, sedangkan zat atau materi adalah manifestasi roh dan jiwa. Implikasi aliran ini, orang akan mengisi hidupnya dengan penyucian jiwa, penyucian rohani. Aliran ini diperkuat oleh paham idealisme, mistisisme, bahkan oleh unsur agama. 3) pandangan dualisme, aliran ini berpandangan bahwa manusia pada dasarnya adalah terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Dua unsur tersebut tidak saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Dan 4) pandangan eksistensialisme, pandangan ini relatif modern. Berikut ini merupakan tema pokok atau karakteristik utama eksistensialisme, eksistensi mendahului esensi, kebenaran itu subjektif, alam tidak menyediakan aturan moral, perbuatan individu tidak dapat diprediksikan, individu mempunyai kebebasan berkehendak secara sempurna, individu tidak dapat tidak dapat membantu, melainkan sekadar membuat pilihan, individu dapat secara sempurna menjadi selain daripada keberadaannya. Sedangkan yang ke 5) merupakan pandangan Dewey dan Al-Abrasy. Manusia sebagai mahluk yang bebas merupakan pandangan yang sejalan dengan pandangan Dewey. Kata Dewey pandangan lama tentang manusia bersifat fatalistik. 51
50 51
Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, 117. Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, 132-147.
Zainal Anshari Marli Sebagaimana ditulis oleh Assegaf, untuk membedakan pandangan Dewey dengan Al-Abrasy sebagai berikut; Berbeda dengan Dewey, pandangan Al-Abrasy tentang manusia lebih bersifat praktis daripada filosofis. Kemudian, karena dasar pemikiran Al-Abrasy berpedoman pada ajaran Islam, Al-Qur’an dan AlHadist, maka pandangannya tentang manusia juga terkait erat dengannya. Oleh sebab itu, jika terjadi padanan istilah dari kedua tokoh dimaksud, bukan berarti memiliki pandangan yang sama persis.52 Yang perlu dingat, Syaikhona Kholil Bangkalan tidak hanya melahirkan konsep-konsep dalam sebuah karya tulis ilmiah, akan tetapi beliau juga melahirkan karya sumber daya manusia, yang dapat melanjutkan perjuangan dan pengabdiannya di dalam masyarakat. Sedangkan menurut Haris dan Putra membaginya menjadi 3 bagian, diantaranya 1) aliran agamis konservatif, 2) aliran religius rasional, 3) aliran pragmatis instrumental. KESIMPULAN Pertama, latar belakang geneologi intelektual KH. Mohammad Kholil Bangkalan. secara genetik akademis, beliau “berdarah - nasab” akademis kepada Sunan Gunung Jati Jawa Barat. Melalui jalur sang ayah KH. Abd. Latief. Kemudian dilanjutkan pada Tuan guru Dawuh/ Bujuk Dawuh, berlanjut kepada Tuan guru Agung/ bujuk Agung. KH. Mohammad Noer desa Mandungan, Widang, Tuban. KH. Asyik Cangaan Bangil Jawa Timur. Kiai Arif, pesantren Darus Salam, Kebon Candi, Pasuruan. KH. Noer Hasan Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur. KH. Abdul Bashar, Banyuwangi. Syaih Imam Muhammad Nawawi Al 52
Ibid, 142.
Bantani, Syaih Umar Khatib Bima, Syaih Muhammad Khotib Sambas Bin Abdul Ghafur Al Jawi dan Syaih Ali Rahbini. Kedua, sedangkan pemikiran pendidikan Islam KH. Mohammad Kholil Bangkalan, didapatkan gambaran pemikiran pendidikan Islam yang diramu beliau dalam tiga aspek, diantaranya; pertama, pemikiran pendidikan Islam, dengan karakteristik tasawuf atau lebih tepatnya pendidikan ahlak. Kedua, pemikiran pendidikan Islam, dengan karakteristik fikih ibadah. Dan ketiga, pemikiran pendidikan Islam dalam keluarga. Ketiga, terkait dengan corak pemikiran pendidikan Islam KH. Mohammad Kholil Bangkalan didapatkan gambaran sebagai berikut; setelah melakukan pembacaan terhadap geneologi dan potret pemikiran pendidikan Syaikhona Kholil Bangkalan, maka corak pemikirannya konservatif. Assegaf corak pemikiran pendidikan Islam Syaikhona Kholil Bangkalan, termasuk dalam kategori yang ke 2, yakni aliran spiritualisme. Sedangkan menurut Haris dan Putra, corak pemikiran pendidikan Islam Syaikhona Kholil Bangkalan termasuk dalam kategori yang pertama, yakni aliran agamis konservatif. Saran Mengingat banyaknya ulama nusantara yang produktif di dalam melahirkan karya tulis ilmiah, maka kita sewajarnya untuk menjaga dan memelihara karya-karya ulama nusantara tersebut. Kita harus menjaganya, jika bukan kita yang menjaga, lalu siapa lagi yang akan menjaga? Kalau “orang luar” yang harus menjaga, maka idealisme intelektual nusantara akan selalu tergadaikan kepada pihak-pihak asing yang sangat berkepentingan dengan nusantara, tentunya berkepentingan dalam berbagai hal.
Zainal Anshari Marli DAFTAR PUSTAKA Aceh, Abu Bakar. 1971. Sekitar Masuknya Islam Ke Indonesia. Semarang: CV. Ramadhani. Arif, Mahmud. 2008. Pendidikan Islam Transformatif. Yogyakarta: LKIS. Aschal, RKH. Fakhrillah. 2012. Risalatu Al Lathaifu; Fimanaqibi Syaikhil Masyayikh Syaikhina Muhammad Kholil Bin Abdul Latif Al-Bangkalani. Bangkalan: PP. Syaikhona Kholil Bangkalan. Assegaf, Abd. Rachman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press. Arrifai, Ibnu Assayuthi. 2010. Korelasi Syaikhona Mohammad Kholil Bangkalan dan NU. Cirebon: Al Haula Press. A. Razaq, Aryudi, dkk. 2009. Sang Penyemai Bibit Aswaja; Biografi, Perjuangan dan Perjalanan Hidup Kiai Umar, Sumberwringin. Jember: LTNNU. Bangkalani, Mohammad Kholil Bin Abdul Latif. Tt. Al-Matnu As Syarif, Surabaya: Maktabah Khalid Bin Ahmad Bin Nabhan. __________. As Shilah Fi Bayani An Nikah. Surabaya: Awadh Bin Abdillah At Tamimiy. ___________. “Kumpulan Syair-Syair Sufistik” (lembaran naskah tidak dipublikasikan). Bahri, Mokh. Syaiful. 2006. Syaikhona Cholil Bangkalan; Ulama Legendaris Dari Madura. Pasuruan: Cipta Pustaka Utama. ___________. 2008. Syaikhona Cholil Bangkalan; Riwayat Hidup Dan Karya Tulis. Pasuruan: Cipta Pustaka Utama. Barton, Greeg. 2008. Biografi Gus Dur. Yogyakarta: LKIS.
Basori, Rahman, 2008. The Founding Father Pesantren Modern Indonesia. Tanggerang: Inceis. Chotib, Mohammad. 2010. Cakrawala Pesantren; Melacak Geneologi Pendidikan Pesantren. Jember: Pena Salsabila. _____________. 2010. Pesantren dan Masyarakat Transformatif. Jember: Pena Salsabila. Darmaningtiyas. 2009. Pendidikan Rusak-Rusakan. Yogyakarta: LKIS. cetakan ke IV. Damanhuri, Ach. Fauzy. tt. Sejarah Auliya’ Batu Ampar. Madura: Pamekasan. Dhofier, Zamakhsyari. 1994. Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES. cetakan ke enam. ___________. 2009. Tradisi Pesantren; Memadu Modernitas, Untuk Kemajuan Bangsa. Yogyakarta: Nawesea Press. ___________. 2011. Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES. (edisi revisi). Hadi, Murtadho. 2008. Jejak Spiritual Kiai Jampes. Yogyakarta: LKIS. Haris, Abd. dan Kivah Aha Putra. 2012. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah. Hasyim, Hafidz. 2012. Watak Peradaban dalam Epistemologi Ibnu Khaldun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan STAIN Jember Press. http://iwantaufik.blogdetik.com/2010/03/17/kh-muhammadkhalil/, diunduh pada Selasa, 4 Juli 2013, jam 09:22. http://iwantaufik.blogdetik.com/2010/03/17/kh-muhammadkhalil/, diunduh pada 5 Agustus 2013, jam 00.00.
Zainal Anshari Marli Huda, Afton Ilman. tt. Biografi Mbah Siddiq. Jember: PP Al Fattah. Idris Marzuki, Ahmad, dkk. 1998. 3 Tokoh Lirboyo. Kediri: BPKP2L. cetakan ke IV. Imron, RKH. Fuad Amin. 2012. Syaikhona Kholil Bangkalan; Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama. Surabaya: Khalista dan Pena Insani. Ihsan, Hamdani dan A Fuad Ihsan. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung, Pustaka Setia. Maksum. 1999. Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos. Mas’ud, Abdurrahman. 2006. Dari Haramain Ke Nusantara; Jejak Intelektual Arsitek Pesantren. Jakarta: Prenada Media Group. __________________. 1998. Yogyakarta: LKIS.
Tradisi
Intelektual
Pesantren.
Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta; INIS. Mochtar, Affandi. 2009. Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren. Bekasi: Pustaka Isfahan. Moleong, J. Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda. M, Alzani Zulmi. 2013. Tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah Syaikhona Mohammad Kholil Bangkalan tahun 1834-1925. Surabaya: Jurnal Avatara, Vol. 1, No. 2. Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Majid, Nurcholis. 1985. Merumuskan Kembali Tujuan Pendidikan Pesantren. Jakarta: P3M.
Muhammad, KH. Kholid. Tt. I’anatur Roqibin. Raudlatul Ulum.
Jember: PP
____________________. Tt. Saadatud Daroini Fis Sholati Ala An Nabiyyi As Shaqolaini. Jember: PP Raudlatul Ulum. Muniron. 2011. Epistemologi Ikhwanus Shofa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan STAIN Jember Press. Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Noeh, Munawar Fuad & Mastuki. 1999. Menghidupkan Ruh Pemikiran KH Ahmad Siddiq. Jakarta: Logos. Nata, Abudin. 2000. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press. Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: AlIkhlas. Nizar, Samsul. 2001. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. Rahman, Saifur. 1999. Biografi dan Karamah KH Mohammad Kholil BangkalanBangkalan; Surat Kepada Anjing Hitam. Jakarta: Pustaka Ciganjur. Rifa’i, Mohammad. 2009. KH Mohammad Kholil Bangkalan; Biografi Singkat 1835-1925. Yogyakarta: Garasi. Roqib, Moh. 2001. Ilmu Pendidikan Islam; pengembangan pendidikan integrative di sekolah, keluarga dan masyarakat. Yogyakarta: LKIS. Raharjo, M. Dawam. 1985. Pergulatan Dunia Pesantren; Membangun Dari Bawah. Jakarta: P3M. Ramayulis. 2001. Rekonstruksi Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Zainal Anshari Marli Roqib, Moh. 2011. Ilmu Pendidikan Islam; pengembangan pendidikan integrative di sekolah, keluarga dan masyarakat. Yogyakarta: LKIS. Sirajd, Said Aqil. 2012. Menyingkap Jejak Syaikhona Kholil Bangkalan dalam Proses Pendirian NU. Surabaya: Khalista dan Pena Insani. Soebahar, Abd. Halim. 2009. Matrik Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Marwa. _______________. 2009. Pendidikan Islam dan Trend Masa Depan. Jember: Pena Salsabila. ______________. 2013. Modernisasi Pesantren; Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai Dan Sistem Pendidikan Pesantren. Yogyakarta: LKIS. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi Dan Prakteknya, Jakarta: Bumi Aksara. Sunyoto, Agus. 2012. Suluk Abdul Jalil, Perjalanan Ruhani Syaikh Siti Jenar. Yogyakarta: LKIS. jilid 1. Steenbrink, Karel A. 1986. Pesantren, Madrasah, Sekolah; Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES. Thomafi, M. Luthfi. 2012. Mbah Ma’shum Lasem, The Authorized Biography of KH Ma’shum Ahmad. Yogyakarta, Pustaka Pesantren. Tim penulis. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: PPs STAIN. Wahid, Abdurrahman. 2010. Menggerakkan Tradisi; Essai-Essai Pesantren. Yogyakarta: LKIS. Zionis, Rijal Mumazziq. 2000. Cermin Bening dari Pesantren. Surabaya: Khalista.
ZA, Moh. Ali Ghafir. 2012. Doa Syaikhona; berisikan doa dan amalan Syaikhona Mohammad Kholil Bin Abd. Latif. Bangkalan: Laziswa Sidogiri Cabang Bangkalan. Zuhri, Saifuddin. 1983. Secercah Dakwah. Bandung: PT. Al Maarif. Majalah Ijtihad, edisi 32/tahun XVII/Rabiul Awwal-Rajab/1431 H