ISSN : 1907-7556 DOMINASI JENIS LALAT BUAH (Bactrocera spp) DI TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA Sunarno
Program Studi Agroteknologi Universitas Halmahera - Tobelo
ABSTRAK Kajian tentang Dominasi Jenis Lalat Buah (Bactrocera spp) di Tobelo Kabupaten Halmahera Utara”telah dilakukan di daerah Tobelo, Halmahera Utara pada bulan Agustus sampai November 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dominasi jenis lalat buah (Diptera : Tephritidae) dari Genus Bactrocera spp apa saja yang menyerang tanaman Hortikultura di Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara. Penelitian dilakukan dengan cara mengantungkan perangkap lalat buah modifikasi perangkap model stainer dengan bekas botol air mineral dengan jarak antar perangkap 10 meter terdiri dari 3 baris , jumlah perangkap sebanyak 36 perangkap,dengan ketinggian 1,5 meter menggunakan atraktan Atlabu (metil eugenol). Dalam penelitian ini di temukan 8 jenis Lalat buah, yang paling dominan adalah jenis lalat buah B. carambolae (Drew & Hanocock) sebesar 43,16% dan yang paling sedikit adalah jenis lalat buahB. bryoniae, sebanyak 0,02 % Kata Kunci : DominasiLalat Buah (Bactrocera,spp), Perangkap Metil Eugenol, ABSTRACT A study about the domination of Fruitfly Species(Bactrocera spp) has been conducted in Tobelo, North Halmaherafrom August until November 2013. This research intends to discover the domination of Fruitfly Species (Diptera: Tephritidae) from Genus Bactrocera spp contaminating horticultural plants in Tobelo, North Halmahera. This research is conducted by setting modified model of Stainer trapsfrom used mineralwaterbottle,set around the distance of10metersbetweenthe trapsconsistingof3 lines. There are 36 traps in total with the height of 1.5 meters using Atlabu attractants (metil eugenol). 8 types Fruitfly Species were found in this research, the most dominant ones are the Fruitfly Species, B. carambolae (Drew & Hanocock), about 42.16%; while the rarest are Fruitfly SpeciesB. bryoniae, about 0,02 %. Keywords: Fruitfly Species(Bactrocera,spp),Metil Eugenol Trap PENDAHULUAN Latar Belakang Hama lalat buah (Bactrocera.spp) adalah hama yang merugikan. Berdasarkan tingkat kerusakan yang diakibatkan kerugian dapat mencapai Rp. 22 milyar per tahun. Salah satu jenis hama lalat buah yang paling banyak menimbulkan kerugian adalah Bactrocera dorsalis Hendel (Diptera; Tephritidae). Kerugian yang diakibatkan oleh hama tersebut dapat secara kualitatif dan kuantitatif. Upaya yang telah dilakukan untuk pengendalian lalat buah yang aman bagi lingkungan dan efisien adalah
menggunakan bahan kairomon seperti metil eugenol untuk memerangkap lalat buah jantan. Pemerangkapan lalat buah dengan menggunakan metil eugenol merupakan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan telah terbukti efektif. Pemerintah Kabupaten Halmahara Utara mencanangkan program peningkatan kesejahteraan petani, salah satu program dari dinas pertanian adalah meningkatkan pendapatan petani dengan melalui bertanam tanaman hortikultura (buah-buahan, sayuran, dll), akan tetapi petani banyak mengalami hambatan karena kewalahan dalam penanganan hama penyakit.
58 Tobelo merupakan salah satu daerah yang berada di pusat kota Kabupaten Halmahera Utara, rendahnya hasil buah-buahan dan sayuran di daerah Tobelo Kabupaten Halmahera utara disebabkan oleh serangan berbagai hama tanaman, salah satunya adalah serangan hama lalat buah yang menyerang tanaman Tomat, cabe, ketimun, mangga, belimbing, pisang, pare, pepaya, dll. Hal ini di sebabkan petani Halmahera Utara belum mengetahui tentang dominansihama lalat buah yang menyerang tanaman hortikultura dan cara pengendaliannya, selain itu juga selama ini belum pernah ada peneliti yang meneliti tentang jenis lalat buah apa yang dominan yang ada di daerah Tobelo, Halmahera Utara. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka penulis merasa perlu untuk membantu masyarakat petani dan intansi terkait dalam mengatasi permasalahan hama lalat buah (Bactrocera spp), dengan mengidentifikasi hama buahbuahan khususnya hama lalat buah (Bactrocera spp),agar didapatkan lalat buah jenis apa saja yang dominan di daerah Tobelo, Halmahera Utara.Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang Dominasi jenis lalat buah yang ada di Halmahera Utara dengan judul “Dominasi Jenis Lalat Buah (Bactrocera spp) di Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara”. Penulisan ini merupakan salah satu bentuk penulisan ilmiah dan diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah, akademisi dan masyarakat khususnya petani tanaman hortikultura di Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara. Tanaman Hortikultura Tanaman hortikultura mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat maupun dalam perekonomian negara. Disamping merupakan sumber pendapatan petani, tanaman hortikultura sangat berperan dalam peningkatan gizi masyarakat terutama dalam bentuk protein, vitamin dan mineral. ( Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, 2008 ). Peranan hortikultura adalah : a). Memperbaiki gizi masyarakat, b) Memperbesar devisa negara, c) Memperluas kesempatan kerja, d) Meningkatkan pendapatan petani, dan e) Pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 lingkungan. Namun dalam kita membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a). Tidak dpat disimpan lama, b) Perlu tempat lapang (voluminous), c) Mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) Melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan e) Fluktuasi harganya tajam. Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut. Dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN (AFTA) pada tahun 2003, Asia Pasifik (APEC) dan organisasi perdagangan (WHO) pada tahun 2010. Sektor pertanian dihadapkan pada kondisi yang kurang mendukung yaitu : Kemampuan sumberdaya manusia yang masih rendah, lahan, sarana dan prasarana pertanian yang masih langka dan tingginya biaya investasi pertanian di lahan baru. Aktivitas sektor pertanian yang dilakukan oleh penduduk dan terkonsentrasi pada wilayahwilayah padat populasi, yang sebagian dilakukan secara tidak ramah lingkungan karena tekanan ekonomi, telah menyebabkan berbagai kerusakan sumberdaya pertanian. Hal ini terlihat pada banyak wilayah yang kurang subur dengan kondisi yang tidak stabil, khususnya pada daerah lahan kering. ( Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, 2005). Pertanian secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan pertanian yang salah satunya adalah penggunaan bahan kimia sintetis atau bahan bukan kimia untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Kegiatan pertanian secara organik atau ramah lingkungan pada saat ini sudah mulai marak, apalagi dinegara-negara maju seperti negaranegara Australia, Amirika, Brasil. Pelaksanaan pasar global memberikan peluang mengalirnya arus ekspor/impor komoditi termasuk hortikultura. Bersamaan dengan itu pula terbuka peluang masuk dan menyebarnya suatu Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). OPT yang termasuk dalam status OPT karantina ( OPTK ). Oleh karena itu untuk melindungi
Dominasi Jenis Lalat Buah (Bactrocera Spp) di Tobelo Kabupaten Halmahera Utara
59
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 tanaman dari ancaman OPTK, perlu ditetapkan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan tanaman sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Sanitary and Phytosanitary (SPS), termasuk didalamnya peraturan untuk mencegah masuk dan menyebarnya OPT berbahaya dari wilayah dan negara lain. Menurut Sunarno, (2012). Perlindungan tanaman sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pengelolaan ekosistem pertanian secara keseluruhan, memegang peranan penting dalam progaram peningkatan produksi tanaman hortikultura, yaitu untuk mengamankan produksi dari gangguan OPT. Dalam usaha pengendalian OPT pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk menerapkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) yang prinsipnya mengutamakan penerapan pengendalian yang ramah lingkungan. Keberadaan OPT menjadi masalah utama dalam kegiatan pertanian, salah satu OPT yang sangat mengganggu khususnya pada tanaman buahbuahan seperti : belimbing, apel, melon, pihces, semangka, mangga, pepaya, pisang, strobery dan tanaman sayuran seperti tomat, cabai, ketimun serta buah dan sayur lainya adalah hama lalat buah ( fruit fly) dari jenis Bactrocera spp.OPT ini yang paling banyak dan mendominasi dikawasan Asia-Pasifik dan Eropa khususnya Amirika Serikat Lalat Buah. Lalat buah genus Bactrocera (Diptera: Tephritidae) merupakan spesies lalat buah dari daerah tropis. Lalat buah dari daerah tropika sebelumnya diidentifikasi sebagai Genus Dacus, kemudian diketahui merupakan kekeliruan identifikasi dari genus Bactrocera. Genus Dacus merupakan spesies asli dari Afrika, dan biasanya berasosiasi dengan bunga dan buah dari jenis tanaman cucurbits (Cucurbitaceae) dan kulit buah tanaman kacang-kacangan Menurut Shelly, James.E. and E. Lainep. A.(2005). Lalat buah dapat bersimbiose mutualisme dengan bakteri sehingga apabila lalat buah meletakkan telur pada buah selalu disertai bakteri dan disusul jamur jika kondisi lingkungan memungkinkan yang akhirnya menyebabkan buah busuk. Bakteri ini berada di saluran telur. Sebagai contoh adalah bakteri Escherichia coli,
penyebab penyakit pada manusia serta berperan sebagai penular penyakit darah pisang. pada manusia serta berperan sebagai penular penyakit darah pisang. Menurut Shelly dan Nishida (2004) menyatakan bahwa siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur kedalam kulit buah atau di dalam luka atau cacat buah secara berkelompok. Lalat buah betina bertelur sekitar 15 butir warna putih transparan berbentuk bulat panjang Larva lalat berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari. Larva mengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah diisap dan dicerna., selain bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah. Jika aktivitas pembusukan sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah, larva lalat buah memasuki tahap pupa, larva masuk dalam tanah dan menjadi pupa. Pupa berwarna kecoklatan berbentuk oval dengan panjang 5 mm. Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, dada berwarna gelap dengan 2 garis kuning membujur dan pada bagian perut terdapat garis melintang. Lalat betina ujung perutnya lebih runcing dibandingkan lalat jantan. Siklus hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 hari. Suhu optimal 26?C, sedangkan kelembaban relatif 70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pupa. Kelembaban tanah yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya mempunyai pengaruh langsung terhadap perkembangan lalat buah. Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih cepat dalam kondisi yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak akan menetas apabila terkena sinar. Di Asia, terdapat 160 genus Tephritidae dan yang termasuk Tribe Dacini kira-kira 180 spesies Bactrocera dan 30 spesies Dacus. Tribe Dacini oleh berbagai pakar dipecah menjadi beberapa subgenus, tetapi kebanyakan dapat dimasukkan ke dalam subgenus: Sactivcera (Bactrocera), Bactrocera (Stru-meta), Bactrocera (Zeugodacus), Genus Dacus, Anastrepha, Ceratitis, dan RhagoietisGenus Bactrocera merupakan spesies asli dari daerah tropika
Sunarno
60 yang secara ekonomis merupakan jenis lalat buah penting ynng berasosiasi dengan berbagai buah buahan tropika, kecuali untuk subgenus Bactrocera Zeugodacus inangnya berupa bunga hias dan buah tumbuhan Famili Cucurbitaceae. Genus Dacus sebelumnya dinyatakan terdapat di daerah tropika kemudian diketahui ternyata keliru identifikasi dan setelah direvisi merupakan spesies asli dari Afrika dan biasanya berasosiasi dengan bunga dan buah tumbuhan Cucurbitaceae dan polong kacang-kacangan. Keberadaan Dacus spp. di Indonesia telah dilaporkan yaitu Dacus (Coilontra) inngicomistotoh tordapat di Jawa, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Sedangkan hasil penelitian Suputa, (2004) menunjukkan bahwa di Yogyakaita terdapat dua spesies Dacus spp., yaitu Dacus( Callantra) longicomis dan Dacus (Callantra) petiolitorma, kedua spesies lalat buah genus Dacus tersebut terperangkap pada atraktan cure lure dan tidak tertarik pada atraktan metil eugenol. Larva lalat buah kebanyakan berkembangbiak di dalam buah, walaupun beberapa spesies Bactrocera dan Dacus dapat hidup pada bunga tumbuhan Cucurbitaceae. Morfologi Lalat Buah Dewasa Anatomi lalat buah imago secara umum dan terminologi penting untuk orientasi taksonomi mempunyai Ciri-ciri untuk identifikasi, mengikuti ciri-ciri penting, yaitu menggunakan ciriciri kepala terdiri dari antena, kepala dan noda/bercak pada muka (facial spot). Bagian dorsum toraks terdiri dari dua bagian penting yang disebut dengan terminologi skutum atau mesonotum (dorsum toraks atas) dan skutelum (dorsum toraks bawah) . Sayap mernpunyai ciri-ciri bentuk pola pembuluh sayap, yaitu costa (pembuluh sayap sisi anterior), anal (pembuluh sayap sisi posterior), cubitus (pembuluh sayap utama), median (pembuluh sayap tengah), radius (pembuluh sayap radius), r-m = pembuluh sayap melintang, dm-cu = pembuluh sayap melintang , dan ciri-ciri abdomen, terdiri dari ruas-ruas (tergites). Dilihat dari sisi dorsum, pada abdomen akan lerlihat batas antar ruas (tergit). Untuk genus Bactrocera, ruas- ruas abdomen terpisah dan untuk genus Dacus, ruas-ruas abdomen menyatu . Abdomen Bactrocera terbagi ke dalam ruas-
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 ruas yang terdiri dari tergit 1 + 2 yang menyatu (syntergite), tergit 3 (T3), tergit 4 (T4), dan tergit 5 (T5). Pada spesies Dacus(Callantra) longicornis, tergit abdomen menyatu dan antara toraks dan abdomen mernpunyai pinggang ramping (petiole) sehingga bentuknya menyerupai tawon. (Siwi, et,al 2006). Lalat Buah Penting Di Indonesia Menurut Kalshoven, enam spesies lalat buah terdapat di Indonesia, yaitu Dacus dorslisis (sinonim D. ferrugineus), D. Pedestris, D. cucurbitae, D. umbrosus, D. Caudatus, dan Adrama determinata. Genus Dacus yang sebelumnya diidentifikasi terdapat di daerah tropika termasuk Indonesia, diketahui merupakan kekeliruan identifikasi dari genus Bactrocera. Dacus kemudian direvisi merupakan spesies asli dari Afrika dan biasanya berasosiasi dengan bunga dan buah dan Cucurbitaceae dan polong kacang-kacangan Dengan demikian, semua yang disebut sebagai Dacus di buku Kalshoven (1981) perlu diganti menjadi Bactrocera Pada tahun 2002, tiga genus yang secara ekonomis penting sebagai hama, yaitu Bactrocera, Callantra, dan Rhagoletis beserta enam spesies yang disebut dalam buku Kalshoven (1981). Pada saat ini B. papayae merupakan lalat buah yang paling merusak.B. pedestris dilaporkan hanya terdapat di Filipina. Di Indonesia, terdapat spesies kompleks pada kclompok B. dorsalis yang distribusinya tersebar luas dari daerah Oriental sampai ke daerah Pasifik, yaitu B. papayae dan B. caramholae. Spesimen awetan lainnya herturut-lurut adalah B. umbrosa,B. cucurbitae, B. musae, B. megregoti, B. synnephes, B. jarvisi atau Chaetodacus jaivisi, Caifantra longicornis, Rhagoletis completa, lalat biji teh Adrama determinata, dan koleksi yang relatif banyak dari Papua dan Maluku, yaitu B. curvifera dan B. curreyi. B. maculipennis dan B. nubiius Menurut Siwiet.al.(2006), menyatakan ciri-ciri lalat buah penting di indonesia berdasarkan ciri morfologi sayap, toraks, dan abdomen, berikut nama sinonim, persebaran, tumbuhan inang, dan bioekologinya. Populasi Lalat Buah Besarnya populasi dipengaruhi oleh density
Dominasi Jenis Lalat Buah (Bactrocera Spp) di Tobelo Kabupaten Halmahera Utara
61
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 dispersion, natality, mortality, age distribution, dan growth form. Ekosistem dan agroekosistem dapat dibedakan sebagai : ekosistem adalah interaksi populasi dalam komunitas yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sedangkan agroekosistem adalah ekosistem yang dibuat dan dipelihara untuk memenuhi kebutuhan manusia. Strategi r dan strategi k adalah strategistrategi yang dapat digunakan serangga dalam mempertahankan dinamika kehidupannya. Perubahan populasi serangga sangat dipengaruhi oleh laju kelahiran, laju kematian, dan perpindahan serangga. Sex ratio adalah perbandingan serangga jantan dan betina yang mana semakin banyak betina yang dihasilkan akan semakin cepat populasi serangga tersebut berkembang,. Ini merupakan strategi lalat buah dan parasiroid untuk mengatur populasinya, rasio seks akan berfluktuasi mengikuti fiuktuasi kondisi lingkungan, baik yang bersifat biotis maupun abiotis. Sistem three trophic level (tanaman inang - lalat buah - parasitoid), memberikan konsekuensi bahwa populasi parasitoid akan dipcngaruhi kelimpahan larva lalat buah sebagai inangnya, sedangkan populasi lalat buah akan dipengaruhi oleh kelimpahan tanaman inang. Perubahan kelimpahan tanaman inang akan berakibat perubahan populasi lalat buah dan parasitoid. Mekanisme perubahan dapat melalui fiuktuasi rasio seks sebagai tanggapan terhadap perubahan lingkungan. Dengan demikian rasio seks akan berperan dalam dinamika populasi serangga. Rasio seks akan berfluktuasi dari waktu ke waktu mengikuti perubahan lingkungan. dan keperidian yaitu jumlah telur yang diproduksi oleh seekor betina, tentunya semakin tinggi tingkat keperidian seekor serangga akan sernakin cepat populasi serangga tersebut berkembang. Faktor ekstemal terdiri dari lingkungan abiotik dan biotik. Lingkungan abiotik meliputi curah hujan, suhu, temperatur, kelembaban, dan lain-lain yang akan membatasi atau mendorong populasi serangga untuk berkembang. Curah hujan yang tinggi dapat rnempengaruhi perkembangan populasi serangga secara langsung yaitu dengan pengaruh fisiknya akibat turunnya hujan terutama untuk seranggaserangga berukuran kecil dan mempengaruhi secara tidak langsung yaitu dengan membuat
kondisi yang baik bagi perkembangan penyakit yang dapat menjadikan serangga sakit hingga mengalami kematian, dfl. Sementara faktor lingkungan biotik meliputi predator, parasitoid, patogen, kompetitor, dan lain-lain. Kehadiran predator dan parasitoid dalam suatu pertanaman akan menekan perkembangan populasi serangga hama tersebut. (Soesilohadi, 2008 ). Menurut Sunarno (2011).bahwa vegetasi sekitarnya merupakan hunian saat tidak terjadi musim buah yang sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan serangga dapat memberikan makanan serta media kehidupan yang sesuai, bebas dari suhu panas atau dingin serta hujan lebat yang menganggu aktivitas. Tingkat kerusakan buah tergantung kepadatan populasi dan keragaman vegetasi. Intensitas serangan populasi lalat buah akan meningkat pada keadaan iklim sesuai, pada suhu rendah berkisar antara 26C dan kelembaban tinggi berkisar 90% akan baik bagi aktivitas lalat buah. Aktivitas lalat buah akan lebih baik pada saat curah hujan rendah daripada curah hujan tinggi Ketertarikan Dengan Metil Eugenol Banyak peneliti menyatakan bahwa Senyawa Metil eugenol adalah merupakan feromon sex, tetapi setelah diteliti lebih lanjut ternyata senyawa metil eugenol bukan merupakan feromon sek tetapi merupakan Food Atraktan ( Sejenis obat kuat ) yang sangat dibutuhkan oleh serangga lalat buah jantan untun proses mating (Mating succes of male of the oriental fruitfly). Shelly, James.E. and E. Lainep. A.(2005) Banyak tumbuhan yang dapat menghasilkan senyawa tertentu atau dalam bentuk sintetis yang dapat menghasilkan senyawa atraktan seperti 2-phenylethanol atau phenylacetaldehyde, sebagai atraktan dari berbagai jenis Organisme Pengganggu Tanaman dari Ordo Coleoptera, Famili Scarabaeidae: Cetoniinae ( Tropinotahirta) dan Metil Eugenol maupun Eugenol dan penghasil senyawa-senyawa yang dapat digunakan sebagai atraktan dari Ordo Diptera: Tephrididae: Dacinae (Bactrocera spp.).(Shelly, James.E. and E. Lainep. A.2005). Metil Eugenol dapat dihasilkan dari berbagai tanaman seperti cengkih, cemara hantu,
Sunarno
62 selasih dan masih banyak lagi. Tumbuhan penghasil metil eugenol yang langsung dapat dipakai adalah dari tanaman cengkih dan selasih dari jenis O. tenuiflorum, O. sanctum dan O. minimum merupakan kelompok penghasil methyl eugenol yang dapat digunakan sebagai atraktan lalat buah. Senyawa metil eugenol yang digunakan sebagai atraktan dengan perangkap dapat menarik lalat buah untuk datang ke perangkap yang diberikan larutan senyawa metil eugenol. Senyawa metil eugenol hanya dapat menarik lalat jantan saja dan lalat betina tidak tertarik pada metil eugenol. (Shelly dan Nishida, 2004). Model Perangkap Penggunaan perangkap bertujuan 1). Menginventarisasi spesies lalat buah, 2). Mengetahui distribusi dan perkembangan populasi lalat buah,3). Mengetahui sejak dini kehadiran lalat buah di lapangan dan 4). Untuk mengevaluasi keefektifan berbagai teknik pengendalian lalat buah. Pengendalian lalat buah menggunakan perangkap dengan umpan atraktan akan berhasil apabila perangkap dipasang secara terus-menerus dan dalam jumlah yang banyak. Bentuk, warna perangkap, dan jenis senyawa kimia atraktan memegang peranan penting terhadap respon lalat buah. Perangkap untuk B. dorsalis sebaiknya terbuat dari bahan yang ringan dan mudah didapat seperti : botol plastik, papan kayu, alumunium, dan kertas manila yang tahan air. Pengendalian B. dorsalis menggunakan perangkap dengan atraktan akan berhasil apabila perangkap dipasang secara terus menerus dalam jumlah yang banyak. (Sunarno,2012). Berbagai model alat perangkap telah digunakan sebagai alat pemantau populasi lalat. Model alat perangkap yang mudah dan murah serta banyak digunakan oleh petani di Indonesia adalah modifikasi perangkap steiner berupa botol air mineral transparan. Attraktan berupa methil eugenol atau Cue lure diteteskan pada kapas kemudian digantungkan di bagian tengah dalam botol perangkap. Penataan perangkap dalam areal kebun perlu dipertimbangkan dengan seksama
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 guna mengefektifkan hasil penangkapan lalat buah. Di Taiwan penataan perangkap dilakukan di bagian luar kebun dan di dalam areal tanaman yang akan dikendalikan METODOLOGI PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Agustus 2013 sampai bulan November 2013. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Tobelo, Kabupaten Halmahera kemudian dilanjutkan identifikasi spesies lalat buah di Laboratorium Politeknik Perdamaian Halamahera dan laboratorium Dinas Pertanian Halmahera Utara.Penelitian dengan cara mengantungkan perangkap yang sudah siap digantung tersebut dengan ketinggian rata-rata 1,5 m diatas permukaan tanah, jarak antar perangkap 10 m, sebanyak 36 perangkap waktu pengantungan perangkap pada pagi hari, dan pengambilan serangga lalat buah yang tertangkap oleh perangkap dilaksanakan pada setiap 1 minggu sekali dan penyuntikan atraktan Metil Eugenol setiap 2 minggu sekali serta penyuntikan pestisida regent dilaksanakan 1 bulan sekali selama 3 bulan. Analisis Data Setelah pelaksanaan penelitian tersebut selesai dan data kasar sudah terkumpul, dilanjutkan dengan analisis data. Analisis data menggunakan analisis diskriptif dengan cara menghitung dan mengidentifikasi secara morfologi beberapa spesies lalat buah yang dominan dan berbeda yang tertangkap oleh perangkap tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa padasemua perangkap model steiner yang diberi metil eugenol dapat menangkap 8 jenis lalat buah yaitu B. caramblae (Drew & Hanocock), B. umbrosa Fabricius, B. papayae (Drew &Hanocock), B. cucurbitae (Coquillet), B. musae (Tryon), B. curivera (Walker), B. bryoniae (Hering), B.dorsalis (Hendel). Dari gambardi bawah ini menunjukan bahwa jenis lalat buah paling banyak adalah B. carambolae dari 8 jenis lalat buah yang tertangkap pada perangkap dengan prosentase
Dominasi Jenis Lalat Buah (Bactrocera Spp) di Tobelo Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
63
(43,16%), dan yang paling sedikit adalah jenis lalat buahB. bryoniae (0,02%).
Dari gambar dibawah ini menunjukan bahwa pengamatan sudah sampai pengamatan yang ke 12, dari 12 pengamatan.Dalam penelitian ini terbagi antara 3 baris dan hasil tangkapan yang paling banyak adalah pada baris yang ke-3 yaitu sebanyak 11.626 ekor, diikuti dengan baris ke-2 sebanyak 7.583 ekor, dan yang paling sedikit adalah pada baris ke-1 sebanyak 4.659 ekor.
Gambar .1. Prosentase jumlah tangkapan jenis lalat buah
Gambar di atas menunjukkan bahwa populasi lalat buah dari jenis B. carambolae merupakan lalat buah yang paling dominan di daerah Tobelo, Halmahera Utara sebesar 10302 ekor atau 43,16%, dan yang paling sedikit adalah jenis lalat buah B.bryoniae sebanyak 5 ekor atau 0,02%. Lalat buah B. carambolaemerupakan lalat buah yang preferensinya paling tinggi terhadap atraktan metil eugenol bila dibandingkan dengan lalat buah jenis yang lainnya, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muryanti. et.al (2008) yang menyatakan bahwa lalat buah jenis B. carambolaeyang preferensinya lebih tinggi terhadap atraktan metil eugenol yaitu 100%. Lalat buah B. carambolae merupakan lalat buah yang bayak mempunyai inang. Pada lokasi penelitian yang berada di dalam lokasi kebun buah, banyak sekali tanaman yang mejadi inang dari lalat buah jenis B.carambolae misalnya, mangga, cabe kriting, rambuatan, belimbing, tomat, nangka, pepaya dll, hal ini yang menyebabkan lalat buah B.carambolae merupakan lalat buah yang paling dominan di daerah Tobelo halmahera utara. Sedangkan untuk lalat buah jenis B.bryoniae merupakan lalat buah yang paling sedikit tertangkap pada perangkap, hal ini disebabkan karena lalat buah B.bryoniae merupakan lalat buah yang baru saja masuk ke Tobelo, Halmahera Utara, sehingga ntuk tanaman inangnya sampai sekarang belum di ketahui, Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Arifin (pengamat hama pada dinas karantina Kabupaten Halmahera Utara) yang sempat mengungkapkan bahwa terdapat jenis lalat buah yang baru saja masuk ke Tobelo, Halmahera Utara yang di sebut sebagai lalat buah jenis B.bryoniae yang tertangkap pada perangkap metil eugenol.
Gambar 2. Tangkapan lalat buah berdasarkanbaris dan pengamatan
Pada penelitian yang dilaksanakan di kebun buah terbagi atas 3 baris, dimana setiap barisnya terdiri atas 12 perangkap perangkap tersebut di gantungkan pada sebuah bambu setinggi 1,5m. perangkap yang paling banyak hasil tangkapan pada baris ke-3, hal ini disebabkan paris ke-3 dekat dengan pertanaman tomat, cabe keriting , mangga, jeruk manis, belimbing, pisang, dan jeruk bali, sehingga lalat buah yang masuk pada perangkap baris ke-3 paling banyak, ditambah dengan tanaman cabai kriting, tomat, jeruk bali, belimbing, pisang dan jeruk manis sedang berbuah banyak, hal inilah yang menyebabkan populasi lalat buah banyak teratngkap padaperangkap baris ke-3, hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Sunarno,( 2012) dalam bahan ajar Proteksi Tanaman menyatakan bahwa apabila semua faktor lain sangat mendukung perkembangan serangga makapertambahan populasi serangga akan sejalan dengan makin bertambahnya makanan. Keadaan sebaliknya akanmenurunkan populasi serangga hama. Pada gambar bagan di bawah ini menunjukan bahwa dari penelitian yang dilaksanakan selama 3 bulan di dapatkan jumlah hasil tangkapan lalat buah sebanyak 23868 ekor. Hasil tangkapan lalat buah yang paling banyak masuk ke perangkap adalah pada bulan pertama (Agustus-September) pada saat penelitian
Sunarno
64 berlangsung yaitu sebanyak 10099 ekor, di ikuti dengan tengkapan pada bulan ke- 2 ( SeptemberOktober ) sebanyak 9581 ekor dan yang paling sedikit adalah hasil tangkapan pada bulan ke-3 ( Oktober-November ) yaitu sebanyak 4188 ekor.
Gambar :3 . Hasil tangkapan lalat buah berdasarkan bulan
Gambar diatas menunjukkan bahwa hasil tangkapan lalat buah yang masuk ke perangkap yang paling banyak adalah pada bulan pertama (Agustus-September ) sebanyak 10099 ekor dan yang paling sedikit adalah hasil tangkapan pada bulan ketiga 3 ( Oktober-November ) yaitu sebanyak 4188 ekor. Hal ini di sebabkan karena pada bulan pertama ( Agustus-September ) tersebut merupakan awal dari pemasangan perangkap yang termasuk pada pengamatan ke-1 sampai dengan pengamatan ke-4, pada saat perangkap dipasang ternyata sebelumnya tidak pernah ada yang memasang perangkap lalat buah di daerah penelitiaan pada kebun buah tersebut, sehingga populasi lalat buah sebelum pemasangan perangkap merupakan populasi yang paling banyak karena selama ini belum pernah pengendalian hama lalat buah dilakukan dengan menggunakan perangkap metil eugenol sehingga lalat buah jantan lebih banyak masuk keperangkap pada bulan pertama, hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Shelly dan Nishida, (2004). Yang menyatakan bahwa senyawa metil eugenol yang digunakan sebagai atraktan dengan perangkap dapat menarik lalat buah untuk datang ke perangkap yang diberikan
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 larutan senyawa metil eugenol. Pada saat pemasangan perangkap pada bulan pertama berlansung pada bulan AgustusSeptember, pada saat itu merupakan saat tanaman sayuran maupun tanaaman buah-buahan yang ada di kebun buah dan sekitarnya sedang berbuah dan menjelang pada panen raya. Selain itu juga bahwa pada bulan Agustus-September di daerah Tobelo, Halmahera Utara merupakan bulan yang belum banyak hujan karena bulan tersebut merupakan akhir dari musim panas dan akan masuk pada musim penghujan sehingga hujan masih jarang dan kondisinya tidak telalu panas, sehingga populasi lalat buah akan senang tinggal dan menetap pada kondisi iklim yang tidak terlalu banyak hujan sehingga tidak mengganggu aktivitas dari lalat buah mencari makanan. Hal ini sesuai yang di ungkapkan oleh Sunarno (2012) bahwa vegetasi sekitarnya merupakan hunian saat tidak terjadi musim buah yang sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan karena dapat memberikan makanan serta media kehidupan yang sesuai, bebas dari suhu panas atau dingin serta hujan lebat yang menganggu aktivitas lalat buah. Selain itu juga diungkapkan oleh Soesilohadi, (2008),yang menyatakan bahwa faktor makanan merupakan faktor lainnya yang sangat menentukan perkembangan populasi serangga hama. Faktor kualitas dan kuantitas makanan akan memberikan pengaruh pada tinggi rendahnya perkembangan populasi. KESIMPULAN 1. Terdapat 8 jenis lalat baah yang terperangkap dalam perangkap di Tobelo, Kabupaten halmahera Utara, jenis lalat buah yang paling dominan adalah jenis B. carambolae (Drew & Hanocock) sebanyak 43,16 %, dan yang paling sedikit adalah lalat buah dari jenis B. Bryoniae, sebanyak 0,02% 2. Terdapat jenis lalat buah baru yang masuk di Tobelo Halmahera Utara yaitu jenis lalat buah B.Bryoniae
Dominasi Jenis Lalat Buah (Bactrocera Spp) di Tobelo Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015
65
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, 2005 . Pemanfaatan Tantangan Selasih (Ocimum, sp) Sebagai Atraktan Lalat Buah (Bractrocera, spp) ________, 2008. Pengenalan Dan Pengendalian Penyakit Hortikultura Prioritas. Direktorat jendral Hortikultura.Jakarta.. http://ditlin.hortikultura.go.id/berita_2007/pokja_llt_buah_htm. Diakses 2010 Muryati, A. Hasyim, dan Riska. 2008. Preferensi Spesies Lalat Buah terhadap Atraktan MetilEugenol dan Cue-Luredan Populasinya di Sumatera Barat dan Riau .Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok Nogroho.S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius. Yogyakarta Shelly, T.E and, R. Nishida. 2004. Larval and Adult Feeding on Methyl Eugenol and the Mating Success of Male Oriental Fruit Flies, Bactrocera dorsalis (Hendel)(Diptera: Tephritidae). Entomol. Exp. Appl. 112:155-158 Shelly, James.E. and E. Lainep. A.2005. Influence Of Diet and Methil Eugenol On The Mating Success Of Males Of The Oriental Fruitfly Bactrocera Dorsalis (Diptera : Tephritidae) USDA-APHIS, 41-650 Ahiki Street, Waimanalo, HI 96795 USA. Florida Entomologist Siwi, Purnama Hidayat dan Suputa 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia (Diptera: Tephritidae) Kerjasama Balai Besar Peneltian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian dengan Departement of Agriculture, Fisheries and Forestry Australia Soesilohadi, 2008 . The effect host plant (Averrhoa carambola l.) And parasitoid (Biosteres vandenboschi, hymenoptera: opiidae) on the fruit fly population (Bactrocera carambolae, Diptera: Tephritidae Sunarno. 2011. Keterarikan lalat buah (Bactrocera,spp) terhadap perangkap dan umpan berwarna. Tesis, Ugm.Yogyakarta. ________. 2011. Keterarikan Serangga Hama lalat buah terhadap Berbagai Papan Perangkap Berwarna Sebagai Salah Satu Teknik Pengendalian. Jurnal Agroforestri. Politeknik Perdamaian Halmahera. Tobelo ________. 2012. Pengendalian Hayati (Biologi Control) Sebagai Salah Satu Teknik Pengendalian Yang Ramah Lingkungan. Jurnal Jurnal Lintas Ilmu. Universitas Halmahera. Tobelo. _______,2012. Bahan Ajar Proteksi Tanaman, Program Studi Agroforestri, Politeknik Perdamaian Halmahera, Tobelo Suputa, (2004) Pedoman Identifikasi Hama Lalat Buah, Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, Jakarta. Van Sauers-Muller, A. 2005..Host Plants of the Carmbola Fruit Fly, Bactrocera carambolae, in Suriname, South America. Neotrapical Entomology
Sunarno