Iskandar Sembiring, Hasnudi, dan Pantoni: Pemberian Tiga Macam Konsentrat..
Pemberian Tiga Macam Konsentrat Terhadap Kualitas dan Persentase Karkas Serta Income Over Feed Cost Domba Sungei Putih Selama Penggemukan (The Usage Three Kind of Concentrates on Quality and Carcass Percentage and Also Income Over Feed Cost of Sungei Putih Sheep For Fatgrowth) Iskandar Sembiring, Hasnudi, dan Pantioni Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU
Abstract: The objectives of this research was to test the comparison three of kind concentrates on carcass percentage, fat and income over feed cost of Sungei Putih sheep for fatgrowth. The experiment was using complete randomized experiment design by three treatments and six replication, where treatments of T1 wasgrass + concentrate A (palm oil by product), T2 wasgrass + concentrate B (conventional) and T3 wasgrass + concentrate C (farming by product). The results showed the highest average carcass weight at T2 (12,96kg) then T3(12,82kg) and then lowest average at T1 (11,47kg). The highest average carcass percentage T2 (54,53%) then T3 (54,03%) and the lowest average at T1 (52,68%). The highest average subcutan fat weight at T2 (1,70kg) then T3 (1,63kg) and the lowest average at T1 (1,24kg). The highest average intermusculer fat at T2 (413,40g) then T3 (411,80g) and the lowest average at T1 (383,20g). The highest average chanel + pelvic fat weight at T2 (241,80g) then T3 (231,40g) and the lowest average at T1 (215,80g). And the highest average income over feed cost at T1 (Rp 73.331,67) then T3 (Rp 56.383,57) and the lowest average at T2 (Rp 21.430.63). The statistic of analysis the research result showed that the test result of variation indicated that T1, T2 and T3 didn’t have a real different affect to the carcass weight, carcass percentage, subcutan fat weight, intermusculer fat weight, and chanel + pelvic fat weight, mean while for income over feed cost has a real different affect. Key Words: sheep, Consentrate, Carcass, fat and IOFC. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbandingan antara tiga macam konsentrat yaitu konsentrat A (berbasis hasil sampingan industri kelapa sawit), konsentrat B (konvensional), dan konsentrat C (berbasis hasil sampingan industri pertanian) terhadap persentase karkas dan income over feed cost Domba Sungei Putih selama penggemukan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari tiga perlakuan dan 6 ulangan yaitu: T1 = rumput + konsentrat A (berbasis hasil sampingan kelapa sawit), T2 = rumput + konsentrat B (konsentrat konvensional), dan T3 = rumput + konsentrat C (berbasis hasil sampingan produk pertanian). Hasil penelitian menunjukkan rataan bobot karkas tertinggi pada T2 (12,96kg), sementara rataan bobot karkas T3 (12,82kg) dan rataan bobot karkas terendah pada T1 (11,47kg). Rataan persentase karkas tertinggi pada T2 (54,53%) sementara rataan persentase karkas T3 (54,03%) dan rataan bobot karkas terendah pada T1 (52,68%). Rataan bobot lemak subkutan tertinggi pada T2 (1,70kg), sementara rataan bobot karkas T3 (1,63kg), dan rataan bobot karkas terendah pada T1 (1,24kg). Rataan bobot lemak intermuskuler tertinggi pada T2 (413,40g) sementara rataan bobot karkas T3 (411,80g) dan rataan bobot karkas terendah pada T1 (382,20g). Rataan bobot lemak ginjal + pelvik tertinggi pada T2 (241,80g) sementara rataan bobot karkas T3 (231,40g) dan rataan bobot karkas terendah pada T1 (215,80g). Dan rataan income over feed cost tertinggi pada T1 (Rp 73.331,67) sementara T3 (Rp 56.383,57) dan rataan income over feed cost terendah pada T2 (Rp 21.430,63). Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa T1, T2, dan T3 pada Domba Sungei Putih tidak berbeda nyata terhadap bobot karkas, persentase karkas, bobot lemak subkutan, bobot lemak intermuskuler, bobot
78
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.2, Agustus 2005
lemak ginjal + pelvis, sedangkan untuk income over feed cost memperlihatkan hasil yang sangat berbeda nyata. Kata Kunci: domba, karkas, lemak, dan IOFC. sampingan industri kelapa sawit), Pendahuluan konsentrat B (konsentrat konvensional) dan konsentrat C (konsentrat yang berbasil hasil Latar Belakang sampingan industri pertanian) terhadap Sistem pemeliharaan ternak domba bobot karkas, persentase karkas, bobot di Indonesia pada umumnya adalah secara lemak subkutan, bobot lemak tradisional, di mana pemberian pakan intermuskuler, bobot lemak ginjal + pelvis tergantung pada hijauan tanaman makanan dan income over feed cost domba Sungei ternak yang tersedia (rerumputan) dengan Putih. sedikit atau tidak ada pakan tambahan (Tomaszewska, et.al.:1993). Hal ini Kegunaan Penelitian menyebabkan tingkat produksi domba Sebagai upaya alternatif dalam rendah. Salah satu cara untuk mengatasinya pemanfaatan hasil sampingan industri adalah dengan memperbaiki kualitas pakan, kelapa sawit dan hasil sampingan industri namun pakan komersil yang berkualitas pertanian dan sebagai bahan informasi bagi harganya relatif mahal. Salah satu alternatif peternak dan pihak-pihak yang meningkatkan produktivitas ternak dan membutuhkan. sekaligus pendapatan peternak adalah melalui pemanfaatan pakan inkonvensional. Bahan dan Metode Penelitian Bahan pakan inkonvensional antara lain: hasil sampingan (by product) dan hasil sisa Tempat dan Waktu Penelitian. (limbah) industri perkebunan dan pertanian. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sumatera Utara mempunyai areal Pulaugambar Kecamatan Dolok Masihul perkebunan kelapa sawit yang cukup luas Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dan terdapat juga industri pengolahan berlangsung selama tiga bulan dimulai dari sawit. Data statistik perkebunan Sumatera Januari 2005 sampai April 2005. Utara tahun 2002: luas perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara adalah 766.669,73 Bahan dan Alat Penelitian Ha dan terdapat 60 unit perkebunan kelapa Bahan yang digunakan antara lain: sawit. Hasil akhir dari proses pengolahan a. 18 ekor domba jantan Sungei Putih lepas sawit tersebut antara lain minyak kelapa sapih umur 5-6 bulan dengan kisaran sawit sebagai produk utama, solid sawit bobot badan awal rata-rata 15kg (12sebagai limbah padat dan limbah cair yang 19kg) dibuang ketempat pengendalian limbah b. Rumput gajah (Naibaho,1994). Limbah sawit ini sangat c. Konsentrat, terdiri dari: melimpah dan belum diolah lebih lanjut. Hasil sisa perkebunan lainnya yang dapat • Konsentrat A terdiri dari: lumpur digunakan yaitu anakan tebu yang berasal sawit, bungkil inti sawit, kerak dari tebu utama setelah dipotong. Hasil tehu, anakan tebu, molases, urea, sampingan lainnya dari industri pengolahan ultra mineral,garam buah markisa dan buah nenas. Semua hasil • Konsentrat B terdiri dari: jagung, sisa perkebunan maupun hasil sampingan dedak, bungkil kedelai, tepung ikan, industri pertanian ini dapat dijadikan molases, urea, ultra mineral,garam sebagai alternatif pakan domba. • Konsentrat C terdiri dari: jagung, Sehubungan dengan hal tersebut di dedak, bungkil kedelai, ampas atas, dilakukan penelitian tentang nenas, kulit buah markisa, tepung pemanfaatan hasil sampingan industri ikan, urea, ultra mineral, dan kelapa sawit dan hasil sampingan industri garam. pertanian sebagai konsentrat terhadap kualitas dan persentase karkas, lemak serta Alat yang digunakan antara lain: income over feed cost pada ternak domba a. Kandang 18 unit beserta Sungei Putih. perlengkapannya dengan ukuran 1x 1,5m Tujuan Penelitian b. Timbangan bobot hidup berkapasitas Adapun tujuan penelitian ini adalah 120kg dengan kepekaan 500g, untuk menguji perbandingan antara timbangan berkapasitas 5kg dengan konsentrat A (konsentrat yang berbasis hasil kepekaan 5g untuk menimbang
79
Iskandar Sembiring, Hasnudi, dan Pantoni: Pemberian Tiga Macam Konsentrat..
c.
komponen karkas, timbangan 2kg dengan kepekaan 10g untuk menimbang pakan dan timbangan kapasitas 2.800g dengan kepekaan 1,0g untuk menimbang komponen karkas Alat pendingin untuk tempat menyimpan karkas
Metode Penelitian Medote penelitian yang digunakan pada tahap I adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan yaitu: T1 = rumput gajah + konsentrat A T2 = rumput gajah + konsentrat B T3 = rumput gajah + konsentrat C Ulangan yang didapat berasal dari rumus: T (n-1) ≥ 15 3 (n-1) ≥ 15 3n – 3 ≥ 15 3n ≥ 18 n≥6 Adapun model linier penelitian yang digunakan adalah: Yij = μ + τ i + Σij Di mana: Yij = Hasil pengamatan pada ulangan ke-i dan perlakuan ke-j I = 1,2,3 (perlakuan) J = 1,2,3,4,5,6 (ulangan) μ = Nilai rata-rata (mean) harapan τi = Pengaruh faktor perlakuan ke-i Σij = Pengaruh galat (experimental error) perlakuan ke-i ulangan ke-j (Hanafiah, 2000).
Tabel 8. Bobot karkas (Kg/ekor)
Hasil Penelitian Bobot karkas Dari hasil penelitian diperoleh bobot karkas, terlihat pada Tabel 8.
T2
T3
I
11,77
13,34
11,51
36,62
12,21
II
11,16
12,58
14,13
37,87
12,62
Total
22,93
25,92
25,64
74,49
24,83
11,47
12,96
12,82
37,25
12,42
Persentase karkas Dari hasil penelitian diperoleh persentase karkas, terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Persentase karkas (%) Perlakuan
Ulangan I II Total
Total Rataan
T1
T2
53,32
55,05
52,27 160,64 53,55
T3
52,04
54,01
55,79 161,84 53,95
105,36 109,06 108,06 322,48 107,49
Rataan 52,68
54,53
54,03 161,24 53,75
Bobot Lemak Subkutan Dari hasil penelitian diperoleh bobot lemak subkutan terlihat pada Tabel 10. Tabel 10 Bobot lemak subkutan (kg/ekor) Perlakuan
Ulangan
T1
T2
Total
Rataan
T3
I
1,30 1,80 1,33
4,43
1,48
II
1,17 1,59 1,92
4,68
1,56
Total
2,47 3,39 3,25
9,11
3,04
Rataan 1,24 1,70 1,63
4,56
1,52
Bobot Lemak Intermuskuler Dari hasil penelitian bobot lemak intermuskuler, terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Bobot lemak intermuskuler (g/ekor) Perlakuan
Ulangan T1 I
80
Total Rataan
T1
Rataan
Metode penelitian tahap II kedua adalah pengambilan sampel ternak domba yang dipotong yaitu: T1 = 2 ekor yaitu T1R1 dan T1R6 T2 = 2 ekor yaitu T2R1 dan T2R4 T3 = 2 ekor yaitu T3R2 dan T3 R4 Maka jumlah ternak domba yang dipotong sebanyak 6 ekor. Parameter Penelitian: Bobot karkas, Persentase karkas, Bobot lemak dan Income Over Feed Cost (IOFC).
Perlakuan
Ulangan
390,00
T2
Total
Rataan
T3
426,40 364,00 1180,40 393,47
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.2, Agustus 2005
II
374,40
400,40 459,60 1234,40 411,46
Total
764,40
826,80 823,60 2414,80 804,93
Rataan 382,20
413,40 411,80 1207,40 402,46
Bobot Lemak ginjal + Pelvis Dari hasil penelitian diperoleh bobot lemak ginjal + pelvis, terlihat pada Tabel 12. Tabel 12. Bobot lemak ginjal + pelvis (g/ekor) Perlakuan
Ulangan T1
T2
Total Rataan T3
I
223,60 228,80 202,80 655,20 218,40
II
208,00 254,80 260,00 722,80 240,93
Total 431,60 483,60 462,80 1378,00 459,33 Rataan 215,80 241,80 231,40 689,00 229,67 Income Over Feed Cost Dari hasil penelitian diperoleh income over feed cost, terlihat pada Tabel 13. Tabel 13. Income over feed cost (Rp) Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
23.169.62
114.840,90
38.280,30
29.814,97
69.865.62
149.787,92
49.929,31
79.374,88
45.233,50
53.335.31
177.943,69
59.314,56
IV
77.735,85
15.948,16
72.254.12
165.938,13
55.312,71
V
85.073,01
3.020,50
48.800.25
136.893,76
45.631,25
VI
75.288,25
15.306,06
70.876.50
161.470,81
53.823,60
439.990,04 128.583,75
338.301.42
906.875,21
302.291,74
73.331,67
56.383.57
151.145,87
50.381,96
T1
T2
T3
I
72.410,72
19.260,56
II
50.107,33
III
Total Rataan
21.430,63
81
Iskandar Sembiring, Hasnudi, dan Pantoni: Pemberian Tiga Macam Konsentrat..
Pembahasan Hasil Bobot Karkas Untuk melihat pengaruh pemberian dari ketiga konsentrat tersebut terhadap bobot karkas dilakukan analisis keragaman yang terlihat pada Tabel 14. Tabel 14. Analisis keragaman bobot karkas DB
SK
JK
KT
F hit
Perlakuan
2
2.72 1.36 1.05
Galat
3
3.89 1.29
5
6.61
Total
KK tn
F tabel 0.05
tn
0.01
9.55 30.81
= 9.10% = tidak berbeda nyata
Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa T1, T2, dan T3 pada domba jantan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap bobot karkas domba. Hal ini berarti bahwa ketiga macam perlakuan. Hal ini dapat disebabkan karena konsentrat A, B, dan C mempunyai nilai nutrisi yang tidak jauh berbeda dan konsumsi dan pertambahan bobot badan yang tidak berbeda nyata juga. Nilai rataan bobot karkas hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian. Persentase Karkas Untuk melihat pengaruh pemberian dari ketiga macam konsentrat tersebut terhadap persentase karkas dilakukan analisis keragaman yang terlihat pada Tabel 15. Tabel 15. Analisis keragaman persentase karkas KT
F hit
F table
SK
DB
JK
Perlakuan
2
3.66
1.83 0.72tn 9.55 30.81
Galat
3
7.55
2.51
Total
5
11.21
0.05
KK tn
0.01
= 2.94% = tidak berbeda nyata Dari hasil analisis keragaman di atas dapat dilihat bahwa T1, T2, dan T3 pada domba jantan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap persentase karkas domba. Hal ini dapat disebabkan karena konsentrat A, B, dan C mempunyai nilai nutrisi yang tidak jauh berbeda. Selain
82
itu pakan yang dikonsumsi oleh domba dalam penelitian ini juga tidak berbeda nyata, sehingga persentase dari karkas juga tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Devendra (1977) yang menyatakan bahwa persentase karkas dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi. Johnston (1983) juga menyatakan bahwa persentase karkas pada domba yang kurus dan kondisinya buruk kurang dari 40%, sedangkan pada kondisi gemuk persentase karkas dapat melebihi 60%. Lemak. Untuk melihat pengaruh pemberian dari ketiga macam konsentrat tersebut terhadap lemak dilakukan analisis keragaman yang terlihat pada Tabel 16, 17, dan 18. Tabel16. Analisis keragaman bobot lemak subkutan SK
DB JK
F table
KT F hit
0.05 0.01 Perlakuan
KK tn
2 0.25 0.12 1.78tn 9.55 30.81
Galat
3 0.23 0.07
Total
5 0.48
= 17.10% = tidak berbeda nyata Tabel 17. Analisis keragaman bobot lemak intermuskuler JK
KT
F hit
F table
SK
DB
Perlakuan
2
1234.78 617.78 0.37tn 9.55 30.81
Galat
3
5029.36 1676.45
Total
5
6264.14
0.05 0.01
KK tn
= 10.17% = tidak berbeda nyata
Tabel 18. Analisis keragaman bobot lemak ginjal + pelvis SK
DB
JK
KT
F hit
F table 0.05
Perlakuan 2
KK tn
685.01 342.51
Galat
3
2095.6 698.53
Total
5
2780.61
0.5tn
= 8.82% = tidak berbeda nyata
0.01
9.55 30.81
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.2, Agustus 2005
Berdasarkan analisis sidik ragam di atas menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf 0,01 sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian lumpur sawit dalam konsentrat terhadap IOFC memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01). Untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 20 di bawah ini. Tabel 20. Uji Duncan Income over feed cost
Dari hasil analisa keragaman dapat dilihat bahwa T1, T2, dan T3 pada domba jantan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap lemak subkutan, lemak intermuskuler dan lemak ginjal + pelvis. Hal ini disebabkan karena pemberian ketiga macam konsentrat tersebut juga memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan antarperlakuan sehingga bobot lemak antarperlakuan juga tidak nyata karena bobot lemak tubuh sebanding dengan pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman (1993) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong yang diperoleh menyebabkan bobot karkas segar, persentase karkas, dan lemak akan semakin tinggi. Nilai rataan bobot lemak ginjal dan pelvis hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Dewi (2000) pada domba Sei Putih yang diberi pakan bungkil inti sawit sebanyak 31,51% dan mengandung protein kasar sebesar 13,26% dan energi 2,88 Mcal/kg menghasilkan bobot lemak ginjal sebesar 35g, lemak pelvis 45g pada bobot potong 15kg. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Berg and Butterfield (1976). Income Over feed Cost. Untuk melihat pengaruh pemberian dari ketiga konsentrat tersebut terhadap bobot karkas dilakukan analisis keragaman yang terlihat pada Tabel 19. Tabel 19. Analisis keragaman income over feed cost SK
DB
JK
KT
F hit
Galat Total
KK **
2
Rataan
Notasi
T1
73.331,67
BC
T2
21.430,63
A
T3
56.383.57
B
Keterangan:
notasi huruf yang berbeda menyatakan berbeda sangat nyata dalam taraf 1%
Berdasarkan uji Duncan di atas dapat diketahui bahwa harga konsentrat sangat nyata mempengaruhi income over feed cost, di mana yang income over feed cost tertinggi diperoleh pada perlakuan T1 yaitu 73.331,67 yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan T2, tetapi tidak berbeda sangat nyata dengan perlakuan T3. Hal ini diduga karena pada perlakuan T1 telah menghasilkan efisiensi biaya konsentrat, walaupun bila dilihat dari konsumsi dan pertambahan bobot badan tidak berbeda nyata, tapi hal ini disebabkan faktor dari harga bahan untuk menyusun konsentrat A, B, dan C yang sangat mencolok.
F tabel
Rekapitulasi Hasil Penelitian
0.05 0.01 Perlakuan
Perlakuan
Rekapitulasi hasil penelitian terhadap kualitas dan persentase karkas serta income over feed cost domba Sungai Putih adalah sebagaimana ditampilkan pada Tabel 22.
8405330773 4202665387 17,51** 3.68 6.36
15 3599556427 239970428,5 17 1200488720
= 30,74% = sangat nyata
Tabel 22. Rekapitulasi hasil penelitian Perlakuan Bobot Karkas (kg/ekor) Persentase karkas (%) Bobot Lemak Subkutan (kg/ekor)
Perlakuan T1 11,47 52,68
tn
1,24
T3
T2 tn
tn
12,96
tn
12,82 tn
54,53
tn
54,03 tn
1,70
tn
1,63 tn
Bobot Lemak Intermuskuler (g/ekor)
382,20 tn
413,40 tn
411,80 tn
Bobot Lemak ginjal + Pelvis (g/ekor)
tn
tn
231,40 tn
215,80
241,80
21.430,63A 56.383.57B Income Over Feed Cost (Rp) 73.331,67BC Keterangan: notasi huruf kecil yang berbeda menunjukan perbedaan yang sangat nyata pada taraf 1%
83
tn = tidak nyata
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Pemberian pakan pada perlakuan T1, T2 dan T3 perlakuan T3 (rumput gajah + konsentrat C yaitu konsentrat hasil sampingan industri pertanian) menghasilkan kualitas yang sama terhadap bobot karkas, persentase karkas, bobot lemak subkutan, lemak intermuskuler dan lemak ginjal + pelvis 2. Pemberian pakan pada perlakuan T1 (rumput gajah + konsentrat A yaitu konsentrat yang berbasis hasil sampingan industri kelapa sawit) dan perlakuan T3 (rumput gajah + konsentrat C yaitu kosentrat hasil sampingan industri pertanian) dapat menghasilkan keuntungan yang sama dibandingkan dengan perlakuan T2 (rumput gajah + konsentrat B yaitu konsentrat konvensional) sehingga pakan pada perlakuan T1 dan T2 dapat dijadikan salah satu pakan alternatif bagi ternak domba. Saran Sebaiknya peternak menggunakan konsentrat yang berasal dari hasil sampingan industri kelapa sawit yang lebih luas untuk ternak domba sebagai upaya peningkatan pendapatan dalam usaha beternak domba.
Daftar Pustaka Anonim. 2002. Teknologi Tepat Guna: Budidaya Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. [www.document] URL http://www.rusnas buah.or.id. Berg and Butterfield. 1976. New Concept of Cattlegrowth. Sydney: University Press. Crouse,J.D., J.R. Busboom., R.A. Field, and C.L. Ferrel. 1981. Effect of Breed, Diet, Sex, Location, and Slaughter Weight on Lambgrowth, Crcass Composition and Meat Flavor. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Gatenby, R.M and L.P. Batubara. 1994. Management of Sheep in The Humid Tropic, Experiences in North Sumatra. In Second Symposium on Sheep Production Malaysia Faculty of Veteriner Medicine and Animal Science, University Agricultural Malaysia Serdang. Hanafiah, K.A. 2000. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Palembang: Universitas Sriwijaya. Herman, R. 1993. Perbandingan Pertumbuhan, Komposisi Tubuh, dan Karkas Antara Domba Priangan dan Ekorgemuk. [Disertasi]. Program Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hutagalung dan Jalaludin. 1982. Feeds For Farm Animal From The Oil Palm. Serdang, Malaysia. Johston, R.G. 1983. Introduction to Sheep Farming. London: Granada Publishing Ltd. Lawrie, R.A. 1995. Ilmu Daging. Jakarta: Universitas Indonesia Press. National Research Council. 1995. Nutrient Requirement of Domestic. No.2. Washington DC: Nutrient Requirement of Swine National Academy of Science. Rangkuti, M., A. Musofie, P. Sitorus, I. P. Kompiang, N. Kusumawardhani, dan A. Roesjat. 1985. Pemanfaatan Daun Tebu Untuk Pakan Ternak di Jawa Timur. Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departement Pertanian. 5 Maret 1985, grati. Tomaszewska, M. W., J. M. Mastika, A. Djaja Negara, S. Gardiner, dan T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surabaya: Sebelas Maret University Press.
84