INTERAKSI PADA OBAT ANTIMIKROBA
Oleh:
Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt
Departemen Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
DAFTAR ISI
Bab I. Pendahuluan................................................................................................1 Bab II. Tinjaun Pustaka...........................................................................................2 Bab III.Pembahasan.............................................................................................. 12 Bab IV.Kesimpulan................................................................................................16 Daftar Pustaka........................................................................................................17
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
BAB I PENDAHULUAN
Interaksi obat atau lebih dikenal dengan istilah drug interaction, merupakan interaksi yang terjadi antar obat yang dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi obat dapat menghasilkan efek baik terhadap pasien, namun tidak jarang menghasilkan efek buruk, sehingga hal ini merupakan salah satu penyebab terbanyak terjadinya kesalahan pengobatan. Secara umum, kesalahan pengobatan akibat interaksi obat ini jarang terungkap akibat kurangnya pengetahuan kita, baik dokter, apoteker, apalagi pasien tentang hal ini. Jika terjadi kegagalan pengobatan pada pasien, hal ini sangat jarang dikaitkan dengan interaksi obat. Padahal kemungkinan terjadinya interaksi obat ini cukup besar, terutama pada pasien yang mengonsumsi lebih dari 5 macam obat pada saat yang bersamaan. Pada saat ini lebih dari 25 jenis obat baru dilempar ke pasar setiap tahunnya. Dan tampaknya hamper mustahil jika seorang dokter atau apoteker harus menghapalkan dan menguasai masalah interaksi obat dari sekian ribu macam obat yang beredar saat ini. Oleh karena itu, setiap pusat pengobatan modern seperti rumah sakit, puskesmas, praktek dokter pribadi, dan apotek, sebaiknya atau bahkan seharusnya memiliki akses paling tidak ke salah satu pusat data interaksi obat. Halini bertujuan untuk menghindari terjadinya interaksi antar obat yang diberikan kepada pasien dan rasionalisasi penggunaan obat dapat tercapai..
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. Interaksi obat Satu di antara faktor-faktor yang dapat mengubah respon obat-obatan adalah pemberian secara bersamaan dengan obat-obat lain. Seseorang mengkonsumsi obat, tentunya bertujuan agar penyakit ataupun gejala penyakitnya cepat hilang. Namun, tujuan yang hendak dicapai tidak selalu sesuai harapan, bahkan terkadang justru memperberat penyakit yang diderita. Hal yang tidak diinginkan itu bisa timbul, manakala seseorang mengonsumsi lebih dari satu macam obat dalam waktu yang bersamaan atau dikenal dengan polifarmasi. Saling berpengaruhnya macam-macam obat yang diminum, dikenal dengan interaksi obat. Interaksi obat didefinisikan oleh Committee for Proprietary Medicine Product (CPMP) sebagai suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh penambahan obat lain dan menimbulkan pengaruh klinis. Biasanya, pengaruh ini terlihat sebagai suatu efek samping, tetapi terkadang pula terjadi perubahan yang menguntungkan. Obat yang mempengaruhi disebut dengan precipitant drug, sedangkan obat yang dipengaruhi disebut sebagai object drug. Pada beberapa kasus, interaksi ini terkadang dapat menimbulkan perubahan efek pada kedua obat, sehingga obat mana yang mempengaruhi dan mana yang dipengaruhi, menjadi tidak jelas. Diperkirakan, insidensi terjadinya interaksi obat sekira 7% dari semua efek samping obat dan kematian akibat ini sekitar 4%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Kurangnya dokumentasi 2. Seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan para dokter tentang mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat, sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas sering kali dianggap sebagai reaksi idiosinkrinasi terhadap salah satu obat sedangkan interaksi berupa
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
penurunan efektivitas seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit. 3. Faktor keturunan, fungsi hati dan ginjal, usia (bayi dan lansia), ada atau tidaknya suatu penyakit, jumlah obat yang digunakan dan juga faktor sensitivitas penderita. Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Interaksi yang menguntungkan antara lain: (1) penisilin dengan probenisid ; probenesid akan menghambat sekresi penisilin ditubuli ginjal sehngga meningkatkan kadarnya dalam plasma sehingga meningkatkan efektivitasnya dalam terapi gonore (2) Kombinasi obat antihipertensi ; meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping (3) Kombinasi obat anti tuberculosis ; memperlambat timbulnya resistensi kuman terhadap obat.
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi rendah) seperti glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatistika. Dengan kemajuan teknologi dan pengalaman pemakaian obat-obatan, maka interaksi obat makin banyak diketahui. Secara farmakologis, obat yang bertindak sebagai precipitant drug mempunyai sifat sebagai berikut: a. Obat yang terikat banyak oleh protein plasma, akan menggeser obat lain (object drug) dari ikatan proteinnya. Contoh: Aspirin. Fenilbutazon dan golongan Sulfa. b. Obat yang menghambat atau merangsang metabolisme obat lain. Contohnya: * Perangsang metabolisme: fenitoin, karbamazepam, rifampisih, antipirin dan griseofulvin. * Penghambat metabolisme: alopurinol, simetidin, siklosporin, luminal, ketokonazol, eritromisin, klaritromisin dan siprofloksasin.
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
c. Obat yang mempengaruhi renal clearance object drug. Contohnya: furosemid (diuretik- peluruh kencing), dapat menghambat ekskresi gentamisin, sehingga menimbulkan toksik. Sedangkan object drug, biasanya merupakan obat yang mempunyai kurva dose response yang curam. Obat-obat ini menimbulkan perubahan reaksi terapeutik yang besar dengan perubahan dosis kecil. Kelainan yang ditimbulkan bisa memperbesar efek terapinya. Juga bila dosis toksik suatu object drug, dekat dengan dosis terapinya, maka mudah keracunan obat bila terjadi suatu interaksi. Pada umumnya akan terjadi dua hal, yaitu pengurangan efek terapinya dan terjadinya efek samping. Contoh obat dengan profil demikian seperti antibiotika golongan aminoglikosida, antikoagulan, antikonvulsi dan obat-obat sitotoksik dan imunosupresan, kontrasepsi oral serta obat-obat susunan syaraf pusat. Secara matematis bila ada 2 atau lebih obat dikombinasi maka kemungkinan tejadi interaksi adalah : [1/2 n (n-1)] kali, n = jumlah obat
Tipe interaksi Ada tiga jenis interaksi obat, yaitu interaksi farmasetis, farmakokinetik dan farmakodinamik.
1.Interaksi farmasetis Adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan/disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita. Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan. Contoh lain : dua obat yang dicampur pada larutan yang sama dapat terjadi reaksi kimia atau terjadi pengendapan salah satu senyawa, atau terjadi pengkristalan salah satu senyawa dll.
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
Bentuk interaksi: a.Interaksi secara fisik Misalnya : -Terjadi perubahan kelarutan -Terjadinya turun titik beku b.Interaksi secara khemis Misalnya : Terjadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.
2. Interaksi farmakokinetik Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi yang disebabkan karena adanya obat atau senyawa lain. Hal ini umumnya diukur dariperubahan pada satu atau lebih parameter farmakokinetik seperti konsentrasi serum maksimum, luas daerah dibawah kurva, waktu, waktu paruh, jumlah total obat yang diekskresi melalui urine, dan sebagainya.
Interaksi pada fase absorbsi. Mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absorbsi obat dalam saluran pencernaan dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain: berubahnya kecepatan aliran darah pada saluran pencernaan, berubahnya motilitas saluran pencernaan, pH , kelarutan obat, metabolisme saluran pencernaan, system flora dan mukosa saluran pencernaan atau terbentunya kompleks yang tidak larut. a. Interaksi langsung Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam saluran pencernaan sebelum absorbsi dapat mengganggu proses absorbsi. Interaksi ini dapat dihindari dengan cara obat yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu yang berbeda (minimal 2 jam). b.Perubahan pH cairan saluran pencernaan.
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
Cairan saluran cerna yang alkalis misalnya akibat antacid, akan meningkatkan kelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam cairan tersebut. Contohnya aspirin. Dalam suasana alkalis,absorpsi per satuan luas area absorpsi akan lebih lambat. Dengan demikian dipercepatnya disolusi aspirin olh basa akan mempercepat absopsinya. Akan tetapi, suasana alkali pada saluran pencernaan akan mengurangi kelarutan beberapa obat yang bersifat basa seperti tetrasiklin. c. Motilitas saluran pencernaan. Usus halus merupakan tempat absorpsi yang utama untuk semua obat. Oleh karena itu, makin cepat obat sampai ke usus halus maka akan semakin cepat pula absorpssinya. Obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung, misalnya metoklorpropamid, akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan. Sebaliknya, obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung seperti antikolinergik akan memperlambat absorbsi obatlain. d. Perubahan flora usus. Flora normal usus mempunyai fungsi antara lain: - sintesa vitamin K dan merupakan sumber vitamin K - memecah sulfasalazin menjadi bagian-bagian yang aktif - tempat metabolisme sebagian obat misalnya levodopa - hidrolisis glukoronid yang diekskresi oleh empedu sehingga terjadi sirkulasi enterohepatik yang akan memperpanjang kerja obat seperti pil KB Pemberian antibakteri berspektrum luas saperti tetrasiklin,kloramfenikol dan ampisilin akan mengubah flora normal usus sehingga akan meningkatkan efektifitas anti koagulan oral yang diberikan secara bersama-sama, mengurangi efektifitas sulfasalazin, meningkatkan bioavailabilitas levodopa danmengurangi efektifitas kontrasepsi oral.
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
Interaksi pada fase distribusi a. Interaksi dalam ikatan protein plasma. Jenis ini sering kali membahayakan. Bila suatu obat dilepaskan dari ikatan proteinnya oleh suatu precipitant drug, maka konsentrasi object drug akan meningkat dan dapat menimbulkan efek toksik. Beberapa sifat obat yang akan menyebabkan terjadinya interaksi ini antara lain : 1. Mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma dan volume distribusi yang kecil 2. Mempunyai batas keamanan yang sempit, sehingga dapat meningkatkan kadar obat bebas 3. efek toksik yang serius sebelum kompensasi erjadimisalnya terjadinya pendarahan pada antikoagulan oral atau hipoglikemia pada antidiabetik oral 4. eliminasinya mengalami kejenuhanseperti fenitoin , sehingga peningkatan kadar obat bebas tidak disertai dengan peningkatan kecepatan eliminasinya.
b. Interaksi dalam ikatan jaringan Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan terjadi misalnya antara digoksin dan kuinidin yang akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar plasma digoksin.
Interaksi pada fase metabolisme Hal ini dapat terjadi bila metabolisme object drug dirangsang atau dihambat oleh precipitant drug. Perangsang dan penghambat enzim metabolisme sudah lama dikenal. Perangsangan atau induction ini terjadi karena retikulum endoplasmik di hepatosit dan sitokrom P 450 yang merupakan enzim metabolik obat bertambah. Hasil induksi ini mengakibatkan metabolisme obat kian aktif dan konsentrasi plasma object drug berkurang, sehingga efektivitasnya menurun. Contah. Pemberian rifampisin pada akseptor kontrasepsi oral dapat meyebabkan terjadinya kehamilan.
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
Interaksi pada fase ekskresi Kompetisi pada sekresi tubulus ginjal adalah mekanisme yang penting dalam interaksi ini. Contoh : Probenecid menginhibisi sekresi tubular penisilin, sehingga dapat meningkatkan dan memperlama efek, Sehingga interaksi ini relatif menguntungkan Efek yang sama dapat meningkatkan toksisitas kloroquin pada mata pada enderita yg menggunaka probenecid.
3.Interaksi farmakodinamik Merupakan interaksi di tempat kerja obat. Jenis ini banyak sekali dan dapat terjadi dengan banyak obat. Dua atau lebih obat dapat berinteraksi di tempat yang sama atau di tempat yang berlainan. Hasilnya bisa merupakan antagonistik (saling meniadakan) ataupun sinergistik (saling memperkuat). Misalnya interaksi antagonistik antara morfin dengan nalokson pada sebuah reseptor, ataupun interaksi sinergistik antara antibiotika gentamisin dengan suksinilkolin, bisa menimbulkan depolarisasi di otot lurik yang lebih besar sehingga bisa menimbulkan kelumpuhan otot muskuler yang lebih lama. Pada interaksi farmakodinamika precipitant drug mempengaruhi efek dari object drug pada tempat aksi, baik secara langsung maupun tak langsung.
1.Interaksi farmakodinamika secara langsung Terjadi jika dua obat yang memiliki aksi ditempat yg sama (antagonis atau sinergis) atau memiliki aksi pada dua tempat yang berbeda yang hasil akhirnya sama. Antagonis pada tempat yg sama terjadi misalnya: a. penurunan efek opiat dengan naloxon b. penurunan aksi walfarin oleh vit. K c. penurunan aksi obat-obat hipnotik oleh caffeine. d. penurunan aksi obat-obat hipoglikemik oleh glucocorticoids.
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
Sinergis pada tempat yg sama : Anti hipertensi dan obat-obat yang menyebabkan hipotensi misalnya anti angina, vasodilator.
2. Interaksi farmakodinamika secara tak langsung Pada interaksi ini, farmakologik, terapeutik, atau efek toksik dari precipitant drug dalam beberapa kesempatan dapat mengubah efekterapi atau efek toksik dari objek drug, tetapi terdapat 2 efek yang tidak berkaitan dan tidak berinteraksi secara mandiri (langsung) Walfarin dan antikoagulan lain mungkin terlibat interaksi tidak langsung dengan 3 cara : a.Agregasi platelet Beberapa obat dapat menurunkan daya agregasi dari platelet, misalnya salisilat, dipiridamol, asam mefenamat, fenilbutazon, dan obat-obat NSAID.
b.Ulcerasi GI Jika sebuah obat menyebabkan ulcerasi GI, maka akan menyebabkan kemungkinan terjadi pendarahan pada penderita karena pemberian antikoagulan, misalnya aspirin, fenilbutazon, indometasin, dan NSAID lain
c.Fibrinolisis Obat-obat fibrinolitik misalnya biguanid mungkin meningkatkan efek walfarin.
4. Interaksi lain-lain Interaksi antar mikroba. Pada meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus yang sensitif terhadap ampisilin, pemberian ampisilin bersama-sama dengan kloramfenikol akan menyebabkan antagonisme. Dengan adanya risiko interaksi obat ini, maka sudah seyogianya para tenaga medis (dokter, apoteker, perawat), untuk lebih hati-hati lagi dalam memberikan obat polifarmasi. Kini sudah ratusan bahkan mungkin ribuan kasus interaksi obat
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
ini sudah didokumentasikan untuk kepentingan terapi. Sebagai contoh kita bisa lihat bagaimana interaksi obat bisa terjadi pada proses penyembuhan penyakit jerawat (Acne vulgaris), Jika penderita tidak tepat dalam mengonsusmsi obat yang bervariasi, maka bukannya jerawata akan sembuh tetapi karena interaksi obat , proses penyembuhan bisa semakin lama, Bahkan timbul masalah lain terhadap kulit.
II. Antimikroba Antimikroba adalah obat-obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia. Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Antimikroba dapat bersifat : 1.Bakteriostatik, yaitu menghambat atau menghentikan laju pertumbuhan bakteri. Contoh : Tetrasiklin, kloramfenikol, eritrosin 2.Bakterisid, yaitu bersifat membunuh bakteri. Contoh : Penisilin, sefalosforin, gentamisin Antimikroba mempunyai 5 mekanisme kerja yang utama, yaitu: 1.Antimetabolit Antimikroba bekerja memblok tahap metabolic spesifik mikroba. Termasuk dalam hal ini adalah sulfonamide dan trimetrofin. Sulfonamida akan menghambat pertumbuhan sel dengan cara menghambat sintesa asam folat oleh bakteri. Sulfonamid bebas secara struktur mirip dengan asam folat, para amino asam benzoat (PABA), dan bekerja sebagai penghambat kompetitif untuk enzim-enzim yang mempersatukan PABA dan sebagian pteridin menjadi asam dihidropteroat. Trimetropim secara struktur mirip pteridin yang dihidrolisis oleh enzim dihidrofolat reduktase dan bekerja sebagai penghambat kompetitif enzim tersebut yang dapat mengurangi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat 2.Menghambat Sintesis dinding sel. Contoh : Penisilin, sefalosforin, vankomisin
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
3.Menghambat fungsi membrane sel. Disini antimikroba bekerja secara langsung pada membrane sel yang akan mempengaruhi permiabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawaintraseluler bakteri. Contoh : Polimiksin 4.Menghambat sintesis protein. Antimikroba mempengaruhi fungsi ribosom bakteri yang menyebabkan sintesis protein dihambat. Dalam hal ini antibiotic dapat berinteraksi dengan ribosom 30s, termasuk :aminoglikosida, tetrasiklin dan spektinomisin atau berinteraksi dengan ribosom 50s, misalnya pada kloramfenikol dan eritromisin 5. Menghambat asam nukleat. Contohnya : rifampisin akan menmgikat dan menghambat DNA-dependent RNA polymerase yang ada pada bakteri, kuinolon akan menghambat DNA girase.
Penggolongan antimikroba. Antimikroba dapat digolongkan berdasarkan strukturnya, yaitu : 1.Antibiotik golongan beta laktam. Contohnya : penisilin dan sefalosforin 2.Antibiotik golongan Aminoglikosida. Contohnya : Neomisin, vankomisin, kanamisin 3.Antibiotik golongan tetrasiklin. 4.Antibiotik golongan makrolida. Contohnya : eritromisin 5.Sulfonamida. Contohnya : sulfadiazin, sulfametoksazol 6.Antibiotik golongan kuinolon. Contohnya : flouroquinolon, siprofloksasin 7.Antijamur. Contohnya : Amfoterisin B, griseofulvin, ketokonazol Kombinasi Obat-obat Antimikroba. Pengobatan dengan bermacam-macam antimikroba dapat diindikasikan pada keadaan klinik sebagai berikut : 1.Dalam keadaan darurat, misalnya : meningitis 2.Untuk menunda timbulnya resistensi, misalnya antibiotik untuk pengobatan TBC 3.Untuk mendapatkan efek sinergis, misalnya beta laktam ditambah aminoglikosida pada infeksi Pseudomonas aeroginosa 4.Pada infeksi campuran, misalnya bakteri dan jamur.
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
BAB III PEMBAHASAN 1.Interaksi Farmasetik Interaksi farmasetik yang penting adalah interaksi antar obat dan interaksi antara obat suntik dengan cairan infus Obat A
Obat B
Interaksi
Gentamisin
Karbenisilin
Inaktivasi gentamisin
Penisilin G
Vitamin C
Inaktivasi penisilin
Amfoterisin B
Infus NaCl
Terjadi endapan
Keterangan : Obat A = Objec drug Obat B = Presipitan drug 2.Interaksi Farmakokinetik I. Absorpsi Obat A
Obat B
Interaksi
a. Interaksi langsung
Linkomisin
Katin multivalent (Ca2+, Mg2+, Al3+ dalam antasi, Ca2+ dalam susu, Fe2+ dalam sediaan besi Kaolin-pektat
Rifampisin
Bentonit
Tetrasiklin
Terbentuk kelat yang tidak diabsorpsi jumlah absorpsi tetrasiklin dan Fe2+ menurun Linkomisin diserap oleh kaolin sehingga absorpsi berkurang Rifampisin akan diserap oleh bentonit sehingga absorpsi berkurang
b. Perubahan pH cairan saluran pencernaan Tetrasiklin
NaHCO3
Kelarutan tetrasiklin akan berkurang sehingga jumlah absorpsinya berkurang Penisilin G Antasida Kelarutan tetrasiklin akan Eritromisin berkurang sehingga jumlah absorpsinya berkurang c. Perubahan waktu pengosongan lambung dan transit usus Isoniazid
Gel Al(OH)3
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
Al(OH)3 memperpanjang pengosongan
akan waktu lambung,
sehingga bioavailabilitas isoniazid berkurang II.
Metabolisme
Obat A
Obat B
Interaksi
a. Metabolisme dipercepat Kloramfenikol
Fenobarbital
INH, PAS
Rifampisin
b. Metabolisme dihambat Fenitoin Kloramfenikol, INH, PAS
III.
Fenobarbital akan menginduksi system enzim metabolisme kloramfenikol sehingga metabolismenya meningkat dan kadarnya dalam plasma menurun Rifampisin akan menginduksi system enzim metabolisme INH dan PAS sehingga metabolismenya meningkat dan kadarnya dalam plasma menurun Antibiotik akan menghambat metabolisme fenitoin sehingga efek/toksisitas fenitoin akan meningkat
Ekskresi
a. Ekskresi melalui emfedu dan sirkulasi enterohepatik Obat A
Obat B
Interaksi
Rifampisin
probenesid
Neomisin, rifampisin
Kontrasepsi oral
Probenesid akan mengurangi ekskresi rifampisin melalui empedu sehingga efek rifampisin meningkat Antibiotik akan menghambat sirkulasi enterohepatik obat kontrasepsi oral sehingga efek KB menurun
b. Sekresi tubuli ginjal Penisilin, dapson, PAS
Probenesid
Gentamisin
Furosemid
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
Probenesid menghambat sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek/toksisitasnya. Furosemid menghambat
Penisilin
sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek/toksisitasnya. Fenilbutazon menghambat sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek/toksisitasnya.
Fenilbutazon
3.Interaksi Farmakodinamik Interaksi fisiologi Obat A
Obat B
Interaksi
d-tubokurare
Aminoglikosida,
Meningkatkan
tetrasiklin,
efek
d-
klindamisin, tubokurare
linkomisin Kumarin
Antibiotic spectrum luas
Meningkatkan efek kumarin
Aminoglikosida
Furosemid, vankomisin
Meningkatkan ototoksisitas
Aminoglikosida
Sefaloritin,
amphoterisin Meningkatkan nefrotoksik
B
4.Interaksi antimikroba dengan makanan a. Absorpsi obat yang ditingkatkan dengan adanya makanan Obat
Mekanisme
Perhatian
Eritromisin
Tidak diketahui
Gunakan bersama makanan
Griseofulvin
Obat bersifat larut lemak
Gunakan bersama makanan dengan kadar lemak tinggi
b. Absorpsi yang tertunda atau menurun dengan adanya makanan Obat
Mekanisme
Ampisilin
Mengurangi volume Gunakan bersama air cairan perut Mengurangi volume Gunakan bersama air cairan perut Makanan akan menaikkan Minum saat perut kosong pH saluran cerna dan memperlambat waktu pengosongan lambung
Amoksisilin INH
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
Perhatian
Linkomisin Sulfonamida
Tetrasiklin
Mekanisme diketahui Mekanisme diketahui
tidak Minum saat perut kosong
tidak Gunakan bersama dengan makanan yang akan memperpanjang waktu pengosongan lambaung Berikatan dengan ion Gunakan 1 jam atau 2 jam kalsium dan garam besi setelah makan, dan hindari membentuk kelat yang susu tidak larut
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
BAB IV KESIMPULAN
1. Interaksi dapat memberikan keuntungan dan kerugian 2. Adanya praktek polifarmasi harus dipandang cermat oleh masyarakat dan tim medis 3. Interaksi tidak hanya terjadi antara obat-dengan obat tapi dapat juga terjadi antara obat dengan makanan.
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan Terapi. Penerbit EGC Kedokteran. Jakarta. Hal : 800-810 Muhlis, M. 2006. Drug Interaction, Jakarta Munaf, S. 1994. Catatan Kuliah Famakologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal : 9-15 Sinaga, E.. 2005. Interaksi antara Beberapa Obat. Sumber Replubika. Jakarta Stockley, I.H. 1996. Drug Interaction. Blackwell Science. Nottingham. England Suara Merdeka. 2001. Hati-hati terhadap polifarmasi. Jakarta Thomas, J.A. 1995. Drug-Nutrien Interaction. San Antonio
Aminah Dalimunthe : Interaksi Pada Obat Antimikroba, 2009