KODE: 26/1801.013/011/A/RPTP/2013
INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN REJANG LEBONG.
ZUL EFENDI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013
1
LEMBAR PENGESAHAN 1
Judul RPTP
: Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong.
2
Unit Kerja
:
3
Alamat Unit Kerja
: Jalan Irian Km 6,5 Bengkulu 38119
4
Sumber Dana
: DIPA BPTP BENGKULU TA. 2013
5
Status Kegiatan
: Baru
6
Penanggung Jawab
:
a. Nama
: Zul Efendi, S.Pt
b. Pangkat/golongan
: Penata MudaTK I/IIIb
7
Lokasi
: Kabupaten Rejang Lebong
8
Agroekosistem
: Lahan Kering
9
Tahun dimulai
: 2013
10 Tahun selesai
: 2014
11 Output Tahunan
: 1. Formula pakan dari kulit kopi dan ubi kayu
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu.
2. Formula pemupukan tanaman kopi 12 Output Akhir 13 Biaya
: Paket Teknologi Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi. : Rp. 106.015.000 Seratus Enam Puluh Juta Lima Belas Ribu Rupiah)
Koordinator Program,
Penanggung Jawab RPTP
Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19692704 199803 1 001
Zul Efendi, S.Pt NIP. 19690227 2007011001
Mengetahui: Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,
Menyetujui Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng NIP. 19610802 198903 1011
Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
2
RINGKASAN 1
Judul
:
Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong.
2
Unit Kerja
:
3 4 5 6
Lokasi Agroekosistem Status Tujuan
: : : :
7
Keluaran
:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu. Kabupaten Rejang Lebong Lahan Mineral Baru 1. Mendapatkan Peket Teknologi Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi. 2. Meningkatkan Produktivitas Sapi Potong Melalui Pemanfaatan Kulit Kopi Fermentasi sebagai pakan tambahan 3. Meningkatkan Produktivitas tanaman kopi melalui pupuk kompos berbahan kotoran sapi. 1. Paket teknologi integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi 2. Paket teknologi pakan tambahan dengan metode flushing 3. Paket teknologi pemupukan kompos pada tamanan kopi yang telah menghasilkan
8
Hasil yang diharapkan
1. Terciptanya formula pakan dari kulit kopi dan ubi kayu untuk pakan induk sapi bunting dengan metode flushing. 2. Terciptanya formula pupuk dari kotoran sapi untuk tanaman kopi yang sudah berproduksi.
9
Perkiraan mamfaat
Memperpendek jarak kelahiran, meningkatnya bobot lahir anak sapi, mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia dan meningkatkan produktifitas tanaman kopi.
10 Perkiraan dampak
Kajian ini akan memotivasi petani lainnya untuk mengadopsi integrasi tanaman kopi dan ternak sapi. Pemanfaatan sumber pakan lokal berupa kulit kopi dan ubi kayu untuk peningkatan kualitas pakan untuk induk sapi bunting lebih optimal. Dengan jarak kelahiran lebih pendek, maka akan meningkatkan populasi sapi dan bobot lahir anak sapi yang meningkat akan menghasilkan sapi yang meningkat bobot tubuhnya. Pemanfaatan kotoran sapi untuk pemupukan tanaman kopi akan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan produktifitasnya.
11 Metodologi
Integrasi
3
kopi-sapi
merupakan
pemeliharaan
tanaman kopi dan sapi dalam kegiatan terpadu dimana sapi diberi pakan tambahan yang berasal dari limbah tanaman kopi berupa kulit kopi sedangkan tanaman kopi dipupuk dengan limbah sapi berupa kotoran sapi. Pengkajian pemberian pakan tambahan kulit kopi dan ubi kayu pada sapi induk bunting dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan dan 7 ulangan yaitu: (a) pakan rumput lapangan, (b) pakan rumput lapangan + pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 60% + dedak 40%) c. pakan rumput lapangan + pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 60% + Dedak padi 20% + ubi kayu 20%). Jumlah pakan hijauan yang diberikan sapi setiap hari sebanyak 10% dari bobot badan sapi. Sedangkan pakan tambahan diberikan sebanyak 2% dari bobot badan sapi sebagai pakan tambahan. Masing-masing perlakuan direncanakan menggunakan tujuh ekor sapi. Pengkajian pemberian pupuk kompos pada tanaman kopi yang sudah produksi dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 ulangan dengan tiga perlakuan yaitu : (a)Tanaman tidak dipupuk dengan kompos sapi (b) Tanaman dipupuk dengan kompos sapi 5 kg/pohon (c) Tanaman dipupuk dengan kompos sapi 10 kg/pohon Masing-masing perlakuan direncanakan menggunakan 10 batang tanaman kopi yang sudah berproduksi. Pengamatan direncanakan selama 4 bulan. Data yang diambil yaitu bobot lahir anak sapi, mortalitas, jarak kebuntingan selanjutnya, S/C, kesehatan ternak, Bobot sapih, jarak kelahiran anak sapi dengan menghitung jarak kelahiran anak dengan kelahiran anak berikutnya, produksi kopi merah dengan melakukan panen kopi merah setiap bulan. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji DMRT. Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif antar perlakuan. 12 Jangka Waktu 13 Biaya
: :
2 (dua) Tahun Rp. 106.015.000 (Seratus Enam Juta Lima Belas Ribu Rupiah).
4
SUMMARY 1
Title
:
2
Work Unit
:
3 4 5 6
Lokation Agroekosystem Status Destination
: : : :
7
Output
:
8
Results are expected
9
Estimated benefits
1. The creation of the feed formula of skin coffee and cassava to feed the cow pregnant with flushing method. 2. The creation formula to cow manure that has been producing coffee plants. Shorten the birth spacing, increased calf birth weight, reduce dependence on chemical fertilizers and increase the productivity of coffee plants. This study will motivate other farmers to adopt integration of the coffee crop and beef cattle. Utilization of local feed resources in the form of skin coffee and cassava for improved feed quality for optimum cow pregnant. With shorter spacing, it will increase the population of cows and calves birth weight increases will result in increased cow body weight. Utilization of manure for fertilizing the coffee plant will reduce the use of chemical fertilizers and increase productivity.
10 Estimated impact
11 Methodology
Coffee Plant Integration With Cattle in Rejang Lebong District. Assessment Institute for Agricultural Technology (BPTP) Bengkulu. District Rejang Lebong Mineral land News 1.Getting peket Coffee Plant Technology Integration with Cattle. 2. Improve Productivity Through the Use of Beef Cattle Leather Coffee fermentation as feed supplement 3. Improve productivity of coffee plants through compost made from cow dung. 1. Package integration technologies coffee plants with cattle. 2. The technology package of additional feed to the method of flushing. 3. Compost fertilizer technology packages on the coffee plant that has produced
:
Coffee-cow integration is the coffee and cow maintenance of integrated activities where cows are fed supplemental derived from plant waste such as bark coffee coffee while the coffee crop fertilized with cattle waste in the form of cow dung. Assessment of feeding extra skin on the coffee and cassava stem cow bunting designed in randomized block design (RBD) with three
5
replications and 7 treatments, namely: (a) feed grass field, (b) + field grass feed additional feed (fermented coffee leather 60 % bran + 40%) c. fodder grass field + additional food (coffee skin fermentation 60% + Rice bran 20% + cassava 20%). Given the amount of forage that cows every day as much as 10% of cow body weight. While the additional feed is given as much as 2% of body weight as a cattle feed supplement. Each treatment planned using seven cows. Assessment of fertilizer compost on coffee trees designed production in Randomized Block Design (RBD) with 7 replications with three treatments: (a) plants are not fertilized with composted cow (b) Plants fertilized with composted cow 5 kg / tree (c) plants fertilized with composted cow 10 kg / tree each planned treatment using stem 10 coffee trees in production. Observations planned for 4 months. Data taken that calf birth weight, mortality, subsequent pregnancy spacing, S / C, animal health, weaning weight, calf birth spacing to calculate the distance of the child's birth to the birth of the next child, red coffee production to coffee harvest red every month. Data were analyzed by ANOVA and followed by DMRT. Further descriptive analysis between treatments. 12 Period 13 cost
: :
2 (Two) years Rp. 106.015.000 (Fifteen Million Six Hundred Thousand
6
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Data tahun 2010 Provinsi Bengkulu mempunyai luas perkebunan rakyat untuk
tanaman kopi Robusta mencapai 83.656 ha dengan produksi 48.981,93 ton atau 714,28 kg/ha dan kopi Arabika mencapai 6.598 ha dengan produksi 6.409,33 ton atau 1.530,40 kg/ha (BPS, 2011). Sedangkan Kabupaten Rejang Lebong mempunyai luas tanaman kopi Robusta mencapai 16.014 ha dengan produksi 6.534,00 ton atau 445 kg/ha dan kopi Arabika mencapai 1.915 ha dengan produksi 2.609,28 ton atau 1.711 kg/ha (BPS, 2011). Kopi
termasuk
tanaman
yang
menghasilkan
limbah
hasil
sampingan
pengolahan yang cukup besar yang berkisar antara 50 - 60 persen dari hasil panen berupa kulit kopi. Bila hasil panen kopi sebanyak 1000 kg kopi segar berkulit, maka yang menjadi biji kopi hanya sekitar 400 – 500 kg dan sisanya berupa kulit kopi yang bisa sebagai salah satu bahan dasar untuk
pembuatan pupuk kompos (Puslitkoka,
2005). Kulit kopi juga dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi. Dengan produksi kopi di Kabupaten Rejang Lebong yang mencapai 9.143,28 ton, maka akan dihasilkan limbah kulit kopi sebanyak 4.571,54 – 5.485,97 ton. Dengan limbah kulit kopi melimpah dan dapat dimanfaatkan untuk pakan sapi, maka tanaman kopi sangat mendukung untuk pengembangan ternak sapi. Luas panen ubi kayu di Provinsi Bengkulu tahun 2010 mencapai 3.714 ha dengan produksi 43.848 ton. Sedangkan Kabupaten Rejang Lebong mencapai 1.253 ha dengan produksi 14.806 ton (BPS, 2011). Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi. Pemanfaatan ubi kayu sebagai pakan ternak telah banyak dilakukan. Namun penggunaannya dibatasi karena adanya asam sianida yang bersifat racun jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu dalam keadaan segar. Untuk dijadikan pakan, ubi kayu dicacah terlebih dahulu kemudian dikeringkan dengan sinar matahari sampai kandungan bahan kering 80 - 90%. Dengan pengeringan mampu menurunkan kadar asam sianida hingga 90% sehingga aman untuk pakan serta meningkatkan waktu simpan untuk persediaan di musim kemarau (Suharsono, 2011). Data tahun 2010 jumlah ternak sapi di Provinsi Bengkulu sebanyak 103.262 ekor. Populasi sapi di Kabupaten Rejang Lebong tahun 2010 mencapai 7.744 ekor
7
(BPS, 2011). Peluang untuk mengembangkan sapi di Kabupaten Rejang Lebong masih cukup besar dengan dukungan potensi pakan tambahan dari limbah kulit kopi dan ubi kayu. Integrasi kopi–sapi merupakan perpaduan dua komoditas kopi dan sapi dalam suatu sistem yang saling bersinergi. Tanaman kopi mempunyai hasil sampingan limbah kulit kopi. Limbah kulit kopi memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak ruminansia diantaranya sapi tetapi pemanfaatannya di tingkat petani belum optimal. Sedangkan ternak sapi menghasilkan kotoran sebagai bahan pupuk organik yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman kopi. Integrasi kopi–sapi dapat dilaksanakan di wilayah sentra tanaman kopi dan peternakan sapi potong. Metode flushing merupakan pemberian pakan tambahan yang berkualitas baik pada dua bulan sebelum dan dua bulan sesudah melahirkan. Bahan pakan yang diberikan ternak sapi diantaranya kulit kopi dan ubi kayu. Tujuan pemberian pakan dengan metode flushing adalah menjaga kondisi induk sapi agar tetap sehat dan segera dapat bunting lagi sehingga akan memperpendek jarak kelahiran. Disamping itu petumbuhan anak sapi akan baik sehingga akan meningkatkan bobot lahir anak sapi. Dengan adanya tambahan pupuk dari kotoran sapi diharapkan produktifitas kopi akan meningkat dibandingkan dengan tanpa adanya pupuk tambahan. 1.2. Dasar Pertimbangan Usaha tani yang mengkombinasikan dua komoditas yaitu tanaman kopi dan ternak sapi potong di petani pada umumnya belum berjalan dengan optimal. Teknologi yang digunakan juga masih sederhana karena kurangnya informasi teknologi. Kulit kopi yang merupakan limbah dari tanaman kopi belum dimanfaatkan secara optimal untuk pakan ternak sedangkan kotoran sapi juga belum dimanfaatkan secara optimal untuk pemupukan tanaman kopi. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pakan lokal yang cukup melimpah. Pemanfaatan ubi kayu untuk pakan sapi juga belum optimal. Sapi induk yang bunting perlu mendapatkan pakan yang berkualitas baik dan cukup banyaknya untuk kebutuhan pokok hidup dan perkembangan anak. Selama ini peternak memberikan pakan pada sapi bunting dengan pakan yang sama dengan pada saat tidak bunting baik jumlah maupun kualitasnya. Hal ini menyebabkan pemulihan kondisi induk setelah melahirkan menjadi lama dan bobot lahir anak menjadi kurang.
8
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan pengkajian integrasi kopisapi melalui pemanfaatan ubi kayu dan kulit kopi dengan metode flushing. Metode flushing yaitu memberikan pakan tambahan yang berkualitas baik pada dua bulan sebelum dan dua bulan sesudah melahirkan. Penerapan metode flushing dengan memanfaatkan kulit kopi dan ubi kayu diharapkan dapat menjaga kesehatan induk yang bunting sehingga alat reproduksi dapat segera baik kembali bunting lagi. Hal ini menjadikan jarak kelahiran dapat diperpendek serta dapat meningkatkan bobot anak lahir. Pemanfaatan kotoran sapi untuk tanaman kopi diharapkan mampu mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia dan meningkatkan produktifitas tanaman kopi. 1.3. Tujuan Tahun Jangka Panjang 1. Mendapatkan paket teknologi integrasi kopi sapi . 2. Meningkatkan proktivitas sapi potong melalui pemanfaatan kulit kopi fermentasi sebagai pakan tambahan 3. Meningkatkan produktivitas tanaman kopi melalui pupuk kompos berbahan kotoran sapi Tujuan Jangka Pendek (2013) 1. Mendapatkan formula pakan flushing untuk ternak sapi di Kabupaten Rejang Lebong. 2. Mendapatkan dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi. 1.4. Keluaran yang diharapkan Keluaran Jangka Panjang 1. Paket teknologi integrasi kopi dengan ternak sapi 2. Paket teknologi pakan tambahan dengan metode metode flushing. 3. Paket
teknologi
pemupukan
kompos
pada
tanaman
kopi
yang
menghasilkan. Keluaran Jangka Pendek (2013) 1. Formula pakan flushing untuk ternak sapi di Kabupaten Rejang Lebong. 2. Dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi.
9
telah
1.5. Perkiraan Manfaat Memperpendek
jarak
kelahiran,
meningkatnya
bobot
lahir
anak
sapi,
mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia dan meningkatkan produktifitas tanaman kopi. 1.6. Perkiraan Dampak Hasil kajian ini akan memotivasi petani lainnya untuk mengadopsi integrasi tanaman kopi dan ternak sapi. Pemanfaatan sumber pakan lokal berupa kulit kopi dan ubi kayu untuk peningkatan kualitas pakan untuk induk sapi bunting lebih optimal. Dengan jarak kelahiran lebih pendek, maka akan meningkatkan populasi sapi dan bobot lahir anak sapi yang meningkat akan menghasilkan sapi yang meningkat bobot tubuhnya. Pemanfaatan kotoran sapi untuk pemupukan tanaman kopi akan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan produktifitasnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA Data tahun 2010 Provinsi Bengkulu mempunyai luas perkebunan rakyat untuk tanaman kopi Robusta mencapai 83.656 ha dengan produksi 48.981,93 ton atau 714,28 kg/ha dan kopi Arabika mencapai 6.598 ha dengan produksi 6.409,33 ton atau 1.530,40 kg/ha (BPS, 2011). Sedangkan Kabupaten Rejang Lebong mempunyai luas tanaman kopi Robusta mencapai 16.014 ha dengan produksi 6.534,00 ton atau 445 kg/ha dan kopi Arabika mencapai 1.915 ha dengan produksi 2.609,28 ton atau 1.711 kg/ha (BPS, 2011) Kopi termasuk tanaman yang menghasilkan limbah hasil sampingan pengolahan yang cukup besar yang berkisar antara 50 - 60 persen dari hasil panen berupa kulit kopi. Bila hasil panen kopi sebanyak 1.000 kg kopi segar berkulit, maka yang menjadi biji kopi hanya sekitar 400 – 500 kg dan sisanya berupa kulit kopi yang bisa sebagai salah satu bahan dasar untuk pembuatan pupuk kompos (Puslitkoka, 2005). Dalam pengelolaan kopi akan dihasilkan 45% kulit kopi, 10% lendir, 5% kulit ari dan 40% biji kopi. Harga kulit kopi sangat murah, terutama pada saat musim panen raya (Juli - Agustus). Pada usaha pembibitan, kulit kopi dapat menggantikan konsentrat komersial hingga 20% (Mariyono dan Endang Romjali, 2007). Kulit kopi
10
mempunyai kandungan BK, PK,, LK, SL dan TDN sebesar 91,77, 11,18, 2,5, 21,74, dan 57,21% (Anonimus, 2005). Pemanfaatan ubi kayu sebagai pakan ternak telah banyak dilakukan. Namun penggunaannya dibatasi karena adanya asam sianida yang bersifat racun jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu dalam keadaan segar. Untuk dijadikan pakan, ubi kayu dicacah terlebih dahulu kemudian dikeringkan dengan sinar matahari sampai kandungan bahan kering 80 - 90%. Dengan pengeringan mampu menurunkan kadar asam sianida hingga 90% sehingga aman untuk pakan serta meningkatkan waktu simpan untuk persediaan di musim kemarau (Soeharsono, 2011). Kandungan protein ubi kayu sangat rendah dibandingkan dengan jagung. Apabila ubi kayu digunakan sebagai sumber energy dalam ransum, harus diimbangi dengan sumber protein yang lebih tinggi. Ubi kayu mempunyai kandungan nutrisi
Kadar kalsium dan phosphor
dalam ubi kayu terbilang cukup, akan tetapi karena kandungan asam oksalat yang tinggi (0,1 - 0,31%) sehingga akan memengaruhi penyerapan Ca dan Zn (Nursiam, 2010). Sedangkan menurut Ramli, dkk, 2007, kandungan nutrisi ubi kayu adalah bahan kering 30,8%, protein kasar 2,3%, Serat kasar 3,4%, Lemak kasar 1,4%, BETN 88,9%, Ca 0,02-0,35 mg/kg, P 0,07- 0,46 mg/kg dan vitamin A 550 (IU). Sapi potong sebagai ternak ruminansia, kebutuhan dasarnya yang utama adalah pakan sumber serat, yang umumnya berasal dari pakan hijauan alam. Sistem pencernaan sapi mulai berfungsi semenjak ternak lahir meskipun belum sempurna sebagaimana yang terjadi pada ternak dewasa. Sapi memiliki kemampuan untuk mengolah bahan pakan yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia menjadi produk sumber pangan dan sandang seperti daging dan kulit (Mathius, 2009). Mathius et
al.,(1983) menyatakan bahwa kurangnya jumlah dan nilai gizi yang diberikan petani menyebabkan pertumbuhan sapi tidak dapat berkembang sesuai dengan potensi genetiknya. Hubungan kualitas pakan dengan keadaan reproduksi sebelum dan sesudah beranak menurut Achmad (1983) yaitu pemberian energi yang tinggi sebelum dan sesudah beranak dapat memperpendek selang/jarak beranak, energi yang tinggi sebelum beranak dan energi yang rendah sesudah beranak akan menunjukan laju kebuntingan yang kurang baik, sedangkan energi yang rendah sebelum beranak dan energi yang tinggi sesudah beranak dapat memperpanjang berahi pertama, serta rendahnya energi sebelum dan sesudah beranak menyebabkan rendahnya laju kebuntingan dan panjangnya selang beranak. Apabila telah memasuki umur
11
kebuntingan 7 – 8 bulan, sapi bibit ditempatkan di kandang beranak sistem individu sampai pedetnya berumur sekitar 2 bulan dan selama itu diberi ransum yang mengandung protein dan energi tinggi. Tujuan pemberian ransum ini, saat sebelum beranak (disebut steaming up) adalah membentuk kondisi badan yang bagus ketika beranak/awal laktasi, sedangkan saat setelah beranak adalah memperkecil terjadinya penurunan berat badan induk karena menyusui pedetnya. Kondisi badan yang tetap cukup bagus pada sapi induk setelah laktasi sekitar 2 bulan, akan mempercepat terjadinya estrus kembali (Wiyono dan Aryogi. 2007). III.
METODOLOGI
3.1. Pendekatan (kerangka Pemikiran). Integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi merupakan pemeliharaan tanaman kopi dan sapi dalam kegiatan terpadu dimana sapi diberi pakan tambahan yang berasal dari limbah tanaman kopi berupa kulit kopi sedangkan tanaman kopi dipupuk dengan limbah sapi berupa kotoran sapi. Terlaksananya kegiatan ini di lapangan akan mengurangi limbah kulit kopi yang terbuang karena dimanfaatkan untuk pakan sapi dan limbah kotoran sapi karena dimanfaatkan untuk pupuk tanaman kopi. Metode flushing dengan memanfaatkan kulit kopi dan ubi kayu untuk pakan induk sapi bunting pada dua bulan sebelum dan sesudah melahirkan akan mempertahankan kondisi kesehatan induk sapi bunting sehingga akan cepat birahi dan dapat kawin lagi sehingga jarak kelahiran dapat diperpendek sedangkan bobot kelahiran akan meningkat. Dengan adanya integrasi kopi-sapi, dimana tanaman kopi dipupuk dengan kotoran sapi dan sapi mendapatkan tambahan pakan dari kulit kopi dicampur dengan ubi kayu, maka produktifitas tanaman kopi dan sapi akan meningkat. 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan pengkajian meliputi pengkajian pemberian pakan tambahan kulit kopi dan ubi kayu pada sapi induk bunting dan pengkajian pemberian pupuk kompos pada tanaman kopi yang sudah produksi. Data yang akan diambil adalah data primer dan sekunder, data primer diperoleh dari lapangan yaitu bobot lahir anak sapi dan jarak kelahiran serta produksi kopi dilakukan pada panen kopi merah tua setiap
12
bulannya. Sedangkan data sekunder diambil dari instansi terkait seperti : Dinas Peternakan, BPP, dan instansi terkait. Data-data yang terkumpul ditabulasi dan selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan pola gambaran dan sintesa. Hasil analisis tersebut selanjutnya di deskripsikan yang dituangkan dalam pelaporan hasil akhir penelitian. 3.3. Bahan dan Metode Pelakasanaan Kegiatan 3.3.1. Alat dan Bahan Kegiatan. Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pengkajian ini adalah kulit kopi yang masih baru dan kering, dedak padi, ubi kayu, gula merah, urea, starbio, kototan sapi, sekam, tryco-G, terpal, sekop, cangkul, parang, ember, timbangan ternak digital, timbangan gantung. 3.3.2. Metode Pengkajian Pelaksanaan kegiatan pengkajian integrasi kopi dan sapi direncanakan akan dimulai bulan April sampai Desember 2013. Lokasi pengkajian integrasi kopi dan sapi direncanakan akan dilaksanakan di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Pengkajian pemberian pakan tambahan kulit kopi dan ubi kayu pada sapi induk bunting dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan, setiap perlakuan diulangi sebanyak 7 ulangan yaitu: (a)
pakan rumput lapangan.
(b)
Formula pakan terdiri dari rumput lapangan + pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 60% + dedak padi 40%).
(c)
Formula pakan terdiri dari rumput lapangan + pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 60% + dedak padi 20% + ubi kayu 20%). Jumlah pakan hijauan yang diberikan sapi setiap hari sebanyak 10% dari bobot
badan sapi. Sedangkan kulit kopi dan ubi kayu diberikan sebanyak 2% dari bobot badan sapi sebagai pakan tambahan. Pakan diberikan dua kali sehari pagi dan sore hari. Pakan tambahan diberikan sebelum pemberian rumput. Sedangkan air diberikan ad libitum. Dua minggu sebelum perlakuan pakan dilakukan adaptasi pakan. Masingmasing perlakuan direncanakan menggunakan tujuh ekor sapi.
13
Pengkajian pemberian pupuk kompos pada tanaman kopi yang sudah produksi dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan, setiap perlakuan diulangi sebanyak tujuh ulangan yaitu : (a)
Tanaman tidak dipupuk dengan kompos sapi
(b)
Tanaman dipupuk dengan kompos sapi 5 kg/pohon
(c)
Tanaman dipupuk dengan kompos sapi 10 kg/pohon
Kotoran sapi dikomposkan sebelum diberikan pada tanaman kopi. Pupuk kimia dan kompos sapi diberikan pada awal pengkajian dengan menaburkan pada bagian pangkal batang sampai ujung daun bagian terluarnya. Masing-masing perlakuan direncanakan menggunakan 10 batang tanaman kopi yang sudah berproduksi. 3.3.3. Parameter Yang Diukur 1. Konsumsi pakan dengan melakukan penimbangan sisa pakan yang tersisa oleh ternak sapi. 2. Bobot lahir anak sapi dengan melakukan penimbangan anak sapi pada saat lahir. 3. S/C yaitu jumlah kebuntingan dalam setiap kali perkawinan. 4. Mortalitas anak yaitu jumlah kematian anak 5. Kesehatan induk dan anak sapi 6. Berat badan waktu sapih. 7. Jarak kelahiran anak sapi dengan menghitung jarak kelahiran anak dengan kelahiran anak berikutnya. 8. Produksi kopi sebelum dan sesudah perlakuan. 3.3.4. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji DMRT. Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif antar perlakuan. IV.
ANALISIS RESIKO Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin
dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan. Dengan mengenal resiko, penyebab dan dampaknya, maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun rensponsif.
14
Tabel 1. Daftar resiko dan penanganannya dalam pelaksanaan kegiatan Integrasi kopi-sapi melalui pemanfaatan kulit kopi dan ubi kayu untuk pakan induk dapi bunting dengan metode flushing. No. 1.
Resiko
Penyebab
Dampak
Bahan pakan
Musim panen,
Kekurangan bahan
Perlu inovasi
tidak tersedia
cuaca,
pakan
teknologi
sepanjang tahun 2.
Penanganan
pengolahan pakan
Sapi tidak mau
Peternak kurang
Kegiatan tidak
Perlu
memakan pakan
sabar
berjalan sesuai
pendampingan
rencana
dalam adaptasi
yang diberikan
pakan
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN
5.1
Tenaga Pelaksana
No.
NAMA/NIP
1.
Zul Efendi, S.Pt
2.
Ir. Ruswendi, MP
3. 4. 5.
Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si Drs. Afrizon, M.Si Linda Harta, S.Pt
6.
Sudarmansyah
JABATAN FUNGSIONAL/BIDANG KEAHLIAN Peneliti Pertama /Produksi Ternak
JABATAN DALAM KEGIATAN Penanggung Jawab
Penyuluh Madya/ Sosek Peternakan Peneliti Muda /Produksi Ternak PSL Nutrisi dan Makanan Ternak SLTA
15
Uraian Tugas
Alokasi Waktu (jam/minggu 15
Anggota
Mengkoordinir kegiatan mulai perencanaan – pelaporan Pelaksana
Anggota
Pelaksana
10
Anggota Anggota
Pelaksana Pelaksana
10 10
Anggota
ADM
10
10
5.2 No. 1.
2.
3. 4.
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Persiapan: Desk study/pengumpulan data sekunder Penyempurnaan proposal Pelaksanaan: Hunting dan pemantapan lokasi Sosialisasi Penentuan kooperator Pengenalan perlakuan Pembinaan Pengolahan data pelaporan
bulan 1
2
3
X
x
x
4
5
6
7
8
9
10
11
12
x
x
x
x
x
x
x
x x
X
x
X x x x
X
16
5.3
Pembiayaan
No
Mata Anggaran
1
Gaji Upah - UHL Belanja Bahan - ATK dan computer suplies dan pelaporan - Bahan Pengkajian dan pendukung lainnya - Bahan pembuatan informasi teknologi - Konsumsi dalam rangka sosialisasi FGD, pertemuan Belanja Barang Non Operasional Lainnya - Akomodasi dalam rangka soialisasi FGD, pertemuan Belanja Jasa Profesi - Honor Narasumber, pengarah, evaluator
2
3
4
5
Volume
Harga Satuan
Jumlah
384 OH
35.000
1 paket
3.000.000
13.440.000 13.440.000 37.170.000 3.000.000
1 Paket
23.170.000
23.170.000
1 paket
4.000.000
4.000.000
140 OH
50.000
7.000.000 4.000.000
3 kali
4.000.000
4.000.000
4 OH
400.000
2.000.000 2.000.000
365.000 100.000 5.000.000
41.405.000 35.405.000 10.000.000 5.000.000
Belanja Perjalanan Lainnya - Persiapan dan Pelaksanaan 97 OH - Perjalanan Pendek 10 OH - Perjalanan Luar Provinsi, 1 OP Seminar, ekspose, konsultasi Jumlah
17
106.015.000
DAFTAR PUSTAKA Achmad, P. 1983 . Problem Reproduksi pada Ruminansia Besar di Yogyakarta. Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar, Cisarua, 6-9 Desember 1982. pp: 139-147. Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogor.Abdoellah, S dan A.Wardani. 1993. Impact of Cocoa Development on
Marginal
Anonimus, 2005. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Asal Limbah Pertanian. Laporan Tahunan. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati Disbun. 2007. Statistik Perkebunan Propinsi Bengkulu. Pemerintah Propinsi Bengkulu. Edisi Mei 2005, hal 1. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Direktorat jendral Bina Produksi Perkebunan. 2002. Statistik Perkebunan Kopi Indonesia 2000 – 2001. Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. 97 hal. Mariyono dan Endang Romjali, 2007. Petunjuk Teknis Teknologi Inovasi ‘Pakan Murah’ Untuk Usaha Pembibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007
Mathius. I-W., M.Rangkuti dan L.P.Batubara. 1983. Pemanfaatan Jerami Kacang Tanah Sebagai pakan Domba in Pros. Seminar pemanfaatan Limbah Pangan dan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak. Lembaga Kimia Nasional. LIPI Bandung. p: 143-151. Mathius. I-W. 2009. Produk Samping Industri Kelapa Sawit dan Teknologi Pengayaan Sebagai Bahan Pakan Sapi yang terintegrasi. Dalam: Sistem Integrasi Ternak Tanaman: Padi-Sawit-Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian 2009. Fagi et al., (Eds). Nursiam,I. 2010. Bahan Makanan Ternak : Umbi-umbian dan Limbahnya. http:// intannursiam.wordpress.com/ 2010/08/25/ bahan-makanan-ternak-umbiumbian-dan-limbahnya/ diakses 6 uli 2012 jam 5.30 Puslitkoka, 2005. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka, Jakarta. Ramli. H dan Rismawati. 2007, Integrasi Tanaman Singkong dan ternak Unggas. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pangan. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Suharsono, 2011. Penambahan Pakan Tanaman Ubi Kayu Terbukti Tingkatkan Bobot Badan Ternak http://www.ugm.ac.id/new/id/news/ 3244-penambahan-pakan-
18
tanaman-ubi-kayu-terbukti-tingkatkan-bobot-badan-ternak.xhtml juli 2012 jam 5.15
diakses
6
Wiyono,D.B, Aryogi. 2007. Petunjuk Teknis Perbaikan Sapi Potong, 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian Departemen Pertanian 2007
19