Inspirasi Menghafal Al-Qur'an & Kumpulan Kisah Ajaib para penghafal Qur’an
PENGANTAR Sungguh beruntung bagi setiap penghafal Alquran, pasalnya mereka (hafidz/hafidzah) sudah dijanjikan oleh Allah berupa ganjaran pahala serta kedudukannya di akherat. Apa saja 6 Janji Allah Swt. Bagi Para Hafidz? Inilah yang tertulis dalam quran dan hadits berkenaan dengan 6 Janji Allah Swt. Bagi Para Hafidz. Para hafidz disejajarkan dengan para nabi (sederajat), hanya saja para hafidz ini tidak mendapatkan atau dititipkan wahyu. Rasulullah Saw., bersabda, “Barangsiapa yang membaca (menghafal) Alquran, maka sungguh dirinya telah menyamai derajat kenabian hanya saja tidak ada wahyu baginya (penghafal). Tidak pantas bagi penghafal Alquran bersama siapa saja yang ia dapati dan tidak melakukan kebodohan terhadap orang yang melakukan kebodohan (selektif dalam bergaul) sementara dalam dirnya terdapat firman Allah.” (HR. Hakim). Pada zaman Rasulullah Saw, takjarang para hafidz diutamakan kedudukannya oleh Beliau, salah satunya dalam memimpin delegasi. Mekanismenya, Rasulullah Saw. akan menguji dan bertanya seputar hafalan, selanjutnya Rasulullah akan memilih para calon pegawai dengan berdasarkan pada yang paling banyak hafalannya. “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri daripada manusia..." Kemudian Anas berkata lagi, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Baginda manjawab, “yaitu ahli Qu'ran (orang yang membaca atau menghafal Qur'an dan mengamalkannya). Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.” (HR. Ahmad). Sebab menghapal quran merupakan tanda orang yang diberi anugerah berupa ilmu. Sesuai dengan firman serta Janji Allah Swt. Bagi Para Hafidz - seperti yang termaktub dalam surat Al-Ankabut ayat 49. “Sesungguhnya, Alquran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orangorang yang dzalim.” (QS Al-Ankabut : 49). Menjadi penghafal quran tentunya sangat bermanfaat, orang iman lain akan menghormati kepada penghadal quran. Karena dengan menghormati para penghafal alquran, orang tersebut berarti telah mengagungkan Allah Swt. Hal ini sesuai dengan yang terdapat di dalam hadits. Rasulullah bersabda “Di antara perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati orang Islam yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal quran yang tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan Alquran tidak diamalkan serta menghormati kepada penguasa yang adil.” (HR. Abu Daud). Penghafal quran senantiasa akan menjadi imam dalam melaksanakan shalat berjamaah. Sebab yang bisa menjadi imam shalat adalah mereka yang paling banyak hafalannya. Seperti yang terdapat di dalam hadits. Rasulullah Saw., bersabda: “Yang menjadi imam dalam sholat suatu kaum adalah yang paling banyak hapalannya.” (HR. Muslim).
Serta bagi para penghafal quran akan mendapatkan beberapa keutamaan. 1. Allah akan memberikan kepada hafidz di akherat; mahkota kehormatan. Sesuai dengan yang terdapat di dalah sebuah hadits, dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Baginda bersabda, orang yang hafal Alquran kelak akan datang dan Alquran akan berkata: “Wahai Tuhan, pakaikanlah dia dengan pakaian yang baik lagi baru.”Maka orang tersebut diberi mahkota kehormatan. Alquran berkata lagi: “Wahai Tuhan tambahkanlah pakaiannya.” Kemudian orang itu diberi pakaian kehormatannya. Alquran berkata lagi: “Wahai Tuhan, ridhailah dia.” Maka kepadanya dikatakan, “Baca dan naiklah.” Dan untuk setiap ayat, ia diberi tambahan satu kebajikan.” (HR. At Tirmidzi). 2. Akan dikumpulan bersama malaikat yang mulia lagi taat. “Dan perumpamaan orang yang membaca Quran sedangkan ia hafal ayat-ayatNya bersama para malaikat yang mulia dan taat.” (Muttafaqun ‘alaih). 3. Para hafidz pun akan ditinggikan derajatnya saat berada disurga. Betapa baiknya manfaat Al- Qur'an untuk para penghapalnya. Sesuai dengan sebuah hadits yang bunyinya, dari Abdillah bin Amri bin ‘Ash dari nabi Saw. Beliau bersabda, “Akan dikatakan kepada shahib quran, “Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau mentartilkan Al Quran di dunia sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi). 4. Para hafidz quran akan mendapatkan pertolongan (syafaat), hadits-nya, dari Abi Umamah ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW berkata, “Bacalah Quran, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafaat pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafal).” (HR. Muslim). 5. Taksaja bagi paa hafidz itu sendiri, orangtua para penghafal alquran pun akan mendapatkan pertolongan. Dalam hadits disebutkan, dari Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda “Siapa yang membaca Alquran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Alquran”. (HR. Al Hakim). 6. Menghafal Alquran berfaedah bagi setiap penghafal dalam urusan perniagaan mereka. Dalam Alquran dijelaskan, “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Faathir : 29-30). Itulah penjelasan dalam quran dan hadits tentang 6 Janji Allah Swt. Bagi Para Hafidz. para penjaga Al-Qur’an sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan seseungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” [QS Al-Hijr: 9]
Mereka dan kita, sama-sama memiliki jumlah waktu 24 jam setiap harinya. Pembedanya yakni sikap kecintaannya pada Al-Qur’an, sehingga mereka optimalkan waktu dan potensi untuk mencapai cita-cita menjadi Hafidzul Qur’an. Kunci keberhasilan mereka salah satunya terletak pada peran keluarga.bagi anak anak Ayah dan ibu sebagai selayaknya orangtua menjadi pelopor keteladanan. Mereka memiliki peranan besar menjadi motivator anak untuk menghafal Al-Qur’an. Dukungan kedua orang tua lah yang menjadi pondasi terkuat mereka untuk tetap bersemangat menghafal dan mewujudkan cita-cita menjadi Hafidzul Qur’an, bagian dari generasi pewaris Qur’an yaitu orang-orang yang menjaga orisinalitas Qur’an. Perlu perjuangan yang sungguh – sungguh untuk menghafal sebanyak 6236 ayat, 540 paragraf dalam 114 surah Al-Qur’an. Sehingga menjadi penghafal Al-Qur’an masih menjadi hal yang berat bagi sebagian masyarakat. Namun, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menunjukkan pada kita sebaliknya, bahwa faktanya betapa banyak anak-anak di dunia ini yang menorehkan prestasi gemilang sebagai penghafal AlQur’an di usia belia. Sesuai dengan firman-Nya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” [QS Al-Qamar: 17] Empat kali ayat tersebut diulang pada surah Al-Qamar. Pengulangan ayat ini merupakan penekanan akan janji Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa Al-Qur’an telah dimudahkan bagi hamba-Nya untuk dipelajari. Pilihannya adalah, maukah kita mempelajarinya atau tidak. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menambahkan ilmu dan semangat dalam diri kita dan anak cucu kita untuk menjadi pribadi yang cerdas intelektual, peduli sosial, dan penghafal Al-Quran. aamiin.
Keutamaan Menghafal Al Quran Keutamaan menghafal al quran. KEUTAMAAN PENGHAFAL AL-QUR’AN (HAFIDZ/AH) Allah telah menjanjikan kelebihan & keutamaan kepada mereka yang menghafal al Quran, antara lain : 1. MEREKA ADALAH KELUARGA ALLAH SWT. Sabda Rasulullah s.a.w: “Dari Anas ra. Ia berkata bahawa Rasulullah S.A.W bersabda, “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia.” Kemudian Anas bertanya: “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah. Baginda menjawab: “Iaitu ahli Quran (orang yang membaca atau menghafal Al- Quran dan mengamalkan isinya).Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.
2. DI TEMPATKAN SYURGA YANG PALING TINGGI Sabda rasulullah s.a.w: “Dari Abdullah Bin Amr Bin Al Ash ra dari nabi s.a.w, baginda bersabda; Diakhirat nanti para ahli Al Quran di perintahkan, “Bacalah dan naiklah kesyurga. Dan bacalah Al Quran dengan tartil seperti engkau membacanya dengan tartil pada waktu di dunia. Tempat tinggal mu di syurga berdasarkan ayat paling akhir yang engkau baca.” 3. AHLI AL QURAN ADALAH ORANG YANG ARIF DI SYURGA Sabda rasulullah s.a.w “Dari Anas ra. Bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda; “Para pembaca Al Quran itu adalah orang-orang yang arif di antara penghuni syurga,” 4. MENGHORMATI ORANG YANG MENGHAFAL AL QURAN SEPERTI MENGAGUNGKAN ALLAH SWT. Sabda rasulullah s..a.w “Dari Abu Musa Al Asya ari ra.ia berkata bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Diantara perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati Orang Islam yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal Al-Quran yang tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan Al-Quran tidak di amalkan, serta menghormati kepada penguasa yang adil.” 5. HATI PENGHAFAL AL-QURAN TIDAK DISIKSA Sabda rasulullah s.a.w. ” Dari Abdullah Bin Mas ud ra. Dari nabi s.a.w. baginda bersabda: ” bacalah Al Quran kerana Allah tidak akan menyiksa hati orang yang hafal al-quran. Sesungguhanya Al -Quran ini adalah hidangan Allah, siapa yang memasukkanya ia akan aman. Dan barangsiapa yang mencintai Al Quran maka hendaklah ia bergembira.” 6. MEREKA LEBIH BERHAK MENJADI IMAM DALAM SOLAT Sabda rasulullah s.a.w. : “Dari Ibnu Mas ud ra. Dari Rasulullah s.a.w. beliau bersabda; “yang menjadi imam dalam solat suatu kaum hendaknya yang paling pandai membaca Al Quran.” 7. DISAYANGI RASULULLAH S.A.W Sabda rasulullah s.a.w.: “Dari Jabir Bin Abdullah ra. Bahawa nabi s.a.w menyatukan dua orang dari orang-orang yang gugur dalam perang uhud dalam satu liang lahad. Kemudian nabi s.a.w. bertanya, “dari mereka berdua siapakah paling banyak hafal Al Quran?” apabila ada orang yang dapat menunjukkan kepada salah satunya, maka nabi s.a.w memasukkan mayat itu terlebih dahulu ke liang lahad.” 8. DAPAT MEMBERIKAN SYAFAAT KEPADA KELUARGA Sabda rasulullah s.a.w.: “Dari Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah ia berkata, “Barangsiapamembaca Al Quran dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya kedalam syurga dan memberikannya
hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana mereka semuanya telah di tetapkan untuk masuk neraka.” 9. PENGHAFAL AL QURAN AKAN MEMAKAI MAHKOTA KEHORMATAN Sabda rasulullah s.a.w.: “Dari Abu Hurairah ra.dari nabi s.a.w. baginda bersabda: “orang yang hafal Al Quran nanti pada hari kiamatnanti akan datang dan Al Quran akan berkata; “Wahai Tuhan ,pakaikanlah dia dengan pakaian yang baik lagi baru.” Maka orang tersebut di berikan mahkota kehormatan. Al Quran berkata lagi: “Wahai Tuhan tambahlah pakaiannya.” Maka orang itu di beri pakaian kehormatannya. Al Quran lalu berkata lagi, “Wahai Tuhan, redailah dia.” Maka kepadanya di katakan; “Bacalah dan naiklah.” Dan untuk setiap ayat, ia di beri tambahan satu kebajikan.” 10. HAFAL AL QURAN MERUPAKAN BEKAL YANG PALING BAIK. Sabda rasulullah s.a.w.: “Dari jabir bin nufair, katanya rasulullah s.a.w. bersabda; “Sesungguhnya kamu tidak akan kembali menghadap Allah dengan membawa sesuatu yang paling baik daripada sesuatu yang berasal dari-Nya yaitu Al Quran. 11. ORANG TUA MEMPEROLEHI PAHALA KHUSUS JIKA ANAKNYA PENGHAFAL AL QURAN. Sabda rasulullah s.a.w.: “Dari Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahawasanya ia mendengar Rasulullah s..a.w bersabda: “Pada hari kiamat nanti, Al Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: “Apakah anda mengenalku?”.
Nasihat Bagi Hafidz dan Hafidzah AlQuran Pertanyaan : Perkara apakah yang pertama kali yang harus dilakukan orang yang ingin menghafal Al Qur’an? Jawaban : Merupakan satu keharusan bagi seseorang yang beramal dengan suatu amalan adalah menghikhlaskan amalan itu karena Allah subhanahu wa ta’aala berfirman :
“Padahal mereka tidak diperintah melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya mengikhlaskan amalan itu karena-Nya.” (Qs. Al Bayinah : 5)
Kemudian bersungguh sungguh untuk meluruskan niat dan tujuannya, karena amalan tanpa ikhlas tidak akan diterima disisi Allah. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah Subhanhu Wa Ta'ala tidak akan menerima amalan kecuali ikhlas dan mengharap Wajah Allah” (Diriwayatkan An Nasaa’i dan Al Hafidz Ibnu Hajar berkata sanadnya bagus) Menghafal kitabullah termasuk amalan dan ibadah yang paling tinggi dan paling utama maka harus ikhlas karena wajah Allah dan mengharapkan negeri akhirat, bukan karena ingin pujian manusia, pamer dan ingin terkenal. Sesungguhnya barang siapa yang tidak ikhlas karena Allah maka dia berdosa dan berhak mendapatkan hukuman, sebagaimana terdapat (dalam riwayat) tentang orang yang pertama kali dinyalakan api neraka untuknya yaitu orang yang menghafal AlQur’an agar dikatakan sebagai Qori’ Dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
م
ف, ش
ش
غ
ي
غ
ف
ش
ش “Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman: Aku paling tidak butuh pada sekutu maka barangsiapa mengerjakan amalan dalam keadaan menyekutukan-Ku dengan selainKu, Aku tinggalkan dia dan sekutunya.” (HR Bukhari dan Muslim) Dan hendaklah seorang muslim bersemangat untuk menjad ahli Al Qur’an. Mereka itulah Ahlullah dan orang orang yang istimewa-Nya. Dan hendaklah mereka menjadi sebaik-baik manusia, dimana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memuji mereka sebagaimana dalam hadits yang shahih, beliau bersabda:
م
م
“Sebaik baik kalian adalah orang yang mempelajari AlQur;a dan mengajarkanny.” (HR Bukhari) Pertanyaan : Berapa lamakah seorang pelajar menghabiskan waktu untuk menghafal Kitabullah? Jawaban : Seorang pelajar dalam menghafal AlQur’an membutuhkan waktu yang berbeda beda, sesuai dengan perbedaan kecerdasan dan kemampuan pelajar tersebut. Pelajar yang cerdas mampu menghafal Al-Qur’an Al-Kariim selama tidak kurang 4 bulan dengan syarat pelajar tersebut memusatkan dan mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya untuk menghafal Kitabullah dengan sungguh sungguh.
Adapun untuk pelajar yang tingkat kecerdasannya sedang, membutuhkan waktu 1 tahun untuk menghafal Al Qur’an. Sedangkan pelajar yang lemah tingkat kecerdasannya membutuhkan waktu sesuai tingkat kesungguhan dan kemampuannya. Dan tidak ada batasan waktu tertentu. Pertanyaan : Apakah memahami makna dan kata kata merupakan syarat bagi orang yang membaca Al Qur’an? Jawaban: Tidak diragukan lagi bahwa merenung dan memahami makna makna Al Qur’an merupakan tingkatan yang paling tinggi dan hal inilah yang diinginkan dan dituntut. Akan tetapi orang yang membaca Kitabullah (dengan) tidak mengetahui artinya bukan berarti (kemudian) dia meninggalkan bacaan AlQur’an dan hafalannya. Maka membaca Al Qur’an itu ibadah, terlepas dari tadabbur (merenungkan maknanya). Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman:
م
م
ف م م
م
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (Ali Imran : 164) Di dalam ayat ini diketahui bahwa berbeda antara membaca dan mempelajari maknanya. Firman Allah“yang membacakan kepada mereka ayat ayat Allah” dan Firman-Nya : “dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah.” Sebagaimana yang telah ma’ruf bahwa bacaan satu huruf dari Kitabullah merupakan satu kebaikan. Dan diantara huruf huruf ini adalah huruf huruf yang terpisah, yang tidak ada seorang pun yang mengetahui maknanya menurut pendapat yang shahih. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya kebaikan sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, Mim satu huruf.”(Shahih HR.Tirmidzi) Dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak memberi syarat kepada orang yang membaca Al-Qur’an untuk memahami makna-makna dari huruf huruf (yang dibaca) terlebih dahulu agar dirinya mendapatkan pahala. Hal tersebut diperjelas dengan banyaknya orang orang Ajm (orang orang yang bukan arab) mereka tidak mengetahui makna Al Qur’an Al Karim dan tidak mengetahui makna Al Fatihah, bersamaan dengan itu tidak ada satupun dari kalangan ulama yang mengatakan bahwa shalat mereka bathil (tidak sah) dengan sebab mereka tidak paham terhadap makna Al Quran Al Karim. Sebagaimana tidak pantas bagi mereka menghafal kitab Allah Subhanhu Wa Ta'ala.
Pertanyaan: Saya ingin menghafal Kitabullah, maka apa nashihat anda untuk mewujudkannya? Jawaban : Kami nasihatkan kepada Anda secara umum dengan beberapa hal: Mengikhlaskan niat karena Allah. Dengan menghafal Qur’an, engkau mengharapkan Wajah Allah dan negeri akhirat. Engkau kuatkan kemauan yang sempurna untuk menyelesaikannya. Engkau memilih seorang guru yang kuat hafalannya, teliti dan senantiasa memantaumu dalam menghafal serta sekaligus senantiasa memberi semangat kepadamu. Engkau curahkan waktu pada setiap harinya untuk menghafalnya seperti waktu Magrib atau Ashar dan jangan ada perkara lain yang menyibukkanmu. Engkau senantiasa mengharapkan pahala dan balasan dari Allah dan hadirkanlah dalam benakmu hadits nabi -shalallahu ‘alayhi wasallam-
م
م
“Sebaik baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari) Pertanyaan : Apakah mungkin bagi seorang pelajar yang lemah kecerdasannya untuk menghafal Al Qur’an? Jawaban : Sebagian para pelajar ragu terhadap diri mereka sendiri bahwasanya mereka tidak mampu menghafal Al Qur;an disebabkan karena persiapan kecerdasan mereka yang lemah, atau sebagian para pelajar cerdas namun meninggalkan Al Qur’an dan tidak menghafalnya, akan tetapi kita katakan: Memungkinkan bagi pelajar yang lemah kecerdasannya untuk menghafal Al Qur’an dengan cara membatasi diri dalam sehari sesuai dengan kemampuannya. Kemudian muraja’ah (mengulang kembali) hafalan hari yang lalu dan mengikat hafalan yang lalu dengan yang selanjutnya, maka dia menghafal Al Qur;an sesuai dengan kadar kemampuannya. Manakala pelajar tersebut memiliki kesungguhan yang besar, dia akan mendapatkan pahala yang besar sesuai dengan tingkat kesungguh sungguhan dan ketekunan mereka. Dan betapa banyak mereka yang lemah tingkat kecerdasannya hafal Kitab Allah sementara mereka bukanlah orang orang yang cerdas. Untuk mendapatkan manfaat bagi pelajar yang lemah kecerdasannya, orang yang sudah tua umurnya dan pekerja yang sibuk, untuk memulai menghafal dari Juz ‘Amma (Juz 30) kemudia Juz Tabaarak (Juz 29), demikianlah, mereka memulai hafalan yang paling mudahm dan dengan hal ini mereka membiasakan diri untuk menghafal hingga sampai pada surat surat yang panjang.
Pertanyaan: Sebagian pelajar, mereka menghafal AlQur’an dengan cepat dan sepat pula lupanya, bagaimana solusi dari permasalahan ini? Jawaban : Seorang pelajar yang menghafal Al Qur’an dengan cepat dan cepat pula lupanya, maka sungguh dia telah menghafal dengan hafalan yang jelek, oleh karena ini ia cepat lupa dan hafalannya semata mata menyebutkan makna makna dan solusinya adalah dengan memantabkan hafalan dan bersungguh sungguh padanya hingga tidak lupa dengan cepat. Adapun cara yang paling baik bagi para pelajar semacam ini adalah mereka memperdengarkan kepada ustadz apa yang mereka hafal pada hari itu dan hari hari yang lalu, demikianlah pada setiap hafalah hingga terikat dan terpatri hafalan yang telah lalu dengan hafalan yang sesuai. Pertanyaan: Metode apakah yang bagus untuk menghafal hafalan yang baru? Jawaban : Wajib bagi pelajar untuk membacakan bagian yang akan dihafal tersebut di hadapan ustadz dengan penuh perhatian dan bersamanya ada pena sehingga jika dia salah dalam bacaan maka ia beri garis pada tempat-tempat kesalahan. Kemudian dia mengingat-ingat kesalahannya tersebut ketika murajaah agar tidak terjatuh pada kesalahan yang sama lagi pada waktu yang lain. Wajib bagi pelajar untuk membagi pelajaran pada beberapa bagian sampai tiga ayat tidak lebih dari batas, kemudia menguatkan bacaannya dengan penuh perhatian. Maka apabilan dia telah menghafalnya diluar kepala, kemudian dia berpindah ke juz atau bagian yang setelahnya. Demikian hingga selesai sesuai dengan kemampuan yang dia tentukan untuk dihafal. Kemudian mengumpulkan dan menghafalnya secara keseluruhan. Setelah itu dia membaca apa yang telah dihafal kepada pelajar yang lain. Apabila dia mengetahui bahwa hafalannya telah baik, setelah itu ia perdengarkan (setorkan) kepada syaikhnya atau ustadznya. Maka jika ustadz atau syaikh terseebut mengakui (hafalannya telah bagus) barulah ia berpindah ke hafalan yang baru. Dan hendaklah dia melakukan hal seperti itu terus sebagaimana hafalanhafalan sebelumnya.Demikian seharusnya seorang pelajar melakukan tingkatantingkatan diatas dalam menghafal hingga hafalannya bagus. Maka tidak hilang sedikitpun insyaallah. Wallahu a'lam bish-shawab. Sumber: http://dakwahsyariah.blogspot.com/2013/08/tanya-jawab-hafidz-danhafidzah-al-quran.html#ixzz3lJ7ZZ9qP
KISAH KISAH NYATA PARA PENGHAFAL QUR’AN Seorang ibu yang berhasil mencetak keluarga Qur’any Kisah ini disampaikan oleh seorang pengajar Al-Qur’an Al-Karim di salah satu masjid di Makkah Al-Mukarramah. Ia berkata,”telah datang padaku seorang anak yang
ingin
mendaftarkan
diri
dalam
halaqah”.
Maka
aku
bertanya
kepadanya,”Apakah engkau hafal sebagian dari Al-Qur’an?”. Ia berkata,”Ya”. Aku berkata kepadanya, ”Bacakan dari juz ‘Amma!” Maka kemudian ia membacanya. Aku bertanya lagi ,”apakah kamu hafal surat tabaarak (Al-Mulk)?” Ia menjawab,”Ya”. Aku pun takjub dengan hafalannya di usia yang masih dini. Aku bertanya kepadanya tentang surat An-Nahl. Ternyata ia hafal juga, maka semakin bertambah kekagumanku atasnya. Kemudian
aku
ingin
mengujinya
dengan
surat-surat
panjang,
aku
bertanya,”Apakah engkau hafal surat Al-Baqarah. Ia menjawab,”Ya”. Dan ia membaca surat tersebut tanpa salah sedikitpun. Kemudian aku berkata,”Wahai anakku, apakah kamu hafal Al-Qur’an?” ia menjawab,”ya”. Subhanallah, dan apa yang Allah kehendaki pasti akan terjadi!. Aku memintanya untuk datang esok hari bersama dengan orang tuanya, sedangkan aku sungguh benar-benar takjub. Bagaimana mungkin bapaknya melakukan hal tersebut?!
Suatu kejutan besar ketika bapak anak tersebut hadir. Aku melihat penampilannya tidak menunjukkan orang yang komitmen kepada As-Sunnah. Segera ia berkata kepadaku,”Saya tahu anda heran kalau saya adalah ayahnya, tapi saya akan menghilangkan rasa keheranan Anda. Sesungguhnya dibelakang anak ini ada seorang wanita yang setara dengan seribu laki-laki. Aku beritahukan kepada Anda, bahwa aku dirumah memiliki tiga anak yang semuanya hafal Al-Qur’an. Dan anakku yang paling kecil, gadis berusia 4 tahun, sudah hafal juz ‘amma”. Aku kaget dan bertanya,”Bagaimana bisa seperti itu?!” Ia mengatakan bahwa ibu mereka ketika mereka mulai bisa berbicara pada usia bayi, maka ia memulainya dengan menghafalkan Al-Qur’an dan memotivasi mereka untuk itu. Siapa yang menghafal pertama kali, maka dialah yang berhak memilih menu untuk makan malam hari itu.
Siapa yang melakukan muraja’ah (setor hafalan) pertama kali, dialah yang berhak memilih kemana kami akan pergi mengisi liburan mingguan. Dan siapa yang mengkhatamkan pertama kali, maka dialah yang berhak menentukan kemana kami harus mengisi liburan. Seperti inilah istriku menciptakan suasana kompetisi (persaingan) dalam menghafal dan melakukan muraja’ah. Ketika merenungkan dan memikirkan kisah yang penuh pelajaran ini, kami mendapati bahwa seorang wanita shalihah yang senantiasa memperhatikan kebaikan rumah tangganya, maka dialah wanita yang Nabi SAW. Berwasiat pada kaum laki-laki untuk memilih sebagai pasangan hidup. Meninggalkan orientasi harta, kecantikan dan kedudukan. Maka benarlah ketika Rasulullah SAW. bersabda, “seorang wanita dinikahi karena empat hal, karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Maka carilah agamanya niscaya kamu beruntung.” (HR. Bukhari). Nabi SAW. bersabda, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah” (HR. Muslim) Selamat atasnya ibu anak tersebut) yang telah menjamin masa depan anak-anaknya dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pemberi syafa’at kepada mereka kelak di hari kiamat. Nabi SAW. bersabda,”Akan dikatakan kepada orang yang hafal Al-Qur’an pada hari kiamat, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dalam kehidupan dunia, karena sesungguhnya tempat kembalimu dalam kehidupan akhir adalah sesuai dengan ayat yang dahulu engkau baca” (HR. Ibnu Hibban). Tentunya risalah ini juga untuk para bapak. Bayangkan wahai para bapak, jika anda menjadikan anak anda hafal Al-Qur’an. Setiap kali ia membaca satu huruf, anda akan mendapatkan pahala setiap huruf yang ia baca dari Al-Qur’an dalam hidupnya. Maka jadilah anda dengan menjaga anak anda untuk menghafalnya dengan pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala. (azzahyfamily.wordpress.com)
Obat bius tidak berfungsi bagi penghafal Al-Qur’an Kisah ini disampaikan oleh Ustadz Bachtiar Nasir dalam sebuah kajian tafsir yang membahas tentang surat Al-Baqarah ayat 120-121. Beliau bercerita tentang
kisah nyata seorang kakek tua penghafal Al-Qur’an yang membuat jama’ah berdecak kagum. Dalam suatu waktu, ada seorang kakek tua yang hendak dioperasi karena mengalami sakit, dokter menyarankan untuk segera dioperasi demi menyembuhkan penyakitnya. Di luar dugaan, kakek tersebut terisak dalam tangis yang mendalam, dokter pun coba menguatkan dan meyakinkan sang kakek agar kakek tersebut tidak perlu khawatir karena penyakit yang dialaminya akan sembuh atas izin Allah dan tidak perlu khawatir terhadap pelaksanaan operasi karena dokter tersebut sudah berpengalaman untuk operasi penyakit tersebut dan besar sekali kemungkinan keberhasilannya. Lalu kakek tersebut membalas perkataan dokter tersebut, “Dok, bukan itu yang saya khawatirkan, insya Allah saya siap dan tak takut untuk menjalani proses operasinya. Saya menangis karena saya sedih, akan banyak waktu yang terbuang saat operasi nanti pastinya, sedangkan saya memiliki kebiasaan untuk muraja’ah hafalan Al-Qur’an saya 12 juz tiap harinya, saya khawatir tidak dapat menyelesaikan hafalan saya di hari ini karena operasi ini, sebab itulah saya menangis…” Lalu kakek tersebut melanjutkan dengan pertanyaan “Dok, seberapa lama saya akan dioperasi?” “Insya Allah hanya 4 jam kek” jawab dokter. “Kalau begitu, berikan saya waktu di satu jam pertama untuk muraja’ah hafalan saya, lalu lanjutkanlah tindakan operasi setelahnya” jawab kakek memberikan solusinya. Dokter pun menyetujuinya. Pada satu jam pertama dokter memberikan waktu untuk kakek muraja’ah hafalannya di ruang operasi, setelah waktu berjalan satu jam, dokter dan timnya melakukan tindakan medis, dibiuslah kakek tersebut dan melaksanakan tindakan operasi. Operasi tersebut berjalan lancar, tidak ada kendala yang berarti. Allah menolong keduanya. Setelah kakek tersebut tersadar, dokter yang mengoperasinya tersebut berkata: “Kek, baru kali ini saya mengalami kejadian yang luar biasa ketika mengoperasi pasien. Setelah satu jam kakek muraja’ah hafalannya, kami pun membius kakek, saya yakin sudah tepat dosis bius kepada kakek, saya yakin dosis tersebut akan membuat kakek tak sadarkan diri. Tapi masya Allah, sepanjang operasi kakek tak berhenti sedikitpun membaca Al-Qur’an, seolah obat bius yang kami suntikan tak ada pengaruhnya dan rasa sakit saat operasi tak dirasakan” Subhanallah… hikmah yang luar biasa yang dapat kita ambil dari kisah tersebut. Bagaimana dengan kita? Sudahkah ada kenikmatan dan kekhusyu’an
ketika kita membaca Al-Qur’an?. Berapa banyak juz yang kita baca tiap harinya?. Berapa banyak ayat Al-Qur’an yang kita hafal tiap harinya? Berapa banyak ayat AlQur’an yang kita murajaah tiap harinya dan berapa banyak ayat Al-Qur’an yang kita amalkan tiap harinya??? Sungguh, masih amat sedikit amalan-amalan kita. Orang bijak mengatakan: “Janganlah takut dengan rezekimu pada hari ini, karena Allah sudah menjamin rezeki bagi orang yang hidup. Khawatir dan takutlah dengan kualitas dan kuantitas amalmu, apakah dapat mengantarkanmu ke surga? Karena tidak ada jaminan dari Allah bahwa kita akan masuk ke dalam Surga-Nya”. (www.dakwatuna.com)
Wawancara ekslusif : Musa, Umur 5,5 tahun hafal 29 juz Penanya
: “Musa main gak?”
Abu Musa : “Musa seperti anak lainnya, dia tertawa, dia menangis, dia bermain, dia mau, dia juga tidak mau. Musa sehari2 sibuk dengan hafalannya (bangun stengah tiga pagi, muraja’ah 8 jam per hari). Dirumah kami fasilitasi bermainnya, sepeda, mobil-mobilan, dll. Abah, ummi, adik berinteraksi sangat dekat dengan Musa. Sehingga Musa nyaman di rumahnya. Cukup baginya bermain bersama kami. Kalau dia main keluar pun, dia tidak ingin main yang jauh2. Paling dia main pasir di teras, sepedaan di halaman. Kalau ada teman yang jelek, kami buru2 jauhkan dari musa” (Wawancara Abu Musa di Rodja TV).
Moderator
: “Video apa yang Musa suka?”
(Disaat anak2 lain menjawab lantang, ‘ipin-upin, spiderman, timmy time, harry potter. Apa jawaban Musa?). Musa
: “Video Muhammad Thoha, ceramah Syaikh Bin Baaz, Syaikh
Utsaimin, dan Ustadz Yazid” Abu Musa
: “Musa terbiasa melihat video masayikh, murattal, dan ceramah2 di
TV sunnah. Kami menyanjung-nyanjung mereka, mereka itu orang hebat bang Musa, faqih, dst. Sehingga Musa termotivasi dan mengidolakan mereka”. Pesan dari Abu Musa Ayah dari penghafal Al-Qur’an usia sekitar 5,5 tahun. Dialog melalui WA dengan Abu Musa di Jeddah Saudi Arabia Admin Assunnah:
“Akhi bisa kasih pesan khusus untuk anak2 agar rajin menghafal Al-Qur’an karena akan saya sebarkan di BBM, fb dll, singkat saja abu”. La Ode Abu Hanafi (Abu Musa)(menulis) : “Cari istri sholehah, istiqomah dan sabar yang luar biasa, tegakkan Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar kepada anak meskipun masih kecil, jauhkan dari musik dan tontonan yang merusak, tanamkan aqidah dan tauhid kepada anak, tanamkan siapa Ahlu Sholah dan siapa Ahlu Maksiat. Orang tua harus menjadi contoh anak. Orang tua ketika Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar harus ada rasa tega diri mereka kepada anakanak. Contohnya ketika memerintahkan belajar…banyak orang tua yang tidak tega. Selain yang di atas, harta kita keluarkan unttuk anak belajar”. Admin Assunnah: “Barakallahu fiik jazakallah khoyron”. Masih ada lagi akhi ? La Ode Abu Hanafi (Abu Musa): “Tentukan jadwal anak seketat mungkin, kapan belajar, makan, mandi, bermain. Dan orang tua harus istiqomah dan jangan di remehkan dan di langgar. Tidak usah pedulikan perkataan orang. Emas tidak akan jadi mulianya dan berharga kecuali setelah penempaan yang luar biasa. Kelembutan dan ketegasan ( keras terkadang juga sangat bermanfaat) harus senantiasa ada”. Admin Assunnah: “Barakallahu fiik masyaa Allah jazakallah khoyron. Semoga bermanfaat untuk saudara kita yg lainnya”. (4 Ramadhan 1435/ 2 Juli 2014). Semoga dialog ini bermanfaat untuk kita semua. (4 Ramadhan 1435/ 2 Juli 2014.abangdani.wordpress.com)
Sabtu, 12 Maret 2011 Mengenal Sosok Penghafal Quran Cilik di Negeri Sakura Posted by Ahmad Khan on 3/12/2011 05.42.00 PM
Islamedia - Banyak kisah-kisah insppiratif yang makin meningkatkan kecintaan saya pada Allah semata. Entah, mungkin rasanya di negeri minoritas musllim yang serba sulit, sulit mencari makanan halal, sulit mencari jilbab, sulit mencari buku-buku Islam, dan lain sebagainya. Akan tetapi, semua kesullitan tersebut, tidak membuat kami para muslim menjadi tidak semangat dalam menuntut ilmu. Meskipun jarak dari rumah ke masjid sangat jauh, harus ditempuh puluhan kilometer dengan turun naik kereta atau bus bukanlah penghalang buat mereka yang haus akan ilmu. Kali ini, saya akan bercerita tentang sebuah kisah yang paling menggugah hati saya, bahkan dalam hidup saya. Anak kecil itu masih polos, masih berumur 10 tahun 10 bulan. Dia disalami banyak orang di Masjid Otsuka, kemarin sore. Anak kecil ini adalah Alayen, seorang anak yang sudah mampu menghafal seluruh isi Quran, dengan bacaan Mumtaaz. Memang anak ini bukan keturunan Jepang, melainkan keturunan Pakistan. Tapi, hampir semua orang Pakistan yang ada di Jepang tinggal selamanya di Jepang untuk berdakwah dan berbisnis. Minggu itu adalah sebuah momentum bagi seluruh muslilm di Jepang. Momentum untuk meningkatkan kecintaan kita pada Quran. Alayen membuka mata banyak muslim agar mengikuti jejaknya untuk menghafal Quran. Kemarin sore pula, dia diberi gelar Al-Hafidz oleh Holy Quran Memorization International Organization, Saudi Arabia. Pemerintah Saudi Arabia datang langsung ke tempat kami untuk memberikan gelar tersebut kepada Alayen. Bahkan, Pemerintah Saudi Arabia pun memberikan beasiswa kepada Alayen "Full Scholarship" sampai kuliah. Alhamdulillah, panitia memberikan kesempatan kepada orang tua dan guru hafidz Alayen untuk berbagi pengalamannya. Inilah sepenggal cerita dari Ayah Alayen yang membuat saya sadar akan pentingnya Quran
Memang kita hidup di negeri yang bukan non Muslim, tapi saya ingin mempertahankan agar anak-anak saya tetap mendapat pendidikan Islam. Saya tidak memasukkan anak-anak saya ke nihon no gakko (Sekolah Jepang). Saya biarkan anak saya hanya belajar di Masjid dan menghafal Quran, karena saya ingin dia benar-benar fokus menghafal Quran dan tidak memiliki pikiran lain selain menghafal Quran. Lalu orang-orang di sekitarku bertanya "kenapa tidak dimasukkan saja ke sekolah Jepang sambil menghafal Quran, jadi dia nanti bisa pintar keduanya?". Saya yakin pada Allah, bahwa ketika seseorang sudah bisa menghafal Quran, maka dia akan mampu menguasai semua bidang. Lalu Ayah Alayen berkata dengan bangga, "Sekarang anak saya bisa melanjutkan sekolah langsung naik kelas 5 SD melalui test di sekolah, dan kini dia bisa berbahasa 4 bahasa dengan baik, Inggris, Jepang, Arab, dan pastinya bahasa Urdu." Sekarang mata saya terbuka, sebelum belajar apapun, manusia itu harus belajar Quran. Dan yakinlah, orang-orang yang mempelajari dan mengajar Quran akan mendapat derajat yang lebih tinggi. Semoga, kita juga bisa menjadi penghafal Quran. Penulis Nurul Septiani, SKM Kontributor Islamedia Dakwah Mancanegara Sumber: http://www.islamedia.web.id/2011/02/mengenal-sosok-penghafal-qurancilik-di.html
Kisah Nyata: Ketegaran Bara’ah, Gadis Cilik Penghafal Al-Qur’an & Pengidap Kanker
Bara’ah Abu Lail saat masih balita Al Qur’an Telah Membuatnya Seteguh Karang Menghadapi Ujian yang Datang Bertubi-tubi Berikut ini adalah kisah Bara’ah Abu Lail, gadis kecil yang menderita kanker ganas stadium akhir dan menjadi yatim piatu hanya dalam lima hari.
Bara’ah Abu Lail, hafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun. Namun Allah lebih Menghendakinya bahagia di jannah-Nya. Anak kecil ini divonis terkena kanker ganas. Setelah ibunya lebih dulu meninggal dunia karena penyakit yang sama. Saat ibunya mengetahui umurnya tidak lagi panjang, sang ibu berkata kepada anaknya yang tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya : “Anakku…. aku sebentar lagi, ibu akan mendahului kamu menuju jannah Allah. Dan ibu ingin engkau setiap hari membacakan Al Qur’an yang telah engkau hafalkan di telinga ibu. Kelak, Al Qur’an itulah yang akan menjagamu di dunia (sepeninggal ibu) Demikianlah setiap sore gadis kecil ini membacakan Al Qur’an di telinga ibu yang terbaring lemah di rumah sakit. Suatu hari ayah Bara’ah mendapat berita sangat penting dari rumah sakit bahwa kondisi istrinya kritis. Maka tanpa pikir panjang ia bergegas mengajak Bara’ah menuju rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, sang ayah tidak ingin anaknya ikut bersamanya melihat apa yang terjadi dengan ibunya. Ia khawatir gadis kecil itu shock jika mendengar kabar kondisi terburuk yang terjadi pada ibunya. Rupanya sang istri benar-benar sedang kritis. Dalam kondisi sangat berduka ayah Bara’ah bergegas menuju mobilnya untuk memberitahukan kondisi ibunya, namun Allah berkehendak lain. Karena guncangan jiwa akibat musibah yang diterimanya, ia tidak fokus saat menyeberang jalan. Qaddarullah, sebuah mobil menabraknya. Laki-laki itu pun meninggal seketika di hadapan putri tercintanya. Bara’ah menangis tersedu-sedu sambil memangku jasad ayahnya tercinta yang sudah tak bernyawa lagi. Belum selesai musibah yang harus dihadapi gadis kecil ini, lima hari berselang dari wafatnya sanga ayah, ibunya tercinta pun menyusul dipanggil Allah menghadap-Nya. Tinggallah Bara’ah sebatang kara di negeri orang. Kedua orangtua Bara’ah adalah warga negara Mesir yang bekerja sebagai tenaga medis di Arab Saudi.
Bara’ah Abu Lail setelah hafal Al-Qur’an, lalu ditinggal meninggal dunia oleh ayah dan ibunya, kemudian menjadi yatim-piatu, dan tak lama setelah menjadi yatim-piatu, ia pun akhirnya meninggal karena penyakit kanker.
Tidak berselang lama, tanpa sebab tanpa gejala apapun sebelumnya, gadis kecil ini merasakan kesakitan yang luar biasa sebagaimana dialami oleh ibunya. Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata ia pun mengidap penyakit kanker stadium akhir seperti yang dialami oleh ibunya. Namun dengarlah apa yang diucapkan gadis kecil ini ketika ia tahu apa yang dialaminya : “alhamdulillah …. sebentar lagi aku akan menyusul papa dan mama….!!!” Seluruh yang mendengar ucapan gadis kecil itu terkejut bukan kepalang. Ujian dan musibah yang bertubi-tubi menimpa anak sekecil itu tetapi tidak sedikit pun membuatnya putus asa atau gundah gulana. Ia bahkan begitu sabar menghadapi beratnya cobaan hidup yang dihadapinya. Subhaanallaah… Al-Qur’an membuatnya seteguh karang menghadapi ujian yang bertubitubi datang. Seorang dermawan Saudi Arabia lalu membiayainya untuk berobat ke Inggris. Berikut adalah video suara terakhir dari Bara’ah, sesaat sebelum Allah memanggilnya kembali menghadap-Nya, di Jannah-Nya, Insya Allah. (oleh: Ustadz Fuad Al Hazimi, via: voa-Islam) http://youtu.be/eSrV4d6Pq1M * Kami hidup hanya untuk mati. Semua manusia begitu, tapi sedikit yang mau mengakuinya. Kami tak takut mati, karena mati itu keniscayaan. Tiada beda mati kini atau nanti. Yang menjadikannya beda hanyalah caranya. Kami adalah kaum yang akan maju berdesakdesakan ketika pintu menuju syahid terbuka. (IslamIsLogic.wordpress.com – “guide us to the straigh path” , QS 1:6) IslamIsLogic.wordpress.com fb.com/IslamIsLogic
Seorang bocah meng-Islamkan ribuan orang Sebuah buku “Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang” ini mengisahkan tentang anak bernama Syarifuddin Khalifah yang terlahir dari keluarga Kristen Khatolik ternyata mampu menghafal Al-Qur’an di usia 1,5 tahun. Allah SWT. memperlihatkan keajaiban bocah Arusha, kota kecil di utara Tanzania, Afrika. Dikisahkan, penduduk di Arusha yang hanya berjumlah 1.2 juta orang, dimana mayoritas penduduk beragama Kristen, baik Kristen Anglikan dan Kristen Katolik, lahir anak yang di usia 4 bulan sudah mampu membaca ayat suci Al-Qur’an. Anak pasangan Francis dan Domisia ini pun semakin membuat kehebohan ketika di usianya yang masih beberapa hari, menolak untuk dibaptis di Kingori Baptis Church. “Mama usinibibaptize, naamini kwa Allah na jumba wake Muhammad saw!”
Begitulah Syarifuddin kecil mengucapkan pada kedua orangtuanya dalam bahasa Arusha. “Ibu, tolong jangan baptis saya, saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad SAW.” Jauh setelah acara pembaptisan yang gagal,
Allah
SWT.
makin
memperlihatkan
kebenaran
ajaran-Nya
dengan
memperlihatkan kemampuan Syarifuddin menghafal Al-Qur’an maupun shalat lima waktu tanpa ada yang mengajarkan maupun mencontohkan. Melihat
keajaiban
demi
keajaiban,
Francis
dan
Domisa
akhirnya
mengucapkan dua kalimat syahadat. Mereka resmi masuk Islam dengan disaksikan oleh Ustaz Ismael. Penduduk yang sebelumnya mayoritas beragama Kristen pun mulai percaya kebenaran dari Allah SWT. dan mereka ramai-ramai masuk Islam. Tak heran, kini ribuan orang telah diislamkan oleh Syarifuddin. Suatu ketika Syarifuddin yang sudah digelari Syekh ini datang ke Ethiopia. Ribuan orang hadir di stadion Ethiopia. Tak cuma kaum muslimin, justru yang hadir mayoritas umat Kristiani. Harap maklum, anak yang terlahir dari keluarga non muslim memiliki magnet yang begitu kuat di kalangan Kristiani. Mereka yang tidak percaya maupun setengah percaya ingin melihat langsung sosok Syarifuddin. Bahkan, mereka yang tidak percaya sempat mengatakan pada Syekh, “Are you Jesus?” Kemudian dengan tenang Syakh Syarifuddin menjawab, “No…I’m not Jesus, I’m created by God. The same God who created Jesus.”. Di stadion Ethiopia itu pula, bocah ini membimbing umat Kristiani untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Subhanallah! (sosok.kompasiana.com)
TNI-AL Hafal Al-Qur’an Di Indonesia, tidak banyak anggota TNI-AL yang mampu menghafal AlQur’an 30 juz dan berprestasi dengan kemampuannya itu. Salah satu yang tak banyak itu adalah Letda Laut (P) Makarim Umar. Lajang 28 tahun itu adalah juara di ajang Musabaqoh Hifdzil Quran yang biasa diselenggarakan Dinas Perawatan Personel Angkatan Laut (Diswatpersal). Makarim menjadi pemenang untuk kategori hafalan 30 juz. Prestasi tersebut menambah deretan penghargaan yang diterima Makarim. Dia juga pernah mewakili Indonesia untuk mengikuti kompetisi MHQ internasional di Arab Saudi. “Di Arab Saudi, saya hanya dapat penghargaan peringkat delapan”, ujarnya. Ketika di Arab Saudi itu Makarim mewakili Indonesia bersama tiga prajurit
lain. Meski kompetisi tersebut terbatas untuk para tentara, tetap saja bagi Makarim sangat membanggakan. “Saingannya prajurit muslim negara lain”, kenangnya. Bagi Makarim, menjadi seorang hafidz dan tentara adalah sesuatu yang kadang kurang bisa dikompromikan. Maklum, sejak memutuskan bergabung menjadi prajurit penjaga laut pada 2009, kemanapuan menghafalnya sering berkurang. Padatnya aktivitas di awal karir harus membuatnya rela kehilangan hafalan beberapa surat Al-Qur’an. Dia mengatakan, sejak masuk militer, tanggungannya semakin berat. Sebab, dia berkewajiban menjalankan tugas sebagai prajurit juga. Karena itu, untuk mau menambah hafalan, dia harus memikirkannya baik-baik. “Di militer memang lebih lupa. Menjaga saja berat, mau nambah jadi pikir-pikir”, imbuhnya. Dia menggambarkan, awal masuk militer sebenarnya dia sudah menghafal 20 juz. Namun, saat itu yang bisa dikatakan benar-benar lancar hanya 10 juz. Nah, sibuk latihan dan hidup yang serba teratur membuat hafalannya naik turun. Beberapa ayat yang dulu samar-samar hafal malah hilang sepenuhnya. Meski demikian, semua itu dia jadikan tantangan. Tekadnya, jangan sampai hafalan itu semakin hilang. Meski kesibukan kadang membuat istiqamahnya naik turun, dia tetap ingin bisa menghafal Al-Qur’an. Mau tidak mau, setiap hari dia harus menyempatkan untuk membaca kitab suci itu. Setiap ada waktu luang, dia mencoba membaca Al-Qur’an. Malam adalah waktu yang kerap dia pilih untuk membaca. Sedikitnya, dalam sehari pria asli Purworejo, Jawa Tengah, itu harus bisa membaca lagi hafalannya satu juz. Namun, sebenarnya itu tidak cukup karena idealnya satu hari adalah lima juz. “Karena situasinya begini, bisa satu juz sudah alhamdulillah”, katanya. Kegigihannya untuk bisa membagi waktu tersebut berbuah manis. Hafalan yang kedodoran di awal masuk militer, akhirnya terus-menerus bisa diperbaiki. Akhirnya, Makarim berhasil memenangi juara MHQ untuk kategori 30 juz. “Meski sulit, beban moral untuk menjaga hafalan itu ada. Termasuk beban menambah”, terangnya. Menjadi hafidz juga berdampak pada kehidupan sehari-hari. Secara otomatis dia harus menjaga sikapnya. Jangan sampai predikatnya sebagai penghafal AlQur’an rusak karena perilakunya yang kurang terpuji. Yang paling sulit adalah menjaga agar shalatnya tetap lima kali dan tepat waktu. Tidak peduli padatnya aktivitas ataupun kegiatan latihan, Makarim berupaya bisa shalat tepat waktu.
“Beruntung, sejauh ini kegiatan militer tidak pernah membuatnya meninggalkan shalat fardu. Soal ketepatan waktu, shalat Makarim juga tidak perlu diragukan. “Selama ini masih bisa tepat waktu”, tuturnya. Makarim menceritakan, kemampuannya menghafal Al-Qur’an muncul sejak kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an An-Nur Jogjakarta. Tepatnya, saat semester IV mulai berjalan dan diawali dengan menghafal surat Al-Baqarah. ’’Lulus kuliah sebenarnya sudah hafal 20 juz. Tetapi, yang benar-benar lancar sekitar 10 juz,’’ jelasnya. (www.birayang-hafal-quran.)
Bagaimana dengan kita, sesibuk apakah kita sehingga menghambat hafalan?. Semoga kisah ini menjadi solusinya. Amin...
Lamaran Ditolak, Nekat Menghafal Al-Quran Daud Dzal Aidi, begitulah nama lengkap pemuda tersebut. Daud adalah seorang pemuda yang polos, bisa dikatakan belum banyak terinfeksi pergaulan bebas anak muda zaman sekarang. Daud pun tidak terbiasa bergaul dengan lawan jenis terlalu jauh, hanya sekadar muamalah biasa. Namun ternyata Daud memendam perasaan terhadap seorang wanita yang pernah ditemuinya sekilas dalam acara seminar remaja Islam di Jakarta, Fatimah namanya, kebetulan Daud menjadi panitianya dan Fatimah yang membaca ayatayat suci Al-Quran. Daud terkesan dengan suara indah dan lengkingan ayat-ayat yang dibacakan oleh Fatimah seakan sudah menguasai betul nagham dalam ilmu tilawah, mulai dari bayati, shoba, hijaz dan sebagainya. Singkat cerita tiga, bulan kemudian, Daud rupanya sudah ada niat ingin melamar Fatimah, sinyal cinta itu timbul begitu saja, percakapan seperlunya pun hanya melalui pesan singkat sms. “Fatimah, saya mau silaturahim ke rumah orang tua kamu, boleh saya minta alamat lengkapnya, maaf jika kurang berkenan,” setelah berpikir panjang dengan kata-katanya akhirnya sms itu terkirim juga. “Iya kak, silakan datang saja, rumah orang tua saya yang bercat putih percis di dekat gerai batik, atau tanya saja di mana rumah Bapak Ahmad Mubarak, insya Allah semua tahu.” Balas Fatimah dengan perasaan penuh harap dan cemas. Setelah mencari sana-sini bersama kawan akrabnya, Amir, Daud pun akhirnya sampai juga di kediaman orang tua Fatimah di bilangan Jakarta. Dengan sedikit perasaan tegang karena pengalaman pertama menghadap orang tua calon belahan jiwa yang ingin dilamar, sebagai sahabat Amir pun langsung menyejukkan
suasana agar Daud tetap tenang dan santai. Lalu, masuklah mereka setelah diizinkan oleh tuan rumahnya, kemudian bersalaman kepada bapak dan ibunya Fatimah, obrolan pun dimulai dan inilah yang terkenang. “Fatimah sudah banyak cerita tentang kamu, ayah pun paham kondisi kejiwaannya ketika dia menyukai sesuatu yang diinginkan, dan ngambeknya dia ketika keinginannya tidak tercapai, tapi dia lebih dewasa dari kakaknya, Aisyah.” Ujar ayah Fatimah dengan penuh wibawa menjelaskan tentang tabi’at dan sedikit kepribadian anak perempuannya itu. “Iya pak, maksud kedatangan saya pun ke sini untuk silaturahim dan juga ada niat ingin mengkhitbah Fatimah putri bapak, itu pun jika belum ada yang taqdim (mengajukan lamaran), mohon maaf bila kurang berkenan dan terkesan kurang sopan, jika diterima saya akan langsung bicara ke orang tua saya di kampung untuk mengadakan proses khitbah secara resmi,” Daud pun menjelaskan maksud kedatangannya hendak melamar Fatimah. Meski agak sedikit gugup, namun Daud akhirnya merasa plong. “Maaf ya Daud, ibu bukannya tidak percaya sama kamu, ibu cuma khawatir bagaimana nanti kehidupan rumah tangga anak ibu jika kamu sendiri belum memiliki pekerjaan tetap. Sebenarnya ibu pun sudah punya calon untuk Fatimah, putranya kawan ibu yang kebetulan masih satu kantor sama bapak, dia sudah siap segalanya.” Sang ibu langsung memotong pembicaraan karena sudah tahu di mana keluarga Daud tinggal, yaitu di kampung pedesaan. Daud paham dan sadar bahwa dirinya bukanlah anak orang berada, sebenarnya. Daud pun tidak mengetahui sebelumnya kalau ternyata Fatimah anak seorang pejabat yang disegani. “Iya bu, saya paham kondisi saya sekarang, tapi saya tetap berusaha memiliki pekerjaan yang halal dan baik, tentunya saya pun merasa nyaman dengan pekerjaan itu, tidak gelisah. Saya berterima kasih kepada ibu dan bapak karena sudah menerima saya untuk bersilaturahim, saya mohon maaf jika kehadiran saya mengganggu waktu ibu dan bapak.” Daud pun pamit kepada kedua orang tua Fatimah, sebelum meninggalkan rumah, ayahnya Fatimah menghampiri Daud di pintu gerbang rumahnya, beliau berkata kepada Daud, “Nak, ayah sangat bangga kepadamu atas keberanian kamu hendak melamar Fatimah, ayah sebenarnya setuju saja jika kamu nantinya menjadi imam buat Fatimah, rasanya baru kemarin ayah mengasuh dan mendidiknya, ternyata Fatimah sekarang sudah dewasa. Maaf ya nak, ayah tidak tahu kalau ternyata ibu sudah mempunyai calon suami buat Fatimah. Kamu harus menjadi
lelaki yang kuat, tetap berikhtiar, dan tentunya harus menyertakan Allah dalam setiap keputusanmu, ayah doakan kamu mendapatkan calon istri yang terbaik.” Nasihat ayah Fatimah yang cukup bijak. “Terima kasih pak, semoga putri bapak juga mendapatkan calon suami yang bisa membimbing Fatimah dalam mahligai pernikahan yang diridhai Allah SWT.” Daud pun mencium tangan ayah Fatimah sebagai rasa takzdim kepadanya dan langsung berpamitan. “Kak, maafkan Fatimah dan kedua orang tua Fatimah jika silaturahim kakak jadi kurang berkesan, Fatimah tidak tahu jika ibu ingin menjodohkan Fatimah dengan orang lain. Fatimah akan bicara ke ibu kalau Fatimah tidak mau dijodohkan. Kak, besok Fatimah mau kembali ke KL, melanjutkan kuliah. Doakan Fatimah.” Fatimah langsung mengirimkan sms ke Daud, ia merasa sangat khawatir jika Daud kecewa. “Tidak ada yang perlu dimaafkan dan tidak ada yang salah, justru saya yang mohon maaf. Ikuti saja nasihat ibu, beliau tahu mana yang baik untuk anaknya, jangan mengikuti hawa nafsumu. Kakak doakan semoga perjodohan itu bisa membuat kamu lebih fokus dalam belajar karena sudah jelas tujuan hidupnya.” Tutup Daud seraya mendoakan yang terbaik untuk Fatimah. Hari berganti hari, tepat pada hari Sabtu pagi setelah shalat subuh, terlihat Daud khusuk mendengarkan pengajian tafsir di sebuah masjid raya kota Bekasi yang dipimpin ustad Abdul Hakim. Ustad Abdul Hakim adalah seorang imam besar yang sangat masyhur keahliaannya dalam bidang Tafsir Al-Qur’an, beliau lulusan AlAzhar Mesir, tak aneh bila setiap ada jadwal kajian masjid selalu penuh, banyak jama’ah dari jauh yang juga sengaja datang untuk mendapatkan pencerahan ilmu dan hikmah darinya.
َّ ِين ِمنْ عِ َبا ِد ُك ْم َوإِ َما ِئ ُك ْم إِنْ َي ُكو ُنوا فُ َق َرا َء ي ُْغن ِِه ُم َ “ َوأَ ْن ِكحُوا األ َيا َمى ِم ْن ُك ْم َوالصَّالِح ُ َّللا َّ ِمنْ َفضْ ِل ِه َو َّللا ُ َواسِ ٌع َعلِي ٌم Ayat 32 dari surat An-Nur ini adalah anjuran untuk menikah, maksudnya, hendaklah laki-laki yang belum menikah atau tidak beristri atau wanita-wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat menikah. Oleh karena itu, anggapan bahwa apabila menikah seseorang dapat menjadi miskin karena banyak tanggungan tidaklah benar. Demikian salah satu isi kajian ustad Abdul Hakim yang dibawakan dengan penuh kewibawaan dan retorika yang lantang. Ternyata tema pembahasan tafsir kali ini sangat menyentuh hati dan perasaan Daud, dia terpana dengan penggalan ayat ini, “Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka
dengan karunia-Nya”. Setelah pengajian usai, Daud pun langsung menghampiri sang ustad, rupanya dia ingin bicara empat mata seraya mencurahkan masalah dan ujian hidup yang dialaminya agar diberikan solusi yang tepat dan mencerahkan. Akhirnya Daud diajak ke kamar khusus imam di lantai 2 masjid. Dengan panjang lebar Daud bercerita tentang semua hal yang terjadi dalam perjalanan hidupnya, tak terasa air mata Daud pun berlinang. “Mas Daud, kita tidak memiliki kemampuan untuk mengubah masa lalu dan tidak mampu menggambarkan masa depan dengan gambaran yang kita kehendaki, lalu mengapa kita bunuh diri sendiri dengan bersedih atas apa yang kita tak mampu mengubahnya??!! Bersabarlah dengan skenario Allah yang indah.” Banyak kata-kata hikmah yang keluar dari lisan keikhlasan sang ustad, akhirnya Daud bertekad ingin bangkit kembali, bangun dari tidur yang panjang. Ada satu azzam Daud yang sungguh luar biasa, yaitu ingin mengkhatamkan hafalan AlQur’an 30 juz dan memohon kepada ustad Abdul Hakim untuk mendengarkan hafalannya sampai tuntas, karena hatinya bergetar ketika sang ustad menyarankan untuk menghafal Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an merupakan obat dari berbagai macam penyakit. Air mata Daud pun langsung terurai menetes ketika ustad Abdul Hakim membacakan sebuah hadist keutamaan seorang penghafal Al-Qur’an yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya: “Dari Buraidah al-Aslami Ra., ia berkata bahwasanya ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Pada hari kiamat nanti, Al-Qur’an akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya.
Al-Qur’an
akan
berwujud
seseorang
dan
ia
bertanya
kepada
penghafalnya, ‘Apakah Anda mengenalku?’ Penghafal tadi menjawab, ‘Saya tidak mengenal kamu.’ Al-Qur’an berkata, ‘Saya adalah kawanmu, Al-Qur’an yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya, setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan.’ Maka, penghafal Al-Qur’an tadi diberi kekuasaan di tangan kanannnya dan diberi kekekalan di tangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat dibayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya, ‘Kenapa kami diberi pakaian begini?’ Kemudian dijawab, ‘Karena anakmu hafal Al-Quran.’ Kemudian, kepada penghafal Al-Qur’an tadi diperintahkan, ‘Bacalah
dan naiklah ke tingkat-tingkat surga dan kamar-kamarnya.’ Maka, ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil).” Setelah melewati masa-masa sulit dalam menghafal Al-Qur’an, alhamdulillah akhirnya Daud dapat mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun. Ustad Abdul Hakim merasa bangga dan terharu atas kegigihan dan kesungguhan Daud, ustad Abdul Hakim pun memberikan sanad hafalannya ke Daud dan berpesan kepada Daud yang dikutip dalam sebuah hadist diriwayatkan oleh imam Bukhari: “Jagalah Al-Qur’an, demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, AlQur’an itu lebih cepat lepas dari pada seekor onta dari ikatannya.” Sungguh nasihat yang penuh makna. Setelah itu giliran Daud yang ingin diajak bicara empat mata oleh ustad Abdul Hakim, rupanya ada satu hal penting lagi yang ingin disampaikan sang ustad berkaitan dengan jodoh. “Mas Daud, maaf jika ini menyinggung perasaan mas Daud. Ada orang tua yang datang kepada saya, kebetulan masih jama’ah saya juga, namanya bapak Abdullah, seorang pemimpin perusahaan elektronik di Jakarta, Ph.d lulusan Amerika, dia memiliki 3 putri cantik, dia ingin minta dicarikan calon suami untuk anaknya, kriterianya hanya bisa membimbing putrinya dalam hal Agama, menjadi imam yang baik buat putrinya.” Dengan penuh kehati-hatian ustad Abdul Hakim menyampaikannya, tapi tetap dengan kekhasan senyuman di wajahnya yang bersinar. “Sebelumnya saya berterima kasih karena ustad sudah menyampaikan hal itu, tapi saya mohon maaf, bukan saya menolak, tapi saya takut tidak bisa mengikuti keinginan yang biasa keluarga dia lakukan, karena saya terbiasa hidup sederhana dan memang dari keluarga sederhana.” Jawab Daud juga dengan rona wajah takut mengecewakan perasaan guru ngajinya itu. “Ya sudah, sekarang kamu istikharah, jangan lupa hal ini diberitahu ke orang tuamu di kampung.” Demikian nasihat Ustad Abdul Hakim kepada Daud.“Insya Allah, ustad.” Tutup Daud. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Akhirnya Daud pun menemukan belahan jiwanya, putri bungsu bapak Abdullah, Nourhan Abdullah. Putri bungsu yang manja dan ceria, lulusan Psikologi Universitas Indonesia, itulah bidadari surga yang dipersunting Daud menjadi istrinya. Kini hidup Daud penuh keberkahan, dia memimpin sebuah pesantren Tahfizh modern di Bogor, yang juga mempelajari sains dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Pesantren Al-Qur’an dan Teknologi Fakhruddin Ar-Razi, Daud mengambil berkah dari nama seorang ulama yang sangat terkenal
dan
sangat
berpengaruh
pada
masanya
itu.
Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari kisah di atas adalah, “Kalau datang kepadamu seorang laki-laki yang kamu sukai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah. Kalau tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi.” Demikian pesan nabi Muhammad Saw. kepada para orang tua, khususnya yang memiliki putri yang belum menikah. (Dakwatuna.com).
Kisah Wanita penghafal Qur’an yang ditimpa Penyakit Tumor Otak. Sebuah kisah dari perjalanan Aminah Al-Mi’thowi yang mencengangkan, dia bertutur, “Aku adalah wanita yang dulu kuduga bahwa diriku sudah meninggal sebelum lahir, karena aku menghadapi beberapa musibah yang beragam dalam hidupku. Sesuatu yang tidak terbayangkan dalam benakku. Namun. Alhamudillah, keyakinanku pada Allah semakin kuat. Saat aku binggung memaknai kehidupan sekelilingku, aku berserah diri kepada-Nya. Aku dulu berpenyakit tumor otak. Tidak terlalu buruk, tapi penyakit itu mengerikan. Biarpun penanganan terus-menerus dan teratur, tapi tidak ada tanda-tanda baik selama empat tahun. Namun secara internal, aku yakin bahwa Allah tidak mengujiku dengan penyakit melainkan untuk memberiku sesuatu yang luhur lagi agung dan mengampuni dosa-dosaku. Jadi, ujian itu ada pelajaran yang tidak kita ketahui hikmahnya. Terakhir kalinya aku mengunjungi dokter, mataku merasakan dunia tampak gelap disebabkan akhir pemvonisan. Kabar yang selamanya tidak menyenangkan. Lalu
aku
putuskan
untuk
menghafal
Al-Qur’an.
Mulanya
bukan
untuk
kesembuhanku, tapi niatku menghafalnya sebelum mati, karena awalnya aku merasa ajalku telah dekat. Aku memulai hafalan sendiri. Kadang-kadang aku bersungguh-sungguh, namun kadang pula semangatku melemah. Karena aku yakin memayahkan otak dengan hafalan bisa menambah ganas penyakit. Dan dengan cepat, aku tidak melewati beberapa juz yang terpisah. Aku memuji Allah siangmalam karenanya. Sampai aku menghafal surat Al-Baqarah sepenuhnya. Demi Allah, perasaanku tidak bisa di utarakan. Dan kebahagiaanku sangat besar dengan menyelesaikannya. Perasaan senangku melupakan penyakitku, sekalipun aku juga sibuk dengan membantu ayah dan ibu. Dari momen itu, aku mulai menghafal. Tapi keinginan untuk tidur selalu menyerangku, paling banter aku tidur hampir 16 jam sehari. Namun aku khawatir
waktuku akan habis percuma. Maka aku berserah diri kepada Allah. Segenap diriku yakin akan terjauh dari setan. Dan aku mengalahkannya dengan memperbanyak wudlu’. Memang wudlu adalah stimulant yang mengagumkan. Aku banyak bergerak, pantang mundur, aku tetap menghafal dan tetap meminta bantuan Allah dengan shalat dan istighfar. Ketika aku membaca firman-Nya yang artinya :“Berkata Musa, “Itulah mereka sedang menyusuliku dan aku bersegera kepada-Mu ya Tuhanku, agar supaya engkau ridla (kepadaku)” (Thaha:84). Tangisku tiba-tiba mengucur deras, merasa dalam waktu dekat aku akan mati. Karena itu, aku harus menghafal Al-Qur’an
sampai
bertemu
Allah
dengan
kitab-Nya,
mudah-mudahan
dia
mengampuniku. Aku sempurnakan perjalanan hafalan, berpindah dari halaman ke halaman dan dari baris ke baris. Pada saat yang bersamaan melawan rasa sakit, melawan bisikan setan dan nafsuku sendiri. Tapi dengan apa aku akan menghadap Allah?. Aku mengharap penolong, aku inginkan penghibur dalam kuburku. Kubur itu sunyi. Jika semangatku melemah, dengan cara apa aku berbakti kepada kedua orangtuaku, aku berharap memuliakan mereka di hari kiamat dengan mahkota, bukankah mereka juga memperhatikan sakitku ini, sakit yang aku derita?. Begitulah aku juga selalu teringat dengan perkataan malaikat nanti padaku, “Bacalah dan naiklah.” Maka tinggi dan luhurlah niatku menghafal Al-Qur’an. Aku dalam peperangan kompetisi, sampai akhirnya aku down dan dunia terasa gelap, aku merasa tidak mungkin menghafal Al-Qur’an karena sakitku. Hampir saja aku meninggalkan amalan mulia ini. Namun yang sulit bagaimana aku membantu ibu dan bapakku?. Aku menangis panjang di keheningan malam. Lalu aku membaca Al-Qur’an, hingga akhirnya mataku tertuju pada firman Allah yang artinya :“Dan sesungguhnya telah kami jadikan kapal itu sendiri sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?.” (Al-Qomar:15). Demi Allah, seakan-akan aku baru pertama kali membacanya. Allahu Akbar. Allah telah menanggungku
dengan
mudah
menghafal. Lalu kenapa
aku
tidak
minta
pertolongan-Nya dan memperbaharui tekadku?. “Demi Allah, aku tidak akan menghadap Allah melainkan kitab-Nya sudah ada dihatiku.” Aku sempurnakan perjalanan hafalan, hari-hari berlalu, sedang aku bersungguh-sungguh, sampai akhirnya datang malam khataman. Aku putuskan untuk tidak tidur sebelum menghafal.. aku berwudlu, lalu shalat dua raka’at, dan
mulai menghafal. Dan pada malam itu dengan karunia-Nya, Allahu Akbar, Allah membuka pintu hatiku lebar-lebar. Aku menghafal dengan puncak konsentrasi dan kebahagiaan. Sampai aku mencapai kemuliaan hafalan.. Dan Akhirnya, tampak olehku surat an-Nas, Alhamdulillah, ya Allah akhirnya aku sampai, disini aku mengucurkan air mata yang belum pernah terasa manis sebelumnya. Lalu aku menangis dari relung hati yang terdalam. Aku telah hafal AlQur’an sebagaimana orang yang diajukan untuk mendengar di depan malaikat dan pemimpin orang-orang syahid. Kematian terbayang olehku terasa dekat. Dengan khatam ini, aku merasa seperti baru di lahirkan, Apa, kelahiran !! segala puji bagi Allah yang maha mampu atas segala sesuatu. Dan ketika menghendaki suatu perkara, dia katakan padanya, “Jadilah!.” Maka terjadilah”. Ketika itu aku merasa ajal mendekat. Tetapi perasaanku tidak seperti dulu lagi. Sekarang aku merasa senang, karena akan bertemu dengan-Nya sedang aku telah menghafal kitab-Nya. Selang beberapa hari, aku pergi mengobservasi analisa tumor. Dan aku dalam
keadaan
bersiap-siap
menerima
musibah.
Namun,
aku
ditimpa shock yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dokter keluar mengabari hasil analisis. Namun, di sana hanya ada hal yang terindikasi trouble. Ruang hasil analisa tampak kacau balau. Dokter tampak tercengang, mereka berkumpul untuk menguatkan apa yang dilihat pada sinar-X. Aku duduk sambil berdo’a, “Ya Allah, selamatkanlah musibahku. Dan gantilah dengan yang lebih baik.” Menit berlalu bagaikan tahun. Aku merasa down saat dokter mulai mengabari hasilnya. Dan aku terperanjat shock saat dokter bilang, “Subhanallah, engkau sudah sembuh sempurna dengan proporsi 70% !!!. Allahu Akbar.. Allahu Akbar Allahu Akbar. Ya Allah, alangkah agungnya berita ini, aku yang mengharap kemajuan hanya 1%, seketika itu menangis dengan tangisan yang belum pernah kulakukan sebelumnya dalam hidupku. Maha benar firman-Nya. Dalam Al-Qur’an ada penyembuh bagi manusia. “maka jangan berputus asa dari rahmat-Nya. Setiap yang Dia tulis pada kita adalah rahmat dan belas kasih-Nya. (herangmanah.blogspot.com)
Alvin: Hafidz (ayat dan terjemahan) Alquran 17 Juz Ada yang berbeda dari Pengajian bulanan pada hari Kamis pagi kemarin (25/04). Pasalnya, yang berada di depan audiens--yang terdiri dari seluruh karyawan beserta jajaran top manajemen termasuk direktur utama, Riza Zacharia--adalah seorang anak laki-laki berusia 10 tahun. Anak itu bernama Alvin Firmansyah, ditemani oleh ayahanda Ustadz Firman telah datang jauh-jauh dari Bogor untuk mengisi pengajian pagi itu. Ustadz Firman membuka acara dengan memberikan gambaran-gambaran pentingnya menempa anak dengan pendidikan Islam hingga mampu menghafal alquran. Beliau (Ust. Firman) menjelaskan bagaimana dalam surat Luqman ayat 12, Allah telah memberikan hikmah kepada nabi Luqman di saat masih kecil. Begitu juga dalam surat Maryam ayat 12, Allah telah memberi hikmah kepada nabi Yahya untuk menjaga (hafal) kitab Taurat ketika dirinya (Yahya) masih kecil. Atas dasar ayat ini, ustadz Firman terdorong untuk memberi hikmah kepada anak-anaknya, khususnya Avin untuk menghafal Alquran baik ayat dan terjemahannya. Formatted: Font: (Default) Arial, 12 pt, Font color: Blue
Alhamdulillah upaya sang ayah berhasil dengan memiliki anak yang hafidz alquran. Saat ini Alvin telah menguasai 17 juz, usianya baru 10 tahun. Dengan mengambil tema, “Bedah Surat Albaqarah” pengajian pagi itu diisi dengan demo hafalan alquran yang dikuasai oleh Alvin. Acara berlangsung dengan interaktif, sesuai dengan ajakan sang ayah - audiens agar tidak ragu-ragu untuk menguji Alvin dengan pertanyaan apapun sepanjang berhubungan dengan surat Albaqarah. Benar saja, ada yang meminta Alvin untuk melantunkan ayat terpanjang (Albaqarah 282), ada pula yang meminta Alvin untuk melanjutkan ayat yang dibaca terlebih dahulu oleh penanya, termasuk jumlah
pengulangan kata; seperti lafadz Yaa Ayyuhal Ladzina Aamanu (terdapat 11 pengulangan kata). Dari audiens rupanya ada yang sudah memahami keseharian Alvin - menurutnya, Alvin adalah anak kecil sebagaimana anak-anak pada umumnya, termasuk hobi menerbangkan layang-layang. Hanya saja, yang membedakan Alvin dengan anakanak lain, yaitu manajemen waktu dan disiplin. Kedua hal inilah yang menjadi modal utama orangtuanya dalam mendidik agar Alvin menjadi seorang penghafal alquran (hafidz). Saat ini masih 17 juz, insya Allah perjuangan baik ayah dan anak ini tidak berhenti sampai di situ saja, mereka akan terus berjuang mewujudkan cita-cita hingga Alvin mengkhatamkan dan bisa hafidz 30 juz baik ayat dan terjemahannya, amin yaa Rabb ...
Berbicara mengenai sosok Hafidz Cilik, bayangan kita saat ini tercurah kepada sosok anak berumur 10 tahun; Muhammad Alvin Firmansyah, bukan? Atas perannya sebagai penguji bacaan hafalan Alquran di acara Hafidz Indonesia yang diselenggarakan oleh stasiun televisi swasta terdepan di Indonesia, RCTI - kini masyarakat mengenal Alvin secara luas. Dan berikut kita coba tambah wawasan kita tentang sosok bocah hafidz lainnya, Sharifuddin Khalifa. Anak ini adalah bocah laki-laki yang lahir pada 1993 dari keluarga non-muslim di Tanzania, kawasan di Afrika Timur. Oleh masyarakat di lingkungannya, Sharifuddin Khalifa lebih dikenal dengan panggilan, Sharif idd.
Sejak masih dalam ayunan, Sharifuddin Khalifa sudah memiliki banyak keistimewaan pada dirinya. Saat usianya 5 bulan, sudah mampu melafalkan, "Allahu Akbar", sebulan kemudian (6 bulan), sudah berkata-kata, Dan pada umur 1,5 tahun
sudah menghafal Alquran termasuk terjemahannya. Taksaja hafidz, Sharifuddin Khalifa sudah menguasai 5 bahasa, dan terbiasa menjalankan shalat 5 waktu. Bocah istimewa yang dijuluki dengan, "Miracle Boy" (bocah ajaib) ini awalnya sangat mengkhawatirkan kedua orangtuanya yang non-muslim, untungnya ada tetangga muslim yang telah menjelaskan kondisi ajaib pada diri Sharifuddin Khalifa. Akhirnya, setelah berpikir dan menilai positif keadaan ajaib anaknya, kakak dan kedua orangtua Sharifuddin Khalifa pun masuk Islam. Saat usianya 5 tahun, Sharifuddin Khalifa seringkali berceramah menggunakan 5 bahasa; Swahili (bahasa ibu), Arab, Inggris, Perancis dan Italia. Mukadimah yang senantiasa disampaikan pada saat berceramah adalah kalimat, "You people repent and you will be accepted by God". Yang bermakna, "Anda bertobat maka anda akan diterima oleh Allah SWT". Pernah suatu ketika di saat berceramah di Kenya, sekitar seribu orang yang menyaksikan ceramahnya masuk Islam sebab perantara Sharifuddin Khalifa. Di setiap ceramah, Sharifuddin Khalifa mampu menjawab ketidaktahuan orang yang bertanya tentang Alquran, baik mengenai sebuah ayat mana saja dan terjemahan makna yag terkandung di dalam Alquran. Artikel tentang, "Sekilas tentang Sosok Hafidz Cilik Sharifuddin Khalifa" ini admin peroleh dari forum Kompasiana. Dalam headline-nya disebutkan, "Mengenal Sosok “Sharifuddin Khalifa”: Hafidz Qur’an, Menguasai Lima Bahasa dan Islamkan 1000 orang di Afrika". Berita ini terjadi pada 1999 berdasarkan sebuah surat kabar yang terbit di Nairobi
Muhammad Haris Busro Latif: Hafidz Alquran 30 Juz – Subhanallah! Ada lagi putra bangsa yang hafal (hafidz) alquran 30 juz, namanya Muhammad Haris Busro Latif. Melansir kabar yang tersiar, umur santri ini masih muda, 17 tahun. Muhammad berasal dari salah satu Pondok Pesantren di Jakarta. Untuk bisa menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, santri muda ini hanya membutuhkan waktu selama 4 bulan saja. Tips Menghafal Alquran Cepat Cara Haris Muhammad Haris Busro Latif bisa mendapatkan predikat hafidz alquran 30 Juz hanya butuh 4 (empat) bulan 20 (dua pulh) hari saja. Benar-benar prestasi yang sangat luar biasa untuk ukuran santri muda berusia 17 tahun. Haris -panggilan akrab Muhammad Haris Busro Latif - menjelaskan tips tentang kemampuannya sebagai penghafal alquran. Menurutnya, dia kesulitan di awal-awal proses penghafalan, tetapi karena tekadnya yang bulat ditambah dengan usahanya yang
keras akhirnya bisa menghafal alquran. Bermodalkan sebuah metodologi Turki Usmani yang diajarkan di pondok, Haris mampu menghafal 30 juz dalam waktu yang terbilang cepat (4 bulan 20 hari). Dalam menjaga mutu hafalan, Haris senantiasa menghindari beberapa hal yang berpotensi merusak kualitas hafalan Alqurannya itu. Dirinya menjelaskan, selama sebulan dirinya mampu menghafal lebih dari 5 (lima) juz, semua itu pun tergantung dari panjang pendeknya surat (alquran). Mudah-mudahan artikel Muhammad Haris Busro Latif: Hafidz Alquran 30 Juz ini bisa menjadi pemicu bagi Anda serta kita semua yang cinta akan Alquran, amin :) Posted by Risyad Samawa
Kisah Blogger Perempuan dengan 3 Anak Hafiz Quran Pembaca tentunya masih ingat dengan kisah pasangan suami istri asal Bandung dengan putra-putrinya yang membanggakan sebab semua hafal Alquran. Sampai akhirnya kisah perjalanan dan rahasianya dituangkan dalam buku 10 Bersaudara Bintang Alquran. Dan buku itupun menjadi salah satu buku terbaik terbitan Syaamil Books. Kini kisah keluarga yang memiliki putra-putri hafiz quran kembali terulang. Di Lampung terdapat sepasang suami istri, mereka dikaruniai anak turun yang shalih dan shalihah, lebih membahagiakannya lagi, ada 3 anak-anaknya yang sudah hafiz alquran 30 juz. Sedangkan beberapa anak yang lain pun tengah merintis untuk menjadi hafiz 30 juz. Siapakah pasutri tersebut?
Kisah Blogger Perempuan dengan 3 Anak Hafiz Quran Adalah Neny Suswati, seorang ibu rumah tangga dan juga seorang blogger asal Bandar Lampung. Bersama dengan suaminya, Rosyidin keduanya telah mencetak generasi muda Islam yang unggul, yaitu menjadi Hafiz Quran. Wajar sekali bila pasutri berbahagia., sebab kita tahu betapa besar pahalanya bagi setiap orang yang bisa menjadi penghafal Alquran (Baca: Janji Allah Bagi Para Hafiz Quran).
Neny Suswati dengan salah satu putranya (foto: istimewa) Diawali dengan prestasi anaknya yang bernama M. Hilmy Aziz, anak sulung pasangan Neny dan Rosyidin ini sudah menjadi hafiz Quran sejak menyelesaikan pendidikan SMP-nya. Kemudian disusul oleh anak kedua mereka, M. Hatif Ash Shiddiq yang juga mampu menjadi seorang penghafal Alquran saat duduk di bangku kelas 2 SMP, kemudian anaknya yang ketiga, Maritsa Hany Aulia pun menjadi muslimah yang hafiz quran semenjak kelas 3 SMP. Dalam sebuah kesempatan wawancara, Neny mengungkapkan, "Allah memuliakan orang yang mampu menjaga alquran (hafiz). Hidupnya akan diberi kemudahan oleh Allah. Dan yang lebih penting, hafal quran adalah prestasi dunia akhirat, secara duniawi bisa terukur serta kelak akan mendapatkan ganjaran pahala di sisi Allah Swt." Selain sibuk dengan urusan beberapa organisasi dan mengajar, Neny pun menyempatkan diri menjadi penulis. Tulisannya berisi pengalaman berumah tangga yang ditulisnya menjadi semacam tips kehidupan. Ibu yang sudah aktif dakwah sejak masa kuliah ini mengaku kalau artikel yang ditayangkan di blognya hanyalah tulisantulisan ringan saja. "Yang penting bermanfaat. Saya menulis tentang tips keluarga sakinah mawaddah warahmah dan tips menjadi orangtua penghafal Alquran," ujar ibu kelahiran 18 Oktober 1965 ini. "Yang penting bermanfaat. Saya menulis tentang tips keluarga sakinah mawaddah warahmah dan tips menjadi orangtua penghafal Alquran." ~ Neny Suswati, Blogger Bandar Lampung Menurut Neny dirinya tidak membuat sebuah langkah yang terbilang luar biasa, tips mencetak generasi unggulan yang hafiz quran yaitu dengan cara sederhana; selain terus memotivasi anak-anaknya ia juga menyesuaikan motivasi sesuai dengan usia anak-anaknya.
Neny bersama dengan suami sering mencamkan pada anak-anaknya agar ingat dengan pahala membaca Alquran. Di saat anak-anaknya mengeluh setiap menjumpai kesulitan pada proses menghafal, Neny memotivasinya dengan mengingatkan, "Bukankah Allah Swt. akan senantiasa membalas pahala dari setiap huruf yang dibaca?" Di akhir perbincangan alumnus FKIP MIPA Universitas Lampung ini menjelaskan bahwa, "Metode menghafal Quran kini telah berkembang dengan pesat. Sudah banyak metode yang bisa membantu halaf dengan cepat. Justru yang suit itu menjaga hafalan alquran itu sendiri." "Pasalnya, dibutuhkan mental dan konsistensi yang tinggi dan lebih berat lagi pada ujian dalam mengamalkannya," pungkas Neny saat diwawancarai. Neny sekeluarga tinggal di Lampung, tepatnya di Jalan Pramuka, Perum Ragom Gawi Permai 1 Blok E1 18, Kemiling Permai, Kemiling, Bandar Lampung. --Sumber rujukan: http://www.duajurai.com/2015/04/neny-suswati-kartini-bandar-lampung-didik-3-anak-hafal-alquran-30juz/ http://www.duajurai.com/2015/04/3-anaknya-hafal-alquran-neny-suswati-kartini-di-bandar-lampungmenjaganya-lebih-sulit/
Kisah Seorang Anak Tunanetra Yang Hafal al Qur’an, Namun Ia Tidak Menginginkan Untuk Dapat Melihat SYAIKH FAHD AL KANDERI mewancarai anak istimewa ini yang bernama MUADZ. Seorang anak laki-laki TUNANETRA penghafal Al-Quran dari Mesir yang berusia 11 tahun.Dalam wawancara itu beliau FAHD AL KANDERI menanyakannya perihal bagaimana ia belajar Al-Quran dan kebutaannya. Semangatnya untuk menghafal ayat-ayat Allah yang mulia membuat langkah kakinya ringan untuk pergi ke tempat gurunya. “Saya yang datang ke tempat syaikh,” katanya. “Berapa kali dalam sepekan?” Tanya beliau. “Tiga hari dalam sepekan,” jawabnya.
Jawaban anak ini kian membuat terkejut ketika anak ini memberitahu beliau SYaikh FAHD AL KANDERI bahwa Syaikh yang mengajarinya Al-Quran hanya mengajarinya satu ayat per hari. “Pada awalnya hanya satu hari dalam sepekan. Lalu saya mendesak beliau dengan sangat agar ditambah harinya, sehingga menjadi dua hari dalam sepekan. Syaikh saya sangat ketat dalam mengajar. Beliau hanya mengajarkan satu ayat saja setiap hari,” ujarnya. “Satu ayat saja?” respon beliau terkejut, takjub dengan semangat baja anak ini. Dalam tiga hari itu ia khususkan untuk belajar ayat-ayat suci Al-Quran, hingga ia tidak bermain dengan kawan-kawan sebayanya. Yang lebih mengagumkan adalah pernyataannya tentang kebutaannya. Ia tidak berdoa kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatannya, namun rahmat Allah lah yang ia harapkan. “Dalam shalatku, aku tidak meminta kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatanku,” katanya. Mendengar jawaban anak ini Syaikh Fahd Al Kanderi semakin terkejut. “Engkau tidak ingin Allah mengembalikan penglihatanmu? Kenapa?” tanya beliau heran. Dengan wajah meyakinkan, anak itu memaparkan alasannya. Bukan ia tak yakin pada Allah, bukan. Namun ia menginginkan yang lebih indah dari penglihatan. “Semoga menjadi keselamatan bagiku pada HARI PEMBALASAN (kiamat), sehingga Allah meringankan perhitungan (hisab) pada hari tersebut. Allah akan menanyakan nikmat penglihatan, apa yang telah engkau lakukan dengan penglihatanmu? Saya tidak malu dengan cacat yang saya alami. Saya hanya berdoa semoga Allah meringankan perhitungan-Nya untuk saya pada hari kiamat kelak,” papar MUADZ dengan tegas. Mendengar kalimat mulia anak ini, semua diam. Syaikh nampak berkaca-kaca dan air matanya menetes. Para pemirsa di stasiun TV serta kru TV tersebut juga tak tahan menitikkan air mata. Pada saat ini, saya teringat banyak kaum muslimin yang mampu melihat namun bermalas-malasan dalam menghafal kitab Allah, Al-Quran. Ya Allah, bagaimana alasan mereka besok (di hadapan-Mu)?” kata Syaikh Fahd AL Kanderi. “Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan,” kata MUADZ penghafal Quran muda ini. Subhanallah, indahnya dunia tak membuatnya lupa akan Rabbnya dan hari pembalasan.
Ia juga mengatakan bahwa ia terinspirasi dari kaidah Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah (rahimahullah). “Kaidah imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yang berbunyi ‘Allah tidak menutup atas hamba-Nya satu pintu dengan hikmah, kecuali Allah akan membukakan baginya dua pintu dengan rahmat-Nya,'” katanya. Kehilangan penglihatan sejak kecil, tidak membuat ia mengeluh kepada Sang Pencipta. Ia tak iri pada orang lain apalagi kufur nikmat. Ikhlash menerima takdirNya. “Alhamdulillah, saya tidak iri kepada kawan-kawan meski sejak kecil saya sudah tidak bisa melihat. Ini semua adalah qadha’ dan qadar Allah,” katanya. “Kita berdoa kepada Allah semoga menjadikan kita sebagai penghuni surga AlFirdaus yang tertinggi,” kata MUADZ Matanya yang buta, tak membuat hatinya buta dalam mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Subhanallah. Dalam sebuah hadits Qudsi Nabi (shallallahu ‘alaihi wa salam) bersabda: : Allah berfirman, “Jika Aku menguji hamba-Ku dengan menghilangkan penglihatan kedua matanya lalu ia bersabar, niscaya Aku akan menggantikan penglihatan kedua matanya dengan surga.” (HR. Bukhari no. 5653, Tirmidzi no. 2932, Ahmad no. 7597, Ad-Darimi no. 2795 dan Ibnu Hibban no. 2932). Sumber: ط ه ز Dipublikasikan kembali oleh: www.kisahislam.net Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam
Gelandang Sepakbola Asal Prancis Hafal 19 Juz Al Qur’an GELANDANG Arsenal dan Timnas Prancis, Abou Diaby dikenal sebagai pemeluk Islam yang taat menjalankan ibadahnya sebagai seorang muslim. Yang mengagumkan, ia terjuata juga seorang hafiz alias penghafal Alquran. Dalam akun twitter, salah satu pengajar Ebrahim Collage di London, Mufti Muhammad, @Mufti_Muhammad_ terungkap kalau mantan gelandang Auxerre itu hafal 19 juz Alquran. Bagi Diaby, kunjungan ke Ebrahim Collage adalah hal biasa. Sebab ia merasa nyaman berada dalam komunitasnya. “In conversation with Arsenal Footballer Abu Diaby @ Ebrahim college dinner tonight, who’s memorised 19 ajza of Qur’an! (Dalam perbincangan dengan pemain
Arsenal Abu Diaby di Ebrahim Collage pada momen makan malam, siapa yang hafal 19 juz Alquran,” sentil Mufti Muhammad kepada Diaby. Diaby juga disebut-sebut sebagai salah satu donatur tempat sekolah Islam terkenal di Ibu Kota Inggris itu. Di Ebahim Collage juga mendidik dan membimbing mualaf yang ingin mengenal lebih jauh ajaran Islam. Sumber: http://abufariq.blogspot.com/2013/01/gelandang-prancis-hafal-19-juzalquran.html Dipublikasikan kembali oleh: www.KisahIslam.net Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam
Ibu Berusia 65 tahun, Buta huruf, Menghapal al-Quran selama 16 tahun
October 30, 2012 11:40 401
Seorang ibu bernama Ummu Muhammad (Wadhha Ath-Tahyyar) berusia 65 tahun. Ia bercerita :”Proses penyimakan yang terus menerus dan alat perekam merupakan dua karunia Allah yang mempunyai andil besar dalam mewujudkan keinginan ku untuk menghafal al-Quran al-Karim. Perjalanan hidup ku bersama hafalan a l-Quran telah berjalan 16 tahun lamanya, tetapi sungguh aku sangat merasa kebahagiaan yang hakiki khususnya ketika aku baru mulai menghafal al-Quran. Diantara unsur penting yang dapat membantu dalam menghafal adalah adanya niat yang jujur, ikhlas karena Allah semata, dan bersabar terhadap segala kesulitan. Sesungguhnya aku adalah seorang buta huruf yang tidak bisa membaca dan menulis sehingga aku banyak mendapatkan kesulitan yang luar biasa diawalnya. Namun segala puji hanya milik Allah, aku menggunakan alat perekam dan meminta pertolongan seorang guru wanita untuk datang kerumahku membaca al-Quran kepada ku dan menyimak hafalanku setiap harinya. Tidak lupa pula bahwa motivasi anak-anak ku yang tiada hentinya merupakan dorongan bagi ku untuk meneruskan kegiatanku dalam menghafal. Karena buta huruf, maka ketergantungan ku pada indra pendengaran merupakan hal yang paling utama bagi ku. Ini merupakan salah satu karunia Allah sebagai ganti dari sifat buta hurufku sehingga bisa mewujudkan impianku mengkhatamkan alQuran selama 16 tahun di lingkungan ahli al-Quran. Aku memohon kepada Allah agar menjadikan ku termasuk hamba – hamba-Nya ahli Quran, karena al-Quran adalah cahaya bagi manusia sewaktu didalam kuburnya.
Akhir kata aku mengajak saudari – saudari ku untuk menghafal al-Quran karena sesungguhnya hal tersebut mudah dan ringan sekali bagi siapa saja yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala.” [Majalah Al-Usrah hal 15. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 132-133. Hamdan Hamud al-Hajiri. cet Darus Sunnah] Subhanallah, bagaimana dengan kita yang masih muda, apalagi -alhamdulillahsebagian kita tidak buta huruf? Kemana waktu kita pergi dan habiskan? Mulailah, bacalah, hafallah, dan ulangilah Abu Abdillah Prima Ibnu Firdaus ar-Roni al-Mirluny Merlung, 16 Ramadhan 1433 H / 5 Agustus 2012 M Artikel: www.kisahislam.net 1. Muadz, anak Tuna Netra yang Hafal Qur’an Usia 11 Tahun
Mu’adz namanya, ia adalah seorang anak yang sejak kecilnya ditaqdirkan kurang beruntung, ia tidak dapat melihat layaknya manusia normal (buta). Sampai disini tidak ada yang unik pada diri Mu’adz, karena bukan hanya ia yang ditaqdirkan buta di dunia ini.
Namun yang membuat unik adalah walau buta ia mampu menghafal Al-Qur’an lengkap 30 juz. Sejak awal ia mulai menghafal dengan penuh kesabaran, dan tentunya dengan motivasi yang tinggi, hingga pada usianya yang ke 11 tahun ia berhasil menghatamkan Al-Qur’an.
Pembaca sekalian, mungkin bagi kita yang memiliki penglihatan normal, kita menganggap mata adalah jendela dunia. Tanpanya, hidup ini terasa tak lengkap dan sempurna. Bayangkan saja jika sejak lahir kita tidak memiliki mata normal, atau sebelumnya memiliki penglihatan normal namun pada akhirnya ditakdirkan buta (Nau’udzubillah), apa yang terjadi? Kita tidak bisa melihat dan tentunya sangat sedih. Namun tidak demikian bagi anak ini, ia sama sekali tidak pernah mengeluh atas derita yang ia alami, bahkan ia bersyukur atas kondisinya ini. Keterbatasan fisik tidak membuatnya terhalang untuk menghafal Al-Qur’an. Ia menganggap takdirnya ini (buta) menjadi jalan baginya untuk bisa hafal Al-Qur’an.
Dalam sebuah video rekaman acara tv seorang imam masjid, yaitu Syaikh Fahd AlKandari, mewawancarai Mu’adz yang juga merupakan pembawa acara pada acara tersebut. Beliau menanyakan perihal bagaimana ia belajar dan menghafal Al-Qur’an padahal ia memiliki keterbatasan fisik. Semangatnya untuk menghafal ayat-ayat Allah yang mulia membuat langkah kakinya ringan untuk pergi ke tempat gurunya. “Pada awalnya hanya satu hari dalam sepekan. Lalu saya mendesak beliau (syaikhnya) dengan sangat agar menambah harinya untuk menghafal qur’an, sehingga menjadi dua hari dalam sepekan. Syaikh saya sangat ketat dalam mengajar. Beliau hanya mengajarkan satu ayat saja setiap hari,” ungkap muadz
Yang lebih mengagumkan dalam dialog itu adalah pernyataannya tentang kebutaannya. Ia tidak berdoa kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatannya, namun rahmat Allah-lah yang ia harapkan.
Tentu saja, setelah mendengar kalimat mulia anak ini, semua yang ada di studio saat itu diam. Penyiar TV nampak berkaca-kaca dan air matanya menetes. Para pemirsa di stasiun TV serta kru TV tersebut juga tak tahan menitikkan air mata.
“Pada saat ini, saya teringat banyak kaum muslimin yang mampu melihat namun bermalas-malasan dalam menghafal kitab Allah, Al-Quran. Ya Allah, bagaimana alasan mereka besok (di hadapan-Mu)?” kata Syaikh Fahd Al-Kanderi.
2. Muhammad Gozy Basayev, penghafal cilik usia 8 tahun dari Makassar
Muhammad Gozy Basayev nama lengkapnya. Lahir 24 Juni 2000, Gozy - biasa dia dipanggil - adalah putra pertama pasangan M.Natsir dan Erika yang bertempat tinggal di Makassar Sulawesi Selatan. Sejak usia 6 tahun, Gozy telah memulai untuk menghafal Al-Qur'an dan dalam waktu 2 tahun dia berhasil menghafal seluruh AlQur’an diluar kepala.
Inspirasi dari Shamil Basayev (Mujahidin Chechnya) Ketika Gozy lahir saat itu sedang terjadi perang antara mujahidin Chechnya melawan pasukan Rusia. Salah seorang komandan perang Chechnya yang terkenal ketika itu adalah Shamil Basayev. Dia adalah seorang Mujahid yang gagah berani dan juga seorang yang hafidz Al-Qur’an. Ayah Gozy sangat terinspirasi dengan profile beliau sehingga memberikan nama anaknya Muhammad Gozy Basayev yang berarti Muhammad – diambil dari Nabi Muhammad, Gozy yang berarti pejuang dan merupakan syuhada Kaukasus pada abad perengahan sedangkan Basayev merupakan nama belakang Shamil Basayev.
Lahir dari Keluarga biasa dan hampir dimasukkan ke sekolah Nasrani
Pada umumnya, seorang penghafal Al-Qur’an lahir dari keluarga yang sangat dalam ilmu keislamannya. Gozy kecil lahir bukan berasal dari keluarga Ustadz ataupun kyai tetapi datang dari seorang ayah yang hanya seorang karyawan di sebuah perusahaan musik dan Ibu rumah tangga. Kemampuan membaca Al-Qur’an kedua orangtuanya pun biasa-biasa saja. Tetapi walaupun demikian kedua orang tuanya memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anaknya yaitu menjadi penghafal AlQur’an.
Berdasarkan referensi yang penulis dapatkan langsung dari ayahnya, Gozy kecil pada awalnya akan dimasukkan ke sekolah Nasrani dengan alasan gengsi dan kualitas sekolah yang lebih baik, tetapi Allah SWT ternyata merencakan lain dan mentakdirkan Gozy untuk masuk kedalam Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) di kota Makassar.
Sebenarnya kemampuan luar biasa Gozy dalam menghafal Al-Qur’an pertama kali ditemukan bukan oleh kedua orangtuanya tetapi oleh guru privatenya Dra Almira W yang biasa di panggil oleh Gozy sebagai Kak Mira.
Ketika pertama kali bergabung dengan sekolah ini Gozy sempat kaget karena ratarata teman-temannya disekolah tersebut telah hafal lebih dari 1 Juz sedangkan dirinya pada saat itu baru hafal Juz 30. Selain itu Gozy juga di “vonis” mempunyai masalah pernafasan yaitu nafasnya pendek sehingga beberapa kali gagal dalam tes menjadi penghafal Al-Qur’an.
Tetapi saat itu Gozy dengan sabar terus berusaha dan melatih kemampuannya di rumah bersama kedua orangtuanya. Akhirnya setelah itu, Gozy pun dapat diterima sebagai penghafal Al-Qur’an dan bertambah semangat.
Untuk mengatasi masalah pernafasannya Orang tua Gozy melatihnya dengan rutin mengajak dia berenang. Berdasarkan pengakuan dari sang ayah, selain rajin berlatih salah satu kunci kesuksesan untuk mudah menghafal Al-Qur’an adalah dengan menjaga agar jangan sampai ada makanan tidak halal yang dikonsumsi oleh Gozy. Oleh karena itu Ibunya
memesankan catering dari sekolahnya untuk memastikan sumbernya. Selain itu kedua orangtuanya juga berusaha sekuat tenaga untuk memberikan teladan yang baik kepada Gozy dalam hal perilaku.
Khatam Menghafal pada saat ulang tahun sang ayah Gozy berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur’an nya tepat pada tanggal 30 Juli 2008 atau tepat pada ulang tahun ayahnya. Dia memang berniat menyenangkan ayahnya sehingga dia pun rela untuk menambah hafalannya hingga 1 Juz per hari.
Sampai saat ini Gozy masih secara rutin mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an nya untuk menjaga agar tidak hilang dan semakin lancar. 3. Sayyid Muhammad Husein Tabataba'i, Hafal Qur’an usia 5 tahun
Husein Tabataba'i lahir pada tanggal 16 Februari 1991 di kota Qom, sekitar 135 kilometer dari Teheran, ibu kota Iran. Seorang anak Iran bernama Sayyid Muhammad Husein Tabataba'i, yang mulai belajar Al Quran pada usia 2 tahun, dan berhasil hafal 30 juz dalam usia 5 tahun! Pada usia sebelia itu dia tidak hanya mampu menghafal seluruh isi Al Quran, tapi juga mampu menerjemahkan arti setiap ayat ke dalam bahasa ibunya (Persia), memahami makna ayat-ayat tersebut, dan bisa menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapansehari-hari. Bahkan dia mampu mengetahui dengan pasti di halaman berapa letak suatu ayat, dan di baris ke berapa, di kiri atau di sebelah kanan halaman Al Quran. Dia mampu secara berurutan menyebutkan ayat-ayat pertama dari setiap halaman Al Quran, atau menyebutkan ayat-ayat dalam satu halaman secara terbalik, mulai dari ayat terakhir ke ayat pertama. Yang lebih mengagumkan lagi, di usia 7 tahun Husein berhasil meraih gelar doktor honoris causa dari Hijaz College Islamic University, Inggris, pada Februari 1998. Saat itu, Husein menjalani ujian selama 210 menit, dalam dua kali pertemuan. Ujian
yang harus dilaluinya meliputi lima bidang. Yakni, menghafal Al Quran dan menerjemahkannya ke dalam bahasa ibu, menerangkan topik ayat Al Quran, menafsirkan dan menerangkan ayat Al Quran dengan menggunakan ayat lainnya, bercakap-cakap dengan menggunakan ayat-ayat Al Quran, dan metode menerangkan makna Al Quran dengan metode isyarat tangan. Setelah ujian selesai, tim penguji memberitahukan bahwa nilai yang berhasil diraih bocah itu adalah 93. Menurut standar yang ditetapkan Hijaz College, peraih nilai 6070 akan diberi sertifikat diploma, 70-80 sarjana kehormatan, 80-90 magister kehormatan, dan di atas 90 doktor kehormatan (honoris causa). Pada 19 Februari1998, bocah Iran tersebut menerima ijazah doktor honoris causa dalam bidang Science of The Retention of The Holy Quran. Selama di Inggris, Husein juga diundang dalam berbagai majelis yang diadakan komunita smuslim setempat. Umumnya hadirin ingin menguji kemampuan bocah ajaib tersebut. Uniknya, Husein menjawab semua pertanyaan dengan mengutip ayat Al Quran. Contohnya, dalam satu forum seseorang bertanya, "Bagaimana pendapatmu tentang budaya Barat?" Husein menjawab, "(Mereka) menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya." (QS 19:59). Penanya lain bertanya, "Apa yang dilakukan Imam Khomeini terhadap Iran?" Husein menjelaskan, "(Dia) membuang dari mereka beban - beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka." (QS 7:15). Maksudnya, pada masa pemerintahan monarki, rakyat Iran terbelenggu dan tertindas. Lalu Imam Khomeini memimpin revolusi untuk membebaskan rakyat dari belenggu dan penindasan. Sehingga beberapa kalangan meyakini bahwa Husein cilik ini bermazhab syiah. 4. Tabarak Labudi usia 4,5 tahun telah hafal Al Qur’an
Anak kecil asal Saudi Arabia ini hafal qur’an dalam usia yang sangat belia. Keluarganya mendapati kemampuan Tabarak sebagai penghafal Al-Qur`an sejak ia masih berusia dua setengah tahun. Ketika itu, kami menghadiri sebuah acara salah seorang rekan kami. Ketika itu, ia (Tabarak) menolak untuk ikut menyanyi dengan anak-anak lainnya.
Yang kemudian membuat kami terkejut karena ia mampu mengulangi lirik lagu itu enam bulan setelah kejadian tersebut. Tabarak mengatakan secara spontan bahwa ia mengaku tidak mengikuti film kartun, “Saya tidak ingin menontonnya (film kartun) karena ini membuat anak-anak memukul saudara-saudara mereka”, ujar Tabarak. Ia juga memandang bahwa film-film tersebut mengajarkan jiwa mereka terutama karena anak-anak sering meniru apa yang ia lihat di depan layar televisi. Pada awal pernikahan, kedua orang tua Tabarak sepakat untuk mengikuti program khusus menghafal Al-Quran. Keduanya mampu menghapal tujuh juz: juz Tabarak dan juz Amma, surah al-Fatihah hingga surah an-Nisa. Hingga kemudian ibunya berhenti karena hamil dan melahirkan Tabarak. Ini kemudian membuat hanya sang Ayah yang meneruskan untuk menghafal AlQur`an secara lengkap. Meski demikian, Rasha akhirnya mampu mengkhatami alQuran bersama dengan anaknya, Tabarak, setelah ia menghapal Al-Qur`an Menurut Rasha, anaknya telah menghapal 80 persen Al-Quran ketika di rumah, sedangkan sisanya ia hapal ketika bergabung dengan halaqah tahfidz (kumpulan penghafal)—yang pada awalnya menolak Tabarak karena usianya yang masih muda, namun kemudian menerima karena ia telah menghafal lebih dari separuh AlQuran.
Pangeran Mishaal bn Majed, Gubernur Jeddah menganugerahi penghargaan kepada Tabarak Labudi setelah ia memenangi kompetisi penghafal Al-Quran termuda di dunia. Ini berlangsung pada acara yang ke-29 di Jam’iyah khairiyah litahfizil quran, Jeddah 5. Rukkayatu Fatahu Umar, Anak Perempuan cilik yang hafal Qur'an usia 3 tahun
Sungguh menakjubkan bocah asal Nigeria yang satu ini. Ia mampu menghafal seluruh isi Alquran di usia tiga tahun delapan bulan. Rukkayatu Fatahu Umar, demikian nama bocah perempuan tersebut. Dikutip dari Nigerian Tribune, Rukkayatu begitu gembira dengan prestasinya. Ia sangat senang menghafal Alquran bahkan ingin anak-anak di seluruh dunia dapat belajar dan menghafal Kitabullah sepertinya. Rukkayatu mulai menghafal kitab suci di sebuah sekolah Quran milik Yayasan Syekh Dahiru Usman di Barkin Ruwa Askulaye di Kaduna. Syaikh Dahiru Uslam bukan lain merupakan kakek Rukkayatu. Bukan ikut bersekolah, gadis kecil tersebut selalu turut serta sang ibu yang merupakan pengajar di sekolah tersebut. Di kelas hafalan, ia pun terbiasa mendengarkan bacaan Alquran. Hingga kemudian Rukkayatu ikut membaca ayat-ayat Quran bersama para siswa, bahkan menghafalnya. "Ia terus menghadiri kelas menghafal hingga saat ini ia telah menyelesaikan hafalan seluruh Alquran," ujar sang ibu, Sayyada Maimunatu. Sang kakek, Sheikh Dahiru Usman, ingin menunjukkan kebenaran kabar prestasi cucunya. Ia ingin membuktikan bahwa prestasi si kecil Rukkayatu bukanlah sebuah kebetulan melainkan karena ia belajar dengan sungguh-sungguh. Syaikh pun kemudian meminta Rukkayatu berdiri dihadapan sekumpulan orang-orang termasuk beberapa ulama. Mereka menguji hafalan dan kebenaran bacaan Qur'an Rukkayatu. Hasilnya begitu menakjubkan mereka. Sepertinya menghafal Quran sudah menjadi prestasi keluarga Rukkayatu. Ibunya, Sayyada Maimunatu telah menjadi hafizhah di usia 12 tahun. Ayahnya, Fatahu Umar Pandogari pun merupakan hafiz Qur'an. Didikan sang kakek, yang merupakan ulama terkenal di kawasan Bauchi, Sheikh Dahiru Usman menghasilkan keluarga penghafal AlQuran. Ibunya berniat baru akan memasukkan Rukkayatu ke sekolah umum setelah usianya 10 tahun. Sebelum usia 10 tahun, Rukkayatu akan difokuskan pada pembelajaran Alquran dan Islam. 6. Farih Abdurrahman Hafal Al Qur’an Usia 3 Tahun yang Menggemaskan
Anak kecil ini usianya masih tiga tahun. Siapapun yang melihat sosoknya, pasti gemas. Matanya yang berbinar, senyumannya yang polos, raut mukanya yang bersih dan polahnya yang ceria. Farih, ia bukan anak biasa. Ia anak istimewa. Sebagian orang bahkan menyebutnya sebagai “at thiflu almu’jizah” atau bocah mukjizat. Tentu saja, mukjizat tidak dalam arti sebenarnya. Sebagaimana yang umum berlaku di Aljazair, pembacaan Alquran dilakukan lewat riwayat Hafash dari Ashim melalui Asy Shatibi. Itulah yang dibunyikan oleh Farih. Nama Farih Abdurrahman, menjadi pembicaraan hangat Muslim Aljazair. Beberapa kesempatan ia diminta tampil untuk membacakan ayat-ayat Alquran yang dihapalnya. Atau sekedar membacakan doa panjang Khatmul Qur’an. Seperti ketika ia diundang untuk tampil di hadapan para jamaah masjid di Aljazair, termasuk Presiden Aljazair, Bouteflika. Suara bacaan Farih, meski dengan lisan sedikit cadel, tajwidnya sangat bagus. Kelancaran hapalannya memukau para hadirin. Dan menurut pendapat para qari di negara tempat tinggalnya, Farih yang baru berusia tiga tahun itu, sudah bisa membunyikan Al Quran secara tartil yang benar. Artinya, benar panjang pendek dan cara membacanya. Begitulah Farih, satu dari anugerah Allah yang jarang kita jumpai di dunia ini. Akhirnya Ibunda Farih menuturkan bagaimana awal mula anaknya bisa menghapal surat-surat panjang Alquranul Karim. Lalu juz demi juz. Sang ibu baru menyadari kemampuan anaknya yang cepat menghapal. Al Quran itu setelah ia melewati usia dua tahun. Dan uniknya, selama usia sebelum dua tahun, Farih bisa dikatakan belum bisa berbicara seperti anak-anak sebayanya. Tapi, ketika usianya melewati dua tahun, terjadilah peristiwa luar biasa bagi Farih. Awal pertama kalimat yang terucap baik dari mulutnya adalah… potongan surat Al Kahfi.
“Ketika dalam kondisi hamil, saya membaca Al Quran. Dan setiap hari Jum’at saya membaca surat Al Kahfi. Sedangkan setiap hari saya membaca mu’awizatain (Surat An naas dan Al Falaq), surat Al Mulk dan Maryam. Lalu setelah kelahiran Farih Abdurrahman, saya membacakan Al Quran setiap hari kepadanya. Ibunda Farih Abdurrahman bukanlah penghapal Al Quran. Ia hanya seorang ibu yang memiliki ikatan emosi yang kuat dengan Alquran dan Dzikir. Ia juga memiliki hubungan batin yang kuat dalam berdialoq dengan janinnya saat mengandung. Dan ketika Farih lahir, secara berkala, ibunda Farih juga kerap memperdengarkan bacaan Alquran lewat channel televisi setiap hari.
7. Syarifuddin Khalifah, Anak Kecil Keluarga Katolik dalam Usia 1.5 Telah Hafal Al-Quran yang Mengislamkan Ribuan Orang
Sharifuddin Khalifa boleh dibilang anak ajaib. Anak yang terlahir di Tanzania, Afrika Timur pada Desember 1993 itu berasal dari keluarga Katholik. Namun, pada usia 1,5 tahun, Khalifa sudah hafal 30 juz Alquran dan shalat lima kali sehari. Dan bahkan anehnya lagi, dia tidak hanya hafal Al Qur'an, tapi juga mampu menghafal Injil secara lengkap Subhanallah, ia mampu menghafal Alquran tanpa ada orang yang mengajarinya. Awalnya, kedua orangtua Khalifa mengira anaknya dikuasai setan. Namun, tetangganya yang Muslim memahami apa yang diucapkan anak ajaib itu. Akhirnya, kedua orangtuanya menyadari bahwa putranya adalah tanda kebesaran Sang Khalik. Kedua orangtuanya pun memeluk Islam. Meski berbahasa ibu Swahili, Khalifa mampu berbicara dan berpidato dalam bahasa Arab, Inggris, Prancis, dan Italia tanpa belajar. Pada usia empat hingga lima tahun, ia sudah berkeliling Afrika dan Eropa untuk berceramah dan mengajar. Berkat
dakwaahnya, ribuan orang memeluk Islam. Di Kenya, Afrika sebanyak 1.000 orang berduyun-duyun bersyahadat setelah mendengar ceramahnya. Dulu Saat umur 1 bulan, ketika dibawa ibu dan ayahnya ke gereja untuk dibaptis beberapa meter sebelum sampai di gereja anak itu bisa bicara: “Ibu jangan baptis aku, aku adalah orang yang beriman kepada Alloh dan rosul-Nya yaitu Muhammad”.
Kata-kata anak ini benar-benar membuat bulu kunduk mereka merinding, mereka gemetar dan saling memandang dalam kebingungan dan tidak percaya apa yang didengarnya dari anak mereka ini. Saking gemetarnya berduapun kembali ke rumah dan tidak jadi membaptis anak mereka tersebut. Ketika umur 2 bulan, bayi melarang ibunya untuk menyusuinya dengan cara bayi itu tidak mau disusui ibunya. Sampai-sampai konsultasi ke dokter spesialis anak ternyata anak tersebut dalam keadaan sehat walafiyat. Tapi mengapa tidak mau disusui.
Kalimat pertama yang diucapkan ketika 4 bulan, adalah QS Al-Baqoroh 54 “Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi tuhan yang menjadikan kamu, maka Alloh akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. Dengan kalimat tersebut kedua orang tua dan semua yang hadir dari beberapa orang tetangga hanya bisa saling memandang dan takjub serta kebingungan. Mereka tidak faham bahasa yang diucapkan oleh bayi tersebut, karena bukan bahasa Inggris atau Kiswahili. Saking bingungnya dengan kondisi itu beberapa yang hadir ada yang mengatakan bahwa bayi itu karasukan setan / sejenis ruh jahat. Maka Domisia meminta suaminya untuk memanggil pendeta dari gereja terdekat untuk mendoakan anaknya yang menurut mereka sedang kerasukan setan/ruh hajat itu. Ternyata setelah pendeta itu datang, tidak sanggup mengusir setan dari tubuh anak kecil yang mungil itu. Saat itu hadirlah tetangganya bernama Ayyub yang
memberitahukan keislaman sang anak tersebut. Tetangganya tersebut sempat sujud syukur menyaksikan kehebatan ciptaan Allah SWT. Semoga tulisan ini menjadi penyemangat kita semua untuk menghafal Al Qur'an dan menjaganya bagi yang telah Hafal. Sumber : spotlite, radiodaqu, Zakylife.files.wordpress, islampos, harianbangsa, nasehat islam, republika, zakiyu wordpress, dhaniesdailynotes
Kisah Hafidz Cilik Musa #2 kisah seru di balik panggung Hafidz Indonesia #Rcti 2014: Biidznillah, allah jalla jallalahu mempertemukan kami di Hafidz Indonesia Rcti on may, 2014. Mereka sekeluarga datang dari BaBel. Keluarga muda ini sudah memiliki putra, putri, dan sedang menanti kelahiran dede bayi 2 bulan lagi. Kedua anaknya, musa dan luqman, lolos ke 32 besar hafidz indonesia tahun ini. Si dede luqman 4 th, selalu menangis saat latihan di penginapan. Belum terbiasa performance di luar lingkaran keluarganya. Mental performance masih baru akan dimulai. Apalagi mental panggung.. Tentu saja luqman , ketakutan saat latihan performance.. Semua khawatir, bilamana ia nanti menangis di panggung. Dan betul2..,, luqman terisak-isak di antara kawan2 nya yg sebagian besar begitu yaqin.. Sambil tersedu mulutnya tetap mengeluarkan mutiara2 ayat-ayat suci azza wa jalla, hapalannya masuk ke 3 juz. Sementara, musa si abang.., sudah dimulai orangtua nya,, disuntikkan program hifdzulquran, ketika usianya menginjak 2 th. Menjelang 5 th , jadwal quran dibuat sang ayah dan dijalankan full komitmen. Pukul 3 dini hari, musa dibangunkan ayahnya. Waktunya muraja'ah. Awalnya saya pikir, waah... tega sekalii yaa.. Tapi, ternyata... musa bangun hanya dg sentuhan jari. Langsung bangun .., take wudhu, dan duduk di muka abah nya. Wiiih.... Kemudian mulai muraja'ahnya hingga subuh.., dan lanjut lagi hingga pukul 8 pagi. Setelah itu ia boleh bermain atau mengerjakan hal2 lain. Lanjut lagi ba'da dzuhur Sepanjang ini ia mampu bertahan. Muraja'ah saja bisa 6 juz sehari. Ba'da isya, semua anak harus sudah tidur untuk bersiap lagi esok harinya. Kalau sudah muraja'ah atau menambah hapalan baru, musa tak bergeming...., nyamuk mendarat di pipi sampai endut juga tak terasa. Wah, waah, waaah... ⚡ ��
Masa kecil masa bermain, dan musa telah mampu memilih ..., masa kecilnya dg kecintaan yg sangat kepada quran. Dia tampak riang, tak ada beban sedikit pun dg program yg dibuat orang tuanya. Aksioma.., siapa2 yg bersungguh2 dalam menuntut ilmu, terutama ilmu al quranulkariim, maka akan dimudahkan jalannya..., allahuta'aala berikan 'mukjizat' , menerangkan pikirannya, menangkap ilmu dan ma'rifat. Abah musa said, "Jangan pernah merasa tak tega kepada anak." �� Masyaallah... Dan keluarga ini, dg ke-3 ~bahkan akan bertambah 4~ anaknya „ saya lihat punya program harian yg tidak mudah diganti dg kegiatan lain. Abah dan umminya terlihat begitu disiplin pada daily schedule mereka. Saya sempat bincang2 ketika breakfast satu waktu dg abah musa. He said, "Yang menang, belum tentu benar hapalan keseluruhannya. Karena gara2 jadwal tim panpel ngga jelas, hapalan musa jadi berantakan. Terlalu banyak syuting dan hal2 lain. Kurang waktu muraja'ahnya." Setelah itu, saya lihat musa digiring abah nya ke teras restaurant atau ke kamar, dan sering terlambat masuk kelas saat belajar,, karena muraja'ah. Sangat tidak ingin waktu quran bersama anaknya tersita. Tabarakallah..! Musa adalah yg paling spektakuler di antara para contestant ... usianya belum lagi genap 6th. Pertama jumpa di audisi ke-1@ at-tiin 6 april, hapalan= 26 juz. Jumpa lagi di karantina 19 mei, musa sudah 29,5 juz.., dan sekarang saat saya menulis ini , biidznillaah.., sudah sempurna 30 juz. Masyaallaah... Allahuakbar wa lillah ilham! Sangat sungguh menjadi teladan,, bagi seluruh anak muslim se dunia... wa allah azza wa jalla al-ghanii... al Quran, dijaga dipelihara keasliannya, oleh para penghapal quran, dan musa ... adalah salah satu di dalamnya. Sekarang ia sudah terdaftar, menjadi peserta pertama Lomba Hifdzulquran Internasional di Saudi Arabia mewakili Indonesia pada 10 terakhir Ramadhan nanti, in sya allah. ⚡ Masyaallah, masyaallaah... Apakah lisan anda dan ahlul bait anda juga ingin, menjadi bagian.., dari salah satu pemelihara dan penjaga al qur-an ..? Mulailah sekarang juga. Semoga menjadi inspirasi indonesia. Tonton "Hafiz Indonesia 2014 - Musa 5,5 Tahun Dari Bangka Hafal 29 Juz - Membuat Semua Juri Menangis" di YouTube https://www.youtube.com/watch?v=4tytFJlshqE&feature=youtube_gdata_player
‘Amr Ibnu Salamah, Mengimami Kaumnya Ketika Berusia 6 Atau 7 Tahun Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari tentang ‘Amr ibnu Salamah Al-Jarmi yang menjadi imam bagi kaumnya, padahal usianya baru enam atau tujuh tahun. Dan itu terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Amr bin Salamah menuturkan kelengkapan kisahnya: Kami bermukim di dekat sebuah mata air yang biasa dilewati orang-orang. Suatu ketika serombongan musafir yang berkendaraan melewati kami. Kami pun bertanya kepada mereka, “Bagaimana kabarnya orang-orang? Ada apa dengan mereka? Bagaimana dengan lelaki yang sedang ramai pemberitaannya?” Mereka menjawab, “Lelaki itu mengaku Allah-lah yang mengutusnya dan memberi wahyu kepadanya. Allah mewahyukan kepadanya ini dan itu (dengan membacakan wahyu Al-Qur’an yang mereka maksud).” Aku pun menghafal wahyu berupa ayat-ayat Al-Qur’an tersebut seakan-akan menempel dalam dadaku. Sementara itu kabilah-kabilah Arab menunda keislaman mereka sampai Fathu Makkah. Mereka mengatakan, “Biarkan dia dan kaumnya. Bila dia menang atas kaumnya berarti memang dia nabi yang benar.” Tatkala terjadi Fathu Makkah, setiap kaum bersegera masuk Islam. Ayahku mendahului kaumku dalam berislam. Saat ayahku datang dari menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Demi Allah! Aku datang kepada kalian dari sisi nabi yang haq (benar-benar seorang nabi). Nabi itu berkata, “Shalatlah kalian shalat ini di waktu itu dan shalat itu di waktu ini. Apabila datang waktu shalat, hendaklah salah seorang dari kalian menyerukan adzan dan hendaknya orang yang paling banyak hafalan Al-Qur’annya mengimami kalian.” Mereka pun melihat siapa yang paling banyak hafalannya. Ternyata tidak ada seorang pun dari kaumku yang paling banyak hafalannya melainkan aku, karena sebelumnya aku mendapatkannya dari rombongan musafir. Kaumku pun memajukan aku di hadapan mereka untuk mengimami mereka, padahal saat itu usiaku masih enam atau tujuh tahun. Saat mengimami mereka aku mengenakan pakaian yang pendek. Bila aku sujud, pakaian itu terangkat dari bagian bawah tubuhku. Seorang wanita dari kampung (yang ikut shalat bersama jamaah) lalu berkata, “Tidakkah kalian menutupkan dari kami pantat pembaca Al-Qur’an kalian itu?” Kaumku lalu membelikan untukku pakaian dan mereka pakaikan kepadaku. Tidaklah aku bergembira memperoleh sesuatu sebagaimana gembiraku mendapat pakaian tersebut. (HR. Al-Bukhari) Dinukil dari Majalah AsySyariah Edisi 056
Kisah Ummu Shalih (82 tahun) Penghafal Al-Qur’an RUBRIK KELUARGA pada Majalah Ad-Dakwah selalu menghadirkan kepada para pembacanya kisah-kisah yanq penuh keteladanan dan juga berbagai informasi yang menyejukkan hati. Berikut ini adalah salah satu pengalaman nyata yang dimuat dalam majalah tersebut. Mari kita simak bersama! Ummu Shalih. 82 tahun, mulai menghafal Al-Qur’an pada usianya yang ke-70. Tamasyanya ke taman hafalan Al-Qur’an, sungguh sangat menginspirasi. Citacitanya yang tinggi, kesabaran, dan juga pengorbanannya patut kita teladani. Inilah hasil wawancara dengan Ummu Shalih. Motivasi apa yang mendorong Anda untuk menghafalkan Al-Qur’an pada umur yang setua ini? Sebenarnya, cita-cita saya untuk menghafal Al-Qur’an sudah tumbuh sejak kecil. Kala itu ayah selalu mendoakanku agar menjadj hafizhah Al-Qur’an seperti beliau dan juga seperti kakak laki-lakiku. Dari hal itulah, aku mampu menghafal beberapa surat —kira-kira 3 juz. Ketika usiaku menginjak 13 tahun, aku menikah. Tentu setelah itu aku tersibukkan dengan urusan rumah dan anak-anakku. Ketika aku dikaruniai 7 (tujuh) orang anak, suamiku wafat. Karena ketujuh buah hatiku masih kecil-kecil, maka seluruh waktuku tersita untuk mengurusi dan mendidik mereka. Nah, ketika mereka sudah dewasa dan berkeluarga, maka waktu ku pun kembali luang. Dan hal yang pertama kali aku tunaikan adalah mencurahkan tenaga dan waktuku untuk mewujudkan cita-cita agungku yang tertunda untuk menghafal Kitabullah Azza wa Jalla. Bagaimana awal perjalanan Anda dalam menghafal? Aku mulai menghafal kembali ketika putri bungsuku masih duduk di bangku Tsanawiyah (SMP). Dia salah satu putriku yang paling dekat denganku, dan dia sangat mencintaiku. Sebab kakak-kakak perempuannya telah menikah dan disibukkan dengan kehidupan baru mereka. Sedangkan, dia (putri bungsuku) tinggal bersamaku. Dia sangat santun, jujur, dan mencintai kebaikan. Putri bungsuku pun bercita-cita untuk menghafal Al-Qur’an—terlebih ketika ustadzahnya menyemangati dirinya. Dari sinilah, saya dan juga putri bungsuku menghafal Al-Qur’an, setiap hari 10 ayat. Bagaimana metode yang Anda gunakan untuk menghafal?
Setiap hari, kami hanya menghafal 10 ayat saja. Pada ba’da Ashar, Kami selalu duduk bersama. Putriku membaca ayat, kemudian aku menirukannya hingga 3 (tiga) kali. Setelah itu putriku menerangkan makna dari ayat-ayat yang Kami baca. Lantas membaca kembali ayat-ayat tersebut hingga 3 (tiga) kali. Keesokan harinya, sebelum berangkat ke sekolah putriku mengulangi ayat-ayat tersebut untukku. Tak cukup itu saja, saya pun menggunakan tape recorder untuk mendengar murattal Syaikh Al-Hushairi, dan aku mengulanginya hingga 3 (tiga) kali. Aku pun mendengar murattal tersebut pada sebagian besar waktuku. Kami menetapkan hari Jum’at, khusus untuk mengulangi kembali ayat-ayat yang kami hafal selama satu pekan. Demikian seterusnya, saya dan putri bungsuku selalu menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara tersebut. Kapan Anda selesal menghafal seluruh Al-Qur’an? Kira-.kira 4,5 tahun berjalan aku sudah hafal 12 Juz dengan cara yang telah saya sebutkan. Kemudian putriku pun menikah. Ketika suaminya mengetahui kebiasaan kami, dia pun mengontrak sebuah rumah yang dekat dengan rumahku untuk memberikan kesempatan kepadaku dan putriku untuk menyempurnakan hafalan kami. Semoga Allah membalas kebaikan menantuku dengan kebaikan yang lebih baik. Dialah yang selalu menyemangati kami, bahkan terkadang dia menemani kami untuk menyimak hafalan kami, menafsirkan ayat-ayat yang kami baca, dan juga memberikan pelajaran-pelajaran berharga kepada kami. Tiga tahun kemudian, putriku tersibukkan dengan urusan anak-anaknya dan pekerjaan rumahnya. Sehingga tidak bisa melazimi kebiasaan yang telah kami jalani. Putriku pun merasa khawatir hafalanku menjadi terbengkalai. Maka, putriku pun mencarikan untukku seorang ustadzah agar dapat menemaniku menyempurnakan hafalanku. Dengan taufik Allah Azza Wajalla aku pun telah purna menghafalkan seluruh AlQur’an. Semangat putriku pun masih membara untuk menyusulku menjadi hafizhah Al-Qur’an. Bahkan, tidak mengendur sedikit pun. Cita-cita Anda sangat tinggi, dan Anda pun telah mewujudkannya. Siapakah sosok wanita di sekitar Anda yang selalu mendukung Anda? Motivasi saya telah jelas dan terang. Putri-putriku, juga para menantu perempuanku pastinya selalu mendukungku. Walau hanya satu jam, kami sepakat untuk mengadakan pertemuan sepekan sekali. Dalam pertemuan itu kami menghafal beberapa surat, dan saling menyimak hafalan. Terkadang pertemuan itu pun macet. Tetapi kemudian mereka bersepakat kembali untuk bertemu. Saya yakin, niat mereka semua sangat baik. Tak ketinggalan pula, cucu-cucu perempuanku yang selalu memberikan kaset-kaset murattal Al-Qur’an. Hingga aku pun selalu memberi mereka bermacam-macam hadiah.
Awalnya, tetangga-tetanggaku juga tidak simpatik dengan cita-citaku. Mereka selalu mengingatkanku betapa sulitnya menghafal di usia yang daya ingatnya telah lemah. Tetapi ketika mereka melihat kebulatan tekadku, akhirnya mereka pun berbalik mendukung dan menyemangatiku. Ada di antara tetanggaku yang juga ikut tersulut semangatnya untuk menghafal, dan sedikit demi sedikit hafalannya pun mulai bertambah. Ketika tetangga-tetanggaku mengetahui bahwa aku telah purna menghafal seluruh Al-Qur’an, mereka pun sangat berbahagia. Hingga kulihat air mata bahagia menetes di pipi mereka. Sekarang, apakah Anda merasa kesulitan untuk muraja’ah (mengulangi) hafalan? Saya selalu mendengarkan murattal Al-Qur’an, dan menirukannya. Demikian juga ketika shalat, saya selalu membaca beberapa surat panjang. Terkadang pula saya meminta salah seorang putriku untuk menyimak hafalanku. Di antara putra-putri Anda, adakah yang juga hafizh seperti Anda? Tak ada satu pun dari mereka yang hafal keseluruhan Al-Qur’an. Tetapi, insya Allah mereka selalu berusaha mencapai cita-cita menjadi hafizh. Semoga Allah menyampaikan mereka pada hal tersebut dengan bimbingan-Nya. Setelah hafal Al-Qur’an, tidak terpikirkan untuk menghafal hadits? Saat ini, saya telah hafal 90 hadits, dan saya tetap berkeinginan untuk melanjutkannya, Insya Allah. Saya menghafalnya dengan mendengarkan dari kaset. Pada setiap akhir pekan, putriku membacakan untukku 3 (tiga) hadits. Sekarang, saya telah mencoba untuk menghafal hadits lebih banyak lagi. Setelah kurang lebih 12 tahun Anda disibukkan dengan menghafal Al-Qur’an, perubahan apa yang Anda rasakan dalam kehidupan Anda? Benar, saya merasakan perubahan yang mendasar dalam diri saya. Walau sebelum menghafal–untuk Allah segala pujian—saya selalu menjaga diri untuk senantiasa dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setelah disibukkan dengan menghafalkan Al-Qur’an, justru saya merasakan kelapangan hati yang tak terkira, dan sirnalah seluruh kecemasan dalam diriku. Saya pun tidak pernah menyangka akan terbebas dari perasaan khawatir terhadap urusan-urusan yang menimpa anak-anakku. Moral dan spiritku benar-benar terangkat. Hingga aku pun rela berpayah-payah untuk mewujudkan kerinduanku dalam mewujudkan cita-citaku. Inilah nikmat terbesar yang diberikan oleh Sang Khaliq Azza Wajalla kepadaku sebagai wanita tua, suami pun telah tiada, dan juga anak-anaknya pun mulai berkeluarga. Di saat wanita lanjut usia lainnya terjebak dalam angan-angan dan lamunan. Tetapi aku —segala puji hanya untuk Allah— tidak merasakan hal yang demikian. Saya
benar-benar tersibukkan dengan urusan besar yang memiliki faedah di dunia dan akhirat. Ketika itu, apakah Anda tidak berpikir untuk mendaftarkan diri pada sebuah pesantren penghafal Al-Qur’an? Pernah beberapa wanita yang mengusulkan kepadaku, tapi saya adalah wanita yang terbiasa untuk berdiam diri di dalam rumah dan jarang sekali keluar rumah. Alhamdulillah, karena putriku telah mencukupi segalanya dan membantuku dalam segala urusan. Sungguh, putriku benar-benar tidak ada duanya. Aku pun telah banyak mengambil pelajaran darinya. Apa yang terkesan dalam diri Anda tentang putri bungsu Anda yang telah membimbing dan mendampingi Anda? Putri bungsuku telah memberikan pelajaran mengagumkan dalam kebaikan dan kedermawanan yang keduanya sulit ditemui pada zaman sekarang. Terlebih dia mendampingiku menghafal Al-Qur’an pada usia ABG. Padahal,usia ini adalah usia labil yang mudah terombang-ambing dan tergoda dengan keadaan yang menjerumuskan. Tidak seperti umumnya teman-teman seusianya, putriku memaksakan diri untuk meluangkan waktunya untuk mendampingiku. Dia pun mengajari dan mendampinqiku dengan tekun, sabar, dan penuh kelembutan. Suaminya pun demikian —semoga Allah senantiasa menjaganya, selalu menolong dan telah memberikan bantuan yang begitu banyak. Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan kepada mereka berdua dan menyejukkan pandangan mata mereka dengan anak-anak yang shalih. Apa saran Anda kepada wanita yang telah lanjut usia, dan menginginkan untuk dapat menghafalkan Al-Qur’an, tetapi terhalang oleh rasa khawatir dan merasa tidak mampu untuk melaksanakannya? Saya katakan, “Jangan berputus asa terhadap cita-cita yang benar. Teguhkanlah keinginanmu, bulatkan tekadmu, dan berdoalah kepada Allah di setiap waktu. Kemudian, mulailah sekarang juga. Setelah umurmu berlalu dan kau curahkan seluruhnya untuk memenuhi tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga, mendidik anak, dan mengurus suami. Maka sekarang saatnyalah Anda memanjakan diri. Bukan berarti kemudian memperbanyak keluar rumah, memuaskan diri dengan tidur, bermewah-mewah, dan banyak beristirahat. Tetapi memanjakan diri dengan amal shalih. Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita memohon khusnul khatimah. Nasihat Anda terhadap para remaja? Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Nikmat Allah berupa kesehatan, dan banyaknya waktu luangmu, maksimalkanlah untuk menghafal kitab Allah Azza Wa Jalla. Inilah cahaya yang akan menyinari hatimu, hidupmu, dan kuburmu setelah engkau mati.
Jika kalian masih memiliki ibu, bersungguh-sungguhlah dalam membimbingnya menuju ketaatan kepada Allah. Demi Allah, tidak ada nikmat yang lebih dicintai seorang ibu kecuali seorang anak shalih yang mau menolongnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla. (diterjemahkan dari quraan-sunna.com) Disalin dari buku: HAFAL AL-QUR’AN TANPA NYANTRI penyusun: Abdud Daim Al Kahil. penerbit: Pustaka Arafah Cet I, Maret 2010, halaman 129-137 Sumber: http://jilbab.or.id
Seorang Ibu Rumah Tangga Pun Menjadi Penghafal Al Quran Ummu Zaid, seorang ibu rumah tangga ketika menceritakan pengalamannya dalam menghafal Al Quran, beliau menutup cerita dengan kata-kata yang bisa menjadi nasihat untuk kita semua, terutama untuk ibu rumah tangga. Belum pupus harapan bagi kalian untuk menjadi penghafal kitabullah. Berikut nasihat beliau yang saya kutip dari buku Hafal Al Quran Dalam Sebulan Untuk menutup halaman-halaman yang indah ini, aku sampaikan pada kalian bahwa aku adalah wanita , sebagaimana wanita lainnya. Aku memiliki suami dan anakanak. Anak-anakku belajar di sekolah khusus dengan kurikulum pelajaran yang sangat sulit. Aku hafal Al Quran, tapi aku tidak melalaikan tanggung jawabku sebagai seorang ibu. Aku didik anak-anakku dan berusaha mengajari mereka segala sesuatu. Bahkan tanggung jawabku yang paling utama adalah sebagai seorang istri yang berusaha untuk mendapatkan keridhaan suami, tanpa mengurangi haknya dan dengan menunaikan kewajiban-kewajibanku secara sempurna. Alhamdulillah, Allah tidak menjadikanku telat dalam menghafal al Quran. Demi Allah, janganlah kalian beralasan atas tidak hafalnya kalian terhadap al Quran. Apalagi kalian adalah para gadis yang belum menikah dan belum memikul tanggung jawab. Pertama dan terakhir kalinya adalah berprasangka baik pada Allah. Karena dengan begitu, Allah akan berprasangka baik sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Pada awalnya, aku mengira bahwa surat al Baqarah dan Ali Imran sangat sulit untuk dihafal, dan usaha itu akan memakan waktu yang lama. Dan Allah pun memberiku anugrah sesuai dengan apa yang kusangka, yakni menghafalnya selama 7 tahun. Itu karena aku tidak berprasangka baik pada Allah. Namun setelah itu, ketika aku berpasrah diri pada Allah dan berprasangka baik terhadap-Nya, aku berujar pada diri sendiri, “Aku akan menghafal al Quran secara keseluruhan dalam waktu yang singkat.” Allah pun memuliakanku dengan menghafal kitab-Nya, bahkan memudahkanku. Allah menunjuki jalan dan cara menghafal yang bermacam-macam, yang tidak pernah kumengerti dan kuketahui sebelumnya.
Wahai orang yang berkeinginan untuk menghafal Al Quran, bertawakallah pada Allah! Bersungguh-sunguhlah dalam berusaha! Dan jujurlah pada dirimu, bahwasanya engkau benar-benar ingin menghafal Al Quran! Serta, berprasangka baiklah bahwa Allah akan memberi taufik-Nya atas usahamu! Demi Allah, engkau akan memperoleh apa yang kau ingin dengan segera. Dan engkau akan menjadi bagian dari penghafal kalam yang paling agung, yaitu kalam Rabb semesta alam. Dia telah berfirman: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al Quran itu untuk pelajaran. Maka, adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al Qamar: 17) Subhanallah, mereka yang mengenalku mengira bahwa aku selalu mengawasi anak-anakku. Tetapi tanpa perlu kujelaskan dengan kata-kata, mereka akan mengetahui hal yang sebenarnya. Suatu hari, ketika aku sedang duduk, anakku yang belum genap 2 tahun berjalan mendekati meja yang diatasnya terdapat mushaf yang biasa kugunakan untuk menghafal. Ia mengenali mushaf itu, dan membawanya padaku. Setelah itu, ia menyeraknan padaku sembari mengucapkan beberapa patah kata, “Mata, Quran.” Seakan-akan ia berucap, “Bacalah wahai ibu, dalam waktu dekat ibu kan selesai mengkhatamkannya.” Subhanallah, pada hari itu tidak ada perhatiannya selain mencariku dan mencari ayahnya. Jika mushaf tidak terdapat di tangan kami, maka ia berlari untuk mengingatkan kami. Subhanallah. Sumber: Buku Hafal Al Quran Dalam Sebulan
Wanita 60 Tahun hafal al Qur’an Hanya Dengan Mendengar Usinya 60 tahun. Ia seorang buta huruf yang tak bisa baca tulis. Sepanjang hidupnya, ia tidak pernah mengecap pendidikan sekolah. Ia memfokuskan diri mengurus rumah tangga dan kehidupan 10 orang anggota keluarga yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Suaminya meninggal dunia karena penyakit akut yang ia idap. Orang-orang yang ada di sekitarnya lari darinya. Sehingga, ia menghadapi kondisi kemiskinan dan hutang yang menumpuk di hadapan banyak anaknya dengan berbagai ragam permintaan mereka. Ia tidak menggerutu ataupun menyerah. Sebab, ia sadar bahwa tugasnya adalah mulia sekaligus merupakan sebuah kewajiban.
Ia mendorong anak-anaknya untuk menjadi komponen yang baik dalam masyarakat melalui keberhasilan mereka meraih berbagai ijazah perguruan tinggi dengan pendapatan bulanan yang tak seberapa ia peroleh. Anak-anaknya menikah dan masing-masing mereka sibuk dengan kehidupan barunya. Sang ibu mendapati banyak waktu kosong. Ia pun membentengi diri dengan al Qur’an yang mulia. Kondisinya yang buta huruf tidak menjadi halangan baginya. Bahkan, ia berusaha keras dan membeli sejumlah kaset murattal. Ia terus mendengarkan bacaan murattal tersebut dan mengulang-ngulang mengikuti bacaannya. Secara turin pula ia mendatangi beberapa halaqah tahfidz yang ada di Thaif untuk memperdengarkan apa yang telah ia hafal kepada para pengajar di halaqah tersebut. Sang ibu terus dalam kondisi seperti ini. Hari demi hari, ia mendengar dan menghafal hingga dengan pertolongan Allah ia mampu menghafal al Qur’an secara keseluruhan dalam usia 60 tahun. Sumber: Buku “Kisah Inspiratif Para Penghafal al-Qur’an”, Ahmad Salim Badwilan, Penerbit WIP. Artikel: www.kisahislam.net
Mengharukan..Lelaki Saudi Ampuni Pembunuh Anaknya Jika Hapal AlQur’an Rabia al-Dousari boleh jadi termasuk lelaki berlapang dada. Dia berjanji bakal memaafkan kesalahan Faisal al-Amiri, yang terbukti bersalah membunuh putranya, Abdullah. Hanya saja, Dousari mengajukan syarat Faisal boleh dibebaskan dari hukuman penjara sekaligus vonis mati bia dia berhasil menghapal Alquran, tulis surat kabar Al-Yaum, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Senin (15/10). Pengadilan di sebuah provinsi di sebelah timur negara itu telah memutuskan Faisal bersalah membunuh Abdullah dalam sebuah perkelahian. Sesuai syariat Islam berlaku di Negeri Dua Kota Suci itu, dia divonis mati. Pelaksanaan hukuman mati dilakukan dengan cara dipenggal kepalanya. Tapi, Faisal bisa bebas dari semua hukuman bila keluarga Abdullah mau mengampuni. Pengadilan Tinggi setempat mendorong agar Dousari mau memaafkan kesalahan Faisal. Dousari menolak uang pengganti darah putranya. Dia hanya mengajukan syarat Faisal harus menghapal kitab suci umat Islam itu.
Dousari barangkali yakin Faisal tidak akan mengulangi dosa itu lagi bahkan bisa menjadi saleh setelah menghapal Alquran. Maklum saja, Alquran seharusnya menjadi pedoman hidup tiap muslim.
Narapidana Menghafal al-Quran Ketika Menunggu Sidang Syaikh DR.Yahya bin Abdurrazzaq al-Ghautsani bercerita : “Kisah unik lain yang saya dengar juga adalah para tahanan di salah satu penjara tidak ada yang memiliki mushaf al-Quran. Oleh karena itu, masing masing dari mereka (para narapidana) mendiktekan hafalan al-Quran yang dia miliki kepada narapidana lain nya, sehingga semua narapidana dapat menghafal seluruh al-Quran (tanpa mushaf). Kecuali halaman terakhir dari surat Al-Anfaal. Sebab tidak ada seorang pun dari mereka yang menghafalnya. Hal ini sangat merisaukan mereka. Hingga akhirnya, ketika tiba giliran persidangan salah seorang dari mereka, dan ia keluar menuju lorong pengadilan untuk menunggu giliran, maka hal yang pertama yang ia (salah seorang narapidana) lakukan adalah mencari orang yang menghafal penghujung surat al-Anfaal. Secara kebetulan ia mendapatkan nya diantara orang – orang yang hadir disitu. Lalu orang itupun mendiktekan hafalan nya kepada nya (yakni nara pidana tadi) dengan cara berbisik. Kemudian ia pun kembali kepada teman – teman nya dengan membawa hadiah yang paling berharga. Sekembalinya ke penjara, mereka (nara pidana) lain nya langsung berkerumun disekelilingnya, lalu ia mendiktekan (halaman terakhir dari surat al-Anfaal) kepada yang lain nya. Ternyata mereka langsung dapat menghafalnya sejak pertama kali mendengarnya, seperti layaknya surat al-Fatihah.” [Cara Mudah dan Cepat Menghafal al-Quran hal 202-203, DR.Yahya bin Abdurrazzaq al-Ghautsani. cet Pustaka Imam Syafi’i. judul asli nya Kaifa Tahfazhul Quran al-Karim] Subhanallah, begitu semangatnya para narapidana ini dalam menghafal al-Quran. Bagaimana dengan kita? Sumber: Abu Abdillah Prima Ibnu Firdaus ar-Roni al-Mirluny Artikel: www.kisahislam.net
Balasan Menghafal al Qur’an al Karim
Dr. Sayid Husain Al-Afanie menulis dalam bukunya yang berjudul AI-Jazaau min Jinsil Amal (Balasan itu Sesuai dengan Jenis Amalnya) kisah berikut ini, yang beliau sadur dari Syaikh Abdurrahman bin Aqil Adz-Dzahiri, dari Syaikh Mahfudh Asy Syanqathi–Direktur Utama Majma’ Raja Fahd untuk Pengadaan Al-Qur’an– dari Syaikh para qari’ di Majma’ tersebut, yakni Syaikh Amir Sayyid Utsman Rahimahullah. Syaikh Amir pada akhir usia yang ke-70 tahun, syaraf bicaranya terganggu sehingga tidak bisa bersuara. Ketika itu, beliau mengajar murid-murid yang belajar qira’ah, tetapi secara tiba-tiba tidak mampu bersuara, hanya terdengar desahan saja. Kemudian, beliau sakit keras dan selama itu beliau terbaring di rumah sakit. Suatu ketika para perawat dan pasien rumah sakit dikagetkan dengan seorang pasien lelaki yang syaraf bicaranya putus, tetapi ia masih sanggup duduk, bahkan melantunkan firman- firman Allah Ta’ala dengan suara jelas lagi merdu; mengkhatamkan seluruh Al-Qur’an dari ‘ayat Al-Fatihah hingga An- Naas selama 3 hari. Setelah itu, beliau meninggal dunia. Subhanallah.. Bukankah balasan suatu kebaikan itu berupa kebaikan pula?! Sumber: Dikutip dari buku “Bila Amal di Bayar Kontan’, Sayyid Abdullah Sayyid Abdurrahman ar-Rifai, Penerbit Darul Falah
Ibu Berusia 65 tahun, Buta huruf, Menghapal al-Quran selama 16 tahun Seorang ibu bernama Ummu Muhammad (Wadhha Ath-Tahyyar) berusia 65 tahun. Ia bercerita :”Proses penyimakan yang terus menerus dan alat perekam merupakan dua karunia Allah yang mempunyai andil besar dalam mewujudkan keinginan ku untuk menghafal al-Quran al-Karim. Perjalanan hidup ku bersama hafalan a l-Quran telah berjalan 16 tahun lamanya, tetapi sungguh aku sangat merasa kebahagiaan yang hakiki khususnya ketika aku baru mulai menghafal al-Quran.
Diantara unsur penting yang dapat membantu dalam menghafal adalah adanya niat yang jujur, ikhlas karena Allah semata, dan bersabar terhadap segala kesulitan. Sesungguhnya aku adalah seorang buta huruf yang tidak bisa membaca dan menulis sehingga aku banyak mendapatkan kesulitan yang luar biasa diawalnya. Namun segala puji hanya milik Allah, aku menggunakan alat perekam dan meminta pertolongan seorang guru wanita untuk datang kerumahku membaca al-Quran kepada ku dan menyimak hafalanku setiap harinya. Tidak lupa pula bahwa motivasi anak-anak ku yang tiada hentinya merupakan dorongan bagi ku untuk meneruskan kegiatanku dalam menghafal. Karena buta huruf, maka ketergantungan ku pada indra pendengaran merupakan hal yang paling utama bagi ku. Ini merupakan salah satu karunia Allah sebagai ganti dari sifat buta hurufku sehingga bisa mewujudkan impianku mengkhatamkan alQuran selama 16 tahun di lingkungan ahli al-Quran. Aku memohon kepada Allah agar menjadikan ku termasuk hamba – hamba-Nya ahli Quran, karena al-Quran adalah cahaya bagi manusia sewaktu didalam kuburnya. Akhir kata aku mengajak saudari – saudari ku untuk menghafal al-Quran karena sesungguhnya hal tersebut mudah dan ringan sekali bagi siapa saja yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala.” [Majalah Al-Usrah hal 15. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 132-133. Hamdan Hamud al-Hajiri. cet Darus Sunnah] Subhanallah, bagaimana dengan kita yang masih muda, apalagi -alhamdulillahsebagian kita tidak buta huruf? Kemana waktu kita pergi dan habiskan? Mulailah, bacalah, hafallah, dan ulangilah Abu Abdillah Prima Ibnu Firdaus ar-Roni al-Mirluny Merlung, 16 Ramadhan 1433 H / 5 Agustus 2012 M Artikel: www.kisahislam.net
Rahasia Syeikh Jibril Menjadi Hafidz cagus Feb 7th, 2015 0 Comment Syeikh Muhammad Jibril : Imam Masjid Para Shahabat Rasulullah Beberapa puluh tahun yang lalu, warga desa Thahuriya sudah amat terbiasa menyaksikan seorang anak kecil berjalan melalui jalan desa dengan gamis putihnya menuju masjid. Anak ini dikenal selalu menjaga shalat jama’ahnya dan selalu tiba di masjid sebelum adzan berkumandang. Sehingga setiap anak kecil ini menyusuri jalan, warga kampung kecil yang berada di propinsi Al Qalyubiyah itu sudah memahami, bahwa waktu shalat menjelang tiba. Anak kecil bergamis putih itu tidak lain adalah Muhammad Muhammad As Sayyid Husnain Jibril. Kini anak yang sudah menghafal al-Qur`an 30 juz itu lebih dikenal dengan sebutan Syeikh Muhammad Jibril, seorang qari` yang dikenal memiliki suara merdu yang banyak dirindukan umat Islam di berbagai tempat. Laki-laki yang telah menyelesaikan lisence di Fakultas Syari’ah wa Al Qanun Al Azhar ini telah menjadi imam tetap di Masjid Amru bin Ash sejak
tahun 1988. “Allah telah memulyakan saya dengan shalat dan menjadi Imam di Masjid Al Jami’ ‘Amru bin Ash, yang telah dibangun oleh lebih dari 80 shahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (SAW).” Kemerduan suaranya tatkala melantunkan ayat-ayat suci al-Qur`an menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Mesir. Khususnya ketika beliau menjadi Imam Masjid Amru bin Ash, warga berduyun-duyun untuk mengikuti shalat tarawih.
Tak jarang, warga dari luar kota Kairo ikut berbondong-bondong. Untuk mendapat shaf-shaf depan, mereka sudah datang sejak jam 2 siang. Terawih dengan Syeikh Jibril di Masjid yang dibangun Amru bin Ash ini memiliki nuansa tersendiri. Qunut di shalat witirnya memakan waktu hampir satu jam! Di kesempatan itu, Syeikh Jibril berdoa untuk semua permasalahan umat Islam. Jodoh, ekonomi, hingga pertolongan Allah agar umat Islam Palestina segera terbebas dari cengkraman Zionis tak luput dari munajatnya. Tak jarang para jama’ah menangis sedu-sedan di waktu qunut berlangsung. “Baik menangis atau dibuat-buat supaya bisa menangis boleh, sebagaimana sabda Rasulullah (SAW).“ Ucap beliau, ketika ditanya tentang mereka yang manangis dengan dibuat-buat ketika shalat. Di masa mudanya, sebelum selesai tingkat Aliyah (SMU), ia sudah pindah ke Yordan dan menjadi Imam di salah satu masjid di negara itu, serta menjadi pengajar materi al-Qur`an di Universitas Al Urduniyah. Walau sudah menjadi pengajar, belajar sendiri tidak dilupakan. Ia melanjutkan kuliyah ke Fakultas Syari’ah wa Al Qanun di Universitas Al Azhar Mesir. Karena itu, ia harus sering bolak-balik Yordan-Mesir, untuk melancarkan studinya. Di Yordan inilah Syeikh Muhamamd Jibril mulai populer, rekaman bacaan al-Qur`an beliau mulai menyebar. Sedangkan di Mesir sendiri, namanya saat itu hampir tidak terdengar. Baru, setelah beliau “menyabet” juara lomba menghafal al-Qur`an tingkat internasional di Malaysia tahun 1981 dan di Saudi tahun 1986, Muhammad Jibril mulai populer di negerinya sendiri. “Ini yang membuat saya merasa, bahwa sudah saatnya saya menetap di Mesir.” Ungkapnya. Dengan berbekal sejumlah uang yang ia peroleh dari hadiah lomba, ketika ia genap berumur 25 tahun, laki-laki pendiri Madrasah Ubai bin Ka’ab ini membangun rumah dan mulai menjadi imam di beberapa masjid di Mesir. Setiap kali menjadi imam, jumlah jama’ah shalat meluber. Hingga akhirnya ia ditetapkan menjadi imam di Masjid Jami’ Amru bin Ash. Khusus di bulan Ramadhan, jumlah jama’ah di masjid Amru bin Ash bisa mencapai 500 ribu jama’ah.
Shaf shalat meluber hingga terowongan Malik As Shalih, yang berjarak beberapa ratus meter dari Masjid. Kontribusi Syeikh Jibril terhadap masjid Bersejarah ini diakui oleh Dr. Abdu As Shabur Sahin, salah satu ulama Mesir,”Saya mengharap agar ia tidak meninggalkan Masjid Amru. Dia telah menghidupkan Masjid Amru, setelah sebelumnya ‘tak berpenghuni’.” Menjadi imam shalat ratusan ribu jama’ah ternyata tidak membuat Syeikh Jibril, bangga atau pun grogi.“Ketika menjadi imam, saya merasa seakan-akan hanya ada satu makmum yang shalat di belakang saya, dan saya sudah lupa dengan semua makmun. Saya merasa sedang berada di alam yang berbeda, bersama setiap lafadz yang saya ucapkan dari kalamullah.”Terangnya. Sejak kecil, Syeikh Jibril memang bercita-cita sebagai ahlu al-Qur`an, dan meraih tingkatan tertinggi dalam bidang ini. Menurutnya, sejak awal beliau memang mencintai spesialisasi. Sehingga, ketika diangkat menjadi imam Masjid Amru bin Ash, dan diundang untuk menjadi imam shalat di berbagai negara, beliau tidak merasa heran. Akan tetapi menurutnya, tawadhu’ harus tetap dijaga. Bahkan, walau sudah ribuan kali menjadi imam shalat di berbagai tempat, beliau merasa seakan-akan baru pertama kali menjadi imam. Tepatnya pada bulan Maret 2004, laki-laki yang juga kerap menjadi Imam tarawih di Malaysia ini mulai mengaktifkan lembaga pendidikan al-Qur`an, yang dinamai dengan Dar Ubai bin Ka’ab yang terletak di wilayah Sayidah Zainab Kairo. Dengan masa pendidikan 6 tahun, ia mentarget 5 juz al-Qur`an bisa dihafal tiap tahunnya, sehingga begitu lulus, para pelajar sudah menghafal 30 juz. Ubai bin Ka’ab adalah sahabat nabi penghafal dan penulis wahyu, dan seorang sahabat yang disaksikan oleh Rasulullah (SAW) bahwa beliau adalah seorang alim. Oleh karena itulah, Syeikh Jibril terilhami untuk mengabadikan nama sahabat mulia itu menjadi nama madrasahnya. Disamping itu ia juga mendirikan“kuliyah terbuka” yang tidak terikat umur, yang juga mempelajari tajwid dan bacaan al-Qur`an. Di luar masjid, aktivitas Syeikh Jibril tidak berbeda dengan rakyat biasa pada umumnya. Beliau adalah seorang yang juga rajin berolah raga. Tak jarang ketika ditemui beliau kedapatan sedang mengenakan baju trinning. Bermain sepak bola dan berenang adalah cabang olah raga yang beliau gemari. Bukan untuk hiburan atau bersenang-senang semata. Menurutnya, olah raga bisa membantu mengatur pernafasan. Karena nafas yang teratur dengan baik sangat diperlukan bagi seorang qari’. Itu dilakukan juga untuk menjaga kekuatan jasmani, karena menjadi imam, apalagi shalat tarawih, perlu memiliki ketahanan fisik yang baik. Untuk mengisi hari-hari, Syekh Jibril bermain akrab dengan Amru juga memperdengarkan ayat-ayat al-Qur`an untuk putra beliau itu. “Wajib bagi kita untuk memperhatikan anak-anak balita, karena mereka memiliki fitrah untuk mencintai al-Qur`an, hingga mereka senang jika kita bacakan.” Ucap beliau. Keluarga alQur`an Bagi Syeikh Jibril, untuk menjadi penghafal dan qari` al-Qur`an ternyata tidak cukup hanya mengandalkan jerih payah yang bersangkutan, peran lingkungan dalam kelurga juga menentukan. Keluarga Muhammad Jibril sendiri adalah “keluarga al-Qur`an.” Ayah beliau sendiri adalah seorang hafidz yang cukup dikenal di propinsi Qalyubiyah. Kakak laki-lakinya Syeikh Sayyid Muhammad Jibril juga saorang hafidz, mengajar di pesantren milik Al Azhar di wilayah Ma’adi.
Begitu pula saudaranya yang bernama Nashr, serta bebarapa saudara perempuannya juga hafal 30 juz. Pada umur 5 tahun, ayahnya menyerahkannya kepada Syeikh Amir Utsman, pangajar al-Qur`an di desanya. Dan Syeikh Jibril memiliki kesan tersendiri terhadap guru beliau yang telah wafat di Makkah ini. Menurutnya, pertemuannya dengan Syeikh Amir adalah sebuah kenikmatan dari Allah. “Dari Syeikh Amir saya mengambil bacaan al-Qur`an yang “bersih” dan tepat. Laki-laki ini adalah salah satu fadhilah untuk saya” Cara menghafal al-Qur`an Ketika ditanya, bagaimana cara menghafal, hingga bisa menghasilkan hafalan yang kuat dan benar? Beliau menjawab, “Musyafahah (dengan mendengarkan dan menirukan) adalah cara pengajaran yang saya tempuh, setelah itu mempelajari hukum bacaan.” Tidak hanya itu, keadaan hati yang bersih juga turut berperan,”Saya mengetahui bahwa keberhasilan adalah buah dari ikhlas, maka saya berusaha untuk selalu dalam keadaan ikhlas dan terus menerus mengulangi hafalan”. Mengenai metode pengulangan hafalan Syeikh Jibril menjelaskan,”Saya dulu mengulangi sebelum dan sesudah shalat shubuh, dengan mengetahui tanda wuquf (berhenti), dan bagaimana mengucapkan lafadz yang benar, dan saya membaca yang akan saya hafal besok dan saya terus melakukannya”. Syeikh Jibril memandang bahwa mengulangi hafalan setiap hari adalah hal yang amat penting bagi seorang hafidz. “Barang siapa meninggalkan alQur`an dalam sehari, maka al-Qur’an akan meninggalkannya dalam sepekan, barang siapa meninggalkan al-Qur’an sepekan, al-Qur’an akan meninggalkannya sebulan, dan barang siapa meninggalkan al-Qur’an sebulan, maka al-Qur`an meninggalkannya setahun dan barang siapa meninggalkan al-Qur`an setahun maka yang bersangkutan akan lupa, artinya kita harus memulai hafalan dari awal lagi.” Syeikh Jibril berpesan. Oleh karena itu, walau sudah menjadi qari’ besar dan ribuan kali mengulang hafalan dengan menjadi imam shalat, hingga kini Syeikh Muhammad Jibril masih tetap mengulangi hafalan beliau, yakni, 5 juz dalam sehari. Hal ini juga merupakan washiyat dari guru beliau, Syeikh Amir Utsman Sumber : https://m.facebook.com/groups/709798949038747?view=permalink&id=806779872673987 &refid=18&_ft_&__tn__=%2As
Hafidz Al Qur'an | Kisah Seorang Penggembala Kambing Menghapal Al-Qur'an
SEORANG penggembala kambing, sebut saja namanya Urwah, dari negara Kuwait menceritakan kisahnya seperti yang ditulis oleh Syeikh Hamdan Hamud Al-Hajiri dalam kitabnya “Auladuna, Kaifa Yahfazhunal Qur`an”. Berikut adalah kisahnya. Pada saat berangkat, aku merasakan dua hal yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Di satu sisi aku merasa sedih karena harus berpisah dengan keluarga di kampung, namun di sisi lain aku merasa senang karena bisa pergi ke Arab Saudi. Ini kali pertama aku masuk bandara dan berpergian dengan pesawat terbang.
Perasaan pun bercampur aduk, antara gembira, sedih, dan rasa takut. Semuanya aku rasakan saat itu. Aku tidak sempat memikirkan tentang pekerjaan dan di mana aku akan bekerja setelah mendapatkan panggilan dari seseorang di Arab Saudi. Bagiku yang hanya lulusan SMA ini, diterima bekerja di Arab Saudi saja adalah sesuatu yang hebat; karena jarang bagi kalangan menengah ke bawah di kampungku untuk pergi ke luar negeri. Apapun pekerjaannya, yang penting halal dan hasilnya dapat aku tabung untuk kembali ke Kuwait. Tak terasa, muncul dalam pikiranku tentang pakaian ihram yang ingin aku gunakan pada musim haji dan cita-citaku untuk menghafal al-Quran selama berada di Arab Saudi. Inilah cita-citaku semenjak lama. Sungguh aku akan berusaha menghadapi semua kesulitan untuk menggapai cita-citaku itu. Perasaan takut lalu berubah menjadi tenang ketika aku tenggelam bersama citacitaku tersebut. Namun, pikiranku seketika buyar bersamaan dengan datangnya seorang petugas bandara yang meminta paspor. Aku lalu menyerahkan pasporku kepadanya. Petugas itu bertanya, “Apa pekerjaanmu? Penggembala kambing?” “Iya.“ Aku jawab dengan tegas pertanyaannya. Setelah mengambil barang bawaan, aku keluar bandara. Aku melihat namaku yang tertulis di kertas besar dibawa oleh seseorang. Ternyata, dia adalah majikanku. Dia menyambutku dengan senyuman. Setelah itu, aku masuk mobil majikanku yang tengah parkir di sana. Aku melihat lampu kota dari kejauhan yang perlahan menghilang seiring dengan laju kendaraan yang membawa kami. Pertanyaan demi pertanyaan datang silih berganti dari majikanku. Berapa tahun kamu pernah menggembala kambing? Apakah engkau dapat mengenali penyakit-penyakit kambing? Dan banyak pertanyaan lainnya. Setelah pertanyaan-pertanyaan yang banyak, rasa kantuk mulai menguasaiku. Majikanku mulai memberikan nasihat-nasihat, “Jangan kamu putus asa! Janganlah kamu takut! Kamu harus bersemangat dan bersungguh-sungguh.” Kami sampai di kemah kecil setelah melalui jalan-jalan yang berliku. Kemudian majikanku berkata, “Inilah tempat tinggalmu.” Aku merasa senang dengan tempat yang luas serta suasana yang tenang dan indah. Kemahku berada di dataran tinggi yang dikelilingi oleh tumpukan jerami dan gandum. Dalam kemahku yang sederhana terdapat sebuah ruangan kecil yang berfungsi sebagai dapur. Pagi harinya, aku menunaikan shalat Subuh setelah terbangun dari tidurku yang pulas karena baru pertama kali melakukan perjalanan yang jauh.
Hari Pertama Mengembala Pengembala kambing, ya tetap pengembala kambing. Aku tidak menyesal bekerja sebagai pengembala kambing lagi di negeri yang jauh dari negeriku. Meskipun di negaraku juga bisa mengembala kambing, tapi seperti yang aku katakan, citacitaku ke Arab Saudi adalah menunaikan ibadah haji dan menghafal Al-Qur`an hingga 30 juz. Aku memulai hari pertamaku bekerja. Aku lihat kambing gembalaanku satu persatu, lalu aku membiarkannya berjalan di depan, dan aku mengikutinya sambil membawa bekal untuk makan siang nanti. Aku tunggangi pungung kudaku dan berdoa seperti yang tercantum dalam firman Allah Ta’ala, “Mahasuci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya ”(QS. Az-Zukhruf: 13) Debu-debu beterbangan dari bekas pijakan kaki kambing yang sedang berjalan dengan perlahan. Aku hidup di gurun, bukan di tanah subur yang mana seseorang bisa mengembalakan kambingnya dengan mudah. Memang butuh perjuangan yang hebat untuk mencari tempat pengembalaan kambing. Dari kejauhan, sebuah kemah mulai terlihat. Kemah itu adalah tempat tinggal pengembala kambing yang juga bekerja dengan majikanku. Di sana ada beberapa orang yang tengah beristirahat. Sesampai di sana, setelah memperkenalkan diri kepada teman-teman dengan profesi yang sama, aku langsung berwudhu, lantas mengumandangkan azan untuk shalat Zuhur. Gema suara azanku terdengar di sekeliling kami. Setelah merasa aman karena kambing-kambing gembalaan berada tidak jauh dariku, maka aku mengerjakan shalat berjamaah. Setelah itu, aku meneruskan perjalananku yang jauh. Dalam perjalanan, aku teringat akan keluargaku dan penduduk kampungku. Aku teringat pula waktu awal menghafal Al-Quran di negeriku. Yang paling kuingat adalah ucapan ayahku. Beliau berpesan agar aku menghafal Al-Qur`an hingga khatam. Aku berkata dalam hati, “Ini adalah kesempatan yang tak tergantikan dengan apa pun dan merupakan ‘harta rampasan’ yang didapat tanpa susah payah, karena aku tidak mempunyai kesibukan yang menghalangiku untuk melaksanakan pesan ayahku itu.” Tatkala tiba waktu pulang, aku telah mengambil sebuah keputusan yang sangat penting, yaitu aku akan mulai menghafal Al-Quran selama di Arab Saudi ini, Insya Allah. Ya, aku akan menghafal Al-Qur`an. Aku bersyukur kepada Allah atas petunjuk-Nya dan atas waktu yang kosong ini. Lagi pula, pekerjaanku berada di luar kota yang jauh dari kebisingan. Walaupun kehidupan di sini sulit dan keras, tetapi aku merasa senang karena tidak ada waktu untuk bergunjing, mengadu domba, dan memfitnah orang lain. Suasana pekerjaanku sangat kondusif dan jauh dari semua hal-hal yang tidak berguna. Kemudian aku pulang ke kemahku dengan kelelahan. Sebelum masuk kemah, domba dan kambing terlebih dahulu digiring menuju ke sumber air. Kemudian aku
mengambil air wudhu dan mengumandangkan azan Maghrib di kemahku. Bersama teman-teman yang lain aku mengerjakan shalat maghrib berjamaah. Inilah hari pertamaku kerja di negeri ini dan demikianlah hari-hariku yang lain, kecuali hari Jum’at; karena pada waktu itu aku melakukan shalat Jum’at. Hari demi hari berlalu dan tibalah musim haji. Majikanku yang baik hati mengizinkanku pergi ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Singkat cerita, setelah selesai, aku kembali ke tempat majikanku yang berada di wilayah timur negara Arab Saudi. Aku sudah berterus terang kepada majikanku bahwa tujuan utamaku ke Arab Saudi selain untuk bekerja adalah melaksanakan ibadah haji. Namun, dia menanggapinya dengan senyuman seraya berkata, “Bersabarlah sebentar, tinggallah beberapa bulan lagi di sini.” Oleh karena itu, tidak ada hal lain lagi yang kuharapkan selain menuntaskan hafalan al-Quran. Maka dengan sungguh-sungguh aku membulatkan tekadku untuk itu. Aku selalu berusaha, bersabar, dan berdoa kepada Allah Ta’ala agar memberikanku petunjuk-Nya untuk menghafal al-Quran sehingga akhirnya Allah Ta’ala memberikan karunia-Nya, yang mana aku dapat mengkhatam hafalan AlQuran sekitar 10 bulan lebih semenjak datang ke Arab Saudi. Apakah engkau ingin mengetahui bagaimana aku bisa menghafal al-Quran? Mulai Menghafal Al-Quran Pada setiap pagi setelah shalat subuh aku menghafal ayat-ayat al-Quran sebanyak dua lembar. Setelah mengembala kambing, dan hendak pulang ke kemah, aku mengulang kembali hasil hafalanku yang kudapat pagi tadi, lalu hafalan itu diulang kembali pada keesokan harinya. Keesokan harinya, sebelum berangkat menggembala kambing, aku mengulangi hafalanku yang kemarin. Apabila hafalanku yang kemarin itu sudah mantap, maka aku mulai menambah hafalanku dengan ayat-ayat yang baru. Hal yang sama juga aku lakukan ketika pulang ke kemah, yakni mengulangi kembali hasil hafalanku pagi tadi dan mengulang kembali hafalan hari ini pada keesokan harinya lagi. Adapun hari Kamis dan Jum’at aku khususkan untuk mengulang semua hafalanku. Pada saat beristirahat, salah seorang temanku -yang menceritakan kisah ini kepada Syeikh Hamdan Hamud Al-Hajiri- bertanya sambil terheran-heran, “Kamu tidak memiliki radio dan televisi. Kamu juga tidak membaca koran, lalu bagaimana kamu mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di seluruh dunia. Kamu benar-benar terpisah dari dunia luar.” Sambil membetulkan posisi duduk, aku katakan, “Sungguh, rasa khawatirku terhadap sesuatu menjadi berkurang. Pada waktu kosong ini, aku sibuk memeriksa penyakit kambing-kambingku atau menjahit bajuku yang sobek. Inilah kejadiankejadian yang luar biasa bagi diriku. Adapun kabar terhangat adalah kabar yang disebutkan dalam firman Alah Ta’ala, Tuhan semesta alam. Sementara itu, peristiwa yang paling agung adalah peristiwa diutusnya para nabi beserta orangorang beriman yang mengikutinya, bagaimana dakwah mereka dan cobaan yang menimpa mereka. Bagi saya, berita-berita yang ada koran dan majalah tidak
begitu penting. Biarlah saya menyibukkan diri dengan kabar yang datang dari Tuhan yang disembah para makhluk di dunia ini.” Subhanallah, sungguh kuat keinginan si pengembala kambing ini untuk mengisi hari-harinya dengan al-Quran. Kesibukan bekerja bukanlah sebuah alasan baginya untuk tidak menghafal al-Quran. Hal yang terpenting bagi kita adalah berniat sepenuh hati untuk menghafal al-Quran, lalu melaksanakannya, kemudian istiqamah (kosisten) menjalaninya. Seharusnya, kecanggihan teknologi pada masa ini kita manfaatkan untuk menghafal Al-Quran. Pada masa dahulu, barangkali cuma ada kaset atau cakram padat (CD) yang bisa kita dengarkan untuk menghafal atau mengulang hafalan AlQuran. Pada masa sekarang, banyak rekaman para qari Timur Tengah maupun dalam negeri dalam format MP3 yang bisa kita unduh dari situs resmi, lalu kita simpan dalam telepon genggam, sehingga bisa didengar kapan pun kita inginkan. Daripada mendengarkan musik yang hukumnya masih diperdebatkan oleh para ulama, lebih baik mendengar tilawah Al-Quran. Mengerti atau tidak maknanya, Anda sudah mendapatkan pahalanya. Jangan terpengaruh oleh ucapan orang, “Untuk apa menghafal Al-Quran, toh kamu tidak mengerti.” Atau, “Yang penting adalah mengamalkan Al-Quran, bukan sekadar menghafalnya.” Itu hanya ucapan orang-orang yang tidak mau menghafal Al-Quran. Dia tidak tahu bahwa membaca dan menghafal itu pintu pertama untuk mengerti dan mengamalkan Al-Qur`an. Bukankah waktu kecil dulu kita disuruh membaca dan menghafal bacaan shalat secara sempurna tanpa mengetahui maknanya sama sekali? Atau bahkan sebagian dari kita masih belum mengerti apa yang dia baca sampai sekarang? Tunggu apalagi, marilah kita menghafal Al-Quran selagi hayat masih di kandung badan. Berusaha untuk menghafal Al-Quran dengan membacanya berarti kita memperbanyak satu ibadah lainnya, yakni menyeringkan bacaan Al-Quran. Banyak hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menganjurkan kita untuk membaca Al-Quran, di antaranya adalah yang diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili, yang mana dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafaat kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti.” (HR. Muslim). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda, “Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al Qur`an) dan menghinakan yang lain.” (HR. Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad). Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya (kepada orang lain).” (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud, dan AtTirmidzi).
Semoga kita termasuk orang-orang yang gemar membaca Al-Quran, memahami maknanya, menghayatinya, mengamalkannya, menghafalnya, lalu mengajarkannya.
Tiga Langkah Menumbuhkan Kecintaan Anak Baca Al Quran Tiga Langkah Menumbuhkan Kecintaan Anak Baca Al Quran. Subhanallah, betapa indahnya keluarga yang ayah, ibu, dan anak-anaknya, seluruhnya memiliki kecintaan terhadap AlQur’an Pertama, mengajak anak untuk mengerti keutamaan-keutamaan dari membaca Al-Qur’an. Allah Ta’ala tidak pernah memberikan perintah, melainkan telah disiapkan balasan kebaikankebaikan yang luar biasa, termasuk dalam hal membaca Al-Qur’an. Rasulullah bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan ‘Alif-Laam-Miim’ satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi). Kemudian, sabdanya, “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Ahmad). Hadits kedua ini tepat untuk memotivasi anak memanfaatkan sebagian malamnya untuk membaca Al-Qur’an. “Setidaknya 100 ayat nak kamu baaca di waktu malam, insya allah kamu akan dapat pahala seperti orang sholat sepanjang malam,” begitu mungkin sekedar contoh dalam mendorong anak-anak kita mengamalkannya. Dan, sampaikanlah keutamaan terbesar dari membaca Al-Qur’an ini kepada anak kita, “Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim). Kedua, bangun budaya membaca Al-Qur’an di dalam rumah sendiri. Orangtua tentu sangat ingin anak-anaknya gemar membaca Al-Qur’an. Tetapi sangat tidak pantas jika anak diharap cinta Al-Qur’an, sementara orangtua justru tidak berusaha memberi teladan. Oleh karena itu, sejatinya tidak ada alasan untuk tidak bisa membangun budaya mulia ini. Mulai saja secara bersama-sama. Ayah, ibu, anak, semuanya membiasakan diri membaca AlQur’an bersama setiap lepas Maghrib sampai Isya’. Lebih baik lagi, jika selepas Isya’ hingga terasa mengantuk. Hal ini akan sangat baik, mengingat jam-jam tersebut banyak sekali acara di televisi yang kurang tepat bagi tumbuh kembangnya iman dari anak-anak kita. Mungkin, pada awal kali mencoba, membangun budaya ini terasa berat. Tetapi, semua bisa dilakukan dengan enjoy karena kebiasaan. Oleh karena itu, berat di awal jangan sampai menghalangi kita dari membudayakannya bersama anak-anak, di rumah kita sendiri.
Ketiga, mengambil pelajaran dari keluarga yang menghafal Al-Qur’an. Sekedar membaca mungkin akan menimbulkan kesan monoton. Untuk itu sangat penting orangtua mencari referensi keluarga penghafal Al-Qur’an. Di negeri ini sudah mulai bermunculan keluarga-keluarga yang anak-anak dan orangtuanya penghafal Al-Qur’an. Selain itu juga sudah mulai cukup banyak pesantren tahfidz. Dengan demikian, langkah kita untuk mendapat pelajaran dari mereka yang telah membuktikannya, bukan lagi suatu yang sulit. Tinggal kemauan semata. Jika memang ada referensi, jangan sungkan untuk bersilaturrahim dengan keluarga yang anak-anaknya hafal Al-Qur’an. Keluarga itu tentu memiliki pengalaman hidup yang sangat berguna bagi kita yang baru berupaya membangun budaya membaca Al-Qur’an bersama anak di rumah sendiri. Kita bisa dialog dengan mereka, bagaimana perjuangannya menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an, sehingga anak-anaknya bisa hafal Al-Qur’an. Jika sudah dilakukan, kita bisa meminta bantuan doa kepadanya, agar kita dan anak-anak kita dimudahkan dalam menghafal Al-Qur’an. Subhanallah, betapa indahnya keluarga yang ayah, ibu, dan anak-anaknya, seluruhnya memiliki kecintaan terhadap Al-Qur’an, sehingga senantiasa membacanya. Dan, tidak ada waktu yang dilalui, melainkan senantiasa ada ayat-ayat Al-Qur’an yang disenandungkan. Kemudian tidak berpikir, berbicara dan bertindak, kecuali sesuai tuntunan Al-Qur’an. Wallahu a’lam.*
Manfaat Menghafal Al Quran Ternyata Bisa Meningkatkan Prestasi Belajar di Sekolah Menghafal Al Quran selama ini dianggap menjadi beban, padahal sebenarnya manfaat menghafal Al Quran sangat banyak, salah satunya adalah bisa meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah. Apa korelasinya? Pada artikel berikut Mizan mengumpulkan fakta menarik
tentang manfaat menghafal Al Quran.
Menghafal Al Quran atau lebih dikenal dengan istilah Tahfidz memiliki dua hal yang harus dipenuhi, yakni hafal dalam ingatan dan bisa mengucapkannya kembali di luar kepala tanpa membaca Al Quran atau catatan lain. Tak banyak sekolah yang menerapkan pelajaran menghafal Al Quran sebagai kurikulum, saat ini mungkin terbatas hanya di Sekolah Islam atau Pesantren. Pendidikan formal dianggap lebih penting daripada menghafal Al Quran, parahnya siswa-siswi biasanya menganggap hafalan Al Quran itu sendiri sebagai beban layaknya mendapat tugas pelajaran formal. Tentu ini menjadi tugas berat bagi Orang Tua dan Guru untuk membiasakan anak didiknya ini untuk menghafal Al Quran. Banyak yang bisa digali dari proses menghafal Al Quran itu sendiri, mulai dari proses atau cara menghafal Al Quran yang kini bisa dipelajari dengan cara yang menyenangkan, hingga ke manfaat dari belajar dan menghafal Al Quran itu sendiri. Adapun manfaat menghafal Al Quran antara lain adalah: 1 Melatih daya konsentrasi. 2 Menstimulus otak dan tingkat kecerdasan. 3 Terhindar dari kepikunan 4 Menumbuhkan kedisiplinan 5 Paham Quran lebih mendalam 6 Keutamaan dunia dan akhirat 7 Untung dalam perdagangan 8 Mahkota Kemuliaan 9 Meningkatkan derajat 10 Syafaat di hari kiamat 11 Kemuliaan (tasyrif) dari Nabi Muhammad 12 Hubungan Menghafal Al Quran dengan Prestasi di Sekolah 13 dan masih banyak rahasia lainnya
Lantas, apa pengaruhnya dengan prestasi belajar siswa di sekolah? Bukannya dengan menghafal AL Quran itu berarti mengurangi waktu belajar siswa? Anda jangan melihat dari sisi itu. Anak yang terbiasa dalam menghafal Al Quran, secara tidak langsung dia akan lebih bisa berdisiplin dan mengatur waktu. Anak akan belajar keseriusan dalam menjalani hidup. Menghafal Al Quran mempunyai pengaruh yang baik dalam pengembangan ketrampilan dasar paa siswa sehingga bisa meningkatkan prestasi akademik mereka. Profesor psikologi di Universitas Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyah di Riyadh, Dr. Abdullah Subaih berpendapat bahwa dengan menghafal Al Quran berarti siswa terlatih untuk berkonsentrasi. Kita tahu bahwa pendidikan formal juga dibutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk mempelajarinya, Nah dengan belajar menghafal Al Quran maka dia akan terlatih dengan konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi ini dihubungkan dengan kinerja otak. Menurut M. Ngalim Poerwanto, dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992 – hal. 52) Jika sel-sel otak bekerja atau difungsikan terus dengan hal-hal positif dan aktif, maka akan menjadi lebih kuat. Jika kita melihat contoh ulama zaman dahulu, seperti Imam Syafi’i, beliau telah menghafal Al Quran sejak usianya belum baligh, yakni 10 tahun. Jadi kekuatan otak dalam menghafal Al Quran sebaiknya dimulai sejak usia dini. Ini diperkuat juga dengan pendapat dari Dr. Abdurrahman Abdul Kholik yang menyatakan bahwa usia anak-anak dari 5 tahun hingga 23 tahun adalah usia manusia dengan kekuatan hafalan yang sangat bagus. Fakta-fakta di atas diperkuat lagi dengan studi yang dilakukan oleh DR. Shaleh Bin Ibrahim Ashani, dosen dari Universitas Imam Muhammad Ibn Saud Riyadh. Dalam penelitiannya beliau melibatkan dua kelompok siswa-siswi Universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah. Dalam studinya ini disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara kuantitas hafalan AL Quran dan tingkat kesehatan mental dan psikologis siswa. Makin banyak hafalan Al Quran, maka siswa tersebut cenderung memiliki tingkat kesehatan mental yang lebih baik dibanding mereka yang memiliki hafalan yang rendah. Kesehatan mental inilah yang berpengaruh pada pengembangan keterampilan siswa dan prestasi akademik di sekolah. Allah SWT berfirman: Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. [Al-‘Ankabuut Ayat : 49] Jadi masihkah Anda ragu tentang manfaat menghafal Al Quran ini? Yuk, mari kita menghafal Al Quran
Cara Mudah Menghapal Al Quran Cara Termudah Menghafal Al-Qur`an Al-Karim Segala pujian hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya, dan para sahabat seluruhnya.
Keistimewaan metode ini adalah seseorang akan memperoleh kekuatan dan kemapanan hafalan serta dia akan cepat dalam menghafal sehingga dalam waktu yang singkat dia akan segera mengkhatamkan Al-Quran. Berikut kami akan paparkan metodenya beserta pencontohan dalam menghafal surah AlJumuah:
1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali. 2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali. 3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali. 4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali 5. Keempat ayat di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali. 6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali. 7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali. 8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali. 9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali. 10. Keempat ayat (ayat 5-8) di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali. 11. Bacalah ayat pertama hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya. Demikian seterusnya pada setiap surah hingga selesai menghafal seluruh surah dalam AlQuran. Jangan sampai kamu menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, karena itu akan menyebabkan hafalanmu bertambah berat sehingga kamu tidak bisa menghafalnya. JIKA AKU INGIN MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA, BAGAIMANA CARANYA? Jika kamu ingin menambah hafalan baru (halaman selanjutnya) pada hari berikutnya, maka sebelum kamu menambah dengan hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas, maka anda harus membaca hafalan lama (halaman sebelumnya) dari ayat pertama hingga ayat terakhir (muraja’ah) sebanyak 20 kali agar hafalan ayat-ayat sebelumnya tetap kokoh dan kuat dalam ingatanmu. Kemudian setelah mengulangi (muraja’ah) maka baru kamu bisa memulai hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas. BAGAIMANA CARANYA AKU MENGGABUNGKAN ANTARA MENGULANG (MURAJA’AH) DENGAN MENAMBAH HAFALAN BARU? Jangan sekali-kali kamu menambah hafalan Al-Qur`an tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumya. Hal itu karena jika kamu hanya terus-menerus melanjutkan menghafal AlQur’an hingga khatam tapi tanpa mengulanginya terlebih dahulu, lantas setelah khatam kamu baru mau mengulanginya dari awal, maka secara tidak disadari kamu telah banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal. Oleh karena itu metode yang paling tepat dalam menghafal adalah dengan menggabungkan antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Bagilah isi Al-Qur`an menjadi tiga bagian,yang mana satu bagian berisi 10 juz.
Jika dalam sehari kamu telah menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga kamu menyelesaikan 10 juz. Jika telah berhasil menyelesaikan 10 juz maka berhentilah menghafal selama satu bulan penuh dan isi dengan mengulang apa yang telah dihafal, dengan cara setiap hari kamu mengulangi (meraja’ah) sebanyak 8 halaman. Setelah selesai satu bulan kamu mengulangi hafalan, sekarang mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan hafalan 20 juz. Jika kamu telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulangi hafalan 20 juz, dimana setiap hari kamu harus mengulang (meraja’ah) sebanyak 8 halaman. Jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan seluruh Al-Qur’an. Jika anda telah selesai menghafal semua isi Al-Qur`an, maka ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan, dimana setiap harinya kamu mengulang setengah juz. Kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya, juga diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama setiap harinya. Kemudian pindahlah untuk mengulang 10 juz terakhir dari AlQur`an selama sebulan, dimana setiap harinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua. BAGAIMANA CARA MERAJA’AH AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH AKU MENYELESAIKAN METODE MURAJA’AH DI ATAS? Mulailah mengulangi Al-Qur’an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulanginya 3 kali dalam sehari. Dengan demikian maka kamu akan bisa mengkhatamkan Al-Qur’an sekali setiap dua minggu.Dengan metode seperti ini maka dalam jangka satu tahun (insya Allah) kamu telah mutqin (kokoh) dalam menghafal Al-Qur’an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun penuh. APA YANG AKU LAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL-QUR’AN SELAMA SATU TAHUN? Setelah menguasai hafalan dan mengulangInya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, hendaknya bacaan Al-Qur’an yang kamu baca setiap hari hingga akhir hayatmu adalah bacaan yang dilakukan oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- semasa hidup beliau. Beliau membagi isi Al-Qur`an menjadi tujuh bagian (dimana setiap harinya beliau membaca satu bagian tersebut), sehingga beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam sepekan. Aus bin Huzaifah -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam-, “Bagaimana caranya kalian membagi Al-Qur`an untuk dibaca setiap hari?”
Mereka menjawab:“Kami membaginya menjadi (tujuh bagian yakni): Tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb al-mufashshal yaitu dari surat Qaf sampai akhir (mushaf).” (HR. Ahmad no. 15578). Maksudnya: -Hari pertama: Mereka membaca surat “al-fatihah” hingga akhir surat “an-nisa`”. -Hari kedua: Dari surat “al-maidah” hingga akhir surat “at-taubah”. -Hari ketiga: Dari surat “Yunus” hingga akhir surat “an-nahl”. -Hari keempat: Dari surat “al-isra” hingga akhir surat “al-furqan”. -Hari kelima: Dari surat “asy-syu’ara” hingga akhir surat “Yasin”. -Hari keenam: Dari surat “ash-shaffat” hingga akhir surat “al-hujurat”. -Hari ketujuh: Dari surat “qaaf” hingga akhir surat “an-nas”. Para ulama menyingkat bacaan Al-Qur`an Nabi -shallallahu alaihi wasallam- ini menjadi kata: ” “. Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari awal surat yang dibaca oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pada setiap harinya. Maka: – Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. Maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari pertama dimulai dari surah al-fatihah. – Huruf “mim” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kedua dimulai dari surah almaidah. – Huruf “ya`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketiga dimulai dari surah Yunus. – Huruf ”ba`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keempat dimulai dari surah Bani Israil yang juga dinamakan surah al-isra`. – Huruf “syin” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kelima dimulai dari surah asysyu’ara`. – Huruf “waw” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keenam dimulai dari surah wash shaffat. – Huruf “qaaf” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketujuh dimulai dari surah qaf hingga akhir muashaf yaitu surah an-nas.Adapun pembagian hizib yang ada pada Al-Qur an sekarang, maka itu tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf. BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (AYAT YANG MIRIP) DALAM AL-QUR’AN? Cara terbaik untuk membedakan antara dua ayat yang kelihatannya menurut kamu hampir sama (mutasyabih), adalah dengan cara membuka mushaf dan carilah kedua ayat tersebut. Lalu carilah perbedaan antara kedua ayat tersebut, cermatilah perbedaan tersebut, kemudian buatlah tanda/catatan (di dalam hatimu) yang bisa kamu jadikan sebagai tanda untuk membedakan antara keduanya. Kemudian, ketika kamu melakukan murajaah hafalan, maka perhatikanlah perbedaan tersebut secara berulang-ulang sampai kamu mutqin dalam mengingat perbedaan antara keduanya. KETENTUAN DALAM MENGHAFAL AL-QUR`AN: 1- Kamu harus menghafal melalui bantuan seorang guru yang bisa membenarkan bacaanmu jika salah. 2- Hafalkanlah 2 halaman setiap hari: 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib. Dengan metode seperti ini (insya Allah) kamu akan bisa menghafal Al-Qur`an
secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun. Tetapi jika kamu memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka kemampuan menghafalmu akan melemah. 3- Menghafallah mulai dari surat an-nas hingga surat al-baqarah karena hal itu lebih mudah. Tapi setelah kamu menghafal Al-Qur`an maka urutan meraja’ahmu dimulai dari Al-Baqarah sampai An-Nas. 4- Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf saja (baik dalam cetakan maupun bentuknya), karena hal itu sangat membantu dalam menguatkan hafalan dan agar lebih cepat mengingat letak-letak ayatnya, ayat apa yang ada di akhir halaman ini dan ayat apa yang ada di awal halaman sebelahnya. 5- Setiap orang yang menghafal Al-Qur’an pada 2 tahun pertama biasanya apa yang telah dia hafal masih mudah hilang, dan masa ini disebut fase at-tajmi’ (pengumpulan hafalan). Karenanya janganlah kamu bersedih karena ada sebagian hafalanmu yang kamu lupa atau kamu banyak keliru dalam hafalan. Ini adalah fase yang sulit sebagai ujian bagimu, dan ini adalah fase rentan yang bisa menjadi pintu masuknya setan untuk menghentikan kamu dari menghafal Al-Qur`an. Tolaklah was-was tersebut dari dalam hatimu dan teruslah menghafal, karena dia (menghafal Al-Qur`an) merupakan perbendaharaan harta yang tidak diberikan kepada sembarang orang. [Oleh: Asy-Syaikh Dr. Abdul Muhsin Muhammad Al-Qasim, imam dan khathib di Masjid Nabawi]
Apakah anda sibuk??? APAKAH ANDA ORANG SIBUK Ada seorang ulama berguru kepada seorang ulama Selang beberapa lama, saat dia ingin melanjutkan belajar ke guru lain.gurunya berpesan : “Jangan tinggalkan membaca Al Qur’an ,Semakin banyak baca Al Qur’an urusanmu semakin mudah” Dan muridnya pun melakukan. Dia membaca Al Qur’an 3 juz per hari. Dia menambahkan hingga 10 juz per hari. Dan urusannya semakin mudah.
Allah yang mengurus semua urusannya. Waktu pun semakin berkah. Apa yang dimaksud dengan berkahnya waktu
?
Bisa melakukan banyak hal dalam waktu sedikit. Itulah berkah Al Qur’an . Al Qur’an membuat kita mudah mengefektifkan manajemen waktu. Bukan kita yang atur waktu
kita, tapi Allah
Padahal teorinya orang yang membaca AlQur’an menghabiskan banyak waktu. mengurangi jatah kegiatan lain, tapi Allah yang membuat waktunya itu jadi berkah. Hingga menjadi begitu efektif. Hidup pun efektif. Dan Allah akan mencurahkan banyak berkah dan kebaikan pada kita karena Al Qur’an . Salah satu berkahnya adalah membuka pintu
kebaikan, membuka kesempatan untuk amal shalih berikutnya.
Dan Salah satu balasan bagi amal shalih yang kita lakukan adalah kesempatan untuk amal baik berikutnya. Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu Dan sbaliknya waktu yg selalu sibuk shg hanya habis u urusan dunia, bisa jadi itu adalah tandanya ada yg salah dlm hidup kita, Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa yg bangun di pagi hari dan hanya dunia yg di pikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat HAK ALLAH dalam dirinya, maka ALLAH akan menanamkan 4 macam penyakit padanya : 1. Kebingungan yang tiada putus-putusnya. 2. Kesibukan yang tidak pernah jelas akhirnya. 3. Kebutuhan yang tidak pernah merasa terpenuhi.
4. Khayalan yang tidak berujung wujudnya. ” [Hadits Riwayat Muslim] Note : “Keberkahan waktu yaitu bisa melakukan banyak amal kebaikan dalam waktu sedikit” :) Selamat membaca Alquran dan beraktifitas dg bekal Alquran