BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan lingkungan fisik dan biologis pemukiman penduduk Indonesia belum baik, baru sebagian kecil penduduk yang menikmati air bersih dan fasilitas penyehatan lingkungan. Hal ini berakibat masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit. Peningkatan kesehatan lingkungan dimaksudkan untuk perbaikan mutu lingkungan hidup yang yang dapat menjamin kesehatan, melalui peningkatan sanitasi dasar serta pencegahan dan penanggulangan kondisi fisik dan biologis yang tidak baik, termasuk berbagai akibat sampingan pembangunan. Semua kegiatan penyehatan lingkungan dan pemukiman yang dilakukan oleh staf
Puskesmas,
sebaiknya dilaksanakan dengan mengikutsertakan masyarakat secara bergotongroyong (Departemen Kesehatan RI, 1991). Belum lama ini, Dr. Walter Reed, dari Institut Sumber Daya Dunia, memberi tahu Radio PBB bahwa dampak ulah manusia terhadap sistem-sistem lingkungan global kini telah sampai pada taraf "perusakan besar-besaran atas siklus-siklus ini". Dr. Reed mengatakan bahwa perusakan lingkungan ini selanjutnya turut menjadi ancaman bagi kesehatan seluruh dunia. Dalam sebuah artikel yang mengulas buku World Resources 1998-99, majalah Our Planet, yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsabangsa, membuat daftar beberapa hal yang merupakan ancaman terhadap kesehatan manusia. Berikut ini adalah beberapa di antaranya: 1. Polusi udara di dalam dan di luar ruangan telah dikaitkan dengan infeksi pernapasan yang menewaskan hampir empat juta anak setiap tahun. 2. Kurangnya air bersih dan sanitasi turut menyebabkan penyebaran penyakitpenyakit diare yang menewaskan tiga juta anak setiap tahun. Misalnya, kolera, yang telah lama dilenyapkan dari Amerika Latin, muncul kembali di sana dan menewaskan 11.000 orang pada tahun 1997 saja. Menurut laporan, setiap hari lebih dari 30.000 anak di wilayah-wilayah termiskin di dunia mati karena penyakit yang berkaitan dengan lingkungan. Namun, ancaman lingkungan terhadap kesehatan tidak hanya terbatas di negara-negara berkembang. Our Planet menyatakan bahwa "lebih dari 100 juta orang di Eropa dan
Indikator Potensi Tatanan Sehat
1
Amerika Utara masih menghirup udara yang tidak aman", yang turut menyebabkan meningkatnya kasus penyakit asma secara mengejutkan. Pada waktu yang sama, meningkatnya perjalanan dan perdagangan internasional turut menyebabkan munculnya sekitar 30 jenis penyakit menular yang baru di negara-negara maju. Selain itu, majalah ini melaporkan bahwa penyakit yang sebelumnya dapat dikendalikan "telah muncul kembali untuk membalas dendam dengan lebih dahsyat". Tragisnya, kebanyakan dari antara penyakit yang berkaitan dengan lingkugnan ini sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada dan dengan biaya yang relatif kecil. Salah satu upaya untuk melakukan tindakan promotif dan preventif yaitu dengan mengobservasi sanitasi tempat-tempat umum. Indikator Potensi Tatanan Sehat adalah parameter yang bisa digunakan untuk menilai sanitasi tempat-tempat umum seperti sekolah, tempat kerja, fasilitas umum, dan lain-lain. 1.2 Masalah Penelitian Rumusan masalah untuk mendeteksi, memantau dan meningkatkan kesehatan tiap masyarakat di wilayah Kota Batu dan memberlakukan masyarakat sebagai mitra pembangunan kesehatan adalah sebagai berikut: Sejauh mana Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) untuk melihat keberhasilan fungsi penggerak pembangunan berwawasan kesehatan? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum : Mendeteksi, memantau dan meningkatkan kesehatan tiap masyarakat di wilayah Kota Batu dan memberlakukan masyarakat sebagai mitra pembangunan kesehatan. 1.3.2 Tujuan Khusus : Mengetahui Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) untuk melihat keberhasilan fungsi penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang meliputi : a. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Sekolah. b. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Tempat Peribadatan. c. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Terminal. d. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Rumah Sakit.
Indikator Potensi Tatanan Sehat
2
1.4 Man faat Penelitian Bagi Pemerintah Kota Batu hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemerintahan kota dalam hal sebagai berikut : (a) Mengembangkan pola pikir, membangkitkan kesadaran dan komitmen bersama untuk melakukan perubahan dalam rangka otonomi daerah, serta menyamakan persepsi aparat pemerintahan kota Batu tentang kerangka perubahan tersebut, (b) Mengembangkan visi kota Batu sebagai acuan bagi semua perubahan yang dilakukan, (c) Mengembangkan kemampuan kelembagaan, aparat dan jaringan kerja pemerintahan kota Batu agar memiliki kinerja yang tinggi dalam merealisasikan otonomi daerah, meningkatkan pelayanan publik dan pengelolaan pembangunan daerah dan, (d) Mengembangkan kemampuan Pemerintahan Kota dalam memanfaatkan kemampuan dan potensinya agar dapat mendorong pertumbuhan sektor swasta dan partisipasi masyarakat untuk mewujudkan otonomi daerah. Bagi Dinas Kesehatan Kota Batu hasil penelitian ini salah satunya adalah meningkatkan sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi .
Indikator Potensi Tatanan Sehat
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pembangunan Nasional (Pembangunan Sosial dan Budaya) Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang keempat, yaitu membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan ketahanan budaya. Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan masih belum diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal; masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan nasional, belum membudayanya olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga. Berbagai permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan berbagai program pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya yang telah diamanatkan dalam GBHN 1999-2004. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan bidang sosial dan budaya adalah desentralisasi; peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha; pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan perempuan dan keluarga; penguatan kelembagaan termasuk peningkatan koordinasi antarsektor dan antar lembaga. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari internet diakses pada tanggal 16 Desember 2003 di www.gizi.net/kebijakan-gizi/download/propernas arah kebijakan pembangunan sosial dan budaya khususnya bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial yang sesuai dengan GBHN 1999-2004 adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia.
Indikator Potensi Tatanan Sehat
4
b. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat. c. Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan
kerja
yang
memadai,
yang
pengelolaannya
melibatkan
pemerintah, perusahaan dan pekerja. d. Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban bencana serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda. e. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga harkat martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya. f. Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anakanak terlantar, serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. g. Meningkatkan
kualitas
penduduk
melalui
pengendalian
kelahiran,
memperkecil angka kematian, peningkatan kualitas program keluarga berencana. h. Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen, pengedar dan pemakai. i. Memberikan aksesibiliti fisik dan non fisik guna menciptakan perspektif penyandang cacat dalam segala pengambilan keputusan. Program pembangunan sosial dan budaya yang akan dilaksanakan dalam tahun 2000-2004 dikelompokkan dalam program kesehatan dan kesejahteraan sosial; kebudayaan, kesenian dan pariwisata; kedudukan dan peranan perempuan; serta pemuda dan olahraga.
Indikator Potensi Tatanan Sehat
5
2.2 Analisis Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Analisis IPTS dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:1). Melakukan pendataan pada tiap jenis dan jumlah tatanan; 2). Melakukan perhitungan pada tiap jenis tatanan, berapa yang sudah tergolong tatanan berpotensi sehat dan berapa yang belum tergolong berpotensi sehat. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 Analisis IPTS di bawah ini. Tabel 3.1 Analisis IPTS Tatanan
Jumlah
Berpotensi Sehat Jumlah
(%)
Tak BerpotensiSehat Jumlah
(%)
Sekolah Tempat peribadatan Terminal Rumah Sakit
Secara umum tujuan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum adalah terwujudnya kondisi Tempat-Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan, agar masyarakat pengunjung dan sekitarnya terhindar dari gangguan kesehatan. Tujuan secara khusus adalah: 1) termotivasinya masyarakat dan pengelola Tempat-Tempat Umum untuk menyediakan, menggunakan dan memelihara sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan, 2) terlaksananya pemberian nasehat tentang sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan di Tempat-Tempat Umum bagi masyarakat dan pengelola Tempat-Tempat Umum, 3) terlaksananya pengawasan dan pembinaan sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan di Tempat-Tempat Umum, sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Tempat-Tempat Umum yang menjadi sasaran pengawasan meliputi: 1) yang berhubungan dengan sasaran pariwisata, seperti: bioskop, gedung pertunjukkan, penginapan, kolam renang, pemandiau umum, taman-taman rekreasi, 2) yang berhubungan dengan transportasi, terminal, stasiun, dan alat transportasi umum, 3) yang berhubungan dengan sarana ibadah, seperti: masjid, gereja, pura dan wihara, 4)
Indikator Potensi Tatanan Sehat
6
yang berhubungan dengan sarana perdagangan, seperti: pasar, pertokoan, swalayan, 5) yang berhubungan dengan sarana sosial, seperti: rumah sakit, sekolahan. Unsur-unsur yang diperiksa, meliputi sarana penyediaan dan mutu air bersih, pengeloaan air limbah, pengelolaan sampah, kepadatan vektor, ventilasi, pencahayaan, kebisingan dan kebersihan umum. Permasalahan yang dijumpai pada masing-masing unsur yang diperiksa hendaknya berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan penempatan. Dalam melakukan pemeriksaan harus sesuai dengan unsur-unsur (item) per jenis Tempat-tempat umum, karena akan mempercepat dan mempertajam hasil pemeriksaan. Selama melakukan pemeriksaan ini hendaknya selalu diusahan tindak lanjut saran yang diberikan oleh petugas sanitasi, cara pemenuhan, dan permasalahan yang dihadapi oleh pengelola. Dengan dilakukannya kegiatan pengawasan secara teratur diharapkan berangsur-angsur keadaam sanitasi Tempat-Tempat Umum menjadi semakin baik. Untuk dapat mengetahui tingkat kebersihan itu, harus dimiliki catatan pemeriksaan yang lengkap.
2.3 Parameter Sanitasi Tempat-Tempat Umum Parameter sekolah sehat yang digunakan adalah: a) Tersedianya air bersih, b) Tersedianya jamban dan saniter, c) Tidak ada guru dan murid yang merokok, d) Ada dokter kecil
(untuk SD) atau PMR (Palang Merah Remaja) untuk
SLTP dan
SMU/SMK. Parameter yang diperiksa dari Tempat ibadah adalah tentang kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih, kualitas dan penempatan jamban/kakus, kebersihan tempat berwudhu, kebersihan dinding/langit-langit, kebersihan lantai/tikar, kualitas dan penempatan sarana pembuangan air limbah. Pada terminal parameter yang diperiksa ,meliputi kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih/kamar mandi, kualitas, kuantitas dan oenempatas W.C./Urinoir, kualitas sistem drainage (pembuangan air hujan), kualitas, kuantitas, dan penempatan bak/tong sampah, , kualitas dan kuantitas saluran pembuangan air. Pada rumah sakit, parameter yang diperiksa adalah melip[uti kebisingan, kualitas penyediaan air bersih, pencahayaan, kelembaban, saran pembuangan sampah,
Indikator Potensi Tatanan Sehat
7
kualitas dan kuantitas sarana pengelolaan air limbah, kebersihan dinding/langitlangit/lantai, kualitas dan kuantitas sarana pengelolaan air kotor/faeces, laundry/linen
2.4 Penyakit yang berhubungan dengan Lingkungan Penyakit - penyakit yang terjadi yang berhubungan dengan lingkungan dapat dikelompokkan sebagai berikut : a) Water borne desease, b) Air borne desease, c) vektor borne desease, d) food borne desease, e) Man behavior desease
Indikator Potensi Tatanan Sehat
8
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dalam b entuk kegiatan yang akan dilakukan yaitu Community Self Survey (CSS) yang bertujuan mendapatkan gambaran data dan masalah. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi dan sampel penelitian ini adalah wilayah administrasi Kota Batu yaitu Kecamatan Batu, Junrejo, dan Bumiaji. 3.3. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah: a. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) untuk melihat keberhasilan fungsi penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. 3.4 Definisi Variabel Definisi variabel penelitian ini secara operasional dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.1 : Definisi Variabel Indikator Potensi Tatanan Sehat Variabel
Definisi
Parameter
Alat Ukur
Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS)
Indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan fungsi penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di Kota Batu yang meliputi: a. Sekolah sehat yang terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengan Umum (SMU) b. Tempat ibadah, difokuskan pada
Indikator Potensi Tatanan Sehat
1. Tersedianya air bersih 2. Tersedianya jamban dan saniter yang higienis 3. Guru dan murid tidak merokok 4. Ada fasilitas dokter kecil, Palang Merah Remaja (PMR)
Lembar Observasi IPTS
1. Penyediaan air bersih 2. Jamban/kakus
9
Variabel
Definisi
Parameter
Alat Ukur
masjid
c. Terminal
d. Rumah Sakit
3. Kebersihan tempat berwudlu 4. Kebersihan dinding/langit-langit 5. Kebersihan lantai/tikar 6. Sarana pembuangan air limbah 1. Penyedian air bersih/kamar mandi 2. W.C. 3. Sistem drainase 4. Penempatan bak/tong sampah 5. Saluran pembuagan air 1. Kebisingan 2. Penyediaan air bersih 3. Pencahayaan 4. Kelembaban 5. Sarana pembuangan sampah 6. Sarana pengolahan air limbah 7. Kebersihan dinding, langit-langit,lantai 8. Laundry/linen
3.5 Tehnik Pengumpulan Data dan Tehnik Analisa Data Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan Community Self Survey (CSS) dengan menggunakan lembar observasi IPTS. Data yang telah terkumpul dan Community Self Survey akan dianalisa berdasarkan indeks yang akan diketahui meliputi: IPTS
Indikator Potensi Tatanan Sehat
10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tempat-Tempat Umum (TTU) Hasil peneliltian untuk mengidentifikasi Indikator Potensi Tatanan Sehat di Kota Batu dilihat dari hasil survey sanitasi Tempat-Tempat Umum (TTU) yang meliputi : sekolah, tempat peribadatan, terminal, dan rumah sakit. Karakteristik dari Tempat-Tempat Umum yang dijadikan sebagai obyek pemeriksaan dapat dilihat dari tabel 4.1 dibawah ini:
No. 1
2
3 4
Tabel 4.1 Tempat-Tempat Umum (TTU) di wilayah Kota Batu Tahun 2003 Karakteristik Jumlah di Jumlah Prosentase (%) data diperiksa Sekolah : a. Sekolah Dasar 84 3 3 b. SMP 19 1 5 c. SMA 11 0 0 Tempat peribadatan a. Masjid 84 18 21 b. Gereja 14 0 0 c. Tempat 4 0 0 peribadatan lain d. Ponpes 10 5 50 Terminal 1 1 100 Rumah Sakit 5 1 20 Sumber data: Dinas Kesehatan Kota Batu Tahun 2003 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk tempat-tempat umum berupa
sekolah baru sebagian kecil sekolah yang telah diperiksa yaitu sebesar 3% untuk sekolah dasar, dan 5% untuk SMP, sedangkan untuk SMA 0% artinya belum ada pemeriksaan yang dilakukan oleh dinas kesehatan terhadap sekolah lanjutan tingkat atas (SMA). Sedangkan untuk tempat peribadatan yang menjadi perhatian utama adalah pada pondok pesantren, ada 50% pondok pesantren yang telah diperiksa untuk ditentukan nilai sanitasinya. Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama (SMP) telah dilakukan pemeriksaan sanitasinya, sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) belum dilakukan pemeriksaan hal ini disebabkan: 1) Tidak terpenuhinya sumber tenaga dari
Indikator Potensi Tatanan Sehat
11
petugas di dinas kesehatan Kota Batu yang hanya berjumlah 3 orang dan harus melakukan pemeriksaan sekolah yang banyak, 2) dari hasil wawancara dengan petugas didapatkan asumsi bahwa ada kecenderungan siswa yang ada di SMA dan tergolong dalam golongan remaja, telah memiliki pertahanan tubuh yang lebih kuat daripada siswa SD dan SMP terhadap dampak perubahan lingkungan. Dalam sebuah artikel yang mengulas buku World Resources 1998-99, majalah Our Planet, yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa, membuat daftar beberapa hal yang merupakan ancaman terhadap kesehatan manusia. Berikut ini adalah beberapa di antaranya: a) Polusi udara di dalam dan di luar ruangan telah dikaitkan dengan infeksi pernapasan yang menewaskan hampir empat juta anak setiap tahun. b) Kurangnya air bersih dan sanitasi turut menyebabkan penyebaran penyakit-penyakit diare yang menewaskan tiga juta anak setiap tahun. Misalnya, kolera, yang telah lama dilenyapkan dari Amerika Latin, muncul kembali di sana dan menewaskan 11.000 orang pada tahun 1997 saja. Menurut laporan, setiap hari lebih dari 30.000 anak di wilayah-wilayah termiskin di dunia mati karena penyakit yang berkaitan dengan lingkungan Pondon pesantren mendapatkan perhatian yang lebih besar ditunjukkan dengan data 50% pondok pesantren telah diperiksan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1) Pondok pesantren merupakan lembaga sosial yang memiliki potensi untuk mengembangkan kesadaran, kemampuan, tanggung jawab, dan peran aktif dalam menangani permasalahan sosial di lingkungannya, 2) Lingkungan pondok pesantren memiliki potensi yang besar untuk timbulnya penyakit yang berhubungan dengan lingkungan yang kurang higienis. Komponen lingkungan yang selalu berinteraksi dengan manusia dan seringkali mengalami perubahan akibat adanya kegiatan manusia seperti : air, udara, makanan, vektor/binatang dan manusia itu sendiri. Perubahan yang harus diwaspadai, pada dasarnya karena berbagai komponen lingkungan seperti air, udara, makanan dan vektor tersebut yang mengandung agen penyakit. Agen penyakit ini mencemari komponen lingkungan tadi.
Indikator Potensi Tatanan Sehat
12
4.2 Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Sekolah Adapun indikator ‘sekolah sehat’ yang digunakan adalah: a. Tersedia air bersih Tersedia jamban yang saniter Tidak ada guru dan murid yang merokok Ada dokter kecil (untuk SD) atau PMR (Palang Merah Remaja) untuk SLTP dan SMU/SMK. Tatanan sekolah yang telah dilakukan pemeriksaan berjumlah 3 Sekolah Dasar, dan 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk merumuskan analisis Indikator Potensi Tatanan Sehat Sekolah dapat dilihat pada tabel 6.2 dibawah ini : Tabel 4.2 : Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Sekolah di wilayah Kota Batu Tahun 2003. Sekolah Air bersih Jamban Tidak Dokter Kesimpulan Merokok Kecil SD 1 V V V V Sehat SD 2 V V V V Sehat SD 3 V V V Tidak sehat SMP V V V V Sehat Jumlah 4 4 4 3 S=3 Prosentase 100 100 100 75 75 Sumber data: Dinas Kesehatan Kota Batu Tahun 2003
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada 3 (75%) sekolah yang berpotensi sehat, sedangkan 1 (25%) belum berpotensi sehat, 2) Penyebab tatanan sekolah tidak berpotensi sehat adalah belum adanya dokter kecil. Atas dasar tersebut, maka rumusan intervensinya adalah: melakukan pelatihan dokter kecil, utamanya pada SD yang belum memiliki dokter kecil. 4.3 Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Tempat Peribadatan Adapun indikator ‘tempat peribadatan sehat’ yang digunakan adalah: a) kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih, b) kualitas dan penempatan jamban/kakus, c) kebersihan tempat berwudhu, d) kebersihan dinding/langit-langit, e) kebersihan lantai/tikar, f) kualitas dan penempatan sarana pembuangan air limbah. Tatanan tempat peribadatan yang telah dilakukan pemeriksaan berjumlah 18 Masjid, dan 5 Pondok pesantren. Untuk merumuskan analisis Indikator Potensi Tatanan Sehat tempat peribadatan dapat dilihat pada tabel 6.3 dibawah ini :
Indikator Potensi Tatanan Sehat
13
Tabel 4.3 : Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Tempat Peribadatan di wilayah Kota Batu Tahun 2003. Tempat Air Jamban Tempat Langit Lantai/ Air Kesimpulan peribadatan bersih wudlu -langit tikar limbah Masjid 1 V V V V V V Sehat Masjid 2 V V V V V V Sehat Masjid 3 V V V V V V Sehat Masjid 4 V V V V V V Sehat Madjid 5 V V V V V V Sehat Madjid 6 V V V V V V Sehat Madjid 7 V V V V V V Sehat Madjid 8 V V V V V V Sehat Madjid 9 V V V V V V Sehat Madjid 10 V Tidak sehat Madjid 11 V Tidak sehat Madjid 12 V Tidak sehat Madjid 13 V V Tidak sehat Madjid 14 V Tidak sehat Madjid 15 V V V Tidak sehat Madjid 16 V V V V V Tidak sehat Madjid 17 V V Tidak sehat Masjid 18 V Tidak sehat Ponpes 1 V V V V V V Sehat Ponpes 2 V V V V V V Sehat Ponpes 3 V V V V V V Sehat Ponpes 4 V V V V V V Sehat Ponpes 5 V Tidak sehat Jumlah 21 16 15 15 14 15 S=13 Prosentase 91 69 65 65 60 65 56 Sumber data: Dinas Kesehatan Kota Batu Tahun 2003 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada 13 (56%) tempat peribadatan yang berpotensi sehat, sedangkan 10 (44%) belum berpotensi sehat, 2) Penyebab tatanan tempat peribadatan tidak berpotensi sehat (berdasarkan urutan dari yang paling besar ke yang kecil) adalah: kebersihan lantai/tikar, air limbah/langitlangit/tempat wudlu, jamban, dan air bersih. . Atas dasar tersebut, maka rumusan intervensinya adalah: 1) Perlunya melakukan pembersihan lantai dan tikar secara berkala dengan melibatkan masyarakat, baik dengan cara bergotong royong atau diserahkan kepada petugas yang telah ditetapkan, 2) Perlunya pembuatan drainase yang baik untuk pembuangan air limbah, dan jamban
Indikator Potensi Tatanan Sehat
14
4.4 Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Terminal Adapun indikator ‘terminal sehat’ yang digunakan adalah: a) kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih, b) kualitas dan penempatan jamban/kakus, c) kualitas pembungan air hujan, d) kebersihan bak/ktong sampah, e), kualitas dan penempatan sarana pembuangan air limbah. Tatanan tempat terminal yang telah dilakukan pemeriksaan berjumlah 1 dari sejumlah 1 terminal. Untuk merumuskan analisis Indikator Potensi Tatanan Sehat Terminal dapat dilihat pada tabel 6.4 dibawah ini : Tabel 4.4 : Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Terminal di wilayah Kota Batu Tahun 2003. Terminal Air Jamban Air Bak/ tong Air Kesimpulan bersih hujan sampah limbah Terminal 1 V V V V V Sehat Sumber data: Dinas Kesehatan Kota Batu Tahun 2003
Melihat hal diatas terminal Kota Batu termasuk dalam kategori terminal yang sehat dan higienis. Perhatian utama adalah pada perawatan yang maksimal terhadap terminal mengingat terminal merupakan tempat berkumpulnya orang yang kemungkinan potensi besar untuk menjadi perantara infeksi yang meluas. Adapun cara yang bisa diajukan untuk tetap menjaga kebersihan terminal adalah: 1) Khususnya kepada penjual asongan diharapkan dengan penuh kesadaran untuk tetap menjaga kebersihan terminal, 2) Semua penumpang dan awak bus tetap memperhatikan keindahan lingkungan yang sehat. 4.5 Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Rumah Sakit Adapun indikator ‘rumah sakit sehat’ yang digunakan adalah: kebisingan, kualitas penyediaan air bersih, pencahayaan, kelembaban, saran pembuangan sampah, kualitas dan kuantitas sarana pengelolaan air limbah, kebersihan dinding/langitlangit/lantai, kualitas dan kuantitas sarana pengelolaan air kotor/faeces, laundry/linend. Tidak didapatkan kesimpulan untuk tatanan rumah sakit karena dari 5 rumah sakit yang ada di Kota Batu belum sekalilpun dinas kesehatan melakuan pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena: 1) berdasarkan informasi dari salah satu staf sanitasi TempatTempat Umum bahwa yang menjadi tanggung jawab pertama dinas pada layanan kesehatan adalah Puskesmas sehingga rumah sakit dianggap telah mempunyai tim
Indikator Potensi Tatanan Sehat
15
tersendiri untuk melakukan pemeriksaan, 2) Pihak rumah sakit sendiri kemungkinan telah melakukan pemeriksaan sendiri tetapi karena tidak adanya komunikasi dan kordinasi dengan dinas kesehatan sehingga data tidak terbaca oleh dinas kesehatan.
Indikator Potensi Tatanan Sehat
16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari analisa Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Kota Batu yang meliputi sanitasi tempat-tempat umum berupa; sekolah, tempat peribadatan, terminal, dan rumah sakit adalah sebagai berikut: a. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Sekolah di wilayah Batu Kota sebesar 75% berpotensi sehat, sedangkan 25% sekolah tidak berpotensi sehat. b. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Tempat Peribadatan sebesar 56% di wilayah Kota Batu berpotensi sehat, sedangkan 44% tempat peribadatan tidak berpotensi sehat c. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Terminal sebesar 100% berpotensi sehat. d. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Rumah Sakit tidak ditemukan hasil karena belum dilakukan pemeriksaan. 5.2 Saran a. Upaya yang harus dilakukan untuk mengintervensi tatanan sekolah yang tidak berpotensi sehat dilakukan pelatihan dokter kecil, karena faktor inilah yang harus segera ditindaklanjuti sebagai kegiatan mandiri pelayanan kesehatan siswa sekolah dasar oleh dokter kecil yang telah dibina. b. Peningkatan Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Tempat Peribadatan yang perlu diperhatikan adalah mengenai kebersihan lingkungan yang meliputi; kebersihan lantai, kebersihan tempat wudlu, dan kebersihan langit-langit c. Usaha mempertahankan kondisi terminal yang sehat memerlukan kerjasama dan kordinasi yang baik antara lembaga terkait dengan masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan pendidikan kesehatan tentang kesehatan lingkungan sehingga akan tercipta suasana terminal yang menyenangkan dan bersih
Indikator Potensi Tatanan Sehat
17
d. Analisis Indeks Potensi Tatanan Sehat Rumah Sakit perlu dilakukan untuk melihat kondisi rumah sakit
Indikator Potensi Tatanan Sehat
18
DAFTAR PUSTAKA Paradigma Baru Puskesmas ,www.depkes.go.id/IND/PROJECT /kkg/Pedoman %20 Manajemen/paradigma-baru-puskesmas.htm. Diakses tanggal 12 Agustus 2003.
Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa (POD) dan Pos Upaya Kesehatan Kerja (POS UKK), www.depkes.go.id/IND/INFO/PUSKESMAS/PustuPuslink/ Poskesehatan.htm. diakses tanggal 12 Agustus 2003.
Trihono,
2003,
Indeks
Potensi
Keluarga
Sehat,
www.depkes.go.id/
PROJECT/kkg/ipks.htm, diakses tanggal 12 Agustus 2003.
Depertemen Kesehatan RI, 1991/1992, Pedoman Kerja Puskesmas Jilid III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Program Pembangunan Nasional, www.gizi.net/kebijakan-gizi/doslnload/propenas, diakses tanggal 16 Desember 2003
Indikator Potensi Tatanan Sehat
19
Indikator Potensi Tatanan Sehat
20
Indikator Potensi Tatanan Sehat
21