IMPORTANT PESTS AND DISEASES OF POTATO CROPS AT DIFFERENT PLANTING SYSTEMS By: Herminanto, A. Munadjat, dan T. Widjojoko Faculty of Agriculture, Jenderal Soedirman University, Jl. Dr. Soeparno, Karangwangkal, Purwokerto 53123, Ph. 0281638791 Email:
[email protected] ABSTRACT A research has been conducted to know important pests and diseases and yield of potatoes palnteed on different cultivation systems. It was done at Serang Village Karangreja Sub district Purbalingga Regency, starting from May to September 2013. The research used randomized complete block design (RCBD) set in four treatments of cultivation systems and six replicates. The treatments consisted of K0 = control, K1 = semi organik (inorganik NPK, chicken manure, liquid organik fertilizer or LOF (Liquid Organic Fertilizer), trichocompost, organic pesticide), K2 = organic (chicken manure, LOF, trichocompost, organik pesticide), and K3 = conventional (inorganic NPK, synthetic pesticides). Variables observed were sorts and populations of crucial pests found, pest attack intensity, natural enemies, sorts of important pathogens, disease intensity, and tuber weight. Results of the research performed that the pests found on the three cultivation systems were grubs (Holotrichia spp.) and mole crickets (Gryllotalpa spp.) invading tubers at light attack intensities. The fungus Phytophthora infestans causing leaf blight disease and the bacterium Ralstonia solanacearum causing tuber damage were also discovered in light disease intensity. Yields of organic, conventional and semi organic potato crops respectively reached 17.94, 17.40, and 17.69 tones/hectare. Key words: potatoes, cultivation systems, important pests and diseases dpl, dan curah hujan 2.000 – 3.500
PENDAHULUAN Kentang (Solanum tuberosum
mm/tahun merupakan kondisi yang
L.) merupakan komoditas pertanian
sesuai untuk pertumbuhan tanaman
yang bernilai ekonomi tinggi dan
kentang di daerah tersebut. Seiring
disukai oleh masyarakat. Kentang dapat
dengan
dikonsumsi sebagai bahan sayuran,
penduduk maka permintaan kentang
lauk, dan lainnya, sehingga mempunyai
semakin meningkat dari tahun ke tahun.
meningkatnya
populasi
untuk
Produktivitas kentang di Jawa
dikembangkan. Keadaan tanah yang
Tengah tahun 2012 sebesar 15,69
berpasir,
cukup
ton/ha, jumlah ini masih di bawah
mengandung bahan organik, tata air dan
produktivitas kentang masional yaitu
udara
tempat
16,58 ton/ha (Badan Pusat Statistik,
memenuhi syarat yaitu 800 – 1.500 m
2012), Namun, produktivitas nasional
prospek
yang
subur,
baik,
baik
gembur,
ketinggian
1
ternyata
masih
dibandingkan
lebih
dengan
rendah
Pertumbuhan konsumsi kentang olahan
produktivitas
juga membuka kesempatan perluasan
kentang Eropa yang mencapai 25,5 ton/ha.
Oleh
karena
itu
produksi kentang (Billah, 2013).
perlu
Kabupaten
Purbalingga
ditingkatkan produktivitasnya melalui
mempunyai
sistem budidaya yang sesuai dan hal ini
produsen kentang organik ditinjau dari
sejalan dengan Kementerian Pertanian
kondisi
yang hendak mengembangkan sentra
sumberdaya
produksi kentang di berbagai wilayah
tersedianya
dengan
untuk
menjadi salah satu produk pertanian
mencapai sasaran laju pertumbuhan
unggulan yang mendukung program
produksi kentang sebesar 2,9% pada
pengembangan kawasan agrowisata
pendekatan
baru
tahun 2012 atau 1,185 juta ton (Manik
potensi
sumberdaya
sebagai
alam
manusianya, pasar.
Produk
et al., 2012).
besar
selain
Kentang
kentang
dan
di
telah
sentra
sayuran Serang masih banyak yang
Kentang
digemari
non-organik dan sedikit yang organik
masyarakat karena selain rasanya enak
(semi organik). Budidaya kentang non
juga baik untuk menjaga kesehatan dan
organik dilakukan oleh petani setempat
memperbaiki
dengan memanfaatkan input produksi
Kandungan
sangat
jaringan gizi
tubuh.
kentang
meliputi
yang
non
organik
seperti
pupuk
protein, lemak, karbohidrat, kalsium,
anorganik dan pestisida kimia sintetik
fosfor, serat, vitamin (A, B1, B2, dan C)
yang diaplikasikan secara regular 5-7
dan niasin. Konsumsi kentang sebagai
kali seminggu tanpa pemantauan pada
bahan pangan berkembang cukup cepat,
ada
terutama di Asia, walaupun masih lebih
tanaman. Hal ini merupakan budidaya
kecil dari 20 kg/kapita/tahun. Bersamaan
pertanian yang belum memperhatikan
dengan
pendapatan,
keamanan lingkungan. Budidaya semi
melakukan
organik melibatkan penggunaan pupuk
peningkatan
konsumen diversifikasi
cenderung menu
makanan
dari
tidaknya
organik
tetapi
hama
dan
penyakit
pengendalian
dominasi serealia bergeser ke komposisi
(organism
pangan yang mengandung lebih banyak
menggunakan pestisida kimia sintetik
sayuran,
atau sebaliknya. Kegiatan demikian
termasuk
kentang. 2
Pengganggu
OPT
Tumbuhan)
masih
belum
sepenuhnya
ramah
trichokompos, pestisida organik), K3 =
lingkungan. Budiaya tanaman kentang
kentang konvensional (pupuk kandang
organik
kotoran
dilaksanakan
dengan
ayam,
NPK
anorganik,
memberdayakan pupuk organik dan
pestisida sintetik).
pestisida organik/hayati yang ramah
diamati meliputi: jenis dan populasi
lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan
hama
dengan tujuan untuk mengetahui hama
hama, jenis dan populasi musuh alami
dan
hama, jenis patogen penting, intensitas
penyakit
tanaman
penting
kentang
serta
yang
hasil
diusahakan
penting,
Variabel yang
intensitas
serangan
penyakit, dan bobot umbi.
dengan sistem budidaya berbeda (non
Kegiatan
organik, semi organik, dan organik).
penelitian
dimulai
dengan sanitasi lahan dari gulma/sisa tanaman, pengolahan tanah dengan
METODE PENELITIAN
mencangkul sampai kedalaman 25-30
Penelitian dilakukan di sentra produksi
kentang
Kecamatan
Desa
Karangreja
Purbalingga,
mulai
cm,
Serang
meratakan.
Kabupaten bulan
1.000 m dpl.
tanah
Selanjutnya
dan dibuat
bedengan dengan panjang 12,5 m dan
Mei-
lebar 1,4 m, tinggi bedengan 15 cm,
September 2013, dengan ketinggian tempat
menggemburkan
jarak antar bedeng 50 cm. Tiap petak
Penelitian
diberi pupuk dasar sekali sebelum
menggunakan lahan petani di sentra
tanam sesuai perlakuan. Dosis pupuk
2
pertanaman kentang seluas 1.145 m . Penelitian
menggunakan
kandang 10 ton/ha, urea 200 kg/ha, TSP
rancangan
400 kg/ha, KCl 200 kg/ha.
acak kelompok (RAK) dengan empat
kapur, dan karbofuran disebarkan ke
perlakuan dan masing-masing diulang
petak
enam kali. Perlakuan terdiri atas K0 =
tanah.
kontrol (pupuk kandang kotoran ayam,
Selanjutnya
dilakukan
lubang tanam dengan alat pelubang
pupuk kandang kotoran ayam, pestisida
mulsa plastik, jarak tanam 70 cm x 30
organik), K2 = kentang organik (pupuk ayam,
kemudian ditutup
di atas bedengan, dijepit, dan dibuat
kentang semi organik (NPK anorganik,
kotoran
percobaan
pemasangan mulsa plastik perak hitam
tanpa pupuk lain, tanpa pestisida), K1 =
kandang
Pupuk,
cm, kebutuhan bibit 1.300-1.700 kg/ha
POC,
(bobot umbi 30-45 g). Tanah dilubangi 3
dan bibit kentang (varietas granola)
Intensitas serangan hama dan
yang sudah bertunas ditanam lalu
penyakit penting pada daun tanaman
ditutup tanah.
Pengamatan meliputi
dihitung dengan menggunakan rumus
populasi dan serangan hama penting,
sebagai berikut (Dolores, 1996 dalam
intensitas penyakit penting, dan hasil
Gunaeni dan Wulandari, 2010):
panen. ∑ (n x v) IS = ------------------ x 100% VxN IS : intensitas penyakit layu n : banyaknya tanaman tiap skala penyakit v : skala penyakit N : banyaknya tanaman yang diamati V : nilai kategori serangan tertinggi. Intensitas serangan hama dan intensitas penyakit pada umbi kentang dihitung dengan rumus: IS =
a b
x 100%, a = jumlah umbi terserang dan b = jumlah umbi yang diamati.
Tabel 1. Skor kerusakan akibat serangan hama/patogen penyebab penyakit tanaman Skala Keterangan 0 Tidak ada gejala kerusakan 1 Satu daun rusak 2 2-3 daun rusak 3 4 daun rusak 4 Daun tanaman rusak semua. 1 2 3 4 5
Sehat Ringan Agak berat Berat Sangat berat Pembuatan
pupuk
5 5-25 26-50 51-75 > 75 organik
yaitu Trichoderma sp. dan Gliocladium
dengan aktivator Pupuk Organik Cair
sp.
(POC). Selain itu untuk meningkatkan
dibuat pupuk organik dengan teknologi
kualitas
yang umum dilakukan petani setempat
media
tumbuh
digunakan
mikroba antagonis patogen tanaman
yaitu
4
Sebagai
pembanding
menggunakan
(kontrol)
activator
SO-
Kontan. Sebagai kontrol digunakan pupuk kandang mentah yang biasa
Hama yang menyerang daun
digunakan petani. Pengamatan secara
tanaman adalah Henosepilachna spp.
mingguan
dan
dengan populasi dan intensitas serangan
intensitas serangan hama tanaman,
yang ringan. Populasi hama penting dan
intensitas penyakit, dan hasil (berat
intensitas serangannya di pertanaman
umbi).
kentang demplot dapat dilihat pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3 dan Gambar 1.
meliputi
populasi
Tabel 3. Jenis hama yang menyerang umbi kentang Perlakuan K0 (Kontrol) K1 (Semi organik) K2 (Organik) K3 (Konvensional)
Keterangan:
Populasi uret
IS (%)
4,2 a 2,6 b 2,7 b 2,2 b
26 a 19 b 19 b 18 b
Tingkat kerusakan Agak berat Ringan Ringan Ringan
Populasi orong-orong 2,5 a 2,6 a 2,3 a 2,2 a
IS (%) 19 a 16 b 15 b 15 b
Tingkat Kerusakan Ringan Ringan Ringan Ringan
Uret (Holotrichia spp.), orong-orong (Gryllotalpa spp.), IS = Intensitas Serangan. Tingkat kerusakan: ringan-agak berat. Angka rerata pada kolom sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada BNT 5%.
Hasil
identifikasi
dan
dalam tanah dan bersifat omnivora,
menunjukkan
merusak bagian tanaman dan menyerang
bahwa hama yang ditemukan adalah uret
serangga tanah lainnya atau cacing tanah
dan orong-orong yang menyerang umbi
(Al-Jassany dan Al-Joboory, 2013). Di
kentang. Sucipto (2009) mengemukakan
wilayah Benggala Barat, India, hama ini
bahwa salah satu hama penting tanaman
merusak sampai sebesar 10% panen
kentang adalah uret (Holotrichia javana
umbi kentang (Konar et al., 2011).
Birsk).
merupakan kumbang
Kerusakan tersebut masih di bawah
berwarna coklat tua berukuran panjang
kerusakan umbi kentang akibat orong-
sekitar 2,5 cm. Larvanya paling merusak
orong di demplot tanaman Desa Serang.
umbi kentang. Pengendalian yang aman
Pengendalian hama di Benggala Barat
lingkungan
dilakukan
penelusuran
pustaka
Imago
menggunakan
nematoda
dengan
perlakuan
tanah
entomopatogen Heterorhabditis dengan
menggunakan phorate 15 kg/ha. Di
dosis 0,5 juta juvenil infektif/m2.
Lembang
Hama orong-orong baik nimfa
(Jawa
Barat)
hama
ini
dikendalikan dengan karbofuran 15
maupun dewasa/imago suka tinggal
kg/ha (Gunadi, 2009). 5
Hama daun yang ditemukan adalah
Henosepilachna
sangat
sedikit
tetapi
jagung, kentang, dan tanaman lain
tidak
(Theurkar et al., 2012; 2013). Widiyanto
menjadi hama penting. Hasil analisis
(2008) mengemukakan bahwa daerah
statistik menunjukkan bahwa populasi
kentang di Kabupaten Banjarnegara
dan serangan hama uret pada perlakuan
telah lama mengalami serangan hama
budidaya semi organik, organik, dan
uret. Serangan hama uret atau engkuk
konvensional berbeda nyata dengan
menyerang pada 18 hektar lahan kentang
kontrol, seperti tersaji pada Tabel 3.
di dua wilayah, yakni Karangtengah dan
Populasi hama orong-orong tidak nyata
Dieng Kulon. Di Desa Karangtengah,
antar
intensitas
lahan yang terserang seluas 7 hektar
serangan pada kontrol tertinggi dan
dalam skala ringan, dan 2 hektar skala
berbeda nyata dengan perlakuan lain
sedang. Sementara di Dieng Kulon
meskipun masih tergolong dalam tingkat
sebanyak 3 hektar skala sedang dan 6
kerusakan yang ringan.
hektar skala ringan. Hama ini yang
dan
perlakuan,
spp.
menyerang daun tanaman kacang tanah,
dianggap
namun
Musuh alami
hama tersebut tidak diperoleh.
destruktif di dalam tanah dan masih
Uret Holotrichia spp. merupakan
berbentuk
larva.
Namun
setelah
hama yang tersebar luas dan menyerang
berkembang dan dewasa, maka akan
berbagai jenis tanaman.
berubah menjadi kumbang aktif sore
Larva berada
dalam tanah mengonsumsi akar atau
hari.
umbi, sedangkan dewasa (kumbang)
6
Intensitas serangan, %
30 Uret
25
Orong-orong
20 15 10 5 0 K0
K1
K2
K3
Perlakuan
Gambar 1. Intensitas serangan hama uret dan orong-orong pada umbi kentang. Data dalam µ ± simpangan baku.
Tabel 4. Jenis patogen yang ditemukan pada tanaman kentang Perlakuan
K0 (Kontrol) K1 (Semi org.) K2 (Organik) K3 (Konvensional)
Keterangan:
Di
IP jamur P. infestans (%) 15,00 a 11,67 b 13,33 b 11,67 b
Tingkat kerusakan Ringan Ringan Ringan Ringan
IP bakteri R. solanacearum pd umbi (%) 13,33 a 11,67 a 13,33 a 10,00 a
Tingkat kerusakan
IP bakteri R. solanacearum pd batang (%) 13,33 a 8,33 b 8,33 b 10,00 b
Ringan Ringan Ringan Ringan
Tingkat. kerusakan Ringan Ringan Ringan Ringan
IP = Intensitas Penyakit. Angka rerata pada kolom sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada BNT 5%. areal
tanaman
kentang
daun
sangat
merusak
dikendalikan,
daun (late blight) P. infestans yang
merupakan jamur patogen yang memiliki
menyebabkan kerusakan ringan pada
patogenisitas beragam. Biasanya patogen
daun kentang. Kecuali itu bakteri layu R.
ini berkembangbiak secara aseksual
solanacearum dijumpai menyerang umbi
dengan zoospora, tetapi dapat juga
kentang dan menyebabkan kerusakan
berkembangbiak secara seksual dengan
ringan pula pada umbi hasil panen
oospora.
Penyakit
hawar
(Tabel
menyebar
luas
disemua
pertanaman
kentang
Lengkong
(2008)
mengemukakan bahwa penyakit hawar
7
P.
sulit
demplot juga dijumpai jamur hawar
4).
karena
dan
di
infestans
daun
ini
tempat
dunia.
Di
Indonesia diketahui bahwa penyakit ini
mencapai 10-100% (nowicki et al.,
terdapat
2012).
di
Sumatera,
Jawa,
Bali,
Bengtsson
et
al.
(2014)
Lombok, Sulawesi Selatan dan dijumpai
mengembangkan upaya pengendalian
di Amerika Serikat, Irlandia, Jerman,
penyakit hawar daun kentang dengan
Thailand,
Malaysia,
meningkatkan
Kepulauan
Pasifik
Belanda,
ketahanan
tanaman.
Diduga
Mereka menggunakan asam di beta-
penyakit ini semula berasal dari bibit
aminobutirat untuk merespon ketahanan
kentang
tanaman kentang terhadap jamur patogen
yang
Selatan.
dan
diimpor
dari
Eropa.Kerugian. Kerugian hasil kentang akibat
penyakit
hawar
ini.
daun dapat
Intensitas penyakit, %
25 PI
RSb
RSu
20
15 10 5 0 K0
K1
K2
K3
Perlakuan
Gambar 2.
Intensitas penyakit jamur P. infestans dan layu bakteri R. solanacearum pada tanaman kentang. PI = P. infestans, RSb = R. solanacearum batang, RSu = R. solanacearum umbi. Data dalam µ ± simpangan baku.
Penyakit
layu
bakteri
R.
tanaman
yang
terinfeksi
(batang,
solanacearum pada batang lebih rendah
cabang, dan tangkai daun) dibelah akan
intensitasnya disbanding pada umbi
tampak pembuluh berwarna coklat,
untuk kentang organik (Gambar 2).
demikian juga empulur sering berwarna
Penyakit ini menunjukkan gejala khas,
kecoklatan. Penyakit stadium lanjut
daun muda layu dan daun tua sebelah
apabila batang dipotong, akan keluar
bawah menguning. Apabila
lendir bakteri berwarna putih susu.
bagian 8
Lendir
ini
dapat
dipakai
membedakan penyakit
untuk
luas dan agresif menginfeksi tanaman
layu bakteri
tomat (Chandrashekara et al., 2012).
dengan layu Fusarium. Umbi kentang
Hasil panen kentang dapat dilihat
terinfeksi terdapat bagian melingkar
pada Tabel 5 dan Gambar 3. Panen umbi
warna putih susu bila dibelah. Tanaman
pada kontrol berbeda nyata dengan
inangnya
perlakuan
(Nicotiana
antara
lain:
tabacum
:tembakau
L.),
kentang
maupun
semi
organik,
konvensional.
Hasil
organik, panen
(Solanum tuberosum L.), kacang tanah
petani daerah Serang 14,49-17,94 ton/ha,
(Arachis hypogea L), dan pisang (Musa
Kentang organik lebih tinggi secara
spp.) (Cruze et al., 2008).
nyata daripada kentang hasil usaha tani
Patogen
tersebut mempunyai kisaran inang yang
petani
yang
umumnya
secara
konvensional.
Tabel 5. Hasil panen umbi kentang Perlakuan K0 (Kontrol) K1 (Semi organik) K2 (Organik) K3 (Konvensional)
Keterangan:
Hasil panen (kg/petak) 26,08 a 31,84 b 32,28 b 30,05 b
Produktivitas (ton/ha) 14,49 a 17,69 b 17,94 b 16,70 b
Tiap petak = 18 m2. Angka rerata pada kolom sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada BNT 5%.
Hasil, ton/ha
22
17
12
7 K0
K1
K2
K3
Perlakuan
Gambar 3. Hasil umbi kentang demplot. Data dalam µ ± simpangan baku.
9
Tabel
5
dan
Gambar
3
dan orong-orong (Gryllotalpa spp.)
menunjukkan hasil panen kentang pada
dengan intensitas serangan ringan
sistem budidaya berbeda, semi organik,
pada
organik dan konvensional berbeda nyata
organik,
dengan kontrol. Produktivitas kentang di
konvensional.
Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 15,69
budidaya
kentang
organik,
2. Tedapat
semi maupun
patogen
jamur
ton/ha, jumlah ini masih di bawah
Phytophthora
produktivitas kentang masional yaitu
menyebabkan penyakit hawar daun
16,58 ton/ha (Badan Pusat Statistik,
kentang dengan intensitas penyakit
2012), Produktivitas kentang dengan
yang ringan. Patogen lain yang
tiga sistem budidaya dalam penelitian
ditemukan
tersebut tampak lebih besar (17,69-
kentang adalah bakteri Ralstonia
17,94
solanacearum
ton/ha)
dibandingkan
infestans
yang
menginfeksi
penyakit
masih
dibandingkan
intensitas penyakit yang ringan pada
dengan produktivitas kentang Eropa
budidaya kentang semi organik,
yang mencapai 25,5 ton/ha.
organik, maupun konvensional.
rendah
3. Hasil
KESIMPULAN
panen
bakteri
penyebab
produktivitas kentang nasional. Namun, lebih
layu
sebagai
umbi
kentang
dengan
organik
mencapai 17,94 ton/ha, kentang
A. Kesimpulan 1. Ditemukan hama penting pada umbi
petani (konvensional) yaitu 17,40
kentang yaitu uret (Holotrichia spp.)
ton/ha, dan kentang semi organik
dengan intensitas serangan ringan
sebesar 17,69 ton/ha. Kentang Tahun 2009-2012. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Bengtsson, T., A. Holefors, J. Witzell, E. Andreasson, and E. Liljeroth. 2014. Plant Pathology 63: 193202. Billah, T. 2013. Kentang. Buletin Konsumsi Pangan 4 (1): 16-24. Chandrashekara, K. N., M. K. P. Kumar, and S. Saroja. 2012. Agressiveness of Ralstonia solanacearum isolates on tomato.
DAFTAR PUSTAKA Al-Jassany, R. F. and R. K. Al-Joboory. 2013. Biological studies of mole cricket Gryllotalpa stepposa Zhantiev (Gryllotalpidae: Orthoptera) in field condition. Canadian Journal of Plant Protection 1(4): 150-154. Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi, Luas Lahan, dan Produktivitas
10
Journal of Experimental Sciences 3 (9): 05-09. Cruz L, M. Eloy, F. Quirino, and H. Carrinho. 2008. Ralstonia solanacearum biovar 1 associated with a new outbreak of potato brown rot in Portugal. Phytopathologia Mediterranea 47(2): 87-91. Gunaeni, N. dan A. W. Wulandari. 2010. cara pengendalian nonkimiawi serangga vektor kutu daun dan intensitas penyakit virus mosaik pada tanaman cabai merah. J. Hort. 20(4): 368-376. Gunadi, N. 2009. Response of potato to potassium fertilizer sources and application methods in andisols of West Java. Indonesian Journal of Agricultural Science 10 (2): 65-72. Konar, A., K. A. More, and P. Mondal. 2011. Efficacy of some insecticide against cutworm and mole cricket of potato in West Bengal. Journal of Plant Protection Sciences 3 (2): 37-42. Lengkong F 2008. Penyakit Hawar Daun (Late Blight) : Permasalahan, Identifikasi dan Seleksi Tanaman Tahan Penyakit. J. Agronomika 1(3): 126-135. Manik, F., S. Widyayanti, dan J. Saragih. 2012. Evaluasi enam varietas kentang di dataran tinggi Karo Sumatera Utara. Agrin 16 (2): 102-117.
Nowicki, M., M. R. Foolad, M. Nowakowska, and E. U. kozik. 2012. Potato and tomato late blight caused by Phytophthora insfestans. An overview of pathology and resistance breeding. American Phytopathology Society (APS) 96 (1): 4-17. Sucipto. 2009. Nematoda Entomopatogen Heterorhabditis isolat local Madura sebagai agens pengendalian hayati hama penting tanaman hortikultura yang ramah lingkungan. Agrovigor 2 (1): 47-53. Theurkar, S. V., S. R. Patil, M. K. Ghadage, Y. B. Yaware, and S. S. Madan. 2012. Distribution and abundance of white grubs (Coleoptera, Scarabidae) in Khed Taluka, parts of northern and western Ghats MS, India. International Research Journal of Biological Sciences 1 (7): 5860. Theurkar, S. V., M. K. Ghadage, and S. R. Patil. 2013. New laboratory culture method for white grub national pest, India. International Research Journal of Biological Sciences 2 (5): 83-85. Widiyanto, A. 2008. Hama uret serang kentang. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/08/07/ (on line). Diakses pada 15 September 2013.
11