Nurhardiani
IMPLEMENTASI SCIENTIFIC APPROACH KURIKULUM 2013 MELALUI LESSON STUDY DI MTS AL. HADI TAMBUN PENGADANG Nurhardiani1
Abstrak: Istilah pendekatan ilmiah atau scientific approach pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik akhir-akhir ini. Scientific approach menjadi penting untuk dibahas karena produk pendidikan dasar dan menengah belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara dengan kemampuan anakanak bangsa lain. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah. Lesson study merupakan kegiatan menciptakan suatu yang unik, asli, atau suatu pelajaran yang belum pernah ada sebelumnya, meskipun para guru sebelumnya telah mempersiapkan suatu materi pelajaran secara rinci sebagai bagian dari proses Lesson study, dan merencanakan tema untuk pelajaran. Lesson Study merupakan sebuah kegiatan pembinaan profesi pendidik secara kolaboratif-kolektif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun kelompok belajar pembelajaran, guna memperbaiki dan menyempurnakan praktek mengajar guru di dalam kelas. Kata Kunci : Scientific Approach, Lesson Study ISU DAN FOKUS PENGABDIAN Seiring dengan rencana pergantian kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah atau scientific approach pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik akhir-akhir ini. Scientific approach menjadi penting untuk dibahas karena produk pendidikan dasar dan menengah belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara dengan kemampuan anak-anak bangsa lain. Hal inipun disadari oleh para guru sehingga dianggap perlu untuk 1
Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Mataram
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
87
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
memperkuat kemampuan guru itu sendiri dalam memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Skenario untuk memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini di Indonesia telah melalui sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum terwujudkan juga. Balitbang Depdiknas sejak tahun 1979 telah merintis pengembangan program prestisius ini dalam Proyek Supervisi dan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) di Cianjur, Jawa Barat. Hasil-hasil proyek ini kemudian direplikasi di sejumlah daerah dan dikembangkan melalui penataran guru ke seluruh Indonesia. Upaya yang dimulai pada tingkat sekolah dasar ini kemudian mendorong penerapan pendekatan belajar aktif di tingkat sekolah menengah. Hasil-hasil upaya ini secara bertahap kemudian diintegrasikan ke dalam Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004, yang dilanjutkan dengan Standar Isi yang lebih dikenal dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Dalam perancangan kurikulum baru, Kemendikbud masih menggunakan latar belakang pemikiran yang menyatakan bahwa secara faktual guru-guru belum melaksanakan cara belajar siswa aktif. Kondisi ideal yang diharapkan masih lebih sering menjadi slogan daripada fakta dalam kelas. Produktivitas pembelajaran untuk menghasilkan siswa yang terampil berpikir pada level tinggi dalam kondisi madek alias kolep. Deskripsi ini merujuk pada hasil tes anak bangsa kita yang dikompetisikan pada tingkat internasional dinyatakan tidak berkembang sejak tujuh tahun lalu. Memang, ini kondisi yang sangat memprihatinkan. Apakah Pendekatan Ilmiah? Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatar-belakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah. Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004 sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan bahwa 88
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
Nurhardiani
pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa. Pada penerbitan majalah selanjutnya pada tahun 2007 tentang Scientific Teaching dinyatakan terdapat tiga prinsip utama dalam menggunakan pendekatan ilmiah; yaitu Belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa. Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta konteks. Metode Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah terdapat aktivitas yang dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut Merumuskan pertanyaan, Merumuskan latar belakang penelitian, Merumuskan hipotesis, Menguji hipotesis melalui percobaan, Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan, Jika hipotesis terbukti benar maka daapt dilanjutkan dengan laporan, Jika Hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka lakukan pengujian kembali. Penerapan metode ilmiah merupakan proses berpikir logis berdasarkan fakta dan teori. Pertanyaan muncul dari pengetahuan yang telah dikuasai. Karena itu kemampuan bertanya merupakan kemampuan dasar dalam mengembangkan berpikir ilmiah. Informasi baru digali untuk menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, penguasaan teori dalam sebagai dasar untuk menerapkan metode ilmiah. Dengan menguasi teori maka siswa dapat menyederhanakan penjelasan tentang suatu gejala, memprediksi, memandu perumusan kerangka pemikiran untuk memahami masalah. Bersamaan dengan itu, teori menyediakan konsep yang relevan sehingga teori menjadi dasar dan mengarahkan perumusan pertanyaan penelitian. Kita mengetahui bahwa dalam rancangan kurikulum 2013 membedakan siswa sekolah dasar yang diberi target untuk mengembangkan kompetensi faktual dan konseptual, dan sekolah menengah mendapat target untuk mengembangkan kemampuannya Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
89
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
sampai prosedural dengan puncak kompetensi pada mencipta. BAGAIMANA PENERAPAN METODE ILMIAH? Yang paling penting dalam penerapan metode ilmiah adalah menentukan kompetensi siswa yang hendak siswa kuasai. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa guru dapat memfasilitasi siswa pada tiga tipe pilihan yaitu model deskriptif, relasional, atau eksperimen. Ketiga tipe tersebut memerlukan teknik eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang berbeda sehingga menghasilkan tipe teori yang berbeda yaitu teori deskriptif, relasional, dan hasil eksperimen. Secara umum urutan penerapan metode ilmiah meliputi enam langkah utama berikut: 1. Rumuskan masalah; pada langkah ini mengungkap apa yang sesungguhnya ingin anda ketahui. Himpun informasi; untuk menjawab sejumlah pertanyaan masalah anda perlu mengimpun informasi, data, atau fakta yang menjadi latar belakang pemikiran. Karena itu pertanyaan masalah sesungguhnya muncul dari proses perluasan atau pendalaman pengetahuan yang telah anda miliki sebelumnya. Tanpa memiliki pengetahuan tentang sesuatu anda tidak dapat bertanya tentang sesuatu. 2. Rumuskan hipotesis; apa yang sesungguh Anda pikirkan sehingga ingin mengetahuinya dan apa yang ingin anda amati. Berdasarkan teori yang telah diketahui sebelumnya anda dapat menyusun kesimpulan sementara atau hipotesis. Selanjutnya hipotesis dapat diuji, dengan melakukan pengamatan, membangun sebuah model hubungan dan membuktikan melalui kegiatan percobaan atau observasi. Dalam pelaksanaan pekerjaan hipotesis kerja dapat anda tetapkan dalam masalah seperti dengan menggunakan pertanyaan: Bagaimana penggunaan metode ilmiah dapat meningkatkan hasil belajar siswa? 3. Materi; tentukan materi yang akan siswa eksplorasi dalam kegiatan belajar dengan memilih satau satu dari tipe deskriptif, relasional, atau eksperimen. 4. Prosedur; susunlah langkah rinci yang akan siswa lakukan dalam melaksanakan penelitian. 5. Hasil; tentukan apa yang akan siswa pelajari pada pelaksanaan observasi. Data apa yang akan siswa himpun, diolahnya dan yang siswa tafsirkan.Simpulkan hasilnya, informasi yang anda peroleh dari hasil observasi gunakan untuk menjawab pertanyaan yang menjadi masalah sebelum anda melakukan percobaan atau penelitian. Apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis atau menjawab pertanyaan? 6. Penilaian hasil belajar dapat dilihat dalam tiga dimensi. Keterampilan berpikir terefleksi pada aktivitas ; Mengamati, Menanya, Mencoba, 90
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
Nurhardiani
Mengolah, Menyaji , Menalar dan Mencipta. Level kecakapan berpikir terpetakan dalam model Taksonomi : mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi. Sedangkan dalam penguasaan teori meliputi faktual, konseptual, dan proseduran. Pada pelakanaannya tidak semua aktivitas dinilai pada tiap pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan belajar, misalnya, dalam dua jam pelajaran dibatasi pada kegiatan kelompok dalam penguasaan fakta, konsep, dan mencipta pada ranah kognitif level tinggi yaitu analisis, evaluasi, dan berkreasi pada materi pelajaran yang telah guru tentukan. KRITERIA PENDEKATAN SCIENTIFIC (PENDEKATAN ILMIAH) Lalu bagaimanakah kriteria sebuah pendekatan pembelajaran sehingga dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific? Berikut ini tujuah (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu: 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kirakira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
91
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN PADA PENDEKATAN SCIENTIFIC (PENDEKATAN ILMIAH) Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut.
Pendekatan scientific dan 3 ranah yang disentuh Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Ranah sikap mencapai transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” b) Ranah keterampilan mencapai transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. c) Ranah pengetahuan mencapai transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” d) Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. e) Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. f) Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
92
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
Nurhardiani
Langkah-langkah pembelajaran scientific meliputi:
Mungkin bukan suatu hal yang baru bagi guru-guru untuk menerapkan pendekatan ini, namun tentunya butuh kedisplinan agar apa yang diamanatkan dalam UU Nomor 14 tahun 2005 pasal 10 tentang guru dan dosen 2. Setidaknya ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru professional, yaitu: kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social & kompetensi professional. Untuk memenuhi hal tersebut, maka diperlukan upaya - upaya pengembangan dan pembinaan profesi dan karir guru yang konsisten dan berkesinambungan. Sehubungan dengan aspek profesionalitas guru, dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengelolaan kelas pada saat proses belajar mengajar, sangat penting bagi guru untuk berinovasi – kreatif dalam mengimplementasikan berbagai model pembelajaran. hal tersebut diikhtiarkan agar peserta didik senang dan mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga prestasi belajarnyapun semakin baik. Salah satu model pengembangan dan pembinaan profesi guru, yang terkait dengan pengembangan model pembelajaran, yang diyakini mampu meningkatkan motivasi guru dalam berinovasi-kreatif adalah Lesson Study. Lesson study merupakan suatu konsep teknik pengembangan pendidikan yang masih baru saat ini. Catherine Lewis3, dalam sebuah artikelnya di jurnal sowi-online, berpendapat bahwa Lesson Study adalah suatu model (pola) pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian (studi) pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip – prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Sejalan dengan pendapat di atas, Sonal Chokshi4 mengemukakan beberapa hal positif terkait dengan 2Undang-Undang
Guru dan Dosen (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 11
Lewis, Research lessons bring studies to life and energize teaching. Journal of Staff Development, Summer 2002 (Vol. 23, No. 3). www.nsdc.org.. 2002), h. 1 4Sonal Chokshi, and Clea Fernandez. Challenges to Importing Japanese Lesson Study: Concerns, Misconceptions, and Nuances. www.pdkintl.org.2004, h. 1 3Catherine
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
93
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
Lesson Study, sebagai berikut: 1. 1.Lesson study merupakan kegiatan menciptakan suatu yang unik, asli, atau suatu pelajaran yang belum pernah ada sebelumnya, meskipun para guru sebelumnya telah mempersiapkan suatu materi pelajaran secara rinci sebagai bagian dari proses Lesson study, dan merencanakan tema untuk pelajaran. Bagian-Bagian dari pelajaran mungkin diadopsi dari suatu buku teks, modifikasi dari pelajaran lainnya , atau dari kurikulum yang ada. Di sisi lain, jika para guru memutuskan untuk memberi pengajaran suatu topik yang tidak tercakup dalam buku teks yang biasa digunakan, maka guru harus mengembangkannya dari buku asli yang digunakan. Setidak-tidaknya, pelajaran harus relevan dan yang bermanfaat untuk para guru. Untuk melaksanakan Lesson Study perlu diselidiki isu ilmu-ilmu mendidik dan teknik mengatasi masalah sebagaimana pengalaman mengajarnya di sekolah tempatnya mengajar. Sebagai daya penggerak adalah banyaknya guru yang berperan dalam mengamati dan melakukan usaha peningkatan mutu pengajaran. 2. Manfaat dari Lesson study akan terlihat lebih jelas apabila dilakukan pada banyak materi pelajaran secara serempak. Lesson study merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif, dimana para guru lain dapat memberikan pandangan-pandangan guna memberikan solusi tentang kendala-kendala yang dihadapi siswa. Pandangan dari banyak guru dapat meningkatkan wawasan siswa, diantaranya adalah dengan mengintegrasikan pandangan-pandangan dari sudut pandang keilmuan yang berbeda. 3. Pertukaran cara pandang secara berulang-ulang memberikan dampak positif dalam menunjukkan bahwa suatu materi pelajaran pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisah-pisahkan, yang masing-masing dapat saling mendukung dalam implementasinya di kehidupan sehari-hari. Bagi guru, terjadi pemahaman tentang berbagai konsepsi teknik pengajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pengajaran masing-masing guru dalam mengajar. 4. Lesson study adalah penyempurnaan pelajaran tunggal. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa bahwa alasan untuk pelaksanaan Lesson study pada pokoknya adalah untuk meningkatkan praktek mengajar guru melalui diskusi yang dilakukan untuk merevisi praktik-praktik pengajaran yang telah dilakukan dalam Lesson Study. 5. Lesson study adalah menciptakan suatu wawasan dengan uji coba (tried and tested). Prinsip kolaborasi bukan berarti untuk menggabungkan berbagai mata pelajaran menjadi satu, akan tetapi sekedar untuk mengkondisikan suasana berbagi pengalaman mengajar untuk
94
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
Nurhardiani
menyempurnakan pembelajaran guru. Melalui uji coba-uji coba yang dilakukan dalam Lesson Study maka akan terwujud suatu metode pembelajaran yang paling sesuai dengan kondisi siswa yang ada. Beberapa pengertian tersebut di atas menyepakati bahwa Lesson Study merupakan sebuah kegiatan pembinaan profesi pendidik secara kolaboratif-kolektif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun kelompok belajar pembelajaran, guna memperbaiki dan menyempurnakan praktek mengajar guru di dalam kelas. Ciri-ciri utama dari Lesson Study menurut Yusac5 adalah sebagai berikut: 1. Memberikan kesempatan nyata kepada para guru kelompok Lesson Study guna menyaksikan pembelajaran di ruang kelas, sebagai pengamat. 2. Menjaga agar siswa selalu menjadi pusat kegiatan pengembangan profesi guru. Karena melalui Lesson study, para guru mengamati aktivitas siswa didalam kelas, guna menemukan metode yang pas untuk diterapkan demi mningkatkan mutu pembelajaran. 3. Merupakan pengembangan profesi yang dimotori guru. Melalui Lesson study, maka guru dapat secara aktif terlibat dalam proses perubahan teknik pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Kolaborasi yang dilakukan juga dapat mengurangi isolasi antar sesama guru. 4. Merupakan bentuk penelitian (research lesson) yang memungkinkan para guru mengambil peranan sentral sebagai peneliti praktik pembelajaran di kelas mereka sendiri dan menjadi pemikir dan peneliti yang otonom tentang suatu konsep pembelajaran yang efektif. Program ini diadopsi dari Jepang (Jugyokenkyu), yang mengkaji pembelajaran melalui 3 tahapan yaitu perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do) dan refleksi (See). Adapun tahap-tahap lesson study adalah sebagai berikut:6 1. Perencanaan (plan): Guru-guru yang melaksanakan Lesson Study merancang bersama suatu bentuk pembelajaran, mulai dari menghayati silabus, memilih kompetensi dasar yang akan ditampilkan, memilih metode, bahan ajar, menyiapkan media pembelajaran, lembaran kerja siswa (LKS) serta menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2. Pelaksanaan (do): salah seorang guru peserta kegiatan Lesson Study tampil mengajar (sebagai guru penyaji) sedangkan guru yang lain sebagai pengamat (obsever). Guru-guru pengamat hanya mengamati 5Yusac.
Kebersamaan lewat Lesson Study. www.balipos.co.id. 2007, h. 3 Susilo, dkk., Lesson Study Berbasis Sekolah : Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif, (Malang: Banyumedia Publishing, 2011), h. 34 6Herawati
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
95
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
kegiatan siswa tanpa mengganggu atau mencampuri kegiatan pembelajaran mulai guru membuka pembelajaran sampai menutup pembelajaran. Semua kegiatan siswa dicatat dan diamati oleh guruguru pengamat dan jika memungkinkan seluruh kegiatan Lesson Study diabadikan melalui foto-foto maupun film (shooting kamera). 3. Refleksi (see): kegiatan ini dipimpin oleh seorang moderator, guruguru obsever menyampaikan seluruh hasil pengamatannya terhadap siswa sehingga terjadi diskusi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh penyaji. Dalam diskusi tersebut, notulen menulis seluruh hasil diskusi yang nantinya menjadi bahan yang akan direkomendasikan pada pembelajaran berikutnya. Hal yang perlu dicermati, bahwa dalam kegiatan Lesson Study pembelajaran adalah milik seluruh guru peserta, bukan pembelajaran guru penyaji saja. Keberhasilan pelaksanaan lesson study juga sangat dipengaruhi oleh tahap obeservasi yang dilaksanakan.7 Stingler dan Hiebet mengemukakan bahwa tahap observasi perlu dilakukan dengan langkah-langkah yang sistematik. Data-data yang dikumpulkan harus didasarkan pada apa yang sebenarnya ingin diketahui oleh grup peneliti (research group). Sebelum observasi, peneliti harus mengkaji rencana yang telah disusun. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini, dilaksanakan di MTs. Al Hadi Tambun Pengadang Lombok Tengah. Berdasarkan hasil observasi awal, tampak bahwa berbagai cara telah ditempuh untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, seperti pengembangan kurikulum (seperti penggunaan kurikulum KTSP, saat ini) dan juga pengembangan modelmodel pembelajaran, serta pengembangan kualitas guru. Namun demikian hasilnya masih kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari kemampuan guru yang kurang inovatif-kreatif dan kolaboratif dalam melaksanakan dan mengembangkan pembelajaran. Kurang memuaskannya kualitas pembelajaran juga terlihat dari model pembelajaran yang digunakan oleh guru dan pendekatan yang digunakan yaitu guru cenderung menggunakan teknik ceramah serta masih jarang dalam penggunaan media. Hal ini membawa dampak rendahnya motivasi siswa dalam belajar maupun berkompetisi serta tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Madrasah model ini masih perlu mendapat perhatian terkait dengan peningkatan kualitas SDM, yaitu peningkatan kualitas dalam hal pelaksanaan pengajaran menuju guru yang profesional. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Madrasah, belum ada guru yang melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran secara kolaboratif dengan menggunakan Lesson Study. Hal tersebut dikarenakan kurangnya penguasaan guru tentang Lesson Study dan belum A Richardson, Japanese teacher’s reflection on lesson study. (National Staff Development Council. www.nsdc.org. 2001), h. 3 7Joan.
96
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
Nurhardiani
pernah mengikuti pelatihan tentang hal tersebut. Sehingga berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, dianggap perlu untuk melakukan pembinaan madrasah di MTs. Al Hadi Tambun dengan fokus bagaimana menyusun langkah – langkah pembelajaran berdasarkan scientific approach yang mencakup lima langkah utama yaitu observing (mengamati), questioning (menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba), dan networking (membentuk jejaring), dapat diterapkan dalam pembelajaran di Mts. Al Hadi Tambun melalui lesson study? ALASAN MEMILIH DAMPINGAN Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini, dilaksanakan di MTs. Al Hadi Tambun Pengadang Lombok Tengah. Sebelum melaksanakan kegiatan pelatihan, tim dosen madrasah binaan beberapa kali ke lokasi untuk mengadakan studi pendahuluan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh informasi bahwa belum diterapkannya Scientific Approach kurikulum 2013 di madrasah dan belum adanya guru yang menggunakan Lesson Study dalam semua proses pembelajaran yang dilakukan. Kata Scientific Approach dan Lesson Study sendiri masih terasa asing bagi pendengaran guru-guru di MTs. Al Hadi Tambun Pengadang. Dari data dan fakta yang diperoleh di lapangan tersebut, lalu dilakukan indentifikasi, sehubungan jumlah guru tidak terlalu banyak, maka pelaksanaan melibatkan semua guru-guru di madrasah untuk mengikuti pelatihan. Langkah berikutnya adalah mencari dan menghubungi orang yang dapat memfasilitasi kegiatan pelatihan, menghubungi pihak sekolah untuk memfasilitasi dalam hal peminjaman tempat dan perlengkapan yang akan menunjang kegiatan pelatihan tersebut dan menyiapkan segala keperluan pelatihan, seperti mengadakan ATK, Kit pelatihan, dan fasilitator.
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
97
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
KONDISI DAMPINGAN SAAT IDENTITAS MADRASAH 1. Nama Madrasah 2. Tingkat 3. NSM 4. NPSN 5. Alamat 6. Provinsi 7. Kabupaten 8. Kecamatan 9. Desa 10. Kode Pos 11. Jenis Lokasi 12. Nomor Telepon 13. Email 14. Tahun Berdiri 15. Status 16. NPWP 17. No. SK Pendirian 18. Tgl SK Pendirian 19. No. Izin Operasional 20. Tgl SK Izin Operasional 21. Luas Tanah 22. Luas Bangunan
INI : Madrasah Tsanawiyah Al-Hadi Tambun : MTs : 121252020199 : 50222373 : Tambun : Nusa Tenggara Barat : Lombok Tengah : Lombok Tengah : Pengadang : 85311 : Pedesaan : 081917262467 :
[email protected] : 2008 : Swasta : 03.241.756.0.915.000 : 14 April 2008 : 28 April 2008 : KW.19.123032009 : 23 Mei 2009 : 2000 m2 : 560 m2
AKREDITASI BAN S/M “ AKREDITASI MADRASAH B “ DATA PESERTA DIDIK Tabel 1. Jumlah Peserta Didik 5 Tahun Terakhir Tahun Pelajaran Kelas VII Kelas VIII Lk Pr Lk Pr 2010/2011 16 14 13 10 2011/2012 8 19 16 14 2012/2013 19 15 8 19 2013/2014 11 18 19 15 2014/2015 13 13 8 19
Kelas IX Lk Pr 8 15 13 10 16 14 8 19 20 14
Tabel 2. Jumlah Rombongan Belajar 3 Tahun Terakhir Kelas Tahun Pelajaran VII VIII 2010/2011 1 1 2011/2012 1 1
98
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
IX 1 1
Nurhardiani
2012/2013 2013/2014 2014/2015
1 1 1
1 1 1
1 1 1
DATA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Tabel 3. Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik Tenaga Kependidikan Lk Pr Lk Pr 9 9 1 1 KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN 1. Kurikulum yang digunakan : KTSP 2. Kegiatan Ekstrakurikuler : - Pramuka - Olah Raga - Kesenian - Rohis MANAJEMEN MADRASAH 1. Mempunyai Rencana Kerja Madrasah 2. Mempunyai Laporan Keuangan Madrasah 3. Mempunyai Rekening Bank : Bank BRI Cabang Pengadang Tabel 5. Sarana Prasarana Kondisi Jenis Ruang Baik Ringan Sedang Ruang Kelas 3 Ruang Kepala Madrasah 1 Ruang Guru 1 Ruang Tata Usaha 1 Ruang Lab IPA 1 Ruang Perpustakaan 1 Ruang UKS 1 Ruang Ibadah 1 Ruang Toilet Guru 1 Ruang Toilet Siswa 1
Berat
KONDISI DAMPINGAN YANG DIHARAPKAN Kegiatan pengabdian masyarakat (Madrasah binaan) ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan mutu lulusan. Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
99
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
2. Memperbanyak kesempatan untuk guru berkolaborasi dalam menuntaskan kesulitan yang ditemukan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, demi peningkatan mutu lulusan. 3. Meningkatkan motivasi guru untuk berkreasi melakukan yang terbaik dalam proses pembelajaran. Kegiatan pengabdian masyarakat (madrasah binaan) ini memiliki manfaat yang sangat besar, baik bagi guru madrasah maupun untuk institusi madrasah. Manfaatnya adalah sebagai berikut: 1. Bagi dewan Guru; dapat meningkatkan wawasan dan pengatahuan tentang Lesson Study sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara kolaboratif serta dapat mengaplikasakannya, karena Lesson study merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif, dimana para guru lain dapat memberikan pandangan-pandangan guna memberikan solusi tentang kendala-kendala yang dihadapi siswa. Pandangan dari banyak guru dapat meningkatkan wawasan siswa, diantaranya adalah dengan mengintegrasikan pandangan-pandangan dari sudut pandang keilmuan yang berbeda. 2. Bagi Intitusi Madrasah; sebagai bagian dari upaya untuk pengembangan pendidikan dan meningkatkan mutu Madrasah, yang berujung pada peningkatan mutu lulusan. 3. Bagi Masyarakat (stakeholders); untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada lembaga penyelenggara pendidikan yang memiliki guru yang profesional. STRATEGI YANG DILAKUKAN UNTUK MENCAPAI KONDISI HARAPAN Pelaksanaan Kegiatan pengabdian Masyarakat (madrasah binaan) ini, mulai dipersiapkan sejak bulan April 2014 dengan melakukan beberapa kali observasi dan diskusi bersama dengan Kepala Madrasah terkait dengan jumlah peserta dan waktu pelaksanaan. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, pembinaan akan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut: 1. Ceramah Penyampaian materi oleh para nara sumber. 2. Tanya Jawab Melalui metode ini, peserta dapat menyampaikan segala persoalan serta saran – saran yang konstruktif kepada pemateri (nara sumber). 3. Diskusi Metode diskusi diadakan ketika pembentukan kelompok untuk menentukan siapa yang akan menjadi guru model, anggota kelompok yang lain menjadi observer, penentuan mata pelajaran yang akan di praktekkan, penentuan metode pembelajaran yang tepat guna, penyusunan RPP, serta Refleksi dan Tindak lanjut. 100
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
Nurhardiani
4. Demonstrasi (Simulasi) Metode ini digunakan ketika: a) para peserta harus menguji coba secara terbatas RPP yang telah dibuat bersama (Peer Teaching) pada sesi terakhir di hari pertama pelatihan; dan b) mempraktekkan RPP dan observasi secara langsung di dalam kelas pada sesi pertama di hari kedua. 5. Inquiry (penemuan) Metode ini digunakan untukmenumbuhkembangkan suatu kreatifitas dan kesadaran pribadi bagi guru (peserta). PIHAK-PIHAK
YANG
TERLIBAT
(STAKEHOLDERS)
DAN
BENTUK
KETERLIBATANNYA
Tabel 6. Stakeholders INSTITUSI Bentuk Keterlibatan IAIN Mataram Memefasilitasi nara sumber pelatihan Kepala Memfasilitasi perolehan data madrasah yang Madrasah akan dilibatkan dalam program pengabdian dan menyediakan tempat pelaksanaan program, sehingga upaya peningkatan profesionalisme guru dapat terwujud dan tepat sasaran Memberikan rekomendasi guru-guru yang akan menjadi peserta pelatihan Guru Madrasah Sebagai peserta pelatihan
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN OBSERVASI DAN PERSIAPAN Berdasarkan alokasi waktu yang sudah dibuat oleh tim dosen, sebelum melaksanakan kegiatan pelatihan tim dosen madrasah binaan beberapa kali ke lokasi untuk mengadakan studi pendahuluan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh informasi bahwa minimnya guru yang mengikuti sosialisasi kurikulum 2013, hanya kepala madrasah saja yang sudah mengikuti. Selanjutnya kurikulum 2013 belum digunakan di madrasah karena terhambat oleh fasilitas buku yang belum ada. Begitu pula dengan istilah Lesson Study itu sendiri masih terasa asing bagi pendengaran guru-guru di MTs. Al Hadi Tambun Pengadang apalagi menggunakan Lesson Study dalam semua proses pembelajaran.8 Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, jumlah guru yang mengikuti pelatihan sebanyak 16 guru ditambah dengan 3 narasumber (Data terlampir). Kemudian berkoordinasi dengan kepala madrasah 8Observasi
& wawancara Kepala Madrasah, MTs. Al Hadi Tambun Pengadang, Tanggal 25 April 2014
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
101
Transformasi, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2014
tentang kapan pelaksanaan pelatihan yang tepat. Setelah menentukan hari yang tepat, langkah berikutnya adalah mencari dan menghubungi orang yang dapat memfasilitasi kegiatan pelatihan ini. Didapatkan pembicara utama dan fasilitator untuk lesson study, yaitu Dr. Ahmad Sukri, M.Pd dan tim dosen pelaksana madrasah binaan sendiri. Setelah itu membuat TOR dan jadwal kegiatan sebagaimana terlampir, serta menghubungi pihak sekolah untuk memfasilitasi dalam hal membuat surat undangan bagi peserta pelatihan dan peminjaman tempat serta perlengkapan yang akan menunjang kegiatan pelatihan tersebut. Pihak madrasah sangat senang sekali dengan adanya pelatihan ini dan berharap dilaksanakan sebelum proses visitasi dari pusat karena pada tahun ini madrasah akan di akreditasi. Sehingga kegiatan ini bisa menambah poin untuk akreditasi madrasah. Berdasarkan kesepakatan, diputuskan bahwa kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 20 - 21 September 2014. Langkah akhir dari tahap persiapan ini adalah menyiapkan segala keperluan pelatihan, seperti mengadakan spanduk, ATK, Kit pelatihan, snack box, nasi kotak, sertifikat, dan fasilitator. PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan pengabdian masyarakat (Madrasah Binaan) ini dilaksanakan selama dua hari. Sesuai dengan jadwal terlampir, pelaksanaan hari pertama acara pembukaan juga dihadiri oleh ketua yayasan. Beliau sangat senang dengan adanya pelatihan ini dan beliau berharap kegiatan ini terus berkelanjutan dan berkesinambungan. Setelah acara pembukaan, para peserta diberikan materi secara teori terlebih dahulu tentang kurikulum 2013 dengan pendekatan scientific dalam proses pembelajaran dan pengetahuan Lesson Study (LS). PENUTUP Penyelenggaraan pelatihan Implementasi scientific approach kurikulum 2013 melalui Lesson Study di M.Ts Al- Hadi Tambun Pengadang yang dilaksanakan selama dua hari, tepatnya di salah satu ruang kelas madrasah dan diikuti oleh 16 orang peserta beserta narasumber berlangsung dengan sukses dan lancar. Pelaksanaannya diakhiri pada hari kedua dengan penyerahan cindera mata dari tim dosen berupa satu set alat perkemahan ke kepala madrasah.
102
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram