School Action Research
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU KELAS V PADA SEKOLAH BINAAN IMAM HADI SANTOSA, S.Pd.MM1) 1)
Pengawas sekolah Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi
Abstrak Metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru melainkan juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama mata pelajaran Matematika. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah metode pembelajaran kooperatif. Subyek penelitian adalah responden 6 sekolah pada guru-guru kelas V Dabin III di UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan pada semester II. Metode yang digunakan wawancara, observasi dan dokumentasi dengan 2 tahapan siklus. Hasil penelitian pada tahap Pembelajaran kooperatif model Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kinerja Guru dalam mengajar matematika di Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65%), siklus II (87%). Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara yang ditunjukan dengan hasil wawancar dengan beberapa siswa, rata-rata jawaban menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. Kata kunci: Model Pembelajaran Group Investigation dan Kinerja Guru A. PENDAHULUAN
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan problemapendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting
Al-Qalam Vol.XVI|61
Penelitian Tindakan Sekolah
ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan idealnya harus mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Dengan kata lain, sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat terutama bagi anak didik), dan wadah proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik/ lebih maju). Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas, kelas dalam hal ini dapat berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya di suatu ruangan dalam melaksanakan KBM. Kelas dalam arti luas mencakup interaksi guru dan siswa, teknik dan strategi belajar mengajar, dan implementasi kurikulum serta evaluasinya. (Kasihani Kasbolah E.S, 2001 hal: 1) Proses pembelajaran melalui interaksi guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa dengan guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi satu sistem yang utuh. Perolehan hasil belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan pembelajaran selama program pendidikan dilaksanankan di kelas yang pada kenyataannya tidak pernah lepas dari masalah. Mata pelajaran yang diakaji dalam penelitian ini adalah mata pelajaran matematika. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi dan wawancara dengan guru-guru kelas V Dabin III di UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. untuk mata pelajaran matematika menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi mata pelajaran matematika siswa kurang optimal. Asumsi dasar yang menyebabkan pencapaian kompetensi mata pelajaran matematika siswa kelas V Dabin III di UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015, kurang optimal adalah pemilihan metode pembelajaran dan kurangnya peran serta (keaktifan) siswa dalam KBM. Metode mengajar guru-guru kelas V Dabin III di UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. masih konvensional. Proses belajar mengajar matematika masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Peran serta siswa belum menyeluruh sehingga menyebabkan diskriminasi dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang aktif dalam KBM cenderung lebih aktif dalam
62 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki pencapaian kompetensi belajar yang lebih tinggi. Siswa yang kurang aktif cenderung pasif dalam KBM, mereka hanya menerima pengetahuan yang datang padanya sehingga memiliki pencapaian kompetensi yang lebih rendah. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru melainkan juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama mata pelajaran Matematika. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada metode konvensional. Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian tindakan sekolah dengan tema “Implementasi Model Group Investigation sebagai Peningkatan Kinerja Guru Kelas V dalam Mengajar Matematika pada Sekolah Binaan. di Dabin III di UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah peningkatan Kinerja Guru Kelas V dengan diterapkannya model pembelajaran Group Investigation Pada Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015?; Bagaimanakah pengaruh model Group Investigation terhadap motivasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara; Apakah penerapan model Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015?. Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui peningkatan Kinerja Guru dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation pada kelas V Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015; mengetahui motivasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation
Al-Qalam Vol.XVI|63
Penelitian Tindakan Sekolah
Adapaun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan Kinerja Guru khususnya pada mata pelajaran matematika. b. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. c.
metode
Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.
d. Meningkatkan belajar siswa pada pelajaran matematika. e. Mengembangkan model pembelajaran yang sesuai. B. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
1. Metode Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses kombinasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. (Syaiful Sagala, 2005: 61). Menurut Corey, pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. (Ramayulis, 2008: 239), sementara Menurut Oemar Hamalik, mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur, yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri atas siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. (Oemar Hamalik, 2003: 57). Metode atau method secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pelajaran dengan menggunakan faktor dan konsep secara sistematis (Muhibbin Syah, 1995: 202). Metode mengajar diartikan juga sebagai teknik guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik (Roestiyah, 2001: 1). Metode juga dimaknai sebagai cara atau siasat yang dipergunakan dalam pengajaran. Sebagai strategi, metode ikut memperlancar ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Peranan metode ini akan nyata jika guru memilih metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang hendak dicapai oleh tujuan pembelajaran. Banyak faktor yang perlu diketahui untuk mendapatkan
64 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
pemilihan metode yang akurat, seperti faktor guru sendiri, sifat bahan pengajaran, fasilitas, jumlah anak didik di kelas, tujuan, dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara (langkah) yang ditempuh dan direncanakan sebaik-baiknya untuk usaha yang bersifat sadar, disengaja, dan bertanggungjawab yang secara sistematis dan terarah pada pencapaian tujuan pengajaran. Salah satu metode yang perlu dikembangkan seiring dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi adalah metode pembelajaran kooperatif.
2. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang teratur sehingga ketergantungan pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antara anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggungjawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajar lainnya (Kessler, 1992: 8). Belajar kooperatif merupakan satu strategi pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan kumpulan-kumpulan kecil pelajar dengan memberi peluang untuk berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran (Suhaida Abdul Kadir, 2002: 54). Metode pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena pembelajaran dapat dicapai ditengah-tengah percakapan antara siswa. Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain, guna menuntaskan bahan ajar pada akademiknya. Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain, dan menaruh perhatian tentang bagaimana kawannya belajar, dan ingin membantu kawannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya diskusi, pemberian umpan balik, atau bekerja sama dalam melatih ketrampilan-ketrampilan tertentu (A. Suhaenah Suparno, 2001: 156). Belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok biasa. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran cooperative, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
Al-Qalam Vol.XVI|65
Penelitian Tindakan Sekolah
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b. Tanggungjawab perseorangan Setiap anggota dalam kelompok bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c. Tatap muka Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya, harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil pemikiran satu orang saja.
d. Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi proses kelompok Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru agar siswa selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih baik. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan perbaikan dari pembelajaran tradisional. Berikut ini perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional. Tabel 1. Perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional. Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar tradisional Adanya saling ketergantungan positif, Guru sering membiarkan adanya saling membantu, dan saling memberikan siswa yang mendominasi kelompok motivasi sehingga ada interaksi promotif. atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitasi individual sering mengukur penguasaan materi pelajaran diabaikan sehingga tugas-tugas tiap anggota kelompok. Kelompok diberi sering diborong oleh salah seorang umpan balik tentang hasil belajar para anggota kelompok, sedangkan
66 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Ketrampilan social yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus memberikan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok, yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).
anggota kelompok yang lainnya hanya “enak-enak saja’ di atas keberhasilan temannya yang dianggap pemborong. Kelompok belajar biasanya homogen.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masingmasing. Ketrampilan social sering tidak diajarkan secara langsung.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
(Nurhadi, 2004: 114-115)
Belajar kooperatif cenderung menaikkan pencapaian pada semua tugas sekolah yang terkait, superioritas atas belajar kompetitif dan individualistik yang lebih jelas tampak dalam belajar konseptual dalam dan tugas-tugas pemecahan masalah (Usman H.B, 2001: 305). Langkah langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut:
Al-Qalam Vol.XVI|67
Penelitian Tindakan Sekolah
Fase 1
2
3
4
5
6
Tabel 2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif. Indikator Kegiatan Guru Menyampaikan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang tujuan dan ingin dicapai dan memberi motovasi siswa agar memotivasi siswa dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Menyajikan Guru menyampaikan informasi kepada siswa informasi dengan cara mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. Mengorganisasikan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana siswa dalam caranya membentuk kelompok belajar dan kelompok-kelompok membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Membimbing Guru membimbing kelompok belajar pada saat kelompok bekerja mereka mengerjakan tugas-tugas. dan belajar Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Memberi Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya penghargaan atau hasil belajar individu maupun kelompok.
Apabila diperhatikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif pada tabel di atas maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas sangat menonjol dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain.
3. Metode Pembelajaran GI (Group Investigation) Dasar-dasar model Group Investigation dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan dan teman-temannya dari Universitas Tel Aviv. Metode GI ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam seleksi topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Dalam menggunakan metode GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan (Arends, 1997: 120-121). Investigasi kelompok adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif, guru dan siswa bekerja sama membangun pembelajaran. Proses dalam perencanaan
68 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
bersama didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa, kapasitas, dan kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan untuk menetapkan arah tujuan yang mereka kerjakan. Dalam hal ini kelompok merupakan wahana sosial yang tepat untuk proses ini. Perencanaan kelompok merupakan salah satu metode untuk menjamin keterlibatan siswa secara maksimal. Metode investigasi kelompok adalah perpaduan sosial dan kemahiran berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan mensintesis. Investigasi kelompok tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak ada dukungan dialog dari setiap anggota atau mengabaikan dimensi afektif-sosial dalam pembelajaran kelas (Suhaida Abdul Kadir, 2002: 67). Dalam model ini terdapat 3 konsep utama, yaitu: a. Penelitian (inquiry) yaitu proses perangsangan siswa dengan menghidupkan suatu masalah. Dalam proses ini siswa merasa dirinya perlu memberikan reaksi terhadap masalah yang dianggap perlu untuk diselesaikan. Masalah ini didapat dari siswa sendiri atau diberikan oleh guru. b. Pengetahuan yaitu pengalaman yang tidak dibawa sejak lahir namun diperoleh siswa melalui pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung. c.
Dinamika kelompok, menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan berbagai ide dan pendapat serta saling tukar-menukar pengalaman dan saling berargumentasi.
Spencer Kagan (1985: 72) mengemukakan bahwa metode GI memiliki enam tahapan kegiatan seperti berikut:
a. Mengidentifikasikan topik dan pembentukan kelompok Tingkatan ini menekankan pada permasalahan, siswa meneliti, mengajukan topik dan saran. Peranan ini dimulai dengan setiap siswa diberikan modul yang berisikan kisi-kisi; dari langkah ini diharapkan siswa mampu menebak topik apa yang akan disampaikan kemudian siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Dalam hal ini peran dari guru adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan pengaturan.
b. Merencanakan tugas belajar Pada tahap ini anggota kelompok menentukan subtopik yang akan diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta mengumpulkan sumber untuk memecahkan masalah yang tengah diinvestigasi.
Al-Qalam Vol.XVI|69
Penelitian Tindakan Sekolah
Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk seluruh kelas.
c. Menjalankan investigasi Siswa secara individual atau berpasangan mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting yang lain untuk mendiskusikan pekerjaannya bengan mengadakan saling tukar menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kesimpulan.
d. Menyiapkan Laporan Akhir Pada tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dengan mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggotanya mendengarkan. Peran guru di sini sebagai penasehat, membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya.
e. Mempresentasikan hasil akhir Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi yang beraneka macam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab.
f. Mengevaluasi Pada tahap ini siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik dari pengalaman afektif mereka. Sedangkan guru dan siswa yang lain berkolaborasi mengevaluasi proses belajar sehingga semua siswa diharapkan menguasai semua subtopik yang disajikan. C. METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN
1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru dalam mengajar mata pelajaran matematika. Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama
70 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
dengan guru kelas V pada Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara.
2. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat Sekolah Dasar Daerah Binaan III Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara yang berjumlah 6 sekolah, yakni:
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Sekolah SDN 1 Medayu SDN 2 Medayu SDN 1 Kandangwangi SDN 3 Kandangwangi SDN Linggasari SDN Gumingsir
Guru Kelas V Sri Susilowati,S.Pd.SD Surtiyah,S.Pd.SD Sri Setyaningsih,S.Pd.SD Neni Nuryati,S.Pd.SD Tuslam,S.Pd Jariyah ,S.Pd,SD
3. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Nopember pada tahun pelajaran 2014/2015 .
4. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah guru-guru kelas V Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015
5. Metode Pengumpulan Data Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benarbenar valid dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
6. Metode Observasi Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati terhadap objek penelitian dan mencatat fenomena yang diselidiki. Agar pelaksanaan observasi dapat mencapai tujuannya, maka diperlukan adanya penguasaan terhadap jenis- jenis observasi, teknik dan alat-alat yang dapat digunakan ketika melakukan observasi. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi berperan pasif dan menggunakan jenis observasi terstruktur, karena peneliti hanya berperan sebagai pengamat
Al-Qalam Vol.XVI|71
Penelitian Tindakan Sekolah
pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) yang berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun peneliti. Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar yang meliputi metode dan strategi kegiatan belajar mengajar. Observasi merupakan proses perekaman dengan mengamati semua peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama penelian tindakan kelas berlangsung.
7. Tes Hasil Belajar Tes digunakan untuk mengambil data pada siklus I dan siklus II yaitu untuk mendapatkan data tentang hasil belajar yang dicapai siswa selama proses pembelajaran baik kognitif maupun afektif.
8. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Sekolah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3). Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) Penelitian tindakan kelas atau sekolah adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan utama dari Penelitian tindakan kelas atau sekolah adalah untuk memperbaiki / meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
9. Perencanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi: silabus mata pelajaran Matematika dan skenario pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation dimana siswa dapat mendengar, melihat, mendiskusikan dan menerapkan topik pembelajaran. b. Menyusun instrumen penelitian.
72 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
c.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kondisi belajar siswa dengan adanya penerapan metode pembelajaran Group Investigation dan mengetahui peran serta atau keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung baik pada siklus I maupun siklus II.
d. Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. e. Materi pokok yang digunakan dalam penerapan metode pembelajarn Group Investigation (GI) untuk siklus I dan II adalah: Perusahaan dan Badan Usaha. f.
Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah: Kemampuan menganalisis peran Perusahaan dan Badan Usaha sebagai tempat berlangsungnya proses produksi dan keterkaitannya dengan pelaku Matematika.
g. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario pembelajaran. h. Mendesain alat evaluasi berupa soal tes untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa setelah adanya pelaksanaan metode Group Investigation (GI).
10. Pelaksanaan Tindakan Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengajar adalah guru-guru kelas V dalam mengajar mata pelajaran Matematika Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. Pada tahap ini dilakukan suatu tindakan untuk menghasilkan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran yang berupa pembelajaran menjadi lebih efektif, siswa menjadi lebih aktif dan hasil belajar meningkat. Hal-hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan adalah implementasi metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) yang telah disusun oleh peneliti.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siklus I dan II secara rinci sebagai berikut: a. Membagi siswa menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok beranggotakan lima orang. b. Membagi materi menjadi delapan topik, kemudian materi tersebut diberikan kepada masing-masing kelompok untuk diidentifikasikan. c. Setiap kelompok merencanakan tugas belajar dan menjalankan investigasi kelompok. d. Tiap-tiap kelompok menyiapkan laporan akhir dengan menunjuk salah satu anggota kelompok untuk
Al-Qalam Vol.XVI|73
Penelitian Tindakan Sekolah
mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggota mendengarkan. e. Setiap kelompok mempresentasikan laporan hasil akhirnya di depan kelas, sedangkan kelompok lain dapat aktif mengevaluasi laporan tiap-tiap kelompok dengan berbagai tanya jawab, kritik maupun saran. 11. Analisis dan Refleksi Refleksi dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan apa yang telah dihasilkan pada proses tindakan dihubungkan dengan penyelesaian permasalahan yang ditargetkan pada siklus tersebut. Pada tahap ini hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti, untuk kemudian dilakukan refleksi untuk melihat kekurangan atau kelemahan yang telah terjadi. Pada tahap ini pula dilakukan diskusi oleh siswa mengenai pelaksanaan pembelajaran yang telah terjadi. Hasil refleksi ini akan digunakan dalam perencanaan siklus berikutnya.
12. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui Kinerja Guru yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap Siklus dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
a. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
X
X N
Dengan
: X ΣX ΣN
74 | ISSN: 2356-2447-XVI
= Nilai rata-rata = Jumlah semua nilai siswa = Jumlah siswa
School Action Research
b. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
P
Siswa. yang.tuntas.belajar x100% Siswa
c. Untuk lembar observasi Lembar observasi pengelola metode pembelajarn koooperatif model Group Investigation. Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation digunakan rumus sebagai berikut :
P1 P 2 2 X= Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2
d. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut :
x % = x x 100 % dengan Jumah.hasil. pengama tan P1 P 2 Jumlah. pengama tan = 2 X= Dimana :
% X ∑x P1 P2
= Presentase pengamatan = Rata-rata = Jumlah rata-rata = Pengamat 1 = Pengamat 2
Al-Qalam Vol.XVI|75
Penelitian Tindakan Sekolah D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Data Penelitian Persiklus a. Siklus I 1) Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation , dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. 2) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan oleh guru-guru kelas V. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I Penilaian No
Aspek yang diamati
SD 1
SD 2
SD 3
A. Pengamatan KBM
I
1. Pendahuluan 2. Memotivasi siswa 3.Menyampaikan tujuan pembelajaran 4. Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya 5. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar sub jumlah (skor maks= 100) B. Kegiatan inti 1.Mempresentasikan langkahlangkah metode pembelajaran kooperatif 2. Membimbing siswa
76 | ISSN: 2356-2447-XVI
SD 4
SD 5
SD-6
3 2 3
2 3 3
Sko r
(%)
66% 3 3 2
2 4 3
4 3 3
4 2 3
18 17 17
72.0 68.0 68.0
2
2
3
2
2
2
13 52.0
2
3
3
3
4
3
18 72.0
12
14
16
14
13
83
3
14 48% 3
3
2
3
3
17
3
3
1
3
2
1
13
68.0 52.0
School Action Research melakukan kegiatan 3. Melatih keterampilan kooperatif 4. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran 5. Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan sub jumlah (skor maks= 100) C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi sub jumlah (skor maks= 40)
1
2
1
III
sub jumlah (skor maks= 20) E. Antusiasme Kelas 1. Siswa antusias 2. Guru antisias sub jumlah (skor maks= 40)
Jumlah SKOR MAKSIMUM = 60 Presentase tiap sekolah (%)
1
3
10 40.0
1
2
1
2
1
1
8 32.0
2
3
2
1
2
2
12 48.0
10
12
8
9
10
60
3
11 60% 2
2
3
2
2
14
3 5
2 5
2 5
4 6
2 4
3 5
16 30
D. Pengelolaan Waktu II
2
56.0 64.0
60% 2 2
3 3
3 3
2 2 64%
2 2
3 3
15
3 3 6 35
2 4 6 40
2 2 4 36
2 3 5 38
3 3 6 35
2 3 5 36
14 18 32
66.7
60. 0
63. 3
58. 3
60.0
15 56.0 72.0
220 61%
58.3
60.0
Keterangan Nilai : Kriteria 0-25 : Tidak Baik 26-50 : Kurang Baik 51-75 : Cukup Baik 76-100 : Baik
Berdasarkan tabel di atas semua aspek-aspek yang mendapatkan kriteria cukup baik kecuali pada pengamatan kegiatan awal KBM semua belu melebihi batas syarat yang telah ditentukan yaitu diatas 65%. Keempat aspek yang mendapat nilai cukup baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Al-Qalam Vol.XVI|77
Penelitian Tindakan Sekolah
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut : Tabel 4.2. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I No
Aktivitas Guru yang diamati SD 1
SD 2
Presentase SD 3 SD 4
SD 5
SD 6
RATA RATA
1.
Menyampaikan tujuan
63
50
50
25
38
40
44
2.
Memotivasi siswa
38
50
25
50
38
38
40
3.
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
50
25
50
63
50
45
47
4.
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi
25
38
88
50
75
55
55
Menjelaskan materi yang sulit
88
88
75
75
88
80
82
88
75
75
88
88
80
82
50
75
63
63
50
63
61
75
75
75
75
75
75
75
50
50
50
38
25
45
43
5.
8.
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik
9.
Membimbing siswa merangkum pelajaran
No
Aktivitas siswa yang diamati
6.
7.
RATA RATA
Presentase SD 1
SD 2
SD 3
SD 4
SD 5
77
77
75
75
77
77
76
81
81
83
82
85
81
82
2.
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru Membaca buku
3.
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
81
81
85
81
83
81
82
4.
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
75
75
78
75
75
75
76
5.
Menyajikan hasil pembelajaran
63
65
70
65
65
65
66
65
61
63
65
63
63
63
59
61
61
63
61
61
61
1.
6. 7.
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide Menulis yang relevan dengan KBM
78 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research 8.
Merangkum pembelajaran
53
58
61
61
61
61
59
9.
Mengerjakan tes evaluasi
68
63
67
65
70
68
67
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 82 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 82 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 76 %.. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 82%. 82%. dan 76%. Pada siklus I, secaraa garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif model group investigation sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominanuntuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I Keterangan
Nama Sekolah
Skor
SDN 1 Medayu
65
15
12
SDN 2 Medayu
70
22
8
SDN 1 Kandangwangi
65
13
15
SDN 3 Kandangwangi
65
15
10
SDN Linggasari
60
20
8
SDN Gumingsir
65
13
12
Jumlah
390
T
98
TT
65
Jumlah Skor = 390 Jumlah Skor Maksimal Ideal = 600 Rata-Rata Skor Tercapai = 65 Keterangan: T TT Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Klasikal
: Tuntas : Tidak Tuntas : 98 : 65 : Belum tuntas
Al-Qalam Vol.XVI|79
Penelitian Tindakan Sekolah
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 65% dan ketuntasan belajar mencapai 60%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 65,00% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation . 3) Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: a. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran b. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu c. Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. 4) ReVisi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
a. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. b. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan c. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. 2. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
80 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II di kelas V. Proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:
N o
I
Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II Penilaian Aspek yang diamati SD SD SD SD SD 1 2 3 4 5 A. Pengamatan KBM 80% 1. Pendahuluan 3 4 4 4 4 2. Memotivasi siswa 3 4 4 2 2 3.Menyampaikan tujuan 3 3 3 3 4 pembelajaran 4.Menghubungkan dengan 2 2 4 2 4 pelajaran sebelumnya 5.Mengatur siswa dalam 4 3 3 3 4 kelompok-kelompok belajar sub jumlah (skor maks= 100) 15 16 18 14 18 B. Kegiatan inti 81% 1.Mempresentasikan langkahlangkah metode pembelajaran kooperatif 2.Membimbing siswa melakukan kegiatan 3.Melatih keterampilan kooperatif 4. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran 5. Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan sub jumlah (skor maks= 100) C.
Penutup
4
3
4
4
4
SD6
Skor
(%)
4 3 4
23 18 20
92.0
4
18
4
21
72.0 80.0 72.0 84.0
19
100
4
23 92.0
5
5
3
4
3
3
23
3
4
4
4
3
5
23
3
2
3
2
4
3
17
2
3
2
3
2
3
15
17
17
16
17
16
18
101
92.0 92.0 68.0
60.0 78%
Al-Qalam Vol.XVI|81
Penelitian Tindakan Sekolah 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi sub jumlah (skor maks= 40)
4
4
3
2
4
3
20
4 8
3 7
4 7
3 5
2 6
3 6
19 39
2 2
3 3
4 4
84% 4 4 96%
4 4
4 4
21 21
84.0
4 3
4 4
4 4
4 4
4 4
4 5
96.0 96.0
7 49
8 51
8 53
8 48
8 52
9 56
24 24 48
D. Pengelolaan Waktu II sub jumlah (skor maks= 20) E. Antusiasme Kelas III
1. Siswa antusias 2. Guru antisias sub jumlah (skor maks= 40)
Jumlah SKOR MAKSIMUM = 60 Presentase tiap sekolah (%)
80.0 76.0
309 86%
81.7
85.0
88.3
80.0
86.7
93.3
Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn oleh guru dengan menerapkan metode pembelajarn kooperatif model Group Investigation mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu. Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan metode pembelajarn kooperatif model Group Investigation diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa ynag telah mereka lakukan. Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru dan siswa : Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II No
Aktivitas Guru yang diamati SD 1
SD 2
Presentase SD 3 SD 4
SD 5
SD 6
RATARATA
1.
Menyampaikan tujuan
80
80
80
85
86
80
82
2.
Memotivasi siswa
80
85
80
70
60
76
75
81
85
83
76
80
76
80
81
81
81
83
80
80
81
3.
4.
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi
82 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
5.
6.
7. 8.
9. No
Menjelaskan materi yang sulit Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik Membimbing siswa merangkum pelajaran
76
81
81
85
88
80
82
81
81
83
83
88
80
83
81
80
83
80
83
75
80
80
85
80
85
80
80
82
76
80
80
80
80
80
79
Aktivitas siswa yang diamati SD 1
1. 2.
3.
4.
Mendengarkan/ memperhatikan guru Membaca buku
Bekerja dengan anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
9.
Mengerjakan tes evaluasi
7.
SD 5
70
80
83
85
80
86
81
81
85
80
80
85
81
82
81
80
80
80
83
76
80
75
75
78
85
80
80
79
83
83
70
80
80
80
79
85
80
83
76
83
76
81
80
85
80
80
86
86
83
80
80
80
80
80
80
80
68
80
80
80
70
68
74
sesama
8.
6.
RATARATA
penjelasan
Menyajikan hasil pembelajaran Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran
5.
Presentase SD 2 SD 3 SD 4
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, tampak bahwa aktifitas guru yang paling dominan pada siklus II adalah antusiasme di kelas baik oleh guru maupun siswa sebesar 96%. Hal ini menunjukan terdapat kenaikan pengelolaan pembelajaran. Sedangkan untuk penilaian formatif tentang ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I hanya 65% siswa yang tuntas belajarnya. Untuk mengetahui hasil Siklus II dapat disajikan dalam table berikut: Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II Nama Sekolah
Skor
Keterangan
Al-Qalam Vol.XVI|83
Penelitian Tindakan Sekolah
SD 1 SD 2 SD 3 SD 4 SD 5
85 85 80 80 85 80 495
Jumlah Jumlah Skor = 495 Jumlah Skor Maksimal Ideal =600 Rata-Rata Skor Tercapai = 83 Keterangan: T TT Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Klasikal
T 23 28 25 21 25 20 142
TT 4 2 3 4 3 5 21
: Tuntas : Tidak Tuntas : 142 : 21 : Belum tuntas
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 82%dan ketuntasan belajar mencapai 87%. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan Kinerja Guru siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation .
c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: a. Memotivasi siswa b. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep c.
Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain: a. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
84 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
b. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. c.
Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
d. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. e. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soalsoal latihan pda siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. E. Pembahasan Hasil Tindakan
1. Ketuntasan Kinerja Guru Siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kinerja Guru. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, dan II yaitu masing-masing 65%, dan 87%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap Kinerja Guru yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika pokok bahasan membuat ruang bangun dengan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation yang paling dominant adalah bekerja dengan menggunakan alat / media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan
Al-Qalam Vol.XVI|85
Penelitian Tindakan Sekolah
materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. F. PENUTUP
1. Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Pembelajaran kooperatif model Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kinerja Guru dalam mengajar matematika di Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65%), siklus II (87%). b. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara yang ditunjukan dengan hasil wawancar dengan beberapa siswa, rata-rata jawaban menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
2. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: a. Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model kooperatif model Group Investigation dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. b. Dalam rangka meningkatkan Kinerja Guru, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. c.
Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara
86 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 2005. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Combs. Arthur. W. 2004. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston. Dahar, R.W. 2003. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Felder, Richard M.
2003. Cooperative Learning in Technical Corse, (online),
(Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report. Hadi, Sutrisno. 2003. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta. Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang. KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press. Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta. Muhaimin,., et.al., Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004 Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2003 Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2008
Al-Qalam Vol.XVI|87
Penelitian Tindakan Sekolah Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka. Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional. Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2005 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung, 2005, Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wahyuni, Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kinerja Guru Matematika. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri Malang. Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
88 | ISSN: 2356-2447-XVI