IMPLEMENTASI METODE MATERNAL REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA TUNARUNGU SDLB-B DHARMA ASIH PONTIANAK Gemala Rinjani, Syambasril, Laurensius Salem Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak e-mail:
[email protected] Abstrak: Implementasi Metode Maternal Reflektif dalam Pembelajaran Membaca pada Siswa Tunarungu Kelas IV SDLB-B Dharma Asih Pontianak Tahun Pembelajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implementasi MMR dalam pembelajaran membaca pada siswa tunarungu kelas IV SDLB-B Dharma Asih Pontianak tahun pembelajaran 2012/2013. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data, maka dihasilkan simpulan sebagai berikut: 1) Dalam menyusun rencana pembelajaran, guru harus menentukan tujuan pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP yang baik akan mengarahkan pelaksanaan yang baik pula. 2) Ketika melaksanakan pembelajaran, guru berpedoman dengan perencanaan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pengajaran membaca pada anak tunarungu, guru menggunakan MMR. 3) Evaluasi pembelajaran dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tertulis), dengan secara lisan (tes lisan) dan dengan tes perbuatan. Kata kunci: tunarungu, MMR, membaca. Abstract: Implementation of maternal reflective method in teaching deaf students reading at grade IV Dharma Asih Pontianak learning year 2012/2013. This study aims to describe the implementation of MMR in teaching deaf students reading at grade IV Dharma Asih Pontianak learning year 2012/2013. The methode used is descriptive methode with qualitative research froms. Based on the analysis data, it can be concluded: 1) In the lesson plan, theacher should determine the learning goals. Preparetion of syllabus and lesson plans that will either direct the implementation of which is good too. 2) When implementing learning, teacher guided with lesson plans. In carrying out the teaching of reading to deaf children, theacher used the MMR. 3) Evaluation of learning can be done in writing (the written test), orally (oral test) and actions test. Key words: deaf, MMR, read.
M
asyarakat Indonesia memiliki minat baca yang sangat minim. Dari hasil survei yang dilakukan UNESCO menunjukkan fakta yang tidak mengembirakan, yaitu minat baca masyarakat Indonesia merupakan yang paling rendah di ASEAN. Budaya membaca tidaklah diterapkan pada bangsa ini,
1
kebiasaan membaca masih belum berkembang dengan sepenuhnya pada anggota masyarakat termasuklah anak-anak. Selain orang tua yang berperan aktif dalam mewujudkan minat baca anak, guru juga merupakan kunci utama dalam mengajak anak didiknya untuk terus membaca. Minat baca harus ditumbuhkan sedini mungkin. Kebiasaan membaca dapat memberikan dampak yang sangat positif, yaitu menambah wawasan. Guru berperan penting dalam proses pembelajaran. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih, menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, khususnya pembelajaran membaca. Semua orang berhak untuk belajar membaca, pembelajaran membaca tidak hanya diperuntukkan bagi orang yang normal saja. Dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Membaca adalah satu di antara aspek berbahasa, maka dari itu belajar membaca jugalah suatu hal yang sangat penting. Anak yang kurang sempurna secara fisik seperti tunarungu juga memiliki hak yang sama dengan kita yang berhak untuk belajar dan mendapatkan ilmu. Hal ini yang menarik minat peneliti melihat bagaimanakah proses pembelajaran membaca anak tunarungu. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Ibu Susilowati selaku guru Bahasa Indonesia pada hari Jumat, 4 Januari 2012 di SDLB-B Dharma Asih, ternyata guru Bahasa Indonesia memiliki stategi pembelajaran yang sangat menarik. Satu di antaranya adalah dalam mengajarkan membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Adapun metode yang digunakan dalam mengajarkan membaca pada siswa kelas IV SDLB-B adalah dengan menggunakan metode maternal reflektif. Peneliti mengambil SDLB-B Dharma Asih sebagai tempat pelitian karena di sekolah tersebut sebagian besar muridnya adalah anak-anak yang mengalami kesulitan mendengar atau tunarungu. Kesulitan mendengar ini hampir semuanya bawaan ketidaksempurnaan sejak lahir. Murid di sekolah SLB Dharma Asih ini memiliki lebih dari 100 anak dan semuanya memiliki keterbatasan yang beragam kecuali tunanetra. Jenjang pendidikan yang ada di sekolah ini mulai dari taman kanak-kanak hingga jenjang sekolah menengah ke atas. Sebab peneliti mengambil tingkat sekolah dasar sebagai sampel penelitian adalah pada tingkat ini anak-anak tunarungu baru mempelajari membaca secara dasar. Belum dapat membaca secara spesifik seperti membaca cepat atau membaca nyaring dan sebagainya karena anak-anak tunrungu ini sangat sulit membaca. Sudah dapat membaca secara lancar saja merupakan prestasi yang sangat membanggakan bagi mereka. Kelas 4 pada jenjang sekolah dasar merupakan kelas yang paling banyak peserta didiknya yaitu 12 siswa, maka dari itu peneliti mengambil kelas 4 sebagai sampel penelitian. Pengajaran membaca dilakukan oleh guru dari kelas satu hingga kelas enam, hal ini dilakukan oleh guru agar latihan membaca anak tunarungu menjadi
2
semakin lancar. Banyak sekali kendala yang ditemukan tetapi tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap belajar membaca. Pengajaran membaca ini dilakukan tiap kelas, artinya setiap semester yang ditempuh dari kelas satu hingga kelas enam masih terus mempelajari membaca maka dari itu penulis tidak mencantumkan semester berapa mereka belajar membaca. Pengajaran dan pelatihan membaca dilakukan berulang-ulang karena anak tunarungu cenderung sering lupa dengan pelajaran yang ada. Jadi, guru harus sabar dalam menyampaikan pelajaran termasuk pengajaran membaca. Pembelajaran membaca ini sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan pembelajaran anak tunarungu kelas IV sekolah dasar yaitu membaca/isyarat pada SK 7. Memahami paragraf, pengumuman, dan pantun. KD yang berkaitan yaitu 7.1. Membaca intensif kalimat utama pada tiap paragraf, 7.2. Membaca pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. Mengajarkan membaca pada anak Tunarungu bukanlah sebuah perkara yang mudah karena membutuhkan kesungguhan dan strategi yang tepat dalam melaksanakan hal tersebut. Keberhasilan dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dari strategi yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai sekolah luar biasa, SDLB-B Dharma Asih Pontianak memiliki strategi yang berbeda dengan sekolahsekolah umum lainnya. Perbedaan strategi inilah yang membuat peneliti tertarik meneliti mengenai Implementasi Metode Maternal Reflektif Dalam Pembelajaran Membaca Pada Siswa Tunarungu Kelas IV SDLB-B Dharma Asih Pontianak Tahun Pembelajaran 2012/ 2013 Adapun penelitian sebelumnya tentang anak tunarungu dan pengajaran membaca pernah dilakukan, seperti Dwi Indri Oktaviani di Universitas Negeri Padang pada tahun 2008 dengan judul Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemula Anak Kesulitan Belajar Melalui Metode Suku Kata di SD 09 Kecamatan Pauh. Pada penelitian Dwi Indri Oktaviani ini sama-sama mengangkat tentang belajar membaca, tetapi metode yang digunakan dalam pengajaran membaca jelas berbeda. Dwi Indri Oktaviani menggunakan metode suku kata, yang lebih cenderung mengajarkan anak membaca melalu pengenalan huruf-huruf, kemudian menggabungkan huruf konsonan dengan huruf vokal. Sedangkan peneliti menggunakan metode maternal reflektif dalam pengajaran membaca, yaitu metode yang diilhami dari pengajaran berbahasa Ibu kepada anaknya. Kemudian penelitian sebelumnya oleh Wiati di Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2012 dengan judul Peningkatan Kemampuan Komunikasi Melalui Metode Maternal Reflektif (MMR) pada Siswa Tunarungu kelas D4 di SLB YDAB Cibeuning Purwakarta. Pada penelitiannya Wiati sama menggunakan metode maternal reflektif dalam penelitiannya, tetapi perbedaanya adalah wiati menggunakan metode maternal reflektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, sedangkan peneliti menggunakan metode maternal reflektif untuk pengajaran membaca pada anak tunarungu. Selanjutnya penelitian anak tunarungu juga pernah dilakukan Abdur Rofik di Universitas Muhammadiyah Pontianak pada tahun 2012 dengan judul Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Membimbing Shalat Fardhu pada Siswa Kelas II Tunarungu SMPLB-B Dharma Asih Pontianak. Pada penelitian Abdur
3
Rofik sama dengan peneliti dalam pemilihan sekolah, tetapi perbedaannya adalah Abdur Rofik memilih pembelajaran agama Islam, yaitu bimbingan shalat fardhu sedangkan peneliti meneliti tentang proses guru dalam mengajarkan membaca. Membaca adalah proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka responsi terhadap labang-lambang visual yang menggambarkan tandatanda oditori yang sama yang telah mereka tanggapi sebelum itu (Tarigan, 1994:8). Membaca merupakan kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Hal tersebut berarti bahwa membaca memberikan respon terhadap segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak. Menurut Mungiarsih (2000:3) maternal atau bahasa ibu yang dimaksud adalah sistem luas dari komunikasi budaya yang memuaskan dan digunakan sebagai alam kedua yaitu biasanya bermuasal dari ibu. Metode ini mengadopsi bagaimana cara seorang ibu mengajarkan berbicara kepada anaknya yang masih sangat kecil. Metode Maternal Reflektif atau Metode Percakapan Reflektif adalah metode yang sering digunakan ibu sewaktu berbicara dengan bayi yang belum memiliki bahasa. Metode Maternal Reflektif dapat disingkat MMR. Dalam metode ini, bahasa disajikan sewajar mungkin pada anak, baik secara ekspresif maupun reseptifnya dan menuntun anak secara bertahap dapat menemukan sendiri tata bentuk bahasa melalui refleksi terhadap segala pengalaman bahasa. Adapun beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran yang menggunakan metode maternal reflektif, yaitu wajah yang terarah, mengarahkan suara, suasana kebersamaan dan kegembiraan, menanggapi perkataan anak, meniru, memupuk spontanitas, menggunakan penguatan, menimbulkan rasa empati. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2002:63). Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini karena langkah pemecahan masalah yang diselidiki menggambarkan keadaan objek penelitian yaitu Implementasi Metode Maternal Reflektif Dalam Pembelajaran Membaca Pada Siswa Tunarungu Kelas IV SDLB-B Dharma Asih Pontianak Tahun Pembelajaran 2012/ 2013. Bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kualitatif lainnya (Moleong, 2010:6). Digunakannya
4
bentuk penelitian kualitatif pada penelitian ini karena prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik. Bentuk kualitatif pada pembelajaran adalah memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya pada saat penelitian berlangsung. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru yang memberikan pengajaran membaca bagi siswa tunarungu. Peneliti melakukan wawancara dan pengamatan terhadap proses pembelajaran agar mendapatkan data-data yang diperlukan berhubungan dengan penelitian. Selain guru yang menjadi sumber data, siswa tunarungu kelas IV yang berjumlah 12 orang juga merupakan sumber data yang sangat diperlukan. Data dalam penelitian ini adalah RPP mengenai pembelajaran membaca untuk para siswa tunarungu. Kemudian, hasil wawancara peneliti dengan informan, yaitu guru bidang studi, hasil observasi tentang proses pembelajaran, serta hasil proses belajar siswa tunarungu kelas IV SDLB-B Dharma Asih Pontianak. Pengumpulan data dapat dilakukan oleh penulis dengan melakukan beberapa teknik pengumpulan data (Iskandar, 2011:68). Ada beberapa teknik yang digunakan peneliti untuk meneliti pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru, yaitu teknik observasi, teknik komunikasi langsung (wawancara), dan teknik studi dokumenter. Alat pengumpulan data berfungsi sebagai alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar dalam menganalisis data nantinya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lengkap, dan sistematis. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Pedoman wawancara, RPP, Pedoman observasi, Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG1), IPKG2,Tes yang berupa soal-soal. Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti, yaitu 1) data yang telah diperoleh dari hasil observasi dan wawancara diklasifikasikan atau dikelompokkan berdasarkan masalah yang akan diteliti, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengajaran membaca, serta penggunaan metode maternal reflektif dalam proses pengajaran membaca, 2) selanjutnya, melakukan pencatatan terhadap faktor-faktor yang dapat menjawab setiap permasalahan yang ada, 3) melakukan analisis secara kualitatif, 4) Interpretsi terhadap data yang dianalisis yang diperoleh dari kegiatan pengamatan dan wawancara, 5) kemudian, pada langkah berikutnya membuat simpulan serta saran-saran terhadap masalah yang akan diteliti kebenarannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan MMR oleh guru dalam mengajarkan membaca anak tunarungu. Pada perencanaan Dalam RPP terdapat beberapa aspek yang ada didalamnya, mulai dari perumusan tujuan hingga penilaian hasil belajar. Hal itu semua terangkum dalam intrumen penilaian kinerja guru 1 (IPKG1) yang merupakan alat peneliti untuk melakukan penilaian terhadap RRP yang telah digunakan oleh guru dalam melakukam proses pembelajaran. Dalam penelitian kali ini guru menggunakan 2 RPP yaitu RPP 5
4.7.1 yang memiliki SK (membaca/isyarat) 7. Memahami paragraf, pengumuman, dan pantun, KD 7.1. membaca intensif kalimat utama pada tiap paragraf juga pada RPP 4.7.2 Memahami paragraf, pengumuman, dan pantun, KD 7.2. membaca pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. Peneliti melakukan penilaian yang berbeda terhadap setiap RPP. Pelaksanaan pembelajaran merupakan wujud nyata dari RPP yang telah disusun oleh guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti melakukan pengambilan data dengan menilai pengajaran guru dikelas dengan alat IPKG2 yang merangkum tentang hal-hal kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Adapun beberapa komponen kemampuan pelaksanaan pembelajaran oleh guru dalam IPKG2 yang terangkum dalam tiga kali pelaksanaan proses belajar. Kemudian pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, dalam tiga kali pertemuan dalam penelitian ini, guru menggunakan tes lisan, tes tertulis dan praktik .Siswa dituntut untuk membaca dengan baik dengan praktik membacanya dan sekaligus dapat memahami bacaan yang dibacanya. Pembahasan Dalam pembahasan hasil data memuat tentang penyajian pembahasan tentang hasil data yang telah didapat oleh peneliti selama melakukan penelitian di sekolah SDLB-B Dharma Asih Pontianak tahun pembelajara 2012/2013. Sebelum melakukan observasi, peneliti telah melakukan wawancara pada tanggal 20 Februari 2013 terhadap guru yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan penggunaan MMR dalam penyampaian materi. Dalam hasil wawancara guru menyatakan bahwa MMR merupakan metode yang baik digunakan untuk mengajarkan membaca pada anak tunarungu, dengan bantuan media cermin artikulasi dan media gambar MMR menjadi semakin efektif dalam siswa menangkap materi pembelajaran. Ada beberapa hambatan dalam proses pembelajaran yang diantaranya karena anak mengalami gangguan pendengaran jadi akan sulit melakukan komunikasi, kemudian emosi anak yang tidak terkontrol dan kurangnya percaya diri dari siswa tersebut.evaluasi pembelajaran dilakukan oleh guru melalui pertanyaan secara lisan maupun tertulis serta memberikan apresiasi terhadap anak yang dapat menjawab prtanyaan secara benar dan melakukan tindakan bagi anak yang salah. Peneliti mulai melakukan observasi di kelas pada tanggal 25 Februari 2013. Bedanya observasi kali ini dengan sebelumnya adalah pada observasi ini peniliti menilai bagaimana pengajaran guru dikelas serta penggunaan MMR yang telah direncanakan. Dari hasil observasi kali ini, dapat disimpulkan bahwa guru telah melakukan berbagai aspek secara baik, seperti dari pra pembelajaran menyiapkan materi pembelajaran, melihat kesiapan siswa, membuka pelajaran dengan baik, kemudian dari pelaksanaan pembelajaran yang berupa penguasaan materi, penggunaan MMR, penggunaan media pembelajaran, serta penguasaan kelas, semuanya dilakukan secara baik oleh guru. Guru juga melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran serta melakukan refleksi atau merangkum materi secara baik. 6
Rancangan pembelajaran merupakan rancangan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar yang akan direalisasikan di dalam kelas dan merupakan penjabaran lebih rinci dari silabus (penjabaran scenario pembelajaran, wujud media, wujud alat penilaian yang sudah siap digunakan). Suatu hal yang menjadi pertimbangan dalam perumusan RPP ialah apa yang akan dibelajarkan? Bagaimana cara membelajarkannya? Dengan apa dibelajarkan (media dan materi)? Dan bagaimana cara memenuhi target pencapaian hasil belajaranya?. Dalam penyusunan RPP, secara keseluruhan guru telah melakukannya dengan baik, hanya saja pada setiap RPP guru tidak mencantumkan penggunaan media atau alat bantu apa saja yag aka digunakannya dalam melaksanakan pembelajaran nanti. Guru menuliskan cara bagaimana prosedur penilaian dalam evaluasi, tetapi prosedur yang diberikan belum terlalu jelas. Pada RPP 4.7.1 guru memberikan wacana bacaan untuk siswa cukup panjang yaitu lebih dari 10 baris, hal itu nantinya akan membuat siswa sedikit kesulitan karena siswa tunarungu tidaklah terlalu lancar dalam membaca. Pada pelaksanaan pembelajaran, guru secara keseluruhan telah melakukannya dengan baik dan penuh kesabaran. Dalam menerapkan MMR guru harus melakukan beberapa langkah atau bagian yang ada di dalamnya, yaitu pada wajah yang terarah guru melakukannya dari awal pembelajaran hingga akhir, hal ini terasuuk dalam memberikan perhatian yang penuh pada tiap siswa, ketika guru mengarahkan wajahnya akan membuat siswa lebih fokus untuk belajar. Mengarahkan suara kepada siswa juga dilakukan oleh guru guna membantu siswa mendengar bagi yang memiliki tingkat gangguan pendengaran yang rendah dan membantu siswa sedikit mendengar bagi yang menggunakan alat bantu dengar. Suasana kebersamaan dan kegembiraan harus dapat guru ciptakan karena anak tunarungu yang cenderung memiliki sifat minder dan malu terhadap orang lain karena menyadari kekurangan dirinya sendiri, pada bagian ini guru menciptakan suasana yang mnearik dan menyenangkan dari awal pembelajaran hingga proses akhir. Jika pada awal pembelajaran guru dapat menciptakannya secara baik maka proses pembelajaran selanjutnya akan menjadi lebih menyenangkan. Guru biasanya memberikan sedikit candaan dan memberikan apresiasi tinggi kepada siswa yang berani menjawab atau memberikan contoh materi yang sedikit menghibur. Kemudian guru harus dapat menanggapi perkataan anak yang tujuannya agar anak merasa diperhatikan dan berani untuk mengajukan pertanyaan atau jawabannya. Tanggapai saja apapun yang diberikan oleh anak, biasanya anak melakukan suatu hal untuk menarik perhatia guru atau ingin mengutarakan sesuatu tetapi tidak dapat mengungkapkannya secara baik. Dalam memberikan materi biasanya guru memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi, dan siswa biasanya menjawab dengan terbata-bata, maka gurulangsung menanggapi dan membantu apa yang akan disampaikan oleh anak. Ketika memberikan materi guru harus bisa menggunakan bahasa yang baik dan benar ketika mengajarkan siswa, baik dalam mengucapkan dan memberikan isyarat, serta ketika menuliskan materi di papan tulis atau memberikan soal. Siswa tunarungu cenderung memiliki sifat untuk meniru. Ketika guru sering melakuka kesalah dalam penggunaan bahasa, biasanya siswa ikut menirunya dan
7
melakukan kesalahan juga dan sebaliknya. Maka dari itu guru harus dapat memanfaatkan sifat meniru anak dengan cara selalu memberikan contoh dan sikap yang baik kepada anak. Memupuk spontanitas dengan menanggapi secara wajar dengan menggunakan basaha Indonesia yang baik dan benar. Dalam hal ini anda jangan terlalu banyak menuntut penggunaan bahasa atau ungkapan yang sempurna. Ajarkanlah anak untuk selalu berkomunikasi karena engan membuat komunikasi yang baik akan menciptakan suasana belajar yang kondusif. Biarkan anak secara spontan menjawab atau memberikan tanggapan dan sebagainya dengan bahasanya sendiri agar anak merasa nyaman untuk belajar dan memberikan argumennya. Memberikan penguatan atau apresiasi kepada anak sangat penting, selain dapat menimbulkan rasa percaya diri anak, memberikan penguatan juga dapat membuat anak menjadi lebih mengerti membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Menimbulkan rasa empati lebih mengajarkan suatu ekspresi kepada siswa. Seperti ekspresi senang atau ketika mereka betul menjawab suatu pertanyaan maka guru harus memberikan wajah senang dan sebaliknya, anak harus dikenalkan dan ditanamkan pada berbagai bentuk ungkapan yang dapat menggambarkan suasana hati dan perasaannya. Dalam pelasanaan pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga, guru tidak melakukan apesepsi pembelajaran pada bagian pra pelaksanaan pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, guru menyusun kesimpulan sendiri saja, sebaiknya guru menarik kesimpulan bersama siswa. Secara keseluruhan guru melakukan pelaksanaan pembelajaran secara baik. Pada pertemuan pertama guru menggunakan media gambar sebagai medianya, kemudian pada pertemuan kedua guru menggunakan media yang berupa kertas karton yang ditempelkan oleh guru di papan tulis yang merupakan contoh pengumuman yang ada di sekolah. Pengajaran membaca untuk anak tunarungu merupakan pembelajaran membaca ideovisual. Dengan melakukan kegiatan membaca ideovisual ini anak tidak hanya membaca bacaan secara keseluruhan tetapi juga mengenal lambang tulis sedini mungkin. Jadi bukan hanya mengenal huruf, tetapi juga mengenal isi tulisan kata, kelompok kata atau kalimat yang dipahami secara keseluruhan Pada pelaksanaan evaluasi dalam pertemuan pertama yang membahas tetang membaca pemahaman wacana yang dibaca yaitu Si Elok yang Hampir Punah membahas tentang burung cendrawasih. Pada pertemuan ini anak mengalami sedikit kesulitan karena wacana yang dibacanya cukup panjang. Nilai ketuntasan untuk tes tertulis adalah 65. Dalam tes tertulis pada pertemuan pertama ada 42 % anak yang tidak mendapatkan nilai yang mencapai standar ketuntasan sedangkan pada penilaian kedua pengambilan nilai praktik membaca pengumuman terdapat 25% siswa yang tidak mendapatka nilai yang mnecapai ketuntasan. Pengguanaan MMR sangat membantu dalam proses pembelajaran, karena penggunaan metode ini memudahan siswa dalam menerima materi pembelajaran. Tapi tidak semua guru mau menggunakan metode MMR dalam proses pembelajaran karena butuh kesabaran yang cukup tinggi untuk melaksanakannya.
8
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pada bagian pendahuluan telah diungkapkan bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apa saja yang dilaksanakan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode maternal reflektif (MMR) sebagai metode ajar yang dianggap evektif dalam memberikan pengajaran bagi anak tunarungu. Metode maternal reflektif, yaitu metode yang mengadopsi dari cara seorang Ibu mengajarkan komunikasi kepada anaknya yang belum banyak menguasai kosa kata, untuk mengomunikasikan sesuatu lebih mengandalkan pengungkapan keinginan lewat ekspresi yang berupa gerakan, mimik suara, atau menangis saja. Begitu juga dengan anak tunarungu yang memiliki keterbatasan kosa kata dalam berkomunikasi jadi dalam berkomunikasi lebih banyak mengandalkan ekspresi dan gerak isyarat. Pembelajaran dengan MMR pastinya berbeda denganpenerapan pembelajaran untuk anak normal lainnya. Adapun cakupan dan langkah dalam pembelajaran tersebut, yaitu a) perencanaan pembelajaran, dalam menyusun rencana pembelajaran, pertama-tama guru akan menentukan tujuan pembelajaran. Berdasarkan tujuan tersebut ditentukan cara mengajar (metode/strategi/ metode/pendekatan/teknik) untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru juga menentukan cara menilai keterlaksanaan tujuan pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan cara yang dipilih, akan ditentukan media, sumber belajar, alat dan bahan yang diperlukan. Penyusunan Silabus dan RPP yang baik akan mengarahkan pelaksanaan yang baik pula, b) pelaksanaan pembelajaran, ketika melaksanakan pembelajaran, guru berpedoman dengan perencanaan. Dalam pelaksanaan pengajaran membaca pada anak tunarungu, guru menggunakan metode maternal reflektif yang memiliki beberapa langkah yaitu wajah yang terarah, mengarahkan suara, suasana kebersamaan dan kegembiraan, menanggapi perkataan anak, memanfaatkan kemampuan meniru anak, memupuk spontanitas, menggunakan penguatan dan menimbulkan rasa empati, c) evaluasi pembelajaran, pelaksanaan evaluasi dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tertulis), dengan secara lisan (tes lisan) dan dengan tes perbuatan. Pada pengajaran membaca untuk anak tunarungu, teknik pelaksaan tes hasil belajar dapat dilakukan dengan tes tertulis maupun tes lisan, tetapi akan lebih baik untuk mengetahui pemahaman tentang suatu bacaan adalah dengan menggunakan tes lisan. Pemilihan tes lisan dilakukan karena daya ingat anak tunarungu sangatlah lemah. Saran Berdasarkan hasil analisis data, ada beberapa saran yang disampaikan dalam penelitian ini, yakni a) bagi guru, sebaiknya penggunaan metode maternal reflektif tidak hanya digunakan untuk mengajaran materi membaca. Penggunaan metode ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lainnya agar anak dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran, b) berkenaan dengan penggunaan media pembelajaran, sebaiknya dilakukan dengan media yang lebih variatif dan menarik. Pengguanaan media yang menarik akan meningkatkan minat belajar siswa, c) Siswa kelas IV SDLB-B Dharma Asih sebaiknya lebih giat lagi belajar
9
dan selalu berlatih membaca. Harus selalu memperhatikan guru ketika sedang memberikan materi serta mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh guru. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Bintoro, Toto dan Tonny S. Tanpa Tahun. Pelatihan Komunikasi Total Berbasis Metode Maternal Reflektif. Jawa Tengah: SLB-B Widya Bhakti Subdin PLB, Dinas P & K Provinsi Jawa Tengah Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT Refika Aditama. Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press. Harjasujana, Akhmad S. dan Yeti M. 1997. Membaca 2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Serata D-III. Moleong, Lexy J. 2004. Metodology Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja. Mungiarsih. 2000. Kumpulan Materi Pelatihan Metode Maternal Reflektif dan Manajemen. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Dasar Bagi Proyek Peningkatan Mutu Sekolah Luar Biasa Jakarta. Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University press. Prasetyo, D.S. 2008. Serba-Serbi Anak Autis. Yogjakarta: Diva Press. Smith, J. David. 2006. Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua. Bandung: Nuansa. Subana, M. dan Sunarti. 2009. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: PT Pustaka Setia. Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tampubolon. 1993. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung: Angkasa. Tarigan, H. Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Tarigan, H. Guntur. 1994. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Umar, H. Syahwani dan Syambasril. 2012. Buku Ajar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjung Pura: Surya.
10